Professional Documents
Culture Documents
Pilar 2 Modul SPAB 2023 1
Pilar 2 Modul SPAB 2023 1
Seluruh modul dan lampiran dapat diunduh dengan memindai barcode atau klik link berikut ini:
https://spab.kemdikbud.go.id/
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang rentan terhadap bencana
yang diperparah dengan perubahan iklim. Lebih dari 15.358 ribu satuan pendidikan pendidikan
terdampak mengalami kerusakan akibat bencana sejak gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004. Lebih
dari 49.997 Satuan pendidikan terdampak bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan walaupun
tidak merusak sarana prasarana tapi mengganggu aktivitas pembelajaran. Terlebih lagi ketika pandemi
COVID-19, seluruh satuan pendidikan di Indonesia terdampak penutupan aktivitas pembelajaran.
Dampak tersebut akan lebih parah jika bencana terjadi pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung, karena reruntuhan bangunan dan benda sekitarnya dapat menimpa peserta didik,
pendidik maupun tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan satuan pendidikan yang
dapat menjamin keamanan dan keselamatan warga satuan pendidikan yang siaga setiap saat
termasuk dari ancaman bencana.
Sejalan dengan semangat untuk melindungi hak-hak anak atas perlindungan, keamanan dan
kelangsungan hidup dan juga hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan
berkesinambungan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bermaksud untuk
menyebarkan pengetahuan mengenai program satuan pendidikan aman bencana (SPAB) dengan
menyusun modul tiga pilar SPAB yang dapat menjadi referensi bagi para kepala sekolah, pendidik dan
tenaga kependidikan. Modul tiga pilar SPAB terdiri dari:
Modul ini merupakan revisi dari modul sekolah aman bencana yang telah disusun pada tahun
2015. Revisi modul ini dibuat untuk menyesuaikan substansi pengaturan program SPAB berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Program Satuan Pendidikan Aman Bencana, Kerangka Kerja SPAB 2022 2030 yang komprehensif
(The Comprehensive School Safety Framework 2022-2030), dan Peraturan Sekretaris Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 6 Tahun 2023 tentang Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana.
Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam kurun waktu 30
tahun terakhir (disarikan dari data informasi bencana Indonesia (DIBI) 1992-2022) terjadi 40.711
kejadian bencana yang didominasi oleh bencana banjir, puting beliung, tanah longsor, kebakaran
hutan dan lahan. Namun bencana yang menyebabkan korban jiwa paling banyak adalah bencana
gempa bumi yang diikuti oleh tsunami (mengakibatkan 132.532 orang meninggal), gempa bumi
(13.235 orang meninggal), banjir dan tanah longsor (8.247 orang meninggal)[1] dengan total kerusakan
pada sektor pendidikan sebanyak 41.666 satuan pendidikan[2]. Belum lagi bencana Pandemic
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang telah menyebabkan 70 juta peserta didik di Indonesia
harus belajar dari rumah (Satgas Covid-19, 2020). Bencana yang terjadi di Indonesia telah berdampak
serius dan mengganggu penyelenggaraan layanan pendidikan. Dampak terburuk dari sebuah bencana
adalah hilangnya nyawa maupun terjadinya cedera parah di sekolah. selain itu, terdapat konsekuensi
lainnya yang dapat secara permanen mempengaruhi masa depan anak-anak, seperti: Sekolah yang
tidak bisa digunakan karena rusak, Sekolah yang tidak bisa digunakan karena digunakan sebagai
hunian sementara atau tempat pengungsian, Sekolah yang sudah tidak dapat diakses, Hilangnya akses
fisik ruang bermain anak yang ramah, Hilangnya peralatan sekolah dan materi pendidikan, Guru tidak
bisa mengajar, Peserta didik diharapkan untuk mencari nafkah, membantu dalam pemulihan maupun
dalam mengasuh adiknya secara purna waktu, Gangguan psikososial pada guru, peserta didik dan
tenaga kependidikan lainnya.
Upaya untuk mengurangi risiko dan dampak bencana di pendidikan telah dimulai sekitar 15
tahun yang lalu oleh multipihak yang bermuara pada program Satuan Pendidikan Aman Bencana
(SPAB). Tujuan inti dari program SPAB adalah untuk memperhatikan kenyamanan, melindungi
keamanan, keselamatan warga satuan pendidikan dari dampak buruk bencana, termasuk memastikan
keberlangsungan layanan pendidikan dalam situasi darurat dan memulihkan kembali fungsi satuan
pendidikan pasca bencana.
Penyelenggaraan Program Satuan pendidikan Aman Bencana telah diatur melalui Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2019 sehingga memiliki
payung hukum yang jelas. Selain itu diperkuat diperkuat dengan Peraturan Sekretaris Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana. Selain regulasi terdapat peta
Hal ini diperlukan untuk menyelaraskan program SPAB dengan rencana induk penanggulangan
bencana 2020 -2044 yang telah ditetapkan Presiden Republik Indonesia sebagai upaya untuk
mencapai ketangguhan masyarakat yang berkelanjutan terhadap bencana. Arah pengembangan dan
capaian target program SPAB selama 5 (lima) tahun kedepan telah disusun dalam peta jalan program
SPAB 2020-2024. Harapannya dengan adanya regulasi yang telah disusun, serta peta jalan SPAB dapat
mengakomodir semua sumber daya yang ada di Indonesia agar semakin banyak satuan pendidikan
yang mampu menerapkan program satuan aman bencana, sehingga warga satuan pendidikan
memahami risiko bencana, terlindungi dari dampak buku bencana, dan terpenuhinya layanan
pendidikan walaupun dalam situasi darurat bencana.
Maksud
Sejalan dengan semangat untuk melindungi hak-hak anak atas perlindungan, keamanan dan
kelangsungan hidup dan juga hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan
berkesinambungan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, RIset dan Teknologi bermaksud untuk
dapat menyebarkan pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana di sekolah melalui guru
maupun fasilitator melalui modul pilar dua manajemen penanggulangan bencana di sekolah dan
kesinambungan pendidikan. Modul ini merupakan salah satu rangkaian modul dari kerangka kerja
satuan pendidikan aman bencana.
Tujuan
Memberi acuan standar bagi guru dan/ atau fasilitator dalam menyebarkan pengetahuan
mengenai manajemen penanggulangan bencana di sekolah dan kesinambungan pendidikan di satuan
pendidikan.
Dasar Hukum
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, amandemen Pasal 28, Pasal 31
serta Pasal 34 Ayat 2.
Comprehensive School Safety Framework (CSSF) 2022-2030, atau di Indonesia lebih dikenal sebagai
Kerangka Kerja Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang komprehensif mendukung pembuat
kebijakan sektor pendidikan, perencanaan, manajemen sekolah, dan mitra mereka untuk mempromosikan
hak-hak anak, pendekatan yang berkelanjutan dan resiliensi di sektor pendidikan. Kerangka kerja ini
memberikan pendekatan komprehensif untuk resiliensi dan keamanan dari semua ancaman bahaya dan
untuk risiko yang dihadapi warga, sistem dan program di sektor pendidikan dan perlindungan anak.
Kerangka kerja ini mendukung akses, kualitas dan strategi pengelolaan di sektor pendidikan. Tentunya
untuk memenuhi tujuan implementasi program SPAB harus terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut :
Penyelenggaraan Satuan Pendidikan Aman Bencana secara aktif melibatkan semua warga
sekolah dan masyarakat termasuk warga sekolah penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus
guna memastikan tidak ada pihak yang tertinggal dalam situasi bencana. Dalam hal ini, penyelenggara
Satuan Pendidikan Aman Bencana harus memperhatikan perluasan aksesibilitas fisik dan non-fisik
untuk memastikan partisipasi aktif warga sekolah penyandang disabilitas serta berusaha untuk
mencapai kesetaraan gender melalui pendekatan transformative gender.
Pelaksanaan Satuan Pendidikan Aman Bencana diselenggarakan atas dasar pemenuhan tumbuh
kembang dan perlindungan anak, serta memperhatikan kemampuan dan partisipasi aktif anak demi
kepentingan terbaik anak. SPAB dalam implementasinya mendorong kesetaraan anak perempuan.
Kerjasama lintas sektor dapat mendukung percepatan penerapan SPAB yang holistic dan
terintegrasi. Kerjasama sebaiknya dijalin dari sebelum -saat dan sesudah terjadi bencana sehingga
menjadi tanggung jawab semua pihak dalam penangannya.
Akuntabilitas
Kerangka kerja SPAB yang komprehensif berisi uraian bahwa pengurangan risiko dan
embang nan e ilien i meme l kan endeka an k m ehen if ang mencak endeka an el h
ma a aka dan em a ancaman baha a 1. Penelitian dan pengalaman yang ada mengingatkan kita
akan nilai luar biasa dari partisipasi anak-anak dan remaja dalam semua aspek perencanaan untuk
masa depan mereka. Hal ini dikenal sebagai cara yang paling banyak diadaptasi untuk mengidentifikasi
1 https://gadrrres.net/wp-content/uploads/2022/10/CSSF-2022-2030-IN.pdf
Melindungi peserta didik, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya dari kematian,
cedera, kekerasan dan bahaya di sekolah dan ruang belajar lainnya.
Mempromosikan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dan pengemban tugas, untuk
berkontribusi pada pengurangan risiko, pembangunan resiliensi, dan pembangunan berkelanjutan.
Kerangka Kerja SPAB memiliki empat komponen utama, meliputi fondasi lintas sektoral dan tiga
pilar yang saling beririsan. Setiap komponen dibedakan oleh ruang lingkup tertentu, aktor-aktornya,
tanggung jawab, dan strategi. Penjelasan masing-masing akan dijelaskan terpisah pada masing-masing
modul.
Fondasi kerangka kerja SPAB yang komprehensif berfokus pada penguatan resiliensi secara
sistemik. Hal ini meliputi sistem dan kebijakan yang bertujuan untuk melindungi keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga sekolah; memberikan Langkah-langkah kesinambungan
pendidikan yang efektif; melindungi investasi sektor pendidikan dan mempromosikan budaya
keamanan dan resiliensi. Pendekatan kebijakan dan perencanaan berbasis risiko digunakan untuk
meningkatkan kesetaraan, mencegah dan mengurangi risiko dan meningkatkan kapasitas.
