Professional Documents
Culture Documents
Achmad Rion
Achmad Rion
Oleh:
Achmad Rion
(210111100325)
Abstrak
Dalam hukum persaingan usaha banyak terdapat bentuk bentuk kegiatan yang dilarang salah
satunya adalah praktik keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham yang merupakan
bentuk ketidak patuhan terhadap peraturan KPPU. Dalam melaksanakan akuisisi taua
pengambialihan saham, selain harus memenuhi prosedur dalam UU No. 40 Tahun 2007, pelaku
usaha juga harus memenuhi prosedur dalam Pasal 29 UU No. 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP No.
57 Tahun 2010 yang mewajibkan pelaku usaha untuk melakukan pemberitahuan (notifikasi)
pasca akuisisi kepada KPPU dalam jangka waktu 30 hari setelah tanggal berlaku efektif secara
yuridis apabila hasil akuisisi telah melebihi nilai aset dan/atau nilai penjualan yang diatur dalam
undang-undang. Salah satu kasus praktik keterlambatan pengambilalihan saham yang pernah
diputus oleh KPPU adalah terkait keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham yang
melibatkan PT.Bumitama Gunajaya Agro yang tercantum dalam Putusan KPPU Nomor
08/KPPU-M/2022. Berdasarkan pembuktian pasal 29 ayat UU No.5 tahun 1999 dan dampak
yang ditimbulkan dari praktik keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham tersebut,
KPPU memberikan sanksi terhadap terlapor atas keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan
saham dan denda yang perlu dilaksanakan. Dalam perkara a quo terlapor yaitu PT. Bumitama
Gunajaya Agro dikenakan sanksi karena telah melakukan praktik keterlambatan pemberitahuan
pengambilalihan saham. Dengan menggunakan penelitian yuridis doktrinal/normatif, Penulis
menyimpulkan bahwa pemenuhan unsur pasal 29 UU No. 5 tahun 1999 sudah sesuai dengan
kaidah hukum yang berlaku dan juga dalam pembuktian dampak yang dihasilkan sesuai dengan
peraturan pemerintah, PP 57 tahun 2010 dan kontruksi rule of reason. Selain hal hal itu terdapat
penjatuhan sanksi yang telah sesuai dengan peraturan yang berlaku serta memperoleh legitimasi
untuk memjatuhkan sanksi namun terdapat beberapa bagian yang tercantum sebagai justifikasi
penjatuhan sanksi yang meringannkan atau juga memberatkan.
Kata kunci: pengambialihan saham, sanksi, prosedur pengambilalihan saham.
Abstract`
In business competition law, there are many forms of activities that are prohibited, one of which
is the practice of late notification of takeover of shares which is a form of non-compliance with
KPPU regulations. In carrying out the acquisition or acquisition of shares, in addition to having
to comply with the procedures in Law no. 40 Years 2007, business actors must also fulfill the
procedures in Article 29 of Law no. 5 of 1999 jo. Chapter 5 PP No. 57 of 2010 which requires
business actors to make notifications (notification) post-acquisition to KPPU within 30 days after
the effective date legally if the acquisition proceeds exceed the regulated asset value and/or sales
value in law. One of the cases of late share acquisition practices that was decided by KPPU was
related to delays in notification of share acquisition involving PT. Bumitama Gunajaya Agro
which is listed in KPPU Decision Number 08/KPPU-M/2022. Based on the evidence of Article
29 paragraph of Law No. 5 of 1999 and the impact resulting from the practice of late notification
of the acquisition of shares, KPPU has imposed sanctions on the reported party for the delay in
notification of the acquisition of shares and fines that need to be implemented. In thea quo case,
the reported party, namely PT. Bumitama Gunajaya Agro was subject to sanctions because it had
practiced late notification of takeover of shares. By using doctrinal/normative juridical research,
the author concludes that the fulfillment of the elements of article 29 of Law no. 5 of 1999 is in
accordance with applicable legal principles and also in proving the resulting impact in
accordance with government regulations, PP 57 of 2010 and the construction of the rule of
reason. In addition to this, there are sanctions that are in accordance with applicable regulations
and gain legitimacy to impose sanctions, but there are several parts listed as justifications for
imposing sanctions that are either mitigating or burdensome.
