Professional Documents
Culture Documents
2 PB
2 PB
5 Tahun 2018
Research Article
Evaluasi penggunaan biofilter anaerob-aerob
untuk meningkatkan kualitas air limbah rumah
sakit
Evaluating the use of anaerob-aerob biofilter to increase the
quality of hospital wastewater
Abstract
Dikirim:
26 April 2018
Purpose: This study aimed to evaluate the anaerobe-aerobic biofilter systems
Diterbitkan: effectiveness to treating parameters that are affected by the existing units.
24 Mei 2018 Methods: This study was conducted with quasi experimental pretest-posttest
approach. Sampling was done in peak hour, intermediate, and minimum
wastewater discharge The data analysis used a comparison of quality
standards and used the effectiveness level of wastewater treatment through
the established formula. Results: The results showed that anaerobic-aerobic
biofilter was highly effective in treating total coliform at peak discharge (99.9%),
intermediate discharge (83.8%), minimum discharge (99.9%) and effective
in processing COD parameters 70.1% at intermediate, and 74.6% minimum
discharge. The results also showed anaerobic-aerobic biofilter was quite
effective in treating BOD (54.59%) and TSS (50%) and less effective phosphate
(40.7%). Data analysis showed that the results of wastewater treatment of
provincial hospital in West Nusa Tenggara have met the established quality
standards. Conclusion: An anaerobic-aerobic biofilter is effective to increase
hospital wastewater to reduce environmental pollution. The impact of this
processing will reduce environmental pollution.
1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Kesehatan
Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (Email: nurfitria.hariyani@yahoo.com)
2
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
199
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 34 No. 5 Tahun 2018
200
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 34 No. 5 Tahun 2018
Tabel 3. Persentase perbedaan penurunan COD di IPAL zat organik di dalam air limbah. Bakteri aerob tumbuh
Persentase penurunan COD (%) memerlukan oksigen, sehingga kebutuhan oksigen di
Bagian IPAL Jam Jam Jam dalam bak biofilter harus terpenuhi agar pengolahan air
puncak menengah minimum
limbah dapat berjalan optimal (21).
IPAL 59,9 70,13 74,84
Persentase terbesar penurunan bahan organik dalam air
Bak anaerob ekualisasi 40 47,63 51,85
Bak biofilter 45.12 57,20 60,14 limbahterjadipadabakbiofilter.Penurunanpadabakaerob70%
lebihbesardibandingkanpadabakanaerob,yangterjadikarena
pengaruhaeratoryangmenghasilkangelembungudarasehingga
efektif dalam mengolah COD (40%) di jam puncak. Hasil terjadiflotasizatorganikyangtersuspensilebihcepatdaripada
penelitian pada biofilter menunjuk- kan bak biofilter proses anaerob (21–23).
efektif dalam mengolah COD (60,14%). Hasil menunjukkan Evaluasi IPAL. Biofilter anaerob-aerob merupakan
biofilter anaerob-aerob sangat efektif dalam mengolah salah satu pengolahan air limbah dengan bantuan
parameter total coliform pada debit puncak (99,9%), mikroorganisme dalam pengolahannya. Proses ini
menengah (83,80%), dan minimum (99,9%) air limbah. merupakan proses pengolahan air limbah secara
Tabel 3 menunjukkan perbedaan penurunan COD biologi dengan menggabungkan proses anaerob dan
di masing-masing unit IPAL. Persentase penurunan aerob. Penelitian menyimpulkan bahwa pengolahan air
terbesar parameter COD terjadi pada debit minimum limbah dengan biofilter anaerob-aerob efektif dalam
baik pada IPAL secara keseluruhan (74.84%), di bak mengelola kadar COD dan sangat efektif dalam mengolah
anaerob (51,85%) dan di bak biofilter (60,14%). Persentase total coliform. Efektivitas ini terjadi karena ada mikro
penurunan parameter terbesar terjadi di bak biofilter. organisme di dalam IPAL yang membantu mendegradasi
bahan organik dalam air limbah. Penelitian menunjukkan
di dalam reaktor biofilter terdapat bakteri Flavobacterium,
BAHASAN
Pseudomonas dan Bosea (24).
Evaluasi bak anaerob. Bak anaerob merupakan Selain itu efektivitas total coliform disebabkan
unit pengolahan air limbah secara biologi dengan penambahan klorin pada bak klorin yang membantu
menggunakan bantuan bakteri anaerobik. Hasil penelitian dalam membunuh mikroorganisme patogen. Dosis
menunjukkan kualitas air limbah yang meliputi parameter kaporit 1 gr/L dapat menurunkan kadar total coliform
BOD, COD, TSS, fosfat telah memenuhi baku mutu. Hasil dalam air limbah (12,25).
penelitian juga menunjukkan bahwa bak anaerob cukup Efektivitas pengolahan IPAL dipengaruhi juga oleh
efektif dalam mengolah BOD, COD, TSS, total koliform manajemen. Manajemen pengelolaan IPAL meliputi
pada debit minimum dan menengah air limbah. struktur organisasi, SDM, sumber dana, proses operasional,
Penurunan parameter air limbah terjadi karena SOP, pengawasan dan prasarana. Pengawasan terhadap
bakteri anaerob berperan menguraikan bahan organik sistem perlu dilakukan agar tidak menimbulkan efek
di dalam air limbah. Bakteri anaerob tumbuh pada suhu negatif bagi lingkungan. Pengawasan dapat digunakan
yaitu 27oC-37oC dan pH 6,6-7,6. Hal ini didukung oleh sebagai umpan balik untuk memperbaiki perencanaan
penelitian Lemji & Eckstädt (2013) menunjukkan pH air IPAL (26,27).