Sistem dan kebijakan yang mendukung penyelenggaraan SPAB di Indonesia dimulai dari
kebijakan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten hingga di tingkat satuan pendidikan, seperti:
a. Tingkat nasional
b. Tingkat provinsi/Kabupaten
Peraturan daerah
Peraturan Gubenur/Bupati/walikota
Fasilitas belajar yang lebih aman membahas fasilitas sekolah baru dan yang sudah ada, termasuk
membangun instalasi yang lebih baik aman dan lebih ramah lingkungan. Untuk fasilitas baru,
pembahasan berfokus pada pemilihan lokasi, desain dan konstruksi untuk memastikan keamanan dari
ancaman fisik, biologi, kimia dan social, untuk meningkatkan kualitas fasilitas belajar dan untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan semua penggunanya. Untuk fasilitas yang sudah ada,
pembahasan berfokus pada identifikasi dan penentuan prioritas fasilitas yang akan diperbaiki,
diperkuat, penggantian atau relokasi, serta pemeliharaan lingkungan belajar fisik. Pilar ini mendukung
tujuan sistem pendidikan beresiliensi dan kelestarian lingkungan. Keamanan dan aksesibilitas
lingkungan inklusif (termasuk rute aman dan akses yang sensitif terhadap disabilitas fisik dan gender,
fasilitas WASH yang memadai, modalitas evakuasi yang efektif, ventilasi, dll) dan peralatan serta
layanan untuk mendukung keamanan dan kelangsungan pembelajaran (termasuk sistem peringatan
dini dan monitoring informasi cuaca dan iklim).
Manajemen SPAB membahas perencanaan yang berfokus pada kesetaraan untuk kesehatan,
keselamatan dan kesejahteraan anak-anak untuk kesinambungan pendidikan dalam kaitannya
dengans emua ancaman bahaya dan risiko bagi anak-anak dan tenaga kependidikan di sektor
pendidikan. Fokusnya adalah pada pengembangan kapasitas antisipatif, absorpting, adaptif dan
transformatif untuk resiliensi melalui partisipasi dan akuntabilitas yang berarti bagi penduduk yang
terkena dampak. Ini termasuk perencanaan operasionalisasi penilaian risiko semua ancaman bahaya
secara komprehensif, pencegahan dan pengurangan risiko, kesiapsiagaan respon, pemulihan.
Memelihara dan meningkatkan fasilitas dan panduan terkait air bersih, sanitasi dan promosi
hygiene (WASH) yang responsif gender.
Mencegah dan mengendalikan infeksi di fasilitas belajar melalui sistem pemanas, pendingin dan
ventilasi, pembersihan dan sanitasi serta jaga jarak.
Menerapkan intervensi cerdas-iklim untuk konservasi air dan energi serta pengelolaan limbah.
Pendidikan teknis dan kejuruan untuk pendidikan keselamatan structural, non structural dan
infrastruktur.
Kerangka kerja SPAB yang Komprehensif Tahun 2022-2030 dan dokumen pendukungnya
ditujukan untuk memperkuat kolaborasi dan dampak kolektif dari pemerintah serta actor
kemanusiaan dan mitra atau actor lainnya yang terlibat dalam proses perencanaan terkait pendidikan.
Penilaian mandiri adalah kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk menilai
kondisi secara struktural dan non struktural. Kegiatan ini dilakukan oleh warga satuan
pendidikan secara mandiri menggunakan panduan perangkat penilaian mandiri di SPAB.
Penilaian mandiri dilakukan di awal sebelum memulai kegiatan SPAB dan diulang di tahun
berikutnya. Hasil penilaian mandiri awal menjadi salah satu dasar untuk melakukan kajian
risiko bencana terutama dalam memetakan kapasitas dan kerentanan. Hasil penilaian
mandiri juga digunakan sebagai bahan untuk menyusun rencana aksi PRB di satuan
pendidikan. Penilaian mandiri menggunakan instrumen sebagaimana terlampir pada
Lampiran 1.
Pengkajian dan perencanaan adalah titik awal upaya mitigasi dan keselamatan. Kedua hal
tersebut harus berdampingan, karena tanpa pengkajian, maka perencanaan akan
berantakan, dan tanpa perencanaan, pengkajian akan dilakukan tanpa tujuan.
Tujuan utama dari kajian risiko bencana di satuan pendidikan adalah warga satuan
pendidikan mengetahui dan memahami ancaman, kerentanan, kapasitas dan risiko yang
ada di satuan pendidikan. Kesepakatan dan pemahaman warga satuan pendidikan
tersebut dituangkan dalam dokumen dan Peta Risiko Bencana satuan pendidikan.
Pengkajian dampak bencana pada satuan pendidikan perlu dilakukan segera agar
penanganan dampak bencana di satuan pendidikan dapat segera dilakukan. Perwakilan
Satuan pendidikan melakukan pengkajian awal dampak bencana pada satuan pendidikan
masing masing menggunakan tools dan melaporkannya pada pos pendidikan melalui
pengawas dan atau dapat juga menyerahkan laporannya pada pihak pihak terkait untuk
akses bantuan darurat pendidikan.
Kajian kebutuhan dalam satuan pendidikan merupakan dasar yang sangat penting untuk
mengidentifikasi semua bahaya yang dihadapi oleh komunitas sekolah. Kajian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa kebutuhan yaitu:
Untuk kasus dimana dibutuhkan bangunan atau tempat evakuasi, terdapat beberapa
perlengkapan penting yang harus siap untuk dibawa. Persediaan ini juga akan dibutuhkan
jika Anda melakukan perlindungan-di-tempat. Daftar periksa yang tersedia di Lampiran
merekomendasikan persediaan yang harus disimpan oleh bagian administrasi, bagian
UKS (Usaha Kesehatan Satuan pendidikan atau klinik satuan pendidikan), di setiap kelas,
dan di seluruh satuan pendidikan.2
Kotak-Siap-Bawa bagian administrasi satuan pendidikan yang memuat daftar kelas dan
jadwal para tenaga kependidikan dan peserta didik, serta untuk satuan pendidikan dasar
dan satuan pendidikan menengah kotak tersebut haruslah berisi Daftar Kontak Darurat
Peserta Didik, buku catatan kehadiran peserta didik serta catatan pengunjung, peta
satuan pendidikan, nomor telepon penting, kunci-kunci, dan peralatan kantor. Kotak-
Siap-Bawa bagian UKS harus berisi obat yang diresepkan untuk peserta didik dan
perlengkapan pertolongan pertama. Perlengkapan pertolongan pertama satuan
pendidikan harus cukup untuk kebutuhan satu satuan pendidikan.
Tas-Kenyamanan-Murid harus dimintakan dari orang tua peserta didik dan disimpan di
dalam tas bepergian ataupun tas ransel di ruang kelas, yang disiapkan di dekat pintu
keluar. Asosiasi orang tua-guru mungkin ingin membantu menata barang-barang ini,
terutama bagi banyak dari mereka yang tidak sanggup untuk menyediakannya. Orang tua
peserta didik yang mampu bisa diminta untuk menyumbangkan satu selimut per anak
2
http://en.wikipedia.org/wiki/First_aid_kit
Tim siaga bencana sekolah akan memerlukan akses ke beberapa salinan Catatan Tim
Respon Kedaruratan yang mencakup peta satuan pendidikan dan peta area berkumpul
(titik kumpul), daftar induk peserta didik, jadwal guru dan tenaga kependidikan lain,
matriks respon bencana dan kedaruratan satuan pendidikan, catatan mengenai tanggung
jawab sistem komando kejadian, dan prosedur dasar serta khusus untuk kedaruratan.
Tim juga memerlukan akses terhadap meja, bangku, dan peralatan kantor.
1. Warga satuan pendidikan memahami peran masing-masing saat kejadian bencana saat
berada di satuan pendidikan.
2. Warga satuan pendidikan mengetahui proses penyelamatan diri saat ada kejadian
bencana.
3. Warga satuan pendidikan memiliki komitmen untuk menjalankan Prosedur Tetap
Kedaruratan yang disusun dan disepakati.
4. Menguji dan mempraktekkan kesepakatan yang disusun dalam kegiatan SPAB
5. Melatih kesiapsiagaan Warga satuan pendidikan saat bencana.
1. Perencanaan, proses awal pelaksanaan simulasi dengan cara menentukan jenis ancaman
bencana yang akan disimulasikan, jadwal simulasi dan tipe simulasi, menentukan peserta yang
terlibat dalam pelaksanaan simulasi, menyusun skenario, mengatur peran dalam simulasi,
identifikasi perlengkapan yang dibutuhkan dan menentukan titik pemasangan perlengkapan
simulasi,
2. Persiapan, pada proses ini perlu dilakukan memeriksa dan menyiapkan alat peringatan dini yang
telah disepakati, menentukan titik kumpul aman terdekat, membuat jalur evakuasi menuju titik
kumpul aman dari setiap ruangan, membuat rambu jalur evakuasi yang dapat dilihat dan diikuti
dengan mudah, membuat peta jalur evakuasi dan dipasang di tempat terlihat dan dijangkau,
menyiapkan perlengkapan dan peralatan kesiapsiagaan menyosialisasikan scenario simulasi
dan prosedur operasi standar kedaruratan bencana kepada seluruh warga satuan pendidikan
yang difasilitasi oleh TIM Siaga Bencana
3. Pelaksanaan, dilakukan dengan praktik peringatan dini, perlindungan diri, evakuasi,
pertolongan pertama, pemeriksaan cepat dampak Bencana, koordinasi dengan fasilitas layanan
kesehatan untuk rujukan korban, koordinasi untuk bantuan darurat lain seperti pencarian,
pertolongan dan pemadam kebakaran, serta pengambilan keputusan pembelajaran dilanjutkan
kembali atau pemulangan warga Satuan Pendidikan, sebagaimana skenario yang telah dibuat,
minimal dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester.
