Professional Documents
Culture Documents
Kontribusi Matematikawan Muslim Dalam Perkembangan Ilmu Matematika Di Era Islamic Golden Age
Kontribusi Matematikawan Muslim Dalam Perkembangan Ilmu Matematika Di Era Islamic Golden Age
Penulis Korespondensi:
Muhammad Ali Mas’ud Manshur,
Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya,
Jl. Ahmad Yani No. 117, Surabaya, Indonesia.
Email: muhammadali171104@gmail.com
1. PENDAHULUAN
Peradaban manusia berkembang karena adanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada periode
keemasan peradaban Islam ini, yang dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam atau Era Islamic Golden
Age, para cendekiawan Muslim membuat kontribusi besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
termasuk matematika. Masa ini, yang meliputi periode dari abad ke-8 hingga ke-14, menjadi periode
penting dalam sejarah matematika, di mana karya-karya para matematikawan Muslim yang
berkontribusi besar terhadap pengembangan disiplin ini. Pada periode keemasan peradaban Islam, yang
dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam atau era Islamic Golden Age, para cendekiawan Muslim
membuat kontribusi besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk matematika. Masa ini,
yang meliputi periode dari abad ke-8 hingga ke-14, Dalam konteks ini, para matematikawan Muslim
memainkan peran yang sangat penting dalam mengembangkan teori-teori matematika yang kemudian
memberikan kontribusi yang signifikan bagi peradaban manusia, di mana karya-karya para
matematikawan Muslim memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan ilmu matematika
saat ini. Dalam rentang waktu tersebut, matematikawan Muslim berhasil mengembangkan konsep-
konsep matematika baru, memperluas teorema-teorema klasik, dan mengadaptasi pengetahuan
matematika dari peradaban sebelumnya, seperti Yunani, Persia, dan India. Melalui proyek besar
penerjemahan dan interpretasi ulang, mereka membawa kontribusi-kontribusi luar biasa bagi
perkembangan aljabar, geometri, trigonometri, dan astronomi. Langkah-langkah ini tidak hanya
mengubah karakteristik matematika, tetapi juga memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan
ilmu pengetahuan global.
Dalam tulisan ini, kami melakukan telaah mendalam terhadap peran, kontribusi, dan karya-karya
para matematikawan Muslim pada Era Islamic Golden Age. Kami mengupas kembali warisan ilmiah
mereka, mengidentifikasi kontribusi-kontribusi para matematikawan, dan mengeksplorasi
perkembangan serta relevansi pengetahuan matematika yang telah dihasilkan terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan modern. Melalui penelusuran karya-karya matematikawan Muslim yang terkenal dan
analisis terhadap kontribusi mereka dalam bidang aljabar, geometri, trigonometri, dan astronomi, tujuan
dibuatnya jurnal ini sebagai referensi tambahan akan peran pentingnya para matematikawan muslim
dalam evolusi ilmu matematika.
Penelitian ini juga menyoroti peran lingkungan sosial, pendidikan, dan kebudayaan pada masa
keemasan peradaban Islam yang mendukung perkembangan ilmiah, khususnya dalam bidang
matematika. Dengan demikian, jurnal ini tidak hanya bertujuan untuk merayakan kontribusi
matematikawan Muslim, tetapi juga untuk memberikan wawasan tentang sejarah perkembangan
matematika dan pentingnya pluralisme intelektual dalam mencapai kemajuan ilmu pengetahuan.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang kita pakai disini yaitu dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif melalui
penelitian studi pustaka. Dimana studi pustaka merupakan pendekatan yang dikukan dengan
memanfaatkan sumber informasi yang sudah ada dengan pengumpulan data, baik dari jurnal, buku,
artikel, internet atau media online, majalah, dan juga koran tentang kontribusi matematikawan muslim
dalam pengembangan ilmu matematika di Era Islamic Golden Age. Sehingga bisa menyajikan dengan
susuran yang rinci serta sistematik. Subjek penelitian ini yaitu perbandingan matematikawan muslim
dengan cendekiawan muslim lain, bagaimana pengaruh dan konteks warisan tersebut. Adapun objek
yang diteliti yaitu karya-karya matematikawan muslim tertentu, kontribusi pada bidang matematika
tertentu, dan metodologi penelitian matematika dari matematikawan tersebut.
