Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

JURNAL 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ATAS TINDAKAN


PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) YANG DILAKUKAN
SECARA SEPIHAK
DI PT. BANGUN WENANG BAVERAGES COMPANY (BWBC)

Disusun Oleh :

Fatmawati
Kelas B
1867140020

Ilmu Administrasi Bisnis


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar
2019
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ATAS TINDAKAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) YANG DILAKUKAN SECARA
SEPIHAK DI PT. BANGUN WENANG BAVERAGES COMPANY
Abstract
This study entitled legal protection against workers on unilateral actions of termination of
employment, the problem of this case is how the form of legal protection of workers on the
action of unilateral termination of employment, this study aims to know how the protection
of the law against the workers for termination action Unilateral working relationship. Type
of research conducted in the form of field research, data sources in this study are primary
data and secondary data, primary data is the result of direct research with interviews with
resource persons and respondents while secondary data in this study in the form of
legislation - the invitation, Inductive. This research was conducted at PT. Bangun Wenang
Baverages Company (BWBC) North Sulawesi. The results showed that PT. Bangun Wenang
Baverages Company stopped operating, this was due to the cooperative relationship that
was established. With the Coca – Cola Indonesia (CCI) not renewed due to many violations
found in the field, this had an adverse effect on all workers who had been employed but the
rights that workers should have received were not granted by The company, the result of
the court ruled that PT. Bangun Wenang Baverages Company is declared bankrupt and is
obliged to grant all rights of all workers not provided.Keywords: Protection, Workers,
Termination, Court.

1. PENDAHULUAN
Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Negara yang berdasarkan hukum dalam melaksanakan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Indonesia adalah negara hukum memiliki konstitusi berupa Undang – Undang Dasar 1945
sebagai dasar peraturan perundang-undangan untuk mengatur tingkah laku masyarakatECS
Wade dalam buku Constitusional Law mengatakan bahwa Undang-Undang Dasar adalah
naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan – badan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok cara kerja badan tersebut.1Rangka dan tugas pokok cara
kerja negara Indonesia juga tertuang dalam Undang-Undang Dasar NKRI 1945 dan di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar NRI 1945.Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea
keeempat mencantumkan tujuan negara Indonesia. Tujuan negara tersebut yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Keseluruhan tujuan ini adalah untuk mencapai negara kesejahteraan atau welfare state.
Negara kesejahteraan dapat diwujudkan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar
tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa terwujud, salah satu faktor yang penting selain
pendidikan, kesehatan, juga pekerjaan yang harus dilakukan demi memenuhi setiap
kebutuhan hidup dari setiap manusia. Membicarakan hukum tidak dapat lepas
membicarakannya dari kehidupan manusia ubi societas ibi ius .Hukum adalah bingkai yang
membingkai sikap lahir manusia. Hukum juga sebagai faktor yang membatasi kebebasan
seseorang, supaya apa yang dilakukan tidak melanggar hak – hak orang lain. Hak adalah
sesuatu yang seharusnya kita terima. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai
kebutuhan yang beranekaragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia
dituntut untuk bekerja. Bagi pekerja/buruh pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan
hilangnya mata pencaharian, berarti pekerja/buruh kehilangan pekerjaaan dan penghasilan
oleh sebab itu, istilah pemutusan hubungan kerja (PHK) bisa menjadi momok bagi setiap
pekerja/buruh karena mereka dan keluarganya terancam kelangsungan hidupnya dan
merasakan derita akibat dari pemutusan hubungan kerja (PHK) itu. Mengingat fakta dalam
lapangan bahwa mencari pekerjaan tidaklah mudah seperti yang dibayangakan. Semakin
ketatnya persaingan, angkatan kerja terus bertambah dan kondisi dunia usaha yang selalu
fluktuatif sangatlah wajar jika pekerja atau buruh selalu khawatir dengan ancaman
pemutusan hubungan kerja tersebut.Pemutusan Hubungan kerja yang dilakukan oleh
perusahaan kepada pekerja sering kali tidak dapat diterima oleh pihak pekerja/buruh karena
tidak sesuai dengan pasal 151 Undang – Undang No. 13 tahun 2013 tentang ketenaga
kerjaan yaitu :
1. Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya
harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, akan tetapi pemutusan hubungan kerja tidak
dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh
pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan tidak menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh.
3. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar – benar tidak
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan
pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
PT.Bangun Wenang Beverages Company yang beralamat Desa Watudambo Dua Kecamatam
Kauditan Minut Sulawesi utara, PT. Bangun Wenang Baverages Company menjalin kerja
sama dengan Coca – cola Indonesia dan kerja sama yang terjalin telah berakhir pada tanggal
31 Januari 2016 berdasarkan hasil audit yang dilakukan dilapangan bahwa terdapat banyak
permasalahan yang terjadi yaitu pertama berkaitan dengan masalah produksi dimana gula
yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Baverages Company tidak sesuai dengan standart
yang sudah ditentukan oleh Coca – Cola Indonesia melainkan membeli gula secara bebas
dipasar, kedua minuman yang sudah tidak layak minum tetap dipasarkan kepada konsumen,
ketiga upah dan pesangon para pekerja / buruh selama berbulan – bulan tidak dibayarkan
oleh pihak PT. Bangun Wenang Baverages Company, keempat pembayaran BPJS yang setiap
bulannya dipotong dari gaji para pekerja/buruh setiap bulannya oleh pihak PT. Bangun
Wenang Baverages Company tidak dibayarkan kepada pihak BPJS, masalah selanjutnya yang
terjadi adalah Sumur yang dibuat oleh PT. Bangun Wenang Baverages Company untuk
dipergunakan dalam rangka produksi minuman dan lainsebagainya ada 6 (enam) yang
dipergunakan hanya 3 (tiga) sumurtetapi yang dilaporkan kepada pihak pemerintah hanya 1
(satu). Inilah yang penulis ingin kaji bagaimanakah perlindungan Hukum terhadap pekerja
atas tindakan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan secara sepihak.

2. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu berupa penelitian lapangan (field
research) yakni penelitian yang titik fokusnya pada jawaban atas pertanyaan yang diajukan
kepada responden yang hasilnya berupa fakta sosial. Penelitian ini juga memerlukan data
sekunder (bahan hukum) sebagai pendukungnya. Adapun lokasi penelitian yang dipilih
adalah PT. Bangun Wenang Beverages Company yang beralamat Desa Watudambo Dua
Kecamatam Kauditan Minut Sulawesi utara. Lokasi penelitian dipilih karena dengan dugaan
bahwa telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerja.
2. Sumber data
Sumber data pada penelitian ini berupa data primer yang diperoleh sebagai data utama
disamping data sekunder yang berupa bahan hukum sebagai sumber data pendukung.
Dalam penulisan hukum ini sumber data,meliputi :
1. Data primer
Data primer yaitu data hasil penelitian yang diperoleh secara langsung dari lokasi
penelitian yaitu data hasil wawancara dengan narasumber dan responden. Penelitian
ini
bertujuan untuk mendapatkangambaran fakta hukum mengenai perlindungan
Hukum terhadap pekerja atas tindakan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
secara sepihak di PT. Bangun Wenang Beverages Company.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai peraturan perundang –
undangan,hasil penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang
berkaitan dengan masalah atau materi penelitian
a. Bahan hukum primer terdiri dari :
1) Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat yang berbunyi melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian
abadi dan keadilan social 7
2) Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Bab X Pasal 27
ayat (2) tentang tiap – tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
4) Undang – undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
5) Undang – Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan
6) Undang – undang No. 2 tahun 2004 tentang penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004
Nomor 6)
7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP –150/MEN/2000 tentang
penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja dang anti kerugian di perusahaan.
8) Keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 46 Tahun 2016 Tentang
Penetapan upah minimum propinsi.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan sehingga
dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti
rancangan undang – undang, hasil – hasil penelitian, buku –buku teks, jurnal
ilmiah,surat kabar (Koran), berita internet dan bahan acuan lainnya yang
berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti8
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier pada dasarnya mencangkup bahan –bahan yang memberikan
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang dikenal
dengan nama bahan acuan bidang hukum atau badan hukum
rujukan bidang hukum 9
. Bahan
hukum tersier dalam penelitian
ini terdiri dari:
1) Kamus Besar Bahasa Indonesia
2) Kamus Belanda Indonesia
3) Kamus Hukum
3. Cara Pengumpulan Data
a. Penelitian lapangan
Penelitian lapanganadalah penelitian untuk memperoleh data primer yang akan dilakukan
dengan cara wawancara secara terbuka menggunakan pedoman yang telah disediakan
sebelumnya mengenai permasalahan yang akan diteliti, ditunjukan kepada narasumber
untuk memperoleh keterangan yang lebih lanjut sehingga penulis dapat memperoleh
jawaban yang lebih lengkap dan mendalam berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
yaitu perlindungan hukum terhadap pekerja atas tindakan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) yang dilakukan secara sepihak di PT. Bangun Wenang Beverages Company (BWBC)
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan mencari,
menemukan dan mempelajari bahan hukum berupa buku –buku yang berkaitan dengan
obyek penelitian untuk mendapatkan data – data yang mendukunghasil studi kasus yang
penulis lakukan.
4. Nara Sumber dan Responden
Penulis mengambil nara sumber yang berkompeten dengan objek penelitian dalam
melakukan pengumpulan data yaitu :
a. Kepala dinas tenaga kerja sosial provinsi Sulawesi utara yang diwakili oleh
Sekretaris Dinas Kasubag Umum Bpk. Jetro R. Izaak, S. Sos.,
b. Manager HRD PT. Bangun Wenang Beverages Company Bpk. Ruddy M. SH.,
c. Ketua Federasi srikat Pekerja Bangunan dan PU serikat Seluruh Indonesia (SPSI)
Prov. Sulawesi Utara Bpk. Djohn P. Sineri
d. Perwakilan pekerja / buruh dari PT.Bangun Wenang Baverages Company
e. Metode Analisis data
f. Dari data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan maupun penelitian
dilapangan diolah dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis data
berdasarkan apa yang diperoleh dari kepustakaaan maupun lapangan baik secara
lisan maupun secara tulisan, disajikan tidak dalam bentuk angka – angka tetapi
disusun dalam bentuk kalimat –kalimat yang logis. Adapun metode yang digunakan
adalah metode berfikir induktif yaitu dalam proses penalaran dalam menarik
kesimpulan menggunakan metode berpikir induktif, yaitu metode berfikir dari hal –
hal yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan bersifat umum. Dalam hal ini
berarti hasil penelitian dari kepustakaan dan dilapangan disususun secara sistematis
sehinggasaling melengkapi, kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang –
undangan yang mengatur mengenai ketenaga kerjaan khususnya dalam kaitannya
dengan penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


I. TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KERJA
1. Hubungan Kerja adalah suatu hubungan hukum yang dilakukan oleh minimal dua
subyek hukum mengenai suatu pekerjaan. Subyek hukum yang melakukan hubungan
kerja adalah pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh. Berdasarkan
Ketentuan Pasal 1 angka 15 Undang – undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,upah
dan perintah. Unsur –unsur perjanjian kerja yang menjadi dasar hubungan kerja
sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang – undang No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
2. Pengertian Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja dalam pengertiannya berdasarkan pasal 1 angka 14 dalam Undang –
Undang No. 13 Tahun 2003 menjelaskan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian
antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat –
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Hubungan kerja terjadi karena adanya
perjanjian kerja anatara pengusaha dan buruh.
a. Pekerjaan
Jenis, ruang lingkup, dan keluasan pekerjaan sangatlah beragam sehingga dalam
Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak merinci makna pekerjaan secara
terperinci. Pekerjaan merupakan sesuatu yang amat sentral jika membahas tentang
hukum perburuhan. Didalam Undang – undang hanya dapat menentukan jika
perjanjian kerja disebut secara tertulis maka harus dimuat :
(a) nama, alamat, perusahaan, dan jenis usaha,
(b) nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh
(c) jabatan atau jenis pekerjaan
(d) tempat pekerjaan
(e) besarnya upah dan cara pembayarannya
(f) syarat –syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja/buruh
(g) mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
(h) tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat dan
(i) tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja tersebut.
Adanya syarat – syarat kerja tersebut ialah hal yang memuat hak dan kewajiban
para pihak dalam hal ini adalah pengusaha dan prkerja/buruh dimana memperjelas
sesuatu yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh buruh, berarti kewajiban buruh
untuk kepentingan dari pengusaha. Didalam kamus besar bahasa Indonesia kata
pekerjaan dipadankan dengan Tugas Kewajiban kata ini diartikan sebagai barang
yang dilakukan (diperbuat,dikerjakan,dan sebagainya)10.
b. Upah
Menurut pasal 1 angka 30 Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang –undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telahatau
akan dilakukan. Upah didasarkan pada perjanjian kerja, sepanjang ketentuan upah
didalam perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang –
undangan. Jika ternyata perjanjian upah tersebut dalam perjanjian kerja
bertentangan dengan peraturan perundang –undangan maka yang berlaku adalah
ketentuan upahdidalam peraturan perundang – undangan.
c. Perintah
Undang – undang Nomor 13 tahun 2003 maupun dalam peraturan perundang –
undangan sebelumnya tidak memberikan batasan ataupundefinisi mengenai
perintah. Dalam Kamus besar bahasa Indonesia menjelaskan bahwa perintah berarti
(1) perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu dan (2) aturan dari
pihak atas yang harus dilakukan11. Makna mengenai perintah tersebut menunjukkan
adanya unsur “pihak atas” atau unsur “keharusan melakukan sesuatu oleh seseorang
atas kehendak orang lain”.
3. Perlidungan terhadap pekerja/buruh di PT. Bangun Wenang Beverages Company
(BWBC) akibat Pemutusan Hubungan Kerja sepihak.
Salah satu hak pekerja/buruh yang secara normatif diatur dalam Undang-
Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah hak pekerja/buruh
untuk memperoleh upah dan uang pesangon. Tetapi dalam kenyataannya hak
pekerja/buruh atas upah dan pesangon tersebut tidak bisa lagi diakomodir dan
bahkan dilupakan oleh Pihak yang seharusnya wajib menyelesaikannya, yaitu Kurator
yang ditunjuk oleh Pengadilan Niaga untuk menyelesaikan semua permasalahan
yang berhubungan dengan Perusahaan yang terkena pailit tersebut. Terkait dengan
penyelesaian pembayaran upah dan uang pesangon menurut undang-undang
No.2Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan
Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004.12
Menyadari bahwa kepailitan ataupun pembubaran suatu perusahaan akan
berdampak buruk terhadap perlindungan hak dan masa depan dari para
karyawannya, maka kepentingan karyawan dalam suatu perusahaan yang
dinyatakan pailit itu, adalah berkaitan dengan pembayaran upah dan pesangonnya.
Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, karyawan sering kali
ditempatkan paling belakang di dalam antrian kreditor saat harta pailit dibagikan
oleh kurator. Hal itu terjadi karena UU Kepailitan, UU Hak Tanggungan dan KUH
Perdata memang lebih menempatkan keistimewaan kreditor lain seperti utang
negara dan pemegang hak tanggungan, lebih tinggi kedudukannya dibanding
karyawan.
Dalam UU Kepailitan, yang mengatur tentang ketentuan debitur, termasuk
sebuah perseroan dikatakan bermasalah dapat disimpulkan dari ketentuan
kepailitan yang terdapat pada Pasal 2 ayat (1) UU No 37 Tahun 2004 yang
menyatakan “debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang baik atas permohonannya sendiri
maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya”.
UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, juga tidak secara khusus mengatur kedudukan karyawan sebagai
kreditur preferen. Namun padapraktiknya hak-hak karyawan sering kali kurang
terlindungi dalam proses kepailitan. Artinya posisi preferen (didahulukan) yang
dimiliki oleh karyawan tidak dapat begitu saja didahului. Dalam daftar antrian
kreditor, karyawan tidak berada di urutan pertama. Faktanya meski berada dalam
posisi “superior” berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
karyawan sering kali ditempatkan paling belakang di dalam antrian kreditur saat
harta pailit dibagikan oleh kurator. Hal itu terjadi karena UU Kepailitan, UU Hak
Tanggungan dan KUH-Perdata memang lebih menempatkan kreditur lain, seperti
utang negara dan pemegang hak tanggungan yang lebih tinggi kedudukannya
dibanding karyawan.
Sementara itu, perlindungan hukum mempunyai makna sebagai
perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan
oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan
tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut
ke dalam sebuah hak hukum. Dalam ilmu hukum “Hak” disebut juga hukum
subyektif, Hukum subyektif ini merupakan segi aktif dari pada hubungan hukum yang
diberikan oleh hukum obyektif (norma-norma, kaidah, recht). Hukum juga
menentukan kepentingan-kepentingan masyarakat yang dapat ditingkatkan menjadi
hakhak hukum yang dapat dipaksakan pemenuhannya. Hak diberikan kepada
pendukung hak yang sering dikenal dengan entitas hukum (legal entities,
rechtspersoon) yang dapat berupa orang-perorangan secara kodrati (naturlijke) dan
dapat juga entitas hukum nir kodrati yaitu entitas hukum atas hasil rekaan hukum.
Perlindungan terhadap pekerja/buruh dimaksudkan untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan
serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha. Perlindungan kerja bertujuan untuk
menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja tanpa disertai adanya tekanan dari
pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Untuk ini pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan perlindungan tersebut sesuai peraturan perundangundangan yang
berlaku. Lingkup perlindungan terhadap pekerja atau buruh menurut Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003, meliputi :
a) Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja atau buruh untuk berunding dengan
pengusaha;
b) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja:
c) Perlindungan khusus bagi pekerja atau buruh perempuan, anak, dan penyandang
cacat; dan
d) Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja.
Terkait dengan kepentingan pekerja istimewa. Ketentuan tersebut diatur
dalam Pasal 95 ayat (4) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 95
ayat (4) UU Nomor 13 Tahun 2003 : “Dalam perusahaan dinyatakan pailit atau
dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya”.
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja atas Tindakan Pemutusan Hubungan
Kerja dimuat dalam Pasal 1 angka 25 UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
disebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara pekerja/buruh dalam pengusaha. Pemutusan Hubungan Kerja tanpa adanya
penetapan dari lembaga penyelesaian hubungan industrial akan menjadi batal demi
hukum. Artinya, secara hukum PHK(Pemutusan Hubungan Kerja) tersebut dianggap
belum terjadi (pasal 155 ayat 1 UU Ketenagakerjaan). Dan selama putusan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha
maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya (pasal 155
ayat [2] UU Ketenagakerjaan). Pekerja/buruh tetap harus bekerja dan Pengusaha
tetap harus membayarkan upahnya selama belum ada keputusan dari lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Tindakan Perlindungan Hukum terhadap Pekerja: Hak-hak normatif
pekerja/buruh pada perusahaan pailit menurut Undang-Undang Ketanagakerjaan
bahwa Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh karena perusahaan pailit, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak
atas uang pesangon sebesar 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 3, dan uang penggantian
hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4 dan harus didahulukan pembayarannya dari
utang yang lain. Hak-hak normatif pekerja itu sendiri merupakan salah satu hak asasi
manusia, karena kerja berkaitan dengan hak atas hidup, bahkan hak atas hidup yang
layak seperti yang diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa “Tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hak asasi manusia ini merupakan hak
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Jadi seharusnya perusahaan
terlebih dahulu melakukan pemenuhan terhadap hakhak normatif pekerja dari pada
pemenuhan kreditur-kreditur lainnya. Maka hak-hak normatif pekerja tersebut
menjadi utang yang didahulukan pembayaran dan pemenuhannya oleh perusahaan
yang telah dinyatakan pailit.

4. SARAN
Menurut saya berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa pekerja/buruh
tetap mendapatkan hak yang seharusnya mereka terima hal ini diperkuat juga
dengan hasil putusan pengadilan yang menyatakan bahwa PT. Bangun Wenang
Baverages Company (BWBC) harus memberikan hak seluruh pekerja / buruh yang
tidak dibayarkan walaupun memang pada kenyataannya sampai saat ini belum
adanya realisasi kepada pihak pekerja / buruh putusan pengadilan tersebut. Hal ini
sudah sesuai dengan Pasal 156 ayat satu (1) Undang – Undang No. 13 Tahun 2003
yang berbunyi “ Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan
membayar uang pesangon dan atau uang peghargaan masa kerja dan atau
penggantian hak yang seharusnyaditerima”.
Penulis dapat memberikan saran agar di masa yang akan datang para pembuat
undang-undang juga lebih memperhatikan lagi kepentingan -kepentingan dari
pekerja/buruh dan tidak membuat undang-undang yang saling tumpang tindih dan
menimbulkan banyak penafsiran khususnya dalam hukum acara mengenai
kewenangan dari suatu badan peradilan untuk mengadili suatu perkara, mengingat
dalam hukum acara di Indonesia apabila suatu perkara diajukan kepada badan
peradilan yang tidak berwenang maka akan menyebabkan perkara tersebut akan
dinyatakan tidak diterima tanpa memeriksa lagi terhadap substansi perkaranya,
sehingga akan berakibat terhadap gagalnya penegakkan hukum di Indonesia. Selain
itu dengan adanya kewenangan yang jelas dari badan peradilan yang akan
menangani suatu perkara juga akan memberikan kepastian hukum tidak hanya
kepada karyawan perseroan tetapi juga kepada perusahaan dimana karyawan
tersebut bekerjaREFERENSI

