Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Penjaringan Aspirasi Masyarakat Melalui Reses Anggota DPRD

Provinsi Banten
(Studi Kasus pada Masa Persidangan ke II Tahun Sidang 2017/2018)

Shelly Agustia Maulina, Leo Agustino, Shanty Kartika Dewi


Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
agustiashelly@gmail.com, abdul.hamid@untirta.ac.id, shanty@fisip-untirta.ac.id

Abstract: Collecting society aspirations become a successful key for a Council as a person
who has role to be a representation of a society itself. One of the DPRD's function is to
articulate and create society necessities. Recess of the parliament period is a part of assembly
phase and implemented at least six days work. This recess of parliament period is used by
DPRD both personally or in group to visit the election region in case to absorb the society
aspirations. After the collection has been done, every member of DPRD personally or in group
have to make a written report or convey the result of their duty realization during that recess
of parliament which is next will be conveyed to the leadership of DPRD in a plenary meeting.
The goal of this research is to find out how the collecting society aspirations that has been
done by the member of DPRD in Banten Province during the period of recess that
implemented on the assembly period II at 2017/2018. This research will be applied by a
qualitative method with a case study approach. The kind of data will be primary and
secondary data. The result of the research indicate that the implementation of recess of the
parliament which has been done by the member of DPRD in Banten Province is not effective
yet. The collecting of society aspirations that has been done by them is used as a formality
only. The collecting of aspirations through recess activity only assumed as a kind of sharing
money and stuff freely.
Keywords: Collecting Society, Recess, DPRD, Banten

Abstrak: Penjaringan aspirasi masyarakat menjadi sebuah kunci keberhasilan bagi


anggota dewan sebagai orang yang berperan menjadi representasi dan wakil dari pada
masyarakat. Salah satu fungsi dari DPRD untuk mengartikulasikan dan mewujudkan
kepentingan rakyat. Masa reses merupakan bagian dari masa persidangan dan
dilaksanakan paling lama selama enam hari kerja. Masa reses ini dipergunakan oleh DPRD
secara perseorangan ataupun kelompok untuk mengunjungi daerah pemilihannya untuk
menyerap aspirasi masyarakat. Setelah melakukan penjaringan, setiap Anggota DPRD
maupun secara kelompok wajib membuat laporan tertulis atau menyampaikan hasil dari
pelaksanaan tugasnya pada masa reses tersebut selanjutnya akan disampaikan kepada
pimpinan DPRD dalam rapat paripurna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh anggota DPRD Provinsi
Banten pada masa reses yang dilaksanakan pada masa persidangan II tahun 2017/2018
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Adapun jenis data berupa data primer dan data sekunder. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan reses yang dilakukan anggota DPRD Provinsi
Banten belum efektif. Penjaringan Aspirasi Masyarakat yang dilakukan oleh Anggota DPRD
Provinsi Banten hanya dijadikan sebagai formalitas semata. Penjaringan aspirasi melalui
kegiatn reses hanya di pahami sebagai bentuk bagi-bagi uang dan barang.
Kata Kunci: Penjaringan Aspirasi, Reses, DPRD, Banten
Pendahuluan masa reses dan disampaikan kepada
Penjaringan aspirasi dimaksudkan pimpinan DPRD dalam rapat paripurna
sebagai instrumen untuk mendapatkan (Marijan 2010:53). Dalam penelitian ini,
input dan masukan untuk mendorong peneliti meneliti kunjungan kerja secara
optimalisasi fungsi pengawasan, perseorangan anggota DPRD di Provinsi
pembentukan peraturan daerah maupun Banten dan peneliti memfokuskan
pembahasan anggaran (APBD) bersama penelitian ini hanya pada 3 anggota DPRD
dengan pemerintah daerah. Pentingnya Provinsi Banten dari berbagai macam
penjaringan aspirasi masyarakat partai diantaranya Demokrat, Gerindra,
membuat para wakil rakyat untuk dan PKB. 3 partai tersebut merupakan
mengadakan kunjungan secara rutin ke partai-partai yang menduduki kursi
daerah pemilihannya (dapil) agar jabatan di DPRD Provinsi Banten.
mengetahui permasalahan-permasalah- Kegiatan reses anggota dewan
an yang dihadapi oleh konstituen. secara umum dilakukan dengan kegiatan
Terdapat beberapa mekanisme, metode sebagai berikut: Pertama, diadakannya
dan cara yang kerap dilakukan oleh rapat untuk membicarakan rencana
DPRD dalam rangka penjaringan persiapan reses seperti menyusun jadwal,
aspirasi masyarakat, salah satunya yaitu menentukan materi kegiatan reses, serta
dengan melakukan kegiatan reses. memilih kordinator dan personal struktur
Kegiatan reses menurut tim. Kedua, menghadiri pertemuan dengan
pengertian aslinya adalah masa istirahat kosntituen di tempat yang telah disediakan
atau penghentian suatu sidang sebelumnya oleh pemerintah kecamatan
pengadilan atau sidang lembaga ataupun kelurahan, dalam rangka
perwakilan rakyat dan badan sejenisnya. mengkomunikasikan tugas dan peran
Namun, kegiatan reses lebih dimaknai anggota DPRD, kiprah di legislatif, serta
sebagai kegiatan pejaringan aspirasi informasi reses dewan ke daerah
masyarakat oleh DPRD yang dilakukan pemilihannya. Ketiga, silaturahmi dengan
di luar gedung, atau di masing-masing masyarakat secara langsung (Rizal 2011:
wilayah pemilihan anggota DPRD 8).
terpilih. Idealnya reses adalah sarana
Masa reses mengikuti masa komunikasi antara anggota dewan dengan
persidangan, yang dilakukan sebanyak 3 masyarakat (konstituen) di dapilnya
kali dalam setahun atau 14 kali reses masing-masing. Sehingga sarana
dalam periode 5 tahun masa jabatan komunikasi anggota dewan dengan
DPRD dan dilaksanakan paling lama 6 konstituennya tersebut dapat menyerap
hari kerja. Pada masa reses ini anggota aspirasi, menerima pengaduan dan
DPRD secara perseorangan maupun gagasan yang berkembang di daerah. Tidak
berkelompok mengunjungi daerah hanya itu, resespun dapat menjadi forum
pemilihannya guna menyerap aspirasi penyampaian pertanggung jawaban dari
masyarakat. Kemudian setelah anggota dewan yang bersangkutan.
pelaksanaan kegiatan reses, anggota Anggota dewan akan menyampaikan dan
DPRD wajib membuat laporan tertulis menjelaskan apa yang sudah dilakukan,
atau hasil pelaksanaan tugasnya pada bagaimana follow-up dari reses
sebelumnya serta apa agenda strategis DPRD Banten. Adanya laporan pula bahwa
yang akan dilakukan ke depan. Namun, pelaporan reses (SPJ) dibuatkan oleh staf
pada kenyataannya pelaksanaan reses dewan dengan biaya satu jutaan.
