IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG PERKAWINAN (Studi Kasus Perkawinan Anak Di Kabupaten Bojonegoro)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521

Vol.8 No.2

IMPLEMENTASI UNDANG – UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG


PERKAWINAN
(Studi Kasus Perkawinan anak di Kabupaten Bojonegoro)

Adilla Kartika Siwie1¹, Heru Irianto², Anisa Kurniatul Azizah³

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bhayangkara Surabaya


adillakartikasiwie@gmail.com¹, heru@ubhara.ac.id², anisa@ubhara.ac.id³

Abstract

Marriage is a permanent relationship between a man and a woman that isrecognized as


valid by the community concerned based on the applicable marriage regulations. While child
marriage is a marriage perfomed by a child who is 19 years old based on law number 16 of 2019 on
marriage. Cases of marriage are very common in Bojonegoro district, where the majority of the
population still thinks that marrying young is a must. Factors that affect child marriage are juvenile
delinquency, lack of education, etc. This is a concern for the government, especially the Dinas for
Womens Empowerment, Child Protection and Family Planning, Bojonegoro Regency and the
community must help move together in preventing child marriage. From this explanation, this
research examines the following problems: (1) how is the implementation of law number 16 of 2019
refarding marriage in Bojonegoro district?,(2) what factors influence the existence of child marriage
ini Bojonegoro Regency?, (3) how are the efforts made by the Office to prevent child marriages
based on law Number 16 of 2019 concerning marriage in Bojonegoro Regency. The purpose of this
study to determine the implementation of law No.16 of 2019 regarding marriage in Bojonegoro
Regency, to find out the factors that affect child marriage in Bojonegoro, to find out the efforts made
by DP3AKB so that child marriage does not occur based on law No.16 of 2019 concerining
marriage. To achieve this goal, this study uses a descriptive qualitative type of research, namely
describing the phenomena that occur. Data collection was done through observational interviews
and documentation.the conclusion of this study is that the Office of Woman Empowerment for Child
Protection and Family Planning in Bojonegoro regency has a fairly good responsiveness both to the
prevention of child marriages such as the many efforts to make child marriage prevention programs.
The effectiveness of the Implementation of Law No.16 of 2019 concerning marriage carried out by
the DP3AKB of Bojonegoro Regency is quite good, however it is not yet fully effective becauses of
the many factors that encourage child marriage it from the people of Bojonegoro Regency.
Keywords: Marriage, Implementation, Child Marriage, Effort, Bojonegoro

PENDAHULUAN tangga yang sakinah. Sedangkan kasus –


Dewasa ini terjadi banyak kasus kasus yang terjadi di kabupaten Bojonegoro
perkawinan anak di daerah Kabupaten sepanjang Tahun 2020 terdapat 612 kasus
Bojonegoro. Bojonegoro sendiri adalah perkawinan anak. Yang mana tentu hal ini
salah satu daerah kabupaten di Jawa Timur sangat menjadi perhatian masyarakat.
yang padat akan penduduk dan kental akan Terlebih dampak - dampak yang akan
tradisi dan budayanya. Seperti yang ditimbulkan atas adanya perkawinan anak.
diketahui bersama bahwasannya perkawinan Oleh karena itu ada beberapa masalah yang
sebagai salah satu proses pembentukan suatu peneliti temukan sehingga penelititertarik
keluarga merupakan perjanjian sakral antara melakukan penelitian di Kabupaten
seorang suami dan istri. Perjanjian sakral ini Bojonegoro adapun masalah - masalahnya
merupakan prinsip universal yang terdapat yaitu: Pertama, kurangnya sosialisasi tentang
dalam semua tradsisi keagamaan. Dengan perkawinan dan edukasi perkawinan yang
ini pula, perkawinan dapat mengantarkan dilakukan, Kedua, kemudian budaya,
seseorang menuju terbentuknya rumah Ketiga, masih rendahnya Sumber Daya
139
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

