Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mencuci tangan merupakan proses yang secara mekanik melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan menggunakan memakai sabun biasa
dan air. Cuci tangan juga mampu dilakukan menggunakan agen antiseptik
atau antimikroba. Agen antiseptik yang sering dipakai merupakan
penggosok tangan (handcrub) antiseptik atau handcrub yg berbasis
alkohol. (Imamah, 2020).

Mencuci tangan selama aplikasi tindakan keperawatan adalah cara yang


paling efektif buat mencegah terjadinya infeksi nosokomial di lingkungan
Rumah Sakit. Tenaga kesehatan yang paling rentan dalam penularan infeksi
adalah perawat lantaran selama 24 jam mendampingi pasien. Perawat
mengambil peran cukup besar dalam memberikan kontribusi terjadi adanya
transmisi mikroba pathogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit
merupakan alat satu penyebab bermacam penyakit yang berasal menurut
penderita, petugas kesehatan & lingkungan.(Pitriani,2021)

Adanya infeksi nosokomial menyebabkan menurunkan kemampuan dan


kualitas hidup, lamanya rawat inap di rumah sakit sehingga bertambahnya
biaya perawatan, meningkatnya penggunaan obat-obatan, kebutuhan akan
isolasi pasien, penggunaan pemeriksaan laboratorium tambahan serta studi
diagnosis lainnya dan meningkatnya jumlah kematian di rumah sakit.
(Mariana.2015)

Salah satu kegiatan yang dilakukan terlebih selama pandemi COVID-19.


Berbagai ahli menyatakan bila rutin mencuci tangan menggunakan sabun &
air mengalir merupakan cara yang paling efektif buat membasmi kuman
ataupun virus serta mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Praktek cuci

1
2

tangan oleh perawat yang direkomendasikan adalah mencuci tangan 6


langkah dan lima moment. Masalah ini menjadi perhatian dunia karena
terjadinya peningkatan kejadian infeksi yang terjadi di rumah sakit dan di
masyarakat.(Pitriani,2020)

Kesadaran tentang mencuci tangan pada petugas kesehatan merupakan


perilaku yang mendasar dalam upaya mencegah infeksi. Mencuci tangan
menjadi pengaruh besar bagi upaya pencegahan terhadap terjadinya infeksi
nosocomial. Kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan sesuai
dengan SPO yang berlaku dalam rumah sakit dimana perawat itu bekerja
sangatlah penting mengingat infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh
petugas kesehatan termasuk perawat karena ketidak patuhan perawat dalam
melaksanakan cuci tangan setiap kali melakukan tindakan keperawatan.
Kepatuhan perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, dan pengetahuan perawat.
(Pundar, 2019)

Kepatuhan perawat dalam melakukan mencuci tangan sangat penting


dilakukan karena ketidak patuhan dapat menimbulkan dampak Bagi pasien,
penambahan diagnosa penyakit dan memperpanjang jumlah hari rawat,
hingga dapat menyebabkan infeksi, Bagi pengunjung, dapat menularkan
kepada orang lain setelah meninggalkan Rumah Sakit.(Wariyantini,2019)

Kepatuhan mencuci tangan pada perawat juga dipengaruhi dengan


kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap kita terhadap berbagai masalah. Dalam instansi kesehatan tidak
jarang juga banyak perawat yang menyepelehkan untuk mencuci tangan
menggunkan hand scrub atau dengan air mengalir sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan tindakan tersebut dapat menyebabkan
penyebaran virus dan infeksi pada pasien, bisa dikarenkan oleh kurangnya
fasilitas atau kurangnya pengetahuan dari perawat. Demikian juga sikap
perawat dalam pelaksanaan cuci tangan, jika cuci tangan sudah dilakukan
3

sebagai suatu budaya kerja atau pola maka pelaksanaan cuci tangan
akan berjalan dengan baik.

