Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 53

IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA

AKIBAT PEMANENAN KAYU PADA PERUSAHAAN


HTI PT. TOBA PULP LESTARI, TBK., SEKTOR
HABINSARAN, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Dhea Atika
161201018

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA AKIBAT
PEMANENAN KAYU PADA PERUSAHAAN HTI PT. TOBA
PULP LESTARI, TBK., SEKTOR HABINSARAN, SUMATERA
UTARA

SKRIPSI

Oleh :
DHEA ATIKA
161201018

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

DHEA ATIKA. Identification of Potential Work Accidents Due to Timber


Harvesting In The Industrial Plantation Forest of PT. Toba Pulp Lestari, Tbk,
Habinsaran Sector, North Sumatera. Supervised by MUHDI.

Identification of potential work accidents are a process that can do to


recognize all of the situations which potentially as a cause of occurrence and
illness due to work that may be happening in the workplace. The Purposes of
these researches were to identify potential work accident in timber harvesting
activities and know the symptoms of cumulative fatigue in wood harvesting
workers. Data collected using the purposive sampling method. This research used
primary data with interviews and secondary data that are documented in the
company, data collected covering the general condition of the research location.
The result obtained by 35 respondents consisting of 3 Foreman, 11 Skidder, 12
Woodcutter, 9 Drivers. Timber harvesting workers in the area of PT Toba Pulp
Lestari, Tbk, Habinsaran Sector have the highest cumulative index of fatigue
symptoms namely general fatigue (40% foreman, 30% skidder, 33% logger, and
23% driver). The lowest fatigue symptom on the cumulative fatigue index was
chronic fatigue (17% foreman, 6% for skidder depressive symptoms, 3% fallers,
4% driver).

Keywords: Cumulative Fatigue Symptoms, Potential Work Accidents,


Occupational Health and Safety (OHS)

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

DHEA ATIKA. Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Akibat Pemanenan Kayu


Pada Perusahaan HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Habinsaran, Sumatera
Utara. Dibimbing oleh MUHDI.

Identifikasi potensi kecelakaan kerja merupakan suatu proses yang dapat


dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di
tempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi
kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan kayu dan mengetahui gejala kelelahan
kumulatif pada pekerja pemanenan kayu. Data yang dikumpulkan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data
primer yaitu wawancara dan data sekunder yaitu dokumen diperusahaan data yang
dikumpulkan meliputi kondisi umum lokasi penelitian. Hasil penelitian diperoleh
35 responden yang terdiri dari Mandor 3, Penyarad 11, Penebang 12, driver 9.
Pekerja pemanenan kayu di areal PT Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Habinsaran
memiliki indeks kumulatif gejala kelelahan nilai tertinggi yaitu kelelahan umum
(pada mandor 40%, penyarad 30%, penebang 33%, dan driver 23%). Gejala
kelelahan terendah pada indeks kelelahan kumulatif yaitu kelelahan kronis (pada
mandor 17%, gejala depresi oleh penyarad 6%, penebang 3%, driver 4%).

Kata Kunci: Gejala Kelelahan Kumulatif, Potensi Kecelakaan Kerja, Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3).

iv

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Patumbak pada tanggal 05 Mei 1999 dari ayah


Sunariyo dan ibu Titik Maliana . Penulis merupakan anak kelima
dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh
pada tahun 2010 telah menyelesaikan Sekolah Dasar di SD PAB 23
Patumbak, pada tahun 2013 penulis lulus dari SMP PAB 5 Patumbak dan pada
tahun 2016 penulis lulus SMA dari MAN 3 Medan, Pada tahun yang sama penulis
telah diterima kuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kehutanan, Program
Studi Kehutanan dengan melalui jalur SNMPTN.
Tahun 2016 penulis telah melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera
Utara, Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan. Kegiatan lain yang penulis
ikuti selain perkuliahan, penulis sebagai anggota di berbagai organisasi yaitu
Volly USU, Pramuka USU. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
HHNK pada tahun ajaran 2018.
Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH)
selama 10 hari pada tanggal 10 sampai 19 Juli 2018 di Mangrove Lubuk Kertang,
Brandan Barat, Sumatera Utara. Pada tahun 2019 penulis telah melakukan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di KPH Yogyakarta pada tanggal 22 Juli sampai 22
Agustus 2019. Penulis telah melaksanakan penelitian di PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk. Sektor Habinsaran pada tahun 2020. Salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana Kehutanan Universitas Sumatera Utara penulis menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Akibat Pemanenan Kayu
Pada Perusahaan HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Habinsaran, Sumatera
Utara” yang dibimbing oleh Dr. Muhdi, S.Hut., M. Si.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi yang dibuat berjudul
“Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Akibat Pemanenan Kayu
Pada Perusahaan HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Habinsaran, Sumatera
Utara” yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2020 dan disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka penulis menyampaikan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Bapak Dr. Muhdi S.Hut., M.Si selaku pembimbing saya yang telah
membimbing dan memberikan arahan serta kesabaran kepada penulis selama
penyusunan skripsi dan solusi atas permasalahan dan kesulitan dalam
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Alfan Gunawan Ahmad S.Hut., M.Si, Bapak Dr. Rudi Hartono
S.Hut., M.Si dan Bapak Onrizal S.Hut., M.Si selaku dosen penguji ujian
skripsi saya atas segala arahan, bantuan dan saran yang telah diberikan untuk
perbaikan penulisan dan isi skripsi.
3. Ketua Departemen Manajemen Hutan Bapak Dr. Bejo Slamet S.Hut., M.Si
serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kehutanan USU
4. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan tim penelitian yang sudah sama-sama
berjuang dan saling membantu dan memberikan dukungan selama ini.
5. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan tim PKL rempong yang sudah
membantu dan memberikan dukungan selama ini.
6. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Kehutanan khususnya
Hut A 2016 dan Manajemen Hutan (MNH) 2018 untuk dukungan dan
kerjasamanya selama ini.
7. Kedua orang tua, ayahanda Sunariyo dan ibunda Titik Maliana yang
memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil serta doa yang
dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dengan
melimpah Rahmad serta Karunia-Nya kepada kita semua.
Dalam penyajian skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan
dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.

Medan, September 2020

Dhea Atika

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. i
PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. ii
ABSTRACK ..................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xi

PENDAHULUAN
Latar belakang ............................................................................. 1
Tujuan ......................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ...................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Operasi Pemanenan Kayu ........................................................... 3
Kesehatan dan keselamatan kerja ............................................... 4
Kecelakaan kerja ......................................................................... 6
Lingkungan Kerja ....................................................................... 7
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................... 9

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 10
Bahan dan Alat Penelitian ........................................................... 10
Prosedur Penelitian ..................................................................... 12
Identifikasi Bahaya ..................................................................... 12
Penilaian Risiko .......................................................................... 13
Gejala Kelelahan Kumulatif........................................................ 14

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Pekerja Pada Kegiatan Pemanenan Kayu ............. 15
Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Kegiatan Pemanenan
Kayu ............................................................................................ 18
Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Kegiatan Pemanenan
Kayu ............................................................................................ 24
Index Gejala Kelelahan Kumulatif (CFSI) Pada Pekerja
Pemanenan Kayu......................................................................... 29
Gejala Kelelahan Kumulatif Berdasarkan Dimensi Fisik,
Mental dan Sosial ........................................................................ 33

vii

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................. 36
Saran ............................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Evaluasi nilai resiko ....................................................................... 13
2. Tingkat Peluang Likelihood ........................................................... 14
3. Tingkat keparahan Severity ............................................................ 14
4. Distribusi data personal responden ................................................ 15
5. Distribusi responden berdasarkan penggunaan APD ..................... 18
6. Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penebangan............... 19
7. Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan ............... 21
8. Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan pemuatan kayu ......... 22
9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kecelakaan Kerja Yang
Pernah dialami Pekerja Penebangan Kayu ..................................... 23
10. Kegiatan yang menyebabkan kecelakaan kerja............................ 24
11. Index Gejala Kelelahan Kumulatif (CFSI)
pada tingkat keluhan .................................................................... 29

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 11
2. Kegiatan Wawancara Kepada Setiap Pekerja
Pemanenan Kayu ........................................................................... 17
3. Dokumentasi Wawancara Kepada Responden Penebang ............. 18
4. Dokumentasi Wawancara Kepada Responden Penyarad .............. 20
5. Dokumentasi Wawancara Kepada Responden Driver .................. 22
6. Gejala Kelelahan Kumulatif Berdasarkan Dimensi Fisik,
Mental dan Sosial .......................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman
1. Dokumentasi Penelitian K3 Kegiatan Wawancara
Kepada Setiap Pekerja Pemanenan Kayu ...................................... 40

xi

Universitas Sumatera Utara


1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kegiatan pemanenan kayu merupakan kegiatan utama dalam proses
produksi pengolahan kayu. Kegiatan pengelolaan kayu dimana dilakukan dengan
berbagai macam kegiatan yaitu penebangan, penyaradan dan muat bongkar.
Kegiatan pemanenan kayu dapat pula dilakukan dengan secara manual ataupun
mekanis. Pemanenan kayu mempunyai peran penting pada kegiatan produksi
kayu. Pemanenan kayu yaitu kegiatan kehutanan proses mengubah pohon menjadi
kayu bulat yang akan dipindahkan diareal produksi dari pemanenan kayu itu
sendiri yaitu memiliki manfaat bagi kebudayaan masyarakat dan kehidupan
ekonomi (Pradipta, 2016).
Pentingnya dalam melakukan penelitian ini agar kita dapat menyadari
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) perlu diperhatikan. Perlindungan
keselamatan kesehatan kerja dikehutanan adalah paling penting dan utama yang
dilakukan oleh pemerintah, organisasi pekerja dan perusahaan kehutanan. Hal ini
terkait dengan produktivitas apabila K3 diabaikan maka produktivitas pemanenan
kayu akan rendah. Banyak pihak yang tidak menyadari bahwa pentingnya K3,
dengan demikian diperlukan adanya tuntutan yang menunjukan komitmen
terhadap K3.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan keadaan yang
menjamin pada saat bekerja dengan baik dan aman jauh dari gangguan fisik
ataupun mental dengan melakukan pelatihan dan pembinaan, membutuhkan
arahan dan melakukan pengontrolan selama pelaksanaan kegiatan bekerja dan
memberikan bantuan terkait dengan peraturan yang telah berlaku baik itu dari
lembaga pemerintah ataupun perusahaan tersebut. Kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) tujuannya merendahkan tingkat kecelakaan kerja terkhususnya di
Indonesia. Kesehatan keselamatan kerja yang dilakukan dengan perubahan sikap
yang baik akan mencapai keselamatan ditempat kerja yang aman
(Elphiana, 2017).
Penerapan keselamatan kesehatan kerja pada perusahaan merupakan hal
penting yang harus diperhatikan. Perusahaan harus memerhatikan keselamatan

Universitas Sumatera Utara


2

kesehatan kerja dan lingkungan kerja kepada para pekerjanya, karena sangat
berpengaruh tercapainya produktivitas yang optimal. Kecelakaan kerja saat
bekerja dapat diminimalisir menerapkan keselamatan, kesehatan kerja (K3), dan
lingkungan kerja (Budihardjo et al, 2017).
Identifikasi bahaya merupakan kegiatan untuk mengetahui potensi bahaya
di lokasi kerja. Sumber bahaya tersebut dapat ditandai oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu pada lingkungan kerja, peralatan dan faktor pekerja. Tindakan
pertama yang perlu dilakukan dalam hal ini dengan mengidentifikasi ataupun
mengenali keberadaan bahaya pada areal kerja agar dapat meminimalisasi
kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan kayu (Ismara et al, 2014).
Karakteristik individu yang berhubungan dengan umur, jenis kelamin dan
status ekonomi. Karakteristik pekerjaan seperti beban kerja, masa kerja dan durasi
pekerjaan pada saat bekerja yang dapat memungkinkan terjadi kelelahan dalam
bekerja dengan tingkat kelelahan yang berbeda pada setiap individu. Karakteristik
pekerja merupakan sifat para pekerja yang memiliki tanggung jawab, berbagai
macam tugas. Risiko kelelahan dalam bekerja ini dapat diakibatkan dengan
berbagai faktor yaitu posisi kerja duduk dengan waktu yang lumayan cukup lama,
gerakan berulang saat melakukan kegiatan (Kusgiyanto et al, 2017).

