Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

PERLINDUNGAN HAK BERPARTISIPASI DAN HAK UNTUK MEMILIKI AKSES KE

PELAYANAN PUBLIK BAGI SUKU ANAK DALAM

Abstract

Tribal Children In Indonesia is one of the Remote Indigenous Communities (KAT), a still-relatively-underdeveloped
group in the country. The situation stems from their restricted access to numerous areas, such as their inability to
participate in the conduct of public affairs, their right to vote and hold public office, and their entitlement to public
services as outlined in Article 25 of the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR). The
objectives of this study are to: (i) ascertain how the right to public services and participation in government are
protected for SAD, and (ii) find out what the local government's policies are on the defense of these rights.for SAD,
(ii) decide on the local government policy protecting the right of SAD to participate in government and the right to
access public services, and (iii) decide on the policy's execution regarding the defense of SAD's rights to public
services and participation in government. This is a descriptive study that employs a qualitative methodology.
Information was gathered through book and document reviews, as well as in-depth interviews with a number of
informants, including members of the public and authorities. An information analysis methodologies case study was
selected for this investigation. The case study's objective is to present a thorough synopsis of the kerangka balik, as
well as typical case characteristics and individual statuses that the World Health Organization eventually decided to
employ as a general matter. While the availability of policy recommendations that may be used by associated
agencies in an effort to provide protection against the SAD for the right to public services and the right to
participate in government is one of the benefits anticipated from the implementation of this study.

Keywords: Government Affairs, Public Service, Spare the Child Within

Abstrak
Salah satu kalangan masyarakat Indonesia yang lagi terkategori terbelakang ialah Komunitas Adat Teralienasi( KAT),
yang salah satunya ialah Kalangan Anak Dalam( SAD). Suasana itu berlaku seperti akibat dari keterbatasan akses
mereka di berbagai pandangan, antara lain ialah belum adanya partisipasi dalam aplikasi perihal khalayak, hak untuk
memilah dan dipilih dan hak untuk memiliki akses ke pelayanan khalayak sedemikian itu pula diatur dalam Postingan
25 Kovenan Garis besar Hak- hak Biasa dan Politik ICCPR). Riset ini berarti untuk( i) mengidentifikasi perlindungan
hak turut dan dalam perihal pemerintahan dan hak untuk memiliki akses ke pelayanan khalayak buat SAD,( ii)
mengidentifikasi kebijaksanaan penguasa area dalam perlindungan hak turut dan dalam perihal pemerintahan dan hak
untuk memiliki akses ke pelayanan khalayak buat SAD, dan( iii) mengidentifikasi aplikasi kebijaksanaan perlindungan
hak turut dan dalam perihal pemerintahan dan hak untuk memiliki akses ke pelayanan khalayak buat SAD. Riset ini
beradat deskriptif dengan mengenakan pendekatan kualitatif, dimana data diterima berasal pada kesusastraan serta dtudi
akta, harian terdahulu, serta novel.Riset ini memilah riset kasus dalam aturan metode analisa datanya. Tujuan riset kasus
ialah untuk memberikan bayangan dengan metode mendetail hal kerangka balik, sifat- watak serta karakter yang khas
dari kasus, atau status dari orang yang sehabis itu dari sifat- watak khas mulanya akan dijadikan suatu Mengenai yang
beradat lazim. Kebalikannya manfaat yang diharapkan dari aplikasi riset ini ialah tersedianya anjuran kebijaksanaan
yang dapat digunakan oleh instansi- lembaga terkait dalam upaya memberikan perlindungan pada SAD atas hak turut
dan dalam perihal pemerintahan dan hak untuk memiliki akses ke pelayanan khalayak.

Tutur Kunci: Hal Rezim, Jasa Khalayak, Kaum Anak Dalam

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunitas Adat Teralienasi( KAT) ialah salah satu kalangan masyarakat yang dihadapkan pada berbagai
permasalahan sosial dan terhambur di posisi relatif sulit dijangkau, dan pada umumnya jauh terbengkalai
dengan metode ekonomis atau sosial adat. Seragam perihalnya dengan Kalangan Anak Dalam( SAD) atau
Orang Rimba yang terdapat di Provinsi Jambi.

Berasal pada data yang diterima dari Badan Litbang Area Provinsi Jambi, jumlah SAD dekat 4. 631
Kepala Keluarga yang terhambur di 8 kabupaten. Warga SAD tidak berpendidikan dalam hadapi
perkembangan pembangunan, melainkan menyongsong pergantian itu sambil merasakan dampak negatifnya
antara lain berlaku seperti berikutnya: menurunnya kualitas hidup SAD( miskin), lenyapnya kehadiran tanah
adat( semacam hak ulayat) karena hutan dan tanah dimengerti oleh wirausaha Hak Pengurusan Hutan( HPH)
melalui Hak Buat Usaha( HGU), serta lenyapnya akar mata pencaharian tradisionalnya.

Negara harus mengambil langkah- tahap yang berdaya guna untuk membetulkan jika semua orang yang
berdaulat memilah dapat mengenakan hak itu. Untuk Sugiyanto dan Mochamad Syawie terdapat beberapa
permasalahan yang dirasakan oleh KAT yang disebabkan oleh 2 Mengenai utama yang berawal pada kesertaan
akar tenaga orang dan keterbatasan program pemberdayaan KAT yakni:( 1) penataran;( 2) pemindahan;( 3)
energi guru;( 4) energi medis;( 5) alat penguasa; dan( 6) koordinasi dari berbagai badan sektoral yang lagi
kurang.1. Permasalahan-permasalahan ini menunjukkan masih kurangnya akses KAT terhadap pelayanan
publik.

