Tugas Matakuliah Sistem Ekonomi Dan Keuangan Islam 2

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Tugas Matakuliah Sistem Ekonomi Dan Keuangan Islam (SEKI)

Nama : Ilham Daylami


NIM : 223110090

1. Apakah menurut anda lebih baik memiliki sistem ekonomi Islam atau sistem kapitalis pasar di
Indonesia? Jelaskan jawaban Anda.

Jawaban :

Pertanyaan ini berkaitan dengan pandangan dan preferensi pribadi, dan pendapat tentang sistem
ekonomi yang lebih baik bisa bervariasi antara individu. Sistem ekonomi Islam dan kapitalis pasar
memiliki prinsip-prinsip dasar yang berbeda.

Sistem Ekonomi Islam:

- Berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam, yang mencakup larangan riba (bunga), keadilan
sosial, dan distribusi kekayaan yang lebih merata.
- Sistem ekonomi Islam mengutamakan keadilan sosial dan kepentingan umum di atas
keuntungan individu.
- Investasi dalam sektor-sektor yang dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam
(misalnya, alkohol, perjudian) dilarang.
- Sistem ini mendorong zakat, yaitu pembayaran wajib yang harus diberikan oleh orang-orang
kaya untuk membantu fakir dan orang yang membutuhkan.

Sistem Kapitalis Pasar:

- Berdasarkan prinsip pasar bebas, di mana harga dan alokasi sumber daya ditentukan oleh
permintaan dan penawaran.
- Sistem kapitalis pasar menekankan pada inisiatif pribadi, kebebasan ekonomi, dan
kepemilikan swasta.
- Keuntungan individu dan perusahaan menjadi fokus utama, dan tidak ada pembatasan
khusus terhadap jenis bisnis yang dapat dijalankan.
- Sistem ini sering menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inovasi.

Keputusan tentang sistem ekonomi yang lebih baik untuk Indonesia akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk nilai-nilai budaya, kondisi ekonomi, dan tujuan sosial yang ingin dicapai. Kedua
sistem ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Beberapa orang mungkin berpendapat
bahwa kompromi antara prinsip-prinsip sistem ekonomi Islam dan kapitalis pasar adalah yang
terbaik. Pada akhirnya, ini adalah keputusan yang akan diambil oleh pemimpin dan masyarakat
Indonesia setelah pertimbangan yang matang.

Setiap sistem ekonomi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, dalam konteks
Indonesia, langkah yang tepat adalah memadukan nilai-nilai yang positif dari kedua sistem ini untuk
mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Menurut saya, memiliki sistem ekonomi Islam lebih baik daripada sistem kapitalis pasar di
Indonesia. Sistem ekonomi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip moral dan etika Islam yang
menekankan keadilan, kebersihan, dan keseimbangan dalam ekonomi. Sistem ini juga
mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar, keseimbangan distribusi pendapatan dan kekayaan,
serta mengeliminasi kesenjangan ekstrim.

Sistem ekonomi Islam juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan sistem kapitalis pasar. Dalam
sistem ekonomi Islam, konsep manusia ekonomi rasional yang berorientasi pada pencapaian self-
interest digantikan dengan konsep manusia yang bertanggung jawab dan memiliki kesadaran sosial.
Hal ini mengarah pada pengelolaan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, sistem ekonomi Islam juga memiliki pendekatan yang berbeda dalam hal uang dan sistem
moneter. Dalam sistem ekonomi Islam, terdapat konsep uang yang menghindari praktik riba dan
mencerminkan nilai yang sebenarnya. Sistem moneter dalam Islam juga dapat menggunakan uang
emas dan perak dalam transaksi ekonomi, serta mengedepankan prinsip asset-backed monetary
system.

Dengan mengadopsi sistem ekonomi Islam, Indonesia dapat memperoleh manfaat seperti stabilitas
ekonomi yang lebih baik, distribusi pendapatan yang lebih adil, dan pengelolaan sumber daya yang
lebih berkelanjutan. Namun, implementasi sistem ekonomi Islam juga memerlukan pemahaman
yang mendalam, dukungan masyarakat, dan kebijakan yang tepat agar dapat berjalan dengan baik.

Sistem ekonomi Islam memiliki tujuan untuk melindungi dari ketidakadilan dalam pengadaan dan
penggunaan sumber daya alam, serta memungkinkan manusia menjalankan tanggung jawabnya
kepada Allah SWT dan masyarakat secara keseluruhan. Sistem ini didasarkan pada nilai-nilai Islam
dan memiliki pedoman dalam akuisisi dan pengelolaan sumber daya.