Manusia (SDM) dan tingkat pendidikan


yang masih rendah. KAJIAN TEORI/ TINJAUAN PUSTAKA
Pemikiran masyarakat di Kabupaten
Bojonegoro yang menganggap bahwa Teori Implementasi
perkawinan anak adalah sesuatu yang wajar Jadi implementasi adalah pelaksanaan
dilakukan bahwasannya seorang perempuan suatu kebijakan yang telah disetujui atau
tidak perlu bersekolah atau punya ditetapkan berupa undang – undang atau
pendidikan terlalu tinggi karna ujung - peraturan, namun juga bisa berbentuk dalam
ujungnya mereka hanya akan menjadi suatu perintah atau putusan untuk mencapai
seorang ibu rumah tangga yang kerjanya tujuan suatu kebijakan. Oleh karena itu
hanya di belakang atau dapur. Atas dasar dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pemikiran itulah banyak anak - anak di teori implementasi dari Van Mater dan Van
kabupaten Bojonegoro yang tidak Horn yang terdiri oleh 5 variabel yang
melanjutkan sekolah atau pendidikan ke mempengaruhi kinerja implementasi yaitu :
tingkat yang lebih lanjut. Pemahaman orang Standar dan sasaran kebijakan: standar
tua yang seperti ini juga akan mempengaruhi dan sasaran kebijakan harus jelas dan
pola pemikiran anak dalam masa terstruktur sehingga dapat di realisasi.
perkembangannya pemikiran yang masih Apabila standar dan sasaran kebijakan
menganggap pendidikan seorang wanita kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi
tidak begitu penting yang mana tentu dan mudah menimbulkan konflik diantara
pemikiran ini akan melekat juga pada para agen implementasi.
pemikiran sang anak. Dimaksudkannya
pelitian ini adalah agar tidak ada lagi Sumberdaya: suatu implementasi
perkawinan di bawah umur karena jika sang kebijakan memerlukan atau perlu dukungan
calon pengantin atau calon pasangan yang sumberdaya baik sumberdaya manusia
akan menikah memiliki usia yang sesuai (human resources) maupun sumberdaya
dengan peraturan perundang - undangan nonmanusia (non-human resources).
maka calon suami dan istri sudah matang
jiwa dan raganya untuk dapat Hubungan antar organisasi: dalam
melangsungkan perkawinan sehingga dapat banyak program,implementasi sebuah
mewujudkan tujuan perkawinan secara baik program perlu adanya dukungan dan
tanpa berakhir dengan adanya perceraian koordinasi dengan instansi lain. Maka dari
maupun KDRT serta mendapatkan itu diperlukan koordinasi dan kerjasama
keturunan yang baik dan sehat. Dengan antar instansi bagi keberhasilan suatu
mengetahui Bagaimana implementasi program.
Undang - undang Nomor 16 Tahun 2019
tentang perkawinan kasus perkawinan anak Karakteristik agen pelaksana:
di kabupaten Bojonegoro?, Faktor - faktor karakteristik agenpelaksana adalah
apa saja yang mempengaruhi adanya mencakup struktur birokrasi, norma-norma,
perkawinan anak di kabupaten Bojonegoro? dan pola -pola hubungan yang terjadi dalam
Dan Bagaimana upaya - upaya yang birokrasi yang mana semuanya itu akan
dilakukan dinas DP3AKB agar tidak terjadi mempengaruhi implementasi suatu program.
perkawinan anak berdasarkan pada UU
No.16 Tahun 2019 tentang perkawinan? Kondisi sosial, politik dan ekonomi :
Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana dalam variabel ini mencakup sumberdaya
pengimplementasian UU No. 16 Tahun 2019 ekonomi lingkungan yang dapat mendukung
tentang perkawinan kasus perkawinan di keberhasilan implementasi kebijakan :
kabupaten Bojonegoro, Untuk mengetahui sejauhmana kelompok – kelompok
faktor - faktor yang mempengaruhi adanya kepentingan memberikan dukungan bagi
perkawinan anak di kabupaten Bojonegoro, implementasi kebijakan, karakteristik para
dan untuk mengetahui upaya - upaya yang partisipan yaitu mendukung atau menolak,
dilakukan dinas DP3AKB agar tidak terjadi bagaimana sifat opini public yang ada di
perkawinan anak berdasarkan pada UU lingkungan dan apakah elite politik
No.16 Tahun 2019 tentang perkawinan. mendukung implementasi kebijakan.

140
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

Dinas Peberdayaan Perempuan Perlindungan laki – laki danperempuan yang diakui sah oleh
Anak dan Keluarga Berencana masyarakat yang bersangkutan yang
Dinas pemberdayaan perempuan berdasarkan atas peraturan perkawinan yang
perlindungan anak dan keluarga berencana berlaku. Bentuk perkawinan ada 2 menurut
adalah Dinas yang mempunyai tugas untuk jumlah suami isteri :
membantu Bupati kabupaten Bojonegoro dalam
melaksanakan urusan pemerintahan dibidang Monogomi yaitu adalah perkawinan antara
pemberdayaan perempuan dan perlindungan satu orang laki – laki dan satu orang
anak, bidang administrasi kependudukan dan perempuan
pencatatan sipil serta bidang pengendalian
penduduk dan keluarga berencana. Tugas Pokok Poligami yaitu adalah perkawinan antara
dan Funsgi Dinas Pemberdayaan Perempuan satu orang laki – laki atau wanita dan lebih
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana dari satu wanita atau laki – laki.
Tugas pokok dan fungsi Dinas P3AKB
Kabupaten Bojonegoro berdasarkan Perataruan Dengan kata lain beristri atau bersuami
Bupati Bojonegoro No. 56 Tahun 2016 Bab II lebih dari satu, sedangkan poligami sendiri
pasal 2 yaitu: Tugas membantu Bupati dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
melaksanakan urusan pemerintahan yang Poligini yaitu apabila seorang laki – laki
menjadi kewenangan daerah di bidang beristri lebih dari satu orang. Poligini dibagi
pemberdayaan perempuan perlindungan anak menjadi 2 macam yaitu: Poligini sororat
serta bidang pengendalian penduduk dan apabila para istrinya beradik – kakak,
keluarga berencana. Fungsi Dinas Poligini non-sorot apabila para istrinya
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak bukan beradik – kakak. Poliandri yaitu
dan Keluarga Berencana yaitu : apabila seorang istri bersuami lebih dari
Perumusan kebijakan di bidang satuorang. Poliandri dibagi menjadi 2
pemberdayaan perempuan perlindungan anak macam yaitu: Poliadnri Fraternal apabila
serta bidang pengendalian penduduk dan para suami beradik– kakak.
keluarga berencana
Pelaksanaan kebijakan di bidang Pengertian Perkawinan Anak
Pemberdayaan perempuan perlindungan anak Perkawinan anak adalah kebiasaan
serta bidang pengendalian penduduk dan dimana anak – anak dibawah umur atau
keluarga berencana sebelum masa pubertas atau berusia
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di dibawah 19 tahun dinikahkan atau
bidang pemberdayaan perempuan ditunangkan dengan orang lain. Menurut
perlindungan anak serta bidang pengendalian WHO pekawinan anak atau usia dini adalah
penduduk dan keluarga berencana perkawinan yang dilakukan oleh pasangan
Pelaksanaan administrasi Dinas di bidang atau salah satu pasangan yang masih di
pemberdayaan perempuan perlindungan anak kategorikan sebagai anak – anak atau remaja
serta bidang pengendalian penduduk dan yang berusia dibawah usia 19 tahun.
keluarga berencana Menurut UNICEF perkawinan anak adalah
Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan perkawinan yang dilaksanakan secara resmi
oleh Bupati terkait dengan tugas dan atau tidak resmi yang dilakukan sebelum
fungsinya. usia 18 tahun.