Dalam pandangan hukum persaingan usaha, dampak dampak negative yang timbul
dari pengambilalihan atau akuisisi adalah terganggunya keseimbangan persaingan usaha
pada pangsa pasar yang bersangkutan dimana akan merugikanpelaku nusaha lain dan
konsumen pada pasar yang sama.untuk mengontrol perilaku perilaku pelaku usaha agar
tetap berada dalam persaingan usaha yang sehat, dalam hal ini pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat atau biasa disebut UU anti monopoli dan membentuk
Lembaga dengan kewenangan khusus dalam menjaga iklim persaingan usaha yang
dikenal dengan kewenangan khusus dalam menjaga iklim persaingan usaha di Indonesia
yang dikenal dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang biasanya disebut KPPU.
1 KPPU, pedoman penilaian terhadap penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan, Jakarta 6 oktober 2020,
hlm 9-10
2 Partomuan Pohan, Mekanisme Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Perusahaan, disampaikan pada
Seminar Tentang Aspek Hukum Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi dalam Era Globalisasi,
diselenggarakan oleh BPHN, Dep. Kehakiman, Jakarta, 10-11 September 1997, hlm. 7-8.
3 Patrick, A. Gaughan, Mergers Acquisitions and Corporate Restructuring, (Singapore: John & Sons
Inc, 1966), p. 8.
KPPU merupakan lembaga independen terhadap pengawas persaingan usaha yang
bertanggung jawab langsung kepada presiden, dalam melakukan tugas pengawasan dan
penegakkan hukum, KPPU tidak bisa dipengaruhi pihak lain yang memiliki
kepentingan.4Kegiatan akuisisi berpotensi membawa dampak persaingan usaha pada
pasar yang bersangkutan. Tidak akan menjadi masalah apabila dampak tersebut tidak
mengganggu kestabilan pasar yang bersangkutan, namun sebaliknya akan menjadi suatu
masalah jika kegiatan akuisisi yang dilakukan justru menyebabkan ketidakstabilan dan
menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi yang sangat pesat berpengaruh
terhadap tujuan negara untuk melaksanakan pembangunan nasional . Indonesia sebagai
negara yang telah turut serta dalam persaingan global menjadikannya sebuah negara
tanpa batas bagi setiap individu yang hendak menjalankan usaha, baik dari skala bisnis
terkecil, menengah, hingga besar. Hal ini dibuktikan degan lahirnya berbagai perusahaan
rintisan atau start up yang bergerak hampir diseluruh sektor usaha. Perusahaan rintisan
kini menjawab berbagai kebutuhan masyarakat mulai dari kebutuhan untuk berbelanja,
memesan moda transportasi, mencari hiburan/entertainment, mendapatkan asuransi
hingga mendaftar pada perusahaan sekuritas.
Salah satu strategi ekspansi perusahaan adalah dengan penggabungan usaha untuk
mendapatkan pengendalian atas aktiva atau operasional perusahaan-perusahaan yang
bergabung. Dengan penggabungan usaha diharapkan dapat menimbulkan sinergi,
meningkatkan pangsa pasar, dan diversifikasi usaha. Menurut Putra (2003;86) dua bentuk
penggabungan usaha yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga eksistensinya
adalah dengan melakukan merger dan akuisisi5.
Kehadiran Perseroan Terbatas yakni suatu badan usaha berbadan hukum, sudah tidak
asing dalam dunia bisnis. Keberadaan Perseroan Terbatas menjadi sangat penting untuk
menggerakkan dan mengarahkan kegiatan pembangunan dibidang ekonomi, terutama
dalam rangka arus globalisasi dan liberalisasi perekonomian dunia yang semakin
kompleks. Untuk dapat bertahan maka perusahaan sering melakukan langkah-langkah
strategi, dimana salah satu strategi yang dapat dilakukan yakni pengambilalihan saham
atau yang biasa dikenal dengan akuisisi. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (untuk selanjutnya disebut UUPT) memberikan definisi dari
pengambilalihan yakni “perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambilalih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas Perseroan tersebut. Pengambilalihan dilakukan dengan cara
pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan
4 Hanifah Prasetyowati, Paramita Prananingtyas, Hendra Saptono, Analisis Yuridis Larangan Perjanjian Integral
Vertikal Sebagai Upaya Pencegahan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Diponegoro Law Journal,
Vol. 6, Nomor 2, 2017, hlm. 2.
5 Putri Novaliza, Atik Djajanti, ANALISIS PENGARUH MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
PUBLIK DI INDONESIA (PERIODE 2004 - 2011), Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013
Terbatas melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham yang dapat
dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan.”