Perumusan Masalah
Bersumber pada kerangka balik yang sudah dijabarkan di atas hingga kasus dibatasi pada: Gimana proteksi
hak ikut serta dalam hal rezim serta hak untuk mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD? gimana
kebijaksanaan penguasa wilayah dalam proteksi hak ikut serta dalam hal rezim serta hak buat mempunyai
akses ke jasa khalayak untuk SAD? Dan gimana aplikasi kebijaksanaan proteksi hak ikut serta dalam hal
rezim serta hak buat mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD?
Tujuan Penelitian
Tujuan dikerjakannya penelitian ini merupakan buat mengenali proteksi hak ikut serta dalam hal rezim serta
hak buat mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD; buat mengenali kebijaksanaan penguasa wilayah
dalam proteksi hak ikut serta dalam hal rezim serta hak buat mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD;
dan mengenali aplikasi kebijaksanaan proteksi hak ikut serta dalam hal rezim serta hak buat mempunyai
akses ke jasa khalayak untuk SAD spesialnya di Provinsi Jambi.
Metode Penelitian
Penelitian ini berupa deskriptif, yang berusaha melukiskan proteksi hak ikut serta dalam hal rezim serta hak
buat mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD dan berupaya menarangkan bermacam
1
Sugiyanto dan Mochamad Syawie, “Mewujudkan Komunitas Adat Terpencil Sejajar dengan Masyarakat pada Umumnya”,
Jurnal Informasi, Vol. 12, No. 22, (2007):67-68.
aspek( pendukung serta penghalang) dalam hak ikut serta dalam hal rezim serta hak buat mempunyai akses
ke jasa khalayak untuk SAD.
Tidak hanya itu, penelitian ini memakai pendekatan kualitatif, yang bermaksud untuk menciptakan langkah-
langkah yang butuh dicoba oleh penguasa wilayah dalam proteksi hak ikut serta dalam hal rezim serta hak
buat mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD Metode Pengumpulan Informasi. Metode pengumpulan
informasi dalam penelitian ini hendak dicoba dengan metode berikut:
a. Studi literatur
Serangkaian kegiatan yang bersamaan dengan aturan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan menulis,
serta mengelolah modul studi terdahulu
b. Studi dokumen
Metode pengumpulan informasi dengan menghimpun serta menganalisa dokumen- dokumen, bagus akta tercatat,
lukisan, hasil buatan, ataupun elektronik. Akta yang diper- oleh setelah itu dianalisis, dibanding serta
dipadukan( campuran) membuat satu amatan yang analitis, ter- padu serta utuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Data Lapangan
1. Sejarah dan Kehidupan Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi
a. Sejarah
Kaum Anak Dalam di Provinsi Jambi tinggal di dekat pegunungan Jambi serta mengatakan diri Anak
Dalam yang dibedakan dengan warga luar( orang jelas). Gelar lain yang disenangi Kaum Anak Dalam(
SAD) yakni“ ahli”, ialah metode memanggil seorang yang belum tahu serta tidak sering berjumpa.
Apabila telah kerap berjumpa hingga panggilan akrabnya yakni“ nco” yang berarti kawan.2
Butet Manurung mengemukakan kalau terdapat gelar lain untuk komunitas SAD merupakan“
pihak”. Tutur ini sesungguhnya berarti kotor, kuno, ataupun ateis. Walaupun begitu, sebutan“ pihak”
oleh orang luar malah digunakan buat membuktikan bukti diri SAD yang“ kuno”. Di setelah itu hari,
artikulasi ini nyatanya pengaruhi metode penglihatan serta sikap SAD apabila berdekatan dengan
orang luar.3
Asal usul SAD sedang penuh rahasia, apalagi sampai saat ini tidak terdapat yang dapat
membenarkan asal ide SAD. Cuma sebagian filosofi serta narasi dari mulut ke mulut yang dapat
mengungkap sedikit asal usul hal SAD. Tengganai Ngembar( 80tahun),pemangku adat sekaligus
masyarakat tertua SAD yang bermukim di Halaman Nasional Busut 2 Simpati( TNBD) Jambi
menarangkan 2 tipe narasi hal asal usul SAD. Awal, eyang moyang masyarakat SAD ialah orang
Maalau Menyimpang, yang meninggalkan keluarga serta ambil kaki ke hutan rimba di dekat Air
Gelap, TNBD yang sesudah itu dikenal Moyang Segayo. Kedua, SAD yakni warga Pagaruyung,
Sumatera Barat yang ganti mencari sumber- akar nafkah yang lebih bagus serta bercokol di hutan.
Diperkirakan sebab atmosfer keamanan tidak mensupport ataupun bekal pangan tidak penuhi di
Pagaruyung.
Jenis kedua ini lebih banyak dikuatkan dari aspek bahasa, karena terdapat sebagian kesesuaian

2
Soetomo, Muntholib, Orang Rimbo: Amatan Struktural- Fungsional Warga Teralienasi Di Makekal Provinsi Jambi,( Bandung:
Universitas Padjajaran, 1995), hlm 58.
3
Manurung, Butet, Sakola Rimba, (Yogyakarta: Insist Press, 2007), hlm 41.
antara Bahasa Rimba serta Minang. SAD pula menganut sistem matrilineal, sebentuk dengan adat
Minang serta yang lebih mencengangkan, SAD menguasai“ Pucuk Undang Nang 8”, terdiri atas
hukum 4 ke atas dan 4 ke bawah, yang pula dikenal di ranah Minang.
b. Kehidupan Sosial Suku Anak Dalam
SAD tercantum kalangan suku bangsa mongoloid yang pindah awal dari orang proto- melayu.
Perawakannya pada umumnya lagi, kulit sawo matang, rambut kira- kira ikal, telapak kaki tebal, pria
serta wanita yang berusia banyak makan sirih. Karakteristik raga lain yang muncul merupakan
performa gigi yang tidak terpelihara serta bercorak kecoklatan. Perihal ini terpaut dengan Kerutinan
warga SAD yang dari kecil hampir tidak menyudahi merokok, dan rambut yang nampak kusut sebab
tidak sering disisir..
2. Kebijakan Perlindungan terhadap Suku Anak Dalam.
Kebijakan dalam perlindungan
pada SAD dapat dicermati dengan metode lazim dan istimewa. Dengan metode lazim yakni
kebijaksanaan penguasa yang mensupport pola hidup SAD dari yang melangun ke bercokol. Dari
kebijaksanaan yang diterima oleh penguasa pusat, provinsi dan kabupaten, rasanya arah kebijaksanaan
yang diterima ialah pada alternatif merelokasi masyarakat SAD jadi masyarakat yang bercampur
dalam suatu kalangan( bercokol).
Proteksi hak ikut serta dalam hal rezim serta hak buat mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD,
penguasa Provinsi Jambi sudah memperjuangkan sebagian tahap antara lain selaku selanjutnya:
a. Perlindungan Hak Berpartisipasi Dalam Urusan Pemerintahan
Berhubungan dengan pola hidup warga SAD yang bertambah bertumbuh, penguasa wilayah dalam
perihal ini Biro Sosial, Daya Kegiatan serta Transmigrasi sudah memilah SAD ke dalam 3 jenis
ialah berdiam, berdiam sedangkan serta melangun. Identitas dari tiap- tiap jenis merupakan selaku
selanjutnya:

