Materi Filsafat Hakekat Masyarakat

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Pandangan filosofi terhadap hakekat masyarakat

1. Menurut pandangan Konfusianisme,


masyarakat adalah sebuah entitas moral yang terdiri dari individu-individu yang
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Konfusianisme
menekankan pentingnya nilai-nilai moral seperti kesopanan, kejujuran, dan
penghormatan terhadap orang tua dan sesama manusia.
Contoh Pendidikan:
Perspektif: Konfusianisme memberikan nilai tinggi pada pendidikan sebagai sarana
untuk mencapai kesempurnaan moral dan intelektual. Pendidikan dianggap
sebagai fondasi penting bagi kemajuan individu dan masyarakat.
Contoh: Seseorang yang mengikuti ajaran Konfusianisme akan memandang
pendidikan sebagai cara untuk mengembangkan kepribadian yang baik dan
meningkatkan pengetahuan untuk memberikan kontribusi positif pada
masyarakat.

2.Pandangan filosofis Marxisme didasarkan pada pemikiran Karl Marx dan


Friedrich Engels. Marxisme
umumnya memandang masyarakat sebagai struktur kelas yang didasarkan pada
eksploitasi ekonomi, di mana kelas buruh (proletariat) yang memproduksi barang
dan jasa dieksploitasi oleh kelas pemilik modal (kapitalis). Beberapa konsep kunci
dalam Marxisme yang relevan dengan pendidikan termasuk materialisme historis,
alienasi, dan teori konflik.
1. Materialisme Historis:
 Marxisme menekankan peran ekonomi sebagai motor utama
perubahan sejarah. Dalam konteks pendidikan, pandangan ini dapat
diterjemahkan sebagai pengaruh struktur ekonomi terhadap sistem
pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai bagian dari superstruktur
sosial yang dipengaruhi oleh struktur ekonomi dasar.
2. Alienasi:
 Marx menyatakan bahwa pekerja (proletariat) dapat mengalami
alienasi dalam pekerjaannya karena kehilangan kendali atas hasil
kerjanya. Dalam konteks pendidikan, ini dapat diterapkan pada siswa
atau pendidik yang merasa terasing atau kehilangan makna dalam
proses pendidikan. Misalnya, jika sistem pendidikan hanya
mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk bekerja, tanpa
memperhatikan perkembangan pribadi dan intelektual siswa, maka
siswa mungkin merasa teralienasi.
3. Teori Konflik:
 Marxisme mengakui adanya konflik antara kelas sosial. Dalam
pendidikan, ini dapat diterjemahkan sebagai ketidaksetaraan dalam
kesempatan pendidikan. Contohnya, sistem pendidikan yang lebih
mementingkan dan memberikan lebih banyak kesempatan kepada
anak-anak dari kelas sosial yang lebih tinggi daripada anak-anak dari
kelas sosial yang lebih rendah.

