Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Notulensi Konferensi Hari 1

I. Penggunaan Historiografi Tradisional Jawa untuk Penukisan Sejarah (Dr.


Danang Respati Puguh, M. Hum.)

Sumber/Referensi
Garis Pokok Perkembangan Historiografi Indonesia (1974)
Penggunaan Bahan Dokumenter (1974)
Segi-Segi Strukturil Historiografi Indonesia (1968)

Tidak dapat diabaikan karena berisi fakta mental dan kondisi sosial masy. Jawa.
Namun, tidak bebas dari kebiasaan dan bertendensi istanasentris. Unsur mistis
dan historis (babad).

Cara penggunaan historiografi tradisional Jawa:


Menemukan fakta-fakta dalam babad dan serat, de Graaf dan Carey
Menemukan konteks penulisan

Babad dan serat bentuknnya gancaran dan tembang (prosa dan puisi), struktur
tembang perlu dikaji lebih karena lebih rumit dan pemahaman akan struktur
yang cukup kompleks juga. (sengkalan, sandiasma, watak, sasmita, dan pola).
Babad pesisiran bercorak Islam.

Unsur historis pengasingan Paku Buwono VI


Pergi dari keraton.
Sebab meninggalkan untuk bertapa di Imogiri dan Mancingan
Sejarah Raja-Raja Madura dan Prajanjian Paku Buwana II memberi penjelasan
karena kekecewaannya atas pem HB, aneksasi ke Bagelen
Indikasi membantu diponegoro di awal perang

Hidup di pengasignan seperti tragedi. Di ambon. Melakukan asketisme.


Harapannya agar turunannya menguasai Kasunanan Surakarta.
Mangkat karena suck it. Ia selalu ingat akan istrinya Kanjeng Ratu Anem dan
dimakamkan di sisinya. Goncangan kejiwaan dan pengalaman raja yang
diturunkan.

II. Women’s Right in 19th and early 20th Century Siam (Dr. Panarat
Anamwathana)
Her main argument
In mid 1800 height of imperialism in SEA. Thailand never really colonized but
fae constant threat and pressure .

In King’s Rama IV (1851-1868) initiated reforms in response to western threats,


centralized power, created monthons, abolitions of prostration, updated legal
system.

Historical Context: Siamese women


Socially and economically important : men were part of corvee system so
women were the ones feeding the family, spiritual leaders
Had certain ‘right’ that might be surprising: women could own property, inherit
property from their parents

What “rights” meaning in Thailand traditional perspective


Rulers are claiming the government and down

New concept of rights when western came


The westerns bring new concept of right, different from the traditional

Reign of king Rama IV and V was time codifying womens rights


Royal consort were allowed to resign in 1854
Women commoners could choose their spouses in 1865
Husband were prohibited from selling wives into slavery in 1867
Women were granted suffrage in village
Women magazines during this period were all founded by men, written by men,
and readers are mostly men (women author aren’t socially accepted)
The target audience of this magazines are the noble women and the content of
this magazine are they want to women to be educated and emphasized women’s
role as mother and wives.

Conclusion: Indeed there were advancement in women rights in 19th century


This was done to maintain the traditional power structure, as well as the
women’s rights.

III. Pemikiran Sartono Kartodirdjo dan Sejarah Tentang Sejarah Perkotaan


(Prof. Purnawan Basundoro)

Sartono kondang sebagai sejarawan pedesaan dan kelokalan yang kental.


Apakah sartono pernah menyinggung hal ihwal perkotaan?
Keahliannya menyesuaikan kondisi zaman (zeitgeist).
Di zaman yang sama, banyak penulis lain yang menuliskan tentang sejarah
pedesaan pula. Menjadi tren di kalangan indonesianis saat itu.
Mengapa pedesaan menjadi ladang yang menarik untuk diteliti? Dampak dari
kebijakan abad ’19, cultuurstelsel yang berdampak sangat masif di pedesaan
Jawa. Sehingga perubahan yang ditimbulkan sangat masif dan melimpahnya
catatan dan arsip yang linier lah yang menjadikan kajian sejarah pedesaan di saat
itu bak jamur di musim hujan.
Selain itu fokus pem ke pedesaan sangat besar di era orba. Revolusi hijau adalah
salah satu contohnya.