DAFTAR PUSTAKA
BUKU : Agn. B. Nemen, Florencianoy Gloria, Forum, 2008, Panduan Praktis
Menghitung Pesangon, Forum Sahabat, Praninta OfsetAdrian Sutedi, Hukum
Perburuan, 2011, Sinar Grafika, JakartaB. Hestu Cipto Handoyo, 2009, Hukum Tata
Negara Indonesia, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,Eko Wahyuni , dkk.,
2016, Hukum Ketenagakerjaan, Penerbit Sinar Grafika Gunawankartasapoetra,
R.G.Kartasapoetra, 1986, Hukum Perburuan Indonesia Berlandasakan Pancasila, Bina
Aksara, JakartaH. Agusfian Wahab dan Asri Wijayanti,2009, Hukum Ketenagakerjaan
Pasca Reformasi ,Sinar Grafika , Jakarta,Jimmy Joses Sembiring, 2016, Hak dan
Kewajiban Pekerja, Penerbit Visimedia, Jakarta Libertus Jehani, 2006, Hak- Hak
Pekerja Bila diPHK, Penerbit Visi Media,Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad.,2010,
Dualisme Penelitian Hukum Normatif &Empiris, Cetakan Pertama, Pustaka
Pelajar.Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta.Tim Visi Yustisia, 2015, Buku Pintar Pekerja Terkena PHK, Penerbit
Visimedia, Jakarta, H. Zainal Asikin. H. dkk., 2008, Hukum Perburuan, Karisma Putra
Utama.WEBSITE:http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-
pengertian perlindunganhukum.html diakses tanggal 13 september 2016
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang diambil
darihttp://www.mahkamahkonstitusi.go.id diakses tanggal 10 september 2016
http://www.kompasiana.com/russelbutar/perlindungan-hak-normatif-pekerjaburuh-
pada perusahaanpailit_55106332813311d638bc62c7 diakses tanggal 20 April 2017
PERATURAN PERUNDANG –UNDANGAN Pembukaan UUD 1945 Kitab Undang –
Undang Hukum Perdata Undang – Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131.
Sekretariat Negara, Jakarta)Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Sekretariat Negara, Jakarta) Undang – Undang No. 2 Tahun
2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4356 , Sekretariat Negara, Jakarta) Undang –
Undang No. 12 Tahun 1964 Tentang Pemutusan Hubungan Kerja. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 93, Sekretariat Negara, Jakarta) JURNAL
Tanti Kirana Utami,2013, “Peran Serikat Pekerja Dalam Penyelesaian Perselisihan
Pemutusan Hubungan Kerja” Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari
2013.Zulkarnain Ibrahim, 2016, “Eksistensi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Dalam
Upaya Mensejahterakan Pekerja” Vol. 23. No. 2/Desember. 2016.

Jurnal 2
ANALISIS HARGA, MEREK, KUALITAS, VARIAN PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SOPHIE MARTIN
(Studi Kasus pada Bussines Centre (BC) Anis Safarinda Jember)
Disusun Oleh :

Fatmawati
Kelas B
1867140020

Ilmu Administrasi Bisnis


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar
2019
ANALISIS HARGA, MEREK, KUALITAS, VARIAN PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SOPHIE MARTIN
(Studi Kasus pada Bussines Centre (BC) Anis Safarinda Jember)
Abstrak:
Penelitian dengan judul Analisis Harga, Merek, Kualitas, Varian Produk terhadap Keputusan
Pembelian Produk Sophie Martin (Studi Kasus pada Bussines Centre (BC) Anis Safarinda
Jember) bertujuan untuk mengetahui pengaruh atribut produk (harga, merek, kualitas, dan
varian produk) terhadap keputusan pembelian Sophie Martin secara simultan, serta
mengetahui pengaruh atribut produk (harga, merek, kualitas, dan varian produk) terhadap
keputusan pembelian Sophie Martin secara parsial.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh melalui
penyebaran kuisioner kepada responden, yaitu member di Bussines Centre (BC) Anis
Safarinda Jember. Adapun teknis pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
populasi (sensus). Untuk analisis data, penulis menggunakan analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dinyatakan bahwa atribut produk yang terdiri
dari: harga, merek, kualitas, dan varian produk berpengaruh secara simultan terhadap
keputusan pembelian Sophie Martin. Dan, atribut produk yang terdiri dari: harga, merek,
kualitas, dan varian produk berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian
Sophie Martin.

Kata kunci: atribut produk, harga, merek, kualitas, varian produk, keputusan pembelian