1. SAD Menetap.
SAD jenis ini diucap SAD Berdiam Nian, ialah sudah membaur dengan warga biasa( orang jelas) serta
sudah tinggal di satu dusun. Kalompok jenis ini relatif tidak terkendala dalam mendapatkan bukti diri diri
serta pula telah bisa ikut serta dalam hal rezim tercantum Pemilu. Golongan ini mempunyai identitas selaku
selanjutnya:
Tabel: 1
Ciri-ciri SAD dengan Kategori Menetap
No Ka Ciri-Cirinya
. teg
ori
1. Melan Tidak melangun
gun
2. Ladan Mempunyai Kebun
g/ Karet, Sawit,
Huma
Pimpi Beberapa struktur telah
3. nan hilang
Tradis
ional
4. Besale Tidak dipertahankan dan
dijaga sehingga
diperlihatkan ornag
banyak
Temp Menetap di suatu
5. at
Tingg pedesaan
al
Ruma Beraneka ragam
6. h/
sudun
g
Kelo Kelompok yang besar,
7. mpok membaur
dengan etnis lain
8. Mata Ladang, kebun karet, kuli
penca
harian
9. Intera Terbuka
ksi
Sosial
Kekay Rumah, kebun , tanah,
10 aan kendaraan
11. Keper Islam
cayaa
n
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Jambi.4
1) SAD Menetap Sementara.
SAD jenis ini diucap SAD“ Betalang”, ialah sudah berdiam dalam sesuatu area khusus. Walaupun golongan
warga SAD ini sudah hidup dalam sesuatu dusun, tetapi sedang mempunyai kemauan buat melangun serta
kokoh tindakan menutup diri( pengasingan). Perihal ini jadi hambatan dalam usaha pembauran dengan
golongan luar, tetapi relatif gampang untuk penguasa dusun buat melaksanakan pendataan kependudukan
tercantum dalam pemberian bukti diri diri. Ada pula ciri- cirinya:
Tabel: 2
Ciri-ciri SAD dengan Kategori Menetap Sementara
N KATEGORI CIRI-
O CIRINYA
.
1 Melangun Sepanjang 2– 4 tahun, peserta
. melangun semua badan
keluarga serta famili, capaian
melangun 75 kilometer.

Pimpinan Tumenggung, Depati,


2 mangku, Menti, serta
tradisional
. debalang Batin

Ditatap selaku upacara


3 Besale bertuah, dipertahankan, tidak
. ingin ditonton orang luar.

Tidak bercocok tanam, tidak


4 Ladang/huma memiliki adat kegiatan
. memasak tanah,

Pantang / tidak
Tempat hidupberdusun,tidak
5
Tinggal punya rumah tetap
.
Rumah / Sangat sederhana,
6 sebagai tempat
Sudung
. berteduh
Kelompok kecil,
7 Kelompok bersendikan
. geneologis

4
Ibid., hal. 27.
Mata Berburu, meramu,
8 Pencaharian mengumpul
.
Interaksi Terbatas serta tertutup,
9
Sosial melalui jenang serta ataupun
.
benih semang

1 Kekayaan Kain sarung,


tombak, dan golok
0
.
Animisme,
1 Kepercayaan dinamisme,
1 polytheisme
.
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Jambi.5
2) SAD Melangun.
SAD Melangun merupakan golongan SAD yang hidupnya sedang nomaden. Golongan ini sedang susah buat
ditemui sebab lalu berpindah- pindah alhasil penguasa ni merupakan sebab terdapatnya badan keluarga yang
tewas bumi di tempat itu ataupun awal tanah terkini buat para transmigran di area golongan ini. Identitas
golongan melangun:
Tabel: 3
Identitas SAD dengan Jenis Melangun

N Kateg Ciri-Cirinya
o ori
.
1 Melangun Sepanjang 2– 4 tahun, peserta
. melangun semua badan keluarga
serta famili, capaian melangun 75
kilometer.

2 Pimpinan Tumenggung, Depati,


. tradisional mangku,
Menti, sertadebalang
Batin
3 Besale Ditatap selaku upacara bertuah,
. dipertahankan, tidak ingin
ditonton orang luar.

4 Ladang/ Tidak berladang, tidak


. huma memiliki
budaya kerja mengolah
tanah,
5 Tempat Pantang / tidak
. Tinggal hidupberdusun,tidak
punya rumah tetap
6 Rumah / Sangat sederhana,
. Sudung sebagai
tempat berteduh
7 Kelompok Kelompok kecil,
. bersendikan
geneologis
8 Mata Berburu, meramu,
. Pencaharia mengumpul
n
Terbatas serta tertutup,
9 Interaksi lewat jenang serta
. Sosial ataupun benih semang

5
Ibid., hal. 26.
1 Kekayaan Kain sarung, tombak,
serta golok
0
.
Animisme, dinamisme,
1 Kepercaya polytheisme
1 an
.
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Jambi.6

Pada biasanya, warga SAD kategori berdiam sedangkan serta melangun tidak mempunyai bukti diri diri.
Pemahaman masyarakat SAD dalam kepemilikan bukti diri KTP tidaklah buat selaku bukti diri diri melainkan
hanya pelampiasan administratif dalam setempat hadapi kesusahan dalam melaksanakan pendataan
kependudukan. Alibi buat berpindah- pindah golongan keadaan khusus, misalnya angsuran alat transportasi
bermotor.( penjelasan: penemuan di alun- alun kalau walaupun beberapa SAD tidak memiliki tempat tinggal
( nomaden), namun mempunyai alat transportasi bermotor). Dalam penuhi hak buat ikut serta dalam hal
rezim( ialah penerapan pemilu atau pemilukada) dan akses ke pelayanan publik, penguasa wilayah
mempraktikkan dispensasi terpaut dengan kepemilikan Kartu Ciri Masyarakat( KTP). Walaupun masyarakat
SAD tidak mempunyai KTP, sesungguhnya golongan ini memiliki minat yang bagus pada penerapan pemilu
atau pemilukada. Butuh dikenal kalau pada tahun 1999, KPU senggang mengakhiri salah satu SAD legal
semacam barid kalangan di MPR pusat, ialah Datuk Maliki. Komisoner KPU Ambang Jambi serta Batanghari
menarangkan bila antusiasme SAD buat beranggapan pemilu amat besar. Hal ini diakibatkan oleh sebagian
pemikiran, antara lain:

