Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PROGRAM MARTIKULASI

Disusun oleh:

Ishak Yehezkiel Saflembolo 22/509685/PGE/50132


Rabi’a 22/525500/PGE/01584
Zellinia Ristanti 23/512479/PGE/01563

MAGISTER GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
Tanggal : 26 Agustus 2023

Tempat : 1. Tol Cebongan Seyegan


2. Ancol Ngluwar
3. Kawasan Wisata Borobudur
4. Kota Purworejo ( Bendungan Bener )
5. Sungai Bogowonto ( Pantai Selatan – Pantai Codet )

Pendahuluan
Kota Yogyakarta terletak antara 110°24'19"-110°28'53" Bujur Timur dan antara
07°15'24"-07°49'26" Lintang Selatan, dengan luas sekitar 32,5 Km2 atau 1,02% dari luas
wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih
7,5 Km dan dari Barat ke Timur kurang lebih 5,6 Km. Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar
32,5 Km2 atau 1,02% dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari
Utara ke Selatan kurang lebih 7,5 Km dan dari Barat ke Timur kurang lebih 5,6 Km. Kota
Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi memiliki kemiringan
lahan yang relatif datar antara 0 - 2% dan berada pada ketinggian rata-rata 114 meter dari
permukaan air laut (dpa). Sebagian wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian
kurang dari 100 meter dan sisanya pada ketinggian antara 100–199 meter dpa. Sebagian besar
jenis tanahnya adalah regosol.
Pada hari Sabtu tanggal 26 Agustus 2023, kami kunjungan lapangan ke beberapa daerah sebagai
bagian kegiatan Matrikulasi bagi mahasiswa Magister Geografi Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada Tahun 2023/2024. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman dan
penambahan pengetahuan baru pada mahasiswa tentang keadaan geografi, potensi dan karakteristik pada
setiap daerah yang dikunjungi serta untuk mempelajari aspek-aspek penting seperti penggunaan lahan,
lingkungan, dan potensi ekonomi.

Hasil Kegiatan Lapangan

Kunjungan lapangan program Matrikulasi merupakan salah satu kegiatan akademik yang berfokus pada
kemampuan untuk mengenali dan menambah modal ilmu untuk perkuliahan dalam praktiknya. Kegiatan
ini dapat menambah pengalaman mahasiswa khususnya di Prodi Magister Geografi Universitas Gadjah
Mada dan memberikan wawasan mendalam terkait pengamatan lapangan.
Selama kunjungan lapangan, kelompok kami melaksanakan berbagai kegiatan berupa menuliskan draft
kajian berdasarkan paparan dari dosen pendamping di lapangan sebagai berikut:

1. Stop site 1 ( Tol Cebongan Seyegan) (LT: -7°42’59”- BT: 110°14’55”)

Deskripsi :

Kami mengunjungi daerah Plembongan Minggir ,Seyegan yang terletak pada Barat Daya Gunung
Merapi dengan bentuk lahan relative, absolute yang merupakan tanah vulkanis keterangan berdasarkan
paparan dari dosen pendamping. Kemudian daerah ini dialiri oleh sungai progo yang merupakan sumber
air untuk kegiatan pertanian sebagai bagian dari pencaharian penduduk setempat. Dari titik ini kami juga
dapat mengamati dari jauh pegunungan menoreh.
2. Stop Site 2 ( Ancol Ngluwar) (LS: 7°59’53”- BT: 110°16’3”)

Deskripsi :