menjadi sorotan bagi masyarakat Isu manipulasi reses terus bergulir,
beserta pihak-pihak yang berkepenting- pada tataran berita yang sama di
an baik itu para akademisi, pengamat sampaikan oleh Banten Raya Post pada
politik, stake holders ataupun LSM. tahun 2010. Bahkan pada harian tersebut
Mekanisme pelaksanaan reses yang diberitakan pula (secara implisit)
jarang sekali dipublikasi, sehingga keuntungan reses fiktif sekitar 18 juta per
rawan sekali terjadi penyelewengan anggota dewan. Satelit News Tangerang
terutama dalam pos anggaran reses, pada tanggal yang sama juga menurunkan
serta pelaksanaannya kurang headline berita yang sama. Isu panas yang
mengakomodir aspirasi masyarakat dan bergulir pada akhir april 2010 terus
kegiatan reses tersebut hanya dijadikan berlanjut pada awal bulan berikutnya.
sebagai formalitas. Tabloid Gilas, Edisi II tahun I, Senin, 3-10
Pada DPRD Provinsi Banten Mei 2010, memuat headline laporan
periode 2009-2014 sebelumnya, keuangan diakali; Dana Reses DPRD Banten
tepatnya pada kegiatan reses yang Diduga Dimanipulasi.
dilaksanakan akhir bulan April sampai Kembali ada yang menyatakan,
awal bulan Mei 2010 terdapat beberapa bahwa ada staf dewan yang mengejar tanda
masalah. Isu manipulasi data terkait tangan aparatur pemerintahan hingga ke
reses dewan sangat ramai dibicarakan di pasar atau kantor kecamatan untuk
berbagai media seperti koran dan berita meyakinkan bila anggota dewan yang
khususnya di Banten maupun berbagai bersangkutan telah benar-benar menjalani
seminar yang dilakukan oleh pihak reses di daerah tersebut. (Tabloid Gilas,
akademisi. Berawal dari pernyataan Edisi II tahun I, Senin, 3-10 Mei 2010)
ketua fraksi PDIP Provinsi Banten yang Berdasarkan observasi yang peneliti
menyatakan bahwa adanya indikasi temukan pada reses anggota DPRD yang
manipulasi data reses DPRD Provinsi dilaksanakan tanggal 7 sampai 14 Maret
Banten. Menurutnya ada anggota yang 2018 masa persidangan ke II tahun
memanipulasi laporan keuangan reses. 2017/2018 masih memiliki permasalahan
Indikasinya, tanda tangan konstituen yang hampir sama dengan masalah-
dan kwitansi bukti reses dibuat oleh masalah yang sudah terjadi sebelumnya.
mereka sendiri atau oleh staf sekertariat Pertama, masih kurangnya persiapan
DPRD. Selanjutnya ia mengatakan sebelum diadakannya kegiatan reses.
walaupun anggota dewan itu benar- Terbukti H-1 sebelum diadakannya
benar melakukan kegiatan reses atau kegiatan tersebut tempat untuk melakukan
tidak tetap saja laporannya palsu. penjaringan aspirasi belum mendapatkan
(Radar Banten, Jumat 30 April 2010). kejelasan padahal jadwal kegiatan reses
Dalam berita juga diungkapkan sudah ditetapkan 2 minggu sebelum
adanya penggunaan dana reses yang pelaksanaan, dan jadwal yang di
menyalahi aturan, bahkan telah menjadi publikasikan hanya jadwal hasil rapat
fenomena umum di kalangan anggota BANMUS pada tanggal 25 Februari 2018.
Kedua, yaitu adanya ketidak- kegiatan reses disosialisasikan terlebih
sesuaian masyarakat yang hadir dalam dahulu agar masyarakat bisa ikut serta
kegiatan reses. Dalam jadwal kegiatan berpartisipasi serta mengerti apa tujuan
reses masa persidangan II tahun dan maksud dari kegiatan reses tersebut.
2017/2018 yang dilaksanakan pada 7 Tidak hanya kurangnya sosialisasi, aspirasi
sampai 14 Maret 2018 terbukti ketika masyarakat nya pun bersifat elitis
peneliti mengikuti kegiatan reses maksudnya aspirasi tersebut terdiri atas
tersebut secara langsung masyarakat segelintir orang yang berkuasa seperti
yang hadir tidak sesuai dengan jumlah tokoh masyarakat, kerabat terdekat
undangan yang seharusnya yaitu 200 ataupun kepala desa dan pihak-pihak lain
orang. Kegiatan reses juga seharusnya yang tentunya sudah mempunyai jabatan
dihadiri perwakilan dari SKPD, yang bisa memutuskan apa yang
pemerintah daerah, Walikota, Camat, digariskan secara politis tanpa perlu
Lurah, Ketua RT/RW dan yang terakhir mendasarkan pada aspirasi dari tataran
yaitu masyarakat. Tetapi ketika peneliti bawah atau bisa dibilang masyarakat. Itu
ikut dalam kegiatan tersebut pada semua tentunya sangat menyalahi aturan.
sebagian (dua) kegiatan reses tidak ada Karena reses diadakan sebenarnya untuk
perwakilan dari SKPD, pemerintah mendengarkan aspirasi langsung dari
daerah mupun Walikota. masyarakat.
Ketiga, menurut hasil wawancara Keempat, Kegiatan reses dijadikan
awal peneliti dengan staf bagian fraksi sebagai agenda politik (kampanye). Setelah
dan aspirasi masyarakat (sekwan) peneliti melakukan observasi, terbukti
sebelum diadakannya kegiatan reses kegiatan reses hanya dijadikan sebagai
masih minimnya sosialisasi terlebih ajang silaturahmi dengan para kader partai
dahulu kepada masyarakat, hanya ada politik di daerah. Kalaupun ada forum
surat pemberitahuan kepada Walikota. terbuka dengan konstituennya, itu hanya
Jadi masyarakat sendiri kurang dalam ragka konsolidasi internal untuk
mendapatkan informasi terkait kegiatan agenda politik tertentu seperti pilkada.
reses dilakukan dimana, kapan, dan apa Kelima, setelah peneliti melakukan
saja yang sebenarnya dibahas dalam pengamatan dan observasi secara langsung
kegiatan reses tersebut. Selain itu, mekanisme pelaksanaan reses hanya
masyarakat hanya diberitahu pada hari dijadikan sebagai formalitas semata karena
pelaksanaan kegiatan reses tersebut pada kenyataannya setiap kegiatan reses
oleh para kader dari partai politik tidak pernah dilaksanakan secara
masing-masing kampung setempat. maksimal sesuai dengan peraturan yang
Sehingga masyarakat tidak mempunyai berlaku. Kegiatan reses yang seharusnya
persiapan terlebih dahulu, dan tidak menjadi konsumsi publik dan bisa dilihat
mengetahui mekanisme dari kegiatan maupun diakses dengan mudah sering kali
reses tersebut bukan hanya itu karena ditutup-tutupi dan akhirnya tidak ada
kegiatan reses juga menyangkut hajat transparansi juga kejelasan terkait
hidup banyak orang dan kepentingan kegiatan reses tersebut.
setiap orang tentunya berbeda-beda
seharusnya sebelum diadakannya
Metode berperan menjadi representasi dan wakil
Dalam penelitian ini, metode dari pada masyarakat. Artinya, kualitas dan
yang digunakan adalah metode integritas anggota dewan sangat
penelitian kualitatif dengan ditentukan oleh sejauh mana ia berhasil
menggunakan metode studi kasus. dalam melakukan artikulasi dan agregasi
Penelitian ini akan berfokus pada kepentingan masyarakat serta membela
penjaringan aspirasi masyarakat aspirasi masyarakat yang menjadi
melalui reses anggota DPRD Provinsi tuntutannya. Kepercayaan masyarakat pun
Banten pada masa persidangan ke ii bisa timbul oleh keberhasilan anggota
tahun sidang 2017/2018. dewan tersebut.
