Professional Documents
Culture Documents
Proposal Tauco FIX
Proposal Tauco FIX
Proposal Tauco FIX
PEMBUATAN TAUCO
DOSEN PENGAMPU
OLEH:
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih semua pihak yang
telah membantu pada pengerjaan tugas Proposal Pembuatan Tauco, baik dalam
proses pengerjaan di kelas maupun dalam penyusunan proposal. Penulis
menyadari bahwa dalam upaya penyusunan proposal Pembuatan Tauco ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis merasa sangat bahagia apabila ada
kritik dan saran-saran yang membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas dasar bioproses ini dapat menjadi
amal yang bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
1.3. Batasan Masalah.............................................................................................................4
1.4. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
1.1 Pengertian Bioproses........................................................................................................5
1.2 Kedelai............................................................................................................................6
1.3 Sejarah Perkembangan Fermentasi.................................................................................6
1.4 Sejarah Perkembangan Tauco dan Pengertian Tauco.....................................................7
1.5 Jamur (Kapang)...............................................................................................................8
1.6 Packaging......................................................................................................................10
BAB III METODOLOGI.........................................................................................................12
1. Pembuatan Tauco.............................................................................................................12
1.1. Alat............................................................................................................................12
1.2. Bahan........................................................................................................................12
2. Cara Membuat.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
Tauco merupakan salah satu jenis produk fermentasi yang sudah lama dikenal
dan disukai oleh masyarakat Indonesia. Tauco dikenal memiliki kandungan garam
dan protein yang tinggi. Secara fisik tauco berbentuk pasta dengan warna berkisar
antara coklat sampai merah karena adanya penambahan angkak. Tauco berasa
asin dan memiliki aroma yang khas sehingga sering digunakan sebagai " flavoring
agent".
Proses pembuatan tauco pada prinsipnya melalui dua tahap fermentasi, yaitu
fermentasi kapang dan fermentasi pada larutan garam. Bahan baku tauco adalah
kedelai hitam atau kedelai kuning, sedangkan bahan pembantu yang digunakan
adalah tepung terigu, tepung beras dan tepung ketan. (Suliantari dan Pujirahayu,
1990).
Pada umumnya tauco dikonsumsi dalam bentuk olahan yaitu diolah dengan
sayur dan daging atau diolah menjadi sambal tauco sebagai pelengkap hidangan.
Kota Malang sebagai kota pelajar juga menjadi kota penghasil berbagai macam
tanaman seperti padi, tebu, jagung, kedelai, dan lain lain. Melimpahnya hasil
bumi yang dihasilkan dengan produk yang kurang bervariatif, perlu melakukan
inovasi untuk menambah variasi produk demi memanfaatkan sumberdaya alam
dengan maksimal dan tepat guna.
1. Bagaimana pengaruh jenis kedelai putih (Glycine max) dan kedelai hitam
(Glycine soja) mempengaruhi pada rasa, warna, dan tekstur?
2. Bagaimana pengaruh lama waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentsi
tauco dengan variabel waktu 3 minggu (kedelai hitam dan kedelai putih) dan
4 minggu (kedelai hitam dan kedelai putih) terhadap kualitas tauco yang
dihasilkan?
1.4. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis
baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan
lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan
lesitin. (Ensiklopedia Dunia. Diakses pada tanggal 8 November 2023)
Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun 1907,
berhasil menjelaskan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekeresi dari
ragi yang ia sebut sebagai zymase. Penelitian yang dilakukan ilmuan Carlsberg
(sebuah perusahaan bir) di Denmark semakin meningkatkan pengetahuan tentang
ragi dan brewing (cara pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai
pendorong dari berkembangnya biologi molekular. Dapat disimpulkan bahwa
Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan
produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi
adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam
fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco, Acetobacter
aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah
Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah
Rhizopus sp pada pembuatan tempe.
Tauco sendiri sebenarnya berasal dari Tiongkok, dan dibawa oleh para
pedagang Tionghoa ke Indonesia pada zaman dahulu. Di Tiongkok, tauco dikenal
sebagai "doubanjiang" atau "taotjo." Ketika pedagang Tionghoa berdagang di
berbagai wilayah di Indonesia, mereka membawa serta resep dan teknik
pembuatan tauco. Tauco merupakan bumbu masakan yang punya cita rasa khas
dan aromanya yang kuat, gurih dan menggugah selera, meski ada juga yang tak
begitu suka dengan aromanya. Tauco dibuat dari biji kedelai putih atau kuning
yang direbus, dihaluskan (ada juga yang dibiarkan utuh) dan dicampur dengan
tepung terigu untuk selanjutnya difermentasikan hingga tumbuh jamur.
Fermentasi kedelai ini kemudian dicampur dengan air garam, direndam dan
dijemur di bawah sinar matahari hingga timbul aroma kuat.
Di Cianjur, tauco telah lama menjadi bagian dari budaya kuliner. Daerah ini
terkenal dengan produksi tauco yang berkualitas. Tauco Cianjur terbuat dari
kedelai yang telah difermentasi dengan ragi khusus dan garam, kemudian diolah
menjadi pasta yang kaya rasa. Proses fermentasi inilah yang memberikan aroma
dan cita rasa khas pada tauco. Tauco Cianjur memiliki tekstur yang halus dan
warna yang khas, yaitu cokelat kekuningan. Rasa tauco ini asin dan sedikit manis,
dengan aroma yang khas dan kuat. Tauco Cianjur banyak digunakan sebagai
bumbu dalam berbagai masakan tradisional, seperti pepes, sayur asem, dan semur.