Selokan Mataram merupakan salah satu landmark Kota Yogyakarta (Hadiyanti & Wibisono,
2012). Selokan ini sebenarnya bukan sungai alami, melainkan sungai buatan yang memiliki nilai sejarah
yang tinggi. Selokan Mataram dibangun pada masa Jepang merupakan prakarsa Raja Keraton
Ngayogyakarto Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Selokan Mataram merupakan prasasti
sejarah kebijakan Raja Mataram pada tahun 1944 yang telah menyelamatkan ribuan penduduk
Yogyakarta dari kewajiban menjadi Romusha pada masa penjajahan Jepang. Prasasti tersebut masih
berdiri hingga saat ini dan dimanfaatkan secara luas untuk pengairan pertanian. Meskipun memiliki
sejarah yang panjang dan menarik serta didukung dengan potensi alam yang cukup indah, tempat ini
kurang dimaksimalkan untuk tujuan wisata.
Panjang nya berkisar antara 30.8/31 km. ujung selokan mataram yaitu Sungai Progo dimana
terdapat bentuk tegalan, kebun campur dengan proporsi tanaman keras, terdapat perbukitan menoreh yang
dari segi landscape merupakan transisi antara perbukitan dengan merapi.
Lanskap Selokan Mataram dinilai cukup indah tetapi membutuhkan banyak perbaikan di
beberapa bagian. Kualitas air juga menunjukkan kualitas air yang tidak memenuhi standar yang
kemungkinan disebabkan oleh pengambilan sampel yang dilakukan pada musim penghujan. Dengan
demikian perlu adanya penelitian lanjutan yang membandingkan kualitas air Selokan Mataram pada
musim kemarau sehingga dapat dijadikan acuan dalam penentuan kelayakan Selokan Mataram sebagai
wahana wisata tirta.

3. Stop Site 3 ( Kawasan Wisata Borobudur) (LS: 7°35’47”- BT: 110°10’54”)

Desripsi :

Kawasan wisata borobudur dahulunya merupakan danau purba yang mengalami pendangkalan
pada 3 periode skala waktu geologi (pleistosen akhir, holosen, peliosen). Pendangkalan ini terjadi akibat
adanya aktivitas tektonik dan vulkanik yang pernah terjadi. Morfologi Candi Borobudur sendiri dibangun
di tempat yang tinggi yang pada kepercayaan penduduk stempat apabila dibanngun pada tempat yang
tinggi menandakan tempat sakral. Candi ini terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Lingkungan geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh
Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan
pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur
didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.

Sejak adanya perkembangan wilayah di sekitar candi seperti adanya wilayah pengembangan di
Bedah Menoreh di Kawasan Dieng, dan akan diadakanya pengembangan jalan tol dari Borobudur ke
Yogyakarta diharapkan masyarakat lebih sejahtera karena pada awalnya nilai ekonomi dari travel coast
rendah tidak menentu dan masih banyak pengangguran yang ada pada wilayah sekitar candi.

4. Stop site 4 ( Kota Purworejo ( Bendungan Bener ) (LS: 7°35’43”- BT: 110°1’23”)

Deskripsi :

Bendungan Bener adalah sebuah infrastruktur penting di Kota Purworejo, Jawa Tengah, yang
memiliki peran krusial dalam mengelola sumber daya air di daerah tersebut. Secara geografis, bendungan
ini terletak di bagian utara kota, berada di tengah-tengah pegunungan yang melingkupi wilayah
Purworejo. Bendungan Bener adalah sebuah bendungan beton yang dibangun untuk mengendalikan aliran
Sungai Bengawan Serayu, salah satu sungai utama di Jawa Tengah.

Bendungan Bener di daerah Wadas menampung mengairi lahan irigasi seluas 15.519 ha, dimana
diharapkan jumlah panen dapat meningkat pada area irigasi eksisting seluas 13.579 ha disamping
menambah daerah irigasi baru seluas 1.940 ha. Selain itu juga dapat menyuplai air baku untuk keperluan
rumah tangga, kota dan industri sebesar 1500 liter perdetik ke 10 kecamatan di Kabupaten Purworejo, 3
Kecamatan di Kabupaten Kebumen dan 2 Kecamatan di kabupaten Kulon Progo. Bendungan tersebut
juga mempunyai potensi menyuplai energi listrik sebesar 6 MW selain fungsi lainnya seperti perikanan,
pariwisata dan konservasi DAS Bogowonto di bagian hulu (Kemendesa, 2020)
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Ahli konstruksi bendungan dari
Universitas Gajah Mada Sunjoto (Sasangka, Daru, Insani, Dian, indrawan, 2018), menyatakan :

a. Terjadi penambangan yang dilakukan untuk menunjang pembangunan bendungan Bener seperti batu
dan tanah dalam skala yang besar yang diambil dari perbukitan seluas 64 Ha di daerah desa Wadas.