PT Bumitama Gunajaya Agro (Bumitama Gunajaya Agri Ltd) adalah salah satu
produsen minyak sawit terkemuka dengan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Terdaftar di Bursa Singapura sejak 2012, kegiatan bisnis utamanya adalah
membudidayakan pohon kelapa sawit, serta memanen dan mengolah tandan buah sawit
segar (TBS) menjadi PO dan PK, dan menjual ke kilang – kilang minyak di Indonesia.
Wilayah Operasional berlokasi di tiga provinsi strategis di Indonesia; yaitu Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat dan Riau yang merupakan daerah yang cocok untuk industry
dan tanaman kelapa sawit. Per 31 Januari 2022, perusahaan ini memiliki sekitar 186.246
hektar di antaranya merupakan area tanam yang terdiri dari 68 kebun usaha (Estate) dan
15 Pabrik Kelapa Sawit (Mill). PT Bumitama Gunajaya Agro berkomitmen terhadap
system perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, dipandu oleh Kebijakan
Keberlanjutannya, dan mematuhi persyaratan wajib Minyak Sawit Berkelanjutan
Indonesia dan merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang
diakui secara internasional6.
Pada tanggal 30 mei 2012, PT. Bumitama Gunajaya Agro melakukuan akuisisi atau
pengambilaihan terhadap saham PT. Ladang Sawit Mas yang mengakibatkan perubahan
komposisi pemegang saham. Hal itu menjadi awal dari pengembangan perusahan yang
selanjutnya mengakuisisi serta melakuakan pengambilalihan saham beberapa perusahaan
lagi yaitu PT. Agriplus pada tanggal 3 April 2017 dan juga PT. Hugarindo Persada pada
tanggal 8 juni 2017 tujuan dari PT. Bumitama Gunajaya Agro. Tujuan pengambilalihan
saham PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus, dan PT. Hungarindo persada adalah untuk
meningkatkan dan penambahan landbank7 KPPU menilai bahwa telah terjadi
keterlambatan dalam kewajiban pemberitahuan kepada KPPU pasca akuisisi. Atas
peristiwa tersebut, KPPU menjatuhkan denda sebesar Rp 3 miliar kepada , PT. Bumitama
Gunajaya Agro . Dalam Putusan No. 08/KPPU-M/2022, PT. Bumitama Gunajaya Agro
dinyatakan telah melanggar ketentuan Pasal 29 UU Antimonopoli jo. Pasal 5 PP No. 57
Tahun 2010. Demi menjalankan tugas pengawasan terhadap setiap aksi korporasi yang
berpotensi menyebabkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat, sudah
menjadi kewenangan KPPU untuk menjatuhkan sanksi kepada, PT. Bumitama Gunajaya
Agro dalam perkara ini.
1. Bagaimana prosedur pengambilalihan PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus, dan
PT. Hungarindo Persada PT. Bumitama Gunajaya Agro yang dilanjutkan dengan
kewajiban pemberitahuan kepada KPPU berdasarkan peraturan perundang
undangan di Indonesia?
2. Bagaimana Analisa yuridis penjatuhan sanksi terhadap PT. Bumitama Gunajaya
Agro berdasarkan putusan KPPU nomor 08/KPPU-M/2022?
Tujuan penelitian
1. Memahami prosedur yang harus dilakukan dalam proses akuisisi atau
pengambilalihan saham pengambilalihan PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus,
dan PT. Hungarindo Persada oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro yang dilanjutkan
dengan kewajiban pemberitahuan kepada KPPU berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2. Memahami analisa yuridis pada penerapan hukum yang digunakan dalam
penjatuhan sanksi terhadap PT Aplikasi Karya Anak Bangsa pada Putusan Nomor
08/KPPU-M/2022.
Metode penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normative. Pendekatan yuridis normative adalah suatu pendekatan yang mengacu
pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku 8. Spesifikasi
penelitian ini berupa deskriptif analitis, yaitu dengan cara memberi gambaran.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh berdasarkan
sumber data tidak langsung atau dikenal dengan sumber data sekunder. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan
meliputi beberapa proses, seperti mengidentifikasi teori secara sistematis,
penemuan Pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan
dengan topik penelitian. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode analisis kualitatif.
