Terpaksa Menikah
--Malang : AE Publishing 2019
vii+303 halaman, AS
Cetakan Keempat, Agustus 2018
Penulis : Siti Fatonah
Penyunting : Riksaninda Maharani
Desain Sampul : Dien Imi
Tata Letak :Tim AE
Jin. Banurejo B no.17 Kepanjen
fA Ej HP : 085103414877
Telp : (0341) 2414877
seeiisnlas Fax : (0341) 399787
Email : ae.publishing@yahoo.com
http://aepublishing.blogspot.com
ISBN 978-602-5468-00-1
Kutipan Pasal 72 terkait Ketentuan Pidana Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta:
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliyar rupih)
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama S (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
ii Terpaksa MenikahYata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena
dengan Rahmat dan karunia-NYA saya diberi kesehatan untuk
bisa melahirkan buku pertama saya. Tidak lupa saya ucapkan rasa
terima kasih sebesar-besamnya kepada kedua orang tua, keluarga
serta sahabat yang terys memotivasi saya untuk terus dan terus
menulis.
Novel ini menceritakan suatu kisah penuh kelukaan.
Dimana dari luka itu sendiripun tetap dapat memberikan
pengajaran. Tujuan kisah ini tercipta agar kita bisa tahu respon
diri sendiri atas semua hal yang tidak mengenakan dalam
kehidupan. Bagaimana respon kita saat kita kembali di
pertemukan dengan segala hal yang menyakitkan.
Harapan saya, Semoga buku ini dapat diterima dan
disukai para pembaca. Menjadi obat di saat kejenuhan melanda.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Siti Fatonah
Siti Fatonah iiiGfcapan 7erima
Yasih
Pertama-tama. Aku ucapkan puji syukur ke hadirat Allah
SWT. Telah memberikan kesempatan tiap hari. Mempercayakan
umur serta akal yang bisa digunakan untuk hal positif. Terima
Kasih
Shalawat serta salam untuk Baginda Nabi kita
Muhammad SAW. Dengan segala perjuangannya telah
memberikanku kedamaian untuk mengemukakan _ berbagai
pemahaman dikepala. Terima kasih.
Untuk kedua orang tua. Emih sareng bapak yang
menyayangiku tanpa kenal lelah, memberikan tempat ternyaman
dalam kehidupanku. Terima kasih.
Untuk saudara saya. Teteh sareng aa. Juga teteh yang
sekarang sudah ada di alam yang berbeda. Terima kasih. Untuk
kasih sayang yang di berikan dengan cara yang berbeda - beda.
iv Terpaksa MenikahUntuk seluruh keluarga besar. Semuanya. Terima kasih
selalu menjagaku dengan baik. Keluarga dari bapak juga dari
Emih. Terima Kasih.
Untuk Editor mba Riskaninda Maharani, Meiga Lettucia
dan Khoirun Nisaul Abidah. Terimakasih yang telah menjadikan
tulisanku semakin indah.
Untuk Mba AnnisaAe juga Aepublishing terimakasih
sudah mempercayai naskahku untuk di terbitkan.
Untuk guruku tercintaBu Nunung Apriatin. Yang
menjadi pembaca pertama serta menyemangatiku perihal apapun,
mendukung apapun perihal kebakian. Syukron Shem. You're my
Everything.
Untuk sahabat-sahabatku. Hasri, Emay, Ratnengsih,
Rika, Neng Rahmawati. Pokoknya semuanya_—_yang
mengatasnamakan diri mereka Moal Ngaruh. Terima kasih atas
polesan warna dalam kehidupanku. Terutama untukmu ceu Hasri
Ainun Widiani. Terima Kasih selalu jadi orang yang selalu ada.
Untuk Teman dan adik — seperjuanganku yang
menemaniku berjuang bersama untuk menjadi pribadi yang lebih
baik. Tanti, Syarifah, Popon, Elisa, Halimah, Yeyen,
Desty. Semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu - satu. Terima
kasih selalu menyemangatiku perihal kebaikan. Keep istigomah
saudariku.
Untuk teman dalam berdebat perihal kepenulisan,
menjadikan apapum jadi pembahasan. Caswati, Terima_kasih
Siti Fatonah vselalu. menjadi teman dalam berbagi pemahaman. Juga
untuk Dede Yogi Darsita, Motivator sadis untukku agar tidak
cukup puas untuk menggapai perihal mimpi.
Untuk semua ibu-ibu di groupku.. Group 2370. Terima
kasih selalu mendidikku untuk menjadi pribadi yang amanah dan
istigomah. Serta Group Sultan dan subang yang terkabung dalam
satu komunitas positif yang membawaku agar lebih mencintai Al-
qur'an. Terima kasih selalu memberi ilmu tiap harinya.
Untuk sahabatku yang dipertemukan belum lama ini.
Mengenal kalian sungguh suatu kebahagiaan untukku. Kak Win,
Kak Rin, Kak Nita, Lena, Rima, Nova, Riska sipenulis
Favorit. Terima kasih selalu memberikan warna baru dalam
hidupku juga pengetahuan seputar kepenulisan dan lain hal.
Untuk semua yang terkait dalam kehidupanku. Terima
kasih telah memberikan pengajaran masing-masing dalam setiap
sendi kehidupanku.
Juga. Untukmu seseorang yang selalu menjadi inspirasi
dalam setiap lelah penantianku. Aku meyakini, Kita hanya belum
dipertemukan dengan waktu yang tepat itu. Sehingga segala
sesuatu tentangmu masih samar dalam kehidupanku. Terima
Kasih aku haturkan kepadamu yang tidak tahu siapa.
JAZAKALLAHU KHAIRON KATSIR.
vi. Terpaksa MenikahDoftar Jsi
Kata Pengantar..
Ucapan Terima Kasih...
Daftar Isi .....
Prolog...
Part 1..
Part 2.
Part 3..
Part 4.....
Part 5.....
Part 6.....
Part 7.....
Part 8.....
Part 9.....
Part 10...
Part 11...
Part 12...
Part 13...
Siti Fatonah viiEpilog.... 289
Ekstra Part ..... 291
Biodata Penulis...
viii Terpaksa Menikah“Jodoh itu siapa yang tau, kadang orang
yang dulu paling menyakiti bisa menjadi
orang yang memberikan kebahagiaan di
masa depan.”
Siti SatonahProlog
corang laki-laki tampan merasa tidak tenang di atas
kursi yang diduduki. Tangannya memijit batang
hidung, tanda sedang berpikir keras. Namun, tidak
berapa lama, senyum sinis tersungging di wajahnya. “Aku tidak
peduli soal karirku, mau kau menghancurkannya atau apa pun.
Walau kau mau menghancurkan keluargaku, sahabat, dan wanita
yang kucintai, silakan! Aku yakin, mereka akan lebih
mempercayaiku dibandingkan wanita seperti kau!” ucap lelaki
tampan itu dengan tegas.
Di seberang tempat laki-laki itu duduk, terdapat wanita
cantik sedang menampilkan senyum manisnya. “Baiklah kalau
seperti itu. Aku akan mengeluarkan kartu As, supaya kau mau
menikah denganku!” ucap wanita cantik itu dengan senyum
2 Terpaksa Menikahmenawan. Laki-laki yang ada di hadapannya menatap wanita itu
dengan tatapan tajam.
Wanita itu tampak tidak terpengaruh oleh tatapan tajam
laki-laki itu. Dikeluarkan sebuah foto, lalu disodorkan pada laki-
laki yang ada di hadapannya.
Laki-laki itu menerimanya. Matanya seketika terbelalak
dan menatap wanita itu dengan sinis. “Apa ini?” pekiknya. Emosi
sudah menguasai dirinya kali ini. Namun, wanita itu tetap tenang,
senyum manis tidak pernah hilang dari wajah cantiknya.
“Ttu foto kita berdua waktu menghabiskan malam
bersama, Sayang.”
“Sejak kapan aku menghabiskan malam bersamamu?”
Laki-laki itu sudah berteriak, tanda benar-benar emosi. Namun,
wanita itu hanya terkikik geli, lalu berdiri dengan anggun.