b. Berdampak pada lingkungan hidup pengambilan material untuk pembangunan bendungan Bener,
dengan memindahkan penduduk, kehancuran lahan pertanian yang tergenang, keragaman hayati yang
hilang.

c. Desa terdampak diperkirakan berjumlah 11 desa.

Membangun bendungan dengan kapasitas tampungan yang besar, bendungan ini berfungsi efisien
untuk mengatur aliran air sungai, mengurangi risiko banjir, dan memastikan pasokan air untuk keperluan
pertanian, perikanan, dan kebutuhan air bersih bagi penduduk sekitarnya. Selain itu, bendungan ini juga
memiliki potensi untuk pembangkit listrik tenaga air.

5. Stop Site 5 ( Sungai Bogowonto ( Pantai Selatan – Pantai Codet )

Deskripsi :

Sungai Bogowonto merupakan sungai utama di DAS Bogowonto yang termasuk dalam
Wilayah Sungai Serayu Bogowonto terletak di Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Magelang,
Purworejo Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Kulon Progo Provinsi D.I. Yogyakarta. Daerah
Aliran Sungai Bogowonto (DAS) seluas 605,91 km2 mengalir dari lereng Gunung Sumbing
(3.375 m dpl). Di Muara Sungai Bogowonto terdapatlaguna karena ditemukanspitpada muara.
Laguna ini merupakan kawasan yang mendukung pertumbuhan mangrove. Laguna tersebut juga
didugahabitat mangrove pada masa lalu (Setyawan, 2002). Keterdapatan mangrove di kawasan
tersebut karena tumbuh secara alami, selain itu juga tidak terlepas dari usaha rehabilitasi yang
telah dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat yang terjadi sekitar tahun 1990-an (Sawitri,
2012)

Sungai Bogowonto sungai yang mengalir dari Pantai Selatan hingga Pantai Codet di Jawa
Tengah, Indonesia. Kawasan sepanjang sungai Bogowonto mempunyai topografi yang beragam,
mulai dari pegunungan di hulu sungai hingga dataran rendah di dekat pantai. Topografi ini
mempengaruhi karakteristik aliran sungai, termasuk kecepatan aliran dan risiko banjir. Secara
umum geomorfologi sekitar Muara Sungai Bogowonto terbagi menjadi dua yaitu, bentuklahan
fluvial, bentuklahan marin. Unit bentuklahan marin di sekitar Muara Sungai Bogowonto antara
lain Gisik, Beting Gisik, dan Swale. Unit bentuklahan marin yang terdapat di sekitar Muara
Sungai Bogowonto adalah gisik berupa wilayah pantai yang bermaterial pasir.

Sungai ini berperan penting dalam memenuhi kebutuhan air pertanian, industri dan
kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Selain itu, sungai juga digunakan untuk
transportasi dan rekreasi. Meskipun pantai ini sangat indah namun secara ekonomi, keadaan
masyarakatnya tertinggal dan tidak berkembang karena masih sepi pengunjung.Banyak
masyarakat yang memanfaatkan wisata pantai codet ini dengan menjadi pedagang-pedagang
kecil sekitaran pantai Codet namun karena pantainya yang masih terbilang sepi pengunjung
menjadikan pendapatan masyarakat sekitar tidak menjadikan mereka Makmur.