3. Perspektif liberalism
dalam konteks masyarakat mencakup keyakinan akan pentingnya kebebasan
individu, hak asasi manusia, dan peran pemerintah yang terbatas. Liberalisme
mengutamakan hak individu untuk mengejar kebahagiaan dan mengembangkan
potensi mereka sendiri. Dalam dunia pendidikan, perspektif ini dapat tercermin
dalam beberapa aspek:
1. Kebebasan Individu dalam Pendidikan: Liberalisme menekankan
pentingnya memberikan kebebasan kepada individu untuk mengejar
pendidikan sesuai dengan minat dan bakat mereka. Ini berarti mendukung
sistem pendidikan yang memberikan pilihan kepada siswa, seperti
pendekatan pendidikan inklusif dan pendekatan berbasis bakat.
2. Hak Asasi Manusia dalam Pendidikan: Perspektif liberalisme menekankan
hak asasi manusia, termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas. Hal ini tercermin dalam upaya untuk memberikan akses
pendidikan yang setara dan adil bagi semua individu, tanpa memandang
latar belakang sosial, ekonomi, atau kultural mereka.
3. Peran Terbatas Pemerintah: Liberalisme cenderung mendukung peran
pemerintah yang terbatas dalam hal intervensi dalam urusan individu.
Dalam konteks pendidikan, ini dapat berarti mendukung otonomi sekolah,
memberikan kebebasan pada lembaga pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum mereka sendiri dan mengelola sumber daya mereka tanpa
campur tangan yang berlebihan dari pemerintah.
Contoh dalam dunia pendidikan bisa berupa:
 Pendidikan Inklusif: Liberalisme dalam pendidikan dapat tercermin dalam
dukungan terhadap pendekatan inklusif. Misalnya, memberikan dukungan
dan sumber daya untuk siswa dengan kebutuhan khusus sehingga mereka
dapat belajar di lingkungan yang inklusif dan mendukung perkembangan
penuh potensi mereka.
 Kebebasan Memilih Sekolah: Pendekatan liberalisme dapat mengakui hak
individu untuk memilih pendidikan yang sesuai dengan nilai dan
kepercayaan mereka. Contohnya, mendukung keberagaman sekolah,
termasuk sekolah-sekolah swasta atau alternatif, yang memberikan pilihan
kepada orang tua dan siswa untuk menentukan pendidikan yang sesuai
dengan preferensi mereka.

4. PERSPEKTIF POSITIVISME
adalah suatu pendekatan dalam sosiologi yang menekankan pada
pengamatan empiris, pengukuran obyektif, dan metode ilmiah untuk
memahami masyarakat. Perspektif positivisme melihat masyarakat sebagai
suatu entitas yang dapat diamati dan diukur secara objektif. Berikut adalah
beberapa karakteristik dan contoh penerapan perspektif positivisme dalam
dunia pendidikan:
1. Empiris: Positivisme menekankan pada pengamatan empiris atau
pengalaman nyata. Dalam konteks pendidikan, ini dapat berarti
menggunakan data empiris, seperti hasil tes atau pengukuran kinerja siswa,
untuk mengidentifikasi pola-pola dan tren.
Contoh: Sebuah penelitian yang mengukur korelasi antara waktu belajar siswa dan
nilai ujian mereka untuk menentukan apakah ada hubungan yang signifikan antara
jumlah waktu belajar dan kinerja akademis.
2. Pengukuran Obyektif: Positivisme menekankan pada pengukuran yang
objektif dan dapat diulang. Dalam pendidikan, ini mencakup penggunaan
instrumen pengukuran yang dapat diandalkan dan valid, seperti tes standar
nasional.
Contoh: Penggunaan tes standar nasional untuk menilai kemampuan siswa dalam
mata pelajaran tertentu dengan cara yang obyektif dan dapat dibandingkan
dengan siswa lain di tingkat nasional.
3. Hukum Kausalitas: Positivisme mengasumsikan bahwa ada hukum-hukum
kausalitas yang mengatur perilaku masyarakat. Dalam pendidikan, ini bisa
berarti mencari hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel tertentu,
seperti faktor-faktor lingkungan dan prestasi akademis.
Contoh: Penelitian yang mencoba menentukan apakah ada hubungan kausal
antara tingkat partisipasi orangtua dalam pendidikan anak dan hasil akademis
anak-anak tersebut.
4. Netralitas Ilmiah: Positivisme menekankan netralitas ilmiah dan
menghindari penilaian nilai. Dalam konteks pendidikan, ini berarti fokus
pada fakta dan data, bukan pada nilai-nilai atau keyakinan pribadi.
Contoh: Analisis statistik terhadap data ujian tanpa memberikan penilaian moral
atau nilai-nilai pribadi terkait dengan kinerja siswa.