Catatan:
Simulasi dapat dilakukan dengan beberapa variasi dalam skenario misalkan warga satuan pendidikan
sedang belajar di dalam kelas, warga satuan pendidikan sedang belajar di luar kelas, ditambahkan
dengan penanganan warga satuan pendidikan yang terluka atau di tingkat berikutnya simulasi
kesiapsiagaan bencana dilakukan mendadak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Kajian risiko bencana merupakan analisa mengenai keterpaparan satuan pendidikan terhadap
bahaya/ancaman alam/ non alam dan perubahan iklim berdasar kondisi kelemahan/kerentanan
satuan pendidikan serta kemampuan/kapasitas yang dimiliki satuan pendidikan. Kajian risiko bencana
di satuan pendidikan dilaksanakan secara partisipatif oleh warga satuan pendidikan.
Tujuan utama dari kajian risiko bencana partisipatif di satuan pendidikan adalah warga satuan
pendidikan mengetahui dan memahami ancaman, kerentanan, kapasitas dan risiko yang ada di satuan
pendidikan. Kesepakatan dan pemahaman warga satuan pendidikan tersebut dituangkan dalam
dokumen dan Peta Risiko Bencana satuan pendidikan
1. Sebagai dasar menyusun rencana aksi satuan pendidikan untuk mewujudkan Satuan Pendidikan
Aman Bencana (SPAB), Rencana Aksi Satuan Pendidikan adalah kegiatan-kegiatan aksi tindak
lanjut untuk mengelola ancaman (kalau memungkinkan), mengurangi kerentanan dan
meningkatkan kapasitas yang merupakan hasil diskusi kajian risiko bencana, Rencana Aksi
Satuan Pendidikan berisi rencana kegiatan pemenuhan Pilar 1, Pilar 2 dan Pilar 3.
2. Sebagai dasar kegiatan menyusun prosedur tetap kedaruratan bencana satuan pendidikan ,
prosedur tetap kedaruratan bencana di satuan pendidikan disusun berdasar ancaman prioritas,
kerentanan/kelemahan yang ada di satuan pendidikan dan kapasitas yang dimiliki satuan
pendidikan.
Kajian risiko bencana partisipatif dilakukan oleh perwakilan seluruh warga satuan pendidikan dengan
mengedepankan partisipasi bermakna dari peserta didik. warga satuan pendidikan yang dimaksud
adalah:
Pendidik
Tenaga kependidikan
Perwakilan komite satuan pendidikan
Perwakilan orang tua peserta didik
Perwakilan peserta didik (kajian risiko bersama peserta didik dilaksanakan
terpisah dan menyesuaikan metode ramah anak)
Perwakilan masyarakat sekitar satuan pendidikan (masyarakat yang tinggal di sekitar satuan
pendidikan, jika dapat melibatkan RT, kepala dusun, perwakilan pemerintah desa akan lebih
baik)
Perwakilan kelompok rentan
Warga satuan pendidikan non pendidik dan tenaga kependidikan, seperti: penjaga kantin,
petugas kebersihan, perwakilan warga yang tinggal di rumah dinas di area satuan pendidikan)
Kajian risiko bencana dilaksanakan setelah perwakilan warga satuan pendidikan yang akan
terlibat mendapatkan pelatihan mengenai SPAB atau mempelajari materi Pengurangan risiko Bencana
dan Satuan Pendidikan aman Bencana.
Ancaman adalah: Suatu kejadian yang bisa menimbulkan potensi terjadinya bencana atau
kerusakan infrastruktur, korban manusia, gangguan psikologis dan gangguan kehidupan sosial.
Tujuan pemetaan ancaman adalah untuk mengetahui ancaman apa yang ada di satuan
pendidikan, dari mana sumbernya, bagaimana karakteristik ancaman tersebut sehingga warga
satuan pendidikan dapat mengantisipasi dan mengurangi dampak buruk yang mungkin akan
timbul bila kejadian.
2. Pemetaan Kerentanan
Kerentanan adalah suatu kondisi dari satuan pendidikan yang menyebabkan ketidakmampuan
atau melemahkan dalam menghadapi ancaman bencana. Kerentanan atau kelemahan yang
tinggi akan memicu risiko bencana tinggi. Kerentanan merupakan suatu hal yang yang dapat
memperburuk situasi dan menyebabkan banyak timbul dampak/ kerugian saat terjadi bencana.
Secara sederhana, kerentanan disebut juga kelemahan atau rawan (untuk lokasi). Faktor faktor
kerentanan dapat berupa kerentanan secara biologis (fisik), ekonomi, sosial (pengetahuan,
kondisi hubungan dan interaksi sesama warga satuan pendidikan), lingkungan geografis, dan
infrastruktur di satuan pendidikan.
Pemetaan kerentanan dilaksanakan dengan melakukan analisa pada 5 aspek kerentanan, yaitu:
manusia,infrastruktur, lingkungan dan alam, sosial budaya dan ekonomi.
Bentuk hasil pemetaan kerentanan adalah informasi mengenai kerentanan yang ada di satuan
pendidikan yang terdokumentasi dalam bentuk lembar kerja kajian kerentanan
Kapasitas adalah sumber daya (dapat berupa benda ataupun non benda) yang dapat
meningkatkan kemampuan warga satuan pendidikan dalam mencegah, menghadapi,
menangani bencana dan mengurangi dampak bencana. Contoh contoh kapasitas: sarana dan
prasarana, pendanaan, pengetahuan dan ketrampilan, jejaring dan lain sebagainya.
4. Pemetaan Risiko
Tujuan pemetaan risiko adalah untuk mengidentifikasi potensi kerugian yang ada bila bencana
terjadi.
Bentuk hasil pemetaan risiko adalah terkumpulnya informasi mengenai risiko di satuan
pendidikan yang terdokumentasi dalam bentuk lembar kerja identifikasi risiko.
Setelah mengetahui kondisi satuan pendidikan secara struktural dan non struktural melalui penilaian
mandiri SPAB dan mengetahui risiko yang ada di satuan pendidikan, maka selanjutnya satuan pendidikan
perlu menyusun rencana aksi untuk mengurangi risiko bencana di satuan pendidikan. Pada prinsipnya,
rencana aksi bertujuan untuk mengurangi/mencegah ancaman, mengurangi kerentanan, meningkatkan
kapasitas dan mengurangi risiko bencana di satuan pendidikan termasuk aksi aksi unruk mengurangi
dampak perubahan iklim.
Pemanfaatan RAS ini tidak hanya diperuntukkan untuk satuan pendidikan. Rencana keberlanjutan
program selama setahun untuk satuan pendidikan ini juga memungkinkan pihak yang berkepentingan
dengan satuan pendidikan dapat terlibat dan memberikan dukungan dalam rencana yang disusun
(misalnya komite satuan pendidikan, yayasan, pemerintah desa, Dinas Pendidikan, pramuka, puskesmas
dll). Sehingga diharapkan impementasi SPAB di satuan pendidikan dapat berjalan maksimal sesuai
perencanaan.
Fungsi Rencana Aksi Satuan Pendidikan Aman Bencana adalah sebagai berikut:
Sebagai panduan satuan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan atau aksi satuan
pendidikan aman bencana.
Mewujudkan Satuan Pendidikan yang aman bencana secara bertahap.
Proses diskusi menggali usulan aksi-aksi pengurangan risiko bencana di satuan pendidikan
berdasarkan kajian risiko bencana dan penilaian mandiri awal.
Diskusi menentukan aksi prioritas yang akan dilaksanakan dalam jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.
Menetapkan rencana aksi satuan pendidikan dan strategi pelaksanaannya.
Rencana aksi berisi informasi kegiatan-kegiatan, waktu pelaksanaan, sumber pembiayaan,
penanggung jawab pelaksanaan kegiatan, pelaksana kegiatan serta strategi pelaksanaan aksi.
Jangka waktu Rencana Aksi Satuan Pendidikan Aman Bencana adalah sesuai rencana kerja dan
anggaran satuan pendidikan atau sesuai tahun anggaran satuan pendidikan.
April
2024
Tim Siaga Bencana Sekolah adalah perwakilan warga satuan pendidikan yang telah
mendapatkan pelatihan terkait pengurangan risiko bencana. Tim ini bertugas
menyebarluaskan praktek budaya sadar bencana di sekolah melalui kesiapsiagaan pada
sebelum, saat, dan setelah bencana.
Pembentukan tim siaga Bencana (TSB) sebagai aktor kunci bertujuan membantu satuan
pendidikan untuk menghadapi situasi darurat serta menjaga keberlangsungan pelaksanaan
kesiapsiagaan di satuan Pendidikan. TSB di satuan Pendidikan dapat dibentuk dari tim yang
sudah ada, dengan penambahan anggota, tugas dan fungsi. TSB terdiri dari perwakilan warga
sekolah seperti peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, kepala sekolah, dan komite
sekolah. Jumlah TSB di masing-masing satuan Pendidikan dapat menyesuaikan rasio jumlah
warga sekolah, misalnya 1 anggota TSB untuk mewakili 10-20 peserta didik.
Keterwakilan anggota TSB terdiri dari perempuan dan laki-laki, serta juga
mempromosikan keterlibatan disabilitas menjadi anggota TSB sesuai dengan kemampuan
Tugas utama Tim Siaga Bencana adalah membuat perencanaan untuk mengurangi
dampak bencana dan meningkatkan ketangguhan di lingkungan Satuan Pendidikan. Tim Siaga
dapat bekerja sama dengan pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan bencana secara
Pentahelix (termasuk FPRB Desa/Kelurahan/Kabupaten/Kota, Sekretariat Bersama SPAB).
Melakukan kaji cepat dan tepat di lokasi bencana berdasarkan cakupan luas dan
dampak bencana di Satuan Pendidikan dan lingkungan sekitar
Melakukan penyelamatan dan evakuasi pada warga satuan pendidikan
Melakukan pemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan berdasarkan hasil assessment
yang ada seperti kebutuhan makanan, minuman, layanan kesehatan dan layanan
pendidikan darurat
Melakukan perlindungan kepada kelompok rentan dengan prioritas layanan
Melakukan dukungan psikososial
Menyediakan layanan fasilitas kepada kelompok rentan
TSB dapat disahkan oleh kepala sekolah untuk mendukung gerakan SPAB di internal
satuan pendidikan. Divisi dalam TSB dapat menyesuaikan kebutuhan satuan Pendidikan,
misalnya:
TSB melakukan koordinasi dan komunikasi dengan orang tua/wali Peserta Didik,
Pendidik, dan Tenaga Kependidikan untuk penyelenggaraan SPAB serta melaporkan data kaji
cepat dan kebutuhan saat darurat pada pos pendidikan atau dinas pendidikan setempat.