Mengapa Kawasan pantai Congot dan sekitarnya relatitive sunyi dibandingkan dengan
kawasan Pantai Selatan Gunung kidul

Perjalanan kunjungan ketitik terakhir daerah sungai Bogowonto sampai pantai Congot ini
menimbulkan pertanyaan mengapa pantai sekitaran sungai Bogowonto relatife lebih sunyi
dibandingkan dengan pantai selatan lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khusus nya
di kawasan Pantai Selatan Gunung kidul. Hal ini dikarenakan masyarakat belum mampu
optimalkan potensi wisata di kawasan pantai. Masyarakat belum memahami memanfaatan
ekonomi dari potensi wisata yang dimiliki pantai setiap pantai. Rendahnya memampuan
masyarakat dalam memahami potensi wisata di kawasan pantai dipengaruhi oleh rendahnya
intensitas sosialisasi pemerintah untuk memanfaatkan potensi wisata secara optimal. Sosialisasi
dalam bentuk diskusi, workshop dan pelatihan diperlukan untuk mendukung masyakarat lebih
mampu memanfaatkan potensi dikawasan pantai.

Beberapa penelitian tentang potensi ekonomi di kawasan Pantai Selatan Gunung kidul
telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dalam penelitian Adinugroho (2016) menemukan bahwa
pantai Selatan memiliki potesi dalam mengembangkan kegiatan perikanan walaupun masing-
masing kawasan pantai memiliki potensi pengembangan yang berbeda. Penelitian ini selaras
dengan penelitia Sahubawa dkk. (2015), yang menunjukkan bahwa kawasan pesisir Selatan DIY
yang memiliki sumber daya kelautan bernilai ekonomis penting yaitu: Kulon Progo, yaitu
Congot dan Galagah-Karangwuni; Bantul, yaitu Pandansimo, Kuwaru, Depok dan Parantritis;
Gunungkidul, yaitu Sadeng, Wediombo, Siung, Sundak/Indrayanti, Drini, Baron, Ngerenehan,
Gesing danPurwosari. Dari penelitian tersebur di- temukan bahwa komoditi unggulan Pantai
Selatan Gunungkidul lebih beragam seperti tuna, cakalang, tongkol, marlin, dan lemadang, ikan
pelagis dan demersal kecil, seperti layur, kakap, manyung dan lobster yang menjadikan Kawasan
ppantai selatan gunung kidul lebih ramai dikunjungi wisatawan.
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, G. (2016). Potensi Sub-Sektor Perikanan untuk Pengembangan Ekonomi di bagian Selatan
Gunungkidul. J. Sosek KP, 11(2), 173-183.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 2020. Geografi dan Iklim 2023. DPMPTSP
Kota Kota Yogyakarta.

Hadiyanti, A., & Wibisono, B. H. (2012). Pola penggunaan ruang di Kawasan Sempadan Selokan
Mataram Yogyakarta. Tata Loka, 295-303.

Kemendesa. (2020). SDGs Desa Nomor 6: Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi. Kemendesa.
https://sdgsdesa.kemendesa.go.id/sdgs-desa-nomor-6-desa-layak-airbersih-dan-sanitasi/

Sasangka, Daru, Insani, Dian, indrawan, Ig. (2018). Karakterisasi Kondisi Geologi Teknik Terhadap
Stabilitas Konstruksi Bendungan Bener Kabupaten Purworejo. Seminar Pembangunan Dan
Pengelolaan Bendungan, December.

Sawitri, R. (2012). Strategi Pengelolaan Lingkungan Mangrove di sekitar Muara Sungai


Bogowonto Kabupaten Kulonprogo. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada.

Sahubawa, l., Khakim. N., & Lasingdrang,M, (2015). Kajian Sebarang Potensi Ekonomi Sumber
Daya kelautan di Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Upaya Percepatan
Investasi. Jurnal Teknosains, 4(2), 101-198.

Setyawan, Ahmad D., Ari Susilowati, dan Wiryanto. (2002). Habitat Reliks Vegetasi Mangrove
di Pantai Selatan Jawa. Jurnal Biodiversitas Vol. 3 No.2.Jurusan Biologi FMIPA UNS.
Surakarta

You might also like