Pengertian Perkawinan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2019


Dalam undang – undang No. 1 Tahun Tentang Perkawinan
1974 pasal 1 tentang perkawinan, perkawinan Undang – undang Nomor 16 Tahun 2019
diartikan sebagai ikatan kahir batin antara adalah perubahan atas UU Nomor 1 Tahun
seorang pria dan wanita sebagai suami isteri 1974 tentang perkawinan memiliki latar
dengan tujuan untuk membentuk keluarga belakang sehubungan Mahkamah Konstitusi
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal Republik Indonesia telah mengeluarkan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
perkawinan adalah hubungan permanen antara 22/PUU-XV/2017 yang salah satu

141
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam • Pengampu dari salah seorang calon


putusan tersebut adalah dalam pertimbangan mempelai
pengaturanbatas usia minimal perkawinan • Pihak – pihak yang berkepentingan
yang berbeda antar pria dan wanita tidak saja • Suami atau isteri dari salah seorang calon
menimbulkan diskriminasi dalam konteks mempelai
pelaksanaan hak untuk membentuk keluarga • Pejabat yang ditunjuk, yang akan diatur
sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat 1 lebih lanjut dalam peraturan perundang -
UUD 1945, melainkan juga telah undangan
menimbulkan diskriminasi terhadap
perlindungan dan pemenuhan hak anak METODE PENELITIAN
sebagiaman dijamin pada pasal 28B ayat 2
UUD 1945. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian deskriptif
Dalam hal ini ketika usia minimal dengan pendekatan kualitatif. Menurut
perkawinan bagi wanita lebih rendah Linchon dan Guba dalam (Sutopo 2006 : 40)
dibandingkan pria, maka secara hukumwanita dalam penelitian kualitatif data yang
dapat lebih cepat membentuk keluarga. Oleh dikumpulkan terutama berupa kata - kata,
karena itu membuat adanya perubahan terhadap kalimat atau gambar yang memiliki arti
Undnag – undnag Nomor 1 Thaun 1974 tentang lebih bermakna dan mampu memicu
perkawinan sehingga lahirlah UU NO 16 Tahun timbulnya pemahaman yang lebih
2019 Tentang perkawinan. nyata.Penggunaan metode penelitian
Dalam Undang – undang No 16 Tahun deskriptif kualitatif ini bertujuan agar
2019 Tentang perkawinan ini mengatur batas peneliti mampu menemukan, memahami,
minimal menikah laki – laki dan perempuan menggambarkan dan menganalisis
yang akan menikah minimal di usia 19 tahun. bagaimana implementasi Undang - undang
Seperti yang terdapat dalam pasal 7 ayat 1 Nomor 16 Tahun 2019 tentang perkawinan
bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dalam kasus perkawinan anak di Kabupaten
dan wanita mencapai umur 19 (Sembilan belas) Bojonegoro yang dilakukan secara
tahun. mendalam dan obyektif. Selain itu peneliti
juga menekankan pada penggunaan data -
Upaya Pencegahan Perkawinan anak menurut data yang bersifatkualitas, seperti gambar,
Undang – Undang kata - kata dan analisis yang tentunya
Pencegahan perkawinan adalah usaha bersifat kualitatif.
untuk membatalkan perkawinan sebelum
perkawinan itu berlangsung, pencegahan HASIL DAN PEMBAHASAN
perkawinan dapat dilakukan apabila sang calon Implementasi Undang - Undang Nomor 16
suami atau istri atau calon pasangan yang akan Tahun 2019 Tentang Perkawinan di
melangsungkan perkawinan berdasarkan Kabupaten Bojonegoro
Undang – undang Nomor 16 Tahun 2019
tentangperkawinan. Pencegahan perkawinan Kabupaten Bojonegoro salah satu
sudah diatur dalam Undang – undang Nomor 16 Kabupaten di daerah Jawa Timur dengan
Tahun 2019 pada pasal 13 bahwa perkawinan tingkat perkawinan anak yang cukup tinggi.
dapat dicegah, apabila ada pihak yang tidak Dengan jumlah penduduk yang mencapai
memenuhi syarat – syarat untuk melangsungkan 1.344.038 jiwa dengan laki – laki sebanyak
perkawinan. Dalam pasal 14 sampai 16 Undang 676.083 jiwa dan perempuan sebanyak
– undang perkawinan dinyatakan siapa – siapa 667.955 jiwa per tahun 2020. Sedangkan
saja yang berhak mengajukan pencegahan perkawinan anak adalah perkawinan yang
perkawinan yaitu : dilakukan oleh calon pasangan yang ingin
• Para keluarga dalam garis keturunan lurus menikah yaitu dibawah usia 19 tahun. Terjadi
keatas dan kebawah dari salah seorang calon begitu banyak kasus pekawinan di Kabupaten
mempelai Bojonegoro semakin menjadi perhatian yang
• Saudara dari salah seorang calon mempelai harus segera di atasi Dalam tahun – ketahun
• Wali nikah salah seorang calon mempelai sendiri perkawinan anak selalu meningkat di
• Wali dari salah seorang calon mempelai Kabupaten Bojonegoro. Berikut adapun