Menurut data WHO didunia kepatuhan tenaga kesehatan dalam mencuci


tangan secara umum sekitar 40%, angka ini sangat bervariasi mulai dari 5%
sampai 81%. Tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan di
Amerika Serikat masih sekitar 50%, di Australia masih sekitar 65%. Sama
halnya dengan program cuci tangan yang sejak tahun 2008 dicanangkan di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tetapi kepatuhan perawat
hanya sekitar 60%.(Imamah,2020)

Menurut data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2016, prevalensi nasional
berperilaku benar dalam cuci tangan masih dalam taraf yang sangat
memprihatinkan. Masih ada 76.8% petugas kesehatan yang tidak
melakukan cuci tangan. Padahal cuci tangan adalah langkah yang paling
mudah dan sangat penting yang dapat dilakukan untuk pengendalian infeksi
di rumah sakit. Sementara itu, standar akreditasi rumah sakit tahun 2011
sudah menetapkan bahwa setiap rumah sakit mengadopsi atau
mengadaptasi pedoman hand hygiene yang diterbitkan dan diterima secara
umum serta menerapkan program hand hygiene yang efektif.
(K,Agustina&dkk,2020).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2020 mencuci
tangan dengan sabun di Indonesia pada tahun 2020 didapatkan prevalensi
78,3%, di Kalimantan Selatan di dapatkan Prevalensi dari mencuci tangan
pada tahun 2020 86,7%.

Dalam jurnal Dona Ariandi (2018), mengatakan kepatuhan cuci tangan 6


langkah pada perawat IGD di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin memiliki tingkat kewasapadaan yang baik sebanyak 19 orang
(73,1%) sedangkan cukup sebanyak 7 orang (26,9%) dari 26 orang perawat
di IGD, yang disebabkan oleh kepadatan pasien di ruang IGD dan
penanganan yang cepat harus diberikan.
4

Berdasarkan studi terkait pada penelitian yang dilakukan oleh Latifah


Ratnawati (2015), dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Hand Hygiene” Di dapat
hasil bahwa, tingkat pengetahuan perawat di Rumah sakit X sudah baik
sehingga perawat relatif patuh dalam menerapkan hand hygiene didalam
pekerjaannya sehari-hari. Dengan penelitian ini diharapkan perawat tetap
mempertahankan kepatuhan dalam melakukan hand hygiene dan bila perlu
lebih meningkatkan kepatuhan dan pengetahuan terkait hand hygiene
tersebut sehingga angka kejadian infeksi dapat diminimalisir.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di


RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada hari senin, 13 januari
2022 didapatkan hasil dari wawancara dengan tim PPI dan 5 Perawat di
IGD RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin didapat angka
kepatuhan cuci tangan pada perawat IGD 81,25% dan hasil dari wawancara
4 orang perawat didapatkan kurang patuh melakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keperawatan dikarenakan tidak ingat dan
1 perawat patuh melakukan cuci tangan sesudah melakukan tindakan
keperawatan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti


tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan” Penelitian ini akan
dilakukan di ruang IGD RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut : Apakah ada faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawat di ruang IGD RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin?
5

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap kepatuhan
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawat
di ruang IGD RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kepatuhan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan di ruang IGD
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh.
1.3.2.2 Menganalisa faktor usia yang berhubungan dengan kepatuhan
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan di ruang IGD RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh.
1.3.2.3 Menganalisa faktor jenis kelamin yang berhubungan dengan
kepatuhan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan di ruang IGD RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh.
1.3.2.4 Menganalisa faktor tingkat pendidikan yang berhubungan
dengan kepatuhan mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan di ruang IGD RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh.
1.3.2.5 Menganalisa faktor lama masa kerja yang berhubungan
dengan kepatuhan mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan di ruang IGD RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh.
1.3.2.6 Menganalisa faktor pengetahuan yang berhubungan dengan
kepatuhan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan di ruang IGD RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu, :
1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berpengaruh dan memberikan


gambaran terhadap perlindungan keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
1.4.2 Manfaat Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah
informasi kepada perawat dalam pengaruh terhadap kepatuhan cuci
tangan dan dapat berpengaruh pada kebersihan perawat, sehingga
dapat mencapai kesehatan yang baik untuk perawat dan pasien
dirumah sakit.
1.4.3 Manfaat Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
menambah informasi dan wawasan mengenai faktor- faktor yang
berhubungan tehadap kepatuhan mencuci tangan pada perawat dan
mahasiswa kesehatan.
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan penulis sekaligus dapat
menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan perawat dalam mencuci tangan.