“Redam emosimu itu, Sayang! Mulailah berpikir! Aku
tunggu jawabanmu besok,” ucap wanita itu.
Wanita itu menghampiri laki-laki tersebut dan mencium
pipinya. Laki-laki itu hanya diam, tidak ingin emosi menguasai
diri, lalu bertindak gegabah. Bisa-bisa, wanita itu memanfaatkan
situasi.
“Aku tidak ingin menikah denganmu, Wanita Sialan!”
ucap laki-laki itu dingin.
“Jangan gegabah! Pikirkanlah kalau sampai foto itu
kusebar ke media kepercayaan orang-orang terdekatmu! Karirmu
akan hancur seketika.”
Siti Fatonah 3Setelah mengucapkan kata-kata itu, wanita itu beranjak
pergi.
“Wanita Sialan! Kau memaksaku menikahimu? Wanita
macam apa kau?!” teriak laki-laki itu lagi.
Wanita itu menghentikan langkah dan menatap laki-laki
yang sedang emosi itu dengan senyum manisnya. “Menikahlah
denganku, walaupun terpaksa! Wanita sialan ini yang kelak akan
menjadi istrimu. Aku tunggu jawabanmu. Aku pergi dulu, Calon
Suamiku,” ucap wanita itu dengan suara lembut, lalu melanjutkan
langkahnya, meninggalkan ruangan restoran VIP tersebut.
4 Terpaksa MenikahPract 1
cara musik pagi itu dipenuhi penonton. Acara
outbox begitu meriah oleh suara gemuruh
penonton, kala artis yang mereka nantikan
naik ke atas panggung untuk mempromosikan film yang
dibintanginya.
“Diptaaa!” teriak para penonton histeris saat artis yang
dipanggil Dipta itu memberikan senyum.
Orang lain biasa menyebutnya Dipta. Nama aslinya
Pradipta Bagaskara, seorang artis yang sedang populer saat ini.
Wajah rupawan. Alis tebal menghiasi mata indahnya, ditambah
hidung mancung, dan bibir seksi yang semakin menambah
ketampanan wajah. Senyum ramah yang selalu diperlihatkan di
setiap kesempatan pun membuat kaum hawa berteriak histeris,
mengelu-elukan namanya.
Siti Fatonah 5“Wuah, rame banget hari ini, yah? Ayo, Dipta, sapa para
penonton!” ucap pembawa acara musik tersebut, Andhika
Pratama.
“Pagi semua!” sapa Dipta.
“Pagiii!” teriak para penonton dengan kompak.
Acara pun dilanjutkan dengan obrolan-obrolan ringan
seputar film yang dibintangi Dipta. Setelah mempromosikan film,
Dipta pun turun dari panggung dan langsung disambut oleh
asisten pribadi yang langsung memberikan air mineral kepadanya.
Dipta menerima dengan senyum geli.
“Kenapa kamu selalu memberikanku air mineral, Nadia?
Bahkan, tadi aku tidak terlalu banyak bicara,” protesnya. Namun,
dengan suara sarat akan kasih sayang.
“Mau tadi banyak bicara atau tidak, kamu harus tetap
banyak minum. Itu baik untuk kesehatanmu,” jawab perempuan
yang bernama Nadia itu.
“Oke, baiklah, Calon Ibu Dokter! Aku akan
meminumnya. Namun, ngomong-ngomong, bukannya kamu ada
kuliah hari ini?”
“Ya. Hehehe
“Ya sudah, ngapain masih di sini? Cepat berangkat kuliah
sana! Aku menjadikanmu asisten pribadi, bukan untuk bekerja.
Namun, untuk menemaniku, supaya fans tidak curiga,” ucap
Dipta dengan suara pelan, yang hanya bisa didengar oleh Nadia.
6 Terpaksa Menikah“Baiklah, Bapak Superstar! Kalau begitu, aku berangkat
kuliah dulu. Antarkan aku sampai ke mobil, ya?”
Dipta tersenyum gemas dan mencolek hidung mancung
kekasihnya itu.
“Bay, gue antar calon ibu dokter ini ke mobilnya dulu,
ya?” izin Dipta pada Bayu, manajernya.
“Ya. Tapi, jangan lama-lama! Habis ini masih ada
segmen lu,” jawab Bayu.
Dipta hanya mengangguk, lalu melangkah beriringan
menuju mobil Nadia yang terparkir tidak jauh dari lokasi.
Nadia pun masuk mobil, diikuti dengan Dipta. Sesudah
pintu mobil tertutup, mereka berpelukan.
“Belajar yang benar, jangan memikirkan aku terus!” ujar
Dipta sambil mencium kepala gadisnya itu.
“Aku janji akan belajar yang benar. Namun, kalau soal
tidak memikirkanmu, aku nggak janji.” Nadia tersenyum kuda
dan mendapatkan belaian sayang di kepala.
“Oke. Soal yang satu itu, aku tidak keberatan,” ucap
Dipta, yang langsung mendapatkan ciuman dari kekasihnya.
“Kalau begitu, Bapak Superstar, aku berangkat dulu.
Keluar sana dari mobilku!”
“Jadi, ngusir, nih?” goda Dipta.
“Kalau nggak diusir, nanti Kak Bayu nyusul lagi ke sini,
karena artisnya lama nggak nongol-nongol.”
Siti Fatonah 7Dipta pun keluar dari mobil setelah mencium kening
kekasih yang mewarnai hari-harinya. Nadia Prameswari nama
gadis itu. Maha
kecilnya.
a fakultas kedokteran dan juga teman masa
Di belahan bumi lain, tampak seorang gadis cantik
sedang tersenyum meperhatikan layar laptop yang sedang
menampilkan acara musik Indonesia. Di mana artis yang sedang
digandrungi banyak wanita itu sedang melakukan tantangan
dubsmash di panggung Outbox. Teriakan penonton makin riuh.
Dipta begitu memesona dan menghipnotis kaum hawa di mana
pun berada. “Kau akan jadi milikku. Tunggu aku, My Prince!”
gumam gadis cantik itu sambil tersenyum manis.
Senyuman manis gadis itu terhenti kala melihat
teleponnya berbunyi. Panggilan masuk dari sang kakek. Dengan
malas, ia pun mengangkatnya.
“Pulang ke Indonesia, Deeva! Sudah cukup kamu tinggal
di sana,” ucap kakeknya.
“Aku akan pulang, tetapi kakek harus bisa menjamin
kebahagiaanku,” jawab Deeva.
“Kebahagiaan apa pun yang diinginkan cucu Kakek, akan
Kakek kabulkan.”
8 Terpaksa Menikah“Aku bagian dari keluarga kalian, kan? Kalau begitu, aku
ingin, bukan hanya diakui, tetapi diberikan kasih sayang,
layaknya keluarga.”
“Kakek menyayangimu. Apa itu tidak cukup? Kamu tahu
alasannya kenapa mereka seperti itu? Berhenti meminta hal yang
mustahil!”
Deeva tertawa terbahak. Namun, matanya memancarkan
kesedihan yang mendalam. “Aku tahu, aku hanya seorang
manusia yang tidak diinginkan siapa pun. Bahkan, ibu kandungku
membuangku, kan, Kek?” tanya gadis itu lirih.
“Pulanglah dan jangan berpikiran macam-macam! Kakek
tunggu di Indonesia.”
Tut. Tut. Tut. Sambungan telepon itu pun terputus.
Membuat Deeva menghela napas berat. Ia harus kembali ke tanah
air, tanah kelahirannya. Tanah ia dibesarkan dan dilukai oleh
sebuah kenyataan, yang membuatnya menjadi seorang wanita
antagonis.
Kedalaman hati seseorang siapa yang tahu. Di kehidupan
ini, yang bertampang jahat belum tentu jahat. Yang bertampang
baik, belum tentu baik. Itu hanya sebuah identitas untuk
mengenali antar manusia satu dan yang lainnya.
Deeva mengetik sebuah pesan di ponselnya. Setelah
jemarinya lincah menari di layar ponsel, ia terdiam. Ia seperti
berpikir, tetapi tidak berapa lama, ia pun
menyentuh send, sehingga pesan itu terkirim.