PENDAHULUAN
Persaingan bisnis bukanlah hal baru dalam dunia perdagangan global, terutama dalam
memperebutkan pasar potensial dan mempertahankan konsumen yang ada. Perkembangan
dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut perusahaan untuk melakukan
orientasi terhadap cara mereka melayani konsumennya,menangani pesaing, dan
mengeluarkan produk. Dalam hal ini perusahaan barang atau jasa yang bersangkutan
dituntut jeli untuk menangkap peluang yang ada agar dapat bertahan seiring dengan
perubahan zaman. Kecenderungan kemajuan dalam berbagai hal berdampak pula pada
perilaku dan gaya hidup manusia. Keinginan pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang,
pangan, dan papan yang semula sederhana berkembang lebih kompleks (Swastha, 2000).
Era globalisasi bukan hanya menjanjikan suatu peluang bisnis di Indonesia, tetapi juga
memunculkan persaingan yang kian ketat baik antara perusahaan domestic maupun
perusahaan asing. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin
mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan
pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut market share. Untuk menunjang
terwujudnya tujuan dan sasaran tersebut, perlu adanya peran pemasaran, sebab peranan
pemasaran dalam suatu perusahaan sangat berpengaruh dalam kegiatan operasional suatu
perusahaan (Tjiptono, 2002).
Menurut Hanafie (2010), pemasaran merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi
membawa atau menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Sedangkan
menurut Kotler (2009), pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
orang lain. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses sosial dan manajerial yang dalam
hal ini individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan
menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.
Pemahaman yang kurang tepat terhadap konsep pemasaran sering dilakukan oleh
masyarakat luas dengan diartikannya pemasaran terbatas hanya pada fungsi penjualan saja.
Pemasaran harus dipandang meliputi berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang
ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta untuk menghasilkan
laba bagi produsen. Proses pemasaran yang sesungguhnya adalah mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan, menetapkan program promosi dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem
distribusi untuk menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan atau konsumen.
Saat ini, kegiatan pemasaran tidak hanya dapat dianggap sebagai usaha penjualan atas apa
yang dimiliki, melainkan harus terfokus pada usaha pemilikan atas apa yang dijual. Setiap
progam pemasaran harus diawali dengan identifikasi atas kebutuhan konsumen. Pemasaran
harus berorientasi pada pelanggan, bukan produk. Produsen yang mengabaikan perspektif
ini biasanya akan menghadapi kesulitan besar.
Menyadari pentingnya peranan pemasaran dalam suatu perusahaan, salah satu hal yang
berpengaruh terhadap peningkatan perusahaan adalah perilaku konsumen. Perilaku
konsumen berkaitan secara langsung dengan kegiatan individu-individu dalam mendapatkan
dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan
keputusan, persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan dalam pemasaran. Proses
pengambilan keputusan konsumen terhadap suatu barang atau jasa bergantung dari
beberapa hal yang mempengaruhinya. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa adalah atribut produk. Atribut produk
merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan
(garansi), pelayanan dan sebagainya (Tjiptono, 1997).
Sehubungan dengan uraian tersebut diatas, bahwa atribut produk adalah unsur-unsur dari
sebuah produk yang dipandang penting oleh konsumen, dan mencerminkan pengembangan
suatu produk untuk dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pembelian.
PT Sophie Martin Indonesia merupakan perusahaan Multi Level Marketing (MLM) yang
beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994. Sudah lebih dari 19 tahun lamanya Sophie Martin
berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Perusahaan ini tumbuh menjadi
perusahaan penyedia produk fashion yang mempunyai peranan penting di Indonesia. MLM
merupakan suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan
melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lainnya; pendapatan dihasilkan
terdiri dari laba eceran dan laba grosir ditambah dengan pembayaran-pembayaran
berdasarkan penjualan total kelompok yang dibentuk oleh sebuah distributor
(www.sophiemartinindonesia.com).
Fashion pada masa ini sudah sangat jauh berbeda fungsinya dengan masa lampau, bila pada
masa lampau fashion mungkin hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh dari terik matahari
dan cuaca, maka pada saat ini fashion juga berfungsi sebagai gaya hidup atau biasa disebut
lifestyle. Tak dapat dipungkiri, fashion telah mengakarkan pengaruhnya dengan kuat pada
kehidupan manusia modern. Oleh karena itu, PT. Sophie Martin menerapkan strategi
pemasaran untuk merebut pasar sasaran sebanyak mungkin dengan mengantisipasi setiap
perubahan yang terjadi dalam lingkungan pemasarannya (www.google.com).
Meningkatnya aktivitas perusahaan yang bergerak di bidang fashion, maka perlu adanya
kajian mengenai atribut produk Sophie Martin dalam rangka meningkatkan volume
penjualan produk. Hal tersebut dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari
atribut produk terhadap keputusan pembelian produk Shopie Martin di Bussines Centre (BC)
Anis Safarinda Jember.
Dalam pelaksanaan pengaruh atribut produk terhadap keputusan pembelian yaitu produk
fashion di kota Jember, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap atribut produk yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen diantaranya meliputi harga, merek,
kualitas, dan varian produk. Atribut produk tersebut sangat berpengaruh dalam pemasaran
produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
Menurut pengamatan penulis bahwa analisis atribut produk yang terdiri dari harga, merek,
kualitas, varian produk yang dilakukan PT. Sophie Martin Bussines Centre (BC) Anis
Safarinda, dalam kegiatan usahanya sangat menentukan atau berpengaruh dalam usaha
mendapatkan konsumen yang sebanyak-banyaknya, sehingga dapat meningkatkan volume
penjualannya. Sebagai gambaran jaringan PT. Sophie Martin Bussines Centre(BC) Anis
Safarinda berhasil mencatatkan 100-an member yang tersebar di sekitar Kota Jember. Tak
hanya jumlah member yang bertambah, penjualan produk Sophie Martin pada PT. Sophie
Martin Bussines Centre (BC) Anis Safarinda pun terus meningkat. Tahun lalu, PT. Sophie
Martin Bussines Centre (BC) Anis Safarinda berhasil mencetak omset hingga Rp 50 juta.
Tahun ini, PT. Sophie Martin Bussines Centre (BC) Anis Safarinda menargetkan jumlah omset
setidaknya mencapai 100-500 juta. Dari gambaran tersebut dapat dinyatakan bahwa PT.
Sophie Martin Bussines Centre (BC) Anis Safarinda memiliki potensi dan peluang bisnis yang
sangat menjanjikan.
Sehubungan dengan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut pada PT. Sophie Martin Bussines Centre (BC) Anis Safarinda dengan judul
Analisis Harga, Merek, Kualitas, dan Varian Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sophie
Martin (Studi kasus pada Bussines Centre (BC) Anis Safarinda Jember).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atribut produk (harga, merek, kualitas,
dan varian produk) terhadap keputusan pembelian Sophie Martin secara simultan. Serta
mengetahui pengaruh atribut produk (harga, merek, kualitas, dan varian produk) terhadap
keputusan pembelian Sophie Martin secara parsial.

LANDASAN TEORI
Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang serta mendapatkan laba.
Perusahaan harus mempelajari apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen agar
usahanya terus berjalan. Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
orang lain (Kotler, 2009).
Drucker seorang pakar terkemuka mengatakan orang dapat mengangap bahwa penjualan
akan selalu dibutuhkan, akan tetapi tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami
pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan
selanjutnya mampu menjual dirinya sendiri. Idealnya pemasaran harus menghasilkan
pelanggan yang siap membeli yang dibutuhkan selanjutnya adalah menyediakan produk
atau jasa tersebut.
Dari definisi mengenai pemasaran diatas dapat ditarik kesimpulan pemasaran merupakan
semua kegiatan yang dilakukan oleh semua pihak produsen untuk mencapai tujuannya
(memperoleh laba) melalui berbagai kegiatan agar menarik minat pasar serta memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara pertukaran produk dan nilai, atau dengan
kata lain memperhatikan tujuan kedua belah pihak dalam pertukaran produk dan nilai.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh
pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk
berkembang dan mendapatkan laba. Sebuah perusahaan dikatakan berhasil menjalankan
fungsinya apabila mampu menjual produknya pada konsumen dan memperoleh profit
semaksimal mungkin.
Konsep pemasaran mengajarkan bahwa kegiatan pemasaran dari suatu perusahaan harus
dimulai dari usaha untuk mengenal dan merumuskan kebutuhan dan menyusun kebijakan
produk, harga, distribusi, serta promosi secara tepat agar kebutuhan konsumen dapat
dipenuhi secara optimal.
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para
pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang dipilih (Kotler,2009). Sedangkan menurut Swastha (1990) konsep
pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Kotler (2009), ada 5 macam konsep pemasaran yaitu :
 Konsep Produksi
Konsep ini adalah salah satu konsep tertua dalam bisnis, dimana konsep ini menyatakan
bahwa konsumen lebih memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya.
 Konsep Produk
Konsep ini berpendapat bahwa konsumen menyukai produk yang menawarkan kualitas,
kinerja, atau fitur inovatif terbaik.
 Konsep Penjualan
Konsep penjualan beranggapan bahwa konsumen dan bisnis, jika dibiarkan tidak akan
membeli cukup banyak produk organisasi.
 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an, sebagai pengganti filosofi
“membuat dan menjual” yang berpusat pada produk, bisnis beralih ke filosofi “merasakan-
merespon” yang berpusat pada pelanggan.
 Konsep Pemasaran Holistik
Konsep pemasaran holistik didasarkan atas pengembangan, desain, dan pengimpletasian
progam pemasaran, proses, dan aktivitas-aktivitas yang menyadari keluasan dan sifat saling
ketergantungannya. Pemasaran holistik menyadari bahwa “segala hal berarti” dalam
pemasaran dan bahwa perpekstif yang luas dan terintregasi sering kali diperlukan.