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan kayu di
areal PT Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Habinsaran. Sumatera Utara
2. Mengetahui gejala kelelahan kumulatif pada para pekerja pemanenan kayu di
areal PT Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Habinsaran. Sumatera Utara

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
perusahaan dalam meminimalisasi kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan
kayu pada hutan tanaman industri dan sebagai bahan masukan bagi perusahaan
dalam pengambilan keputusan untuk penetapan kebijakan-kebijakan dan strategi
dalam menurunkan tingkat kecelakaan kerja di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT.
Toba Pulp Lestari, Sektor Habinsaran.

Universitas Sumatera Utara


3

TINJAUAN PUSTAKA

Operasi Pemanenan Kayu


Pemanenan kayu merupakan tahapan kegiatan mengubah pohon menjadi
bentuk kayu bulat sehingga bisa meningkatkan nilai ekonomi kayu dan
memperoleh keuntungan yang optimal. Kayu dipindahkan keluar hutan menuju
tempat produksi untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhannya. Pemanenan kayu
bertujuan untuk mengoptimalkan nilai kayu, menambahkan peluang kerja serta
meningkatkan ekonomi sumberdaya manusia. Tinggi rendahnya nilai hutan dapat
dilihat oleh jumlah produksi yang maksimal, mutu hasil kayu yang maksimal dan
tegakan sisa yang bernilai tinggi (Yuniawarti dan Sona, 2014).
1. Penebangan
Penebangan adalah tahapan utama dalam pemanenan kayu dengan
mengubah pohon berdiri dari tunggak menjadi kayu bulat. Kegiatan penebangan
dilakukan menggunakan alat tebang mekanis yaitu gergaji rantai (chainsaw).
Selanjutnya, kayu dipindahkan menuju keluar hutan untuk di manfaatkan. Dalam
kegiatan menebang kayu di hutan alam biasanya penebangan dilakukan dengan
batas diameter yang sama atau lebih besar. Pohon yang berdiameter 50 cm pada
hutan produksi tetap, sementara yang berdiameter diatas 60 cm untuk hutan
tanaman industri terbatas. Pada penebangan hutan tanaman dilakukan sesuai
dengan ketentuan perusahaan pada peruntukan kayu nya.
2. Penyaradan
Kegiatan penyaradan merupakan hal penting pada tingkat keberhasilan
dalam pemanenan kayu di hutan. Kegiatan penyaradan yang dilakukan di HTI PT
Toba Pulp Lestari Sektor Habinsaran dengan cara mekanis menggunakan
excavator. Aktivitas penyaradan dimana pemindahan kayu dari areal tebangan ke
lokasi Pengumpulan Kayu Sementara (TPn) dan lokasinya di tepian jalan
angkutan. Penyaradan ialah fase utama kegiatan pengangkutan kayu dimana
kegiatan pemindahan kayu dengan cepat. Penyaradan berkaitan dengan biaya
produksi dan volume kayu (Idris dan Soenarno, 2015).

Universitas Sumatera Utara


4

3. Pengangkutan
Pengangkutan kayu merupakan suatu komponen dari berbagai macam
kegiatan pemanenan kayu. Pengangkutan kayu ialah kegiatan pemindahan kayu
dari areal penebangan hingga tahap akhir yang disebut dengan Tempat
Penimbunan Kayu (TPK), industri, pasar kayu ataupun dengan konsumen
langsung (Suhartana dan Yuniawarti, 2016).
Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah bagian dari suatu pencapaian untuk
meningkatkan potensi hutan produksi sebagai sumber penyediaan bahan baku bagi
industry perkayuan dan perluasan lapangan kerja. Penyediaan bahan baku tersebut
tidak terlepas dari kegiatan pemanenan hutan salah satu diantaranya penebangan.
Penebangan yaitu kegiatan merobohkan pohon lalu di potong menjadi beberapa
batang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2008 Peraturan
Pemerintah nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Peraturan Pemerintah nomor 6
Tahun 2007 menjelakan hutan tanaman industri disingkat (HTI) merupakan hutan
tanaman pada hutan produksi dibangun oleh kelompok industri kehutanan
tujuannya meningkatkan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Pada pengembangan HTI
dilatarbelakangi dengan keadaan ketimpangan antara kualitas industri perkayuan
dan pasokan bahan baku kayu dimana keadaan pada saat itu hanya mengharapkan
kayu dari hutan alam. Eucalyptus merupakan jenis tanaman cepat tumbuh dan
mudah untuk dibudidayakan. Eucalyptus grandis merupakan jenis tanaman
mayoritas yang dikembangkan oleh HTI PT. Toba Pulp Lestari yang
dimanfaatkan dalam perindustrian pulp dan kertas (Faqih et al, 2018).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Faktor keselamatan, kesehatan kerja (K3), dan lingkungan kerja perlu
diperhatikan, seperti pada kelengkapan alat pelindung diri (APD), keadaan
lingkungannya ketika sedang melakukan aktivitas dalam bekerja. Hal ini perlu
diperhatikan karena apabila pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan
lingkungan kerja yang tidak nyaman, produktivitas hasil produk kurang maksimal
(Budihardjo et al, 2017).

Universitas Sumatera Utara


5

Berdasarkan PEMNAKER 05/MEN/1996 tentang sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja serta mengacu pada Undang-undang No. 13
tahun 2003 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), K3 dapat dijadikan
acuan bagi perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan dan penyakit akibat
bekerja maupun akibat lingkungan kerja (Susetyo et al, 2016).
Keselamatan kerja berkaitan oleh mesinnya, alat dan bahan, tahap
pengelolaan kayunya, areal kerja dan keadaan lingkungannya. Pada keadaan
terlepas dari gangguan fisik, mental, emosi ataupun rasa sakit dapat dipengaruhi
faktor lingkungan kerja, peralatan dan pekerjanya. Meningkatkan produktivitas
hal terpenting dan mendasar perlu diperhatikan adalah keadaan kesehatan pekerja
karena sangat mempengaruhi tingkat kelelahan dan kecelakaan kerja
(Suhartana dan Yuniawarti, 2011).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 5 tentang Kesehatan, pasal 23
mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diselenggarakan di setiap areal kerja dengan program perlindungan tenaga kerja,
terutama areal kerja yang memiliki risiko bahaya yang tinggi menimbulkan
kecelakaan kerja. Bekerja dengan metode yang baik dan benar akan menciptakan
hasil kerja yang optimal ( Riyadina, 2007).
Alat Pelindung Diri (APD) peralatan yang sangat diperlukan untuk
melindungi diri terhadap potensi bahaya. Alat pelindung diri (APD) ialah
peralatan pengaman pekerja wajib dipakai pada saat berlangsungnya kegiatan
diareal kerja. Walaupun sudah diketahui akan pentingnya menggunakan alat
perlindungan diri untuk menghindari bahaya dari risiko kecelakaan kerja, akan
tetapi beberapa pekerja diantaranya yang tidak menggunakan alat pelindung diri.
Alasan pekerja merasa kesulitan untuk bergerak dan merasa kaku pada saat
melakukan kegiatan, merasa gerah, merasa tidak nyaman dan bermacam-macam
alasan lainnya. Alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat digunakan
agar dapat melindungi pekerja dari sumber bahaya baik itu pada peralatannya
ataupun pada lingkungan kerja tersebut (Sugarda, 2014).
Tingkat usia mempengaruhi produktivitas tenaga kerja karena hal tersebut
sangat mempengaruhi ketahanan fisik seseorang dalam melakukan pekerjaannya.
Pekerja yang berusia produktif memiliki kinerja yang tinggi dan lebih kuat dalam

Universitas Sumatera Utara


6

segi fisik dibandingkan dengan pekerja yang berusia non produktif. Tingkat
kinerja pada seseorang yang berusia tua produktivitas kerja akan semakin
menurun. Hal ini menunjukan bahwa seseorang yang berusia tua akan merasakan
cepat lelah dengan kondisi fisik yang menurun. Seseorang yang masih usia
produktif memiliki kreatifitas yang tinggi terhadap pekerjaannya karena dipicu
oleh pengetahuan dan wawasan yang tinggi (Ukkas, 2017).

Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dimana kejadian yang tidak direncana ataupun
disengaja. Terdapat beberapa macam cidera yang mengakibatkan kecelakaan kerja
dengan tingkat keparahan yang dapat menimbulkan perusahaan mengadakan
klasifikasi terhadap bentuk cidera dari risiko kecelakaan yaitu cidera fatal, cidera
yang menyebabkan hilang waktu kerja, sulit untuk beraktivitas ataupun cidera
bekerja dengan waktu yang singkat, cidera dirujuk tempat medis, cidera ringan,
kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera. Faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja yaitu faktor manusia dipengaruhi oleh pemahaman,
keterampilan, dan tindakan yang dilakukan. Faktor material diketahui bisa
menimbulkan kesehatan atau keselamatan kerja. Faktor sumber bahaya dapat
dilihat dari tindakan bahaya terjadi karena cara kerja yang tidak baik, keletihan
atau kecapean, tindakan bekerja tidak berhati-hati. Kondisi bahaya dapat dilihat
dari keadaan mesin atau peralatan, lingkungan, sifat pekerjaan yang tidak aman
yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan dapat
mengakibatkan fatal atau kematian, pekerja dapat menderita cacat ataupun luka
sedang, maka pekerja tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan maksimal dan
produktivitas pemanenan kayu akan rendah (Ismara et al, 2014).
Di Indonesia sudah ditentukan seberapa lama waktu kerja dalam sehari
maksimalnya ialah 8 jam kerja sudah termasuk dengan waktu rehat dalam
kegiatan yang dilakukan. Namun apabila durasi kerja melebihi waktu tersebut
maka dapat menurunkan efektifitas dalam bekerja, meningkatnya kelelahan dalam
bekerja, mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja. Kelelahan kerja dimana
keadaan kelelahan fisik dan juga bisa dikatakan kurangnya motivasi. Menurut
beberapa peneliti mengatakan bahwa kelelahan dapat mempengaruhi dampak
yang cukup besar dengan mempengaruhi kesehatan pada para pekerja dan menjadi

Universitas Sumatera Utara


7

rendahnya produktivitas kerja. Kelelahan bisa membuat kontribusi yang berarti


terhadap terjadinya kecelakaan dalam bekerja (Kusgiyanto, 2017).

Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Lingkungan fisik diartikan sebagai lingkungan berada di areal kerja dapat
dirasakan menggunakan indera penglihatan dan indera kulit (meraba). Lingkungan
kerja fisik berasal dari lingkungan pekerjaan seperti halnya bangunan tempat
kerja, mesin dan peralatannya, sarana dan prasarana operasi. Lingkungan kerja
fisik dapat mempengaruhi kinerja fisik pekerja dilingkungan kerja yang dihadapi.
Lingkungan non fisik keadaan yang hanya dapat dirasakan para pekerja namun
tidak dapat di lihat ataupun di raba. Lingkungan kerja non fisik keadaan yang
berkaitan dengan para pekerja dan lingkungan fisik ditempat kerja yang dirasakan
para pekerja. Maka dari itu dimana keadaan berhubungan antara sesama rekan
kerja yang berada dalam satu lingkungan kerja baik itu pekerja atasan maupun
pekerja bawahan hal ini terkait dengan perasaan para pekerja yang harus memiliki
hubungan baik dalam ruang lingkup kerja untuk menciptakan kerjasama yang baik
dan rasa nyaman pada saat melakukan pekerjaan (Indrasari, 2017).
Lingkungan kerja adalah suatu bagian terpenting oleh pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut, maka dari itu yang di artikan lingkungan kerja
yaitu hal-hal yang dapat mempengaruhi para pekerja saat melakukan pekerjaannya
dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang sudah ditangggung jawabkan.
Keadaan lingkungan kerja bisa dinilai baik apabila lingkungan kerja itu sehat,
nyaman dan aman. Lingkungan kerja berhubungan dengan alat dan bahan,
lingkungan sekitaran tempat kerja dalam masa kerja, tahapan kerjanya,
pengonsepan kerja berlaku pada semua pekerja individu ataupun perkelompok.
Lingkungan kerja fisik dimana suatu kondisi yang berkaitan dengan fisik yang
mempengaruhi pekerja baik dengan secara langsung ataupun tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik merupakan keadaan fisik pada perusahaan sekitaran areal
kerja contohnya temperatur, sirkulasi udara, kelembaban, keamanan, kebersihan,
penerangan, kebisingan, getaran mekanis. Lingkungan kerja fisik harus
menciptakan rasa aman nyaman dan tentram agar dapat memaksimalkan hasil

Universitas Sumatera Utara


8

kerja yang bagus dan baik. Lingkungan kerja non fisik situasi diareal kerja terkait
kerjadian hubungan kerja oleh sesama pekerja baik itu dengan atasan maupun
dengan bawahan. Lingkungan kerja non fisik harus adanya kerjasama antara para
pekerja baik atasan maupun bawahan agar terciptanya rasa nyaman yang baik
dalam bekerja (Rahmawanti, 2014).
Iklim kerja keterkaitan dengan suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan keluarnya panas dari tubuh seseorang yang
merupakan penyebab dari aktivitas yang telah dilakukan oleh pekerjanya. Apabila
pekerja terpapar sinar matahari dengan durasi yang lama, maka dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh pekerja dan akan menimbulkan
gangguan pada kesehatan. Maka hal ini berkaitan dengan produktifitas dan
efisiensi kerja (Utami et al, 2017).
Kelelahan berpengaruh terhadap menurunya produktivitas serta
konsentrasi dalam bekerja. Kelelahan terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal
maupun faktor eksternal. Yang termasuk dengan faktor internal yaitu pada tingkat
usia, jenis kelamin, masa kerja, kualitas tidur, dan tanggung jawab kerja. Faktor
eksternal meliputi shift kerja dan iklim atau lingkungan kerja. Permasalahan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan pemicu terjadinya kecelakaan
kerja pada kelelahan. Kelelahan kerja keadaan menurunnya efisiensi ketahanan
tubuh pada saat melakukan pekerjaan berlangsung. Kelelahan dapat ditandai
dengan keadaan jika melemahnya pekerja maka terhambat dalam melakukan
kegiatan yang bisa menyebabkan pengurangan kapasitas kerja ataupun ketahanan
daya tahan tubuh (Juliana et al, 2018)
Perasaan lelah merupakan keadaan seseorang setelah selesai melakukan
aktivitas pekerjaan yang dilakukannya. Perasaan yang dialami yaitu rasa capek,
mengantuk, bosan dan rasa haus yang ditandai terdapat gejala kelelahan. Gejala
kelelahan seperti pelemahan kegiatan, motivasi dan kelelahan fisik. Pelemahan
kegiatan dapat diketahui dengan kepala terasa berat, seluruh badan terasa lelah,
kaki terasa berat, sering menguap, pikiran terasa kacau, mengantuk, terasa beban
di mata, tidak memiliki keseimbangan untuk berdiri. Pelemahan motivasi bisa
diketahui dengan keadaan sulit dalam berfikir, merasa lelah saat berbicara, merasa
gugup, sulit berkonsentrasi, cenderung lupa, tidak percaya diri, cemas, tidak dapat

Universitas Sumatera Utara


9

mengkontrol tindakan yang dilakukan dan kurang giat dalam melakukan


pekerjaan. Sedangkan, pelemahan fisik tiap individu dapat ditandai sakit kepala,
bahu yang kaku, merasakan nyeri punggung, pernafasan terasa tertekan, haus,
merasa pening dan kurang sehat (Ningsih dan Neffrety, 2018).
Kelelahan kerja merupakan suatu permasalahan dalam bidang K3 yang
terdapat beberapa faktor yaitu faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja, faktor
yang mengakibatkan kelelahan kerja tersebut yaitu faktor individu pekerja, faktor
pekerjaan juga faktor lingkungan. Kelelahan merupakan hal yang perlu
dipehatikan karena memiliki dampak terhadap menurunnya produktivitas serta
konsentrasi dalam bekerja. Kelelahan kerja adalah persoalan yang seringkali
ditemui oleh para pekerja. Kelelahan kerja merupakan persoalan penting dan
harus diatasi dengan baik karena kelelahan termasuk faktor utama dalam
terjadinya kecelakaan dalam bekerja dan dapat mempengaruhi produktivitas
pemanenan kayu (Verawati, 2016).

Kondisi Umum Lokasi Penelitian


Dalam lokasi penelitian ini yaitu sector habinsaran estate dalam
perusahaan Toba Pulp Lestari yang terletak di kecamatan Habinsaran, Kabupaten
Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Sektor Habinsaran ini memiliki beberapa
compartment untuk kawasan tanaman industri yaitu tanaman Eucalyptus hybrid
dengan klon yang berbeda. Secara astronomis Sektor Habinsaran terletak di
02°07’00” LU - 02°21’00” dan 99°05’00” BT -99°18’00” dengan garis batas
sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Nassau, sebelah Barat berbatasan
dengan kecamatan Silaen, sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Pintu
Pohan Meranti, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Borbor.
Luas Sektor Habinsaran yaitu 26.765 Ha yang termasuk luasan konsesi
Habinsaran dengan hutan tanaman Eucalyptus hybrid iklim pada Sektor
Habinsaran menurut Schmid Ferguson yaitu memiliki curah hujan tertinggi
367,40 mm dan curah hujan terendah 127,48mm. Kondisi topografi pada Sektor
Habinsaran sebagai berikut :
1. Datar (0,8%) seluas 12,155 Ha (45,4%).
2. Landai (8-15%) seluas 12,243 Ha (45,7%)
3. Agak curam (15-25%) seluas 641 Ha (2,4%)

Universitas Sumatera Utara


10

4. Curam (25-40%) seluas 596 Ha (2,2%)


5. Sangat curam (>40%) seluas 1.130 Ha (4,2%)
Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari merupakan perusahaan
pulp yang dikelola secara lestari. PT. Toba Pulp Lestari memiliki 6 sektor daerah
yang didalamnya daerah Penanaman (Plantation), Pemanenan (Harversting). 6
Sektor diantaranya adalah Sektor Tele, Sektor Habinsaran, Sektor Aek Nauli,
Sektor Padang Sidimpuan, Sektor Porsea, Sektor Tarutung. Ketinggian Sektor
Habinsaran adalah 900-1700 mdpl. Letak Das Sektor Habinsaran yaitu diantara
Das Batang Toru, Das Bilah, dan Das Kualu. Jenis tanah pada Sektor Habinsaran
yaitu didominasi oleh Dystrandent, Hydrantdept, Troporthod, Andosol coklat
tua, Andosol coklat kekelabuan sekitar 35,8%. Tipe tanah memiliki kandungan
mineral lebih banyak dibanding tipe gambut.
Penelitian dilakukan di sektor Habinsaran pada Compartment H149
dengan Luas 29,2 Ha, C002 Luas area kerja Compartment C002 adalah 13 Ha
serta D064 serta pada areal kerja D064 memiliki luas 22,4 Ha. Sistem pemanenan
pada Hutan Tanaman Industri TPL adalah sistem pemanenan tebang habis.
Pemanenan pada PT TPL memiliki sistem mitra dengan kontraktor dan
perusahaan. Sistem kontraktor yang bertanggung jawab dalam pemanenan yang
diawasi oleh manajer Harvesting. Setiap kontraktor memegang 1 Compartment
atau lokasi tebangan. Kegiatan penebang dilakukan oleh operator tanpa adanya
helper. Operator chainsaw pada compartmen H149 ditanggungjawabi oleh CV
Manumpak Sahala, Compartmen C002 ditanggungjawabi oleh CV Junior (JJM),
operator Chainsaw pada petak D064 ditanggung jawabi CV Panca Karya.

Universitas Sumatera Utara


11

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penebangan PT. Toba Pulp Lestari
Tbk, Sektor Habinsaran. Kabupaten Samosir, Sumatera Utara yang meliputi 2º 7’
00” LU - 2º 2’ 00” LU dan 99º 05’ 00” BT - 99º 18’ 00” BT. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2020.
Berikut adalah peta lokasi penelitian PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Sektor
Habinsaran. Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Peta lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang dipergunakan dalam penelitian yaitu Alat Pelindung Diri (APD)
yang dipakai sebagai pelindung diri saat di lapangan, alat tulis yang digunakan
untuk mencatat data yang diambil di lapangan, kamera digital digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara


12

mendokumentasikan kegiatan di lapangan pada saat wawancara, laptop digunakan


untuk mengolah data.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang
digunakan untuk mempermudah dalam pengambilan data responden dilapangan.

Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada pekerja pemanenan
kayu menggunakan kuisioner, data gejala kelelahan kumulatif dan data
karakteristik meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman bekerja dan
alamat mandor, penebang, penyarad dan driver. Data sekunder didapat dari
menganalisis dokumen diperusahaan data yang dikumpulkan meliputi kondisi
umum lokasi penelitian.
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kecelakaan kerja pada
setiap jenis kegiatan pekerjaan yang ada di areal produksi yang di teliti dilakukan
dengan wawancara langsung oleh responden dengan bantuan kuisioner. Dalam
penelitian ini populasinya adalah seluruh compartemen yang terdapat aktivitas
pemanenan kayunya pada saat penelitian yakni 16 compartemen. Adapun jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 3 compartemen yakni di areal pemanenan kayu
compartmen H149, compartmen C002 dan compartmen D064. Pengambilan data
responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling
merupakan teknik dimana peneliti menetapkan ciri-ciri khusus dalam
pengambilan ataupun pemilihan sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun
ciri-ciri khusus dalam pengambilan atau pemilihan responden dengan berdasarkan
pengalamannya lebih dari satu tahun dalam masa kerjanya. Pekerja yang terlibat
langsung dalam kegiatan pemanenan kayu, yakni mandor, penyarad, penebang
dan driver. Kegiatan wawancara (responden) dipilih sebanyak 35 orang, jenis
pekerjaan termasuk ke dalam proses pemanenan hutan.
Jenis pekerjaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah mandor 3 orang,
penyarad 11 orang, penebang 12 orang, driver 9 orang. Tingkat usia responden
berkisar antara 19 sampai 49 tahun. Pendidikan rata-rata responden adalah tamat
Sekolah Dasar 4 orang, tamat SMP 8 orang, tamat SMA 22 orang dan tamat S1 1
orang.

Universitas Sumatera Utara


13

Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya bertujuan untuk mengetahui bahaya yang terjadi pada
aktivitas pekerjaan yang dilakukan, upaya yang dapat dilakukan berupa
pengumpulan data, mencatat dan mengenali sumber bahaya yang terjadi di areal
kerja baik itu pada lingkungan kerjanya ataupun peralatannya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja. Maka dari itu perlunya melakukan tindakan
dalam pengendalian risiko kecelakaan kerja agar dapat mengantisipasi terjadinya
kecelakaan kerja.