8 Johanes Suptranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 14
III. Pembahasan
1. Prosedur pengambilalihan prosedur pengambilalihan PT. Ladang Sawit
Mas, PT. Agriplus, dan PT. Hungarindo oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro
yang dilanjutkan dengan kewajiban pemberitahuan kepada KPPU
9 Putusan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 08/KPPU-M/2022 tentang Dugaan
Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Ladang Sawit Mas, PT Agriplus, dan PT Hungarindo
Persada oleh PT Bumitama Gunajaya Agro, hlm 71
direksi mengundang para Talent People untuk bergabung dan berkembang
bersama PT. Bumitama Gunajaya Agro.
10 Putusan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 08/KPPU-M/2022 tentang Dugaan
Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Ladang Sawit Mas, PT Agriplus, dan PT Hungarindo
Persada oleh PT Bumitama Gunajaya Agro, hlm 3
11 Ibid., hlm 51
12 Ibid., hlm 04
Pada tanggal 8 Juni 2017, PT. Bumitama Gunajaya Agro melakukan
pengambilalihan saham PT Hungarindo Persada sebanyak 2.375 (dua ribu tiga
ratus tujuh puluh lima) saham atau setara dengan 95% (sembilan puluh lima
persen) saham. Atas pengambilalihan tersebut maka terjadi perubahan komposisi
pemegang saham PT Hungarindo Persada. Nilai transaksi akuisisi saham PT
Hungarindo Persada oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro adalah
Rp3.800.000.000,00 (tiga miliar delapan ratus juta rupiah)13. Berdasarkan alat
bukti diketahui bahwa pengambilalihan saham PT Hungarindo Persada oleh PT
Bumitama Gunajaya Agro tertanggal 8 Juni 2017 termaktub dalam Akta Nomor
11 tanggal 8 Juni 2017 yang dibuat oleh Dwi Agung Tursina, S.H., Notaris di
Kabupaten Tangerang dan telah diberitahukan dan/atau diterima oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik (melalui Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum) pada tanggal 14 Juni 2017
Di Indonesia terdapat dua cara untuk yaitu melaui direksi perseroan atau dari
pemegang saham langsung, oleh kerana itu terdapat perbedaan prosedur hukum
didalam UUPT. Prosedur akuisis atau pengambilalihan saham dindonesia diatur
dalam pasal 26 sampai dengan pasal 32 PP nomor 27 tahun 1998 akan tetapi
peraturan ini hanya mengatur tentang cara akuisis melalui direksi perseroan saja.
Dalam hal ini PT. Bumitama Gunajaya Agro melakukan pengambilalihan dengan
mengikuti secara langsung dari isi saham sesuai dengan UUPT, prosedurnya
sebagai berikut;
1. Mengadakan perundingan dan kesepakatan langsung (Penjelasan Pasal 125
ayat (7) UUPT);
2. Mengumumkan rencana kesepakatan pengambilalihan (Pasal 127 ayat (8)
UUPT jo Pasal 29 PP No. 27 Tahun 1998)
13 Ibid., hlm 52
14 Putusan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 08/KPPU-M/2022 tentang Dugaan
Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Ladang Sawit Mas, PT Agriplus, dan PT Hungarindo
Persada oleh PT Bumitama Gunajaya Agro,hlm 37
3. Memberikan kesempatan pada kreditor untuk mengajukan keberatan (Pasal
127 ayat (4) UUPT jo Pasal 33 ayat (2) PP No. Tahun 1998)
4. Membuat kesepakatan pengambilalihan (Pasal 128 ayat (1) dan (2) UUPT jo
Pasal 31 PP No. 27 Tahun 1998)ree
5. Memberitahukan pengambilalihan kepada Menteri (Pasal 131 ayat (2) UUPT)
6. Diwajibkan untuk mengumumkan kepada Menteri (Pasal 133 ayat (2) UUPT
jo Pasal 34 PP No. 27 Tahun 1998).
Secara garis besar prosedur akuisisi atau pengambilalihan saham yang diatur
dalam PP No. 27 tahun 1998 sama dengan UUPT, tapi terdapat perbedaan dallam
prosedur pengumuman rencana kesepakatan pengambil aalihan yang diataur
dalam pasal 127 ayat (8) UUPT dan PP no 27 tahun 1998 yang mengatur bahwa
pengambilalihan yang dilakukan oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro harus
memberitahukan kepaa karyawan PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus, dan PT.
Hungarindo Persada bahwa perusahaan telah terambilalih melalui pengumuman
secara tertulis opleh direksi dari PT. Bumitama Gunajaya Agro selambatnya 14
hari dari sebelum pemanngilan RUPS.