Siti Fatonah 9To : grandpa
Aku ingin Pradipta Bagaskara menjadi milikku, apa pun
caranya.
Karena, itu kebahagiaanku. la sumber kebahagiaanku.
Tidak berapa lama, balasan pesan pun diterima. Deeva
membaca dan menyunggingkan senyum manis.
From : grandpa
Dia akan menjadi milikmu kalau memang dialah yang
membuatmu bahagia. Pulanglah!
Deeva bangun dari ranjang, lalu memasukkan baju-
bajunya ke dalam koper. Setelah semua selesai, ia pun bersiap-
siap. Kini, tubuh jenjang Deeva terbalut dress putih yang
panjangnya di bawah lutut dan berlengan pendek. Rambut hitam
panjang dibiarkan terurai, menjuntai sampai ke pinggang. Kaki
jenjangnya pun dihiasi heels hitam yang kontras dengan kulit
seputih susu. Mata tajamnya ia bingkai dengan kacamata hitam.
Membuat gadis bernama Adeeva Afsheen Hardinata itu begitu
menawan.
Kakinya melangkah meninggalkan apartemen yang sudah
lima tahun ini ia tinggali. “Selamat tinggal, Paris! Doakan, supaya
aku mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah didapatkan
10 Terpaksa Menikahselama ini!” gumam Deeva dan langsung masuk ke dalam mobil
yang akan membawanya ke bandara.
Gadis itu menarik koper dengan langkah begitu anggun.
Diinginkan. Hanya itu yang aku inginkan di dunia ini. Bila itu
mustahil, biarkan aku mendapatkannya! Bagaimanapun caranya,
aku datang, Calon Suamiku, gumamnya dalam hati.
Siti Fatonah 11Part 2
uasana Bandara Soetta pagi itu tampak sibuk oleh
hilir mudik orang. Deeva salah satunya. Kakinya
melangkah dengan mantap ke luar bandara. Deeva
menghirup udara pagi Jakarta yang jauh dari kata segar. Namun,
setidaknya, di sinilah ia pertama kali bernapas dan menatap dunia.
Deeva pun keluar dari kawasan bandara dengan
menggunakan taksi. Tidak ada jemputan atau orang yang
menunggu kedatangannya. Namun, ia terlihat sudah terbiasa
dengan hal itu.
Taksi yang ditumpangi Deeva berhenti di depan sebuah
rumah mewah, yang membuat sopir taksi pun takjub. Setelah
membayar, Deeva melangkah masuk ke halaman rumah yang
sangat luas tersebut.
12 Terpaksa MenikahHalaman itu dibagi dua. Bagian halaman pertama dihias
berbagai bunga, rumput hijau, dan pepohonan rindang. Halaman
kedua terdapat kolam besar, membuat rumah itu tampak indah.
Deeva kini berdiri di depan pintu rumah. Lalu, menekan
bel yang menempel di samping pintu. Tidak berapa lama,
perempuan yang sudah berusia senja membukakan pintu.
“Deeva? Masyaa Allah, ini kamu, Nak?” pekik
perempuan itu senang.
“Ya, Mbok, ini aku,” jawab Deeva dengan suara serak. Ia
kangen sekali dengan perempuan yang merawatnya sedari bayi
dan sudah dianggap sebagai ibu sendiri.
“Alhamdulillaah, akhirnya, kamu pulang juga,” ucap
perempuan berusia senja itu, mengucap syukur dan langsung
memeluk Deeva erat. “Ayo, masuk! Kebetulan mereka sedang
sarapan,” ajak si Mbok.
Namun, Deeva masih diam di tempatnya.
Hadapilah! Walau bagaimanapun, mereka keluargamu!
tegas Deeva dalam hati.
Deeva menghela napas, lalu mengikuti si Mbok masuk.
Deeva melihat mereka, keluarganya. Ada ayahnya yang bernama
Harry Hardinata, ibu yang bernama Liliana Hardinata, dan kakak
laki-laki bernama Adarma Hardinata, yang kini menatapnya tanpa
tatapan senang atau sapaan hangat. Mereka hanya menatap sekilas
dan melanjutkan sarapan.
Siti Fatonah 13“Semua masih sama, ternyata. Namun, izinkan aku
menyapa kalian! Selamat pagi, Pa, Ma, Kak! Deeva pulang,” ucap
Deeva lantang, membuat dentingan piring itu berhenti.
“Ma, Papa berangkat kerja dulu,” ucap seorang laki-laki
yang dalam akta kelahiran sebagai ayah Deeva. Kini, laki-laki itu
beranjak meninggalkan ruang makan dan melewati anaknya yang
meghilang selama lima tahun. Tanpa pelukan hangat atau pun
omelan khawatir.
“Pa, apa kau masih ingat darahmu ini mengalir di
tubuhku? Apa kau tidak merindukanku sama sekali?” Pertanyaan
Deeva hanya dijawab oleh hembusan angin yang menyuplai
oksigen di ruangan itu. Suara kekehan terdengar nyaring di ruang
makan keluarga Hardinata.
“Kemajuan yang luar biasa, Adik Kecil. Sekarang kau
pandai sekali berbicara,” ujar Darma, kakak laki-laki Deeva. Kini
lelaki itu berdiri, menjulang di hadapan Deeva sambil
menatapnya sinis.
“Kenapa? Kau merasa takut akan kemampuanku ini,
Kak?”
“Hahaha... takut? Kau harus tahu, aku tahu banyak sekali
kenyataan pahit soal hidupmu, yang akan membuatmu tidak bisa
tersenyum lagi.”
“Katakanlah kenyataan pahit itu, Kak! Semuanya! Dan
lihat, apa aku masih bisa tersenyum ataukah tidak!”
14 Terpaksa Menikah“Sombong sekali kau! Satu kenyataan, kau tidak
diinginkan oleh ayahmu sendiri, membuat masa remajamu kacau.
Ditambah kenyataan, kau bukan anak ibuku. Kau kabur dan baru
kembali. Apa kau siap mendengar kenyataan yang lain dan tetap
mempertahankan senyum itu di bibirmu?” ucap Darma,
melecehkan.
Mendengar ucapan itu, Deeva tetap bisa mempertahankan
tatapan tajamnya. Tatapan yang tidak terlepas dari wajah Darma.
“Aku akan mempertahankan senyuman ini. Jadi, ceritakanlah
semuanya! Aku sudah siap mendengarnya.”
“Oke. Aku akan memberitahumu satu persatu. Yang akan
kuberitahu pertama kali yaitu, kau masih tidak diinginkan di
keluarga ini. Jadi, jangan berharap apa pun!”
“Kakek menginginkanku,” timpal Deeva.
“Kakek? Hahaha.... Kau harus ingat pepatah, orang yang
sangat dekat denganmu adalah orang yang akan paling
melukaimu. Lihat apa pepatah itu berlaku terhadapmu!”
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Darma meninggalkan
ruangan makan. Kini, hanya ada Deeva, Mbok, dan nyonya besar
yang masih menyantap sarapannya, tanpa terganggu dengan
obrolan anaknya dan Deeva.
“Kau tidak berubah, Ma. Selalu menjadi pendengar yang
baik,” ucap Deeva sarkartis.
Deeva pun kembali melangkahkan kakinya menuju kamar
tidur dengan diantar si Mbok.
Siti Fatonah 15“Nak, beristirahatlah! Mbok tinggal dulu.”
Deeva hanya mengangguk. Rasanya, stok kata-katanya
sudah habis, hanya untuk sekadar mengucapkan ya. Tubuh
jenjangnya direbahkan di atas ranjang. Matanya ditutup rapat-
rapat.
“Pradipta Bagaskara, apakah kau akan memberikan
perlindungan dan perbaikan untuk hatiku yang sudah koyak?
Untuk memaksamu melakukan apa yang kuinginkan nanti,
maafkanlah!” gumamnya lirih, lalu mengambil selembar foto
dirinya yang wajahnya terbalut banyak perban sedang memakai
baju rumah sakit, ditemani Dipta yang masih memakai seragam
SMA.
