Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No.

2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

AMPAS PENYULINGAN NILAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF


PADA PROSES PRODUKSI MINYAK NILAM

Sugiarto, Erwin Sulistyo


Teknik Mesin, Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145
Tlp: 0341- 554291
E-mail : Sugik_mlg@yahoo.co.id

Abstract
Remaining organic waste product of nilam oil distillation is a potential biomass as a fuel
substitute for firewood. Utilization of waste distillation during refining is considered not yet
optimal. Whereas by utilizing distillation waste will be obtained by the double advantage is
decreasing the cost of production like reduction of the cost of purchasing firewood, waking
environment from illegal logging and encroachment uncontrolled firewood and maintaining
forest conservation.
This research was conducted by varying waste of nilam distillation mixed fuel with
firewood with a variation of 0%, 25%, 50%, 75% and 100% waste compared to firewood.
Distillation capacity of each process is 60 kg of raw materials that have been chopped dried
nilam. Dependent variables are sought in the form of heating value, temperature data in space
heating, steam temperature and volume of nilam oil is produced for each variation of fuel weight
fraction of waste nilam.
The result is a solid fuel heating value increases with increasing weight fraction of waste
nilam compared to the firewood. Zones heating temperatures and steam temperature fluctuated
or not stable for all variations of fuel weight fraction of waste nilam. Steam temperature below
100 ° C which indicates the water content in the steam is still high. Time required for each
distillation process with a capacity of 60 kg is still relatively long time is 5 to 6 hours. Volume
nilam oil products tend to increase with increasing weight fraction of fuel from the dregs of
nilam.

Keywords : Waste distillation of nilam, alternative fuel, nilam oil

LATAR BELAKANG MASALAH dengan mengurangi pembelian kayu bakar,


kelestarian lingkungan dan hutan terjaga
Salah satu produk yang dihasilkan dari dari penebangan liar dan perambahan kayu
proses penyulingan minyak atsiri adalah bakar yang tidak terkendali. Limbah
limbah penyulingan berupa ampas organik penyulingan juga akan lebih berguna jika
tumbuhan yang kering akibat kadar air dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar
minyaknya sudah diuapkan. Ampas organik alternatif.
dari sisa penyulingan ini merupakan biomass Penelitian ini akan mengkaji
yang potensial untuk menjadi bahan bakar pemanfaatan ampas penyulingan pada
pengganti kayu bakar. Sayangnya produksi minyak atsiri sebagai bahan bakar
pemanfaatan ampas penyulingan sebagai padat alternatif yang mampu mensubtitusi
bahan bakar belum optimal dan pelaku bahan bakar kayu atau minyak yang selama
industri kecil belum yakin efektifitas dari ini menjadi bahan bakar utama. Dan
penggunaan ampas penyulingan tersebut. hasilnya dibandingkan dengan data yang
Mereka juga merasa penggunaan ampas didapat dari penggunaan 100 % kayu
penyulingan belum mendesak karena sebagai bahan bakar.
keberadaan kayu bakar masih mencukupi. Dari penelitian ini diharapkan akan
Padahal dengan memanfaatkan ampas didapatkan data nilai kalor dari ampas
penyulingan akan diperoleh keuntungan penyulingan sesuai penelitian, data
ganda berupa penurunan ongkos produksi temperatur pada daerah pemanasan,