142
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

tingkat efektifitas yang mempengaruhi sedikit angka perkawinan anak. Karna dalam
implementasi undang – undang Nomor 16 kasus perkawinan anak ini semua lini harus
tahun 2019 tentag perkawinan di Dinas ikut serta dalam upaya pengimplemntasian
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak udang – undang Nomor 16 Tahun 2019
dan Keluarga Berencana (DP3AKB) tentang perkawinan tidak hanya lembaga
Kabupaten Bojonegoro yaitu : terkait, namun masyarakat dan orang tuajuga
berperang penting dalam pencegahan
Standard dan sasaran kebijakan perkawinan anak yang belum beruisa 19
Hal pertama yang menjadi sesuatu yang tahun. Oleh karena itu sumberdaya merupakan
sangat penting dalam mengukur keberhasilan hal yang utama dalam membantu Dinas
implemnetasi kebijakan adalah untuk Pemberdayaan Perempuan Perlindungan
mengetahui sasaran dan kebijakan yang dibuat Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten
oleh instansi atau pemerintahan. Bojonegoro (DP3AKB) untuk melaksanakan
Karena bagaimanapun sebuah kebiaka harus implemntasi undang – undang nomor 16
mempunyai standard dan sasaran kebijakan tahun 2019 tentang perkawinan utamanya
yang jelas supaya dapat terlaksana dengan dalam mengimplemntasikan pasal 7 ayat 1
baik dalam pelaksanaanya di lapangan. Di yaitu syarat diperbolehkan menikah apabila
Dinas Pemberdayaan Perempuan sudah mencapai usia 19 tahun.
Perlindungan Anak dan Keluarga berencana
Kabupaten Bojonegoro (DP3AKB) memiliki Hubungan antar organisasi :
standar dan sasaran kebijakan untuk mengatur Hubungan antar organisasi sangatlah
jalannya pelayanan atau penanganan di dibutuhkan tentunya dalam
Kabupaten Bojonegoro, ada dua standard pengimpementasian suatu kebijakan,
kebijakan yang di laksanakan oleh pihak hubungan antar organisasi yang dimaksud
Dinas Pemberdayaan Perempuan dalam hal ini adalah suatu kerjasama antar
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Bojonegoro dalam kasus – kasus Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
perkawinana yaitu: undang – undang Nomor Kabupaten Bojonegoro dengan instansi –
16 Tahun 2019 tentang perkawinan utamanya instansi terkait yang ikut dalam pencegahan
di pasal 7 ayat 1, kemudian Peraturan perkawinan anak di kabupaten Bojonegoro.
Bupati Nomor 39 tahun 2016 tentang Oleh karena itulah Dinas Pemberdayaan
pencegahan perkawinan pada usia anak yang Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
dibuat oleh Bupati Bojonegoro adalah Berencana Kabupaten Bojonegoro melakukan
tujuannya agar perkawinan anak dapat kerjasama atau menjalin hubungan antar
berkurang dan tidak semakin meningkat organsasi dengan YKP atau Yayasan
seperti yang ada dalam Bab II pasal 2. Kesehatan Perempuan.
Dimaksudkannya hubungan antar
Sumberdaya : organisasi antara dinas P3AKB dengan YKP
Pada dasarnya suatu negara atau tentunya agar angka perkawinan anak di
daerah yang maju membutuhkan Sumberdaya kabupaten Bojonegoro bisa menurun.
yang bagus, terutama sumberdaya manusia
(SDM) karna bagaimanapun sumberdaya Kondisi sosial, politik dan ekonomi :
sangat bereperan penting dalam berhasilnya Kondisi – kondisi seperti inilah yang juga jadi
suatu implementasi utamanya dalam kasus ini pemicu atau faktor terjadinya perkawinan
adalah dalam implementasi Undang – undang anak, dikarenakan ekonomi, dan berdampak
Nomor 16 Tahun 2019 tentang perkawinan . pula pada ekonomi masyarakat. Sedikitnya
karena bagaimana pun mereka ini sebagai ladang pencaharian bagi masyarakat, membuat
implementor yang menentukan sukses beberapa masyarakat harus hutang sana sini
(berhasil) atau tidaknya suatu kebijakan. lalu tidak jarang ada yang menjadikana
Adanya keikut sertaan masyarakat sebagai anaknya sebagai salah satu cara agar dapat
sumberdaya dalam membantu Dinas memperbaiki hidup namun dengan cara
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak menikahkan anaknya dengan usia yang muda
dan Keluarga Berencana Kabupaten dan masih anak – anak atau dibawah 19 tahun.
Bojonegoro dalam pencegahan perkawinan Hal ini tentu bukan malah menjadi solusi bagi
diharpkan mampu mengurangi sedikit demi orang tua namun malah menjadi beban

143
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

kembali jika menikahkan sang anak dengan Faktor - faktor yang mempengaruhi adanya
orang yang belum mapan dan hanya perkawinan anak di kabupaten Bojonegoro
mengandalkan harta dari orang tua atau
sebagainya. Di Kabupaten Bojoengoro tidak Perkawinan anak selalu dilatar belakangi
ada sanksi – sanksi tertentu yang melarang dengan berbagai hal atau biasa yang disebut
adanya perkawinan anak, karena pada dengan faktor, faktor ini lah yang mejadi
dasarnya memang masyarakatsudah dorongan seorang anak untuk melakukan
emnganggap bahwa perkawinan anak adalah perkawinan atau ingin menikah dibawah usia
hal yang wajar dan malah wajib bagi ketentuan yang sudah ada dalam perundang –
beberapa masyarakat. undangan Nomor 16 Tahun 2019 tentang
perkawinan yaitu dalam pasal 7 ayat 1 yang
Karakteristik agen pelaksana : menyebutkan bahwa yang diperbolehkan
Didalam pelaksanaan suatu implementasi menikah apabila mencapai usia 19 tahun. Di
kebijakan agar dapat mencapai suatu Kabupaten Bojonegoro kasus – kasus
keberhasilan dari tujuan kebijakan tersebut. perkawinan anak juga tak luput dari
Adapun karakteristik agen pelaksana meliputi banyaknya faktor – faktor yang mendorong
struktur birokrasi, norma – norma, dan pola terjadinya perkawinan anak. Adapun faktor –
hubungan yang terjadi dalam suatu birokrasi faktor yang mempengaruhi adanya
yang mana semua unsur saling bersinergi dan perkawinan anak di Kabupaten Bojonegoro
berhubungan yang akan mempengaruhi yaitu :
implementasi suatu program – program
kebijakan yang telah dibuat dan ditentukan. Adat
Adapun karakteristik dalam agen pelaksana di Adat adalah suatu aturan – aturan
Dinas pemberdayaan perempuan perlindungan yang dibuat oleh daerah teretentu dan
ini sudah bagus karena sudah adanya jalnan dijlaankan terus menurus bertahun – tahun.
kerja sama sesuai dengan tugas dan perannya. Di Kabupaten Bojoengoro salah satu factor
Ini bias dilihat dari pernyataan yang yang mempengaruhi perkawinan anak
dinyatakan ibu fiyanti bahwasna ya meskipun yaitu salah satunya adalah adat, yang mana
perkawinan anak di atasi oleh pihak atau adatnya adalah segera menikahkan
bidang pelayanan perempuan dan anak, anak gadis utamanya yang sudah remaja
namun juga bekejasama dengan banyak pihak untuk segera menikah karena jika tidak
dan saling bekerja sama dengan bidang yang maka kan menjadi perawan tua.
alinnya.
Yang menandakan bahwa sikap para Stigma
pegawai di Dinas Pemberdayaan perempuan Stigma sendiri adalah cara - cara berpikir
perlindungan anak dan keluarga berencana seseorang yang cenderung ke pemikiran
(DP3AKB) kabupaten Bojoengoro sangat negative dan melekat pada diri seseorang itu.
hangat dan saling gotong royong bekerjasama Di Kabupaten Bojoengoro banyaknya stigma
dan tidak egois satu sama lain dalam – stigma yang melekat dan menjadi suatu
menjalankan tugas dan kewajibannya saat pandangan yang di anggap sebagai hal yang
bertugas. Juga adanya sikap santun yang benar. Bahwasannya stigma yang melekat
sangat menghormati atasan dan satu sama lain pada masyarakat – masyarakat di Kabupaten
juga ada pada diri pegawai di Dinas Bojonegoro adalah bahwa menikahkan anak
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan disuia – usia muda suapaya sang anak nanti
Anak Dan Keluarga Berencana (DP3AKB) tidaj menjadi perawan tua. Kemudian adanya
kabupaten Bojoengoro. Hal ini dapat dilihat stigma – stigma atau pemikiran beberapa
dari sikap setiap karyawan yang selalu masyarakat di Kabupaten Bojonegoro yang
meminta persetujuan apapun baik bila ada berpemikiran bahwa anak utamanya seorang
pelayanan kasus mauapun penelitian anak gadis tidak perlu mendapatkan
melibatkan Kepala Dinas. Juga keramahan pendidikan yang terlalu tinggi, ataupun
pada setiap masyarakat baik bila dalam bekerja terlalu giat hingga lupa akan
pelayanan maupun dalam sosialisai yang kodratnya karna kodrat perempuan adalah di
dilakukan setiap event – event tertentu. dapur dan mengurus suami juga anak ketika
sudah menikah. Tentu dengan adanaya stigma