Dalam mengumpulkan data Aspirasi yang di maksud tentu tidak
informasi yang dibutuhkan dalam sebatas pada proses penjaringan aspirasi
penelitian ini digunakan beberapa masyarakat pada masa pemilihan legislatif
teknik pengumpulan data. Pengumpulan (pileg) semata. Tetapi secara lebih luas,
data dalam studi kasus dapat diambil kewajiban tersebut melekat setelah
dari berbagai sumber informasi, karena anggota dewan berhasil terpilih menjadi
studi kasus melibatkan pengumpulan angota legislatif secara sah. Maka pada saat
data yang “kaya” untuk membangun itu pula masyarakat menjadi tanggung
gambaran yang mendalam dari suatu jawabnya dan hubungan anggota legisatif
kasus. Lebih lanjut Creswell dengan konstituennya secara resmi
mengungkapkan bahwa wawancara dan dilakukan dalam bentuk kunjungan kerja
observasi merupakan alat pengumpul yang biasa disebut dengan reses.
data yang banyak digunakan oleh Begitupula pada penelitian ini peneliti
berbagai penelitian. Maka dari itu, membahas tentang penjaringan aspirasi
metode pengumpulan data yang masyarakat melalui reses.
digunakan dalam penelitian ini adalah Reses adalah kegiatan pimpinan dan
observasi dan wawancara. Karena anggota DPRD dalam menjaring aspirasi
peneliti mempertimbangkan faktor masyarakat diluar masa persidangan yang
efektifitas dan keterbatasan peneliti. dilakukan di masing-masing daerah
Untuk analisis dan penyajian pemilihan (Dapil). Proses penjaringan
data dalam studi kualitatif pada aspirasi masyarakat tentu saja sudah
penelitian ini menggunakan analisis menjadi kewajiban dan harus dilakukan
Menurut Miles dan Huberman teknik oleh anggota DPRD Provinsi Banten.
analisa data ada dua yaitu analisis Kegiatan reses dilaksanakan setiap 4 bulan
sebelum di lapangan dan analisis data di sekali, dengan kata lain 3 kali dalam
lapangan (Creswell 2010: 141). setahun dan 14 kali pada satu periode.
Tujuan reses ialah menampung dan
Hasil dan Diskusi menyerap asprasi masyarakat.
DPRD dalam Penjaringan Aspirasi Kemudian dapat ditindaklanjuti
Masyarakat sebagai pertanggungjawaban moral dan
Penjaringan aspirasi masyarakat politis kepada masyarakat di dapil sebagai
menjadi sebuah kunci keberhasilan bagi perwujudan perwakilan rakyat dalam
anggota Dewan sebagai orang yang pemerintahan. Anggota DPRD Provinsi
Banten menjalani kegiatan reses dengan hubungan formalistik. Dalam hal ini,
uang sebesar Rp100 juta rupiah per seharusnya partai politik pun juga
anggota, sesuai dengan keterangan memiliki panduan bagaimana kader-
salah satu pendaping dewan yang kadernya yang duduk di lembaga legislatif
enggan disebutkan namanya. Dengan dapat melakukan relasi secara intensif
uang tersebut anggota DPRD Provinsi dengan para pemilihnya dalam upaya
Banten dianjurkan melakukan kegiatan untuk memperjuangkan aspirasi dan
reses selama 6 hari kerja. Sayangnya, kepentingan konstituen. Tetapi pada
Tata Tertib DPRD tidak memuat aturan kenyataannya partai politik hanya
mengenai sanksi terhadap anggota dijadikan sebagai indentitas politik saja.
dewan yang tidak melakukan Artinya, pada setiap penjaringan semua
penyerapan aspirasi masyarakat. anggota dewan dari berbagai partai
Hasil reses biasanya disampaikan melakukan penjaringan hanya sesuai
pada pembukaan masa sidang, dan tidak dengan mekanisme yang dibuat oleh
disampaikan secara verbal melainkan sekertaris dewan tanpa ada campur tangan
hasil reses hanya disampaikan dalam dari partai politik. Sebelum
bentuk laporan tertulis kepada berlangsungnya kegiatan reses, tahapan-
pimpinan sidang. Setelah itu, sidang tahapan yang dilalui yaitu: rapat pimpinan,
ditutup, selesai. Laporan reses juga tidak rapat badan musyawarah untuk
pernah dibicarakan pada sidang menjadwalkan waktu dan tempat tujuan
paripurna, yang disampaikan hanya penyelenggaraan reses, persiapan
rekapan dari seluruh aspirasi yang penyelenggaraan reses difasilitasi oleh
sudah diperoleh pada saat penjaringan sekretariat DPRD, pelaksanaan kegiatan
aspirasi berlangsung sehingga reses dan penyampaian hasil reses di rapat
masyarakat tidak bisa memantau isi dari paripurna. Masing-masing anggota DPRD
laporan kegiatan reses tersebut apakah didampingi oleh staf pendamping dari awal
sesuai dengan aspirasi masyarakat atau berjalannya kegiatan reses sampai dengan
tidak. Tetapi masyarakat juga tidak bisa pelaporan kegiatan reses tersebut.
menuntut mengenai hal ini karena Peserta reses terdiri dari seluruh
sudah diatur dalam Tata Tertib DPRD elemen masyarakat antara lain : Camat,
yang di buat sendiri oleh DPRD. TNI atau Polri, Dinas Jawatan, Lurah atau
sebagaimana bunyi dari Kepala Desa atau Perangkat Desa atau
peraturan tata tertib DPRD, pimpinan Kepala Dusun, kelompok masyarakat,
DPRD menyampaikan hasil kegiatan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
reses kepada gubernur untuk pemuda, LSM, organisasi masyarakat,
ditindakanjuti. Pada akhirnya, DPRD organisasi kemasyarakatan, organisasi
sebagai institusi tidak bisa berbuat politik, pimpinan puskesmas, organisasi
banyak dalam hal menindaklanjuti kemasyarakatan pemuda (OKP), dan
aspirasi masyarakat. Sebab, mereka Majelis Taq‟lim. Undangan reses biasanya
terkooptasi dengan undang-undang dan disampaikan oleh anggota DPRD kepada
kekuasaan eksekutif. Dengan demikian, ketua RT ditempat itu. Setelahnya ketua RT
hubungan antara anggota DPRD dengan menyampaikan pemberitahuan kegiatan
konstituennya hanya merupakan reses kepada warganya.