limbah (6-8) dapat meningkatan efisiensi penurunan COD Sumber daya manusia berperan dalam pengelolaan
sebesar 86,67±95% dan berefek kecil terhadap kinerja air limbah. Pengetahuan yang tinggi dari SDM dapat
IPAL untuk rentang suhu yang diberikan, yang sesuai menentukan sistem pengolahan air limbah yang tepat
dengan data sekunder rumah sakit Provinsi NTB: pH dan mulai dari pengolahan awal hingga air limbah masuk ke
suhu air limbah pada bak anaerob berada pada pH dan sistem pengolahan air limbah. Tabas et al. menunjukkan
suhu optimal bagi pertumbuhan bakteri anaerob yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan berperan
pH (7,5) dan suhu (29,9 oC) (8,18). dalam pelaksanaan manajemen IPAL rumah sakit (28).
Efektivitas bak anaerob tidak mencapai 60-90%, yang Selain itu, dana yang cukup membantu perencanaan,
terjadi karena ketidaksesuaian waktu tinggal air limbah pengembangan, perbaikan dan pemeliharaan IPAL dan
di dalam bak anaerob dengan kriteria desain. Data yang berpengaruh bagi pengembangan pengetahuan pengelola
diperoleh menunjukkan waktu tinggal di bak anaerob IPAL (6,29)
hanya mencapai 1,42 menit, sedangkan waktu tinggal di Studi ini menunjukkan bahwa efektivitas biofilter
bak anaerob seharusnya mencapai 2-3 jam. tidak mencapai 80%. Hal ini karena waktu tinggal di
Evaluasi bak biofilter. Hasil pengujian rata-rata kadar dalam IPAL rumah sakit provinsi NTB hanya 7 jam.
BOD, COD, TSS di bak biofilter telah memenuhi baku mutu Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efektivitas
yang telah ditetapkan. Hasil penelitian juga menunjukkan pengolahan COD pada jam minimum (74,60%) lebih besar
bak biofilter cukup efektif dalam mengolah BOD, COD, dibandingkan pada menengah (70,13%) dan jam puncak
dan total coliform. Penurunan zat organik di bak biofilter (59,9%). Penelitian menyebutkan efisiensi penurunan
terjadi karena bantuan bakteri aerob dalam mengurai bahan organik tertinggi terjadi pada saat debit air limbah
201
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 34 No. 5 Tahun 2018
Abstrak
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan sistem biofilter anaerob-aerob terkait efektivitas
dalam mengolah parameter yang dipengaruhi oleh unit yang ada. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi
experimental dengan menggunakan pendekatan pre-test dan post-test. Pengambilan sampel dilakukan pada saat debit
puncak, menengah, dan minimum air limbah. Analisis data menggunakan perbandingan baku mutu dan menggunakan
tingkat efektivitas IPAL melalui rumus yang telah ditetapkan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan biofilter anaerob-
aerob sangat efektif mengolah total koliform pada debit puncak (99,9%), debit menengah (83,80%), debit minimum
(99,9%) dan efektif dalam mengolah parameter COD 70,13% pada debit menengah, dan 74,60% debit minimum. Hasil
penelitian menunjukkan biofilter anaerob-aerob cukup efektif dalam mengolah BOD (54,59%) dan TSS (50%) dan kurang
efektif mengolah fosfat (40,7%). Analisis data menunjukkan bahwa hasil pengolahan air limbah rumah sakit provinsi
NTB telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Simpulan: Biofilter anaerob-aerob efektif meningkatkan kualitas
air limbah rumah sakit. Dampak dari proses pengolahan ini akan mengurangi pencemaran lingkungan.
Kata kunci: Instalasi Pengolahan Air Limbah; biofilter anaerob-aerob; rumah sakit; chemical oxygen demand (COD),
total colform
202
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 34 No. 5 Tahun 2018
203
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 34 No. 5 Tahun 2018
26. Siswati M, Syafrudin S, Sriyana S. Uji Kriteria 29. Setiani O, Misgiono, Budiyono. Evaluasi Manajemen
Manajemen dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik Limbah Padat Dan Cair Di Rsud Mimika Evaluation Of
Terpusat. Media Komunikasi Teknik Sipil. 2017;23(1): Solid And Waste Water Management At RSUD Mimika.
77. Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2014;13(1): 1–13.
27. Carraro E, Bonetta S, Bertino C, Lorenzi E, Bonetta 30. Ruiz-Rosa I, García-Rodríguez FJ, Mendoza-Jiménez J.
S, Gilli G. Hospital effluents management: Chemical, Development and application of a cost management
physical, microbiological risks and legislation model for wastewater treatment and reuse processes.
in different countries. Journal of environmental Journal of cleaner production. 2016;113: 299–310.
management. 2016;168: 185–199. 31. Kim M, Kim Y, Kim H, Piao W, Kim C. Operator
28. Tabash MI, Hussein RA, Mahmoud AH, El-Borgy MD, decision support system for integrated wastewater
Abu-Hamad BA. Impact of an intervention programme management including wastewater treatment plants
on knowledge, attitude and practice of healthcare staff and receiving water bodies. Environmental science
regarding pharmaceutical waste management, Gaza, and pollution research international. 2016;23(11):
Palestine. Public health. 2016;138: 127–137. 10785–10798
.
204