Penilaian Risiko
Penilaian risiko (risk assessment) merupakan salah satu tahap dalam
melakukan penilaian terhadap suatu risiko yang muncul untuk dapat di evaluasi
pada berbagai jenis bahaya. Penilaian risiko pada dasarnya dapat dilihat pada
tingkat kemungkinan (likelihood) dan tingkat keparahan dampak (severity) yang
dihasilkan dari terjadinya kecelakaan karena risiko tersebut. Menentukan peluang
insiden yang terjadi di areal kerja dapat menggunakan skala berdasarkan dengan
tingkat potensinya. Analisis risiko dilakukan dengan cara penghitungan hasil kali
antara tingkat kemungkinan (likelihood) dan tingkat keparahan dampak (severity)
(Pradipta, 2016).
Penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 3.
Tabel 1. Evaluasi Nilai Risiko
Nilai Tingkat Evaluasi
Risiko Risiko

1-6 Risiko rendah Mungkin dapat diterima namun tetap meninjau kembali
apakah risiko dapat dikurangi
7 – 12 Risiko Sedang Tugas hanya dapat dilanjutkan dengan otoritasi manajemen
setelah berkonsultasi dengan tenaga ahli dan tim penilai
jika memungkinkan tugas harus didefenisikan kembali
untuk memperhitungkan bahaya atau harus mengurangi
risiko lebih lanjut sebelum dimulainya tugas
15 - 25 Risiko Tinggi Tugas tidak boleh dilanjutkan harus dilakukan
penerjemahan ulang tugas atau melakukan perhitungan
pengendalian yang sesuai untuk mengurangi risiko sebelum
dimulainya tugas
Sumber : AS/NZS 4360: 1999

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 2. Tingkat peluang (likelihood)


Tingkat Kriteria Penjelasan
1 Rare Bahaya sangat kecil bahkan tidak pernah kecuali bertahun-
tahun
2 Unlikely Kejadian mungkin terjadi pada kondisi tertentu tetapi kecil
kemungkinan
3 Moderate Kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu
4 Likely Kejadian sering terjadi atau hampir pasti terjadi di semua
kondisi
5 Almost Kejadian pasti terjadi di semua kondisi
Certain
Sumber : AS/NZS 4360: 1999
Tabel 3. Tingkat keparahan (Severity)
Tingkat Kriteria Penjelasan
1 Insignificant Non cidera, Kerugian finansial dan material sangat kecil
2 Minor P3K, Kerugian finansial dan material sedang
3 Moderate Penanganan medis, Kerugian finansial dan material cukup
besar
4 Major Cacat atau hilangnya fungsi anggota tubuh total, Kerugian
material besar
5 Catastrophic Kematian, Kerugian material sangat besar
Sumber : AS/NZS 4360: 1999

Gejala Kelelahan Kumulatif


Gejala kelelahan kumulatif dianalisis menggunakan Cumulative Fatigue
Symptom Index (CFSI). CFSI memandang kelelahan sebagai sebuah konsep
multidimensi yang mencangkup tiga dimensi kelelahan meliputi dimensi
fisik,dimensi mental dan dimensi sosial kemudian dibagi menjadi delapan
pengelompokkan subdimensi. Pada penelitian ini kelelahan dinilai melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan menggunakan teknik CFSI.
CFSI menggunakan 74 pertanyaan berupa keluhan yang ditanyakan kepada
responden. Kemudian responden diarahkan untuk menjawab pertanyaan
“ya/tidak‟. Hasil CFSI dikalkulasikan menggunakan formula berikut:
r = y/T

Universitas Sumatera Utara


15

keterangan:
r = Nilai hasil setiap pertanyaan.
T = Jumlah responden.
y = Jumlah total dari jawaban ”ya‟ dari setiap pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokan ke dalam delapan karakter. Nilai
keluhan untuk setiap karakter dikalkulasikan menggunakan formulasi
R = Y/kT
keterangan:
R = Nilai hasil untuk setiap kelompok.
T = Jumlah responden.
Y = Jumlah total dari jawaban “ya‟ dari setiap kelompok pertanyaan.
k = Jumlah pertanyaan-pertanyaan di setiap kelompok
(Kosugo et al 1992 dalam Yoshimura dan Acar 2004).

Universitas Sumatera Utara


16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pekerja Kegiatan Pemanenan Kayu


Karaktristik individu berhubungan dengan umur, pendidikan, status
pernikahan dan jenis kontrak kerja. Responden yang diambil pada kegiatan
pemanenan kayu dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun karakteristik pekerja
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Data Personal Responden
Karakteristik Kategori Responden %
Usia ≤ 30 16 45,71
≥ 30 19 54,29
Pendidikan Terakhir SD 4 11,43
SMP 8 22,86
SMA/SMK 22 62,86
S1 1 2,86
Status Pernikahan Sudah 11 31,43
Belum 24 68,57
Jenis Kontrak Kerja Tetap 3 8,57
Borongan 32 91,43
Lama kerja ≤5 21 60
≥5 14 40
n = 35
Dari Tabel 4 terdapat 4 karakteristik responden yaitu usia, pendidikan
terakhir, status pernikahan dan jenis kontrak kerja. Pada data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat responden yang berusia < 30 yaitu 16 orang
(45,71%) dan ≥ 30 dengan 19 orang (54,29%). Menurut (Ukkas, 2017)
menyatakan bahwa tingkat usia mempengaruhi produktivitas tenaga kerja karena
hal tersebut terkait dengan ketahanan fisik seseorang dalam melakukan
pekerjaannya. Pekerja yang berusia produktif memiliki kinerja yang tinggi dan
lebih kuat dalam segi fisik dibandingkan dengan pekerja yang berusia non
produktif. Tingkat kinerja pada seseorang yang berusia tua produktivitas kerja
akan semakin menurun. Hal ini menunjukan bahwa seseorang yang berusia tua
akan merasakan cepat lelah dengan kondisi fisik yang menurun.
Pendidikan terakhir 22 orang (62,86%) merupakan lulusan SMA/SMK, 8
orang (22,86%) merupakan lulusan SMP, 4 orang (11,43%) merupakan lulusan
SD dan 1 orang (2,86%) merupakan lulusan universitas. Secara umum pendidikan
dapat mengembangkan dan memperluas pengetahuan dan pengalaman seseorang.

Universitas Sumatera Utara


17

Responden memiliki data status pernikahan dengan 11 orang (31,43%) sudah


menikah dan 24 orang (68,57%) belum menikah.
PT. Toba Pulp Lestari Habinsaran secara umum memiliki pekerja yang
merupakan karyawan dan yang bukan karyawan. Biasanya, pekerja yang bukan
karyawan adalah buruh. Pekerja yang bukan karyawan adalah pekerja tidak tetap
(musiman). Pekerja musiman rata-rata adalah mereka yang bekerja di lokasi
penebangan seperti operator chainsaw (penebang), driver logging truck (Supir
pengangkutan kayu), dan operator alat berat. Karyawan TPL yang bekerja di
bidang pemanenan hutan adalah mandor harversting. Lama kerja ≤ 5 tahun
berjumlah 21 orang 40% dan ≥ 5 tahun berjumlah 14 orang 60% pengalaman
kerja seseorang sangat mempengaruhi pada tingkat kecelakaan kerja. Pengalaman,
usia dan masa kerja saling berpengaruh terhadap kecelakaan kerja. Maka dari itu
semakin lama pengalaman seseorang dalam bekerja maka tingkat risiko
kecelakaan kerja nya akan semakin menurun. Tenaga kerja yang masih baru
biasanya belum terlalu memahami secara mendalam tentang bahaya dan risiko
yang menyebabkan kecelakaan kerja baik itu dari lingkungan kerjanya ataupun
peralatannya.

a. mandor harvesting b. operator chainsaw c. operator excavator


Gambar 2. Kegiatan wawancara kepada setiap pekerja pemanenan kayu
Alat perlindungan diri (APD) merupakan perlengkapan wajib digunakan
pada saat kegiatan kerja berlangsung dengan tujuan untuk menjaga dan
melindungi keselamatan pekerja dari sumber bahaya dan risiko yang ada ditempat
kerja. Adapun hasil dari distribusi data responden berdasarkan penggunaan APD
dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara


18

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan APD


APD Responden (orang) Persentase (%)
Helm 12 34,28
Sarung Tangan 9 25,71
Sepatu Keselamatan 34 97,14
Pelindung Mata 1 2,85

Pelindung Telinga - -
Masker 3 8,57
Celana Keselamatan 3 8,57
n = 35
Dari Tabel 5 diketahui bahwa responden yang menggunakan helm ada 12
orang (34,28%), yang menggunakan sarung tangan 9 orang (25,71%), yang
menggunakan sepatu keselamatan 34 orang (97,14%), yang menggunakan
pelindung mata hanya 1 orang (2,85%), tetapi tidak ada yang menggunakan
pelindung telinga, yang menggunakan masker terdapat 3 orang (8,57%) dan yang
menggunakan celana keselamatan terdapat 3 orang (8,57%). Menggunakan APD
lengkap dalam melaksanakan tugasnya sangat dinjurkan dan diwajibkan. Akan
tetapi berdasarkan kondisi riil dilapangan para pekerja tidak menggunakan APD
dengan lengkap. Responden mengaku tidak menggunakan APD karena tidak
nyaman, sering merasa gerah, dan merasa kaku saat bekerja dan merasa terganggu
ketika menggunakan jenis-jenis APD tersebut.

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Kegiatan Pemanenan Kayu


Kegiatan penebangan dilakukan menggunakan mesin chainsaw. Jenis
chainsaw yang digunakan adalah Husqvarna dapat dilihat pada Gambar 3.

a. Compartemen H149 b. Compartemen C002 c. Compartemen D064


Gambar 3. Dokumentasi wawancara kepada responden penebang

Universitas Sumatera Utara


19

Penebangan merupakan kegiatan mengubah pohon berdiri mejadi kayu


bulat yang akan diproduksi. Penebangan pohon dengan memotong bagian pangkal
pohon ketika pohon masih berdiri. Menebang pohon Eucalyptus dengan teknik
penebangan langsung, tidak memerlukan pembuatan takik rebah dan takik balas.
Kegiatan penebangan dilakukan menggunakan mesin chainsaw jenis chainsaw
yang digunakan adalah Husqvarna. Terdapat beberapa faktor terjadinya
kecelakaan kerja yaitu pada faktor lingkungan kerja, faktor pekerjaan dan faktor
pekerja. Adapun hasil identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penebangan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penebangan
Kegiatan Faktor kecelakaan kerja
Penebangan Pekerja :
a. Penggunaan APD yang tidak disiplin
b. Sikap kerja yang tidak ergonomi
c. Lama kerja ≥ 8 jam
Lingkungan Kerja :
a. Suhu iklim kerja melebihi NAB ≥ 31℃/hari
b. Suhu iklim kerja 18℃
c. Polusi udara (asap)
Peralatan :
a. Panas peralatan
b. Chainshaw tidak dilengkapi (anti getar, pelindung tangan depan
belakang dan knalpot, peredam kebisingan)
c. Mengisi bahan bakar tidak menggunakan corong
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa pada kegiatan penebangan
terdapat 3 aspek dalam identifikasi potensi kecelakaan kerja pada kegiatan
penebangan yaitu pada pekerja nya sendiri tidak menggunakan Alat Perlindungan
Diri (APD) yang disiplin, sikap kerja yang tidak ergonomi teridentifikasi adalah
postur kerja yang membungkuk dan beban berat chainsaw yang harus dibawa oleh
pekerja penebang dapat menyebabkan risiko nyeri punggung, lama kerja ≥ 8 jam.
Menurut Kusgiyanto (2017) menyatakan bahwa di Indonesia sudah ditentukan
seberapa lama waktu kerja dalam sehari maksimalnya ialah 8 jam kerja yang
sudah termasuk waktu rehat dalam kegiatan yang dilakukan. Namun apabila
durasi kerja melebihi waktu tersebut maka dapat menurunkan efektifitas dalam
bekerja, meningkatnya kelelahan dalam bekerja yang mengakibatkan kecelakaan
kerja dan penyakit dalam bekerja.