Sistem ekonomi Islam menekankan pada keadilan, tanggung jawab sosial, dan distribusi yang adil.
Prinsip-prinsip ini dapat dianggap sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya masyarakat Indonesia
yang mayoritas beragama Islam. Sistem ekonomi Islam juga menekankan pada keberlanjutan dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Di sisi lain, sistem kapitalis pasar adalah sistem ekonomi yang berfokus pada kebebasan individu
dalam memiliki, mengelola, dan memperdagangkan aset dan sumber daya. Sistem ini didasarkan
pada prinsip pasar bebas dan persaingan.

Sementara itu, sistem kapitalis pasar menekankan pada kebebasan individu dan persaingan, yang
dapat mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Namun, sistem ini juga dapat menyebabkan
kesenjangan sosial dan ketidakadilan dalam distribusi kekayaan.

2. Bagaimana peran pasar dalam sistem ekonomi konvensional dan sistem ekonomi Islam?

Jawaban :

Dalam sistem ekonomi konvensional, pasar memainkan peran yang sangat penting dalam sistem
perekonomian. Pasar bebas atau pasar persaingan sempurna dianggap sebagai pasar yang ideal
dalam ekonomi konvensional. Perekonomian berjalan melalui mekanisme pasar tanpa ada
intervensi dari pemerintah. Namun, jika ada campur tangan pemerintah, pasar akan mengalami
distorsi yang akan membawa ketidakefisienan dan ketidakseimbangan dalam perekonomian.

Sistem ekonomi konvensional, pasar memiliki peran yang sangat penting. Pasar dianggap sebagai
mekanisme yang efisien untuk mengalokasikan sumber daya dan menentukan harga barang dan
jasa. Konsumen dan produsen bertemu di pasar untuk melakukan transaksi berdasarkan prinsip
keuntungan pribadi dan kepuasan maksimal.

Sistem ekonomi konvensional, pasar memiliki peran sentral dalam menentukan harga barang dan
jasa. Pasar bebas dan persaingan dianggap sebagai mekanisme yang efisien untuk menentukan
harga yang adil dan mengalokasikan sumber daya secara efisien. Dalam sistem ini, harga
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar, di mana penjual dan pembeli saling
berinteraksi untuk mencapai kesepakatan harga.

Dalam sistem ekonomi Islam, pasar juga memiliki peran penting. Dalam Islam, negara memiliki hak
untuk ikut campur dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu-individu. Negara dapat
mengawasi kegiatan ekonomi secara keseluruhan dan mengatur atau melaksanakan beberapa
macam kegiatan ekonomi yang tidak mampu dilaksanakan oleh individu-individu. Meskipun setiap
individu bebas dalam melakukan aktivitas ekonomi, diperlukan pula kerjasama saling membantu
antara satu dengan yang lain dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama.

Sistem ekonomi Islam, mekanisme pasar dibangun atas dasar kebebasan, yaitu kebebasan setiap
orang/keluarga maupun produsen untuk melakukan aktivitas ekonomi yang mereka kehendaki.
Namun, kebebasan tersebut tetap dalam batasan-batasan tertentu yang tidak bertentangan
dengan syariat Islam dan tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam
Islam, pasar yang normal adalah pasar yang mengatasi masalah ekonomi yang asasi yaitu
konsumsi, produksi, dan distribusi. Jika perlu, negara dapat campur tangan untuk normalisasi dan
memperbaiki mekanisme pasar yang tidak normal atau rusak.

Sistem ekonomi Islam, pasar juga memiliki peran yang signifikan. Namun, peran pasar dalam
ekonomi Islam lebih terbatas dan diatur oleh prinsip-prinsip syariah. Pasar dalam ekonomi Islam
harus beroperasi dalam kerangka moral dan etika Islam, menjaga keadilan, kebersihan, dan
keseimbangan dalam ekonomi. Prinsip-prinsip syariah seperti larangan riba (bunga), gharar
(ketidakpastian), dan maysir (perjudian) harus dihindari dalam transaksi pasar.

Sistem ekonomi Islam, pasar juga harus berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
meningkatkan maslahah (kemaslahatan) umum. Konsep keadilan dan keseimbangan juga harus
diperhatikan dalam mekanisme pasar, sehingga tidak terjadi ketidakadilan atau eksploitasi dalam
transaksi ekonomi.

Dengan demikian, peran pasar dalam sistem ekonomi konvensional dan sistem ekonomi Islam
memiliki perbedaan dalam hal prinsip-prinsip yang mengatur operasionalnya. Sistem ekonomi
konvensional lebih berfokus pada keuntungan pribadi dan kepuasan maksimal, sedangkan sistem
ekonomi Islam lebih berorientasi pada maslahah umum dan prinsip-prinsip syariah.