2.2 Perilaku Konsumen


Banyak perusahaan mencoba untuk mengerti perilaku konsumen, agar mereka dapat
memberikan konsumen kepuasan yang lebih besar. Perilaku konsumen menurut Kotler
(2009) adalah : “Studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Dari pengertian perilaku konsumen di atas ada dua elemen penting yaitu, elemen proses
pengambilan keputusan dan elemen kegiatan secara fisik. Kedua elemen tersebut
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan menggunakan barang dan jasa. Konsumen
membeli barang dan jasa adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut.
Jadi perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi oleh
konsumen saja, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi macam apa
produk dan jasa yang dibeli .
Suatu cara untuk memahami perilaku konsumen adalah dengan mempelajari faktor – faktor
yang menjadi pendorong bagi seseorang serta respon dari mereka terhadap faktor
pendorong tersebut. Konsumen potensial terpengaruh oleh berbagai faktor pendorong
termasuk marketing mix yang dilakukan oleh para penjual. Berbagai faktor tersebut
menyatu dalam pikiran konsumen, diolahnya sedemikian rupa sampai akhirnya ia membuat
keputusan pembelian, serta respon yang ia berikan terhadap faktor – faktor pendorong
(stimulus) tersebut berupa tindakan membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (2009)
adalah sebagai berikut :
 Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling besar dalam bentuk perilaku
konsumen. Berikut ini akan dijelaskan peranan dari budaya, sub budaya, dan kelas sosial.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Sub
budaya merupakan sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama, berdasarkan
pada pengalaman hidup dan situasi. Kelas sosial merupakan divisi masyarakat yang relative
permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah
laku yang serupa.
 Faktor Sosial
Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil,
keluarga, serta peran dan status sosial konsumen. Kelompok merupakan dua orang atau
lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Keluarga adalah
organisassi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti
secara mendalam. Pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, isteri, dan anak-anak
pada pembelian berbagai produk dan jasa. Peran dan status maksudnya setiap peran
membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang
seringkali membeli produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.
 Faktor Pribadi
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur
hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
Orang membeli barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan
makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli
juga dipengaruhi oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh
keluarga sesuai dengan kedewasaannnya. Pemasar sering kali menentukan sasaran pasar
dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana
pemasaran untuk setiap tahap.
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pekerjaan kasar
cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerjaan kantor
membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang
mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka.
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka
terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan
tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil
langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali, dan mengubah harga
produknya.
Gaya Hidup merupakan pola kehidupan seseorang yagn diwujudkan dalam aktivitas, interes,
dan opininya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan
respons yang relative konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri.
Sedangkan konsep diri merupakan apa yang dimiliki seseorang member kontribusi pada dan
mencerminkan identitas mereka. Jadi, agar dapat memahami tingkah laku konsumen,
pertama-tama pemasar harus dapat memahami hubungan antara konsep diri konsumen
dan miliknya.
 Faktor Psikologis
Pilihan barang yang dibeli seseoranglebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologi
yang penting yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap. Motivasi
merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara
untuk memuaskan kebutuhannya. Persepsi meurpakan proses yang dilalui orang dalam
memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk
gambaran yang berarti mengenai dunia. Pengetahuan menggambarkan perubahan dalam
tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman.
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu.
Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap
suatu obyek atau ide yang relative konsisten.
Tujuan mempelajari perilaku konsumen adalah untuk mengetahui dan memahami berbagai
aspek yang ada pada konsumen dan akan digunakan dalam menyusun strategi pemasaran
yang sukses.
Keputusan Pembelian
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadianya termasuk: usia,
pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan
keputusan dalam melakukan pembelian.
Menurut Kotler (2009), mengemukakan proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari
lima tahap yang dilakukan oleh seorang konsumen sebelum sampai pada keputusan
pembelian dan selanjutnya pasca pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa proses membeli
yang dilakukan oleh konsumen dimulai jauh sebelum tindakan membeli dilakukan serta
mempunyai konsekuensi setelah pembelian tersebut dilakukan
Pengenalan Masalah
Mengenali masalah apa yang dihadapi dan merumuskan segala hal yang diterima baik
secara internal maupun eksternal dan mengidentifikasi masalah yang sesuai kebutuhan
terhadap produk.
Pencarian Informasi
Konsumen akan mencari informasi terhadap kebutuhannya sehingga akan lebih peka
terhadap berbagai jenis produk yang akan dikonsumsinya. Pemasar sangat penting untuk
mengetahui sumber informasi yang dibutuhkan konsumen. Sumber informasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga;
Sumber komersil: iklan, pramuniaga, model toko, kemasan;
Sumber publik: media massa, organisasi konsumen;
Sumber pengalaman: pemakaian produk, pengkajian.
Konsumen akan mengumpulkan informasi tentang merek yang dapat bersaing dan
keistimewaannya.
Evaluasi
Konsumen mengumpulkan keyakinan terhadap banyak merek dan hal tersebut akan
menimbulkan citra merek, proses ini akan menimbulkan persepsi selektif, keputusan selektif
dan akhirnya penentuan sikap melalui evaluasi.
Keputusan Pembelian
Tahap evaluasikan menjadi acuan dalam keputusan pembelian dan konsumen akan membeli
produk yang disukai.
Perilaku Pasca Pembelian
Komponen terpenting dari evaluasi pasca pembelian adalah pengurangan ketidakpastian
atau keragu-raguan yang dirasakan oleh konsumen terhadap seleksi yang dilakukannya.
Analisis pasca beli yang dilakukan oleh konsumen mungkin tergantung pada kepentingan
dari keputusan tentang produk yang bersangkutan.
Model lima tahap proses pembelian (Gambar 2.2) tersebut menjelaskan bahwa konsumen
harus melalui lima tahap dalam proses pembelian sebuah produk. Namun hal ini tidak
berlaku, terutama atas pembelian dengan keterlibatan yang rendah. Konsumen dapat
melewatkan atau membalik beberapa tahap. Misalkan, seorang ibu rumah tangga yang
membeli merek terigu yang biasa digunakannya langsung mulai dari kebutuhan akan terigu
menuju keputusan pembelian, dan melewatkan pencarian dan evaluasi informasi.
Atribut Produk
Pengertian atribut produk adalah ciri spesifik atau karakteristik fisik tertentu yang dirancang
dalam sebuah produk atau jasa. Menurut Fandi Tjiptono (1997), atribut produk adalah
unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan.Pemahaman mengenai atribut produk sangat bermanfaat bagi
perusahaan karena atribut produk berpengaruh pada proses keputusan pembelian, yaitu
pada evaluasi alternatif.
Menurut Kotler (2009), konsep dasar dari evaluasi alternatif salah satunya adalah pemasar
perlu mengetahui penilaian pilihan yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk
sampai pada merek pilihannya dan berusaha memuaskan kebutuhannya, konsumen
mencari manfaat tertentu dari solusi produk, konsumen melihat masing-masing produk
sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat
yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan. Konsumen akan memberikan perhatian yang
terbesar pada atribut yang paling menarik berkaitan dengan kebutuhan dan keinginannya.
Atribut produk juga memberikan perusahaan alat untuk mendiferensiasikan produknya dari
produk pesaing, sehingga perusahaan harus membuat atribut produk yang relevan dengan
produknya sendiri.
Harga (X1)
Harga adalah satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa
(Tjiptono, 1997). Bagi produsen harga dapat menjadi strategi dalam penjualan produk, ini
karena harga menjadi aspek yang tampak jelas bagi para pembeli. Besar kecilnya akan
mempengaruhi banyak sedikitnya permintaan dari konsumen, di sisi lain produsen tidak bisa
sembarangan menetapkan harga karena konsumen seringkali menghubungkan harga
dengan kualitas. Harga yang rendah akan memancing minat konsumen lebih besar, namun
juga akan menimbulkan persepsi kualitas yang kurang bagus.
Merek (X2)
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, lambang, desain, warna, gerak atau
kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan
diferensiasi terhadap produk pesaing (Tjiptono, 1997)
Kualitas (X3)
Kualitas secara singkat pengertiannya adalah kemampuan atau kehandalan suatu produk
untuk melakukan fungsi-fungsinya. Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk
atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan baik yang dinyatakan secara
tegas maupun tersamar (Brian,1993).
Varian Produk (X4)
Varian produk (disebut juga bauran produk) merupakan satu set produk dan unit produk
yang ditawarkan penjual bagi pembeli, misalnya variasi produk Sophie Martin terdiri dari :
produk tas, sepatu, baju dan lain-lain. Variasi produk memiliki lebar, panjang, kedalaman
dan konsistensinya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research yang bertujuan untuk
menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau menolak teori atau hipotesis hasil
penelitian yang sudah ada. Objek dari penelitian ini adalah PT. Sophie Martin Bussines
Centre (BC) Anis Safarinda Jember. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
dari penyebaran kuisioner. Responden dalam penelitian ini adalah member di B.C Anis
Safarinda Jember sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel penelitian menggunakan
metode penelitian populasi (sensus).
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis untuk mengidentifikasi dan
menjawab dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan
dengan analisis regresi linier berganda.