Kemudian mengenai kepentingan para kreditor dalam pelaksanaan akuisisi
saham. PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus, dan PT. Hungarindo Persada oleh
PT. Bumitama Gunajaya Agro Jika sebelumnya dalam Pasal 127 ayat (4) UUPT
keberatan diberikan jangka waktu selama 14 (empat belas) hari, namun dalam
Pasal 33 PP No. 27 Tahun 1998 keberatan hanya dapat disampaikan dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari. Berdasarkan hal tersebut maka udah semestinya PT.
Bumitama Gunajaya Agro mentaati PP no 27 tahun 1998.
c. Kewajiaban pemberitahuan setelah melakukan pengambilaliahan saham
menurut perundang undangan
15 Hukum persaingan usaha, Arie Siswanto, Penerbitan, Jakarta Ghalia Indonesia 2002
“Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain
apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dana
tau persaingan usaha tidak sehat.”
Dalam ayat (2) menjadi sangat penting karena dalam ayat ini terdapat syarat
sesudah melakuakan akuisisi kepada KPPU. Syarat tersebut adalah apabila suatu
akuisisi berakibat pada nilai aset dan/atau nilai penjualan sebgaaimana diatur
lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaannya yaitu PP No. 57 Tahun 2010 . Dalam
PP Nomor 57 Tahun 2010 prosedur kewajiban pelaku usaha untuk melakukan
pemberitahuan kepada KPPU pasca akuisisi diatur lebih lengkap dalam peraturan
pemerintah ini, yaitu dalam Bab III PP No. 57 Tahun 2010. Secara umum
dijelaskan mengenai ketentuan lebih lanjut dari Pasal 29 ayat (1) Uu
Antimonopoli mengenai nilai aset dan/atau nilai penjualan. Selain itu dalam PP
No. 57 Tahun 2010 juga diatur mengenai prosedur tata cara penyampaian
pemberitahuan yang harus dilakukan. PP No. 57 Tahun 2010 tidak hanya
menganut sistem post-notification, tetapi juga mengenal sistem pra-notofication
atau dikenal dengan konsultasi sebelum pelaksanaan akuisisi.
Menurut Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2009
pranotifikasi yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang akan melakukan
akuisisi, diharapkan bagi pelaku usaha yang telah memenuhi ketentuan dalam
peraturan ini dan akan melaksanakan akuisisi dapat berkonsultasi terlebih dahulu
kepada KPPU. Hal ini ditujukan supaya KPPU bisa memberikan penilaian
terhadap rencana akuisisi tersbeut apakah berpotensi menimnulkan praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat atau tidak.
a. Kasus Posisi
PT. Bumitama Gunajaya Agro adalah pihak terlapor dalam putusan majelis
komisi Nomor putusan KPPU Nomor 08/KPPU-M/2022 merupakan badan usaha
berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta Nomor 88 tanggal 17
September 1996 yang dibuat oleh Soekaimi, S.H. Notaris di Jakarta, beralamat di
jl. Raden Saleh No. 9-B, Jakarta Pusat. Akta pendirian tersebut telah dilakukan
perubahan antara lain berdasarkan Akta Nomor 18 tanggal 22 Februari 2008 yang
dibuat oleh Muhammad Hatta, S.H., Notaris di Jakarta dan telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan Nomor: AHU-19815.AH.01.02. TH 2008 tanggal 21 April 2008. PT.
Bumitama Gunajaya Agro merupakan perusahaan investasi dalam bidang
perkebunan kelapa sawit melalui anak perusahaannya yang memiliki lahan
perkebunan kelapa sawit dengan lokasi di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat,
dan Riau.
Pada tanggal 30 Mei 2012, PT. Bumitama Gunajaya Agro melakukan
pengambilalihan saham PT Ladang Sawit Mas sebanyak 23.750 (dua puluh tiga
ribu tujuh ratus lima puluh) saham atau setara dengan 95% (sembilan puluh lima
persen) saham. Atas pengambilalihan tersebut maka terjadi perubahan komposisi
pemegang saham PT Ladang Sawit Mas16. Nilai transaksi akuisisi saham PT
Ladang Sawit oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro adalah nilai transaksi sebesar
USD 950.000 (sembilan ratus lima puluh ribu dollar). Dalam 5tahun kedepan PT.