Universitas Sumatera Utara


20

Lingkungan kerja terdapat suhu iklim melebihi nilai ambang batas


≥ 31℃/hari, Suhu iklim dingin mencapai 18℃, Polusi udara (asap). Menurut
Utami et al (2017) menyatakan bahwa Iklim kerja keterkaitan dengan suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan keluarnya panas
dari tubuh seseorang yang merupakan penyebab dari aktivitas yang telah
dilakukan oleh pekerjanya. Apabila pekerja terpapar sinar matahari dengan durasi
yang lama, maka dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh pekerja dan
akan menimbulkan gangguan pada kesehatan. Maka hal ini berkaitan dengan
produktifitas dan efisiensi kerja.
Kecelakaan pada bagian peralatan yaitu panas nya peralatan yang
digunakan saat menebang yang mengakibatkan sumber bahaya pada pekerja itu
sendiri, chainshaw tidak dilengkapi (anti getar, pelindung tangan depan belakang
dan knalpot, peredam kebisingan), Mengisi bahan bakar tidak menggunakan
corong. Menurut Rahmawati et al (2014) menyatakan bahwa lingkungan kerja
berhubungan dengan alat dan bahan, lingkungan sekitaran tempat kerja dalam
masa kerja, tahapan kerjanya, pengonsepan kerja berlaku pada semua pekerja
individu ataupun perkelompok. Keadaan lingkungan kerja dapat dinilai baik
apabila lingkungan kerja itu sehat, nyaman dan aman. Lingkungan kerja fisik
merupakan keadaan fisik pada perusahaan sekitaran areal kerja contohnya
temperatur, sirkulasi udara, kelembaban, keamanan, kebersihan, penerangan,
kebisingan, getaran mekanis.
Kegiatan penyaradan pada HTI PT. Toba Pulp Lestari, Sektor Habinsaran,
Sumatera Utara dilakukan secara mekanis. Alat penyaradan menggunakan
Excavator yang dapat dilihat pada Gambar 4.

a. Compartemen H149 b. Compartemen C002 c. Compartemen D064


Gambar 4. Dokumentasi wawancara kepada pekerja penyarad

Universitas Sumatera Utara


21

Aktivitas penyaradan dimana pemindahan kayu dari areal tebangan ke


lokasi pengumpulan kayu sementara (TPn). Adapun hasil identifikasi kecelakaan
kerja pada kegiatan penyaradan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan
Kegiatan Faktor kecelakaan kerja
Penyaradan Pekerja :
a. Penggunaan APD yang tidak disiplin
b. Lama kerja ≥ 8 jam
c. Sikap kerja tidak ergonomi
Lingkungan Kerja :
a. Suhu iklim kerja melebihi NAB ≥ 31℃/hari
b. Suhu iklim dingin mencapai 18℃
c. Kondisi jalan yang licin
Peralatan :
a. Pengecekan mesin jarang dilakukan
b. Tidak ada alat pengaman mesin
c. Tidak berfungsinya Track Shoe pada excavator
d. Tidak berfungsinya rem

Tabel 7 memperlihatkan bahwa terdapat 3 aspek potensi kecelakaan kerja


dalam kegiatan penyaradan yaitu dengan pekerja nya sendiri yang tidak
menggunakan APD dengan disiplin, lama kerja ≥ 8 jam, kikap kerja tidak
ergonomis. peralatan pengecekan mesin jarang dilakukan, tidak ada alat
pengaman mesin, tidak berfungsinya track Shoe pada excavator, tidak
berfungsinya rem. Menurut Ismara et al (2014) menyatakan bahwa faktor
penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu faktor manusia dipengaruhi oleh
pemahaman, keterampilan, dan tindakan yang dilakukan. Faktor sumber bahaya
dapat dilihat dari tindakan bahaya terjadi karena cara kerja yang tidak baik,
keletihan atau kecapean, tindakan bekerja tidak berhati-hati. Kondisi bahaya dapat
dilihat dari keadaan mesin atau peralatan, lingkungan, sifat pekerjaan yang tidak
aman yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan dapat
mengakibatkan fatal atau kematian, pekerja dapat menderita cacat ataupun luka
sedang, maka pekerja tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan maksimal dan
produktivitas pemanenan kayu akan rendah.
Lingkungan kerja Suhu iklim kerja melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)
≥ 31℃/hari, Suhu iklim dingin mencapai 18℃, Kondisi jalan yang licin. Menurut
Juliana et al (2018) menyatakan bahwa lingkungan kerja dapat mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


22

kinerja karyawan seperti kebisingan, iklim kerja panas. Kelelahan kerja keadaan
menurunnya efisiensi ketahanan tubuh pada saat melakukan pekerjaan
berlangsung. Kelelahan dapat ditandai dengan keadaan jika melemahnya pekerja
maka terhambat dalam melakukan kegiatan yang bisa menyebabkan pengurangan
kapasitas kerja ataupun ketahanan daya tahan tubuh.
Kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan hutan pada penelitian ini lebih
rendah dari pada penelitian Kurnia (2013) di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
karena masih secara manual kegiatan pemanenanya dalam kegiatan penyaradan
disebut dengan kata blandong kegiatan yang dilakukan pekerjanya tidak
menggunakan sarung tangan dan alas kaki yang digunakan hanya sendal. Dalam
metode kerjanya masih belum ada arahan pada saat kayu tersebut digelindingkan
tidak ada pertanda oleh para blandong yang mengisyaratkan kepada pekerja yang
berada di bawah bahwa kayu tersebut akan digelindingkan. Hal ini dapat
menyebabkan kecelakaan yang tinggi dibandingkan kegiatan pemanenan secara
mekanis.
Kegiatan pemuatan kayu dilakukan dengan pemindahan kayu dari tempat
pengumpulan (TPn) ke tempat tujuan akhir (TPK, industri, pasar kayu) dengan
metode tertentu. Berikut merupakan pengambilan dokumentasi oleh driver dapat
dilihat pada Gambar 5.

a. Compartemen H149 b. Compartemen C002 c.Compartemen D064


Gambar 5. Dokumentasi wawancara kepada driver
Pemuatan kayu ialah kegiatan pemindahan kayu dari areal tebangan
hingga pada tahap akhir yang biasa disebut dengan Tempat Penimbunan Kayu
(TPK) atau pabrik dan ke konsumen langsung. Adapun hasil identifikasi
kecelakaan kerja pada kegiatan pemuatan kayu dapat dilihat pada Tabel 8.

Universitas Sumatera Utara


23

Tabel 8. Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan Pemuatan kayu


Kegiatan Faktor kecelakaan kerja
Muat Lingkungan Kerja :
a. Kondisi jalan angkutan rusak
b. Polusi udara pada asap truck
c. Suhu iklim kerja melebihi NAB ≥ 31℃/hari
d. Suhu iklim dingin mencapai 18℃
Peralatan :
a. Tali tambang yang rapuh
b. Pasak besi tidak tertancap dengan kuat
c. Tidak berfungsinya rem

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa saat kegiatan pemuatan kayu, terdapat
beberapa potensi kecelakaan kerja yang berdasarkan 2 aspek yaitu kondisi
lingkungan kerja dan peralatan. Kondisi jalan angkutan yang tidak beraspal dan
terpapar oleh polusi udara pada asap truck dan apabila suhu iklim kerja bisa saja
dapat terjadi suhu iklim melebihi NAB 31℃/hari dan suhu iklim dingin juga
terkadang dapat mencapai 18℃/hari, akan tetapi pada keadaan cuaca atau suhu
tersebut tidak setiap hari seperti itu. Faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja
yaitu faktor kelelahan fisiologis dan psikologis. Selanjutnya adalah kondisi
peralatan, yakni tali tambang yang rapuh, pasak besi tidak tertancap dengan kuat
dan tidak berfungsinya rem. Lingkungan kerja fisik berasal dari lingkungan
pekerjaan seperti halnya bangunan tempat kerja, mesin dan peralatannya, sarana
dan prasarana operasi. Kondisi bahaya dapat dilihat dari keadaan mesin atau
peralatan, lingkungan, sifat pekerjaan yang tidak aman yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja. Lingkungan kerja fisik merupakan keadaan fisik pada
perusahaan sekitaran areal kerja contohnya temperatur, sirkulasi udara,
kelembaban, keamanan, kebersihan, penerangan, kebisingan, getaran mekanis.
Lingkungan kerja fisik harus menciptakan rasa aman nyaman dan tentram agar
dapat memaksimalkan hasil kerja yang bagus dan baik.
Menebang pohon kegiatan yang sulit dan berbahaya memerlukan peralatan
yang memadai, pelatihan serta pengalaman yang baik. Apabila penebang tidak
berhati-hati dalam bekerja maka akan mengakibatkan kecelakaan kerja. Adapun
hasil dari distribusi responden jenis kecelakaan kerja yang pernah dialami pekerja
penebangan kayu dapat dilihat pada Tabel 9.

Universitas Sumatera Utara


24

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan jenis kecelakaan kerja yang pernah


dialami pekerja penebangan kayu.
No Jenis Kecelakaan Yang dialami responden (orang) Persentase (%)
1. Tertimpa ranting pohon yang 4 33,33
kering atau mati
2. Terjatuh dari pijakan 5 41,67
3. Terkena serpihan kayu saat 5 41,67
dipotong
4. Tertusuk tunggak 4 33,33
5. Terjatuh saat membawa Chainshaw 5 41,67
6. Terkena tanaman beracun 6 50
7. Tertusuk ranting dan dahan yang 5 41,67
berserakan
8. Terkena rantai Chainshaw 2 16,67
9. Tergelincir 3 25
10. Terjatuh saat berjalan membawa 3 25
Chainshaw dengan rantai yang
sudah terpasang dilahan curam
11. Operator Chainshaw tidak 6 50
menggunakan sarung tangan saat
mengikir
n = 12
Tabel 9 menunjukan bahwa terdapat 11 jenis kecelakaan kerja yang pernah
dialami pekerja penebangan yaitu 4 orang (33,33%) yang pernah mengalami
tertimpa ranting pohon yang kering atau mati yang dapat menyebabkan anggota
tubuh terluka, ada 5 orang (41,67%) yang pernah mengalami terjatuh dari pijakan
saat bekerja dapat menyebabkan anggota tubuh terluka, ada 5 orang (41,67%)
yang pernah mengalami terkena serpihan kayu saat dipotong saat bekerja yang
menyebabkan mata terluka operator juga tidak menggunakan alat pelindung diri
yang baik maka risiko tersebut dapat saja terjadi, ada 4 orang (33,33 %) yang
pernah mengalami tertusuk tunggak saat bekerja yang mengakibatkan luka
tersayat atau luka ringan pada anggota tubuh, ada 5 orang (41,67%) yang pernah
mengalami terjatuh saat membawa chainsaw pada saat bekerja dikarenakan
bebannya berat saat memikul mesin chainsaw dengan kondisi lahan yang
cenderung tidak merata, ada 6 orang (50%) terkena tanaman beracun yang dapat
menyebabkan gatal-gatal pada bagian tubuh yang terkena tanaman beracun
tersebut, ada 5 orang (41,67%) yang pernah mengalami tertusuk ranting dan dahan
berserakan pada saat bekerja yang mengakibatkan kaki terluka pada bagian

Universitas Sumatera Utara


25

telapak kaki atau bagian anggota tubuh lainnya, ada 2 orang (16,67%) terkena
chainsaw pada saat bekerja risiko yang dialami adalah luka berat pekerja kurang
berhati-hati saat bekerja.
Terdapat 3 orang (25%) yang pernah mengalami tergelincir pada saat
bekerja disebabkan oleh kondisi jalan yang licin dengan risiko yang dialami ialah
bagian tubuh mengalami luka ringan , ada 3 orang (25%) yang pernah mengalami
terjatuh saat berjalan membawa chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang
dilahan curam disebabkan oleh kondisi areal penebangan yang cenderung tidak
merata maka dapat mengakibatkan pekerja terjatuh dan terluka, ada 6 orang (50%)
operator chainsaw tidak menggunakan sarung tangan saat mengikir dengan alasan
pekerja merasa terganggu dan merasa sulit saat mengikir risiko yang dialami oleh
penebang yaitu pada bagian tangan terluka. Kegiatan dalam melakukan
penebangan kayu yang telah dilakukan jika tidak mengikuti aturan dan hati-hati
bisa menyebabkan kecelakaan kerja.

Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Kegiatan Pemanenan Kayu


Kegiatan pemanenan kayu pengoperasian alat dan keahlian pekerja sangat
di perhatikan. Hal ini di karenakan sering terjadinya kecelakaan kerja pada saat
melakukan pekerjaan di lapangan yang dapat menyebabkan cidera tergantung dari
tingkat keparahannya, kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian. Berikut dapat dilihat beberapa kegiatan yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan kerja pada (Tabel 10).
Tabel 10. Kegiatan yang menyebabkan kecelakaan kerja.

Komponen Bahaya Risiko Risk Matrix Tingkat Potensi Penyebab Tindakan


Risiko
Likelihood Severity
Menebang Tertimpa Anggota 3 2 6 Pekerja Rendahnya Membuat
pohon ranting tubuh tidak kesadaran visual
pohon terluka mengguna dan display
yang kan APD pengetahuan untuk
kering atau lengkap akan menginga
mati keselamatan tkan agar
kerja selalu
mengguna
kan APD
Terjatuh Badan 3 2 6 Kurang Kurang Membuat
dari terluka berhati- disiplinnya prosedur

Universitas Sumatera Utara


26

pijakan hati dan sikap kerja yang


Pekerja pekerja baik
tidak dalam
mengguna mengikuti
kan APD SOP yang
lengkap ada
Terkena Iritasi 3 3 9 Pekerja Kurang Melakuka
serpihan mata tidak disiplinnya n
kayu saat ringan mengguna sikap pelatihan
dipotong kan APD pekerja K3
lengkap dalam kepada
mengikuti para
SOP yang pekerja
ada
Tertusuk Kaki 3 2 6 Pekerja Rendahnya Membuat
tunggak terluka tidak kesadaran visual
mengguna dan display
kan APD pengetahuan untuk
lengkap akan menginga
keselamatan tkan agar
kerja selalu
mengguna
kan APD
Suara Tuli / 4 3 12 Pekerja Rendahnya Membuat
Chainshaw Berdeng tidak kesadaran lembar
ung mengguna dan kontrol
kan APD pengetahuan pelanggar
lengkap akan an
keselamatan pengguna
kerja an APD
Terpapar Head 4 3 12 Pekerja Kurang Membuat
sinar stroke tidak disiplinnya visual
matahari mengguna sikap display
kan APD pekerja untuk
lengkap dalam menginga
mengikuti tkan agar
SOP yang selalu
ada mengguna
kan APD
Beban Low 3 2 6 Pekerja Rendahnya Melakuka
berat saat back bertindak kesadaran n
membawa pain tidak aman dan pelatihan
Chainshaw pengetahuan K3
akan kepada
keselamatan para
kerja pekerja
Tanaman Gatal- 4 2 8 Pekerja Kurang Membuat
beracun gatal kurang disiplinnya visual
berhati- sikap display
hati pekerja untuk
dalam menginga
mengikuti tkan agar
SOP yang selalu
mengguna

Universitas Sumatera Utara


27

ada kan APD


Tertusuk Luka 3 2 6 Pekerja Kurang Membuat
ranting dan tersayat, tidak disiplinnya SOP dan
dahan yang luka mengguna sikap worksheet
berserakan ringan kan APD pekerja pengguna
lengkap dalam an APD
mengikuti diarea
SOP yang kerja
ada
Terkena Luka 2 4 8 Pekerja Rendahnya Membuat
rantai berat tidak kesadaran lembar
Chainshaw mengguna dan kontrol
kan APD pengetahuan pelanggar
lengkap akan an
keselamatan pengguna
kerja an APD
Tergelincir Luka 3 2 6 Pekerja Rendahnya Membuat
tergores kurang kesadaran SOP dan
berhati- dan worksheet
hati pengetahuan pengguna
akan an APD
keselamatan diarea
kerja kerja
Berjalan Terjatuh 3 3 9 Ceroboh Rendahnya Membuat
membawa dan kesadaran SOP
Chainshaw pekerja dan Safety
dengan tidak pengetahuan Talk dan
rantai yang mengguna akan diadakann
sudah kan APD keselamatan ya Safety
terpasang yang kerja Talk
dilahan lengkap setiap 1
curam minggu
sekali
Operator Tangan 4 2 8 Pekerja Kurang Membuat
Chainshaw tergores bertindak disiplinnya visual
tidak tidak aman sikap display
mengguna dan tidak pekerja untuk
kan sarung mengguna dalam menginga
tangan saat kan APD mengikuti tkan agar
mengikir SOP yang selalu
ada mengguna
kan APD
Penyaradan Exavator Luka 2 5 10 Kondisi Rendahnya Melakuka
terbalik Berat medan kesadaran n
licin dan dan pengeceka
pemelihara pengetahuan n rutin
an mesin akan terhadap
yang keselamatan alat yang
kurang kerja digunakan
baik
Exavator Luka 2 4 8 Pekerja Rendahnya Membuat
tertimpa Berat bertindak kesadaran SOP
dan Safety

Universitas Sumatera Utara


28

kayu tidak aman pengetahuan Talk dan


akan diadakann
keselamatan ya Safety
kerja Talk
setiap 1
minggu
sekali
Muat Mobil Luka 2 5 10 Pekerja Kurang Membuat
terbalik Berat bertindak disiplinnya prosedur
tidak aman sikap kerja yang
dan kurang pekerja baik
berhati- dalam
hati mengikuti
SOP yang
ada
Tidak Luka 2 4 8 Pemelihara Kurangnya Melakuka
berfungsin Berat an mesin perawatan n
ya rem kurang mesin pengontro
baik lan secara
rutin
(checklist
disertai
dengan
SOP) agar
kondisi
mesin
selalu
dalam
keadaan
optimal

Terdapat 17 macam bahaya dan risiko pada kecelakaan kerja yaitu


tertimpa ranting pohon yang kering atau mati, terjatuh dari pijakan, terkena
serpihan kayu saat dipotong, tertusuk tunggak, suara chainshaw, terpapar sinar
matahari, beban berat saat membawa chainshaw, tanaman beracun, tertusuk
ranting dan dahan yang berserakan, Terkena rantai chainshaw, Tergelincir,
berjalan membawa chainshaw dengan rantai yang sudah terpasang dilahan curam,
operator chainshaw tidak menggunakan sarung tangan saat mengikir, excavator
terbalik, excavator tertimpa kayu, mobil terbalik, tidak berfungsinya rem.
Komponen menebang pohon didapatkan nilai tertinggi pada bahaya suara
chainsaw dan terpapar sinar matahari diberikan skor 4 (empat) dengan kriteria
likely (kejadian sering terjadi atau hampir pasti terjadi), diberikan skor 3 (tiga)
dengan kriteria moderate (penanganan medis, kerugian finansial dan material
cukup besar). Hasil perkalian antara likelihood dan severity menggunakan risk
matrix didapatkan hasil 12 (dua belas) termasuk kategori risiko sedang. Terdapat

Universitas Sumatera Utara


29

6 bahaya dalam menebang pohon dengan nilai terendah tertimpa ranting pohon
yang kering atau mati, terjatuh dari pijakan, tertusuk tunggak, beban berat saat
membawa chainsaw, tertusuk ranting dan dahan yang berserakan, tergelincir dan
diberikan skor 3 (tiga) dengan kriteria moderate (kejadian mungkin terjadi pada
beberapa kondisi tertentu), diberikan skor 2 (dua) kriteria minor (P3K, kerugian
finansial dan material sedang). Hasil perkalian antara likelihood dan severity
menggunakan risk matrix didapatkan hasil 6 (enam) termasuk kategori risiko
rendah.
Komponen penyaradan dengan nilai tertinggi pada bahaya excavator
terbalik dengan risiko luka berat diberikan skor 2 (dua) dengan kriteria unlikely
(kejadian mungkin terjadi pada kondisi tertentu tapi kecil kemungkinan),
diberikan skor 5 (lima) dengan kriteria catastrophic (kematian, kerugian material
sangat besar). Hasil perkalian antara likelihood dan severity menggunakan risk
matrix didapatkan hasil 10 (sepuluh) termasuk kategori risiko sedang. Nilai
terendah pada bahaya excavator tertimpa kayu dengan risiko luka berat diberikan
skor 2 (dua) dengan kriteria unlikely (kejadian mungkin terjadi pada kondisi
tertentu tapi kecil kemungkinan), diberikan skor 4 (empat) dengan kriteria major
(cacat atau hilangnya fungsi anggota tubuh total, kerugian material besar). Hasil
perkalian antara likelihood dan severity menggunakan risk matrix didapatkan hasil
8 (delapan) termasuk kategori risiko sedang. Penyebab dari kecelakaan kerja
adalah rendahnya kesadaran dan pengetahuan akan keselamatan kerja dan
tindakan yang dilakukan membuat SOP safety talk dan diadakannya setiap
seminggu sekali.
Dalam komponen muat didapatkan nilai tertinggi pada bahaya mobil
terbalik dengan risiko luka berat diberikan skor 2 (dua) dengan kriteria unlikely
(kejadian mungkin terjadi pada kondisi tertentu tapi kecil kemungkinan),
diberikan skor 5 (lima) dengan kriteria catastrophic (kematian, kerugian material
sangat besar). Hasil perkalian antara likelihood dan severity menggunakan risk
matrix didapatkan hasil 10 (sepuluh) termasuk kategori risiko sedang. Penyebab
dari kecelakaan kerja adalah kurang disiplinnya sikap pekerja dalam mengikuti
SOP yang ada dan tindakan yang dilakukan membuat prosedur kerja yang baik.
Nilai terendah pada bahaya tidak berfungsinya rem dengan risiko luka berat

Universitas Sumatera Utara


30

diberikan skor 2 (dua) dengan kriteria unlikely (kejadian mungkin terjadi pada
kondisi tertentu tapi kecil kemungkinan), diberikan skor 4 (empat) dengan kriteria
major (cacat atau hilangnya fungsi anggota tubuh total, kerugian material besar).
Hasil perkalian antara likelihood dan severity menggunakan risk matrix
didapatkan hasil 8 (delapan) termasuk kategori risiko sedang.
Tingkat risiko kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan kayu pada Tabel
10 jika dibandingkan dengan penelitian lainnya, berdasarkan hasil penelitian
Pradipta (2016) bahwasanya pada bahaya tertimpa ranting pohon yang kering atau
mati dengan tingkat risiko 20 namun pada penelitian saya memiliki tingkat risiko
6 sehingga memiliki tingkat risiko lebih rendah 70% dari pada tingkat risiko yang
dialami oleh peneliti tersebut. Hal ini disebabkan oleh pada penelitian tersebut
pemanenan kayu nya yaitu kayu jati maka diameter kayu jati lebih besar
diabanding dengan kayu eucalyptus sehingga dapat mempengaruhi tingkat
kecelakaan kerja ranting pohon kayu jati lebih besar dibanding kayu eucalyptus
maka hal tersebut dapat menyebabkan tingkat risiko kecelakaan kerja pada
penelitiannya lebih besar dari pada penelitian yang saya lakukan.