Penggunaan tauco Cianjur tidak hanya terbatas pada masakan lokal, tetapi
juga telah dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, tauco Cianjur juga
diproduksi secara komersial dan dapat ditemukan di pasar-pasar atau
supermarket.
Gambar 2.3 Tauco kacang kedelai
Rhizopus oligosporus dapat tumbuh optimum pada keadaan aerob disuhu 30-
35 °C, dengan suhu minimum 12 °C, dan suhu maksimum 42 °C.
ikatan rangkap pada Gambar 2.5 Enzim Lipase posisi cis antara C-
9 dan C-10.
Enzim lipase dapat larut dalam air serta dapat mengkatalisasi reaksi dalam
dua jenis sistem yaitu media berair dan organik, tetapi enzim lipase harus
dilarutkan dalam pelarut organik karena substratnya (rantai panjang triasilgliserol)
tidak dapat larut dalam air. Pelarut organik dapat mengubah sifat serta dapat
menyebabkan perubahan struktur enzim lipase dan dapat mempengaruhi aktivitas
fungsional dan katalitiknya. Enzim lipase memiliki aktivitas yang dapat
menghidrolisis berbagai lemak dan minyak, setiap satu unit per mL (U/mL enzim
lipase dapat menghidrolisis 1 µmol asam lemak bebas per menit. Aktivitas enzim
lipase dapat ditentukan dari karakterisasi berdasarkan pH optimum dan
temperature optimum. (Kurnia.2010)
2.6 Enzim Protease
Protase disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan
hydrolase yang memecah protein menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti
menjadi oligopeptide pendek atau asam amino, dengan reaksi hidrolisis pada
ikatan peptide. Enzim ini diperlukan oleh semua mahkluk hidup karena bersifat
esensial dalam metabolism protein. Protein ini memiliki banyak struktur
Enzim protase dapat dihasilkan dari berbagai sumber, yaitu bakteri, jamur,
virus tumbuhan, hewan dan manusia. Protase yang dihasilkan dari berbagai
bakteri kebanyakan bersifat netral, sedangkan protase yang dihasilkan oleh
berbagai jamurdapat bersifat asam, netral dan basa (Rao et al 1998). Salah satu
sumber penghasil enzim protase yang banyak diteliti adalah balteri. Pemilihan
bakteri sebagai sumber enzim protase disebabkan beberapa alas an yaitu :
a. Bakteri lebih muda tumbuh dengan kecepatan yang lebih cepat dibandingkan
makhluk hidup lainnya
b. Skala produksi enzim mudah ditingkatkan
c. Biaya produksi enzim relatif rendah
d. Kondisi produksi tidak tergantung pada musim dan waktu proses produksi
enzim lebih pendek (Poernomo, 2004)
BAB III
METODOLOGI
1. Langkah 1
Cuci bersih kedelai seperti mencuci beras dengan beberapa kali bilasan hingga
kedelai bersih dan sisihkan kotoran lain seperti batu,dll. Rendam dengan air
semalaman,kemudian tiriskan.
2. Langkah 2
Didihkan air, rebus selama 10-15menit. Matikan api. Pindah rebusan air dan
kedelai dalam baskom, tutup dan tunggu sampai dingin.
3. Langkah 3
Remas-remas kedelai agar terkelupas kulit arinya. buang kulit ari yang
mengapung sambil berkali-kali dibilas dengan air biar benar-benar bersih.
Tiriskan
4. Langkah 4
Sementara sangrai dengan api kecil tepung terigu dan tapioka sampai warna
kuning, angkat dan dinginkan. Campurkan tepung sangrai, ragi tempe dan
kedelai dalam wadah. Aduk hingga merata. Tutup rapat dengan kain atau
tutup panci lalu peram selama 3-5 hari hingga tumbuh jamur berwarna putih.
5. Langkah 5
Setelah tumbuh jamur putih, Remas-remas hingga tekstur kedelai agak kasar.
6. Langkah 6
7. Langkah 7
Setelah 2 minggu, buka peraman kedelai lalu diaduk. Setelah itu tutup
kembali dan lanjutkan fermentasi.
8. Langkah 8
Peram selama 3minggu. Masak peraman air garam kedelai sampai mendidih
meletup-letup, kecilkan api
9. Langkah 9
Sementara didihkan irisan gula aren dan air, lalu saring.
10. Langkah 10
Masukkan larutan gula aren kedalam peraman kedelai yang dimasak tadi,
aduk sampai tauco mendidih, air menyusut dan mengental. Kemudian
dinginkan.
11. Langkah 11
Achi, O.K. (2005). The potential for upgrading traditional fermented foods through
biotechnology. African Journal of Biotechnology 4(5): 375-380.
Fitri, Mella Nia, dkk. 2021. Pembuatan Tauco. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta
Kayla, Adira J, dkk. 2022. Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap Mutu Hedonik
Tauco Kacang Kedelai. Universitas Sumatera Utara.
Kurnia. 2010. Produksi Enzim Lipase dari Aspergullus Niger untuk Menghasilkan
Limbong,L.N. 1981. Pengaruh Jenis Kedelai, Konsentrasi Larutan Garam dan Waktu
Fermentasi dalam Larutan Garam terhadap Mutu Tauco. Skripsi.Departemen
Teknologi Hasil dan Mekanisasi Pertanian Fakultas Pertanian.USU.Medan.
Maulidiantio, Mas R. 2021. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Pada Tauco
Saga (Adenanthera pavonina L) Selama Proses Produksi. Institut Teknologi
Indonesia. Tangerang Selatan.
Septika, Nella. 2011. Usulan Sanitasi dan Keamanan Pangan Menggunakan Metode
Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) Studi Kasus Tauco Cap
Biruang Cianjur. Universitas Islam Bandung.