Berikut target koordinasi dan komunikasi yang dilakukan TSB di internal dan eksternal satuan
pendidikan:
Orang tua / wali Sebelum bencana - Persetujuan dan pelibatan anak mengikuti
peserta didik kegiatan SPAB
- Proses pembentukan TSB
- Promosi kesiapsiagaan bencana di keluarga
- Penyiapan tas siaga bencana
- Promosi penguatan pencegahan kekerasan
dan perundungan di sekolah dan rumah
2.3.4 Sub Pilar Penganggaran Kegiatan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana
Salah satu prinsip pelaksanaan Program SPAB adalah kemandirian, sehingga penting untuk
memulai kegiatan SPAB disesuaikan dengan kemampuan satuan pendidikan. Pelaksanaan Program
SPAB bisa dimulai dengan pembiayaan yang tidak besar.
Dalam penganggaran Program SPAB dimungkinkan tidak spesifik menyebut untuk program
Satuan Pendidikan aman Bencana (SPAB), Sekolah Aman, Sekolah Siaga Bencana atau penyebutan
yang sejenis, akan tetapi selama bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan, keamanan dan keselamatan
warga satuan pendidikan maka bisa dianggap sebagai bagian Program Satuan Pendidikan Aman
Bencana (SPAB).
Salah satu kebijakan Kemendikbud yang diatur Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomer Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah dicantumkan
bahwa dana BOS dapat digunakan untuk bencana pada masa tanggap darurat, dan juga untuk
pengembangan sekolah sehat, sekolah aman, sekolah ramah anak dan menyenangkan, namun dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 6 tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis BOS
reguler tidak disebutkan lagi secara jelas bahwa BOS dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan
sekolah aman seperti sebelumnya.
a) APBN;
b) APBD/Dana Desa;
c) Dana Komite;
d) Dana Alokasi Khusus / DAK;
e) Dana dari masyarakat; dan/atau
f) Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Kepala sekolah atau koordinator lapangan mengisi e-monev SPAB yang terdapat dalam
aplikasi InaRisk yang dikelola oleh Badan Nasional Penanggulangan bencana. Kepala sekolah
atau koordinator lapangan mengisi lembar evaluasi SPAB yang disiapkan oleh Sekber SPAB
daerah.
Sekber SPAB daerah dalam melakukan pemantauan dan evaluasi perlu memperhatikan
cakupan pemantauan sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan sekretaris Jenderal,
kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi No 6 tahun 2023. Sekber SPAB
daerah dapat meminta data hasil pengisian e-monev kepada Badan Nasional Penanggulangan
Bencana untuk kepentingan evaluasi. Daerah yang belum memiliki Sekber SPAB maka
pemantauan dan evaluasinya dikoordinir oleh Seknas SPAB
Pelaporan implementasi bertujuan agar implementasi SPAB dapat didokumentasi dengan baik
serta memiliki data yang cukup. Satuan pendidikan membuat laporan ke Sekber SPAB daerah
kemudian Sekber SPAB daerah membuat laporan perkembangan SPAB di daerah dan melaporkan ke
Seknas SPAB.
Seknas SPAB dan Sekber SPAB Daerah dapat memanfaatkan hasil pengisian evaluasi SPAB
oleh Satuan Pendidikan sebagai bahan evaluasi penyelenggaraan Program SPAB di tingkat nasional
dan daerah. Proses pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan Program SPAB pada Satuan
Pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan proses pengawasan dan evaluasi
penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian dan Pemerintah Daerah.
Fondasi kerangka kerja SPAB yang komprehensif berfokus pada penguatan resiliensi secara
sistemik. Hal ini meliputi sistem dan kebijakan yang bertujuan untuk melindungi keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga sekolah; memberikan Langkah-langkah kesinambungan
pendidikan yang efektif; melindungi investasi sektor pendidikan dan mempromosikan budaya
keamanan dan resiliensi. Pendekatan kebijakan dan perencanaan berbasis risiko digunakan untuk
meningkatkan kesetaraan, mencegah dan mengurangi risiko dan meningkatkan kapasitas.
a. Tingkat nasional
b. Tingkat provinsi/Kabupaten
Peraturan daerah
Peraturan Gubernur/Bupati/walikota
2.3.7. Sub Pilar Pengelolaan Data dan Informasi Dalam Penanggulangan Bencana di Satuan
Pendidikan
Pengelolaan Informasi sangat penting bagi sebuah sistem manajemen dan tata kelola. Data dan
Informasi menjadi hal paling dasar untuk mengetahui kerentanan dan pengambilan keputusan dalam
keadaan darurat. Secara definisi, Pengelolaan data dan informasi bencana adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian, diseminasi serta pelaporan data dan
informasi bencana.
Data dan Informasi yang telah diolah dan dianalisis akan sangat berguna dalam pengambilan
keputusan dan pemetaan kerentanan di situasi pra bencana maupun pasca bencana. Oleh karena itu,
beberapa hal terkait sistem kerja pengelolaan data dan informasi membutuhkan koordinasi,
kolaborasi yang terintegrasi agar akses data dan informasi tidak tumpang tindih dan tidak terverifikasi.
Kanal Data dan Informasi yang dapat diakses publik secara komprehensif dan inklusif. Bentuk
kanal informasi di satuan pendidikan dapat berupa kegiatan sosialisasi, maupun produk publikasi
secara digital (website, infografis di sosial media) maupun non digital (poster, majalah dinding,
majalah sekolah, buletin, spanduk dan lain-lain).
Ketika peserta didik berada di luar sekolah untuk jangka waktu yang lama, tingkat putus
sekolah meningkat dan memberikan dampak negatif seumur hidup. Dan hal ini juga diikuti
oleh angka pengangguran. Diperlukan rencana khusus untuk memastikan agar penyediaan
pendidikan bagi peserta didik dapat dilakukan secepat mungkin setelah bencana terjadi. Hal
Untuk menjamin pendidikan dasar berkualitas memiliki jumlah minimum hari satuan
pendidikan yang diharapkan, dan mencapai jumlah minimum jam pertemuan belajar
mingguan antara guru dan peserta didik, maka sistem satuan pendidikan dirancang
untuk memungkinkan peserta didik berhasil mencapai kemajuan akademik yang
diharapkan setiap tahun ajaran. Jika hari libur umum, hari libur keagamaan dan hari
libur satuan pendidikan dapat ditetapkan jauh sebelumnya, banyak satuan pendidikan
yang terpaksa ditutup karena bahaya yang terus mengancam, dengan atau tanpa
peringatan sebelumnya. Otoritas satuan pendidikan dapat melakukan penyesuaian
terhadap libur satuan pendidikan, menambah hari bersatuan pendidikan secara
fleksibel, dan/ atau memberikan kesempatan untuk menambah jam pelajaran beberapa
hari di akhir pekan untuk mengejar ketinggalan, atau dapat juga dengan
memperpanjang jam satuan pendidikan. Jika jam pertemuan peserta didik/guru tidak
tercapai, maka dapat mengakibatkan kesenjangan yang besar sehingga peserta didik
tidak mendapatkan kesempatan penuh untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar.
Jika bangunan satuan pendidikan rusak berat, tidak dapat diakses, atau harus digunakan
sebagai tempat pengungsian sementara, Anda mungkin harus mengatur lokasi atau
sarana alternatif agar kegiatan belajar mengajar dapat terus berlangsung.
Pertimbangkan baik ruang kelas maupun area bermain. Bisa berada di dalam bangunan
yang sudah ada atau di tempat belajar sementara:
Pedoman berikut ini dapat membantu dalam mempertimbangkan pilihan terbaik bagi
fasilitas belajar sementara dengan komunitas Anda, dan untuk mencari penyelesaian
yang kreatif dan aman. Jika bertempat di dalam bangunan, pastikan bahwa struktur
bangunan dalam kondisi baik.
3. Transportasi
Sistem transportasi (bus, angkutan kota, dsb.) mungkin tidak ada, terutama di wilayah
pedesaan yang terpencil. Yang tadinya tersedia, mungkin menjadi terganggu,
dihentikan, atau menjadi tidak memadai selama masa krisis. Kendaraan seringkali tidak
bisa digunakan oleh para penumpang yang memakai kursi roda, kruk atau alat bantu
mobilitas lainnya, dan mungkin akan membuat kendaraan menjadi penuh sesak
sehingga tidak memungkinkan untuk duduk dengan nyaman. Alat-alat transportasi lokal
atau tradisional, seperti sepeda, kereta, mobil atau keledai mungkin dibutuhkan untuk
tugas-tugas lain saat banyak komunitas membangun kembali, merekonstruksi atau
memindah lokasi tempat tinggal mereka. Aset-aset seperti itu mungkin juga telah
hilang, rusak atau hancur, sehingga menghadirkan sebuah tantangan bagi orang-orang
dengan disabilitas yang sebelumnya mengandalkan alat-alat tersebut.
4. Pemindahan
Sebuah masa darurat bisa berarti bahwa sebuah komunitas berpindah ke tempat lain
dengan sebuah satuan pendidikan atau ruang pembelajaran baru, atau satuan
pendidikan komunitas mungkin secara sementara atau permanen dipindah ke tempat
yang lebih aman. Untuk peserta didik dan remaja yang mengalami kesulitan mobilitas,
Dalam hal kesinambungan pendidikan guru dan tenaga pendidik harus memiliki
beberapa kemampuan. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki yaitu:
Satuan pendidikan perlu melakukan pemetaan terhadap kapasitas yang dimiliki. Tujuan
dari pemetaan tersebut yaitu untuk mengetahui kebutuhan peningkatan kapasitas yang
dibutuhkan oleh Guru dan tenaga kependidikan (GTK). Satuan pendidikan dapat
menyerahkan hasil pemetaan kapasitas kepada pemerintah yang mengurusi bidang
pendidikan dan juga lembaga non pemerintah atau dapat menggunakan resource yang
dimiliki oleh Satuan pendidikan untuk dapat melakukan kegiatan pemetaan kapasitas.