Index Gejala Kelelahan Kumulatif (CFSI) Pada Pekerja Pemanenan Kayu


Berikut hasil index gejala kelelahan akumulatif (CFSI) pada tingkat keluhan
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Index Gejala Kelelahan Akumulatif (CFSI) pada tingkat keluhan
Gejala Kelelahan Nilai “r” untuk setiap jenis
pekerjaan
Dimensi Subdimensi Gejala A B C D

Kelelahan Kelelahan Saya sering merasa pusing 100% 45% 33% 44%
Fisik Umum
Saya merasa sakit punggung 100% 100% 100% 44%
Saya sering merasakan sakit 33% 36% 58% -
disetiap sendi
Mata saya lelah 33% 45% 42% 44%
Saya memiliki bahu yang - 18% 33% -
kaku
Saya tidak bisa tidur nyenyak 33% - - 56%
dan punya banyak mimpi
Akhir-akhir ini kaki saya 100% 54% 58% 44%
terasa lelah
Kelelahan Akhir-akhir ini saya merasa 100% 18% 17% 44%
Kronis sangat mengantuk
Saya sering masih merasa 33% - 50% -

Universitas Sumatera Utara


31

lelah bahkan ketika saya


bangun di pagi hari
Akhir-akhir ini seluruh tubuh - 18% 25% -
saya terasa lesu
Saya merasa tidak enak badan - 45% 50% -
ketika bangun dipagi hari
Gangguan Akhir-akhir ini nafsu makan - 27% 25% 11%
Fisik saya berkurang
Akhir-akhir kepala saya terasa 67% 27% 42% 44%
berat
Akhir-akhir ini saya tidak bisa 67% 54% 42% 33%
tidur dengan mudah
Saya terlalu mengkhawatir 67% 73% 100% 44%
kesehatan saya
Dimensi Depresi Saya terkadang inginsendirian - 18% 25% -
Kelelahan
Mental
Saya ingin pergi berpesta dan - 36% - 33%
ingin melepaskan masalah
saya
Perasaan Akhir-akhir ini saya suka 33% 45% 25% 56%
Cemas melamun
Berlebihan
Entah bagaimana saya merasa 67% - 33% 44%
gelisah
Saya kesulitan berkonsentrasi - 18% 42% 44%
Saya khawatir tentang hal-hal 33% - 17% -
sepele
Saya tidak bisa berhenti 33% - - -
memikirkan
pekerjaan saya bahkan setelah
saya kembali kerumah
Dimensi Mudah Saya terkadang marah karena 33% 36% 42% 56%
Kelelahan Tersinggung hal sepele
Sosial
Saya mudah berteriak dan 33% 27% 17% 22%
berbicara dengan nada suara
yang marah
Saya tidak bisa menahan 67% 27% 33% 22%
amarah
Suara berisik atau suara 67% 36% 42% -
seseorang mengganggu saya
Catatan : Huruf “r” mewakili tingkat keluhan pada setiap pertanyaan (gejala) yang
mempersentasikan persen responden yang mengalami gejala kelelahan dimaksud. (A) Mandor, (B)
Penyarad, (C) Penebang dan (D) Driver.

Pada Tabel 11 gejala kelelahan memiliki dimensi yang dibagi menjadi 3


dimensi yaitu dimensi kelelahan fisik, dimensi kelelahan mental dan dimensi
kelelahan sosial, dimana ke 3 dimensi tersebut dapat terbagi beberapa subdimensi
yaitu dimensi kelelahan umum dari hasil yang didapat yaitu pada mandor dengan

Universitas Sumatera Utara


32

r = 100% gejala yang dialami merasa pusing, sakit punggung dan kaki tersasa
lelah. Subdimensi kelelahan umum yang banyak dialami pada penyarad dan
penebang r = 100% dengan gejala sakit punggung.
Kelelahan kronis yang banyak dialami pada mandor r = 100% gejala
kelelahan yang dialami merasa sangat mengantuk. Pada penyarad r = 45% gejala
kelelahan yang dialami yaitu merasa tidak enak badan ketika bangun dipagi hari.
Penebang r = 50% dengan gejala kelelahan yang dialami yaitu sering merasa lelah
ketika bangun dipagi hari dan merasa tidak enak badan ketika bangun dipagi hari.
Pada driver hanya mengalami satu keluhan saja yaitu merasa sangat mengantuk
r = 44%.
Gangguan fisik pada mandor tidak ada yang dominan tinggi akan tetapi
memiliki nilai keluhan yang sama pada gangguan fisik r = 67% dengan gejala
kelelahan yang dialami adalah kepala terasa berat, tidak bisa tidur dengan mudah
dan khawatir terhadap kesehatan. Pada penyarad r = 73% gejala yang dialami
khawatir terhadap kesehatan sama hal nya dengan penebang r = 100%. Pada
driver r = 44% gejala kelelahan yang banyak dialami adalah kepala terasa berat
dan khawatir terhadap kesehatan.
Subdimensi depresi yang banyak dialami pada penyarad dengan r = 36%
dengan gejala yang dialami adalah ingin pergi berpesta dan ingin melepaskan
masalah. Pada penebang r = 25% gejala yang dialami terkadang ingin merasa
sendirian. operator driver dengan r = 33% dengan gejala yang dialami adalah
ingin pergi berpesta dan ingin melepaskan masalah.
Subdimensi perasaan cemas berlebihan yang banyak dialami pada mandor
r = 67% gejala yang dialami adalah gelisah. Pada penyarad dengan r = 45%
dengan gejala yang dialami adalah suka melamun. pada penebang dengan r = 42%
gejala yang dialami adalah sulit berkonsentrasi. pada operator driver dengan r =
56% dengan gejala yang dialami adalah suka melamun.
Subdimensi mudah tersinggung yang banyak dialami pada mandor dengan r =
67% dengan gejala yang dialami adalah tidak bisa menahan amarah dan sensitif
dengan suara berisik. Pada penyarad dengan r = 36% dengan gejala yang dialami
mudah marah karena hal yang tidak begitu penting dan sensitif dengan suara
berisik. pada penebang dengan r = 42% dengan gejala yang dialami adalah mudah

Universitas Sumatera Utara


33

marah karena hal yang tidak begitu penting. pada operator driver dengan r = 56%
dengan gejala yang dialami mudah marah karena hal yang tidak begitu penting.
Mandor teridentifikasi lebih lelah baik dari segi dimensi kelelahan fisik,
kelelahan mental maupun kelelahan sosial. Dapat dinilai bahwa mandor memiliki
tanggung jawab yang besar dari pada pekerja lainnya. Dari segi kelelahan mental
mandor memiliki beban kerja yang berat karena besarnya tekanan untuk mengejar
target dari perusahaan tersebut. Kegiatan yang dilakukan mandor adalah salah
satunya mengawasi para pekerja dilapangan, bertanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang berkaitan yang ada dilapangan. Berusaha secara maksimal untuk
mencapai target dengan tepat waktu, dimana perusahaan harus memenuhi target
dalam pencapaian kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pabrik. Agar
kegiatan pemanenan kayu berjalan dengan baik maka dibutuhkan sistem
pengendalian yang baik. Oleh karena itu didalam dunia usaha masalah pencapaian
target merupakan hal terpenting dan perlu diperhatikan. Maka dengan adanya
pengawasan kerja yang baik pada mandor kepada bawahannya maka tingkat
kinerja produktivitas pemanenan kayu tersebut semakin meningkat.
Kelelahan sosial yang dialami mandor adanya tekanan pekerjaan dengan
atasan dan bawahan, dimana mandor memiliki posisi dipertengahan dalam
pekerjaannya. Adanya konflik dengan sesama antar rekan kerja atau anak buah,
dalam hal ini biasanya dapat terjadi antara mandor dengan para pekerja yang tidak
sejalan yang mengakibatkan konflik dengan rekan kerja. Seperti halnya setiap
pekerja memiliki kemampuan dan keuletan pekerja yang berbeda-beda akan tetapi
mandor menegaskan pekerja untuk lebih giat dalam pekerjaan yang sudah
ditugaskan masing-masing oleh para pekerja agar dapat mencapai target yang
akan dicapai. Selain kelelahan mental dan sosial mandor juga memiliki kelelahan
fisik kerja. Tugas mandor mengawasi dan bertanggung jawab dengan semua hal
yang ada dilapangan mandor juga sering membantu pekerja dilapangan misalnya
pekerja memiliki kendala maka mandor juga harus saling bekerja sama dan ikut
serta membantu demi kelancaran tugas untuk mencapai tujuan. Selain itu mandor
juga bertanggung jawab dan harus membuat laporan segala perkembangan yang
ada dilapangan dan diserahkan kepada atasannya seperti megikuti rapat kerja
dengan atasan ≥ 8 jam dalam bekerja, sehingga fisiknya juga lelah.

Universitas Sumatera Utara


34

Gejala Kelelahan Kumulatif Berdasarkan Dimensi Fisik, Mental dan Sosial


Gejala kelelahan kumulatif pada tingkatan subdimensi untuk setiap jenis
pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 6.

Kelelahan
Umum
40%
30%
Mudah Kelelahan
Tersinggung 20% Kronis Mandor
10%
Operator Excavator
0%
Operator Chainsaw
Perasaan Driver
Cemas Gangguan fisik
Berlebihan

Depresi

Gambar 6. Gejala kelelahan kumulatif pada tingkatan subdimensi untuk setiap


jenis pekerjaan
Gambar 6 memperlihatkan bahwa dimensi kelelahan fisik yang banyak
dialami oleh responden. Hal ini sejalan dengan yang di utarakan Yovi (2007)
bahwasanya pekerjaan kehutanan merupakan bisnis yang berbahaya. Pekerjaan
yang dihadapi memiliki berbagai kendala, seperti lingkungan kerja yang sulit,
tenaga fisik yang berat seringkali melebihi batas kapasitas kerja pekerja
kehutanan, dan resiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Gejala kelelahan yang dialami pada mandor yaitu dimensi kelelahan fisik,
dimensi kelelahan mental dan dimensi kelelahan sosial. Dimensi kelelahan fisik
terutama pada subdimensi kelelahan umum, kelelahan kronis dan gangguan fisik.
Gejala kelelahan umum pada mandor R = 40% dengan gejala sering merasa
pusing, sakit punggung, sakit disetiap sendi, mata lelah, tidak bisa tidur nyenyak
dan punya banyak mimpi dan kaki terasa lelah. Kelelahan kronis R = 17% dengan
gejala merasa mengantuk, merasa lelah ketika bangun di pagi hari. Gangguan fisik
R = 29% gejala yang dialami kepala terasa berat, tidak bisa tidur dengan mudah,
terlalu mengkhawatirkan kesehatan. Adapun dimensi kelelahan mental terutama
subdimensi pada perasaan cemas berlebihan R = 21% dengan gejala suka