HASIL PENELITIAN
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan pengujian diperoleh hasil yang dapat disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda
Variabel
Koef. Regresi
thitung
ttabel
Sig.

Konstanta
Harga
Merek
Kualitas
Varian Produk
3,442
0,110
0,165
0,115
0,122
11,553
2,355
2,769
2,152
2,013
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
0,000
0,021
0,007
0,034
0,047
Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut:
Y = 3,442 + 0,110X1 + 0,165X2 + 0,115X3 + 0,122X4 + e
Interpretasi atas hasil analisis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Konstanta sebesar 3,442, menunjukkan besanya keputusan pembelian pada saat variabel
harga, merek, kualitas, dan variasi produk sama dengan nol. Dalam hal ini keputusan
pembelian akan mengalami penurunan tanpa kelima variabel tersebut yang disebabkan oleh
faktor lain.
b1 = 0,110, artinya apabila variabel merek, kualitas, dan variasi produk sama dengan nol,
maka peningkatan variabel harga sebesar satu satuan akan meningkatkan keputusan
pembelian sebesar 0,110 satuan.
b2 = 0,165 artinya apabila variabel harga, kualitas, dan variasi produk sama dengan nol,
maka peningkatan variabel merek sebesar satu satuan akan meningkatkan keputusan
pembelian sebesar 0,165 satuan.
b3 = 0,115 artinya apabila variabel harga, merek, dan variasi produk sama dengan nol, maka
peningkatan variabel kualitas sebesar satu satuan akan meningkatkan keputusan pembelian
sebesar 0,115 satuan.
b4 = 0,122 artinya apabila variabel harga, merek, dan kualitas sama dengan nol, maka
peningkatan variabel variasi produk sebesar satu satuan akan meningkatkan keputusan
pembelian sebesar 0,122 satuan.
Hasil Uji Hipotesis
Pengujian Secara Bersama-sama (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel harga, merek, kualitas, dan
variasi produk terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama. Secara bersama-sama
variabel harga, merek, kualitas, dan variasi produk akan terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian jika Fhitung > Ftabel. Sebaliknya jika Fhitung ≤
Ftabel maka variabel harga, merek, kualitas, dan variasi produk tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian. Adapun besarnya nilai Ftabel pada n = 100, k = 4,
dan α = 5% adalah 2,53.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji F
Dependent Variable
Independent Variable
R Square
Fhitung
Ftabel
Sig.

Y
X1, X2, X3, X4
0,557
29,892
2,53
0,000
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel pada (k – 1) (n – k) (29,892 >
2,53) maka harga, merek, kualitas, dan varian produk secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada tingkat signifikan 5%. Sehingga,
dapat dinyatakan bahwa atribut produk yang terdiri dari: harga, merek, kualitas, dan varian
produk berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian Sophie Martin.
Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Nilai koefisien determinasi berganda (R2) dimaksudkan untuk mengetahui besarnya
sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
terletak antara 0 dan 1. Apabila R square atau R2 = 1, maka garis regresi dari model tersebut
memberikan sumbangan sebesar 100% terhadap perubahan variabel terikat. Apabila R2 = 0,
maka model tersebut tidak bisa mempengaruhi atau tidak bisa memberikan sumbangan
terhadap perubahan variabel terikat. Kecocokan model akan semakin lebih baik apabila
mendekati satu.
Berdasarkan hasil analisis yang bisa dilihat pada Tabel 4.10 diperoleh hasil koefisien
determinasi berganda (R2) sebesar 0,557, hal ini berarti 55,7% perubahan keputusan
pembelian dipengaruhi oleh variabel harga, merek, kualitas, dan varian produk pelayanan
sedangkan sisanya sebesar 44,3% disebabkan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam
persamaan regresi yang dibuat.
Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen. Caranya adalah dengan membandingkan nilai statistik thitung
dengan nilai statistik ttabel dengan tingkat signifikan (α) yang digunakan yaitu 5%. Masing-
masing variabel bebas dikatakan mempunyai pengaruh yang signifikan (nyata) apabila
thitung lebih besar dari ttabel atau apabila probabilitas < 5% (α). Nilai ttabel pada n = 100, k
= 5, dan (n – k) = (100 – 5) = 95 adalah 2,000.
Hasil perhitungan uji t dengan menggunakan program SPSS for Windows dapat dilihat pada
Tabel 4.9. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut:
Pengaruh variabel harga (X1) terhadap keputusan pembelian (Y)
Variabel harga mempunyai thitung > ttabel yaitu 2,355 > 2,000 dan signifikansi < α yaitu
0,021 < 0,05. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan tingkat probabilitasnya lebih kecil
dari 5%, maka H0 ditolak, berarti secara parsial variabel kualitas harga (X1) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Sehingga, hipotesis yang
manyatakan bahwa diduga harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian Sophie
Martin terbukti kebenarannya.
Pengaruh variabel merek (X2) terhadap keputusan pembelian (Y)
Variabel merek mempunyai thitung > ttabel yaitu 2,769 > 2,000 dan signifikansi < α yaitu
0,007 < 0,05. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan tingkat probabilitasnya lebih kecil
dari 5%, maka H0 ditolak, berarti secara parsial variabel merek (X2) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Sehingga, hipotesis yang manyatakan bahwa
diduga merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian membeli Sophie Martin terbukti
kebenarannya.
Pengaruh variabel kualitas (X3) terhadap keputusan pembelian (Y)
Variabel kualitas mempunyai thitung > ttabel yaitu 2,152 > 2,000 dan signifikansi < α yaitu
0,034 < 0,05. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan tingkat probabilitasnya lebih kecil
dari 5%, maka H0 ditolak, berarti secara parsial variabel kualitas (X3) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Sehingga, hipotesis yang manyatakan bahwa
diduga kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian Sophie Martin terbukti
kebenarannya.
Pengaruh variabel varian produk (X4) terhadap keputusan pembelian (Y)
Variabel varian produk mempunyai thitung > ttabel yaitu 2,315 > 2,000 dan signifikansi < α
yaitu 0,023 < 0,05. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan tingkat probabilitasnya lebih
kecil dari 5%, maka H0 ditolak, berarti secara parsial variabel varian produk (X4) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Sehingga, hipotesis yang
manyatakan bahwa diduga varian produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Sophie Martin terbukti kebenarannya.
Analisis Koefisien Korelasi Parsial (r)
Koefisien korelasi parsial merupakan koefisien untuk mengukur keeratan hubungan dari dua
variabel, sedangkan variabel lainnya dianggap konstan (tidak memberikan pengaruh) pada
hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel (Iqbal Hasan, 2004: 69). Berdasarkan hasil
analisis regresi dapat diketahui bahwa besarnya koefisien korelasi parsial masing-masing
variabel adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4 Koefisien Korelasi Parsial
Variabel
rpartial