144
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

ini semakin membuat Kabupaten Bojoengoro masyarakat Kabupaten Bojonegoro mulai


mencapai angka perkawinan yang tinggi. dari terhambatnya aktivitas masyarakat
karena harus dirumah saja (Lockdown), lalu
Ekonomi banyaknya pemecatan yang di dapatkan
Ekonomi selalu identic atau erat masyarakat hingga masyarakat harus bingung
kaitannya dengan kemajuan suatu daerah dan mencari pekerjaan dan banyak yang menjadi
pendapatan masyarakat. Di Kabupaten pengangguran dan berdampak pada ekonomi
Bojonegoro ekonomi terbilang masih masyarakat, juga pada pendidikan. Covid
menengah utamanya dengan adanya kasus – mengharuskan kita untuk tidak berkerumun,
kasus perkawinan anak ini. Dengan tidak beraktivitas diluar ruangan, dan harus
banyaknya penduduk atau masyarakat yang menjaga jarak satu dengan yang lain. Yang
bermata pencaharian sebagi petani, buruh dan sangat berdampak pada pendidikan, dan
lain sebagianya dengan pendapatan yang bisa pekerjaan masayarakat. Covid dimasa
dibilang menengah menjadi faktor juga dalam sekarang ini yang menimbulkan kebebasan
perkawinan anak. Ekonomi menjadi salah anak – anak untuk memegang HP dan
satu factor perkawinan anak di Kbaupaten mengoprasikan Hp. Ketidak bijakan anak –
Bojonegoro. Penghasilan orang tua anak dalam menggunakan teknologi dan Hp di
yang tidak seimbang dengan kebutuhan lalu masa pandemic menjadi faktor terbanyak
menyebabakan adanya hutang, dan keinginan dalam adanya kasus – kasus perkawinan anak
menikahkan anak di usia muda karena agar di Kabupaten Bojonegoro. Karena disebabkan
segara terbebasdari tanggungan terhadap oleh kebebasan anak–anak bermain hp dan
anak, seperti tidak lagi memeikirkan makan menggunkan teknologi dengan alasan belajar
untuk anak karena jika dinikahkan maka anak online atau daring, dan malah membuka atau
adlaah tanggung jawab suaminya. Hal ini menggunakan Hp dan teknologi, juga
dikarenakan orang tua merasa bahwa tidak mdengan adanya kebebasan bermain hp ini
mampu dengan keadaan ekonomi yang malah dijadikan akses untuk berpacaran
membelit dan kurangnya lahan pekerjaan di bukannya belajar. Hal – hal seperti inilah yang
Kabupaten Bojoengoro. dikatakan tidak bijak, yang kemudian
menimbulkan dan mendorong pemikiran anak
Budaya (Pakem) – anak untuk melakukan hal yang tidak
Budaya atau pakem ialah sesuatu hal sepatutnya dilakukan dan mendorong
yang sudah menjadi kebiasaan – kebiasa keinginan untuk menikah diusia yang sangat
dalam suatu masyarakat dan susah untuk muda.
dihilangkan atau dihapus dari masyarakat itu.
Budaya atau pakem disini utamanya di Minimya pengetahuan (edukasi perkawinan
Kabupaten Bojonegoro adalah budaya yang rendah)
menikahkan anak – anak terutama gadis Edukasi perkawinan yang rendah
tentunya. Yang selalu menjadi dasar menajdi salah satu fkator terjadinya
pemikiran masyarakat untuk menikahkan anak perkawinan anak yang meningkat setiap
di Bojoengoro adalah anak gadis perempuan. tahunnya. Dalam hal perkawinan anak salah
Anggapan – anggapan dan asumsi – asumsi satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
yang melekat pada masyarakat sangatlah sulit perkawinan anak tidak sesuai dengan
untuk dihilangkan tidak ada yang bisa ketentuan undang-undang Nomor 16 Tahun
menghalangi budaya, termasuk juga di 2019 tentang perkawinan yaitu berusia 19
Kabupaten Bojonegoro. tahun yaitu karna minimnya pengetahuan
tentang perkawinan anak, seperti minimnya
Covid dan teknologi (Hp) di masa sekarang pemahaman dampak – dampak yang akan
Covid atau virus yang menyerang ditimbulkan dari adanya suatu perkawinan
kekebalan tubuh ini sudah satu tahun lebih baik dampak buruk maupun baik. Terlalu
menyerang Negara Indonesia hampir seluruh banyaknya anggapan masyarakat di
daerah di Indonesia terjangkit virus Corona Kabupaten Bojonegoro bahwa pemahaman
dan terdampak dari virus corona atau covid perkawinan belum saatnya diberikan orang
ini. Kabupaten Bojonegoro juga tak luput dari tua kepada anak anak Karena terlalu kecil
covid 19 ini. Banyaknya dampak yang bahkan ada beberapa yang menanggap tabu
ditimbulkan oleh covid sangat dirasakan oleh