adanya sosialisasi dari KPU kabupaten, adanya sosialisasi dari partai politik, serta adanya janji- akad dari
calon kepala desa yang datang ke masyarakat SAD. Partisipasi masyarakat SAD tipe bercokol sebaliknya dan
melangun yang memiliki fakta diri didetetapkan dapat tercetak berlaku seperti calon pemilih dalam Memo
Pemilih Tetap( DPT) dalam pemilu ataupun pilkada. Sebaliknya itu buat masyarakat SAD yang tidak memiliki
fakta diri diri, pihak KPU mengupayakan tetap memasukkan dalam DPT selama
penuhi ketentuan:
a) Mempunyai pesan penjelasan dari kepala dusun terdekat.
b) Terdapat saran Temenggung( kepala kaum) yang melaporkan kalau baya orang itu telah penuhi ketentuan
selaku pemilih( perihal ini disebabkan tidak terdapat penjelasan kelahiran atau akta kelahiran ataupun KTP).
Pesan penjelasan Temenggung ini jadi prinsip untuk KPU buat memasukkan SAD dalam DPT semenjak
Tahun 2004.

Buat masyarakat SAD tipe melangun dan bercokol sebaliknya, dalam aplikasi pemungutan suara, pihak
Komisi Pemastian Biasa( KPU) berinisiatif membuat TPS yang berdampingan dengan alam dimana komunitas
ini terdapat. Ilustrasinya pada TPS II Batu Sawar Batanghari yang diadakan buat 274 orang SAD yang
memiliki hak pemilahan pada pemilukada Kabupaten Batanghari Tahun 2010. Untuk Sekretaris Desa Nyogan
terdapat 4( 4) TPS di Kabupaten Batanghari

6
Ibid., hal. 24.
b. Proteksi Hak buat Mempunyai Akses Jasa Publik

Akses jasa khalayak untuk SAD tidak terbebas dari usaha penguasa dalam merelokasi SAD jadi masyarakat
yang tinggal di alam istimewa( dusun). Hal yang jadi tantangan terberat dari usaha relokasi warga SAD yakni
lagi kuatnya aksi melangun. Akses jasa khalayak untuk SAD belum jadi prioritas penguasa pusat serta zona.
Walaupun sedemikian itu, telah terdapat sebagian program yang berpendidikan insidentil sudah dilaksanakan,
misalnya:

a.) Akses kepada Jasa Kesehatan.

Akses pada kesehatan amat terpaut pada kebijaksanaan Puskesmas setempat. Buat biro kesehatan provinsi
ataupun kabupaten sudah dilaksanakan sebagian program eksklusif oleh Puskesmas, misalnya pada

tahun 2007 di banat Kabupaten Batanghari( dekat hutan Dusun Bungko) serta banat Kabupaten Ambang
Jambi( dekat hutan Dusun Nyogan) terdapat program:

- Penjatahan 100 paket kebersihan badan( higeon orang), yang isinya: satu lembar handuk, satu buah sabun
man di, 1 buah pasta gigi, 1 buah sikat gigi, 1 buah perkakas pemotong kuku.

- Pengarahan ketentuan tata cara melindungi kebersihan diri( tata cara gosok gigi, tata cara mandi, tata cara
memotong kuku).

Berkaitan dengan akses pelayanan kesehatan pada umumnya, Puskesmas yang daerahnya terdapat SAD tidak
memberikan pelayanan khusus pada SAD. Pelayanan Puskesmas pada SAD disamakan dengan masyarakat
setempat. Misalnya pelayanan Posyandu, yang umumnya bangunan Posyandu diletakan pada suatu tempat
eksklusif yang permanen, walhasil masyarakat SAD yang terdapat jauh dari tempat itu tidak dengan aturan
metode otomatis dapat mengakses layanan itu. Sedemikian itu pula dengan Puskesmas kisaran, kunjungan
yang dicoba dengan aturan metode bergilir ke alam eksklusif, tidak tetap dapat mengakses posisi SAD yang
terdapat di alam yang relatif jauh. Temuan di alun- alun membenarkan posisi dimana terbuat Posyandu di
alam tempat SAD bermukim, bergairah masyarakat untuk menciptakan pelayanan kesehatan besar, tercetak
layanan imunisasi, dan keluarga berencana yang untuk dinas kesehatan diserahkan dengan aturan metode
gratis.

Untuk biro kesehatan terdapat hambatan dalam menaruh tenaga kesehatan semacam suster dusun di posisi
dekat SAD. Hambatan itu antara lain:

- Tenaga kedokteran serta tenaga suster dusun yang biasanya yakni wanita jadi estimasi dari biro kesehatan
buat menaruh di posisi SAD yang jauh dari dusun.
- Beberapa besar aparat aneh buat ditempatkan di posisi dekat pemukiman SAD.

c. Akses pada Jasa Pendidikan

Akses jasa pelatihan biasanya terkendala pada permasalahan geografis, dimana posisi sekolah jauh dari adres
masyarakat SAD.

Penemuan di alun- alun melukiskan bila anak SAD tidak sering bercampur dengan anak luar golongan, oleh
sebab itu terbuat SD kecil yang jumlah kelasnya yang terbatas.