Sepertinya tidak akan berpaling dari Sejarah pedesaan. Namun, saat di univ
amsterdam, ia membaca society in transition: a study of social change (1956).

Pengantar Sejarah Indonesia baru dan becak di Yogyakarta. (2 buku awal sangat
singkat menyinggung kota). Pembicara sedikit sangsi bahwa buku becak ditulis
oleh sartono karena keberbedaan kebahasaan dengan karya2 sebelumnya.
Sartono memposisikan kota2 sebelum abad ke 15 sebagai emporium (di kota-
kota pesisir). Terjadi perubahan kekuasaan besar2an di kota-kota Pelabuhan.
Dan di periode ini pedagang global berkumpul di Nusantara. Emporium yang
artinya pusat perdagangan dan segala sarpras pendukungnya yang diteruskan
pada periode kolonial dengan situasi yang sangat berbeda.

Pengaruh global sangat merubah wajah kota-kota pesisir dan di era colonial
kota2 ini disebut sebagai pusat modernisasi yang ditandai dengan Pendidikan
modern yang muncul dan lahirlah apa yang disebut new social stratification
yang berbasis Pendidikan yang memunculkan beragam profesi baru.
Pendidikan melahirkan kaum proletar urban.
Kota di pasca kolonial tergambar di buku becak di yogya yang digambarkan
bahwa rakyat miskin kota awalnya adalah orang desa yang mengadu nasib di
kota namun berakhir gagal.
Namun, satu hal yang sama, paradigma atas wong cilik sebagai penggerak
Sejarah turut pula hadir di kajian perkotaan juga pedesaan.

IV. Colonial Exchange and Java’s Antiquities in King Chulalangkorn (Rama V)


(Asst. Prof. Pipad Krajaejun)
Objectives
To investigate the concept of taking these Javanese antiques
In 1896 Chulalngkorn returned to Java for second time for recreation and
medical reason. Chula visited Buitenzorg, Batavia, Prambanan, Borobudur, and
Mendut Temple.
Why the Dutch government handed him these Java objects
Chula taking around 26 ancient art object. On Jully 2nd King Chula climbed
Borobudur to take some of the stupa that is still complete one. Many people ask
him why he took one on the stupa. He replies that he want the next generation to
see the stupa that is still complete.
Many of the stupa and ancient objects is placed at The Grand Palace, The Royal
Temple, etc. Those object are for museum object, and these object are
resacralized by the Buddhist.
Becoming as the Art Object
The first Thailnad National Museum was open at 1874 for showing any ancient
object from all across Thailand. In the perkembangan here were a lot of object
are from Indonesia some of it are from Srivijaya era that placed at the National
Museum.
King Chula also took one of Ganesha statue from Singhasari Temple that placed
at Emeral Buddha’s ordination hall.
Resacralizing the Art Object
Some of the object were taken into the Royal Palace and religious object are
considered or defined as an art object and material of studying history
One of the Buddha statue from Borobudur was relocated to Bowoniwet Temple
in the reign of King Prachipatok.
Conclusion
The Weberian assumed that modernization would eventually adopt secular
values, implying demise of religion.

V. Di Antara yang Konkret dan Abstrak dalam Mengelan-vital Integerasi dan


Indentitas Nasional (Dr. Kusuma)

Sartono membangun konteks kesejarahan di Indonesia secara akademis. Beliau


kembangkan hingga menjadi selayaknya sejarah yang kini kita baca. Korelasi
dengan judul kali ini adalah bahwasanya sejarah menjadi rujukan dalam
membentuk integrasi dan identitas nasional, baik secara wujud konkret ataupun
abstrak; laten maupun manifes.
Apa yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussere dari apa yang disebut signifier
dan signified adalah salah satu jembatan yang bisa dipergunakan dalam memahami
ini. Penetapan pahlawan nasional pun juga tak terlepas dari hal-hal ini.
VI. Sartono Kartodirdjo dan Sejarah Klasik

“Masyarakat dan Sistem Politik di Majapahit” (1969; ed. 2: 1992).