“Aku harap, kau masih berhati hangat, seperti dahulu,
Dipta,” gumamnya lagi. Tidak berapa lama pun, ia terlelap, akibat
kelelahan hati dan fisik.
Pintu kamar Deeva terbuka, memperlihatkan laki-laki
yang tetap segar di usia yang tidak lagi muda. Ia Adianto
Hardinata, orang terkaya kedua se-Indonesia, yang tak lain, kakek
Deeva.
Ta melangkah mendekat ke ranjang cucunya yang sedang
tertidur pulas.
“Apa pun akan Kakek lakukan untuk membuatmu
bahagia. Kesalahan itu Kakek yang mengawalinya. Bila dengan
membuatmu bahagia bisa menebus semuanya, akan Kakek
lakukan. Kakek menyayangimu, Deva,” ucap Adianto dengan
16 Terpaksa Menikahsuara lirih, lalu mencium kening cucunya itu dengan sepenuh rasa
sayang.
Di sebuah kamar tidur yang lain, Dipta masih terlelap
dalam tidur, Jadwal keartisan membuatnya masih terjaga sampai
dini hari. Tidur pun menjadi tidak teratur. Ia tertidur dengan
nyenyak, begitu pun Deeva.
Setelah mereka terbangun, akan banyak hal yang akan
dilewati. Melukai dan dilukai selalu jadi hal yang pasti ada di
setiap jalan yang dilalui. Entah itu terpaksa, disengaja, maupun
tanpa disadari!
Goresan luka selalu mengintai orang-orang yang
berkecimpung di dunia ini, karena goresan itu mengantarkan pada
keikhlasan dan rasa syukur. Bahwa kita sebagai manusia masih
memiliki perasaan untuk merasakan. Karena, di mana ada
kesusahan, di situlah ada kemudahan. Di mana ada kelukaan, di
situlah ada kebahagiaan.
Siti Fatonah 17Pact 3
uara heels beradu nyaring dengan lantai marmer di
sebuah kantor stasiun TV. Pegawai yang sebagian
sudah meninggalkan kantor membuat suasana
sedikit sepi. Namun, masih terlihat pegawai yang baru datang
bergantian shift dengan rekan-rekannya.
Sepatu heels yang membawa pemiliknya itu kini berhenti
di dalam lift, membuat pegawai stasiun TV yang ada di dalamnya
juga memperhatikan si pemakai heels itu. Pegawai stasiun TV
yang kebanyakan kepo dan kritis ketika melihat orang baru mulai
bertanya, “Mbak pegawai baru?” tanya salah seorang pegawai
laki-laki.
Perempuan yang dipanggil mbak itu menatap pegawai
tersebut hingga membuatnya salah tingkah. Si pemilik heels itu
ternyata sangat memesona.
18 Terpaksa Menikah“Bukan, saya bukan pegawai baru. Saya ke sini mau
bertemu Pak Darma,” jawab si pemilik heels yang memesona itu.
“Apa Mbak kekasih Pak Darma?” tanya pegawai itu lagi.
“Bukan, saya adiknya,” jawab perempuan itu. Membuat
pegawai laki-laki itu bungkam.
“Maafkan atas kelancangan saya, Mbak! Saya benar-
benar tidak tahu kalau Mbak ini ternyata adiknya Pak Darma.”
“Tidak masalah! Saya sudah terbiasa tidak dikenali.
Namun, kalau ingin mengenal siapa saya, lihatlah silsilah
keluarga Hardinata! Kebetulan saya ada di sana, di mesin
pencarian.”
“Ya, nanti akan saya lihat. Sekali lagi, maafkan saya,
Mbak!”
“Dimaafkan.”
Pegawai laki-laki itu pun keluar lift, karena sudah sampai
di lantai tujuannya.
Pegawai laki-laki itu langsung bergegas duduk di meja
kerjanya. Menghidupkan komputer, lalu mengetik nama silsilah
keluarga Hardinata di mesin pencarian Google dan langsung
menampilkan artikel-artikel tentang keluarga terkaya kedua se-
Indonesia itu.
Pegawai itu meng-klik sebuah foto keluarga Hardinata,
lalu terbukalah sebuah artikel tentang silsilah keluarga Hardinata.
“Adeeva Afsheen Hardinata. Kenapa tadi wajahnya terlihat
seperti kakak tiri Cinderella? Di foto keluarga ini, kecantikannya
Siti Fatonah 19bagai Cinderella yang lugu dan polos. Kehidupan di luar negeri,
benar-benar mengubahnya. Sayang sekali!” gumam pegawai laki-
laki itu, mengomentari perubahan diri Deeva saat ini.
Kembali lagi ke tempat di mana Deeva berada kini, gadis
itu sedang berdiri di depan meja sekretaris kakaknya.
“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanya sekretaris itu,
ramah.
“Siapa namamu?” Deeva malah balik bertanya.
Sekretaris itu tampak tidak kesal karena pertanyaannya
diabaikan. Ia malah tersenyum dengan manisnya. “Nama saya
Anindiya Galuh Purnama,” jawab sekretaris itu.
“Nama yang bagus! Berapa umurmu?”
“20 tahun, Mbak.”
“Sangat muda sekali untuk menjadi sekretaris CEO
HNTV Group! Berarti, kau masih kuliah?”
“Ya, Mbak.”
“Pak Darma sangat baik mempekerjakan pegawai yang
masih mengenyam pendidikan, di posisi setinggi ini!”
“Ya, Bapak CEO memang baik sekali!”
“Baguslah. Setidaknya, ia masih punya hati! Saya Adeeva
Afsheen Hardinata, usia 23 tahun,” ucap Deeva. Namun,
sekretaris itu malah terpaku di tempat, seolah habis mengetahui
kenyataan yang mengejutkan. “Halo, Anindya! Kau mendengar
ucapan saya?”
“Ah, ya, Mbak! Senang berkenalan dengan Mbak!”
20 Terpaksa Menikah“Pak Darma ada di dalam?” tanya Deeva.
“Ada, Mbak. Sebentar, saya akan memberitahu Pak
Darma atas kedatangan Mbak.” Nindy akan mengangkat
teleponnya, tetapi dihentikan oleh Deeva.
“Tidak usah! Tidak usah memberitahu soal kedatangan
saya! Kalau begitu, saya masuk dulu.”
Sekretaris itu mengangguk. Deeva pun masuk ke ruangan
Darma tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Sepeninggal Deeva, sekretaris itu jatuh terduduk di
kursinya. Tatapan matanya menerawang. “Akhirnya, aku bertemu
dengannya, Bu.” gumam gadis yang bernama Anindya itu.
Di ruangan itu, kedua kakak adik seayah itu saling
menatap tajam. “Apa yang kaulakukan di sini?” tanya Darma,
sinis.
“Aku butuh bantuanmu, Kak.”
“Butuh bantuanku? Berani sekali kau!”
“Bantulah aku untuk mendapatkan apa yang kuinginkan!”
Darma tertawa, mendengar ucapan adik seayahnya itu.
“Bodoh! Kaupikir, aku akan membantumu? Bukankah aku sudah
bilang, kau jangan berharap apa pun!”
“Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau foto ini ada di
tangan tunanganmu itu!” ucap Deeva sambil melemparkan sebuah
Siti Fatonah 21foto. Foto yang memperlihatkan Darma sedang diam-diam
mencium bibir sekretarisnya yang ketiduran di meja kerja.
Darma menatap tajam Deeva. “Kau mengancamku, Adik
Kecil?”
“Kalau itu disebut sebagai ancaman, berarti aku memang
mengancammu.”
Rahang Darma mengeras. Tampak ia sedang berusaha
meredam emosinya.
“Tunangan cantik untuk memperbanyak kekayaan serta
gadis polos sekretaris kesayangan. Kalau begitu, siapa yang ada
di hatimu, Kak?”
“Diam kau, Adik Sialan!” geram Darma.
“Pasti Anindya yang ada di hatimu. Kalau kau memang
mempunyai hati.”