27
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

temperatur uap dan volume minyak yang Bahan Bakar Padat


dihasilkan dari pemanfaatan ampas Bahan bakar padat diklasifikan menjadi
penyulingan sebagai bahan bakar subtitutor dua yaitu bahan bakar padat fosil (fossil
sebagian atau seluruhnya dari bahan bakar solid fuels) dan bahan bakar padat bukan
kayu yang selama ini digunakan. Dari data- fosil.
data tersebut akan dapat diketahui tingkat 1. Bahan bakar padat bukan fosil
efektifitas ampas penyulingan sebagai bahan Bahan bakar padat jenis ini merupakan
bakar alternatif pada proses produksi minyak produk dari foto sintesis yang berupa
atsiri sekaligus sebagai bahan bakar tumbuh-tumbuhan atau biomassa.
pengganti kayu. Jika pemanfaatan ampas Fotosintesis adalah proses dimana butir-
penyulingan minyak atsiri tersebut efektif butir hijau daun atau klorofil yang bekerja
untuk mensubtitusi kayu bakar maka biaya sebagai sel surya menyerap energi matahari
bahan bakar dapat ditekan/dikurangi sehingga dan mengkonversikan karbon dioksida
biaya produksi dapat ditekan. Dan jika dengan air menjadi suatu senyawa karbon
penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar hidrogen dan oksigen. Kadir (1996, 232)
proses penyulingan dapat diminimalkan, menyebutkan bahwa proses fotosintesis
maka penebangan dan perambahan hutan dirumuskan dengan reaksi kimia sebagai
untuk mengambil kayu bakar di sekitar lokasi berikut:
dapat ditekan dan lingkungan dapat dijaga
kelestariannya. CO2 + H2O + E  Cx (H2O)y+O2

DASAR TEORI dengan:E : energi cahaya


CO2 : gas dioksida karbon
Indonesia memiliki hutan hujan tropis H2O : air
yang luas dan sangat potensial untuk Cx(H2O)y : hidrokarbon yang terjadi
menghasilkan sumber energi yang O2 : gas oksigen
terbarukan. Biomassa yang dihasilkan dari
berbagai tumbuhan dan hewan yang ada di Hidrokarbon yang terjadi dapat
Indonesia menjadi sumber bahan bakar berbentuk gula tebu atau gula bit yang
alternatif yang dapat diperbaruhi. Beberapa mempunyai rumus kimia C12H22O11 ataupun
industri kecil di pedesaan umumnya misalnya berbentuk selulosa yang
mengandalkan bahan bakar kayu ataupun mempunyai rumus kimia C6H10O5. Dengan
minyak tanah sebagai sumber energi. Tetapi proses ini tumbuhan dapat terus tumbuh
karena ketersediaan minyak tanah oleh dan berkembang yang kemudian dapat
pemerintah semakin berkurang dengan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
adanya program konversi minyak tanah ke manusia misalnya untuk bahan bakar.
LPG menyebabkan industri kecil di pedesaan Sebagai bahan bakar biomassa, bahan
hanya mengandalkan sumber energi dari bakar padat tersebut dapat dimanfaatkan
kayu bakar. Hal ini juga berlaku bagi industri langsung dalam proses pembakaran
kecil penyulingan minyak atsiri di Desa misalnya kayu bakar. Atau dapat diubah
Sumberejo Kecamatan Ampelgading dahulu ke bentuk lain seperti arang kayu.
Kabupaten Malang. Permasalahannya adalah Biomassa yag dimanfaakan sebagai
jika industri kecil ini hanya mengandalkan sumber energi alternatif di Indonesia
kayu bakar sebagai bahan bakar, tentu dapat mempunyai potensi yang sangat besar.
mengancam kelestarian lingkungan dan hutan Mengingat Indonesia memiliki hutan hujan
oleh perambahan kayu bakar. Hal demikian tropis yang kaya akan tumbuhan sebagai
tentu tidak menguntungkan bagi masyarakat sumber biomassa. Sampah organik juga
dan pemerintah dalam menjaga kelestarian merupakan biomassa yang juga merupakan
lingkungan dan ekosistem. hasil proses fotosintesis yang juga dapat
diubah menjadi bentuk lain, misalnya arang.