Proses penjaringan aspirasi misalnya pada reses masa persidangan ke
masyarakat tesebut dapat dinilai III tahun sidang 2016/2017 yang telah
menjadi efektif atau tidak tentu saja dilaksanakan pada tanggal 22, 23, 27, 28,
memerlukan analisa yang lebih lanjut 29 dan 30 Desember 2016. Saat itu peneliti
namun sejauh yang peneliti ketahui diberi kesempatan melakukan kegiatan
pada periode sebelumnya yaitu periode praktik kerja lapangan peneliti diberi
2009-2014 tepatnya 8 tahun yang lalu kesempatan untuk melakukan
sesuai dengan hasil seminar komunikasi pengkoreksian dan melengkapi dokumen
politik yang dilakukan di Untirta dengan yang kurang terkait surat pertanggung
tema Menilai Laporan Hasil Reses DPRD jawaban (SPJ) kegiatan reses yang telah
Provinsi Banten dan Signifikasinya dilakukan oleh anggota dewan dan peneliti
terhadap Pembangunan Daerah menemukan masalah yang hampir sama
ditemukan adanya permasalahan terkait dengan masalah yang sudah terjadi pada
isu manipulasi data reses dewan ramai periode sebelumnya. Yaitu adanya
dibicarakan, penggunaan dana reses manipulasi data pada penyusunan SPJ.
yang menyalahi aturan, bahkan sudah Manipulasi ini terkait dengan daftar hadir
menjadi fenomena umum di kalangan peserta reses dan dokumentasi foto
anggota DPRD Banten, selain itu ada kegiatan reses yang dilampirkan. Bukti
laporan juga bahwa pelaporan reses daftar hadir peserta yang datang mengikuti
(SPJ) dibuatkan oleh staf dewan dengan reses, tidak sesuai dengan yang tertera di
biaya satu jutaan, selanjutnya ada notulen. Tidak semua kegiatan reses
dugaan pula terkait dana Reses DPRD anggota DPRD dihadiri tepat 200 orang.
Provinsi Banten yang di manipulasi. Isu- Karena banyak peserta yang hadir dibawah
isu tersebut ramai dibicarakan bahkan jumlah itu, dengan begitu untuk
di beberapa media cetak seperti Radar melengkapi daftar hadir yang mengikuti
Banten, Banten Raya Pos, Satelit News kegiatan reses terbukti adanya pemalsuan
Tangerang dan di salah satu tabloid nama dan tanda tangan peserta kegiatan
yaitu Tabloid Gilas, Edisi II tahun I. reses, selanjutnya dokumentasi foto yang
Tepatnya pada kegiatan reses yang dilampirkan pada SPJ reses selama enam
dilakukan tanggal 29 April sampai 6 Mei hari, tidak sedikit yang semuanya sama.
2010 masa persidangan ke III tahun Maksudnya adalah ada banyak berkas SPJ
sidang 2009/2010. yang melampirkan foto-foto kegiatan reses
Permasalahan yang sudah terjadi yang perharinya adalah sama, yang
juga ternyata tidak hanya pada periode berbeda hanyalah pengambilan sudut
tersebut, tetapi pada periode 2014-2019 pandang dari foto kegiatan reses tersebut
juga terdapat beberapa masalah yang dan membedakan banner dan tanggal
sejatinya hampir sama. Pada saat kegiatan reses berlangsung.
peneliti mempunyai kesempatan untuk Berdasarkan masalah-masalah
melakukan praktik kerja lapangan tersebut peneliti melakukan penelitian
(magang) di DPRD Provinsi Banten pada yang telah dilakukan pada penjaringan
tahun 2017 ada beberapa catatan yang aspirasi masyarakat yang berlangsung
perlu mendapatkan perhatian mengenai tanggal 7 sampai 14 Maret 2018 masa
proses penjaringan anggota Dewan persidangan ke II tahun sidang 2017/2018
yang telah di lakukan oleh Bapak X dari Menurut hasil wawancara dengan tokoh
partai PKB komisi IV bidang masyarakat:
Pembangunan Dapil Banten 1 “Sebelum kegiatan reses tidak ada
Pandeglang sekaligus sebagai Ketua izin, jangankan ke RT atau RW ke
Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB saya pun (sebagai yang
mempunyai tempat) tidak izin.
Pandeglang, kegiatan reses ini di
Hanya ada surat persetujuan yang
lakukan pada tanggal 7 Maret 2018 di harus ditandatangani itu pun
Kecamatan Mandalawangi yaitu di maksa ke saya, agar yayasan saya
yayasan Al-Ikhlas yang bertempat di bisa di pakai untuk kegiatan
kampung pandat yang dihadiri reses” (wawancara dengan tokoh
masyarakat dari tiga kampung masyarakat sekaligus pemilik
diantaranya Kampung Cikoneng, Pandat yayasan di Desa Pandat).
Dengan begitu, kegiatan reses
dan Cilambungan. Bapak Y dari partai
tersebut sama sekali tidak memiliki
Gerindra Komisi I bidang Pemerintahan
persiapan apapun. Terlebih surat
dapil Banten 2 Kabupaten Serang, yang
persetujuan yang telah di tandatangani
dilakukan pada tanggal 9 Maret 2018 di
oleh tokoh masyarakat tersebut datang dua
keragilan, lebih tepatnya dilakukan di
hari sebelum dilaksanakannya kegiatan
pondok pesantren salafiyah Al-
reses dan terkesan memaksa. Selanjutnya,
Munawwar Banie Amien kp. Pabuaran
masih kurangnya masyarakat yang hadir
Jati RT/RW 01/01 Pematang Keragilan
pada kegiatan reses. Bahkan masyarakat
Serang. Dan yang terakhir Bapak Z dari
yang hadir pada kegiatan reses tersebut
partai Demokrat Komisi III bidang
adalah ibu-ibu dari tiga majeis taklim
Keuangan dan Aset dapil Banten 2
(bawaan) masing-masing dari para kader
kabupaten Serang sekaligus sebagai
yang akan mencalokan diri pada legislatif
Wakil Ketua BAPPILU DPD Partai
2019 mendatang dan bapak X juga
Demokrat Provinsi Banten yang
diketahui memang akan ikut mencaonkan
bertempat di Carenang pada tanggal 12
diri pada DPR-RI 2019 daerah pemilihan
Maret 2018, lebih tepatnya dilakukan di
Kabupaten Pandeglang dan Lebak
Musholla yang terletak di Kp. Kedung
mendatang. Menurut hasil wawancara
sentul RT/RW 09/03 Desa Walikukun.
dengan tokoh masyarakat:
Pertama, pada penjaringan
“Tidak ada izin kepada RT atau
aspirasi yang dilakukan oleh X, terdapat
tokoh masyarakat imbasnya jadi ke
masalah yaitu, tidak adanya persiapan peserta kegiatan reses. Karena
sebelum dilaksanakan kegiatan reses, kedatangan yang mendadak
karena setelah peneliti melakukan membuat masyarakat tidak tahu
wawancara terhadap masyarakat yang bahwa akan ada kegiatan reses. Itu
megikuti, dan tokoh masyarakat pun yang hadir tidak dari seluruh
ternyata kegiatan tersebut tidak masyarakat melainkan bawaan dari
setiap kader yang ada di sini.
memiliki izin, terutama kepada RT
Masing-masing kader membawa
kampung setempat yang tempatnya peserta minimal 30 orang” (Hasil
dijadikan sebagai tempat daripda wawancara dengan tokoh
kegiatan reses tersebut berlangsung. masyarakat sekaligus pemilik
yayasan).