Analisis
Hak Warga SAD Berpartisipasi dalam Urusan Pemerintahan
a. a. Dalam memperhatikan proteksi hak SAD dalam Mengenai rezim, pertama- tama studi ini
menaruh usaha penindakan keamanan SAD oleh Biro Sosial Provinsi Jambi lewat pendekatan
pengelompokan SAD ke dalam 3( 3) golongan besar legal semacam bawah analisa dari
perspektif angka. Ada pula karakter masing- masing golongan itu mempunyai jalinan pada
usaha penguasa dalam penuhi hak dalam Mengenai rezim. Partisipasi SAD dalam Ruang
Khalayak
b. Dalam perspektif HAM, ada 3 aspek yang jadi pendukung kewajiban negeri dalam bagan
mencegah hak dalam hal rezim, mencakup:
1. Data mengenai hal khalayak.
2. Informasi kualitatif di alun- alun membuktikan kalau data mengenai hal khalayak belum
tersampaikan seluruhnya pada semua warga SAD. Anggapan itu pergi dari kenyataan
kalau pemakaian KTP oleh masyarakat SAD berdiam yang sekedar buat ketentuan
administratif pembelian alat transportasi bermotor. Sementara itu dalam perspektif
HAM, bukti diri itu memiliki keterkaitan lebih besar dibanding kebutuhan efisien yang
dicerminkan oleh mayoritas warga SAD.
3. Metode pelibatan SAD dalam formulasi kebijaksanaan.
4. Pada prinsipnya masyarakat SAD mempunyai minat yang besar buat ikut serta dalam
aplikasi pemungutan suara pemilu kepala zona. Terdapatnya janji- akad para calon
pemilu dalam kampanye di hadapan masyarakat SAD menghasilkan masyarakat
mempunyai ekspektasi yang besar pada para calon delegasi orang. Tetapi sedemikian itu
bila diperhatikan dari bentuk normatif yang terdapat di kandungan provinsi, terlihat bila
lagi rendahnya keberpihakan dengan tata cara politis terpaut pembebasan hak bawah
masyarakat SAD. Meski hak masyarakat SAD buat terkumpul serta mengantarkan
pemikiran diakomodir oleh penguasa dalam bermacam peluang perbincangan khalayak,
tetapi hingga dikala ini aturan metode kesertaan khalayak itu belum bisa menciptakan
kerangka normatif yang memayungi proteksi hak bawah masyarakat SAD, spesialnya
yang melangun serta bercokol kebalikannya. Infrastruktur yang menjamin perlindungan
hak.
Tahap eksekutor pemilu buat membuat TPS di dekat area pemukiman SAD, dan
kebijaksanaan dispensasi untuk masyarakat SAD buat memilah dalam pemilu kepala
wilayah bisa diamati selaku tahap positif dalam mempraktikkan perlakuan
spesial( preferential pengobatan). Idealnya perlakuan spesial itu disusun bersumber pada
pemograman kebijaksanaan yang lebih menyeluruh dalam bagan menjamin hak
masyarakat SAD buat ikut serta dalam hal khalayak.

Pada tingkatan operasional kerakyatan prosedural, ada gejala eksploitasi beberapa suara masyarakat SAD
buat profitabel pihak khusus dalam pemungutan suara pemilu. Gejala itu memantulkan posisi masyarakat
SAD selaku barang politik yang rentan kepada penyalahgunaan kebutuhan.

b. Suasana kehilangan data yang pasti dan teliti terkait jumlah warga SAD yang tidak bercokol
menjadikannya berlaku seperti pintu masuk pelanggaran hak warga SAD untuk dengan metode lapang
memilah kepala area, yang berimplikasi pula pada pelanggaran hak warga SAD dalam perihal
pemerintahan.
c. Langkah Efektif Negara
Pergi dari keinginan spesial dari masyarakat warga SAD selaku KAT, hingga negeri harus mengutip
perlakuan spesial dalam penuhi hak SAD buat ikut serta dalam rezim. Bersumber pada pemaparan dari 3
aspek pendukung di atas, hingga negeri mempunyai peranan dalam mengutip aksi positif terpaut 3 perihal,
ialah: awal, penyampaian data yang komplit serta cermat mengenai hal khalayak; kedua, pengarus- utamaan
proteksi kepada hak asas masyarakat SAD dalam tiap format rezim; serta ketiga, kategorisasi metode
perlakuan spesial( preferential pengobatan) kepada proteksi hak masyarakat SAD buat bisa ikut serta dengan
cara efisien dalam hal rezim.

Dengan tata cara normatif, tahap berakal untuk negeri itu searah dengan berperan negeri yang tercetak dalam
Artikel 2 Bagian( 2) ICCPR yang menata bila: Bila belum diatur dalam pemastian perundang- bujukan
ataupun kebijaksanaan yang lain yang terdapat, masing- masing Negeri Pihak dalam Kovenan ini
berkomitmen buat mengutip langkah- langkah yang dibutuhkan, cocok dengan tata cara konstitusinya serta
dengan ketentuan- pemastian dalam Kovenan ini, buat mengakhiri pemastian perundang- rayuan ataupun
kebijaksanaan lain yang dibutuhkan buat meresmikan hak- hak yang diakui dalam Kovenan ini.

Pantas digarisbawahi kalau perlakuan spesial yang dibutuhkan buat pelampiasan hak warga

SAD wajib searah dengan nilai- nilai HAM, alhasil kebijaksanaan yang didapat negeri tidak malah setelah itu
melukai hak masyarakat SAD. Sedikitnya, perlakuan spesial penguasa kepada hak masyarakat SAD buat ikut
serta dalam penguasa mengarah pada keluaran( output) yang terlihat dalam penanda selanjutnya:

a. Terjadinya organisasi- organisasi politik


ataupun badan warga selaku bagian dari aktivitas sosial, sekalian selaku alat harapan masyarakat SAD dalam
determinasi kebijaksanaan.
c. Lahirnya LSM yang mencermati perkara hak SAD selaku pengawasan sosial ataupun selaku
input kepada kebijaksanaan negeri.

d. Penerapan Pemilu yang berikan peluang pada masyarakat SAD buat memilah ataupun diseleksi,
semacam: berkampanye, turut dan dalam partai politik, pemilih aktif, serta jadi badan badan
perwakilan orang.

Hak Warga SAD untuk Memiliki Akses ke Pelayanan Publik


Akses ke jasa khalayak untuk masyarakat SAD membutuhkan tahap positif( positive action) dari
penguasa, dalam arti aksi aktif yang didapat penguasa jadi aspek determinan dalam penuhi hak masyarakat
SAD atas jasa khalayak. Pergi dari akal sehat itu, hak atas akses masyarakat SAD ke jasa khalayak butuh
dianalisis dari pandangan bentuk, cara, serta hasil dari tahap positif yang sudah didapat oleh penguasa.
Dengan cara lebih khusus, searah dengan politik desentralisasi Indonesia, hingga penguasa wilayah
menggenggam jatah yang lebih besar dari penguasa pusat dalam menanggulangi perkara hak masyarakat
SAD ini..
A. Indikator Akses ke Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan Pertama-tama terkait dengan akses warga
SAD ke pelayanan pendidikan dan kesehatan, titik awal analisis dapat dimulai dari tabel berikut:

Aksesibilitas Persoalan
Struktur Ketetapan 1. Kendala
Gubernur fisik
Jambi No 102 atau 2. Kendala
kep- gub atau biro ekonomi
sosnakertrans atau 3. Kendala
2010 mengenai
Penentuan administratif
Golongan 4. Kendala jender
Kegiatan( Pokja) 5. Kendala sosio-
Komunitas Adat kultural
Terasing Provinsi
Jambi Rentang
waktu 2010- 2012.

