Professional Documents
Culture Documents
Review Jurnal Sosiologi
Review Jurnal Sosiologi
Disusun oleh :
Windy Lastri Manurung
NIM : 230902072
Metode :
Penelitian ini menggunakan metode kasus, yaitu penelitian yang dilakukan pada
kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan PKL yang berjualan di sepanjang
jalan di tempat keramaian. Sampel responden dalam penelitian ini ditentukan
secara pengambilan sampel kebetulan dan acak yang besarnya disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian, yaitu sebanyak 48 responden PKL yang tersebar di
tiga tempat, yaitu Jalan Air Langga Mataram, Cakranegara dan Rembige, dimana
masing-masing lokasi PKL diambil sampel sebanyak 16 PKL. Data yang
terkumpul akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif
digunakan untuk menjelaskan atau menerangkan data penelitian untuk
mendukung analisis kuantitatif. Pendekatan analisis yang digunakan dengan
model:
1.Analisis pendapatan pedagang kaki lima
2.Analisis Kebutuhan Hidup Layak (KHL) pedagang kaki lima
Hasil :
Dilihat dari pola persebaran pedagang kaki lima, pedagang yang berjualan
bercampur dengan pedagang sejenis mencapai 31% dan kelompok yang menjual
barang sejenis sebagian besar adalah makanan matang, sedangkan 69% pedagang
yang berjualan bercampur dengan jenis pedagang lain yang bercampur seperti di
Erlangga ada yang berjualan makanan matang, nasi balap, pedagang duren,
gorengan, tambal ban dan lain sebagainya.
jalur pejalan kaki merupakan jalur yang sering digunakan oleh para pedagang
kaki lima untuk berjualan di sepanjang trotoar yang ada di sisi jalan. Hasil
wawancara dari beberapa responden yang menggunakan jalan raya dimana
mereka biasa melintas di sepanjang jalan sepanjang daerah Erlangga, Cakranegara
dan Rembiga, mereka berpendapat bahwa 38% aktivitas mereka di jalan tersebut
terganggu. Sebagian besar responden juga mengatakan bahwa mereka tidak
terganggu dengan adanya aktivitas PKL yang berjualan di trotoar dan bahu
jalan, yaitu sebanyak 8 responden atau 46% menyatakan tidak terganggu. Dan
sisanya sebanyak 3 responden atau 16% menyatakan agak terganggu dengan
adanya aktivitas PKL di sepanjang jalan yang mereka lalui. Trotoar ini
merupakan jalur pejalan kaki dengan trotoar yang terletak di sebelah kanan
fasilitas jalan utama yang banyak digunakan oleh para PKL dalam menjajakan
dagangannya tanpa memperdulikan apakah pengguna jalan merasa terganggu atau
tidak.
Jika dikaitkan dengan indikator Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang
dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram, sebanyak 26 responden atau
sekitar 54,2% PKL dikatakan belum layak penghasilannya untuk memenuhi
Kebutuhan Hidup Layak untuk kategori pedagang di Kota Mataram. Sedangkan
yang memenuhi standar Kebutuhan Hidup Layak jika dilihat dari pendapatan
yang diterima mencapai 22 responden atau 45,8% dinyatakan hidup layak karena
pendapatan PKL sudah melebihi standar Kebutuhan Hidup Layak menurut
kategori pedagang di Kota Mataram.
Sebanyak 26 atau 54,2% PKL, jika dilihat dari rata-rata pendapatan yang diperoleh
berada pada tingkat layak dalam memenuhi standar Kebutuhan Hidup Layak,
sedangkan 458% atau sekitar 22 pedagang kaki lima masih belum dapat memenuhi
standar Kebutuhan Hidup Layak karena pendapatan yang diterima pedagang dan
jumlah tanggungan keluarga melebihi standar ketentuan ayam, nasi goreng,
martabak terang bulan dan lain sebagainya.
Referensi :
[2] Argyo Demarto .dkk. 2003. Sektor Informal Peluang Kerja Alternatif
Bagi Kelompok Berpendidikan Rendah dan Miskin: Makalah Pelatihan
Universitas Sebelas Maret
[3] Boediono. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE, Yogyakarta
[4] Damai, Endah. 2004. Analisis Tingkat Pendapatan Perempuan di Sektor
Informal. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
[5] Ismanidar, Amrullah, Saeful Usman. 2016. Persepsi Masyarakat Terhadap
Pedagang Kaki Lima di Kota Banda Aceh:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Negeri Unsyiah; Volume 1 Nomor. 1: Halaman 147-
157
[6] Lingga Tanuidjaja. 2011. Kebutuhan Hidup Layak. E 100: November 2011
[7] Mubyarto. 1998. Konsep Biaya Industri Kecil. Gramedia. Jakarta
[8] Nyimas Rafita Az-zahra. 2015. Pengaruh Modal Pendapatan, Lokasi
Terhadap Kesejahteraan Pedagang Kaki Lima di Kota Cirebon;
Kementrian Agama Republik Indonesia; Institut Agama Islam Negeri
Syekh Nurjati, Cirebon.
[9] Nazir, Mohamad. 2009. Metode Penelitian. Graha Indonesia. Jakarta
[10] Putong Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia
Indonesia
[11] Soekartawi. 2001. Metode Kualitatif. LP3ES. Jakarta.
[12] Siti Masita. 2015. Perilaku Pedagang Kaki Lima di Jalan Veteran
Banjarmasin (Tinjauan Etika Bisnis Islam): Fakultas Syariah dan Ekonomi
Islam.
[13] Wahyudi, Agus R. 2003. Pedagang Kaki Lima di Kota Bandung; Antara
Harapan dan Kenyataan: Jurnal kependudukan Universitas Pajajaran
Bandung. Vol 5