Pada dasarnya, minimnya belum direalisasikan, padahal sesuai
sosialisasi terhadap masyarakat dengan janjinya beliau akan langsung
membuat ketidaktahuan akan memberikan tempat pemandian mayat
dilaksanakannya kegiatan reses dan tersebut dan mengusahakan pelatihan
berdampak pada kurangnya kehadiran menjahit untuk ibu-ibu:
peserta kegiatan reses. Bahkan Ketua “Sampai sekarang tempat
Majelis Taklim kampung pandat tidak pemandian mayat itu belum
tahu menahu tentang kegiatan reses direalisasikan tidak tahu kapan
akan direalisasikannya, karena di
tersebut. Tidak hanya itu, bahwa
sini pun baru sekali diadakan
kegiatan reses tersebut pun sekaligus kegiatan reses tersebut. Bukan
dijadikan sebagai agenda politik yaitu cuma itu, pelatihan jahit-menjahit
kampanye. Karena pada saat kegiatan juga belum tau tindak lanjutnya
reses berlangsung para kader tersebut bagaimana sampai sekarang” (Hasil
satu persatu diperkenalkan kepada wawancara dengan tokoh
masyarakat. masyarakat sekaligus pemilik
yayasan).
Selain itu, proses kampanye yang
Karena baru pertama kalinya
dilakukan pada kegiatan reses berakhir
kegiatan reses dilakukan di tempat
dengan memberikan sejumlah uang
tersebut, dengan belum adanya
dengan nominal 50.000 rupiah dan nasi
pengalaman sebelumnya terkait kegiatan
kotak pada setiap masyarakat yang
reses, sehingga masyarakat tidak tahu
hadir di kegiatan reses tersebut.
bagaimana cara memfollow-up aspirasi
Pada penjaringan aspirasi ini juga
yang telah mereka usulkan pada kegiatan
menghasilkan beberapa aspirasi dari
reses. Aspirasi yang terakhir masyarakat
masyarakat diantaranya yaitu bantuan
juga mengeluhkan tentang infrastruktur
untuk pembangunan yayasan di
baik jalan maupun jembatan yang memang
Kampung Cikoneng dan Pandat,
rusak. X berjanji akan menyampaikan
masyarakat masing-masing mendapat-
keluhan tersebut kepada lima anggota
kan uang tunai sebesar 1.000.000
Fraksi PKB di DPRD Pandeglang. X juga
rupiah untuk membantu merenovasi
menginformasikan bahwa pada tahun
yayasan tersebut yang sekaligus dipakai
anggaran 2018 ini terdapat anggaran untuk
saat kegiatan reses berlangsung,
rehabilitasi dan pembangunan jalan
selanjutnya masyarakat meminta
Provinsi. Khusus untuk ruas jalan Mengger,
tempat pemandian mayat karena pada
Mandalawangi, dan Caringin. Jadi
Kampung Pandat dan Kampung
masyarakat hanya dihimbau untuk
Cikoneng belum mempunyai tempat
menunggu sampai kegiatan tersebut
pemandian mayat dan pelatihan
terlaksana.
menjahit untuk melatih masyarakat
Kedua, penjaringan aspirasi
terutama ibu-ibu agar waktu luangnya
masyarakat yang dilakukan oleh Y,
bisa lebih produktif. Tetapi pada
terdapat masalah yang hampir sama
kenyatannya menurut hasil wawancara
dengan penjaringan aspirasi yang telah
dengan tokoh masyarakat sampai
dilakukan oleh X di Mandalawangi. Setelah
sekrang tempat pemandian mayat
peneliti melakukan wawancara dan
tersebut maupun pelatihan menjahit
observasi secara langsung terbukti ditandatangani oleh RT kampung setempat
bahwa tidak adanya persiapan khusus kepada salah satu timses Y. Selanjutnya
menjelang penjaringan aspirasi tersebut masyarakat yang mengikuti kegiatan reses
dilaksanakan, bahkan penentuan tempat tersebut kurang dari 200 orang, karena
baru dilaksanakan malam sebelum yang datang pun tidak semua dari kalangan
kegiatan reses berlangsung. Tidak hanya masyarakat melainkan hanya santri-santri
itu, kegiatan reses yang berlangsung di yang berada di pesantren tersebut dan
pondok pesantren salafiyah Al- kerabat-kerabat dari pada Y. Karena
Munawwar Banie Amien tersebut juga pemilik pesantren sekaligus tokoh
tidak memiliki izin RT kampung masyarkat juga masih berstatus kerabat
setempat, mereka melakukan kegiatan dari Y. Dengan begitu masih minimnya
reses hanya seizin tokoh masyarakat sosialisasi kegiatan reses yang dilakukan
yang mempunyai pondok pesantren oleh Y kepada masyarakat menjadikan
tersebut. Selain itu, pemilik pondok masyarakat tidak tahu menahu tentang
pesantren tersebut juga masih memiliki kegiatan reses, yang mereka tahu hanya
hubungan kekerabatan dengan Y. akan ada silaturahmi atau kunjungan dari Y
Menurut hasil wawancara dengan tokoh tersebut.
masyarakat sekaligus pemilik pondok Pada saat kegiatan tersebut
pesantren salafiyah Al-Munawwar Banie berlangsung juga tidak ada aspirasi yang
Amien: diusulkan oleh peserta yang mengikuti
“Semalam diberitahu akan kegiatan reses tersebut. melainkan hanya
kedatangan silaturahmi bapak ada ceramah yang diberikan oleh Y kepada
Dewan Y ke pesantren kami, dan santri-santri yang hadir dalam kegiatan
mengundang seluruh santri untuk
reses. Dalam ceramah tersebut disebutkan
ikut dalam silaturahmi tersebut.
Juga sekaligus memberi uang bahwa bapak Y menjanjikan akan
sebesar 3.000.000 untuk biaya membantu memberi bantuan dana untuk
snack dan makan siang di ikut merenovasi masjid yang teretak di
pesantren kami” (hasil depan pondok pesantren tersebut.
wawancara dengan tokoh Kegiatan reses yang dilakukan Y juga
masyarakat sekaligus pemilik sekaligus dijadikan sebagai kegiatan politik
pesantren).
yaitu kampanye karena beliau akan
Terlihat jelas bahwa tidak adanya
mencalonkan kembali sebagai anggota
persiapan apapun terkait kegiatan reses,
DPRD Provinsi Banten periode selanjutnya.
bahkan informasi terkait kegiatan reses
Selain itu, proses kampanye yang
juga baru diberitahukan semalam
dilakukan juga membagikan beberapa
sebelum besoknya kegiatan reses
amplop kepada segelintir orang, karena
tersebut berlangsung. Tidak ada izin
tidak semua yang ikut hadir dalam
kepada RT setempat juga peneliti
kegiatan tersebut diberi ampolp. Dan
dapatkan dari beberapa obrolan staf
dilanjutkan dengan makan siang bersama.
pedamping dewan dengan para timses
Pada penjaringan aspirasi ini juga
di tempat kegiatan reses berlangsung.