145
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

untuk dijelaskan pada anak – anak ini adalah


hal yang kurang tepat. Permasalahan identitas anak Dampak
bagi anak yang melakukan perkawinan
SDM yang rendah sebelum usia atau umur 19 Tahun:
SDM (Sumber Daya Manusia) di
Kabupaten Bojonegoro masih rendah • Infeksi Rahim
dikarenakan masih banyaknya masyarakat - • Rentan depresi
masyarakat yang belum mendapatkan • Emosi labil
pendidikan yang layak dan masih banyak • Rentan kanker serviks
yang putus sekolah karena masalah ekonomi, • Rentan keguguran
dan kurangnya motivasi untuk belajar dan • Rentan KDRT (Kekerasan Dalam
bersekolah. Hal ini lah yang kemudian rumah Tangga)
menjadi dorongan kuat seseorang untuk • Finansial belum madiri
menikah. Dan menjadi factor adanya • Rentan cerai
perkawinan anak di Kabupaten Bojoengoro. • Pendidikan (putusnya
Sebab utamanya SDM rendah adalah karena pendidikan)
kurangnya pendidikan yang didapat oelh • Sulit berprestasi
masyarakat Kbaupaten Bojoengoro dan • Angka kematian Ibu (AKI)
pengetahuan yang di terima yang maka • Gangguan kesehatan mental
menimbulkan pemikiran – pemikiran untuk
lebih baik menikah atau menikahkan anak Dampak bagi ekonomi yaitu :
diusia muda dan tidak sesuai dengan • Banyaknya pekerja anak
perundang – undangan Nomor 16 Tahun 2019 • Upah rendah berakibat pada
tentang perkawinan yaitu berusia 19 tahun. kemiskinan
• Finansial belum mandiri
Gadget/Teknologi • Tempat tinggal yang Nomaden
Di Kabupaten Bojonegoro yang menjadi
factor adanya kasus-kasus perkawinan anak Upaya Pencegahan Perkawinan anak yang
ini adalah juga dipengaruhi oleh HP dan di lakukan oleh Dinas Pemberdayaan
Teknologi yang sangat canggih saat ini Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
utamanya juga karna pandemic dan membuat Berencana (DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro
anak – anak tidak bisa bijak menggunakan Hp :
mereka dalam mencari informasi dan Upaya pencegahan perkawinan anak
membuka situs – situs yang tidak layak untuk haruslah dilakukan karena jika terus dibiarkan
mereka lihat. tanpa adanya pencegahan maka bisa saja akan
semakin meningkat dan tidak bisa di
Karena banyaknya faktor – faktor yang hentikan. Karena melihat dari banyaknya
mendorong perkawinan anak maka hal ini faktor – faktor yang mendorong perkawinan
selalu juga menimbulkan dampak – dampak anak di Kabupaten Bojonegoro maka bisa saja
terus meningkat perkawinan anak ini jika
atau akibat yang di dapat atas kasus – kasus
tidak dicegah. Meskipun perkawinan anak di
perkawinan anak baik bagi sang anak maupun Kabupaten Bojonegoro dianggap sebagai adat,
orang tua dan keluarga yang ditimbulkan dari budaya atau pakem untuk beberapa
adanya perkawinan Anak di Kabupaten masyarakat dan tidak bisa dihentikan atau di
Bojonegoro seperti dampak bagi sang calon beri sanksi – sanksi bagi yang melakukan
anak (bayi) : perkawinan anak karena tidak adanya aturan
yang mengatur perkawinan anak di Kabupaten
• Kelahiran bayi premature Bojonegoro berbeda dengan daerah seperti
• Angka kematian bayi (AKB) NTB (Nusa Tenggara Barat) yang ada sanksi
• Stunting (Gizi Buruk) – sanksi yang melarang adanya perkawinan
• Berat badan lahir rendah anak. Perkawinan anak ini masih bisa diatasi
(BBLR) dengan pencegahan, pencegahan perkawinan
• Kekerasan terhadap anak anak dalam hal
• Pola asuh salah pada anak
146
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