Proses -
Hasil -

Dari bagan penanda itu, bisa disimpulkan kalau kebijaksanaan yang didapat oleh penguasa wilayah
sedang bertabiat parsial serta belum bisa penuhi hak atas akses masyarakat SAD ke jasa pembelajaran serta
kesehatan dengan cara efisien. Belum dibentuknya parasut hukum yang dengan cara khusus mengenai
perlakuan spesial kepada hak masyarakat SAD atas akses ke jasa khalayak menimbulkan kegamangan
petugas penguasa dalam mengutip tahap yang efisien untuk pelampiasan hak itu. Kegamangan itu terlihat
dari kehabisan anak kebijaksanaan yang lebih efisien di tingkatan SKPD, dan kehabisan perhitungan
spesial untuk pelampiasan hak masyarakat SAD.
Absennya kebijaksanaan efisien selaku cara dalam penanda akses ke jasa khalayak di atas berimplikasi pada
tidak tercapainya hasil yang nyata mengenai pemakaian akses ke jasa khalayak oleh masyarakat SAD.

b. Hambatan Multidimensional

Kelima hambatan yang tercetak dalam tabel

bisa jadi dini injakan untuk penguasa, bagus tingkatan pusat ataupun wilayah, dalam menanggulangi perkara
mengenai akses masyarakat SAD ke jasa khalayak. Target kebijaksanaan yang pantas disusun oleh penguasa
seyogyanya merujuk pada 6 perkara itu, alhasil bisa menuntaskan kasus dengan cara lebih menyeluruh.

Ada pula dari informasi kualitatif yang didapat dalam penelitian ini, bisa disimpulkan sebagian nilai yang jadi
aspek penghalang pelampiasan hak masyarakat SAD atas akses ke jasa khalayak:
Faktor Penghambat Internal SAD Faktor Penghambat Eksternal
SAD
a) Pola hidup melangun. a) Pandangan umum masyarakat
Untuk mereka yang berumur berusia, ialah pola terhadap SAD.
hidup yang dikenalnya semenjak lahir. Pola Kemauan warga( spesialnya warga
berdiam terkini dipublikasikan pada mereka dalam asli) buat hidup bercampur dengan
kurun durasi 15- 20 tahun, yang oleh karenanya SAD sedang amat lemah engenang
untuk angkatan berumur ataupun berusia perihal ini terdapatnya keyakinan keyakinan
menghasilkan keharusan buat mengganti pola misalnya berhubungan dengan
Kerutinan yang ialah hal yang susah. Perihal ini perbuatan cula khusus yang
hendak berlainan untuk mereka yang telah dicemaskan hendak menarik
dibesarkan dalam pola berdiam. mereka buat jadi bagian dari SAD
serta perihal ini ialah perihal yang
amat tidak di idamkan. Disamping
b) Keterampilan ataupun keahlian yang jadi bekal buat
itu terdapat pemikiran kalau
hidup menetap tidak mereka punya misalnya
jenjang sosial dalam warga
bertani ataupun bercocok tanam. Adat hidup
memandang SAD ialah warga
Melangun serta mencari ialah keterampilan penting
dalam jenjang yang kecil
mereka serta perihal ini tidak terpakai kala mereka
dibanding dengan warga pada
dipublikasikan dengan kehidupan berdiam.
biasanya.
b) Peran
c) Kemauan untuk hidup
penguasa yang terbatas. Pola
Bercampur dengan warga( orang jelas) sedang jadi
pendekatan yang sepanjang ini
perihal yang tidak di idamkan oleh SAD yang
dicoba merupakan pendekatan
menyangka dirinya orang suram.
yang berplatform pada
kebijaksanaan serta bukan
keinginan. Banyak dikeluhkan
memungut
oleh SAD yang melaporkan kalau
yang diadakan pada mereka
merupakan perumahan tanpa
diserahkan pangkal nafkah kala
mereka memilah berdiam.
Menyamakan dengan para
transmigran yang diserahkan tanah
beberapa 2 hektar selaku pangkal
nafkah, yang diserahkan pada
SAD cumalah lahan rumah
ataupun halaman yang luasnya
tidak lebih antara 250- 500 m2.
Perihal ini yang mengarah
mendesak mereka buat balik
melangun.

c) Logistik aparat yang jadi


pengelola SAD. Tidak banyak
orang yang setelah itu berkenan
buat mengemban kewajiban ini
disebabkan jarak serta area
kewajiban serta karakter SAD
yang spesial. Dalam perihal ini
kualifikasi SDM yang bukan cuma
keterampilan namun pula
empati( karakteristik ini biasanya
dipunyai oleh badan LSM yang
sukses mengatur SAD)
menghasilkan logistik aparat jadi
hambatan tertentu.
Pemisahan Independensi Beranjak Masyarakat SAD dalam Perspektif Hak Awam serta Politik
Berawal pada informasi serta analisa di atas, salah satu pemikiran berarti yang membatasi aplikasi andil
negeri dalam menjauhi hak bawah masyarakat SAD yakni atmosfer sosial- adat masyarakat SAD yang
kerap berpindah- ganti tempat ataupun melangun.

Kerutinan ini membutuhkan dipikirkan balik supaya warga SAD lewat program relokasi bisa hidup dalam
komunitas semacam dusun. Kebijaksanaan memukimkan dengan tata cara permanen semua masyarakat
SAD ialah tahap dini yang membutuhkan kilat dicoba oleh penguasa. Dari perspektif hak lazim serta
politik, pemisahan pada independensi masyarakat SAD buat beranjak itu pergi dari pembenaran sah bila
kebijaksanaan itu cocok dengan ketentuan- pemastian, tujuan, serta balance dari aturan- determinasi
HAM. Bila berhubungan dengan problematika proteksi serta pembebasan hak warga SAD dikala ini,
hingga tidak bisa ditemui pembenaran pada pemisahan hak masyarakat SAD buat beranjak. Tetapi
sedemikian itu, pembenaran bisa diurai dari penjelasan angka pembedaan dalam HAM. Pergi dari
penjelasan sedemikian itu, hingga bisa disimpulkan bila kekalahan penguasa buat mengutip tahap yang
berakal untuk, misalnya menghalangi ruang lagak masyarakat SAD. Kekalahan ini bisa dikira legal
semacam lagak spesial negeri dalam menjauhi serta penuhi hak bawah masyarakat negeri. Oleh karena
itu, status masyarakat SAD legal semacam penyandang permasalahan keamanan sosial menginginkan
terdapatnya tahap eksklusif yang diperoleh oleh negeri.