Universitas Sumatera Utara


35

melamun, gelisah, khawatir tentang hal-hal yang tidak begitu penting, tidak bisa
berhenti memikirkan pekerjaan bahkan hingga kembali ke rumah. Dimensi
kelelahan sosial terlihat pada subdimensi mudah tersinggung R = 29% dengan
gejala mudah marah karena hal yang tidak begitu penting, berbicara dengan nada
suara yang marah, tidak bisa menahan amarah dan sensitif dengan suara berisik.
Penyarad gejala kelelahan yang dialami yaitu kelelahan umum, kelelahan
kronis dan gangguan fisik pada dimensi kelelahan fisik. Gejala kelelahan umum
pada penyarad R = 30% gejala yang dialami merasa pusing, sakit punggung, sakit
disetiap sendi, mata lelah, bahu terasa kaku, kaki terasa lelah. Kelelahan kronis R
= 10% dengan gejala merasa mengantuk, tubuh terasa lesu dan tidak enak badan
ketika bangun di pagi hari. Gangguan fisik R = 26% dengan gejala kurang nafsu
makan, kepala terasa berat, tidak bisa tidur dengan mudah dan terlalu
mengkhawatirkan kesehatan. Dimensi kelelahan mental terlihat pada subdimensi
depresi R = 6% gejala yang dialami yaitu ingin sendirian atau menyendiri, ingin
pergi berpesta untuk melepaskan masalah. Perasaan cemas berlebihan R = 8%
dengan gejala suka melamun dan sulit berkonsentrasi. Pada dimensi kelelahan
sosial dengan subdimensi mudah tersinggung R = 18% gejala yang dialami yaitu
mudah marah karena hal yang tidak begitu penting, berbicara dengan nada suara
yang marah, tidak bisa menahan amarah dan sensitif dengan suara berisik.
Penebang gejala kelelahan yang dialami pada dimensi kelelahan fisik
terutama subdimensi kelelahan umum R = 33% gejala yang dialami yaitu merasa
pusing, sakit punggung, sakit disetiap sendi, mata lelah, bahu kaku dan kaki terasa
lelah. Kelelahan kronis R = 18% dengan gejala merasa sangat mengantuk, merasa
lelah bahkan ketika bangun di pagi hari, seluruh tubuh terasa lesu, merasa tidak
enak badan ketika bangun di pagi hari. Pada gangguan fisik R = 30% gejala yang
dialami yaitu nafsu makan berkurang, kepala terasa berat, tidak bisa tidur dengan
mudah dan terlalu mengkhawatirkan kesehetan. Dimensi kelelahan mental pada
subdimensi depresi R = 3% gejala yang dialami ingin sendirian atau menyendiri.
Subdimensi perasaan cemas berlebihan pekerja penebang R = 15% gejala yang
dialami yaitu suka melamun, gelisah, sulit berkonsentrasi, khawatir tentang hal-
hal yang tidak begitu penting. Dimensi kelelahan sosial terutama pada subdimensi
mudah tersinggung R = 19% gejala yang dialami yaitu marah karena hal yang

Universitas Sumatera Utara


36

tidak begitu penting, berbicara dengan nada suara yang marah, tidak bisa menahan
amarah dan sensitif dengan suara berisik.
Gejala kelelahan yang dialami pada driver yaitu dimensi kelelahan fisik,
dimensi kelelahan mental dan dimensi kelelahan sosial. Dimensi kelelahan fisik
terutama pada subdimensi kelelahan umum, kelelahan kronis dan gangguan fisik.
Gejala kelelahan umum pada pekerja driver R = 23% gejala yang dialami sering
merasa pusing, sakit punggung, mata lelah, tidak bisa tidur nyenyak dan punya
banyak mimpi, kaki terasa lelah. Pada kelelahan kronis R = 6% ditemukan satu
keluhan yaitu gejala yang dialami adalah merasa sangat mengantuk. Subdimensi
pada gangguan fisik R = 19% gejala yang dialami nafsu makan berkurang, kepala
terasa berat, tidak bisa tidur dengan mudah dan terlalu mengkhawatirkan
kesehatan. Pada dimensi kelelahan mental terindikasi pada subdimensi depresi
R = 4% ingin pergi berpesta dan ingin melepaskan masalah yang ada. Pada
subdimensi perasaan cemas R = 10% berlebihan gejala yang dialami suka
melamun, gelisah dan sulit berkonsentrasi. Dimensi kelelahan sosial terutama
subdimensi mudah tersinggung R = 14% gejala yang dialami marah karena hal
yang tidak begitu penting, berbicara dengan nada suara yang marah dan tidak bisa
menahan amarah.
Pada kegiatan pemanenan kayu terdapat 2 cara yaitu secara mekanis dan
manual. Kegiatan pemanenan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan
excavator. Secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Pada HTI PT.
Toba Pulp Lestari, Sektor Habinsaran kegiatan pemanenan kayu dilakukan dengan
secara mekanis dengan menggunakan excavator. Hasil pengamatan dilapangan
bahwa pekerja manual lebih besar resiko nya dibandingkan secara mekanis.
Karena gejala tingkat kelelahan itu sendiri dapat dinilai bahwa lebih besar tingkat
keluhan pada kegiatan pemanenan secara manual dibandingkan dengan secara
mekanis. Maka hal ini mengindikasikan bahwasanya lingkungan kerja di PT.
Toba Pulp Lestari, Sektor Habinsaran relatif baik.

Universitas Sumatera Utara


37

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Berdasarkan identifikasi bahaya yang dilakukan pada kegiatan pemanenan kayu
di areal PT Toba Pulp Lestari,Tbk, Sektor Habinsaran terdiri dari 3 komponen
yaitu menebang pohon dengan kategori 7 risiko sedang dan 6 risiko rendah,
penyaradan 1 risiko sedang dan 1 risiko rendah, muat 1 risiko sedang dan 1 risiko
rendah.
2. Pekerja pemanenan kayu di areal PT Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Habinsaran
memiliki indeks kumulatif gejala kelelahan nilai tertinggi yaitu kelelahan umum
(pada mandor 40%, penyarad 30%, penebang 33%, dan driver 23%). Gejala
kelelahan terendah pada indeks kelelahan kumulatif yaitu kelelahan kronis (pada
mandor 17%, gejala depresi oleh penyarad 6%, penebang 3%, driver 4%).

Saran
1. Sebelum kegiatan dimulai sebaiknya para pekerja diberi arahan dan bimbingan
agar dapat meminimalisir risiko terjadinya kecelakaan kerja pada saat kegiatan
berlangsung.
2.Penelitian berikutnya diharapkan agar dapat mengidentifikasi potensi
kecelakaan kerja pada kondisi hutan yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara


38

DAFTAR PUSTAKA

Australian/New Zealand Standard AS/NZS 4360:1999. Risk Assesment.


Standards Association of Australia.

Budihardjo PH, Victor PKL, Lucky OHD. 2017. Pengaruh Keselamatan Kerja,
Kesehatan Kerja, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan
Pada Pt. Air Manado. Jurnal EMBA. Vol 5 (3) : 4145-4154.
Elphiana EG, Yuliansyah MD, Zen MK. 2017. Pengaruh Keselamatan Kesehatan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih.
Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan. Vol 14(2). 103-118.
Faqih S, Gusti H, Emi R. 2018. Analisa Biaya Pemanenan Tanaman Mangium
(Acacia Mangium) Di Pt Bina Silva Nusa Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari. Vol 6(4) : 804-813.
Idris MM, Soenarno. 2015. Unjuk Kerja Teknik Penyaradan Kayu Dengan
Metode Tree Length Logging Pada Hutan Alam Lahan Kering
(Performance Of Timber Skidding Using Tree Length Logging Method In
Dryland Natural Forest). Vol 33(2) : 153-166.
Indrasari M. 2017. Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan. Indomedia Pustaka.
Yogyakarta.

Ismara KI, Slamet, Putut H, MS, Nurhening Y, Sugiyono, Badraningsih L, Enny


ZK, Riswan DJ, Amir F, Bekti W, Nur H, Indah W. 2014. Buku Ajar
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 1-131.
Juliana M, Anita C, Anita R. 2018. Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja Pada
Karyawan Bagian Produksi Pt. Arwana Anugrah Keramik, Tbk. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat.Vol 9(1):53-63.
Kosugo R, Fujii H, Hirata A. 1992. Subjective assessment of workload. Revision
of the Cumulative Fatigue Symptoms Index. Journal Science of Labour
68:489–502.
Kurnia DS. 2013. Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Pada Pemanenan Hutan
Jati Di Cianjur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusgiyanto M, Suroto, Ekawati. 2017. Analisis Hubungan Beban Kerja Fisik,
Masa Kerja, Usia, Dan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja
Pada Pekerja Bagian Pembuatan Kulit Lumpia Di Kelurahan Kranggan
Kecamatan Semarang Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat,Vol 5(5):
2356-3346.
Ningsih SNP, Neffrety N. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan
Pada Pekerja Dipo Lokomotif PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Journal
of Industrial Hygiene and Occupational Health.Vol 3(1) : 69-82.

Universitas Sumatera Utara


39

Pradipta RA. 2016. Risk Assessment Pada Pekerjaan Menebang Kayu Di Hutan
Produksi (Studi Kasus Pada Pengoperasian Chainsaw Perum Perhutani
Kph Madiun). The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,
Vol. 5(2) : 153–162.
Rahmawanti NP, Bambang W, Arik P. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol 8 (2) : 1-9.
Riyadina W. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Di Alami Oleh Pekerja
Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Jurnal Makara,
Kesehatan. Vol 11(1) : 25-31.
Sugarda A, Indri S, Anda IJ. 2014. Analisa Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Terhadap Allowance Proses Kerja Pemotongan Kayu (Studi
Kasus : Pt. Pal Indonesia). Jurnal TI Undip. Vol 9(3) : 139-146.
Suhartana S, Yuniawarti. 2011. Tingkat Pemahaman Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Pada Kegiatan Pemanenan Kayu Jati Di Kph Cianjur. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. Vol 29 (1) : 46-56.
Suhartana S, Yuniawarti. 2016. Produktivitas Dan Biaya Pemanenan Kayu Di
Hutan Tanaman Rawa Gambut. Jurnal Hutan Tropis. Vol 4(3): 273-281.
Susetyo RI, Ika ZR. 2016. Persepsi Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Dan Stres Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi Pt X Di Bekasi. Jurnal
Empati. Vol 5(1) : 55-59.
Ukkas I. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Industri Kecilkota Palopo. Journal of Islamic Education Management.Vol
2(2);187-198.
Utami P, Ida W, Ekawati. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja
Dan Pengendalian Stres Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Cargo Pt.
Angkasa Pura Logistik Bandar Udara Internasional Ahmad Yani
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 5(5) : 311-317.
Verawati L. 2016. Hubungan Tingkat Kelelahan Subjektif Dengan Produktivitas
Pada Tenaga Kerja Bagian Pengemasan Di CV Sumber Barokah. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Vol 5(1). 51-60.
Yovi EY. 2007. as physical load indicator unit in forest work operation. Jurnal
Manajemen Hutan Tropika 13(3):140-145.
Yoshimura T, Acar HH. 2004. Occupational safety and health conditions of
forestry workers in Turkey. Journal of Forest Research 9:225–232. DOI:
10.1007/s10310- 004-0078-y.

Yuniawarti, Sona S. 2014. Potensi Karbon Pada Limbah Pemanenan Kayu Acacia
Crassicarpa (Carbon Potential Of Waste Timber Harvesting Acacia
Crassicarpa). Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol 12 (1) : 21-31.

Universitas Sumatera Utara


40

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian K3 Kegiatan Wawancara Kepada Setiap


Pekerja Pemanenan Kayu

(a). Mandor Harversting (b). Penyarad H149 (c). Penyarad C002

(d). Penyarad C002 (e). Penyarad D064 (f). Penyarad D064

(g). Penyarad D064 (h). Driver (i). Driver

(j). Driver (k). Driver (l). Pamflet K3 TPL Habinsaran

Universitas Sumatera Utara

You might also like