Sistem ekonomi Islam, pasar juga memiliki peran penting dalam menentukan harga barang dan
jasa. Namun, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mekanisme pasar dalam konteks
Islam. Islam mendorong terbentuknya pasar yang adil, transparan, dan bebas dari penipuan,
penyelewengan, atau monopoli yang merugikan masyarakat. Harga barang dan jasa dalam sistem
ekonomi Islam harus mencerminkan keadilan dan tidak menimbulkan ketidakadilan dalam
distribusi kekayaan.

Dalam Islam, pasar dianggap sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang saling
berinteraksi dengan kejujuran dan saling menghormati. Islam juga mendorong adanya tanggung
jawab sosial dalam transaksi ekonomi, di mana keuntungan yang diperoleh harus digunakan untuk
kepentingan bersama dan kesejahteraan masyarakat.
3. Bagaimanakah konsep regulasi harga yang adil dalam Islam?

Jawaban :

Dalam Islam, konsep regulasi harga yang adil didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan
keseimbangan dalam mekanisme pasar. Regulasi harga yang adil dalam Islam mencakup beberapa
aspek, antara lain:

- Larangan monopoli: Dalam Islam, monopoli dianggap sebagai praktik yang tidak adil dan
merugikan masyarakat. Pemerintah memiliki peran untuk mencegah dan mengatasi
monopoli dalam pasar agar harga barang dan jasa tetap wajar dan terjangkau bagi
masyarakat.
- Transparansi informasi: Dalam Islam, penting bagi pelaku pasar untuk memberikan informasi
yang jujur dan transparan mengenai barang dan jasa yang mereka jual. Hal ini
memungkinkan konsumen untuk membuat keputusan yang tepat dan memastikan bahwa
harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas dan nilai yang diberikan.
- Perlindungan konsumen: Dalam Islam, perlindungan konsumen merupakan tanggung jawab
pemerintah dan pelaku pasar. Pemerintah harus memastikan bahwa konsumen tidak
mengalami penipuan, pemalsuan, atau praktik-praktik yang merugikan dalam transaksi
ekonomi. Pelaku pasar juga diharapkan untuk menjaga kualitas dan keamanan produk yang
mereka jual.
- Pengawasan dan penegakan hukum: Dalam Islam, pemerintah memiliki peran penting dalam
mengawasi dan menegakkan aturan-aturan yang berkaitan dengan harga dan transaksi
ekonomi. Pemerintah harus memastikan bahwa pelaku pasar tidak melakukan praktik-
praktik yang merugikan masyarakat dan melanggar prinsip-prinsip keadilan dalam
mekanisme pasar.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, regulasi harga yang adil dalam Islam bertujuan untuk
menciptakan pasar yang seimbang, transparan, dan berkeadilan bagi semua pihak yang
terlibat. Hal ini diharapkan dapat mendorong kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Konsep regulasi harga yang adil didasarkan pada prinsip keadilan dan keseimbangan dalam
transaksi ekonomi. Islam mengajarkan agar harga barang dan jasa ditentukan berdasarkan nilai
yang sebenarnya dan tidak boleh diinflasi secara tidak adil.

Ibnu Taimiyah, seorang ulama terkenal dalam Islam, menekankan pentingnya menjaga keadilan
dalam penetapan harga. Menurutnya, harga barang harus mencerminkan nilai intrinsiknya dan
tidak boleh didevaluasi secara sengaja oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya ketidakadilan dalam transaksi ekonomi.

Dalam Islam, juga terdapat prinsip-prinsip yang mengatur harga agar tetap adil, seperti larangan
riba (bunga) dan gharar (ketidakpastian). Riba dilarang karena dapat menyebabkan ketidakadilan
dalam transaksi, sedangkan gharar dilarang karena dapat menciptakan ketidakpastian yang
merugikan salah satu pihak dalam transaksi.

Selain itu, dalam Islam juga terdapat konsep zakat, yang merupakan kewajiban bagi umat Muslim
untuk memberikan sebagian dari kekayaan mereka kepada yang berhak menerimanya. Konsep
zakat ini juga dapat berperan dalam mengatur distribusi kekayaan dan mencegah terjadinya
kesenjangan ekonomi yang ekstrim.

Dengan demikian, konsep regulasi harga yang adil dalam Islam didasarkan pada prinsip keadilan,
keseimbangan, dan menghindari praktik-praktik yang merugikan masyarakat. Harga barang dan
jasa harus mencerminkan nilai yang sebenarnya, tidak boleh diinflasi secara tidak adil, dan harus
memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang melarang riba dan gharar.