Harga
Merek
Kualitas
Varian Produk
0,235
0,273
0,216
0,202
Berdasarkan koefisien korelasi parsial seperti yang terlihat pada tabel tersebut, maka dapat
diketahui bahwa besarnya koefisien korelasi parsial untuk variabel harga (X1) adalah 0,235,
merek (X2) adalah 0,273, kualitas (X3) adalah 0,216, dan varian produk (X4) adalah 0,202.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel (harga, merek,
kualitas, dan variasi produk) yang memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan
pembelian adalah variabel merek. Sehingga, hipotesis yang menyatakan diduga diantara
atribut produk yang terdiri dari: harga, merek, kualitas, dan varian produk yang
berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian Sophie Martin adalah merek terbukti
kebenarannya (Ha2 diterima).
Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian statistik baik secara parsial (individu) dengan menggunakan uji t
maupun secara simultan (bersama-sama) dengan menggunakan uji F, maka analisis lebih
lanjut dari hasil analisis regresi adalah:
Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian
Hasil uji regresi menunjukkan variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian dengan koefisien 0,110. Hal ini berarti faktor harga yang
diukur kesesuaian harga dengan kualitas produk dan harga mendapatkan diskon 30% jika
mempunyai member card merupakan suatu faktor yang menentukan keputusan pembelian
Sophie Martin.
Pengaruh Merek terhadap Keputusan Pembelian
Hasil uji regresi menunjukkan variabel merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian dengan koefisien 0,165. Hal ini berarti faktor merek yang diukur
melalui image produk yang ditawarkan dan merek Sophie Martin sudah familiar di
masyarakat merupakan suatu faktor yang menentukan keputusan pembelian Sophie Martin.
Pengaruh Kualitas terhadap Keputusan Pembelian
Hasil uji regresi menunjukkan variabel promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian dengan koefisien 0,117. Hal ini berarti faktor kualitas yang diukur
melalui adanaya perbedaan kualitas dengan pesaing dan garansi terhadap produk yang
ditawarkan merupakan suatu faktor yang menentukan keputusan pembelian Sophie Martin.
Pengaruh Varian Produk terhadap Keputusan Pembelian
Hasil uji regresi menunjukkan variabel varian produk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian dengan koefisien 0,122. Hal ini berarti faktor varian produk
yang diukur melalui bermacamnya produk yang akan ditawarkan dan bentuk atau model
produk yang bervariasi merupakan suatu faktor yang menentukan keputusan pembelian
Sophie Martin.

Deskripsi
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Atribut produk yang terdiri dari: harga, merek, kualitas, dan varian produk berpengaruh
secara simultan terhadap keputusan pembelian Sophie Martin.
Atribut produk yang terdiri dari: harga, merek, kualitas, dan varian produk berpengaruh
secara parsial terhadap keputusan pembelian Sophie Martin.

Saran
Dari hasil penelitian ini kiranya peneliti dapat memberikan saran, diantaranya:
Hasil penelitian membuktikan bahwa atribut produk yang terdiri dari: harga, merek, kualitas,
dan varian produk mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian, oleh karena itu hendaknya perusahaan dalam hal ini Sophie Martin BC Anis di
Kabupaten Jember selalu memperhatikan hal-hal khususnya yang berkaitan dengan atribut
produk, seperti jaminan kualitas produk, kesesuaian harga, garansi, variasi produk, dan lain-
lain.
Hasil penelitian ini hanya mampu menjelaskan keputusan konsumen sebesar 55,7%,
sehingga masih ada faktor lain di luar model yang diteliti yang mampu menjelaskan
keputusan pembelian. Oleh karena itu disarankan bagi penelitian lanjutan untuk
menambahkan variabel lain seperti citra merek/brand image, strategi pemasaran
berdasarkan pengalaman/experiental marketing, kualitas pelayanan, dan lain-lain. Sehingga
dapat memperoleh hasil temuan yang lebih baik dan berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya manajemen pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin, 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Agung. 2013. Analisis Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki
Matic Nex (Studi Kasus Pada Dealer Susuki Ahmad Yani-Proboinggo. Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember.
Anggipura. 2012. Analisis Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Motor
Suzuki Satria FU 150CC di Kota Malang. Skripsi. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.
Anonim.2013. Sejarah Tentang Sophie Paris.(Online).
http://sophieparis.blogdetik.com/2013/05/05/sejarah-tentang-sophie-paris/
Brian. 1993. Pengawasan kualitas (Online)
(http://Staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Penny Rahmawati, /Modul MO BAB -
13 – Pengawasan kualitas.pdf.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi.
Kotler, Philip dan Gery Armstrong. Dasar – Dasar Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta
: Prehalindo.
Kotler, Philip, dan K.L Keller. 2009. Marketing management, 13 th. Ed. London: Pearson
Education, inc.
Lupiyoadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Pamujo. 2011. Analisis Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Merchandise
(Studi Pada Kedai Digital 7). Skripsi. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.
Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Singarimbun, M dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta :
Pustaka LP3 ES Indonesia.
Soetriono, dan Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Andi.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Swastha, Basu. 1990. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: BPFE.
--------. 2000. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Edisi I. Yogyakarta: BPFE
UGM.
Tjiptono, Fandi. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
--------. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama.Yogyakarta: Andi Ofset.
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian (Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

You might also like