ditemukan adanya kecurangan dimana
Staf pendamping dewan tersebut
pada penjaringan aspirasi yang dilakukan
menitipkan berkas untuk
oleh Y terdapat dua banner di tempat yang
sama dengan tanggal yang berbeda. dilakukan oleh Z juga kurang lebih
Padahal secara real di lapangan kegiatan mempunyai permasalahan yang sama.
penjaringan aspirasi masyarakat Tetapi pada penjaringan yang dilakukan
tersebut hanya dilakukan dalam satu oleh bapak Z ini memiliki perizinan yang
kegiatan di satu tempat. Proses lengkap bahkan di hadiri oleh Kepala Desa
manipulasi ini bertujuan agar pada dan petinggi-petinggi desa lainnya. RT
proses pelaporan seolah-olah terjadi maupun tokoh masyarakat juga ikut serta
dua proses penjaringan aspirasi dalam penjaringan aspirasi ini. Tetapi yang
masyarakat yang dilakukan oleh Y. lebih dominan adalah Kepala Desa, karena
Terlihat jelas bahwa pada saat yang menyuarakan aspirasinya pun
kegiatan reses tersebut berlangsung langsung oleh Kepala Desa Walikukun.
terdapat dua banner yang berbeda Tetapi masyarakat yang hadir masih
tanggal. Pada banner yang pertama kurang dari 200 peserta. Masyarakat
bertanggalkan 9 Maret 2018, dan pada diberitahu akan diadakannya kegiatan
banner yang kedua bertanggalkan 12 reses siang sebelum malamnya kegiatan
Maret 2018. Selain itu, menurut hasil reses berlangsung, menurut hasil
wawancara peneliti dengan pendamping wawancara dengan masyarakat yang
dewan, kegiatan manipulasi tersebut mengikuti kegiatan reses:
sudah biasa dilakukan bahkan banyak “Kegiatan ini baru diberitahu saat
anggota dewan yang lain sering siang, setelah adzan zuhur langsung
melalukan manipulasi tersebut. Berikut di umumkan di Musolla akan ada
wawancara peneliti dengan pendamping silaturahmi yang dilakukan oleh Z.”
dewan: Pada penjaringan kali ini juga
“Banyak yang hanya tiga kali terdapat konsolidasi politik atau bisa
melakukan kegiatan reses juga disebut kampanye, sama dengan yang
tapi pada saat pelaporan SPJ dilakukan oleh bapak X dan Y. Adanya
mencantumkan 6 hari, jadi
pembagian kalender pada saat kegiatan
seakan-akan udah melakukan
reses 6 hari padahal hanya foto reses berlangsung dan setelah kegiatan
di banner yang berbeda saja” tersebut selesai seluruh masyarakat juga
(wawancara dengan staf diberi amplop.
pendamping dewan Y). Aspirasi yang di usulkan pada
Dengan begitu, kegiatan penjaringan kali ini yaitu, mengenai
manipulasi tersebut memang sudah pembangunan jalan dan jembatan yang
biasa dilakukan di DPRD Provinsi rusak sepanjang jalan menuju desa
Banten, mungkin memang tidak semua Walikukun, program pembangunan
tetapi ada beberapa yang melaukan tersebut sudah masuk rencana
manipulasi seperti ini. pembangunan desa yang dananya
Ketiga, Penjaringan aspirasi bersumber dari dana desa. Pada saat
masyarakat yang dilakukan oleh bapak penjaringan aspirasi tersebut berlangsung
Z, tidak jauh berbeda dengan pihak dari desa yang diwakili oleh Kepala
penjaringan aspirasi yang telah Desa meminta kepada bapak Z untuk
dilakukan oleh bapak X dan bapak Y mengawal proses pembangunan agar tidak
sebelumnya. Pada penjaringan yang terjadi penyalahgunaan. Selanjutnya,
mengenai bantuan untuk ikut selanjutnya tidak diadakan lagi di
berpartisipasi dalam membangun Musholla-Musholla karena bagaimanapun
masjid yang dijadikan sebagai tempat Musholla bukan tempat untuk kegiatan
kegiatan reses berlagsung berupa berpolitik. Selain itu, kegiatan reses
bantuan semen. Dan bantuan tersebut tersebut juga baru sekali dilakukan di Desa
sudah di realisasikan. Walikukun. Karena sebelumnya belum
Pada dasarnya aspirasi pada indikator yang pertama yaitu
masyarakat masih sangat banyak dan melibatkan masyarakat setempat dalam
belum tersalurkan secara maksimal proses penjaringan aspirasi masyarakat
dalam momentum proses penjaringan yang dilakukan oleh anggota dewan belum
aspirasi yang di lakukan oleh anggota dijalankan secara maksimal, dimana
dewan. Namun karena keterbatasan masyarakat tidak berpartisipasi secara
waktu membuat aspirasi masyarakat aktif dalam memberikan masukan atau
tidak semuanya bisa diungkapkan oleh aspirasi kepada anggota dewan. Artinya,
masyarakat dalam hal ini diwakili oleh anggota dewan lebih banyak berperan
Kepala Desa. Berikut wawancara dengan secara aktif dibanding masyarakat.
Kepala Desa Walikukun: Selanjutnya, sebelum dilakukan
“Sebenarnya masih banyak yang proses penjaringan juga tidak dilakukan
belum saya sampaikan pada saat sosialisasi secara matang sehingga
kegiatan reses tersebut masyarakat yang hadir terkesan efek
berlangsung, tapi karena
mobilisasi dari anggota dewan. Hal ini pula
waktunya dibatasi saya juga tidak
bisa memaksa, lain kali jika ingin yang kemudian menyebabkan peserta
melakukan kegiatan reses kalau reses yang berasal dari masyarakat tidak
bisa jangan di batasi waktunya. bayak yang hadir dan tidak mengerti
Kan kegiatan tersebut jarang, jadi substansi dari proses penjaringan aspirasi
seharusnya jika sedang ada itu sendiri. Proses aspirasi lebih banyak
kesempatan bisa di maksimalkan.” dilakukan secara rekayasa oleh anggota
Selain itu, kepala desa juga
dewan.