Dalam Islam, konsep regulasi harga yang adil didasarkan pada prinsip keadilan dan keberpihakan
kepada masyarakat. Islam mendorong terbentuknya harga yang wajar dan tidak merugikan baik
bagi penjual maupun pembeli. Prinsip-prinsip Islam juga menekankan pentingnya keadilan dalam
penetapan harga, sehingga tidak ada penipuan, penyelewengan.

Dalam Al-Quran, Allah SWT melarang praktik penipuan dan penyelewengan dalam perdagangan.
Surah Al-Mutaffifin ayat 1-3 menyatakan, "Celakalah orang-orang yang curang dalam menakar,
yaitu orang-orang yang apabila menerima dari orang lain takaran, mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-
orang itu menanggung bahwa mereka akan dibangkitkan (untuk diadili) pada hari yang besar."

Dalam Islam, harga barang dan jasa harus mencerminkan keadilan dan tidak menimbulkan
ketidakadilan dalam distribusi kekayaan. Islam mendorong adanya transparansi dalam penetapan
harga, di mana penjual dan pembeli harus saling menghormati dan berinteraksi dengan kejujuran.
Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu saling bersaing dalam menaikkan harga barang,
janganlah kamu saling bersaing dalam menurunkan harga barang, dan janganlah kamu saling
bersaing dalam menawar harga barang yang sudah ditawar oleh orang lain."

Dengan demikian, dalam Islam, konsep regulasi harga yang adil melibatkan keadilan, transparansi,
dan saling menghormati dalam transaksi ekonomi. Harga barang dan jasa harus mencerminkan
nilai yang adil dan tidak menimbulkan ketidakadilan dalam distribusi kekayaan.

4. Bagaimanakah pandangan Islam terkait dengan Harga?

Jawaban :

Dalam Islam, pandangan terkait dengan harga didasarkan pada prinsip keadilan, keseimbangan,
dan menghindari praktik-praktik yang merugikan masyarakat. Islam mengajarkan agar harga
barang dan jasa ditentukan berdasarkan nilai yang sebenarnya dan tidak boleh diinflasi secara
tidak adil.

Ibnu Taimiyah, seorang ulama terkenal dalam Islam, menekankan pentingnya menjaga keadilan
dalam penetapan harga. Menurutnya, harga barang harus mencerminkan nilai intrinsiknya dan
tidak boleh didevaluasi secara sengaja oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya ketidakadilan dalam transaksi ekonomi.

Dalam Islam, juga terdapat prinsip-prinsip yang mengatur harga agar tetap adil, seperti larangan
riba (bunga) dan gharar (ketidakpastian). Riba dilarang karena dapat menyebabkan ketidakadilan
dalam transaksi, sedangkan gharar dilarang karena dapat menciptakan ketidakpastian yang
merugikan salah satu pihak dalam transaksi.

Selain itu, dalam Islam juga terdapat konsep zakat, yang merupakan kewajiban bagi umat Muslim
untuk memberikan sebagian dari kekayaan mereka kepada yang berhak menerimanya. Konsep
zakat ini juga dapat berperan dalam mengatur distribusi kekayaan dan mencegah terjadinya
kesenjangan ekonomi yang ekstrim.

Dengan demikian, pandangan Islam terkait dengan harga adalah bahwa harga harus ditentukan
secara adil, mencerminkan nilai yang sebenarnya, dan memperhatikan prinsip-prinsip syariah
yang melarang riba dan gharar. Harga juga harus memperhatikan keadilan dalam transaksi dan
distribusi kekayaan dalam masyarakat.

Dalam Islam, konsep regulasi harga yang adil didasarkan pada prinsip keadilan dan keberpihakan
kepada masyarakat. Islam mendorong terbentuknya harga yang wajar dan tidak merugikan baik
bagi penjual maupun pembeli. Prinsip-prinsip Islam juga menekankan pentingnya keadilan dalam
penetapan harga, sehingga tidak ada penipuan, penyelewengan, atau monopoli yang merugikan
masyarakat.

Dalam Al-Quran, Allah SWT melarang praktik penipuan dan penyelewengan dalam perdagangan.
Surah Al-Mutaffifin ayat 1-3 menyatakan, "Celakalah orang-orang yang curang dalam menakar,
yaitu orang-orang yang apabila menerima dari orang lain takaran, mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-
orang itu menanggung bahwa mereka akan dibangkitkan (untuk diadili) pada hari yang besar."