28
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

2. Bahan bakar padat fosil (Fossil Solid primer, sedangkan udara pembakar yang
Fuels) digunakan untuk membakar gas-gas CO
Bahan bakar fosil adalah bahan bakar menjadi CO2 disebut udara sekunder.
padat yang berasal dari pemfosilan senyawa Dengan demikian maka pada waktu
karbohidrat Cx(H2O)y yang dihasilkan oleh membakar bahan bakar padat, dapat dibagi
tumbuh-tumbuhan selama jutaan tahun. menjadi 2 periode, yaitu :
Bahan bakar padat fosil yang digunakan saat  Mengegaskan (ontgassing) bahan bakar
ini kebanyakan diproduksi pada masa padat menjadi gas-gas yang bermacam-
caboniferous dalam era paleozoicum, sekitar macam susunannya, dan
350 juta tahun yang lalu. Tumbuh-tumbuhan  Membakar lebih lanjut gas-gas yang
yang mati mengalami penekanan dan panas, terbentuk tadi menjadi CO dan selanjutnya
karena ketiadaan oksigen maka terjadi menjadi CO2.
perubahan dari karbohidrat Cx(H2O)y Sebelum proses pembakaran
berubah menjadi senyawa hidrokarbon CxHy berlangsung, terlebih dahulu bahan bakar
Perubahan karbohidrat menjadi senyawa dinaikkan temperatur penyalaannya.
hidrokarbon dalam bahan bakar padat fosil Untuk menghasilkan uap pada instalasi
merupakan proses pengarangan yang penguapan air dipergunakan energi panas
memakan waktu berjuta-juta tahun dimana yang diperoleh dari proses pembakaran
tumbuh-tumbuhan menjadi gambut kemudian bahan bakar. Dalam pembakaran
berubah menjadi lignit yang lama kelamaan dilepaskan energi berupa kalor dalam gas
akan berubah menjadi batu bara. hasil pembakaran. Unsur-unsur bahan bakar
Bahan bakar padat fosil diklasifikasikan yang terbakar antara lain :
menjadi dua macam versi, yaitu klasifikasi
menurut World Energy Council (WEC) dan  Reaksi pembakaran karbon
klasifikasi menurut American Society for C+O2  CO2
Testing Materials (ASTM). Perbedaan kedua 12kgC+32kgO2  44kgCO2
klasifikasi ini adalah pada gambut. World 12 44
1kgC + /12 kgO2  /12 kg CO2
Energy Council (WEC) memasukkan gambut 1kgC + 2,667kgO2  3,667kgCO2
sebagai salah satu jenis bahan bakar padat, Jadi pembakaran 1 kg C memerlukan
sedangkan American Society for Testing 2,667kg O2 dan terbentuk 3,667 kgCO2
Materials (ASTM) tidak.
 Reaksi pembakaran hidrogen
Pembakaran Bahan Bakar Padat 4H+O2  2H2O
Pembakaran didefinisikan sebagai reaksi 4kgH+32kgO2  36kgH2O
kimia antara O2 dari udara dengan unsur- 9
1kgH + 8kgO2  kg H2O
unsur yang ada dalam bahan bakar. Bahan Jadi pemakaran 1 kg H2 memerlukan 8 kg
bakar padat yang sebagian besar terdiri dari O2 dan terbentuk 9 kg H2O.
karbon, hydrogen dan oksigen,
pembakarannya berlangsung sebagai berikut Penguapan
: mula-mula bahan bakar padat tersebut Penguapan adalah proses perubahan
membentuk gas-gas yang biasa disebut fase dari fase cair menuju ke fase uap. Agar
menge-gas (ontgassing) pada saat destilasi terjadi perubahan fase diperlukan sejumlah
kering. Selanjutnya gas-gas tersebut akan energi yang kemudian disebut energi
terurai lebih lanjut menjadi CO dan H2 (water penguapan. Untuk melakukan proses
gas) dan akan terbakar. Sedangkan arang penguapan air umumnya diguakan ketel
atau kokas yang tertinggal (yang semuanya uap.
terdiri dari karbon/ C) akan menguap atau Ketel uap berfungsi sebagai pesawat
mengalami sublimasi terlebih dahulu, dan pengubah air menjadi uap panas lanjut
kemudian baru terbakar menjadi CO yang dengan jalan pemanasan. Panas ini
untuk selanjutnya akan terbakar menjadi CO2 diperoleh dari proses pembakaran bahan
bila jumlah oksigen yang tersedia mencukupi. bakar dalam dapur ketel dan gas panas
Udara pembakar, yang diperlukan untuk yang dihasilkan digunakan untuk merubah
ontgassing dari karbon ( C ), disebut udara air menjadi uap yang dialirkan melalui pipa-