ini yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Kabupaten Bojonegoro salah satunya juga
Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga adalah dengan adanya PUP (Pendewasaan
Berencana (DP3AKB)Kabupaten Bojonegoro Usia Perkawinan) dan FABO (Forum Anak
yaitu sebagai berikut : Bojonegoro) yang sengaja dibuat dan
diadakan juga untuk melakukakn sosialisasi
Kegiatan sosialisasi tentang pencegahan-pencegahan perkawinan
anak yang ada di Kabupaten Bojoengoro juga
Sosialisasi yang diselenggarakan oleh untuk pendewasaan usia – usia dalam
pihak Dinas Pemberdayaan Pemberdayaan perkawinan. Yang mana calon pasangan yang
Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga ingin menikah bisa mencapai usia minimal
berencana Kabupaten Bojoengoro (DP3AKB) pada saat perkawinan yaitu 21 tahun bagi
dilakukan pada saat ada acara – acara perempuan dan 25 tahun bagi laki – laki
pengajian atau adanya kumpul – kumpul yang sehingga nantinya mampu membangun
dihadiri oleh banyak masyarakat sehingga keluarga yang bahagia dan sejahtera dan tidak
sosialisasi dapat di beri tahukan atau dapatdi merugikan diri sendiri satu sama lain juga
paparkan untuk banyak orang di satu tempat. pada sang calon anak.
Karna bagaimanapun sosialisasi pencegahan
perkawinan anak ini sangatlah diperlukan. 3. Adanya unit PPA (Perlindungan Perempuan
Tidak hanya para instansi atau lembaga saja dan Anak) Kabupaten Bojonegoro
yang harus melakukan sosialisasi tentang Adanya PPA Perlindungan Perempuan dan
pencegahan perkawinan anak ini. Anak ini merupakan sebagai wujud tanggung
jawab pemerintah dalam memeberikan
1. Adanya Satgas Perlindungan Perempuan perlindungan dan pemenuhan hak bagi para
dan Anak Satuan Tugas atau yang biasa perempuan dan korban – korban kekekrasan
disebut dengan satgas ialah sebuah unit di Kabuapten Bojonegoro untuk merespon
yang snegaja dibuat suatu lembaga atau masalah atau permaslaah perempuan dan anak
instansi atau organisasi tertentu dalam yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro serta
rangak mengerjakan tugas tertentu pula. juga memberikan solusi terbaik bagi korban.
Dinas Pemberdayaan Perempuan PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak)
Perlindungan Anak dan Keluarga Kabupaten Bojonegoro ini juga unit yang
Berencana (DP3AKB) Kabupaten diberi tugas atau melayani pembuatan
Bojonegoro juga membentuk satgas tidak keterangan Diska (Dispensasi Kawin) yang
semata hanya karena untuk keren – mana diska ini dibuat apabila adala calon
keranan saja namun satgas ini juga punya pasangan yang ingin menikah namun usia
tujuan dan visi dalam tugasnya yaitu merka belum 19 tahun sesuai dengan Undnag
pencegahan perkawinan anak utamanya – undang nomor 16 tahun 2019 tentang
tentu di daerah Kabupaten Bojonegoro perkawinan.
yang mana setiap satgas ini diterjunkan
disetiap – tiap daerah kecamatan di desa 4. Adanya surat edaran (SE) Gubernur
desa. Jadi satgas ini tujuannya adalah Adanya surat edaran ini ada;lah terkait denga
untuk membantu tugas – tugas Dinas kasus perkawinan anak yang menigkat di
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Kabupaten Bojonegoro yang mana dala
Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) rangka meningkatkan perlindungan anak,
Kabupaten Bojonegoro dalam mencegah memenuhi hak dan kewajiban anak ,
terjadinya perkawinan anak di lingkungan mengendalikan kuantitas dan meningkatkan
masyarakat melalui cara sosialisasi di kualitas penduduk atau sumber daya manusia
pengajian, dan acara acara yang digelar (SDM), serta untuk meningkakan kuaitas
pemerintah Desa lainnya. kesehatan anak.

2. Adanya program PUP ( Pendewasaan Usia 5. Adanya Diska (Dispensasi Kawin)


Perkawinan) dan FABO ( Forum Anak Diska ( Dispensasi Kawin) ini sudah diatur
Bojonegoro ) dan ada dalam Peraturan Mahkamah Agung
Terkait dengan Upaya – upaya yang dilakukan Repbulik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019
oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan tentang pedoman mengadili permohonan
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Dispensasi kawin disebutkan bahwa Diska

147
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

adalah pemberian izin kawin oleh pengadilan mendasari atau mempengaruhi adanya
kepada calon suami/isteri yang belum beruisa perkawin – perkawinan anak di Kabupaten
19 (Sembilan belas tahun) untuk Bojoengoro seperti SDM (Sumber Daya
melangsungkan perkawinan. Namun pihak Manusia) yang masih rendah, ekonomi yang
P3A (Pusat Pelayanan Perempuan Anak) masih rendah karena kebanyak bermata
sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan pencaharian sebagai petani dengan
Diska atau Dispensasi Kawin tidak dengan pendapatan yang tidak tentu, dan kondisi
mudah memberikan Diska kepada anak – anak socialnya dimana ada adat dan budaya yang
atau calon pasangan yang ingin menikah susah dihilangkan di masyarakat dan
dibawah usia 19 Tahun. Pihak P3A (Pusat menyebabkan semakin banyaknya kasus –
Pelayanan Perempuan Anak) selalu berusaha kasus perkawinan anak dibawah usia 19 tahun
terlebih dahulu memberikan pengertian di Kabupaten Bojonegoro.
kepada tiap – tiap anak yang ingin menikah
diusia yang masih sangat muda seperti Faktor – faktor yang mempengaruhi
pemahaman – pemahaman dampak buruk efektifitas Dinas Pemberdayaana Perempuan
perkawinan jika calon pasangan usianya Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
masih dibawah 19 Tahun, kemudian dampak (DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro dalam
bila menikah dengan calon pasangan yang menjalankan ataumelaksanakan implementasi
masih belum mantap emosi, dan belum mapan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2019
materi. tentang perkawinan yaitu meliputi adat,
stigma, ekonomi, budaya atau pakem, covid
Juga penjelasan tentang pentingnya dan teknologi (HP) handphone, minimnya
pendidikan jika hanya ditinggalkan karena pengetahuan (edukasi perkawinan yang
ingin menikah di muda atau menikah diusia rendah), SDM (Sumber Daya Manusia) yang
belum 19 tahun. Tujuannya adalah agar anak rendah, dan juga faktor gadget dan teknologi.
– anak ini tidak sampai ingin meminta Diska
untuk proses perkawinan. Karena Upaya yang dilakukan Dinas
bagaimanapun tujuan utamanya adanya P3A Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
dan pengeluaran Diska adalah untuk dan Keluarga Berencana(DP3AKB)
meminimalisir adanya perkawinan anak bukan Kabupaten Bojonegoro untuk
untuk semakin membebaskan anak – anak meningkatkan efektifitas implementasi
yang berusia kurang dari 19 tahun untuk Undang – undang Nomor 16 Tahun 2019
menikah. tentang perkawinan di Kabupaten Bojonegoro
dalam upaya pencegaha perkawinan anak
KESIMPULAN yaitu adanya sosialisasi yang dilakukan di
sekolah – sekolah dan cara acar pengajian atau
Menurut hasil penelitian yang sudah saya acara yang ada didesa, adanya program PUP
lakukan yang berlokasi di Kantor Dinas (Pendewasaan Usia Perkawinan) dan FABO
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (Forum Anak Bojonegoro) yang dibentuk oleh
dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Dinas Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Bojonegoro. Mengenai Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
Implementasi Undang – Undang Nomor 16 (DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro , adanya
Tahun 2019 Tentang Perkawinan (Studi kasus satgas perlindungan perempuan dan anak
perkawinan anak di Kabupaten Bojonegoro). yang disebar disetiap kecamatan – kecamatan
Untuk itu maka penulis akan menarik , adanya Unit PPA (Perlindungan Perempuan
kesimpulan sebagai berikut : dan Anak) yang menangani kasus – kasus
Implementasi Undang – undang Nomor 16 perlindungan perempuan dan anak termasuk
tahun 2019 tentang perkawinan yang ada di perkawinan anak, adanya Surat Edaran (SE)
Dinas Pemberdayaan Perempuan Gubernur, adanya Diska (Dispensasi Kawin).
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
(DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro SARAN
sudahcukup baik meskipun kurang efektif, Mengacu pada kesimpulan yang telah
kurang efektif dalam hal ini adalah di disebutkan maka ada beberapa saran yang
karenakan banyaknya factor – factor yang