Dalam Islam, harga barang dan jasa harus mencerminkan keadilan dan tidak menimbulkan
ketidakadilan dalam distribusi kekayaan. Islam mendorong adanya transparansi dalam penetapan
harga, di mana penjual dan pembeli harus saling menghormati dan berinteraksi dengan
kejujuran. Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu saling bersaing dalam menaikkan harga
barang, janganlah kamu saling bersaing dalam menurunkan harga barang, dan janganlah kamu
saling bersaing dalam menawar harga barang yang sudah ditawar oleh orang lain."

Dengan demikian, dalam Islam, konsep regulasi harga yang adil melibatkan keadilan,
transparansi, dan saling menghormati dalam transaksi ekonomi. Harga barang dan jasa harus
mencerminkan nilai yang adil dan tidak menimbulkan ketidakadilan dalam distribusi kekayaan.

Dalam Islam, pandangan terkait dengan harga didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan,
keseimbangan, dan kebebasan dalam mekanisme pasar. Islam mengakui bahwa harga barang dan
jasa ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar, yang merupakan bagian dari
keteraturan alami yang ditetapkan oleh Allah.

Islam juga mengajarkan bahwa harga harus adil dan tidak boleh ditetapkan secara sewenang-
wenang. Penjual dan produsen harus bebas untuk menentukan harga barang dagangan mereka,
tetapi mereka juga harus mempertimbangkan keadilan dalam menetapkan harga tersebut.
Penjual tidak boleh memanfaatkan kebutuhan atau ketergantungan konsumen untuk
membebankan harga yang tidak wajar atau merugikan.

Selain itu, Islam melarang praktik monopoli dan kolusi yang dapat menyebabkan harga menjadi
tidak adil. Pemerintah memiliki peran dalam mengawasi pasar dan melindungi konsumen dari
praktik-praktik yang merugikan. Pemerintah juga dapat melakukan intervensi jika ditemukan
adanya monopoli atau ketidakseimbangan dalam mekanisme pasar.

Dalam Islam, harga juga harus transparan dan didasarkan pada informasi yang cukup. Pelaku
pasar harus memberikan informasi yang jujur dan transparan mengenai barang dan jasa yang
mereka jual, sehingga konsumen dapat membuat keputusan yang tepat dan adil.

Dengan demikian, pandangan Islam terkait dengan harga adalah bahwa harga harus adil,
ditentukan oleh mekanisme pasar yang seimbang, transparan, dan tidak merugikan pihak-pihak
yang terlibat. Islam mendorong kebebasan dalam mekanisme pasar, tetapi juga mengatur agar
harga tetap dalam batas-batas yang adil dan tidak merugikan masyarakat.
5. Jelaskan bagaimana posisi ekonomi Islam jika dibandingkan ekonomi konvensioal berdasarkan
studi kasus diatas?

Jawabanya :

Dalam studi kasus yang diberikan, posisi ekonomi Islam dapat dibandingkan dengan ekonomi
konvensional dari beberapa aspek. Pertama, dalam hal kepemilikan dan penggunaan sumber daya
alam, ekonomi Islam menganut prinsip kepemilikan bersama dan keadilan distribusi. Hal ini
bertujuan untuk mencegah konsentrasi kekayaan pada sekelompok kecil orang dan memastikan
adanya keadilan sosial. Di sisi lain, dalam ekonomi konvensional, kepemilikan sumber daya alam
lebih cenderung pada kepemilikan individu atau perusahaan, yang dapat menyebabkan
ketimpangan ekonomi.

Kedua, dalam hal transaksi bisnis, ekonomi Islam mengatur prinsip-prinsip seperti saling
menguntungkan, keadilan, dan kejujuran. Transaksi yang melanggar prinsip-prinsip ini dianggap
tidak sah dalam Islam. Sementara itu, dalam ekonomi konvensional, transaksi bisnis lebih
didasarkan pada prinsip keuntungan dan persaingan.

Ketiga, dalam hal instrumen keuangan, ekonomi Islam memiliki instrumen yang sesuai dengan
prinsip syariah, seperti mudharabah, musharakah, dan murabahah. Instrumen-instrumen ini
menghindari penggunaan bunga dan spekulasi. Di sisi lain, dalam ekonomi konvensional, instrumen
keuangan lebih cenderung menggunakan bunga dan spekulasi.

Dalam keseluruhan, ekonomi Islam memiliki pendekatan yang lebih berorientasi pada keadilan
sosial, saling menguntungkan, dan kejujuran dalam transaksi bisnis. Prinsip-prinsip ini bertujuan
untuk menciptakan ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Sementara itu, ekonomi konvensional
lebih berfokus pada keuntungan dan pertumbuhan ekonomi.

You might also like