“Aku bilang, diam! Diam!” teriaknya, marah.
Deeva hanya terkekeh kecil. Ia tidak lari ketakutan,
seperti dulu. Kali ini, ia tetap berdiri tegak, menatap kakaknya
yang sedang marah. Tanpa tatapan takut, melainkan tatapan
mengintimidasi.
Deeva menyimpan selembar foto lagi di meja kakaknya.
Ta tidak memedulikan bahwa kakaknya itu sedang marah. “Laki-
laki di dalam foto itu, buatlah ia menjadi milikku! Ada acara
penyambutan di kantor manajemen artis Kakek untukku.
Datanglah ke acara itu! Jadilah kakak yang baik, sehingga laki-
22 Terpaksa Menikahlaki itu mau menajadi milikku tanpa perlawanan! Apa pun
caranya, aku mengandalkanmu, Kak. Kalau begitu, aku permisi.”
Deeva hendak berlalu dari ruangan kakaknya. Ketika ia
memegang kenop pintu, ucapan kakaknya membuat ia terdiam.
“Miris sekali! Gadis kecil yang sedang tidak berdaya di
rumah sakit, hanya ditemani oleh orang lain, bukan oleh ayah,
ibu, kakak, bahkan kakek yang katanya menginginkannya.”
Deeva tersenyum miris, tetapi ia berbalik, dan menatap
kakaknya dengan senyuman menawan. “Tidak masalah
sebenarnya Kakek menginginkanku ataukah tidak! Yang pasti, ia
ada di pihakku sekarang,” ucap Deeva sinis
Gadis itu meninggalkan ruangan kakaknya dengan
senyum terkembang di bibir.
“Sudah selesai urusannya, Mbak?” tanya Anindya.
“Sudah, saya permisi!”
Sekretaris itu hanya mengangguk.
Beberapa menit kemudian, Deeva telah duduk di dalam
mobilnya.
“Mau ke mana kita sekarang, Non?” tanya si sopir.
“Ke salon.”
Siti Fatonah 23Di lokasi syuting, tampak Dipta sedang membereskan
barang-barangnya. “Syuting hari ini akhirnya kelar juga. Jadwal
gue selanjutnya apa, Bay?”
“Jadwal selanjutnya, menghadari acara penyambutan
cucu bos kita.”
“Cucu pak Adianto? Mungkinkah dia?” gumam Dipta.
Perkataan Dipta terhenti, lalu ia terdiam. Seperti pikirannya
ditarik ke masa itu. Masa di mana ia dipertemukan satu ruang dan
waktu dengan gadis itu. Lamunannya buyar ketika Bayu menepuk
bahunya.
“Sudah, jangan kebanyakan ngelamun! Ayo kita siap-
siap!”
“Oh, oke! Gue akan ngajak Nadia kalau begitu,” ucap
Dipta, lalu menghela napas.
24 Terpaksa MenikahPoact 4
uasana kantor manajemen artis yang bernama
,Hardinata Nusantara Media itu tampak ramai.
Banyak orang berdatangan ke sana, baik itu artis
yang berada dalam naungan manajemen, maupun rekan bisnis
Adianto Hardinata.
Adianto sengaja mengadakan penyambutan itu di
manajemen yang ia kelola. Ia ingin memperkenalkan Adeeva
sebagai pengganti dirinya, sekaligus penyambutan cucu yang
menghilang selama lima tahun.
Hardinata Group adalah perusahaan besar yang
membawahi stasiun televisi yang bernama HNTV, singkatan dari
Hardinata Televisi, yang dipimpin oleh Adarma Hardinata, juga
perusahaan umum seperti hotel, pusat perbelanjaan, dan resort
yang dipimpin oleh Harry Hardinata. Hardinata Group perusahaan
yang mencakup banyak hal.
Siti Fatonah 25Ruangan yang digunakan untuk acara penyambutan itu
tampak sudah dipenuhi para tamu undangan. Pintu ruangan itu
terbuka. Masuklah sang tuan rumah, Adianto Hardinata dan
Adeeva Afsheen Hardinata.
Adianto masih tampak gagah, walau usianya sudah senja.
Sedangkan Adeeva begitu memesona dalam balutan long dress
hitam yang mempunyai belahan sampai paha. Ketika ia berjalan,
belahan Jong dress itu memperlihatkan kaki jenjang, yang
mengenakan heels silver, dan tampak sempurna. Rambutnya
dikepang satu dan disampirkan di bahu kanan, sehingga
mempermanis penampilan.
Semua orang menatap takjub pada Deeva. Deeva sendiri
hanya memberikan senyum manis.
Tampak Dipta di antara kerumunan para tamu undangan
dan menatap Deeva dari tempatnya berdiri.
“Jangan bilang, kamu juga terpesona sama dia!” celoteh
Nadia, kekasih yang berada di sampingnya.
Dipta tersenyum, lalu merangkul bahu gadisnya itu.
“Tentu tidak, Sayang. Aku hanya melihat, ia begitu banyak
berubah.”
“Memangnya kamu mengenal Deeva, sampai tahu dia
begitu banyak berubah?”
Dipta berdehem, lalu menampilkan senyumnya lagi.
Beberapa saat setelah terdiam, ia bergumam, “Tidak. Hanya saja
Pak Adianto sering menceritakan cucunya kepada kami, para
26 Terpaksa Menikahartis. Beliau selalu memajang foto Deeva di ruang kerjanya. Di
fotonya, ia tampak lugu dan polos.”
Nadia mengangguk-angguk saja. “Kalau dulu ia begitu
lugu, berarti ia yang sekarang memang banyak berubah. Namun,
tetap cantik. Ya, kan?”
“Tentu. Ja cantik. Namun, di mataku, kamu yang paling
cantik,” gombal Dipta, membuat Nadia tersipu.
Acara penyambutan pun _—dimulai.._—_Adianto
memperkenalkan cucunya, sekaligus kelak yang akan
menggantikannya. “Cucuku masih berusia 23 tahun. Sekarang, ia
harus melanjutkan studi yang sempat tertunda. Kelak, mohon
dukungan kalian ketika ia sudah siap memegang perusahaan ini!”
ucap Adianto.
Semua orang di sana bertepuk tangan dengan semangat.
Acara pun berlanjut dengan lebih santai. Saling sapa satu
sama lain dan menyantap makanan yang dihidangkan.
Deeva selalu menampilkan senyum manis ketika rekan
kerja kakeknya menyapa.
“Dipta, kenapa kau diam di situ? Ke sini, saya
perkenalkan pada cucu saya!” ucap Adianto sambil menghampiri
Dipta dan Nadia yang sedang menyantap hidangan.
Siti Fatonah 27“Ah, Kek! Nanti saya yang akan menghampiri Kakek.
Kenapa Kakek yang menghampiri saya?” ucap Dipta tidak enak.
Membuat Adianto menepuk bahu pemuda itu.
Semua artis asuhannya memanggil Adianto dengan
sebutan kakek, supaya terkesan lebih akrab dan kekeluargaan. Itu
permintaan dari Adianto sendiri.
“Kamu terlalu lama berada di situ. Bergabunglah bersama
saya!” jawab Adianto. “Dipta, ini cucu saya. Deeva.”
“Hallo, saya Dipta!” sapa Dipta, mengulurkan tangan.
Deeva pun menyambutnya dengan lembut.
“Tanganmu masih hangat, seperti dulu. Senang bertemu
denganmu lagi, Kak Dip!”
“Kalian sudah saling mengenal rupanya? Ya sudah, saya
tinggal dulu!”
Adianto pun meninggalkan Deeva dan Dipta, juga Nadia
yang ada di antara mereka.
Dipta hanya tersenyum canggung. Setelah jabatan tangan
itu terlepas, dirangkulnya pinggang Nadia. “Kenalkan, ini Nadia,
kekasihku!” ucap Dipta.
Deeva tersenyum manis dan menyambut uluran tangan
Nadia. “Senang bertemu denganmu, Nadia! Untung, tidak ada
wartawan di sini! Kalau ada, mungkin publik akan geger.”