Bumitama Gunajaya Agro melakukan 3 kali pengambilalihan saham PT Agriplus
sebanyak 114.000 (seratus empat belas ribu) saham atau setara dengan 95%
(sembilan puluh lima persen) saham. Atas pengambilalihan tersebut maka terjadi
perubahan komposisi pemegang saham PT Agriplus 17. Nilai transaksi akuisisi
saham PT Agriplus oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro adalah senilai
72.266.500.000,00 (tujuh puluh dua miliar dua ratus enam puluh enam juta lima
ratus ribu rupiah). Kemuudian melakukan pengambilalihan saham lagi terhadap
saham PT Hungarindo Persada sebanyak 2.375 (dua ribu tiga ratus tujuh puluh
lima) saham atau setara dengan 95% (sembilan puluh lima persen) saham. Atas
pengambilalihan tersebut maka terjadi perubahan komposisi pemegang saham PT
Hungarindo Persada. Nilai transaksi akuisisi saham PT Hungarindo Persada oleh
PT. Bumitama Gunajaya Agro adalah Rp3.800.000.000,00 (tiga miliar delapan
ratus juta rupiah).
PT Ladang Sawit Mas merupakan badan usaha berbentuk badan hukum yang
didirikan berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 30 Mei 2005, yang dibuat oleh
Indah Prastiti Extensia, S.H., Notaris di Jakarta, dengan kegiatan usaha antara lain
di bidang pertanian. Akta tersebut telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan C24200
16 Putusan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 08/KPPU-M/2022 tentang Dugaan
Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Ladang Sawit Mas, PT Agriplus, dan PT Hungarindo
Persada oleh PT Bumitama Gunajaya Agro, hlm 3
17 Ibid., hlm 04
HT.01.01.Th.2005 tanggal 1 September 2005 Dalam praktiknya, PT Ladang
Sawit Mas memiliki kegiatan usaha di bidang perkebunan (land acquisition dan
penanaman sawit) meskipun pada saat diakuisisi belum beroperasi secara
komersial. Sedangkan PT Agriplus merupakan badan usaha berbentuk badan
hukum didirikan berdasarkan Akta Nomor 15 tanggal 18 April 2005, dibuat oleh
Sylvia Fransiska Tan, S.H., Notaris di Kota Pontianak, dengan kegiatan usaha
antara lain di bidang pertanian. Akta tersebut telahdisahkan oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan C-
01281 HT.01.01.TH.2006 tanggal 17 Januari 2006. Dalam praktiknya PT
Agriplus melakukan kegiatan usaha di bidang perkebunan kelapa sawit dan telah
berproduksi secara komersial sejak tahun 2014. Ada pula PT Hungarindo Persada
didirikan berdasarkan Akta Nomor 05 tanggal 23 Mei 2011 yang dibuat oleh
Kokoh Hendry, S.H., Notaris di Depok, dengan kegiatan usaha di bidang
perdagangan umum, jasa dan perindustrian. Akta tersebut telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan AHU-
28003.AH.01.01.Tahun 2011 tanggal 6 Juni 2011. Dalam praktiknya, PT
Hungarindo Persada melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan termasuk
ekspor impor, perindustrian minyak kelapa sawit, inti kelapa sawit dan CPO,
industri hulu hilir hasil pertanian, pertanian pembukaan pengolahan lahan, agro
industry.
Diketahui bahwa akuisisi saham PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus, dan
PT. Hungarindo Persada oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro telah melampaui
ketentuan undang-undang. Berdasarkan hal tersebut maka terlapor wajib
melakukan pemberitahuan (notifikasi) pasca akuisisi kepada KPPU dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis
pengambilalihan saham perusahaan atau seharusnya paling lambat dilakukan pada
tanggal 10 Agustus 2012 untuk PT. Ladang Sawit Mas, tanggal 12 April 2017
untuk PT Agriplus, dan tanggal 14 Juni 2017. Pada faktanya terlapor baru
menyampaikan pemberitahuan kepada KPPU pada tanggal 6 Mei 2021. PT
Bumitama Gunajaya Agro terlambat melakukan pemberitahuan PT Ladang Sawit
Mas selama 2.105 (dua ribu seratus lima) hari, PT Bumitama Gunajaya Agro
terlambat melakukan pemberitahuan PT Agriplus selama 919 (sembilan ratus
sembilan belas) hari,PT Bumitama Gunajaya Agro terlambat melakukan
pemberitahuan PT Hungarindo Persada selama 881 (delapan ratus delapan puluh
satu) hari). Atas keterlambaran pemberitahuan (notifikasi) pasca akuisisi saham
yang dilakukan oleh terlapor membuatnya melanggar ketentuan Pasal 29 UU
Antimonopoli jo. Pasal 5 PP No. 57 Tahun 2010.
b. Perbuatan Yang Dilanggar Oleh PT Bumitama Gunajaya Agro
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Jo. Pasal 5 (1) PP No. 57 Tahun 2010 diatur
mengenai besaran sanksi yang dapat diberikan yaitu:
“Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (3), Pelaku Usaha
dikenakan sanksi berupa denda administratif sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda
administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua
puluh lima miliar rupiah).”
Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (2) Perkom No. 4 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan, ditegaskan
kembali mengenai denda yaitu:
“Denda administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) sebesar Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan
ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).”
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 47 ayat (2) UU Antimonopoli, sebagaimana
diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, KPPU berwenang
menjatuhkan sanksi tindakan administratif antara lain berupa:
1. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktik monopoli, menyebabkan persaingan usaha tidak sehat,
dan/atau merugikan masyarakat
2. Pengenaan denda paling sediki Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Berdasarkan uraian di atas, maka KPPU memiliki hak dan kewenangan untuk
menjatuhkan denda kepada PT. Bumitama Gunajaya Agro dengan ketentuan
denda minimal dan denda tertinggi sesuai peraturan perundang-undangan di atas
sebagai akibat dari keterlambatan dalam melakukan pemberitahuan (notifikasi)
pasca akuisisi saham PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus, dan PT. Hungarindo
Persada, Melalui Putusan Majelis Komisi Nomor 08/KPPU-M/2022, oleh PT.
Bumitama Gunajaya Agro dijatuhi denda sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah) yang harus disetor ke kas Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja KPPU. Melakukan
pembayaran denda selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Putusan
tersebut inkracht, dan menyerahkan dokumen jaminan bank sebesar 20% (dua
puluh persen) dari nilai denda kepada KPPU paling lam 14 (empat belas) hari
setelah menerima pemberitahuan putusan, dan jika PT. Bumitama Gunajaya Agro
terlambat melakukan pembayaran denda maka harus membayar 2% (dua persen)
perbulan dari nilai denda18
d. Kajian Terhadap Pertimbangan Majelis Komisi Dalam Putusan Nomor
08/KPPU-M/2022
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, penulis melakukan analisa dan
pengkajian terhadap 2 (dua) hal pokok yang menjadi pertimbangan Majelis
Komisi dalam Putusan Nomor 08/KPPU-M/2022 tentang keterlambatan
pemberitahuan pengambialihan saham PT. Ladang Sawit Mas, PT. Agriplus, dan
PT. Hungarindo Persada oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro.
Pertama, penulis memperhatikan bahwa yang menjadi objek perkara dalam
perkara a quo adalah ‘keterlambatan pemberitahuan’ akuisisi atau
pengambilalihan saham yang dilakukan oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro. Yang
menjadi dasar hukum kewajiban setiap badan usaha atau pelaku usaha untuk
melakukan pemberitahuan kepada KPPU adalah Pasal 29 UU Antimonopoli dan
Pasal 5 PP No. 57 Tahun 2010 yang menyatakan syarat bahwa setiap akuisisi
yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjulannya melebihi jumlah yang telah
18 Putusan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 08/KPPU-M/2022 tentang Dugaan
Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Ladang Sawit Mas, PT Agriplus, dan PT Hungarindo
Persada oleh PT Bumitama Gunajaya Agro, hlm 101
ditentukan wajib diberitahukan kepada KPPU dalam tenggang waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal berlaku efektif secara yuridis pengambilalihan.
Pasal ini mensyaratkan agar setelah terjadi pengambilalihan wajib dilakukan
pemberitahuan (post notification). Berbeda dengan ketentuan tersebut, dalam
Perkom No. 1 Tahun 2009, sifat dari pemberitahuan atau notifikasi tidaklah wajib,
karena dilakukan sebelum terjadi akuisisi berupa konsultasi (pra-notication).
Berdasarkan hal tersebut terjadi legal gap karena bertentangan dengan ketentuan
Pasal 29 UU Antimonopoli dan Pasal 5 PP No. 57 Tahun 2010. Sebaiknya untuk
menjamin kepastian hukum, kewajiban pemberitahuan pengambilalihan kepada
KPPU harus mengikuti ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 yang mewajibkan melakukan
pemberitahuan setelah pengambilalihan (post notification).