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain :
1.5.1 Latifah Ratnawati (2018), dengan judul “Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan
Hand Hygiene” penelitian ini menggunakan diskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan
data dilakukan dengan kuesioner untuk mengetahui tingkat
kepatuhan perawat dengan jumlah sampel 82 orang dengan
menggunakan teknik total sampel. Hasil penelitian didapatkan
tidak ada hubungan antara usia (p-value 0,720), jenis kelamin
7

(p-value 0,208), masa kerja (p-value 0,074), pengetahuan (p-


value 0,537), sikap (p-value (0,378) dengan kepatuhan perawat
untuk menerapkan hand hygiene di Rumah Sakit “X” Cibubur.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data bahwa tingkat
pengetahuan perawat di Rumah sakit X sudah baik sehingga
perawat relatif patuh dalam menerapkan hand hygiene didalam
pekerjaannya sehari-hari. Dengan penelitian ini diharapkan
perawat tetap mempertahankan kepatuhan dalam melakukan
hand hygiene dan bila perlu lebih meningkatkan kepatuhan dan
pengetahuan terkait hand hygiene tersebut sehingga angka
kejadian infeksi dapat diminimalisir.
Bedanya dengan penelitian yang dilakukan adalah tempat, dan
waktu dilakukan penelitian.

1.5.2 Ria Anugrahwati (2019), dengan judul “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Hand
Hygiene Five Moments Di Rs. Hermina Jatinegara”. Penelitian
ini menggunakan desain survey cross sectional study pada 80
responden perawat. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik
dari 80 responden sebagian besar (75,0%) berjenis kelamin
perempuan. Sebagian besar (75,0%) responden berusia lebih
dari 30 tahun. Dari segi pendidikan, sebagian besar (81,3%)
diploma keperawatan. Dan lama kerja Dan dari segi lama kerja
11-20 tahun sebagian besar (73,8%).Terdapat hubungan yang
bermakna antara usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan,
ketersediaan fasilitas, aturan dan lingkungan sosial rumah sakit
dengan kepatuhan perawat dengan melakukan hand hygiene five
moments five moments di Rs. Hermina Jatinegara.
Bedanya dengan penelitian yang dilakukan adalah variable pada
perawat yang patuh dan tidak patuh melakukan cuci tangan,
sample, tempat, dan waktu dilakukan penelitian.
8

1.5.3 Anisa Arifin (2019), dengan Judul “Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kepatuhan Hand Hygiene Mahasiswa
Profesi Ners Di Ruangan Rawat Inap”. Metode penelitian,
desain Penelitian ini menggunakan desain penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional,
Berdasarkan hasil penelitian pada 77 responden yang diteliti
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 23 tahun,
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 58 orang (73,5%), rata-rata lama praktik profesi ners
yang ditempuh oleh mahasiswa adalah selama 4 bulan, sebagian
besar mahasiswa berasal dari mahasiswa program A yaitu
sebanyak 51 orang (66,2%) dan sebagian besar mahasiswa
profesi ners berasal dari institusi B yaitu sebanyak 35 orang
(45,5%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antar tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan hand hygiene dengan p-value = 0,0288 dan ada
hubungan yang signifikan antara sikap (p- value = 0,002) dan
pengawasan ( p-value = 0,000) dengan kepatuhan hand hygiene
mahasiswa profesi ners di ruangan rawat inpa RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.
Bedanya dengan penelitian yang dilakukan adalah variable pada
perawat yang patuh dan tidak patuh melakukan cuci tangan,
sample, tempat, dan waktu dilakukan penelitian.

1.5.4 Nur Fadhliyah Ramadhani (2019), dengan judul ” Kepatuhan


Tenaga Kesehatan Terhadap Implementasi Hand Hygiene di
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Kota Makassar”. Penelitian ini
Desain penelitian menggunakan deskriptif observasional dengan
desain cross sectional. Sampel penelitian adalah 70 tenaga
kesehatan dan seluruh tindakan cuci tangan yang dilakukan
tenaga kesehatan (perawat, bidan, dan dokter). Hasil penelitian
menunjukkan kepatuhan perawat (56.05%), bidan (53.37%), dan
dokter (49.33%). Berdasarkan kepatuhan per indikasi sebelum
9

kontak dengan pasien (55.81%), sebelum tindakan aseptik


(56.41%), setelah terpapar cairan tubuh pasien yang berisiko
(70.11%), setelah kontak dengan pasien (53.16%) dan setelah
menyentuh lingkungan sekitar pasien (27.27)%. Kesimpulan
menunjukkan bahwa kepatuhan hand hygiene tenaga kesehatan
paling tinggi dilakukan oleh perawat. Kepatuhan tertinggi
berdasarkan indikasi hand hygiene dilakukan pada momen
setelah terpapar cairan tubuh pasien.
Bedanya dengan penelitian yang dilakukan adalah variable pada
perawat yang patuh dan tidak patuh melakukan cuci tangan,
sample, tempat, dan waktu dilakukan penelitian.

You might also like