“Aku tidak akan membiarkan media mencium hubungan
kami. Jadi, publik tidak akan geger,” jawab Dipta.
28 Terpaksa Menikah“Oh, oke! Kalian tampak serasi. Kalau begitu, saya
permisi.”
Namun, sebelum Deeva menjauh dari sepasang kekasih
tersebut, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Tampak Darma dengan
banyak wartawan.
“Oh, Adikku, selamat datang kembali! Maaf, Kakak
terlambat!” ucapnya, lalu memeluk Deeva. Wartawan pun tampak
antusias, meliput pertemuan adik kakak itu.
“Kalian tampak sangat dekat,” ucap seorang wartawan.
“Tentu saja. Kami dekat, karena kami keluarga. Ya, kan,
Sayang?”
“Tentu saja. Sebagai keluarga, memang seharusnya saling
menyayangi, bukan?” jawab Deeva. Membuat Darma tersenyum
palsu.
“Hei, Pradipta, artis yang sedang naik daun, senang bisa
bertemu denganmu secara langsung! Para pegawai wanita selalu
membicarakanmu di_—_—kantor,”ucap_-—- Darma, _—sramah.
Dipta hanya tersenyum sopan, menanggapinya. “Sebentar, aku
seperti mengingat sesuatu. Aku selalu membawa foto ini ke
mana-mana. Foto yang kutemukan di kamar adikku.”
“Bolehkah kami tahu fotonya?” tanya para wartawan.
“Tentu kalau adikku mengizinkan.”
“Foto apa memang, Kak? Bukan fotoku yang
memalukan, kan?” tanya Deeva, dengan suara dibuat manja.
“Tentu bukan, dong, Sayang
Siti Fatonah 29“Kalau bukan, yah, perlihatkan saja! Toh, aku ini sudah
cantik sedari lahir!”
Foto itu pun diperlihatkan dan para wartawan pun
menyorotnya.
“Bukankah yang memakai seragam SMA itu Pradipta?”
tanya wartawan. Membuat suasana di ruangan mendadak hening.
“Kak, foto apa yang Kakak perlihatkan?” teriak Deeva,
seolah kesal. Deeva mengambil foto itu dan menyimpannya di tas
tangan.
“Saudara Dipta, apa Anda mengenal Nona Deeva
sebelumnya?” tanya seorang wartawan lain, bertanya pada Dipta.
“Ya, saya mengenalnya dulu.”
“Jangan-jangan kalian memiliki hubungan khusus?”
tanya wartawan lagi. Menduga-duga seperti apa kedekatan
mereka.
Ketika Dipta akan berbicara, semua wartawan kembali
menyorot Deeva, karena ia mengambil alih jawabannya.
“Tentu kami memiliki hubungan khusus kalau kalian
memang ingin tahu,” ucapnya, membuat ruangan itu dipenuhi
bisik-bisik orang.
Deeva melangkah, mendekat ke arah Dipta, lalu menatap
tajam Nadia. “Bisakah kau tidak berdiri di sini? Ini tempatku, di
samping kekasihku,” ucap Deeva, membuat Nadia bergeser
terpaksa.
30. Terpaksa MenikahSetelah Nadia bergeser, Deeva merangkul tangan Dipta
dengan sepenuh rasa sayang.
Dipta masih terdiam. Ia terlalu kaget untuk membaca
situasi apa itu. Apa maksudnya itu.
“Saudara Dipta, jadi kalian benar-benar memiliki
hubungan?” tanya wartawan kepada Dipta yang masih terdiam,
tidak berbicara sama sekali.
“Sepertinya, ia marah karena aku membeberkan rahasia
hubungan kami. Namun, aku akan memberitahukan satu rahasia
lagi. Kami akan menikah dalam waktu dekat.”
Kini, suasana menjadi hening. Dipta kini menatap tajam
Deeva yang berada di sampingnya. “Apa maksudmu?” tanyanya,
menuntut.
“Kita akan menikah, Sayang,” jawab Deeva.
Dipta akan kembali protes, tetapi mulutnya langsung
ditutup oleh ciuman Deeva yang lembut. Membuat wartawan
berseru heboh.
Darma hanya tertawa sinis. “Sudah cukup berita hari ini!
Biarkan adikku menuntaskan rasa rindunya!” ucap Darma.
Para wartawan di ruangan itu pun bubar dengan berita
yang akan menghebohkan publik keesokan harinya.
Deeva melepaskan ciumannya.
“Dipta, kenapa kau tidak bilang kalau kau berhubungan
dengan cucuku? Apa kau takut, saya tidak merestuimu? Tenang
saja, saya merestui kalian berdua!” ujar Adianto.
Siti Fatonah 31“Terima kasih, Kek,” ucap Deeva, lalu memeluk
kakeknya.
“Tkut denganku!” ajak Dipta, menarik tangan Deeva
menjauh dari ruangan itu. Namun, langkah Dipta terhenti kala
melihat Nadia yang berdiri dengan tatapan kosong.
“Jangan berpikir macam-macam! Percayalah padaku, tak
ada apa-apa! Nanti akan kujelaskan semuanya!” ucap Dipta
sambil menghampiri Nadia, lalu memeluknya. “Tolong,
percayalah padaku! Itulah yang kuminta padamu saat ini.”
Nadia hanya mengangguk. Setelah itu, Dipta kembali
menyeret Deeva, meninggalkan ruangan itu.
“Apa maksud semua ini?!” teriak Dipta marah.
“Aku hanya memberitahukan apa yang sudah menjadi
milikku.”
“Milikmu? Siapa yang bilang, aku ini milikmu?!” teriak
Dipta.
“Aku yang bilang dan wartawan tahu semua itu.”
“Hentikan berita bodoh itu sebelum ditayangkan di
televisi besok!”
“Tidak akan.”
“Kau!” Dipta mencengkeram bahu Deeva keras, tetapi
Deeva tidak kesakitan sama sekali. “Wanita Jalang! Sebanyak itu
ternyata kau berubah. Kaupikir, aku mau berada di sisi gadis
sepertimu? Menjijikkan!” ucap Dipta dingin. Matanya menatap
tajam Deeva.
32. Terpaksa Menikah“Kau harus mau berada di sisiku, karena kau yang
kuinginkan. Kalau tidak, aku akan menghancurkan orang-orang
yang kaucintai. Bahkan, karirmu.”
“Kau gila!” teriak Dipta.
“Ya, aku gila. Gila karenamu.”
“Berengsek!” pekik Dipta.
“Dip, Nadia, Dip! Dia pingsan!” teriak Bayu, manajer
Dipta, yang menghampiri mereka.
Dipta melepaskan cengkeramannya dari bahu Deeva.
Ketika ia akan berlari, Deeva menahannya.
“Mau ke mana kau? Biarkan saja! Biarkan wanita tidak
berguna itu!” teriak Deeva.
“Wanita tidak berguna itu adalah wanita yang kucintai.”
Dipta melepaskan tangan Deeva dengan keras, sehingga tubuh
Deeva terjatuh ke lantai. Dipta tidak peduli. Ia tetap melanjutkan
langkahnya.
Deeva menatap dua bodyguard yang menghampirinya.
“Bawa laki-laki itu kepadaku sekarang juga!” perintah Deeva.
Bodyguard itu menyusul langkah lebar Dipta, yang akan
menghampiri kekasihnya.
Grip salah satu bodyguard mencekal bahu Dipta dari
belakang.
Sebelum Dipta berteriak, satu bodyguard lagi
menempelkan sapu tangan yang sudah ditetesi obat bius. Dipta
pun tak sadarkan diri.
Siti Fatonah 33“Bawa ia ke kamar hotel!” ucap salah satu bodyguard dan
membawa tubuh Dipta dari ruangan itu tanpa membiarkan
bertemu dengan kekasihnya.
34 Terpaksa MenikahPact 5
ipta terbangun dari tidurnya. Ia langsung
memijit kening. “Pusing sekali!” gumamnya.
Ta mendudukkan diri di atas ranjang dengan
kaki menjuntai ke lantai. Matanya tampak melihat ke seluruh
ruangan di mana ia terbangun pagi itu. “Di mana aku?”
gumamnya lagi.