Lemari 3 Baik
Daftarnya dapat ditambahkan sesuai dengan apa yang dimiliki oleh satuan pendidikan.
Sumber daya external yaitu:
Semua anak dan remaja memiliki hak terhadap pendidikan yang berkualitas baik.
Kekurangan satuan pendidikan, dikarenakan penutupan atau kerusakan selama
masa darurat, mungkin membuat banyak anak dan remaja harus menempuh
jarak yang jauh dan menghadapi lebih banyak rintangan atau kesulitan dalam
perjalanan mereka. Hal ini mempengaruhi siapa saja terutama saat jalan-jalan
yang mereka lalui atau kondisi cuaca yang buruk namun akan secara khusus
menjadi sulit bagi mereka yang menghadapi tantangan mobilitas atau yang tidak
bisa bepergian seorang diri.
Kekerasan yang sedang berlangsung mungkin menambah risiko bagi orang yang
bepergian terutama risiko terhadap ancaman fisik atau pelecehan seksual.
peserta didik dan remaja dengan disabilitas, terutama peserta didik perempuan,
mungkin akan merasa kurang aman. Orang tua/ wali siswa atau pengasuh mereka
mungkin merasa bahwa lebih aman untuk menjaga mereka tetap di rumah atau
di dalam wilayah di mana keluarganya berada.
b. Disabilitas baru
Dalam banyak bencana alam atau konflik, banyak anak dan remaja tiba-tiba
memiliki disabilitas yang diakibatkan oleh masa darurat tersebut. Banyak gempa
bumi dan bencana alam lain yang menyebabkan peningkatan jumlah kasus
disabilitas yang besar pada anak dengan disabilitas jangka panjang maupun
pendek.
Anak atau remaja tersebut dan keluarga mereka harus menghadapi tantangan
seperti yang diuraikan di atas, tanpa memiliki waktu untuk mengembangkan
strategi untuk mengelola kondisi disabilitas mereka yang baru. Hal ini,
digabungkan dengan akibat langsung dari cedera, dapat mengakibatkan
kebanyakan peserta didik dan remaja dengan disabilitas yang baru diperoleh
memilih untuk tinggal di rumah sementara teman-teman sebaya mereka kembali
ke satuan pendidikan.
1. Kerugian fisik
2. Terpisah dari keluarga
3. Eksploitasi (kekerasan berdasarkan gender, tenaga kerja anak, dan
perdagangan manusia)
4. Penyangkalan terhadap akses pendidikan
5. Tekanan psikososial
6. Rekrutmen ke dalam grup atau kelompok bersenjata
Rencana kedaruratan bencana adalah rencana atau rangkaian kegiatan dan langkah-langkah
yang disusun untuk menyikapi keadaan darurat bencana tertentu, berisi tindakan kesiapsiagaan,
pembagian peran/tugas siapa, melakukan apa dan bagaimana, dimana, kapan/waktu yang diperlukan
untuk saat keadaan darurat bencana terjadi. Berikut ini adalah tindakan - tindakan yang dilakukan
sesuai dengan ancaman masing-masing:
a. Ancaman Kekerasan
Insiden kekerasan di sekolah tidak terjadi secara impulsif, acak, ataupun epidemik. Di
banyak kejadian, sebelum terjadi insiden, si penyerang menginformasikan orang lain
mengenai ide ataupun rencananya. Tidak ada profil yang akurat dari seorang penyerang.
Banyak dari mereka, tetapi tidak semua, merupakan peserta didik memiliki kesulitan
Setiap kali sebuah ancaman dilakukan, jangan abaikan, dan jangan juga bereaksi
berlebihan. Ancaman kekerasan bisa: langsung tindakan khusus terhadap sasaran
khusus diidentifikasikan dalam tingkah laku yang jelas dan gamblang; tidak langsung
kekerasan yang samar, tidak jelas, ambigu maupun tersirat; terselubung ancaman
tersirat tapi tidak secara eksplisit; kondisional peringatan, jika persyaratan tidak
terpenuhi (misalnya pemerasan). Tim kajian yang terlatih secara profesional mungkin
perlu mengevaluasi apakah ancaman tersebut berisiko rendah, menengah ataupun
tinggi, dengan mempertimbangkan perilaku peserta didik, kepribadiannya, sekolah,
sosial, dan dinamika keluarganya.
Jika ada orang yang mencurigakan atau tidak dikenal: Jika dirasa merupakan
ancaman, minta seorang rekan untuk segera membantu. Jika Anda merasa
terancam, percayalah pada perasaan Anda. Jaga jarak. Gunakan bahasa verbal
yang asertif dan bahasa tubuh yang kuat. Panggil polisi jika diperlukan. Minta untuk
segera dilakukan Penguncian-diri (lockdown) jika diperlukan.
Jika menghadapi penindasan (bullying): Budaya sekolah tidak boleh mentoleransi
penindasan dan siapapun yang menyaksikan atau mengalami penindasan harus
merasa nyaman untuk melaporkannya dan paham bahwa orang dewasa akan
melakukan upaya tindak lanjut. Intervensi dukungan dari keluarga mungkin
diperlukan baik untuk korban maupun pelaku penindasan. Untuk informasi lebih
lanjut, lihat http://www.stopbullyingnow.hrsa.gov/kids/ atau
http://id.theasianparent.com/si-penindas-di-kelas/
Jika terjadi perkelahian di antara peserta didik: Panggil atau kirim seseorang ke
Ruang Kepala Sekolah atau Ruang Guru. Anda tidak diharuskan untuk memisahkan
secara fisik. Identifikasi (sebut nama) diri Anda dan instruksikan pihak yang
berkelahi untuk berhenti. Panggil nama mereka, instruksikan para penonton untuk
menyingkir. Ingat kejadiannya untuk laporan yang runtut. Kirim tenaga
kependidikan untuk mengendalikan dan membubarkan para penonton.
Apapun yang sepertinya mencurigakan harus segera dilaporkan tapi jangan disentuh.
Siapapun di sekolah tidak boleh memegang, mencari, atau memindahkan benda yang
dicurigai sebagai bom. Guru kelas harus segera melakukan evakuasi dari benda atau area
yang dicurigai. Jangan gunakan radio, HT/ walkie-talkie atau ponsel untuk mencegah
terpicunya perangkat ledak secara tidak sengaja. Tenaga kependidikan yang berada di
dekat kompor, peralatan dan pipa gas harus segera mematikan atau menutupnya. Jangan
kembali ke bangunan sekolah sampai polisi, personel pemadam kebakaran atau bagian
admini a i membe ikan anda K ndi i Aman
Saat sedang dalam perjalanan: Saat sedang menuju ke atau dari sekolah untuk
mengurangi kerentanan terhadap kemungkinan terjadinya kekerasan, tenaga
kependidikan dan peserta didik sebaiknya menggunakan rute yang terbuka dan
tidak berbahaya. Berjalanlah secara asertif dan selalu waspada dengan situasi di
Di kelas: orang yang terdekat dengan lokasi pintu harus segera membuka pintu
lebar-lebar. Siapapun yang berada dekat dengan sumber kobaran api harus
mematikannya. JATUH berlutut dan buat diri Anda sekecil mungkin. LINDUNGI
kepala, leher dan muka Anda. POSISI-kan di bawah meja yang kokoh untuk
melindungi kepala dan leher dan juga sebanyak mungkin bagian tubuh anda.
BERTAHAN-lah sambil berpegangan pada benda yang melindungi Anda.
Menjauhlah dari perabot atau peralatan yang tinggi dan berat, dan yang membuat
lebih panas lagi.
Untuk kursi roda: k nci dan a dan ambil i i be ahan dengan melind ngi
kepala dan leher. Jika berada di tempat duduk di stadion, ambil posisi bertahan di
kursi Anda.
Di laboratorium dan di dapur matikan kompor dan tutup tempat material
berbahaya dan/ atau pindahkan dari lokasi berbahaya: Menjauhlah dari kompor
panas, lemari yang menjadi panas dan dari materi berbahaya yang mungkin dapat
tumpah.
Di tempat terbuka di mana tidak ada tempat berlindung: bergeraklah menuju
dinding dalam dan menjauh dari bahaya kejatuhan dan bahaya di atas kita. Berlutut,
Lindungi dan Bertahan, lindungi kepala dan leher dengan lengan Anda.
Di perpustakaan, bengkel, tempat pertunjukkan dan di dapur, menjauhlah dari
lemari: (tumpukan) buku-buku dan peralatan lain jika memungkinkan.
Di tempat duduk di stadion: Ambil i i be ahan am ai g ncangan be hen i
Ikuti instruksi pemandu untuk proses evakuasi yang teratur.
Di luar: menjauhlah dari bangunan, dinding, kabel listrik, pohon, tiang listrik dan
bahaya lain. Berlututlah dan lindungi kepala dan leher Anda.
Di dalam kendaraan antar jemput sekolah: pengemudi harus menepi dan
menghentikan kendaraan, menjauh dari bahaya yang terdapat di atas kepala. Ambil
i i be ahan
Di semua kasus: segera lakukan evakuasi ke tempat yang lokasinya lebih tinggi yang
sebelumnya telah ditetapkan sebagai tempat aman di lokasi yang tinggi dan jauh dari
bibir pantai, atau ke tempat evakuasi vertikal.
e. Badai
Jika berada di dalam ruangan: Jauhkan diri dari semua telepon. Jalur telepon dapat
menghantarkan listrik. Cabut kabel TV, komputer dan perangkat lain. Petir dapat
Ikuti instruksi peringatan dini. Lakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi atau lakukan
Perlindungan-di- Tempat.
Banjir yang terjadi dengan lambat: Memberikan waktu untuk melakukan evakuasi
sebelum banjir datang, menyimpan dan melindungi catatan/ dokumen penting dan
peralatan elektronik sebaik mungkin. Ambil tindakan normal untuk evakuasi dari
bangunan dan tujulah tempat aman.