3.1. Al-Khawarizmi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa al-Khwarizmi, dan dia adalah orang yang ahli
geografi, astronomi, dan matematika kelahiran Persia. Beliau lahir pada 780 M di kota Khawarizm
(sekarang Khiva, Uzbekistan), dan meninggal pada 850 M di Bagdad, Irak. Al-Khawarizmi
menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja menjadi dosen di sebuah sekolah di Bagdad. Buku
pertamanya ialah al jabar, yang membahas tentang solusi sistematis dengan menggunakan notasi linier
dan kuadrat. Buah dari perkembangannya membuatnya mendapat julukan “Bapak Al-Jabar”. Dia
kemudian juga memperkenalkan angka-angka India, yang diperkenalkan di dunia Barat sebagai sistem
desimal di abad ke-12.
Karya beliau ditulis dalam kitab Al-Mukhtasar fii hisab Al-jabar wal Muqabala (kitab yang
meringkas perhitungan perlengkapan dan penyeimbangan) yang ditulis pada 830 M yang juga
menerangkan tentang definisi al-jabar. Dalam kitab itu terdapat penyelesaian sebuah persamaan linear
dan kuadrat yang menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari 6 bentuk standar: (b dan c
merupakan bilangan asli positif)
1. persamaan akar kuadrat (ax2 = bx)
2. Bentuk persamaan bilangan kuadrat (ax2 = c)
3. Bentuk persamaan akar bilangan kuadrat (bx = c)
4. Bentuk Bentuk persamaan akar kuadrat dan kuadrat (ax2 + bx = c)
dengan membagikan koefisien dua kuadrat dan menggunakan dua operasi, yakni al jabar (proses
memindahkan unit kuadrat, negatif, dan akar dari notasi yang menggunakan nilai yang sama dari kedua
sisi) dan al-muqabala (proses memindahkan kuatitas dari jenis yang sama ke sisi notasi). Contohnya:
x2 = 40x – 4x2
x + 4x2 = 40x – 4x2 + 4x2
5x2 = 40x
𝟏 𝟏
5x2 . 𝒙 = 40x . 𝒙
5x = 40
𝟏 𝟏
5x . 𝟓 = 40 . 𝟓
X=8
Selain itu, Al-Khawarizmi juga mengajarkan metode dalam pembelajaran matematika. Metode
mengajarkan matematika merupakan suatu teknik yang dapat disusun secara sistematik dilihat dari segi
kehakikatan matematika dan sisi psikologisnya. Metode mengajar ini erat hubungannya dengan siapa
saja matematika itu kemudian diajarkan. Ada beberapa metode yang diajarkan, berikut metode yang
dimaksud.
1. Metode ekspositori, adalah satu cara menyapaikan ide atau gagasan dengan tulisan atau lisan. Metode
ini bekerja pada satu arah, pengajaran ide dan gagasan serta informasi yang diberikan kepada peserta
didik yang menerimanya. Materi telah disusun dengan pengajaran yang sistematik dan hierarki namun
bermakna.
2. Metode penemuan, ialah satu cara menyampaikan ide atau gagasan melalui cara menemukan. Peserta
didik mencari cara tersendiri pola-pola maupun struktur matematika melalui sederet pembelajaran yang
lampau. Keterangan yang diberikan tidak disajikan secara final, tetapi peserta didik wajib melaksanakan
sktifitas mental sebelum keterangan itu dapat dipelajari dan dipahami.