Kesadaran kini menghampiri sepenuhnya. Matanya pun
langsung terbelalak lebar. Tubuh tinggi tegapnya langsung berdiri
menjulang. “Apa yang terjadi padaku? Arrghhh, shittt! Apa ini
ulah wanita jalang itu? Sial!” teriaknya, frustasi.
Dipta melihat tubuhnya yang bertelanjang dada. Pasti ada
sesuatu yang tidak beres terjadi padanya. Ia segera memakai
bajunya, lalu keluar dari kamar hotel itu. “Aku akan
membereskan wanita jalang itu. Namun, sebelum itu, aku akan
Siti Fatonah 35menemui Nadia dulu. Bagaimana kabarnya saat ini?” ucapnya
kepada diri sendiri.
Diambil ponsel dalam saku celana. Sebelum ia men-dial
nomor telepon kekasihnya, ada satu panggilan masuk. Dipta
urung menelepon Nadia. Nomor yang tidak dikenali. Dengan
cepat, ia mengangkatnya.
“Pagi, Sayang!” sapa seorang wanita di ujung telepon
sana.
“Kau! Apa yang kaulakukan padaku?!” teriak Dipta.
Kini, ia sedang berada di dalam lift, jadi leluasa berteriak sesuka
hati.
“Kamu sudah lihat infotainment pagi ini, Sayang?” tanya
Deeva, tanpa menghiraukan teriakan Dipta.
Dipta mengacak rambutnya kasar. Ulah wanita itu benar-
benar membuatnya pusing. “Apa yang kauinginkan dariku?”
teriak Dipta lagi.
“Temui aku sekarang di restoran samping hotel yang kita
tinggali semalam!” jawabnya.
Dipta segera melangkah ke arah restoran samping hotel
bintang lima itu. Ia tidak peduli penampilannya seperti apa pagi
itu. Ia benar-benar ingin menghabisi wanita jalang itu.
36 Terpaksa MenikahSetelah tiba di restoran, pelayan membawanya ke ruangan
VIP. Di sanalah wanita itu berada. Duduk dengan manis, di
sebuah kursi.
Dengan langkah lebar, Dipta menghampiri wanita itu dan
menarik kerah bajunya dengan keras. Tubuh wanita itu terangkat
ke atas. Dipta sudah dipenuhi amarah kali itu. Ia tidak peduli
bahwa sosok di hadapannya adalah seorang wanita.
“Wow, wow, sabar, Honey! Bukankah kita sudah
menghabiskan waktu semalaman? Apa itu belum cukup?” tanya
Deeva, dengan suara menggoda.
“Jelaskan apa yang kaulakukan padaku!” teriak Dipta
lagi. Mempertanyakan hal yang sama untuk sekian kalinya.
“Duduklah dulu! Nanti akan kujelaskan. Kau mau
sarapan apa? Biar kupesankan,” tanya Deeva manis.
“Tidak usah! Cepatlah berbicara, Wanita Jalang! Jangan
berbasa-basi!”
“Baiklah! Pradipta Bagaskara, menikahlah denganku!”
Dipta tertawa terbahak-bahak, mendengar ucapan Deeva.
“Kaupikir, aku sudi menikah denganmu?”
“Kau harus_bersedia. Kalau tidak, aku akan
menghancurkan karirmu dan orang-orang di sekelilingmu.”
“Aku tidak peduli kau mau menghancurkan karirku,
menyakiti keluargaku, sahabat, bahkan wanita yang kucintai, aku
tidak peduli. Aku yakin, mereka lebih mempercayaiku dibanding
wanita sepertimu.”
Siti Fatonah 37“Baiklah! Aku akan mengeluarkan senjata terakhirku,
supaya kau mau menikah denganku.” Deeva mengeluarkan foto
dari tas dan memperlihatkannya kepada Dipta—yang ada di
hadapannya. “Kalau kau tetap tidak mau menikah denganku, aku
akan memberikan foto ini ke media. Setelah itu, bukan hanya
karirmu yang akan hancur, tetapi juga kepercayaan orang-orang
di sekeliling terhadapmu.”
Dipta melihat foto-foto itu dengan kesal. “Bagaimana
bisa seperti ini? Kau menjebakku!”
“Apa pun itu, semalam kita telah menghabiskan malam
bersama, Sayang.”
“Sejak kapan aku tidur denganmu, Gadis Sialan!”
Deeva terkekeh, lalu menghampiri Dipta dan mengecup
pipinya.
Dipta hanya diam. Masalah itu benar-benar menguras
pikirannya.
“Daripada kau marah-marah, pikirkanlah ini! Temuilah
aku secepatnya dan putuskan!” ucap Deeva, lalu meninggalkan
Dipta.
“Wanita Sialan!” teriak Dipta. Ia meremas rambutnya
kuat, tetapi tangan Deeva melepaskan cengkeraman itu dari
rambutnya Dipta.
Deeva menggenggam tangan itu, lalu menciumnya
lembut. Ditatap mata Dipta yang berkobar amarah. “Wanita sialan
38. Terpaksa Menikahini nantinya akan menjadi istrimu. Aku permisi pulang dulu.
Pikirkanlah!” ucap Deeva dan mencium kembali pipi lelaki itu.
Langkah Deeva yang baru sampai pintu ruangan itu
terhenti.
“Kau memaksaku menikah denganmu? Kau gila!” pekik
Dipta tajam.
“Menikahlah denganku, walaupun terpaksa, Kak Dip!”
ucap Deeva tanpa menoleh, lalu keluar dari ruangan itu.
“Lu di mana, Dip?” tanya Bayu manajernya, melalui
ponsel.
“Jemput gue di hotel, Bay!”
Beberapa menit kemudian, Bayu menghampiri Dipta
yang masih mematung di tempatnya, di ruangan restoran VIP itu.
Bayu juga melihat foto-foto yang berserakan di atas meja, yang
ternyata, foto Dipta sedang tidur, memeluk Deeva.
Di foto itu, mereka tampak telanjang. Namun, Dipta
yakin, malam itu tidak terjadi apa pun. Karena, ketika bangun,
celananya masih rapi, bahkan ranjang yang ia tiduri pun masih
tapi.
“Apa ini, Dip? Masalah apa lagi ini? Berita lu yang
kemarin saja masih membuat heboh semua kalangan.”
“Gue tidak ingin menjelaskan apa pun sekarang. Tolong
bawa gue menemui Nadia!” ucap Dipta, yang dijawab anggukan
oleh Bayu.
Siti Fatonah 39Dipta melangkahkan kaki menuju rumah Nadia. Ia
mengenakan topi dan kacamata untuk menyamarkan siapa
dirinya.
Dipta mengetuk pintu rumah. Ibunya Nadia yang
membukakan.
“Dipta,” gumam ibu Nadia.
Tanpa Dipta sangka, sosok ibunya sendiri pun muncul
dari dalam rumah, menatapnya tajam. “Apa yang terjadi, Dipta?
Jelaskan sama Ibu!” tanya ibunya.
“Bu, nanti Dipta jelaskan. Dipta hanya ingin bertemu
Nadia saat ini.”
Kedua orang paruh baya itu pun mengizinkan, Tanpa
bertanya macam-macam lagi.
Keluarga Nadia dan Dipta hidup bertetangga. Mereka
tinggal di daerah Depok yang masih kental akan kebersamaan
bertetangga, tidak seperti kota Jakarta. Di situ, Dipta dan Nadia
dibesarkan bersama, sampai akhirnya memutuskan menjalin
ikatan kasih. Kedua orang tuanya tahu akan hal itu, bahkan
mendukung.
Dipta masuk ke kamar Nadia dan mendapati gadisnya
duduk di atas ranjang, menatap dengan mata sembab.
40 Terpaksa MenikahDipta menghela napas, lalu duduk di samping gadisnya
itu. Digenggamnya tangan Nadia. “Maafkan aku, Nad!” ucap
Dipta lirih.
Nadia hanya diam. Menunggu_ kekasihnya itu
menjelaskan semuanya. Semua apa yang terjadi.