5. Perspektif fenomenologi
dalam konteks masyarakat berkaitan dengan upaya memahami makna subjektif
dari pengalaman individu dalam interaksi sosial dan budaya. Fenomenologi
menekankan pada pemahaman langsung dan deskripsi dari perspektif individu,
tanpa menyimpulkan atau menginterpretasikan lebih lanjut. Dalam
contoh penerapan perspektif fenomenologi dalam dunia pendidikan:
1. Pengalaman Siswa dalam Proses Pembelajaran: Fenomenologi dapat
digunakan untuk memahami bagaimana siswa mengalami proses
pembelajaran di dalam kelas. Guru atau peneliti dapat mengumpulkan data
mengenai persepsi, emosi, dan makna-makna yang dirasakan oleh siswa
selama pembelajaran. Contohnya, bagaimana siswa merespons metode
pengajaran tertentu, apa yang mereka rasakan ketika berhasil memahami
suatu konsep, atau bagaimana interaksi dengan teman sekelas
memengaruhi pengalaman belajar mereka.
2. Perspektif Guru dalam Mengajar: Fenomenologi juga dapat diterapkan
untuk memahami pengalaman guru dalam mengajar. Dengan menggali
makna subjektif dari pengalaman mengajar, peneliti dapat mendapatkan
wawasan tentang tantangan yang dihadapi guru, keberhasilan yang mereka
alami, dan cara mereka memaknai hubungan dengan siswa. Ini dapat
membantu dalam pengembangan strategi pengajaran yang lebih efektif.

HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN PENDIDIKAN


Hubungan antara masyarakat dan pendidikan sangat erat dan saling
memengaruhi. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
dan memengaruhi perkembangan masyarakat, dan sebaliknya, kondisi masyarakat
dapat memengaruhi sistem pendidikan. Berikut adalah beberapa cara di mana
hubungan antara masyarakat dan pendidikan dapat dijelaskan:

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM): Pendidikan berperan dalam


menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten. Masyarakat
yang memiliki akses dan komitmen terhadap pendidikan yang baik cenderung
memiliki SDM yang lebih berkualitas. Sebaliknya, masyarakat yang kurang
mendukung pendidikan cenderung menghasilkan tenaga kerja yang kurang
terampil.

Pengaruh Budaya: Budaya masyarakat dapat mempengaruhi pendidikan dan


sebaliknya. Nilai-nilai, norma, dan keyakinan dalam masyarakat dapat
mencerminkan dalam sistem pendidikan. Di sisi lain, pendidikan dapat berperan
dalam membentuk dan memperbarui nilai-nilai budaya masyarakat.

Akses dan Kesetaraan: Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dapat


memengaruhi akses terhadap pendidikan. Masyarakat yang lebih ekonomis stabil
cenderung memiliki akses yang lebih baik ke pendidikan. Selain itu, pendidikan
dapat berperan dalam meningkatkan kesetaraan sosial dan ekonomi dengan
memberikan peluang yang sama bagi semua individu.

Partisipasi Masyarakat: Pendidikan memerlukan dukungan dan partisipasi


masyarakat. Masyarakat yang aktif dan peduli terhadap pendidikan cenderung
menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik. Partisipasi orang tua,
dukungan komunitas, dan keterlibatan masyarakat dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.

Pengaruh Kebijakan Pendidikan: Kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh


pemerintah dapat mencerminkan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat. Di sisi
lain, perkembangan pendidikan dapat memengaruhi perubahan sosial dan
kebijakan di masyarakat.

Pemecahan Masalah Sosial: Pendidikan juga berperan dalam pemecahan masalah


sosial. Melalui pendidikan, masyarakat dapat menyadari dan memahami isu-isu
sosial seperti kemiskinan, diskriminasi, dan ketidaksetaraan, dan mencari solusi
untuk mengatasi masalah tersebut.

Dengan demikian, hubungan antara masyarakat dan pendidikan bersifat saling


memengaruhi dan kompleks. Perubahan di satu area dapat memiliki dampak
signifikan di area lainnya, dan kesuksesan pendidikan sering kali bergantung pada
dukungan dan keterlibatan masyarakat secara luas.

You might also like