Fokus Sartono:
1. Masyarakat dan lingkungan (irigasi-sawah-surplus) dipengaruhi Karl Wittfogel,
hanya pada bidang irigasi saja.
2. Komunitas politik (birokrasi terperinci yang berpusat di raja) dengan aspek
perubahan yang kabur dikarenakan tidak terpecahkannya munculnya Majahapit.
3. Sistem status (stratifikasi sosial)

Didahului oleh tulisan terjemahan Nagarakretagama dan Pararaton (Grandes),


kemudian Hindoe-Javaansche Geschiedenis (N. J. Krom) yang disempurnakan di
Hindoe-Javaansche Tijd. Glorifikasi Majapahit ada sejak abad ke-20/ akhir ke-19.
Menurut karya-karya ini, Majapahit melemah karena adanya orang-orang Islam.
Lantas dibalik oleh para nasionalis glorifikasi ini bahwasanya Majapahir sebagai
negara pendahulu Indonesia.
Pigeaud, Java in the 14th Century (1963) karya mengkritisi karya Grandes di atas.
Slamet Muljana, “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara Islam di
Nusantara” (1968/2002).
“Sejarah Kuno”, SNI I edisi I (1975) Sejarah “karya negara”, edisi 2 (1984), edisi
pemutakhiran (2008). Ditulis oleh para arkeolog dan epigraf, minim campur tangan
sejarawan.

Sartono menjadi jembatan dan pendobrak untuk sejarawan mengkaji era klasik.

VII.Sejarah Telah Menjadi Kartu As (Gerry van Klinken)


Perbarui. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak yang telah berubah dalam
dunia. Dalam sejarah juga kita memperlukan suatu perbaruan dalam perkembangannya.
Sejarah membantu kita memahami betapa sulitnya kita hidup. Sejak zaman dulu
masyarakat telah survive dalam menahan kerakusan dan kepentingan mereka sendiri.
Seperti pada masa kolonial, banyak hasil alam yang diambil untuk kepentingan
beberapa pihak.
Berdebat. Sejarah dapat menggambarkan jalan alternatif realistik menuju dunia
yang sesungguhnya. Pada hal ini, sejarawan sangat jarang mengambil pertanyaan yang
bersifat berkelanjutan.
Berimajinasi. Kita harus memberanikan diri untuk berimajinasi dalam penulisan
sejarah, dalam artian kita harus lebih kreatif dalam melakukan metodologi sejarah.
Di manakah Pergerakan Keadilan Iklim Indonesia. Di Indonesia masih sangat
jarang ada suatu pergerakan baik dalam pergerakan langsung maupun akademik dalam
hal keadilan iklim di Indonesia.

QnA:
1. What is the meanig of all statues that brings into Thailand? I think that was our
native collection. Is the Thailand government have a plan to bring all of the
statues back to Indonesia:
IMO, yes i tis not really a gift from the Indonesia government but from
the Dutch Indies government and the British Govt. and maybe there is
some action to return some of the object to the original place. But Im not
sure about the govt. are they really want to return those objects or not.
2. Ada banyak keprihatian dari Garry bahwa alam Indonesia banyak dirampas. Di
Indonesia sendiri jarang ada yang membahas sejarah lingkungan yang berkaitan
dengan hal ini. Apakah presentasi Garry tadi bermaksud untuk mengajak semua
orang untuk lebih kritis dalam isu sejarah lingkungan atau ada maksud lainnya?
Benar dan sejarawan sangat sedikit yang menuliskan tentang kerusakan
dan upaya pelestarian alam. Sejarah dapat membuka alternatif baru yang
dapat dipergunakan untuk menyelematkan alam dan memperbaikinya.

You might also like