Kedua, analisa penulis mengenai denda sebesar Rp 3.000.000.000,00 (tiga
miliar tiga ratus juta rupiah) yang diberikan pada PT. Bumitama Gunajaya Agro
sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (2) UU Antimonopoli, sebagaimana
diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Jo. Pasal 12 ayat (2)
Perkom No. 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan
Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan
Saham Perusahaan. Dasar hukum yang digunakan Majelis Komisi sudah tepat dan
terlebih penulis meyakini bahwa selain daripada ketentuan peraturan perundang-
undangan, Majelis Komisi dalam menjatuhkan putusan tentu mempertimbangkan
juga segala hal-hal baik yang memberatkan maupun yang meringankan PT.
Bumitama Gunajaya Agro. Hal-hal yang meringankan antara lain adalah adanya
fakta bahwa PT. Bumitama Gunajaya Agro belum pernah dinyatakan bersalah
dalam putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht) karena melanggar UU
nomor 5 tahun 1999.
Terlepas dari berapa ‘nominal’ sanksi denda yang diberikan kepada PT.
Bumitama Gunajaya Agro, penulis berpendapat bahwa esensinya hukum
persaingan usaha dan KPPU diciptakan untuk menjaga iklim persaingan usaha
agar terhindar dari praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Berlandaskan asas demokrasi ekonomi, penulis meyakini bahwa putusan ini sudah
sesuai dengan kepastian hukum yang berlaku karena Majelis Komisi
memperhatikan bebagai pertimbangan yang meringankan terlapor dalam putusan
a quo. Oleh sebab itu Putusan Nomor 08/KPPU-M/2022 menurut penulis sudah
berhasil menegakkan kaidah hukum yang mengatur.
IV. Kesimpulan
b. Akuisisi yang dilakukan oleh PT. Bumitama Gunajaya Agro terhadap PT. Ladang
Sawit Mas, PT. Agriplus, dan PT. Hungarindo Persada tidak menimbulkan
praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Akuisisi tersebut
berakibat pada nilai aset yang telah melebihi ketentuan dalam undang-undang,
maka wajib melakukan pemberitahuan kepada KPPU. Namun, PT. Bumitama
Gunajaya Agro terlambat melakukan pemberitahuan pengambialihan saham
keapada KPPU saat mengambialih PT Ladang Sawit Mas selama 2.023 (dua ribu
dua puluh tiga) hari, terlambat melakukan pemberitahuan PT Agriplus selama 919
(sembilan ratus sembilan belas) hari, dan selama 881 (delapan ratus delapan puluh
satu) hari untuk pemberitahuan pengambilalihan PT. Hungarindo Persada dan
dijatuhi sanksi denda sebesar Rp 3 miliar. Sanksi yang dijatuhkan sudah sesuai
dengan ketentuan dalam undang-undang.
V. Daftar Pustaka
a. Buku
KPPU, pedoman penilaian terhadap penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan,
Jakarta 6 oktober 2020
Seminar Tentang Aspek Hukum Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi dalam Era
Globalisasi, diselenggarakan oleh BPHN, Dep. Kehakiman, Jakarta, 10-11
September 1997, hlm.
Patrick, A. Gaughan, Mergers Acquisitions and Corporate Restructuring, (Singapore:
John & Sons Inc, 1966), p. 8
.
Hanifah Prasetyowati, Paramita Prananingtyas, Hendra Saptono, Analisis Yuridis
Larangan Perjanjian Integral Vertikal Sebagai Upaya Pencegahan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Diponegoro Law Journal, Vol. 6, Nomor 2, 2017
Johanes Suptranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003)
Pass, Christopher dan Lowes, Bryan, dalam Elyta Ras Ginting: Hukum Antimonopoli
Indonesia:
Analisis dan Perbandingan UU No. 5 Tahun 1999, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.
Helga, Leo. & Salamun, Suyono. (2006). Pengaruh Pengumuman Merger dan
Akuisisi Terhadap Return Saham Pengakuisisi di Bursa Efek Jakarta Pada Tahun
2000-2002. Vol 1, Mei 2006.
b. Jurnal
Putri Novaliza, Atik Djajanti, ANALISIS PENGARUH MERGER DAN AKUISISI
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA (PERIODE
2004 - 2011), Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 1 No. 1 September 2013
Anna Maria Tri Anggraini, "Penerapan Sistem Notifikasi Pasca Penggabungan
Atas Pengambilalihan Saham Perusahaan Berdasarkan Hukum Persaingan
Usaha", Hukum Pro Justitia 1 (1), 2015