29
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

pipa penguap dan pemanas atau digunakan pemisahan uap air dengan uap minyak
untuk menguapkan air yang ada pada tangki nilam dengan sistem penyulingan. Minyak
penguapan. Ketel uap umumnya terdiri dari nilam yang baik dihasilkan dari tabung
drum, yang tertutup pada ujung pangkalnya reaksi dan peralatan penyulingan yang
dan dalam perkembangannya dilengkapi terbuat dari baja tahan karat (stainless steel)
dengan pipa api ataupun pipa air. dan peralatan tersebut hanya digunakan
untuk menyuling nilam saja (tidak boleh
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) berganti-ganti dengan bahan baku lain).
Nilam adalah jenis tanaman semak tropis Karena sifat aromanya yang kuat,
penghasil sejenis minyak atsiri yang minyak ini banyak digunakan dalam industri
dinamakan sama (minyak nilam). Dalam parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia
perdagangan internasional, minyak nilam memakai minyak ini, termasuk lebih dari
dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa separuh parfum untuk pria. Minyak ini juga
Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena digunakan sebagai pewangi kertas tisu,
minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak campuran deterjen pencuci pakaian, dan
nilam dikenal 'berat' dan 'kuat' dan telah pewangi ruangan. Fungsi yang lebih
berabad-abad digunakan sebagai wangi- tradisional adalah sebagai bahan utama
wangian (parfum) dan bahan dupa atau setanggi dan pengusir serangga perusak
setanggi pada tradisi timur. Harga jual minyak pakaian. Aroma minyak nilam dianggap
nilam termasuk yang tertinggi dibandingkan 'mewah' menurut persepsi orang Eropa,
dengan minyak atsiri lainnya. tetapi orang sepakat bahwa aromanya
Tumbuhan nilam berupa semak yang bisa bersifat menenangkan.
mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai
suasana teduh, hangat, dan lembab. Mudah METODE PENELITIAN
layu jika terkena sinar matahari langsung atau
kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau Penelitian ini dilakukan dengan
wangi yang kuat. Bijinya kecil dan proses memvariasikan penggunaan bahan bakar
pembiakan biasanya dilakukan secara campuran ampas penyulingan nilam berupa
vegetatif. bahan bakar padat dengan kayu bakar
dengan variasi 0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan
Minyak nilam 100 % ampas dibanding kayu bakar.
Minyak nilam tergolong dalam minyak Kapasitas penyulingan tiap proses adalah
atsiri dengan komponen utamanya adalah 60 kg bahan baku nilam kering yang sudah
patchoulol. Daun dan bunga nilam dicacah. Variabel terikat yang dicari adalah
mengandung minyak ini, tetapi orang data perubahan temperatur di daerah
biasanya mendapatkan minyak nilam dari pemanasan pada ketel (3 titik) dan
penyulingan uap terhadap daun keringnya temperatur uap basah ( 2 titik)
(seperti pada minyak cengkeh). Di Indonesia menggunakan sensor temperatur yang
minyak nilam juga disuling dari kerabat dekat dilengkapi dengan ADC dan komputer untuk
nilam yang asli dari Indonesia, yaitu nilam mengolah dan menampilkan data
Jawa (Pogostemon heyneani) yang memiliki temperatur. Juga dihitung volume minyak
kualitas lebih rendah. nilam yang dihasilkan tiap variasi fraksi
Minyak nilam yang baik umumnya berat bahan bakar ampas nilam
memiliki kadar PA di atas 30%, berwarna menggunakan gelas ukur. Dari data tersebut
kuning jernih, dan memiliki wangi yang khas diharapkan dapat diketahui prosentase yang
dan sulit dihilangkan. Minyak nilam jenis ini optimum dari pencampuran bahan bakar
didapat dengan menggunakan teknik ampas nilam dan kayu serta efektifitas
penyulingan uap kering yang dihasilkan mesin pengunaan ampas nilam sebagai bahan
penghasil uap (boiler) yang diteruskan ke bakar subtitutor kayu bakar.
dalam tangki reaksi (autoklaf). Selanjutnya
uap akan menembus bahan baku nilam kering
dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke
bagian pemisahan untuk dilakukan