Banjir yang datang dengan tiba-tiba atau banjir bandang: Lakukan evakuasi
secepat mungkin. Relokasi atau pindah ke tempat aman di bagian tertinggi dari
bangunan dengan membawa Tas-Siap-Bawa ataupun Kotak-Siap-Bawa dan
Clipboard atau Buku Catatan Darurat. JANGAN mencoba untuk mengarungi banjir
dengan ketinggian berapa pun. JANGAN mencoba meninggalkan bangunan dengan
menggunakan mobil. Jika harus melakukan evakuasi, pakailah jaket-penyelamat
(yang bisa menjadi pelampung) ataupun peralatan pelampung lainnya.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Kedaruratan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang
terstruktur dan disepakati oleh seluruh pihak terkait tentang siapa berbuat apa pada saat kapan,
dimana, mengapa dan bagaimana metode pelaksanaannya. Tujuan umum dari prosedur tetap
kedaruratan bencana di satuan pendidikan adalah seluruh warga satuan pendidikan mampu
menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Secara khusus prosedur tetap kedaruratan bencana
di satuan pendidikan bertujuan:
Untuk mengetahui tindakan dan langkah apa yang dilakukan, oleh siapa, kapan,
bagaimana dan dimana pada saat sebelum kejadian, di saat kejadian, dan setelah
kejadian.
Untuk mengetahui peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam situasi darurat (termasuk
untuk simulasi/gladi), serta memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
dari petugas terkait.
Sistem peringatan dini efektif memerlukan adanya pusat peringatan dini yang
terpercaya, rutin melakukan pemantauan ancaman, dan pada saat yang tepat mampu
mengambil keputusan untuk menyebarkan peringatan kepada masyarakat di kawasan
berisiko. Beberapa jenis ancaman semacam tsunami dan gunung api misalnya sudah
dilakukan BMKG dan BPPTKG. Namun untuk sebagian jenis ancaman yang lain masih
bergantung pada upaya pemantauan oleh warga sekolah sendiri. Misalnya jenis ancaman
kebakaran, puting beliung, banjir genangan dan longsor.
Hal ini menuntut satuan pendidikan untuk membuat kesepakatan agar melakukan
pemantauan terhadap ancaman secara rutin, menentukan parameter atau ukuran tingkat
bahayanya untuk disampaikan kepada semua warga sekolah saat bertindak waspada, siaga
atau evakuasi. Sumber informasi dapat berasal dari interpretasi umum yang mengartikan
tanda-tanda alam, pengalaman, kajian ilmiah, pusat peringatan dini pemerintah. Masing-
masing jenis bahaya mempunyai tingkatan dan arti peringatan.
KEMAMPUAN MERESPON
Prosedur ini harus disepakati dan dipatuhi. Tetapi prosedur yang tepat guna memiliki
syarat;
Cara penyampaian
peringatan umum dan
khusus difabel
Bentuk peringatan
Respon/Tindakan Terhadap
Peringatan
Siswa
Tenaga Pendidik
Jenis ancaman
Banjir Sekolah :
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi :
Pemantauan dan Peringatan Bahaya
Sumber peringatan bahaya Petugas yang diberi tugas oleh warga sekolah :
Masyarakat di bantaran sungai
Forum PRB Desa
Bentuk peringatan bahaya Informasi adanya peningkatan debit dan tinggi muka air
Informasi peningkatan tinggi muka air sungai
Cara pemantauan bahaya Pengamatan tinggi dan volume muka air dan sungai
Pemantauan curah hujan
Cara penyampaian peringatan Masyarakat di sekitar sungai melaporkan tanda-tanda
bahaya banjir ke sekolah
Melalui grup Whatsapp Group
Menggunakan pengeras suara
Cara memastikan kebenaran Menghubungi masyarakat yang berada disekitar sungai.
peringatan
Untuk mengetahui tindakan dan langkah apa yang dilakukan, oleh siapa, kapan,
bagaimana dan dimana pada saat sebelum kejadian, di saat kejadian, dan setelah
kejadian.
Untuk mengetahui peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam situasi darurat
(termasuk untuk simulasi/gladi), serta memperjelas alur tugas, wewenang dan
tanggung jawab dari petugas terkait.
Semua warga sekolah yang Tindakan penyelamatan diri sendiri Saat Di ruang
sedang berada di dalam (berlutut, merunduk/ masuk kolong gempa kelas
kelas/ruangan (termasuk meja dan berpegangan pada kaki meja)
guru tanpa terkecuali)
Semua warga sekolah yang Tindakan penyelamatan diri sendiri Saat Di ruang
berada di luar ruangan (berlutut, menunduk dan tetap gempa kelas/ di
melindungi kepala), hindari benda yang lapangan
bisa runtuh/melukai kita
Tim peringatan dini Memeriksa kondisi ruangan apakah ada Area Sekolah
kerusakan atau tidak
KESEPAKATAN TAMBAHAN:
Jika keputusan KBM dihentikan, maka wali kelas mengontak orang tua murid
masing-masing.
Alat peringatan tanda bahaya HANYA BOLEH dibunyikan apabila kondisi darurat
Satuan pendidikan sebaiknya memiliki prosedur tetap penanganan darurat yang memuat prosedur
evakuasi, prosedur komunikasi, prosedur penanganan pertolongan pertama, prosedur pemulangan
warga satuan pendidikan, prosedur penyisiran bangunan, prosedur penutupan satuan pendidikan,
prosedur pembukaan kembali satuan pendidikan. Protap yang telah disepakati diuji coba melalui
kegiatan simulasi.
Pelaporan terhadap 1. Koordinasi dan Memberitahukan pada Korwil Kasihan dan PCM
penutupan Kasihan.
Kedaruratan
Pertimbangan Khusus
Pembukaan Kembali 1. Koordinasi dan Memberitahukan pada Korwil Kasihan dan PCM
Kasihan.
Prinsip Umum · Jika ada kejadian bencana maka sesegera mungkin melakukan
tindakan kesiapsiagaan.
Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
cidera atau kecelakaan yang membutuhkan penanganan medis dasar (sumber: PMI).
Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian
yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Langkah langkah
melakukan pertolongan pertama:
- Tetap tenang jangan panik
- Pemberi pertolongan pertama haruslah orang yang memiliki keterampilan untuk
melakukan pertolongan pertama. untuk itu tim siaga bencana satuan pendidikan
harus mendapatkan pelatihan pertolongan pertama.
- Tim siaga bencana bidang PP melakukan cek situasi korban
Prosedur pemulangan peserta didik saat situasi bencana atau darurat dimaksudkan untuk
memastikan bahwa peserta didik dan keluarga benar-benar bisa bertemu kembali
dengan aman, setelah sebelumnya terjadi kondisi tidak aman atau tidak biasa. Di saat
terjadinya suatu kondisi darurat atau bencana, semua peserta didik tidak boleh
meninggalkan area satuan pendidikan/titik aman sebelum dijemput oleh orangtua/wali.
peserta didik tingkat menengah atas dapat kembali ke rumah tanpa dijemput oleh
orangtua/wali dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan pihak keluarga dan
apabila kondisinya memungkinkan.
Proses penjemputan dilakukan di tempat yang telah disepakati oleh pihak sekolah dan
orangtua/wali. hal ini perlu dikomunikasikan lebih awal, termasuk durasi tunggu
penjemputan dan mekanisme pemulangannya. Bagi warga satuan pendidikan yang
mengalami cedera dan dirujuk ke fasilitas kesehatan maka proses penyerahan dilakukan
di fasilitas kesehatan tersebut (tidak dibawa ke satuan pendidikan kembali)
Orang tua peserta didik: Berikan dan perbarui Daftar Kontak Darurat untuk anak Anda.
Daftar ini harus berisi orang tua peserta didik maupun wali siswa dan dua sampai tiga
anggota keluarga ataupun teman keluarga yang dipercayai yang tinggal dekat atau yang
dapat menjemput peserta didik saat kondisi darurat. Saat terjadi keadaan darurat
ataupun bencana, peserta didik hanya akan diserahkan kepada orang yang namanya ada
di dalam daftar tersebut atau diberi kewenangan oleh orang yang berada di dalam daftar
tersebut.
Administrasi: Pastikan bahwa Daftar Kontak Darurat untuk setiap peserta didik sudah
diperbaharui oleh orang tua peserta didik di awal tahun ajaran baru, dan dapat
diperbaharui lagi oleh orang tua peserta didik kapan saja. Simpan salinan Kontak Darurat
peserta didik di Kotak-Siap-Bawa (Go-Box) dan setiap awal tahun ajaran baru di Kotak
Perlengkapan Darurat Sekolah.
Guru: Pastikan bahwa baik peserta didik maupun orang tua peserta didik paham betul
akan prosedur pelepasan (pemulangan) peserta didik di kondisi darurat dan bencana.
Tim Penyatuan Kembali (Reunifikasi): Sambut orang tua peserta didik dan mereka yang
namanya ada di dalam kontak darurat di gerbang (sekolah) yang sudah ditentukan, dan
berikan kepada mereka Form Penyatuan Kembali Peserta Didik dengan Keluarga (Ijin
untuk Melepaskan/ Memulangkan Peserta Didik) untuk diisi. Lakukan verifikasi untuk
memastikan bahwa orang dewasa yang menjemput memang tercatat di dalam Daftar
Setelah semua warga satuan pendidikan berhasil dievakuasi, maka perlu dilakukan
pengecekan dampak untuk menentukan keputusan apakah KBM akan dilanjutkan atau
dihentikan.
1. Tim siaga bencana yang telah ditunjuk melakukan pemeriksaan seluruh ruangan
di area satuan pendidikan, dengan tetap mempertimbangkan keselamatan warga
satuan pendidikan.
2. Pengecekan dilakukan oleh minimal 2 orang.
3. Gunakan format terlampir untuk pengecekan dan pencatatan dampak.
4. Berikan tanda pada bangunan yang rusak.
5. Memberikan laporan hasil pengecekan kepada ketua tim siaga bencana dan atau
kepala sekolah.
Pilar dua berbicara mengenai perencanaan yang berfokus pada kesetaraan untuk
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan anak-anak untuk kesinambungan pendidikan
dalam kaitannya dengan semua ancaman bahaya dan risiko bagi anak-anak dan tenaga
kependidikan di sektor pendidikan. Fokusnya adalah pada pengembangan kapasitas
antisipatif, absortif, adaptif dan transformatif untuk resiliensi melalui partisipasi dan
akuntabilitas yang berarti bagi penduduk yang terkena dampak.