merasa bahwa kegitan reses tersebut
Indikator yang kedua tentang
sebenarnya tidak pantas dilakukan di
penarikan gagasan dalam proses
dalam Musholla karena bagaimanapun
penjaringan aspirasi yang dilakukan oleh
kegiatan tesebut bukan untuk ibadah
anggota dewan dapat penah terjadi
melainkan untuk melakukan kegiatan
kegiatan reses di Desa Walikukun. Pada
politik. Berikut wawancara dengan
penelitian ini proses penjaringan aspirasi
Kepala Desa Walikukun:
masyarakat yang dilakukan oleh aggota
“Sebenarnya kurang setuju
dewan dapat dikatakan berjalan baik
ketika tahu akan ada reses di
Musholla, saya rasa tidak pantas dengan menggunakan paradigma
melakukan kegiatan reses di pendekatan Bottom-Up. Pendekatan
dalam Musholla walaupun Bottom-Up menjadi salah satu analisa
Musholla tersebut sedang di penting untuk melihat kinerja ekeftifitas
bangun.” dan efisiensi kinerja anggota dewan dalam
Dengan begitu, Kepala Desa kaitannya dengan penjaringan aspirasi
Walikukun berharap untuk kegiatan masyarakat yang menjadi tugas substansial
bagi yang bekerja sebagai wakil rakyat. ini memperlihatkan bahwa anggota dewan
Pendekatan Bottom-Up memiliki kurang melakukan konsensus atau
indikator diantaranya melibatkan kesepakatan yang semestinya dilakukan
masyarakat setempat, menarik gagasan, sesuai dengan pendekatan Bottom-up
membangun konsensus, dan yang theory. Dimana pada saat membangun
terakhir mendelegasikan kekuatan konsensus hanya dijalankan secara
pengambilan keputusan. Dilihat bahwa formalitas saja tanpa melakukan
penarikan gagasan belum memenuhi peninjauan aspirasi yang telah dilakukan
substansi kebutuhan analisis yang secara mendalam. Selanjutnya indikator
berkembang di masyarakat. Bentuk yang terakhir mendelegasikan kekuatan
penjaringan lebih banyak hanya pengambilan keputusan. Dengan memakai
dipahami sebagai pemberian bantuan pendekatan Bottom-Up, berarti
fisik dan bantuan langsung tunai. pengambilan keputusan juga didasari pada
Padahal, berbicara aspirasi seharusnya keputusan yang telah disepakati oleh
menyentuh substansi yang lebih luas masyarakat lalu dilanjutkan kepada
menyangkut permasalahan yang ada pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah
pada masyarakat dan apa solusi yang berarti anggota dewan yang melakukan
diberikan oleh anggota dewan. penjaringan aspirasi masyarakat. dalam
Jika dilihat secara langsung, proses penjaringan aspirasi yang dilakukan
kegiatan penjaringan aspirasi oeh anggota dewan tidak hanya melibatkan
masyarakat yang dilakukan oleh anggota dewan baik secara personal
Anggota DPRD Provinsi Banten pada maupun seacara institusional melainkan
dasarnya belum mengasilkan program harus melibatkan semua elemen atau
atau kebijakan apapun. Anggota DPRD unsur terkait yang relevan dengan isu atau
juga belum berhasil menjadi fasilitator permasalahan berdasarkan dari hasil
untuk masyarakat yang mengikuti kegiatan reses. Hal ini dikarenakan pada
penjaringan aspirasi tersebut. Peneliti dasarnya anggota dewan hanya berperan
menangkap ada dua hal kekelirun di sebagai penjaring aspirasi sementara yang
sini, pertama dari pihak masyarakat memiliki kewenangan untuk mengeksekusi
yang kurang memahami makna dan hasil reses tersebut adalah pemerintah
substansi dari kegiatan reses yang dareah dan SKPD yang bersangkutan
dilakukan oleh anggota dewan sehingga misalnya dalam satu kegiatan reses
ketika anggota dewan hadir turun ke berdasarkan hasil kesepakatan anggota
lapangan hanya di pahami sekedar ajang dewan dengan masyarakat dan
pemberian bantuan atau bagi-bagi uang. mempertimbangkan aspek analilis
Keuda, dari pihak anggota dewan gagal dijadikan sebagai agenda politik untuk
melakukan pencerdasan kepada meningkatkan popularitas dan elektabilitas
masyarakat mengenai pentingnya masa anggota dewan dan mereka merasa
reses dalam kaitannya melakukan nyaman dengan ketidakpahaman
penjaringan aspirasi, justru masa reses masyarakat mengenai tujuan dari kegiatan
ini. reses tersebut.
Indikator yang ketiga yaitu Kebutuhan masyarakat di perlukan
membangun konsensus, pada indikator adanya pelebaran jalan di suatu tempat,
maka angota dewan perlu megadakan SKPD terkait, biasanya ke Bappeda (Badan
audiensi dan koordinasi dengan dinas Perencanaan Daerah) untuk memilih
pekerjaan umum di daerah yang aspirasi yang lebih prioritas untuk di
bersangkutan. Dengan kata lain, proses realisasikan.
penjaringan aspirasi yang termasuk Pada akhirnya walaupun penjaringan
pada indikator ini adalah adanya aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh
kerjasama secara simultan dan anggota DPRD belum dipahami oleh
berkelanjutan dengan pihak lain dalam masyarakat, dan aspirasi yang di dapatkan
hal ini pemerintah. dari kegiatan reses juga bukan merupakan
Namun dalam konteks penjaringan kebutuhan prioritas. Dalam rapat
aspirasi yang dilakukan oleh anggota paripurna anggota DPRD menyimpulkan
dewan Provinsi Banten cenderung sendiri kebutuhan dari masyarakat.
melakukan simplifikasi terhadap isu dan Dengan begitu ada atau tidak adanya
permasalahan yang ditemukan di kegiatan reses ini sebenarnya tidak
masyarakat tanpa dibuat design memberikan masukan atau sumbangan
perencanaan yang lebih komprehensif aspirasi terhadap kebijakan maupun
dan matang. Berdasarkan observasi program yang direalisasikan oleh
peneliti dalam kesempatan mengikuti pemerintah.
rapat paripurna penyampaian hasil
reses pada tanggal 29 Maret 2018 yang Simpulan
dihadiri oleh 43 dari 85 angota dewan, Penjaringan aspirasi yang dilakukan
tepatnya dua minggu setelah kegiatan anggota dewan Provinsi Banten pada masa
reses berlangsung. Nampak terlihat reses yang telah peneliti ikuti pada tanggal
anggota dewan pada akhirnya hanya 7 sampai 14 Maret 2018 masa persidagan
menyampaikan rekapan dari seluruh ke II tahun sidang 2017/2018 jika dianalisa
aspirasi yang sudah diperoleh pada saat menggunakan pendekatan Bottom-Up
penjaringan sesuai dengan daerah belum dilaksanakan secara optimal dan
pemilihannya. Sehingga masyarakat pelaksanaannya terkesan hanya formalitas
sendiri tidak bisa memantau isi dari semata karena anggota dewan belum
laporan kegiatan reses tersebut apakah melaksanakan peran dan fungsinya secara
sesuai dengan aspirasi masyarakat atau maksimal. Hal ini didasari tidak adanya
tidak. Hal ini bisa dilihat pada saat transparansi atau keterbukaan informasi
sidang paripurna pelaporan hasil reses yang anggota dewan berikan kepada
sesuai dengan yang disampaikan oleh masyarakat, masyarakat yang hadir juga
perwakilan anggota dewan tiap-tiap tidak dari seluruh lapisasan masyarakat,
daerah pemilihannya. Setelah dilakukan selan itu kebanyakan masyarakat pada
rapat paripurna penyampaian hasil masa reses lebih cenderung menangkap
reses anggota DPRD Provinsi Banten kegiatan reses seperti acara amal dan
selanjutnya diserahkan kepada bantuan yang diaspirasikan pun berbentuk
eksekutif. Dalam hal ini eksekutif yaitu fisik, bukan bantuan yang sifatnya
sekertaris dewan, sekertaris dewan berkelanjutan.
melakukan rapat untuk pengelompokan Dalam hal ini peneliti menangkap ada
aspirasi dan selanjutnya dilanjutkan ke dua hal, yang pertama memang masyarakat
belum paham mengenai analisis adalah momen anggota dewan sebagai
kebutuhan mereka sendiri, masyarakat wakil dari pada konstituennya dalam
selalu menganggap anggota dewan menjaring aspirasi masyarakat.
sebagai santaclause yang bisa
mengabulkan keinginan masyarakat Referensi
seperti uang atau barang bukan Agriculture Directorate General. (2018).
kebutuhan yang sebenarnya dibutuhkan Leader from Initiative to Method.