30
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

HASIL DAN PEMBAHASAN kalor ampas nilam ini disebabkan karena


Hasil Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar kadar air pada ampas sudah rendah akibat
proses penyulingan.
Sebelum dilakukan pengambilan data
lapangan berupa data temperatur dan data
volume minyak, terlebih dahulu dilakukan
pengujian nilai kalor bahan bakar padat
berupa ampas nilam kering dan kayu bakar,
dan hasilnya sebagaimana tabel 2 berikut :

Tabel 2. Nilai kalor bahan bakar berdasarkan


fraksi berat ampas nilam (Kal/gram)
Gambar 1. Penempatan sensor temperatur
NO Fraksi Berat Nilai Kalor
di ruang pemanas dan di pipa uap
Ampas Nilam Rata-rata
Dibandingkan (Kal/gram)
Data temperatur mulai diambil ketika
Kayu (%)
sudah dihasilkan tetesan air bercampur
1 0 – 100 3627.44
minyak pada mangkok penampung minyak
2 25 -75 3643.46 dan air, dan pengukuran akan dihentikan
3 50 – 50 3651.47 ketika kadar minyak dalam air yang
4 75 – 25 3683.50 diuapkan sudah habis. Waktu total
5 100 – 0 3699.51 pengukuran untuk semua variasi fraksi berat
sampai kadar minyak dalam uap habis
Dari tabel 2 diketahui bahwa nilai kalor berkisar antara 5 sampai 6 jam. Waktu
bahan bakar meningkat dengan pengukuran temperatur sampai kadar
bertambahnya fraksi berat ampas nilam minyak habis tidak sama antar fraksi berat.
dibanding kayu bakar. Ampas nilam dan kayu Rata-rata hasil pengukuran temperatur pada
bakar tersebut diambil secara acak dari bahan daerah pemanasan ditampilkan dalam
bakar dan ampas nilam yang selama ini gambar 2.
dipakai oleh industri kecil tempat penelitian.
Dapat disimpulkan bahwa nilai ampas nilam
sisa penyulingan memiliki nilai kalor lebih
tinggi dibanding kayu bakar. Tingginya nilai

GRAFIK TEMPERATUR RUANG PEMANAS TIAP 10 MENIT


BERDASARKAN PERUBAHAN FRAKSI BERAT AMPAS NILAM
900
TEMPERATUR RUANG PEMANAS ( C)

800

700

600

500

400

300

200

100

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

WAKTU PENGAMBILAN DATA (X 10 menit)


0% Ampas 25% Ampas 50% Ampas
75% Ampas 100% Ampas

Gambar 2. Grafik temperatur rata-rata daerah pemanasan ketel ( °C) yang diambil tiap 10 menit

31
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

Dari gambar 2 diketahui bahwa terdapat sampai kadar minyak dalam uap habis untuk
perbedaan temperatur ruang pemanasan 0 % ampas dan 50 % ampas adalah 5 jam.
rata-rata (data temperatur rata-rata dari 3 titik Sedangkan waktu pengambilan data
pengukuran pada daerah pemanasan dan 2 temperatur pemanasan untuk 100 % ampas
titik pengukuran pada daerah penguapan adalah 5,5 jam dan untuk 75 % ampas 5 jam
berdasarkan variasi fraksi berat bahan bakar 50 menit serta untuk 25 % ampas 6 jam 10
ampas nilam. Temperatur ruang pemanasan menit.
rata-rata untuk semua variasi fraksi berat dari Temperatur uap diambil di dua titik dalam pipa
awal sampai akhir pengambilan data uap di dekat ruang pengukusan bagian atas.
mengalami fluktuasi atau tidak stabil. Hal ini Pengambilan data temperatur uap dilakukan
menunjukkan bahwa temperatur pemanasan bersamaan dengan pengambilan data
hasil pembakaran bahan bakar padat seperti temperatur pemanasan yaitu tiap 10 menit
kayu atau ampas nilam tidak stabil. Lama dan hasilnya ditampilkan dalam gambar 3
pengambilan data temperatur pemanasan