Setiap tahapan dalam penyelenggaraan pilar 2 SPAB terdapat parameter yang harus
dicapai beserta indikator-indikator dan uraian verifikasinya. Parameter merupakan standar
minimum yang bersifat kualitatif dan menentukan tingkat minimum yang harus dicapai dalam
pemberian respon pendidikan. Indikato me akan enanda ang men nj kkan a akah
standar telah dicapai. Indikator memberikan cara mengukur dan mengkomunikasikan
dampak, atau hasil dari suatu program, sekaligus juga proses, atau metode yang digunakan.
Indikator bisa bersifat kualitatif atau kuantitatif. Sedangkan verifikasi adalah bukti yang telah
ditetapkan untuk menunjukkan indikator.
Penilaian Mandiri perangkat penilaian *Tim Siaga Bencana mampu Dokumentasi hasil
Satuan Pendidikan mandiri, analisa hasil melakukan penilaian mandiri penilaian mandiri satuan
dan penggunaan satuan pendidikan; pendidikan
hasil untuk
*hasil penilaian mandiri dapat
mendukung
dianalisa untuk menyusun
pelaksanaan SPAB
rencana kerja lanjutan SPAB
Kaji Cepat Dampak perangkat kaji cepat adanya perangkat atau alat kaji laporan kaji dampak
Bencana Bidang dampak, analisa cepat yang dapat diakses dan bencana
Pendidikan hasil, penggunaan mudah digunakan, analisa hasil,
hasil dan diseminasi penggunaan dan diseminasi
informasi hasil
Kaji Kebutuhan perangkat kaji adanya perangkat kaji laporan kaji kebutuhan dan
Bidang Pendidikan kebutuhan, analisa kebutuhan yang dapat diakses diseminasi laporan publik
hasil, penggunaan dan mudah digunakan oleh
hasil dan diseminasi warga sekolah untuk mendata
informasi kebutuhan pendidikan dalam
situasi darurat, proses analisa
hasil, penggunaan dan
diseminasi hasil untuk
mendukung penyusunan
rencana respons pendidikan
guna menghindari tumpang
tindih
Simulasi sikap dan tindakan * Simulasi masuk kedalam Dokumen rencana kerja
Penanggulangan program rutin satuan satuan pendidikan yang
Bencana Satuan pendidikan dan terlaksana mencantumkan simulasi;
Pendidikan secara rutin;
Dokumentasi dan laporan
*Pelibatan warga satuan kegiatan simulasi;
pendidikan dalam perencanaan,
Skenario simulasi satuan
pelaksanaan, dan evaluasi
pendidikan yang
simulasi;
terintegrasi dengan
Kajian Risiko Bencana Sikap dan tindakan Kajian risiko bencana di Satuan Terlaksananya kegiatan
Satuan Pendidikan Pendidikan melibatkan peserta kajian risiko bencana di
Partisipatif didik, pendidik, dan tenaga satuan pendidikan
kependidikan, serta
Dokumentasi kegiatan
menunjukkan partisipasi aktif
(foto atau video)
dan melibatkan warga di
pengkajian risiko sekolah
lingkungan sekolah.
yang melibatkan warga
sekolah
Tim Siaga Satuan Perencanaan Mengkaji dokumen risiko Tersedianya dokumen hasil
Pendidikan kesiapsiagaan bencana satuan pendidikan kajian dokumen risiko
bencana satuan pendidikan
Melibatkan warga dan
pemangku kepentingan satuan Pelibatan warga dan
pendidikan dalam mengkaji pemangku kepentingan
dokumen risiko bencana di satuan pendidikan dalam
satuan pendidikan mengkaji dokumen risiko
sekolah
Rencana Aksi SPAB Sikap dan tindakan Memiliki dokumen rencana aksi Dokumen rencana aksi
program mitigasi bencana di program mitigasi bencana
Satuan Pendidikan di Satuan Pendidikan
Kebijakan Kebijakan dan sistem *adanya kebijakan terkait SPAB Dokumentasi implementasi
pendukung di satuan pendidikan dan dinas kebijakan dan capaian
pendidikan (contoh: kebijakan
Data yang dapat diakses
sekretariat bersama SPAB dalam
bentuk SK/peraturan kepala
daerah, kebijakan program
SPAB di satuan pendidikan,
kebijakan kesinambungan
Pengelolaan Data & Perangkat, proses, adanya perangkat yang dapat laporan hasil pengumpulan
Informasi analisa dan diakses dan digunakan untuk data dan informasi
penggunaan data identifikasi kebutuhan
dan informasi implementasi SPAB, adanya
proses pengambilan data secara
inklusif yang mencakup
informasi, penggunaan data dan
informasi untuk mendukung
implementasi dan perbaikan
Penyandang disabilitas
Akses transportasi
Relokasi
Kemungkinan satuan
pendidikan dijadikan tempat
pengungsian
Standar Operasional Prosedur (SOP) Kedaruratan Bencana & Rencana Kesiapsiagaan Bencana Satuan
Pendidikan
Struktur pelaksana
operasi/situasi darurat
JAWABAN
SUB
INDIKATOR NO PERTANYAAN KUNCI
INDIKATOR
Ya Tidak
Gunung
Berapi
19 Sekolah/madrasah kami tidak pernah mengalami dampak
erupsi gunung api sebelumnya
Kebakaran
DESAIN DAN Dinding Partisi 44 Dinding partisi sudah diikatkan pada komponen-
PENATAAN komponen terdekat.
KELAS
Langit- Langit 45 Plafon atau kisi-kisi sudah diikatkan dengan kuat ke sistem
atap.
DUKUNGAN Peralatan 65 Peralatan yang penting sudah diikatkan dengan baik untuk
SARANA DAN Listrik menghindari peralatan tersebut bergeser dari atas rak
PRASARANA (telepon, atau meja.
televisi,
komputer,
66 Telepon yang diletakkan di atas meja sudah cukup jauh
lampu, kipas
dari tepi sehingga telepon tersebut tidak akan terjatuh.
angin, dll)
Kebijakan
103 Ada pernyataan tertulis di dalam program
Sekolah/
sekolah/madrasah yang mendukung upaya Pengurangan
Madrasah
Resiko Bencana (PRB) di sekolah/madrasah.
OUTLINE
DOKUMEN KAJIAN RISIKO BENCANA PARTISIPATIF DI SATUAN PENDIDIKAN
Tabel 11 Format Kajian risiko bencana partisipatif di Satuan Pendidikan
No Outline Keterangan
Halaman judul
- Halaman pengesahan
halaman pengesahan dan jadwal pembaharuan - Tuliskan masa berlaku kajian risiko bencana dan kapan harus
dokumen kajian risiko bencana partisipatif di satuan diperbaharui kembali
pendidikan
Halaman pengantar pengantar dari kepala satuan pendidikan/ koordinator tim siaga
bencana satuan pendidikan
Ringkasan (1 halaman)
Kegiatan kajian risiko bencana di satuan pendidikan tuliskan secara singkat informasi mengenai pelaksanaan kajian
- Dimana dilaksanakan risiko bencana partisipatif di satuan pendidikan anda
- Kapan dilaksanakan
- Siapa yang terlibat
- Bagaimana proses kegiatannya
struktur kelembagaan satuan pendidikan struktur kelembagaan satuan pendidikan di tahun ajaran berjalan
kegiatan belajar mengajar dan jumlah rombel KBM dan rombel di tahun ajaran berjalan
jumlah warga satuan pendidikan (peserta didik dan PTK) jumlah warga satuan pendidikan di tahun ajaran berjalan, laki laki
dan perempuan, dewasa dan anak anak sesuai dengan
kelompoknya
Pemetaan ancaman
Pemeringkatan ancaman
Karakteristik ancaman
Kajian kerentanan
Kajian kapasitas
Kajian risiko
Bab IV penutup
Waktu kejadian
No. Kejadian Dampak Sumber Info
(tanggal, bulan, tahun)
tuliskan info mengenai Tuliskan kejadian Tuliskan dampak kejadian di Tuliskan dari mana sumber
tanggal, bulan dan tahun bencana alam maupun satuan pendidikan secara detail: informasinya: mengalami
kejadian. non alam yang pernah korban jiwa, luka, mengungsi, langsung, dari orangtua, dari
terjadi di satuan korban material, kerusakan media informasi, dari buku, dan
pendidikan, dusun fasilitas umum, aktivitas di sebagainya.
hingga desa. masyarakat, dampak bagi
Jika kesulitan mendapat
pendidikan, situasi saat kejadian.
informasi mengenai
detail waktu kejadian,
minimal tuliskan tahun
kejadian. Fokus pada dampaknya bagi
satuan pendidikan dan warga
satuan pendidikan
3 Dan seterusnya
JENIS ANCAMAN RAGAM ANCAMAN Beri anda jika ada dan Keterangan tambahan
beri tanda X jika tidak ada
Tanah longsor
Tsunami
Gunung api
Tanah bergerak
Likuifaksi
Banjir
Banjir bandang
kekeringan
Pencemaran industri
Malaria
Hama tanaman
Hama/penyakit hewan
Terorisme
Konflik
Penculikan
pornografi
Pekerja anak
Kebakaran hutan/lahan
Penggundulan hutan
Pekerja anak
Kesimpulan:
Ancaman yang paling mungkin Ancaman yang paling sering Ancaman yang paling
terjadi terjadi besar dampaknya bila
terjadi
10
Dari tabel diatas, tuliskan kembali di bawah ini 5 ancaman peringkat tertinggi
Diskusikanlah: dari 5 ancaman peringkat tertinggi di atas, pilih 3 ancaman untuk menjadi pilihan prioritas
aksi setahun ke depan. Sertakan juga alasannya.