European Commission.
oleh masyarakat. Selanjutnya, yang
Agus, Dwiyanto. (2003). Reformasi Tata
kedua anggota dewan sendiri merasa Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
diuntungkan karena ketika mereka Yogyakarta: Pusat Studi
mengabulkan keinginan masyarakat Kependudukan dan Kebijakan UGM.
dana yang dikeluarkan akan lebih Agus, Erawan Purwanto dan Dyah Ratih
sedikit dibandingkan ketika mereka Sulistyastuti. (2012). Implementasi
membuatkan suatu program yang Kebijakan Publik. Konsep dan
Aplikasinya di Inonesia. Yogyakarta:
sifatnya jangka panjang atau
Gava Media.
berkelanjutan yang pada akhirnya akan Aritonang, Julfreddi. (2011). Top Down dan
lebih bermanfaat untuk masyarakat. Bottom-Up Planning
Terlihat jelas bahwa ada kegagalan Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar
dalam hal analisis kebutuhan pada Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
masyarakat padahal dalam pendekatan Pustaka Utama.
Bottom-Up kebutuhan seharusnya Cipto, Bambang. 1995. DPR dalam Era
Pemerintahan Modern-Industrial.
datang dari masyarakat. Tetapi
Jakarta: PT. Grafindo Persada.
masalahnya ketika masyarakat tidak Creswell. (1998). Qualitative Inquiry:
cerdas dalam memilih kebutuhan yang Choosing Among Five Traditions.
lebih prioritas seharusnya dibantu oleh USA: Sage Publications Inc
anggota dewan tetapi pada kenyatannya Dayani, Nela. (2012). Akuntabilitas Kinerja
tidak. Anggota DPRD Daerah Pemilihan
Satu Kabupaten Serang Tahun 2010-
Pada akhirnya, penjaringan
2011. Skripsi. Universitas Sultan
aspirasi melalui kegiatan reses anggota Ageng Tirtayasa.
dewan ini hanya di pahami sebagai Devikristina, Eyie. (2012). Penerapan
bentuk bagi-bagi uang dan barang, Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up
padahal seharusnya angota Dewan dalam Pembangunan
memberi masyarakat program Fung, Archon dan David Weil. (2010). “The
berkelanjutan yang bisa memberikan Single Point of Failure”, dalam
Lathrop, Daniel dan Laurel Ruma.
pemberdayaan atau menyelsaikan
2010. Open Government:
masalah yang berkembang di Collaboration, Transparency, and
masyarakat. Jika memang program reses Participation in Practice.
hanya dijadikan sebagai acara amal Sebastopol: O‟Reilly Media.
berarti kegiatan reses yang dilakukan Hendriyanto, Rachmad. (2014). Analisis
oleh anggota dewan ini belum bisa Akuntabilitas Politik Reses, Studi
dikatakan efektif. Tidak ada tentang Kegiatan Reses Anggota DPRD
Provinsi Jawa Tengah. Journal.
keistimewaan dalam pelaksanaan
Universitas Diponogoro.
kegiatan ini, padahal kegiatan reses
Hendriyanto, Rachmad. (2014). Analisis Poerwandari, K. (2001). Pendekatan
Akuntabilitas Politik Reses, Studi Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Tentang Kegiatan Reses Anggota Manusia. edisi revisi. Jakarta:
DPRD Provinsi Jawa Tengah. LPSP3 UI.
Skripsi. Universitas Diponegoro, Putri, Qory Kumala dan M.Y. Tiyas Tinov.
Semarang. (2014). Efektivitas Reses Anggota
Irawan, Prasetya. (2006). Penelitian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kualitatif dan Kuantitatif Untuk (DPRD) Kabupaten Bengkalis Periode
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: DIA FISIP 2009-2014 (Studi Dapil I Kecamatan
Universitas Indonesia. Bantan, Kecamatan Bengkalis,
Ioannis A. (2014). Top-Down and Kecamatan Rupat, dan Kecamatn
Bottom-Up Urban and Religional Rupat Utara)‟. Dalam Pisma. No. 4.
Planning: Towards A Frramework Hal 30-58.
For The Use Of Planning Standarsd. Rizal, Afib. (2011). Gaya Komunikasi Politik
Jurnal. University of Pafos, School Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Tengah
of Architecture, Land and Pada Saat Reses Tahun 2010. Tesis.
Environmental Sciences. Universitas Diponegoro, Semarang.
Legislator-Konstituen. Jakarta: PT. Sandra, Luky. (2009). Kecendrungan
Kompas Media Nusantara. Hubungan Anggota Legislatif dan
Marbun, BN. (2006) . DPRD, Pertubuhan Konstituen: Studi DPRD Provinsi
dan Cara Kerjanya. Jakarta: Banten Hasil Pemilu 2009. Journal.
Pustakam Sinar Harapan (ejournal.politik.lipi.go.id)
Marwati, Lilis. (2008). Studi tentang Sianturi, Josmagel Harapan. (2014). Analisis
Peran Dewan Perwakilan Rakyat Terhadap Hubungan Anggota DPRD
Daerah Papua Dalam Menyikapi Dengan Konstituen Di daerah
Aspirasi Masyarakat. Skripsi. Pemilihannya (Studi Analisis: Kegiatan
Universitas Yapis Papua, Papua. Masa Reses Anggota DPRD Tapanuli
Marijan, Kacung. (2010). Sistem Politik Utara Di Dapil I Pada Tahun 2013).
Indonesia Konsolidasi Demokrasi Skripsi. Universitas Sumatera Utara,
Pasca Orde Baru. Jakarta: Medan.
Kencana Prenada Media Group. Suharto, Edi. (2006). Membangun
Miles, B Matthew dan Huberman, Masyarakat Memberdayakan
Michael A. (1992). Analisis Data Rakyat. Bandung: PT. Refika
Kualitatif. Jakarta: UI Perss Pratama.
Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Tata Tertib DPRD Provinsi Banten
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Undang-Undang Dasar Negara Republik
Remaja Rosda Karya. Indonesia Tahun 1945 Undang
Padgett, D. K. (1998). Qualitative Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
methods in social work research: Pemerintahan Daerah.
Challenges and rewards. Thousand Wibowo, Pramono Anung. (2013).
Oaks, CA: Sage Publications, Inc. Mahalnya Demokrasi, Memudarnya
Permata Sari, Desi. (2016). Pelaksanaan Ideologi: Potret Komunikasi Politik
Penyerapan Aspirasi Masyarakat Yin, Robert K. Studi Kasus Design &
Oleh Anggota DPRD Partai Nasdem Metode. Jakarta: Rajawali Press.
Periode 2014-2019 Kota Semarang
Pada Masa Reses Tahun 2014.
Skripsi. Universitas Negri
Semarang.

You might also like