Professional Documents
Culture Documents
Materi Filsafat Hakekat Masyarakat
Materi Filsafat Hakekat Masyarakat
Materi Filsafat Hakekat Masyarakat
3. Perspektif liberalism
dalam konteks masyarakat mencakup keyakinan akan pentingnya kebebasan
individu, hak asasi manusia, dan peran pemerintah yang terbatas. Liberalisme
mengutamakan hak individu untuk mengejar kebahagiaan dan mengembangkan
potensi mereka sendiri. Dalam dunia pendidikan, perspektif ini dapat tercermin
dalam beberapa aspek:
1. Kebebasan Individu dalam Pendidikan: Liberalisme menekankan
pentingnya memberikan kebebasan kepada individu untuk mengejar
pendidikan sesuai dengan minat dan bakat mereka. Ini berarti mendukung
sistem pendidikan yang memberikan pilihan kepada siswa, seperti
pendekatan pendidikan inklusif dan pendekatan berbasis bakat.
2. Hak Asasi Manusia dalam Pendidikan: Perspektif liberalisme menekankan
hak asasi manusia, termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas. Hal ini tercermin dalam upaya untuk memberikan akses
pendidikan yang setara dan adil bagi semua individu, tanpa memandang
latar belakang sosial, ekonomi, atau kultural mereka.
3. Peran Terbatas Pemerintah: Liberalisme cenderung mendukung peran
pemerintah yang terbatas dalam hal intervensi dalam urusan individu.
Dalam konteks pendidikan, ini dapat berarti mendukung otonomi sekolah,
memberikan kebebasan pada lembaga pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum mereka sendiri dan mengelola sumber daya mereka tanpa
campur tangan yang berlebihan dari pemerintah.
Contoh dalam dunia pendidikan bisa berupa:
Pendidikan Inklusif: Liberalisme dalam pendidikan dapat tercermin dalam
dukungan terhadap pendekatan inklusif. Misalnya, memberikan dukungan
dan sumber daya untuk siswa dengan kebutuhan khusus sehingga mereka
dapat belajar di lingkungan yang inklusif dan mendukung perkembangan
penuh potensi mereka.
Kebebasan Memilih Sekolah: Pendekatan liberalisme dapat mengakui hak
individu untuk memilih pendidikan yang sesuai dengan nilai dan
kepercayaan mereka. Contohnya, mendukung keberagaman sekolah,
termasuk sekolah-sekolah swasta atau alternatif, yang memberikan pilihan
kepada orang tua dan siswa untuk menentukan pendidikan yang sesuai
dengan preferensi mereka.
4. PERSPEKTIF POSITIVISME
adalah suatu pendekatan dalam sosiologi yang menekankan pada
pengamatan empiris, pengukuran obyektif, dan metode ilmiah untuk
memahami masyarakat. Perspektif positivisme melihat masyarakat sebagai
suatu entitas yang dapat diamati dan diukur secara objektif. Berikut adalah
beberapa karakteristik dan contoh penerapan perspektif positivisme dalam
dunia pendidikan:
1. Empiris: Positivisme menekankan pada pengamatan empiris atau
pengalaman nyata. Dalam konteks pendidikan, ini dapat berarti
menggunakan data empiris, seperti hasil tes atau pengukuran kinerja siswa,
untuk mengidentifikasi pola-pola dan tren.
Contoh: Sebuah penelitian yang mengukur korelasi antara waktu belajar siswa dan
nilai ujian mereka untuk menentukan apakah ada hubungan yang signifikan antara
jumlah waktu belajar dan kinerja akademis.
2. Pengukuran Obyektif: Positivisme menekankan pada pengukuran yang
objektif dan dapat diulang. Dalam pendidikan, ini mencakup penggunaan
instrumen pengukuran yang dapat diandalkan dan valid, seperti tes standar
nasional.
Contoh: Penggunaan tes standar nasional untuk menilai kemampuan siswa dalam
mata pelajaran tertentu dengan cara yang obyektif dan dapat dibandingkan
dengan siswa lain di tingkat nasional.
3. Hukum Kausalitas: Positivisme mengasumsikan bahwa ada hukum-hukum
kausalitas yang mengatur perilaku masyarakat. Dalam pendidikan, ini bisa
berarti mencari hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel tertentu,
seperti faktor-faktor lingkungan dan prestasi akademis.
Contoh: Penelitian yang mencoba menentukan apakah ada hubungan kausal
antara tingkat partisipasi orangtua dalam pendidikan anak dan hasil akademis
anak-anak tersebut.
4. Netralitas Ilmiah: Positivisme menekankan netralitas ilmiah dan
menghindari penilaian nilai. Dalam konteks pendidikan, ini berarti fokus
pada fakta dan data, bukan pada nilai-nilai atau keyakinan pribadi.
Contoh: Analisis statistik terhadap data ujian tanpa memberikan penilaian moral
atau nilai-nilai pribadi terkait dengan kinerja siswa.
5. Perspektif fenomenologi
dalam konteks masyarakat berkaitan dengan upaya memahami makna subjektif
dari pengalaman individu dalam interaksi sosial dan budaya. Fenomenologi
menekankan pada pemahaman langsung dan deskripsi dari perspektif individu,
tanpa menyimpulkan atau menginterpretasikan lebih lanjut. Dalam
contoh penerapan perspektif fenomenologi dalam dunia pendidikan:
1. Pengalaman Siswa dalam Proses Pembelajaran: Fenomenologi dapat
digunakan untuk memahami bagaimana siswa mengalami proses
pembelajaran di dalam kelas. Guru atau peneliti dapat mengumpulkan data
mengenai persepsi, emosi, dan makna-makna yang dirasakan oleh siswa
selama pembelajaran. Contohnya, bagaimana siswa merespons metode
pengajaran tertentu, apa yang mereka rasakan ketika berhasil memahami
suatu konsep, atau bagaimana interaksi dengan teman sekelas
memengaruhi pengalaman belajar mereka.
2. Perspektif Guru dalam Mengajar: Fenomenologi juga dapat diterapkan
untuk memahami pengalaman guru dalam mengajar. Dengan menggali
makna subjektif dari pengalaman mengajar, peneliti dapat mendapatkan
wawasan tentang tantangan yang dihadapi guru, keberhasilan yang mereka
alami, dan cara mereka memaknai hubungan dengan siswa. Ini dapat
membantu dalam pengembangan strategi pengajaran yang lebih efektif.