Dalam Catatan Kesalingpahaman antara Bagian Sosial dengan Bagian Kehutanan serta Tubuh Pertanahan
Nasional perihal Pemberdayaan Komunitas Adat Teralienasi Lewat Klasifikasi Zona tinggal di dalam
serta di luar Alam Hutan tercetak bila ekskalasi keamanan masyarakat KAT didasarkan pada prinsip-
prinsip: non- khusus, kemauan yang terbaik untuk masyarakat KAT, hak buat hidup serta kesinambungan
hidup, apresiasi pada nilai- nilai lokal masyarakat KAT, serta partisipatif. Prinsip- prinsip itu pada
dasarnya searah dengan nilai- nilai HAM yang ada dalam pemastian hukum nasional serta garis besar.
Oleh karena itu, penguasa pusat serta zona harus melegakan catatan kesalingpahaman itu ke dalam
kebijaksanaan yang lebih implementatif, dan bisa mensupport percepatan klasifikasi zona tinggal
eksklusif untuk masyarakat SAD.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan dimuka maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kalau usaha proteksi kepada hak ikut serta dalam hal rezim serta akses kepada jasa khalayak untuk
SAD pada dasarnya sedang terkendala. Hambatan ini diakibatkan 2 perihal ialah situasi SAD sendiri
yang belum segenap berdiam melainkan sedang melangun serta sedang minimnya kebijaksanaan
penguasa kepada SAD. Yang sangat mengemuka dalam penemuan merupakan sedang minimnya
kesertaan warga SAD dalam hal rezim, paling utama untuk SAD yang sedang dalam jenis melangun
ataupun berdiam sedangkan. Salah satu aspek pemicu minimnya kesertaan SAD dalam hal rezim
merupakan tidak dipunyanya bukti diri diri( KTP), alhasil SAD tidak bisa memakai hak suaranya
dalam penentuan biasa kepala wilayah.
2. Kebijaksanaan penguasa zona dalam proteksi hak ikut serta dalam Mengenai rezim serta hak buat
mempunyai akses ke jasa khalayak untuk SAD dalam Hal ini bisa dipecah jadi kebijaksanaan dilevel
penguasa propinsi yang mempunyai analogi besar serta penguasa kapupaten sampai kelurahan dan
perangkatnya( Rt atau Rw) dalam analogi mikro. Dalam Hal ini yang mencuat yakni kebijaksanaan pada
analogi mikro misalnya untuk warga SAD yang tidak mempunyai kenyataan diri diri, pihak KPU
berinisiatif membuat TPS eksklusif, misalnya TPS II Batu Sawar Batanghari. Tidak hanya itu pula pihak
KPU memperjuangkan buat senantiasa memasukkan SAD dalam DPT selama:

- tubuh SAD itu mempunyai memo penjelasan dari kepala dusun terdekat dengan tempat pemukiman; atau
- adanya imbauan Temenggung( kepala golongan) yang berikan ketahui bila dewasa orang itu telah penuhi
pemastian legal semacam pemilih.

- Pesan uraian Temenggung ini jadi prinsip untuk KPU buat memasukkan SAD dalam DPT dari tahun
2004 Kebijaksanaan itu diperoleh buat menanggapi kesulitan dilapangan. Coretan halangan yang dialami
oleh pihak KPU yakni terdapatnya catatan pemilih dua kali yang dilakukan

karena kepribadian nomaden mereka ataupun terlebih digunakan oleh orang per orang istimewa dalam
usaha penimbunan suara. Hal yang menarik dalam kebijaksanaan penindakan SAD yang lain yakni:

a. Kemiripan kebijaksanaan yang diserahkan oleh penguasa zona antara kabupaten yang satu dengan
kabupaten yang lain. Penemuan ini terpaut dengan akses jasa kesehatan pada SAD, misalnya: di Kabupaten
Batanghari berlainan dengan SAD di Kabupaten Ambang Jambi. Akses pada kesehatan amat terpaut pada
kebijaksanaan puskesmas setempat.

b. Lagi terdapatnya hambatan pada Akses Layanan Pelatihan untuk kanak- kanak SAD. Hal ini disebabkan
permasalahan geografis dimana sekolah jauh dari adres masyarakat tempat SAD bertempat bermukim.
Kebijaksanaan yang diperoleh oleh penguasa zona yakni dibangunnya SD kecil yang biasanya terbuat
dalam jumlah tipe yang terbatas, walaupun perlengkapan yang diserahkan amat terbatas. Tidak hanya
pelatihan legal, dari pandangan pelatihan agama, warga SAD belum memperoleh perlengkapan yang
penuhi bagus dari gedung tubuh ataupun dari pandangan wujud agama( pimpinan atau ustad atau pendeta),
walhasil warga yang mau beribadah wajib menempuh penjelajahan yang lumayan jauh.

Faktor- pandangan penghalang dalam proteksi ikut serta dalam Mengenai rezim serta hak buat mempunyai
akses ke jasa khalayak untuk golongan anak dalam, yakni:

a) Pola hidup melangun yang telah mengakar pada warga SAD;

b) Tidak adanya

keahlian( kemampuan) dalam Hal bertani ataupun bercocok menyebar cuma memercayakan pangkal daya
hutan;

Lagi sekurang- kurangnya kemauan buat bercampur dalam warga luar, yang Hal ini pula disebabkan
terdapatnya“ image” yang kurang bagus pada golongan anak dalam, yang memandang golongan anak
dalam ialah warga jenjang yang kecil.

Kebijaksanaan penguasa yang melainkan antara Golongan Anak Dalam dengan para transmigran dalam
Hal pemberian tanah garapan.