Tuliskan ragam ancaman yang Tuliskan alasan mengapa menjadi ancaman prioritas, bisa juga tuliskan
dipilih untuk diprioritaskan situasi dan kondisi satuan pendidikan
penyajiannya
No. Jenis Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov dese keterangan
Ancaman/
Bahaya
1 Tuliskan Tuliskan
jenis keterangan
ancaman atau
dari hasil deskripsi
pemetaan yang
ancaman mendukung
di sesi 2 hasil diskusi
5 Dan
seterusnya
Dewasa perempuan:
Dewasa perempuan:
Dewasa perempuan:
- Jenis kelamin/Jumlah
Kesulitan belajar Tempat atau keterangan
kelas tambahan
(orang yang
mengalami
hambatan
bergerak selain
karena kondisi
ketunaan; missal
obesitas,
penyakit
menahun)
Lanjut usia* Tuliskan jumlah orang lanjut Tempat atau Keterangan lain:
usia: kelas:
60 tahun keatas
laki laki:
perempuan:
Rusak berat,
rusak sedang,
rusak ringan
Sosial dan Warga satuan Tuliskan jumlah warga satuan Tuliskan lokasi
budaya pendidikan pendidikan dewasa yang belum dimana
dewasa yang mendapat pelatihan SPAB: biasanya
belum mendapat jumlah laki laki, jumlah mereka
pelatihan SPAB perempuan berada
Untuk klasifikasi dan keterangan mengenai ragam disabilitas silahkan melihat UU no.8 Tahun 2016
tentang penyandang disabilitas
-
Pengetahuan dan Warga satuan pendidikan Tuliskan jumlah, Dimana mereka
keterampilan dewasa yang telah laki laki dan biasanya berada
mengikuti pelatihan SPAB: perempuan
a. Pengurangan risiko
bencana secara umum
b. SPAB
c. Pelatihan pertolongan
pertama
d. Pelatihan pemadaman
api
e. Pelatihan pendidikan
dalam situasi darurat
f. Pelatihan psikososial
h. L...... P......
g. Pemadaman api
i. L...... P......
h. Mengemudi
j. L...... P......
i. Psikososial
j. Dapur umum
a. Pertolongan pertama
b. Menggunakan HT/alat
komunikasi
a. L...... P.....
c. Mendirikan tenda pleton
d. Tali temali
b. L...... P......
e. Penyelamatan di air
f. Penyelamatan gedung
c. L...... P......
bertingkat
g. Pemadaman api/
memakai APAR
d. L...... P.......
h. Mengemudi
e. L...... P......
i. Psikososial
j. Dapur umum
f. L...... P......
g. L...... P......
h. L...... P......
i. L...... P......
j. L...... P......
Fasilitas Alat pemadam api ringan* Tuliskan Tuliskan dimana Tuliskan bagaimana
kesiapsiagaan jumlahnya posisinya kondisinya: masa
kadaluarsa,
Alat peringatan tanda Tuliskan jenis dan Tuliskan dimana Tuliskan bagaimana
bahaya inklusif* jumlahnya posisinya kondisinya: masa
kadaluarsa,
Dragbar siap pakai/ tandu Tuliskan jenis dan Tuliskan dimana Tuliskan bagaimana
manual* jumlahnya posisinya kondisinya
Hidrant air/ sumber air/ Tuliskan jenis dan Tuliskan dimana Tuliskan bagaimana
tandon air* jumlahnya posisinya kondisinya
Sosial dan Jejaring antara satuan Tuliskan pihak pihak terkait Contoh: BPBD
lingkungan pendidikan dengan pihak penanggulangan bencana dan setempat
luar kedaruratan yang berjejaring dengan
Pemadam kebakaran
satuan pendidikan (yang pernah
bekerjasama, ada komunikasi dan setempat
Pengurus gerakan
pramuka setempat
Lembaga non
pemerintah yang
bergerak di bidang
penanggulangan
bencana
Jarak satuan pendidikan Tuliskan jarak dari satuan pendidikan ke Pemadam kebakaran
dengan layanan pihak pihak terkait penanggulangan
Puskesmas/klinik/ RS
kedaruratan bencana dan kedaruratan terdekat
terdekat
Kantor keamanan
setempat
PLN terdekat
Peran serta masyarakat di Jika ada, Tuliskan contoh kontribusi dan peran serta masyarakat
luar warga satuan luar satuan pendidikan.
pendidikan
Misalnya: apakah ada gotong royong berkaitan dengan satuan
pendidikan, apakah ada pertemuan rutin orang tua murid dengan
staff satuan pendidikan, apakah mudah menghimpun dana untuk
keperluan satuan pendidikan, apakah masyarakat melibatkan
satuan pendidikan dalam kegiatan penanggulanganbencana di
dusun/desa, dll
Kebijakan satuan Prosedur tetap kedaruratan Ada/ tidak ada Jika ada, dipajang Tuliskan prosedur
pendidikan yang diketahui semua atau tidak, jika tetap kedaruratan
warga satuan pendidikan dipajang, dimana? bencana apa
Tim siaga bencana yang Ada/ tidak ada Jika ada, Tuliskan
terlatih dan terampil informasi kapan
dilakukan regenerasi,
kapan terakhir dilatih
Rencana kerja dan anggaran Ada/ tidak ada Jika ada, Tuliskan
tahunan satuan pendidikan informasi kapan
yang memuat kegiatan dilakukan
pengurangan risiko bencana pembaharuan dan
evaluasi
Kegiatan edukasi Jika ada, tuliskan jenis dan jumlah yang telah dilakukan, misalnya:
kebencanaan dilaksanakan Simulasi,
secara rutin dan
Edukasi melalui integrasi mata pelajaran,
berkelanjutan
ASET Bentuk dampak Ya (mungkin) atau Kerentanan apa Kapasitas apa Keterangan
(tidak mungkin) yang yang
menyebabkan dibutuhkan
aset bisa terkena untuk
dampak mengurangi
dampak
Manusia Meninggal
Kehilangan
kemampuan fungsi
tubuh/cacat
Luka luka
Mengungsi
Tidak bisa
bersatuan
pendidikan
Kehilangan
pekerjaan
Kehilangan modal
kerja
Kehilangan
dokumen penting
satuan pendidikan
Kerusakan/
kehilangan harta
benda
Kerusakan/
kehilangan surat
surat penting
pribadi
Pengeluaran
tambahan bagi
satuan pendidikan
Bangunan satuan
Infrastruktur pendidikan rusak/
hilang
Gangguan fungsi
bangunan atuan
pendidikan
Kerusakan sumber
air bersih
Kerusakan jaringan
listrik
Gangguan akses
menuju ke satuan
pendidikan
Kerusakan meja
kursi belajar dan
peralatan belajar
Pencemaran air
Alam dan
lingkungan
Pencemaran udara
Pencemaran tanah
Gangguan
Sosial
kerukunan warga
satuan pendidikan
Gangguan fungsi
or- ganisasi di
satuan pendidikan
Gangguan/
hambatan
partisipasi warga
satuan pendidikan
Gangguan kegiatan
belajar mengajar
Lain lain
No HP:
Tanggal:
Desa
Kecamatan
DATA DASAR
Umur 0-2
Umur 3-4
Umur 5-10
Umur 11-14
Umur 15-17
TOTALS:
TOTALS:
non-PNS
TOTALS:
1. Partisipasi Apakah kelompok komunitas berikut aktif Centang jika ada sebutkan bentuk
masyarakat memberikan dukungan pada pendidikan dukungannya
masa darurat
Komite SP
PKK
Karang Taruna
Kelompok keagamaan
Kelompok lainnya di
mas araka
Sub-domain 1 - koordinasi
Aktor Apakah sekolah telah membangun sistem Centang jika ada Sebutkan topik yang
pendidikan koordinasi dengan aktor pendidikan berikut dibahas dalam
di masa darurat: koordinasi
Komite SP
UPT pendidikan
Dinas Provinsi
NGO/LSM
Ak or lain
Bantuan Apakah ada sumberdaya yang dimiliki aktor Centang jika ada Sebutkan jenis
sumberdaya pendidikan yang dapat membantu sumberdaya
memulihkan pendidikan
Komite SP
UPT pendidikan
Dinas Provinsi
NGO/LSM
Aktor lain
Kesetaraan akses
Kondisi SP Apakah ada anak yang tidak dapat Centang jika ada Mengapa dan sebutkan
mengakses sekolah pasca bencana? jumlah
Pindah
Penyandang
disabilitas
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
TOTALS:
Perlindungan
Keamanan Apakah ada bahaya yang mengancam siswa Sebelum bencana Sesudah bencana
lingkungan di lingkungan sekolah (menuju sekolah atau
satuan saat berada di satuan pendidikan)
pendidikan
Penculikan
Penjualan manusia
Kekerasan seksual
Lainn a
Lainn a
Fasilitas
Fasilitas Bagaimana kondisi ruang kelas pasca Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
satuan bencana dan apakah membutuhkan ruang Rusak rusak rusak berat kebutuh
pendidikan belajar sementara ringan sedang an ruang
ruang kelas
belajar
sementara
UKS
Meja/kursi
Kurikulum
Seragam, tas,
sepatu
Alat mengajar
(papan, kapur,
dsb)
Promosi kebersihan
Dukungan psikososial
Pendidikan bencana
Status guru Jumlah guru yang tersedia masa darurat Jumlah guru Jumlah tambahan guru
(pasca bencana) yang dibutuhkan dan
durasi
PNS
Non PNS
Relawan
Organisasi kelas
Disiplin positif
Gangguan Apakah proses belajar terganggu setelah Iya Tidak Jika iya, berapa hari
proses gempa?
belajar
Ujian Apakah ada sistem penilaian hasil belajar di Iya/Tid Jika iya, bagaiamana prosesnya
masa darurat? ak
Kebijakan pendidikan
Kebijakan Apakah ada kebijakan dinas pendidikan Iya Tidak Jika iya, sebutkan
setempat yang mendukung kebijakan yang ada
keberlangsungan pendidikan Jika tidak, sebutkan
kebijakan yang
dibutuhkan
Gunakan panduan pertanyaan ini untuk pertimbangan pengambilan keputusan apakah sekolah
akan dihentikan sementara waktu atau tetap dilanjutkan
Nama Sekolah :
Rencana Kepegawaian
Tidak
Akses
Tidak
Bangunan
Tidak
Bahaya
Air
Tidak
TOILET
Tidak
Komunikasi
Tidak
Listrik
Permasalahan Lainnya
Nama: Posisi:
Ancaman : ................
Seluruh modul dan lampiran dapat diunduh dengan memindai barcode atau klik link berikut ini:
https://spab.kemdikbud.go.id/