“Aku tidak menyangka akan seperti ini. Sungguh, ini di
luar dugaanku! Aku minta maaf kalau keputusanku akan
menyakitimu.” Dipta meremas tangan gadisnya itu erat. “Aku
memutuskan akan menikahinya,” ucap Dipta lagi.
Nadia melepaskan tangannya yang digenggam Dipta.
“Kau mengenal wanita itu?” tanya Nadia. Kini gadis itu berdiri,
membelakangi Dipta.
“Ya, aku mengenalnya dulu. Waktu kelas 2 SMA ketika
Ayah dirawat di rumah sakit, ia juga dirawat pada saat itu. Di
sanalah kami bertemu dan saling mengenal. Namun, hanya satu
bulan. Tidak terjadi apa pun di antara kami.”
“Waktu itu aku hanya seorang sahabat bagimu,” gumam
Nadia.
“Nadia, aku tidak memiliki perasaan apa pun padanya.
Sekarang aku menikahinya pun, karena terpaksa. Karena, keadaan
yang mungkin bisa membuatmu pergi dari sisiku.”
“Kau akan menikah, Dipta! Bagaimana kau berpikir, aku
imu?” teriak Nadia.
masih tetap akan berada di
Dipta memeluk gadisnya itu dari belakang. “Aku akan
mempertahankanmu di sisiku. Percayalah padaku, hanya itu yang
Siti Fatonah 41kubutuhkan! Ini caraku menyelesaikan semua masalah yang
terjadi. Setelah masalah ini terselesaikan dan wanita itu tidak bisa
berbuat apa-apa terhadap orang-orang di sekelilingku, aku akan
kembali padamu.”
“Kembali padaku? Siapa yang bisa menjamin hati yang
bisa berpaling?” ucap Nadia.
Dipta membalikkan tubuh gadisnya itu. Mengusap pipi
gadisnya yang basah, karena air mata. “Percayalah, hatiku tetap
akan menjadi milikmu! Percayalah padaku, Nadia! Hanya itu
yang kubutuhkan. Tetaplah berada di sisiku!”
Nadia hanya mengangguk lirih. Dipta pun tersenyum, lalu
mencium bibir gadisnya itu lembut.
Air mata Nadia pun kembali mengalir.
wee
Di tempat berbeda, seorang wanita sedang berenang
dengan lincah. Tubuh indahnya bergerak ke sana kemari di atas
air. Setelah merasakan badannya cukup lelah, ia menenggelamkan
tubuh. Cukup lama, sampai kepala gadis itu kembali menyembul
ke permukaan.
Ta naik ke atas kolam renang, mengambil handuk, lalu
membalutkannya di pinggang.
“Ini Mbok buatkan susu jahe. Diminum, ya?”
Deeva tersenyum, mengambilnya. Lalu, meneguknya
hingga tandas. “Terima kasih, Mbok. Kalau orang lain, setelah
42 Terpaksa Menikahberenang itu minumnya jus. Ini Deeva malah diberi susu jahe.
Mbok ini ada-ada saja!”
Si Mbok hanya tersenyum, lalu mengusap kepala Deeva.
“Ttu supaya tubuhmu tetap hangat. Tadi berapa lama kamu
menenggelamkan diri di sana?”
Deeva hanya tersenyum, lalu mengangsurkan tangan si
Mbok dari kepalanya untuk menjauh. “Deeva masuk dulu, yah,
Mbok! Mau mandi, lalu tidur,” ucap Deeva, lalu meninggalkan si
Mbok.
Sepeninggal Deeva, si Mbok melihat kolam renang
dengan tatapan sedih. “Kenapa harus menangis di dalam air? Apa
bahu Mbok tidak kaupercayai lagi?” gumam si Mbok dengan
sedih.
Sementara, Deeva sendiri telah masuk ke dalam
kamarnya dan terdiam di sana. Air mata kembali menetes di pipi.
Dengan secepat kilat, ia menghapusnya. “Deeva, kamu kuat.
Jangan biarkan siapa pun melihat penderitaanmu! Bahkan, si
Mbok. Deeva, kamu kuat,” ucap Deeva kepada dirinya sendiri.
Ta menutup mata. Menghela napas dalam, seperti
menghilangkan segala sesak yang menghimpit hatinya. Namun,
tak berapa lama kemudian, ia kembali membuka mata, lalu
tersenyum manis.
Siti Fatonah 43Pract 6
etelah menenangkan Nadia dan meyakinkannya
untuk tetap percaya, Dipta pun meminta izin pada
orang tuanya untuk menikahi Deeva. Orang tua
Dipta dan adik perempuannya tidak bisa menyangkal apa pun,
kalau memang sudah menjadi keputusan anak sulung di
keluarganya itu.
“Aku putuskan menikah denganmu. Lebih tepatnya,
terpaksa menikah,” ucap Dipta di seberang telepon
“Terima kasih, kau telah memilihku,” jawab Deeva.
“Memilihmu? Yang benar saja!” sindir Dipta, tidak
terima.
“Apa pun itu, kau akan menjadi suamiku.”
“Terserah!”
44 Terpaksa Menikah“Besok kita akan mengadakan konferensi pers sekitar jam
dua sore di kantor manajemen Kakek. Aku tunggu kau besok di
sana.”
Tidak ada jawaban apa pun dari Dipta, tetapi sambungan
telepon masih tersambung. “Apa yang mengubahmu jadi seperti
ini? Ini bukan kau yang dulu,” gumam Dipta beberapa saat
kemudian. Deeva tersenyum masam di ujung telepon sana.
“Kau masih mengingat sosok Deeva yang dulu ternyata?
Kau mencintaiku, kan, waktu itu?”
“Tidak. Jangan bermimpi!”
“Sayang sekali! Namun, setidaknya, kau yang
mengajariku bagaimana cara berbagi es krim dengan benar kala
itu.”
Dipta terhenyak. Sebuah ingatan masa alu
menyergapnya.
Dua orang remaja sedang duduk-duduk di taman rumah
sakit. Tampak seorang gadis sedang asyik memakan es krim.
Sedangkan remaja laki-laki di sampingnya hanya melihat saja.
Sesekali, ia tersenyum geli, melihat tingkah gadis remaja yang
kakinya digips itu. Kepalanya juga tampak diperban.
“Apakah es krim itu begitu enak sampai kamu tidak
mengacuhkanku?”
Gadis itu hanya nyengir, tidak memedulikan sindiran
teman laki-lakinya itu.
“Kau tidak mau berbagi es krim itu denganku, Deeva?”
Siti Fatonah 45“Tentu aku akan membaginya denganmu, Kak Dip. Nah,
aaa ... buka mulutmu!” ucap Deeva yang masih remaja.
“Aku akan mengajarimu cara berbagi es krim dengan
benar.”
“Bagaimana caranya?” tanya Deeva.
“Seperti ini.”
Cup. Dipta mencium bibir Deeva, lalu menjilat es krim
yang tersisa di bibir gadis itu.
“Manis,” ucap Dipta.
Deeva berkedip-kedip, polos. “Oh, seperti itu caranya.
Kalau begitu, baiklah!”
Tanpa Dipta duga, Deeva memakan es krimnya, lalu
membagi lewat bibir. Dipta remaja diserang rasa terkejut yang
amat sangat.
“Bagaimana? Manis, kan? Nanti aku akan membagi es
krim dengan cara seperti ini kepada suster dan dokter.”
“Yakkk! Jangan lakukan itu!” teriak Dipta, histeris.
Kenapa gadis di sampingnya itu begitu polos? Ia tidak tahu sama
sekali bahwa tadi Dipta menciumnya, mencium bibirnya, yang
biasanya membuat para gadis tersipu. Namun, Deeva malah
mengira itu cara berbagi es krim yang baik.
“Kenapa jangan lakukan, Kak Dip? Bukankah kata
Kakak itu cara berbagi es krim yang baik?”
Dipta tampak mengacak rambutnya, frustasi. “Tadi aku
menciummu. Apa kamu tidak menyadarinya? Tadi itu hanya alibi,
46 Terpaksa Menikah