GRAFIK TEMPERATUR UAP BERDASARKAN VARIASI FRAKSI BERAT AMPAS NILAM


65.6

62.4
TEMPERATUR UAP ( C)

59.2

56.0

52.8

49.6

46.4

43.2

40.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
WAKTU PENGAMBILAN DATA (X 10 menit)
0% Ampas 25% Ampas 50% Ampas 75% Ampas 100% Ampas

Gambar 3. Grafik temperatur uap berdasarkan variasi fraksi berat ampas nilam
yang diambil tiap 10 menit selama proses produksi minyak nilam

Grafik pada gambar 3 menunjukkan adanya Dari grafik juga dapat dilihat bahwa
perbedaan temperatur uap rata-rata temperatur uap pada 75 % ampas nilam yang
berdasarkan variasi fraksi berat bahan bakar terdistribusi paling tinggi dan relatif stabil,
ampas nilam. Temperatur uap rata-rata untuk yaitu terdistribusi pada 52,8 °C sampai 60 °C
semua fraksi berat ampas nilam selama dengan lama waktu proses sekitar 6 jam.
proses penyulingan mengalami fluktuasi atau Temperatur uap pada 50 % ampas nilam
tidak stabil. Berdasarkan grafik tersebut data terdistribusi pada 51,5 °C sampai 57,5 °C
temperatur yang terukur terdistribusi dari 43 dengan lama proses sekitar 5 jam.
°C sampai 62,4 °C. Rendahnya temperatur Temperatur uap untuk 0 % ampas nilam
uap tersebut menunjukkan bahwa pada cenderung meningkat dari awal sampai 4 jam
daerah pengukuran sudah mulai terjadi dan selanjutnya mengalami penurunan
pendinginan uap jenuh dengan indikasi sampai akhir pengukuran. Temperatur uap
keadaan uap sudah banyak mengandung air pada 100 % ampas nilam mengalami
dan minyak. kenaikan dari awal sampai akhir pengukuran
atau dari 10 menit sampai 5,5 jam.

32
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

Temperatur uap untuk 25 % ampas nilam volume produk minyak nilam yang dihasilkan
hanya terdistribusi pada temperatur 47 °C dari proses penyulingan berdasarkan variasi
sampai 53 °C namun waktu prosesnya lebih fraksi berat ditampilkan dalam tabel 3.
dari 6 jam.
Tabel 3. Volume minyak nilam berdasarkan
Hasil Pengukuran Volume Produk Minyak perubahan fraksi berat ampas nilam
Nilam
Setelah melewati mekanisme No Variasi Fraksi Volume
pendinginan, uap jenuh akan mengalir ke Berat Ampas Minyak
penampungan minyak dan air dengan posisi Nilam (%) Nilam (ml)
minyak nilam berada di atas dan air di bawah. 1 0 650
Untuk memisahkan minyak dilakukan dengan 2 25 800
membuang air dari kaleng pengumpul minyak 3 50 710
di bagian bawah. 4 75 720
Selanjutnya hasil produk minyak nilam 5 100 1150
untuk tiap-tiap fraksi berat bahan bakar
ampas nilam dimasukkan dalam gelas ukur Data tersebut selanjutnya ditampilkan dalam
untuk dilihat volumenya. Hasil pengukuran bentuk grafik pada gambar 4 berikut.