Berasal pada penjelasan di atas, studi ini memberikan imbauan pada sebagian pihak- pihak yang terkait:

1. Pada Bagian Dalam Negara:

a.) Supaya memerintahkan Penguasa Provinsi Jambi buat melaksanakan klasifikasi pemukiman dalam atlas
percepatan pemberdayaan masyarakat SAD, cocok dengan Catatan Kesalingpahaman Bagian Sosial,
Bagian Kehutanan, serta Tubuh Pertanahan Nasional Tahun 2013.

b.) Biar menginstruksikan Pemerintah

Provinsi Jambi buat melaksanakan pendataan kependudukan serta pemberian kenyataan diri( KTP) pada
masyarakat Golongan Anak Dalam.

c.) Membutuhkan diresmikan mengkonsumsi titel Golongan Anak Dalam legal semacam titel sah yang
lebih kemanusiaan buat mengenali komunitas adat teralienasi yang terdapat di Provinsi Jambi supaya tidak
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

2. Pada Penguasa Zona Provinsi Jambi:

a.) Melaksanakan koordinasi dampingi tubuh terpaut( Biro Kesehatan, Biro Pelatihan serta Kultur, Biro
Sosial, Tenaga Kegiatan serta Transmigrasi) buat melaksanakan aktivitas teratur dalam atlas pemukiman
balik masyarakat SAD.

b.) Membutuhkan terdapatnya Peraturan Zona yang menata dengan tata cara jelas perihal proteksi hak atas
tanah warga SAD sesuai dengan Catatan Kesalingpahaman Bagian Sosial, Bagian Kehutanan, serta Tubuh
Pertanahan Nasional.

3. Biro Kesehatan Penguasa Provinsi Jambi:

a.) Melaksanakan pemasyarakatan pola hidup segar pada masyarakat SAD.

b.) Penyediaan perkakas serta infrastruktur kesehatan eksklusif untuk masyarakat SAD.

4. Biro Pelatihan Penguasa Provinsi Jambi:

a.) Pembangunan perkakas serta infrastruktur pelatihan untuk kanak- kanak masyarakat SAD.

b.) Memberdayaan masyarakat SAD yang telah berakal buat jadi tenaga guru.

c.) Suguhkan beasiswa untuk kanak- kanak masyarakat SAD buat memperoleh pelatihan yang lebih besar.

5. Biro Kependudukan serta Memo Lazim Penguasa Provinsi Jambi membutuhkan melaksanakan
pendataan masyarakat SAD supaya ada informasi serta data mengenai

populasi masyarakat SAD serta diserahkan kenyataan diri diri( KTP).

6. Biro Sosial, Tenaga Kegiatan serta Transmigrasi: a.) Melaksanakan pemasyarakatan untuk masyarakat
SAD

perihal berartinya tinggal dengan tata cara bercokol dalam atlas aplikasi pembangunan nasional.

b.) Melaksanakan koordinasi dengan tubuh terpaut buat membagikan penataran pembibitan pembuahan
kegiatan untuk masyarakat SAD bagus di pemikiran pertanian, peternakan ataupun padat buatan.

7. Pada Eksekutif Pemilu:

a.) Perlakuan eksklusif untuk masyarakat SAD dalam Hal persyaratan registrasi pemilu supaya dipermudah
untuk memencet masyarakat SAD buat turut ikut serta dalam pemilu.

b.) Pengawas pemilu supaya lebih paham pada kemampuan penyalahgunaan catatan pemilih 2 kali
masyarakat SAD.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU:
Anderson, Benedict, Images Communities:Reflection on Origin and Spread of Nasionalism, (New York: New York
Press, 2001)
Manurung, Butet, Sakola Rimba, (Yogyakarta: Insist Press, 2007).
Robertson, David, A Dictionary of Modern Politics, 2 sub edition, (New York: Gale group, May 1993).
Maxfield, F.N., The Case Study, hal. 117-123, dalam Moh. Nazir PhD, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2003), Baca juga J. Nisbet dan
J. Watt, Studi Kasus, Sebuah Panduan Praktis, disadur oleh L. Wilardjo, (1994).
Profil Komunitas Adat Terpencil (KAT), Program Pemberdayaan KAT di Provinsi Jambi, oleh Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi, (2010)
Soetomo, Muntholib, Orang Rimbo: Kajian Struktural- Fungsional Masyarakat Terasing Di Makekal Provinsi
Jambi, (Bandung: Universitas Padjajaran, 1995).

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999 Tantang Hak Asasi Manusia
International Covenant on Civil and Political Rights. Adopted by the General Assembly of the United Nations on 19
December 1966

WEBSITE:
“Budaya Politik Partisipan”, http://www.slideshare.net/ sicetkocet/partisipasi-politik
“FachruddinSaudagar”,http://melangun.wordpress. com/2005/03/01/makna-melangun/
Maulana Janah, “Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu” http://studiperadaban.blogspot.com/2012/05/
partisipasi-masyarakat-dalam-pemilu.html#!/
Makalah Sastra, http://www.pustakakendee.net/2012/06/ suku-anak-dalam-jambi-sad.html
Pelayanan Publik, http://tentangpelayananpublik.blogspot. com/
Tambunan, Irma, “Mereka Tidak Ingin disebut “Kubu””, http://harisn73.wordpress.com/budaya-merangin/

SUMBER LAINNYA:
Achmad Hamzah, “Komunitas Adat Terpencil dan Pelestarian Hutan, dalam Reko Dwi Salfutra, Partisipasi
Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) dalam Pemilihan Umum”, Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, (Juni
2009).
Agung Ruliyanto, Majalah Tempo, (18 April 2002)
Depsos RI., “Masyarakat Terasing Suku Anak Dalam dan Dusun Solea Dan Melinani, Direktorat Bina
Masyarakat Terasing”, Jakarta (1998).
Laporan Kegiatan Pengolahan Data Informasi HAM Tahun 2011, tentang Kebijakan Pemerintah Daerah dalam
Pemenuhan Hak Asasi Manusia Kelompok Rentan (Suku Anak Dalam), Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Jambi
Muchlas, Munawir, Sedikit Tentang Kehidupan Suku Anak Dalam (Orang Kubu) di Provinsi Jambi, (Jambi:
Kanwil Depsos Provinsi Jambi, 1975).
Profil KAT Program Pemberdayaan KAT di Provinsi Jambi, Reslawati, “Dinamika Perkembangan Sistem
Kepercayaan Suku Anak Dalam (SAD) di Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Bungo Provinsi Jambi: Kajian
Hak-hak Sipil”, Jurnal Harmoni, Edisi 3, Volume X, (2011).
Sugiyanto dan Mochamad Syawie, “Mewujudkan Komunitas Adat Terpencil Sejajar dengan Masyarakat pada
Umumnya”, Jurnal Informasi, Vol. 12, No. 22, (2007).

You might also like