148
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

dapat saya berikan yang tentunya bertujuan menjalankan pencegahan dan mampu
sebagai bahan pertimbangan yang dapat mengurangi perkawinan anak di Kabupaten
bermanfaat dan berguna untuk peningkatan Bojonegoro.
implementasi Dinas Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana REFERENSI
(DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro
dalam menjalankan Undang – undang Nomor 16 Buku :
Tahun 2019 tentang perkawinan di Kabupaten Nogi, S Hessel (2003). Implementasi Kebijakan
Bojonegoro. Adapun saran yang dapat penulis Publik.Yogyakarta :Yayasan Pembaruan
sampaikan yaitu : Administrasi Publik Indonesia (YPAPI)
Subarsono, AG (2005). Analisis Kebijakan
Untuk mengoptimalkan efektifitas program – Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi.
program yang dibuat oleh Dinas Pemberdayaan Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Berencana (DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro Surakarta : UNS
bias lebih baik menambah adanya satgas – satgas Jurnal :
per desa bukan hanya per kecamatan – Kumala anisa, Trihandayani D. 2015. Peran
kecamatan agar lebih bias menjangkau seperti Memaafkan dan Sabar dalam
acara acar didesa desa dan bias memberi Menciptakan Kepuasan Perkawinan. Jurnal
sosialisasi perkawinan anak agar bias Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris &
menjangkau dari lini paling kecil seperti desa. Non-Empiris 1 (1) ; 39 – 44
Mahfudi, Agus, Khoirotul Waqi’ah. 2016.
Untuk Dinas Pemberdayaan Perempuan Pernikahan Dini dan Pengaruhnya
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana TerhadapKeluarga di Kabupaten Sumenenp
(DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro diharapkan Jawa Timur. Jurnal Hukum Keluarga
melakukan sosialisasi lebih gencar lagi tentang Islam 1(1): 33-49
pencegahan perkawinan anak maupun Qibtiyah, Mariyatul . 2015. Faktor Yang
pemahamantentang dampak – dampak dari Mempengaruhi Perkawinan Muda
adanya perkawinan anak utamanya di daerah – Perempuan. Jurnal Biometrika dan
daerah yang tingkat perkawinan anaknya tinggi. Kependudukan 3 (1): 50-58
Saidiyah, Satih, Very Julianto. 2016.Probelem
Untuk masyarakat diharapkan semakin bisa Pernikahan dan Strategi Penyelesaian Studi
memahami maksut dari adanya undnag – undnag Kasus Pada Pasangan Suami Istri Dengan
Nomor 16 Tahun 2019 tentang perkawinan Usia Perkawinan di Bawah Sepuluh Tahun.
anak, dan mau membuka fikiran agar lebih Jurnal Psikologi Undip 15 (2): 124-133
terbuka dan mampu meninggalkan pemikiran – Susanto, Tantut, Etal. 2016. Persepsi Remaja
pemikiran bahwasannya wanita hanya bagian Dalam Perencanaan Keluarga di
dibelakang didapur, mengurusanak dan suami, Daerah Rural dan Urban Kabupaten Jember,
karena pada dasarnya setiap makhluk hidup Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Jurnal
berhak maju dan berkembang. Dan untuk orang Keluarga Berencana 1 (1): 1-12
tua diharapkan selalu mendukung keinginan anak Tamam, Ahmad Badrut. 2016. Nikah Siri Solusi
untuk bersekolah dan berpendidikan tinggi Pernikahan di Bawah Umur di Desa Petung,
karena bagaimampun pendidikan tetap yang Penceng, Gresik. Jurnal Hukum Keluarga
utama. Dan diharapkan orang tua mampu Islam 3 (1): 41-70
lebihmengawasi tingkah laku anak dan aktivitas
anak agar lebih bisa memantau perkembangan Peraturan Perundang – Undangan :
dan pergaulan anak agar tidak salah jalan yang Keputusan Bupati Bojonegoro Nomor:188/
menyebabkan perkawinan anak. Karena 19/KEP/412.12/2018 tentang Forum Anak
bagaimanapun pendidikan pertama anak di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2018 - 2021
dapatkan dari keluarga dan orang tua. Mari Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 5
bersama mencegah perkawinan anak karena Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili
dengan bersama pasti lebih mudah dalam Permohonan Dispensasi Kawin
Peraturan Bupati Kabupaten Bojonegoro susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi
Nomor 56 Tahun 2016 tentang kedudukan, serta tata kerja Dinas Pemberdayaan

149
Jurnal Intelektual Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi ISSN:2338- 7521
Vol.8 No.2

Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga


Berencana Kabupaten Bojonegoro
Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 39 Tahun
2016 tentang pencegahan perkawinan Pada
usia anak di Kabupaten Bojonegoro
Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Mengadili Permohonan
Dispensasi Kawin
Undang - Undang Nomor 16 tahun 2019
Tentang perkawinan

150

You might also like