VOLUME PRODUK MINYAK NILAM BERDASARKAN FRAKSI


VOLUME AMPAS NILAM
Volume Minyak Nilam

1200
1000
800
(ml)

600
Volume Minyak
2
400 y = 0.0754x - 3.8629x + 716.29
2 Poly. (Volume Minyak )
200 R = 0.7266
0
0 25 50 75 100
Fraksi Berat Ampas Nilam (%)

Gambar 4. Grafik pengaruh fraksi berat ampas nilam terhadap volume produk minyak nilam

Dari gambar 4 diketahui bahwa volume produk minyak nilam dibandingkan dengan
produk minyak nilam yang dihasilkan penggunaan kayu sebagai bahan bakar.
cenderung meningkat dengan naiknya fraksi Efektifitas ampas nilam sebagai bahan bakar
berat bahan bakar dari ampas nilam alternatif dipengaruhi oleh kadar air pada
2
mengikuti persamaan Y= 0,0754X - 3,8629X ampas yang sudah rendah akibat proses
+ 716,29. Jika dikaitkan dengan tabel 2 dapat penguapan sebelumnya. Kadar air yang
disimpulkan bahwa nilai kalor bahan bakar rendah ini menyebabkan nilai kalor ampas
padat berdasarkan variasi fraksi berat ampas nilam tinggi bahkan lebih tinggi dibanding
nilam dengan kayu berbanding lurus dengan kayu bakar.
volume minyak nilam yang dihasilkan. . Hal ini Sedangkan jika dihubungkan dengan
menunjukkan bahwa penggunaan ampas grafik pada gambar 2 dan 3 menunjukkan
nilam lebih efektif untuk miningkatkan volume bahwa volume produk minyak yang besar

33
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 27-34 ISSN 0216-468X

diperoleh dari proses penyulingan yang lama naiknya fraksi berat bahan bakar dari
yaitu pada fraksi berat ampas nilam 25 %, 75 ampas nilam, mengikuti persamaan Y =
2
% dan 100 %. Sedangkan waktu proses yang 0,0754X - 3,8629X + 716,29.
pendek juga akan menghasilkan volume  Secara umum volume minyak yang
produk yang sedikit. Secara umum volume dihasilkan belum optimal, hal ini diakibatkan
minyak yang dihasilkan belum optimal, hal ini oleh temperature pemanasan yang tidak
diakibatkan oleh temperature pemanasan stabil selama proses pengukusan nilam.
yang tidak stabil selama proses pengukusan
nilam. DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN [1] Culp, A. W., 1979, Principles of Energy


Conversion, Mc. Graw Hill, New York.
Berdasarkan pengolahan data dan [2] Kadir, A., 1996, Energi : Sumber Daya,
pembahasan pada bab terdahulu, dapat Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi
Ekonomi, Edisi Kedua, UI Press, Jakarta
disimpulkan bahwa :
[3] Muin, Syamsir A., 1988, Pesawat-
 Nilai kalor bahan bakar padat meningkat
pesawat Energi I (Ketel Uap), Rajawali
sebanding dengan kenaikan fraksi berat
Press, Jakarta
ampas nilam dibanding kayu bakar.
[4] Nuryani, Y., Emmyzar dan Wiratno, 2005,
 Temperatur daerah pemanasan dan
Budidaya Tanaman Nilam, Badan
temperature uap mengalami fluktuasi atau
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
tidak stabil untuk semua variasi fraksi berat
Balai Penelitian Tanaman Obat dan
bahan bakar ampas.
Aromatika
 Waktu yang dibutuhkan untuk proses [5] Supomo, S. K., 1978, Limbah Pertanian
penyulingan sampai kadar minyak dari Sebagai Bahan Bakar Dewasa Ini dan
bahan baku yang dikukus habis relatif lama Prospeknya, Makalah Lokakarya Energi,
yaitu 5 sampai 6 jam. Jakarta.
 Volume produk minyak nilam yang
dihasilkan cenderung meningkat dengan

34

You might also like