3. Metode laboratorium ialah metode yang digunakan untuk menemukan atau menghasilkan fakta tentang
matematika. Prinsip metode ini adalah siswa belajar dengan cara bekerja, mengamati, dan bergerak dari
hal yang konkrit ke hal yang abstrak. Ini berbanding lurus dengan metode induktif, dan metode ini
merupakan perpanjangan dari metode induktif. Siswa mulai mempelajari objek-objek yang kemudian
digeneralisasikan. Metode laboratorium digunakan hanya untuk mengabaikan sifat abstrak matematika.
Namun metode ini dapat merangsang minat siswa terhadap sifat abstrak matematika.
Konsep angka nol telah berkembang sejak zaman Babilonia kuno dan Yunani kuno. Mereka
mengartikan konsep angka nol sebagai ketiadaan sesuatu. Konsep ini akan dikembangkan lebih lanjut
seiring berjalannya waktu. Baru pada abad 7, ahli matematikawan India, Brahmagupta mulai
memperkenalkan beberapa sifat tentang bilangan nol. Sifatnya adalah jika suatu bilangan dijumlahkan
dengan nol, hasilnya tetap nol, dan jika suatu bilangan dikalikan dengan nol, hasilnya tetap nol.
Brahmagupta sempat kebingungan saat membagi bilangan dengan nol, dan hal inilah yang menjadi
subjek penelitiannya selama 200 tahun. Pada 830 M, matematikawan India Mahavira membenarkan
hasil Brahmagupta dan bahkan mengatakan bahwa jika bilangan dibagi nol, hasilnya sama. Hal ini
ternyata merupakan kesalahan fatal, namun masih sangat dihargai pada saat itu. Berbagai gagasan
matematikawan India menjadi pertimbangan para matematikawan Muslim. Ini merupakan tahap awal
penelitian al-Khawarizmi mengenai sistem komputasi India. Al-Khawarizmi merupakan seorang
matematikawan muslim yang pertama kali memasukkan angka nol sebagai nilai tempat pada angka
desimal. Sistem perhitungan ini menggambarkan sistem nilai tempat untuk angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9. Sistem ini disebut sistem desimal.
Setelah beliau meninggal, keberadaan karyanya diambil oleh komunitas islam, yaitu bagaimana
suatu cara untuk menjabarkan bilangan ke dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam
perhitungan bilangan pecahan. Perhitungan al-jabar merupakan warisan islam dalam menemukan solusi
masalah persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang sudah pernah ada sebelumnya.
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
4 p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348
Kontribusi Abul Wafa di dalam trigonometri adalah beliau mengembangkan fungsi tangen dan
metode dalam menghitung tabel trigo untuk menemukan relasi identitas trigonometri sebagai berikut.
3.4. Al-Karaji
Al-Karaji merupakan salah satu matematikawan Persia sekaligus ahli teknik muslim pada abad ke-
10 M dengan tingkat kemampuan yang tinggi. Beliau yang dilahirkan di Karaj atau Karkh, sebuah
tempat di pinggiran Baghdad pada tahun 953 M dan menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1029
M. Beliau menghabiskan masa hidupnya di Baghdad, sebagai pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan
keislaman global. Karya yang telah berhasil beliau ciptakan itu ada tiga buah karya, antara lain Al-
Baadi' fil hisaab (Perhitungan yang Menyenangkan), Al-Fakhr fil jabr wal muqabala (Kejayaan pada
Aljabar), dan Al Kaafi fil hisaab (Perhitungan yang Akurat). Kontribusinya pada teknik dan matematika
masih digunakan sampai saat ini. Salah satunya adalah tabel koefisien binomial. Bentuk aturannya
adalah sebagai berikut:
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
6 p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348
Ibn al-Haytham adalah matematikawan pertama yang membuktikan dalin Euclid dengan menggunakan
konsep kontradiksi dalam bukunya Elements. Beliau memperkenalkan konsep gerak dan deformasi
pada geometri dan merumuskan segi empat Lambert, Boris Abramovich Rosenfeld. Dalam dasar
geometri, Ibn Al-Haytham berusaha untuk memecahkan masalah pengkuadratan lingkaran
menggunakan bidang lunes (bentuk bulan sabit), tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan, Ibn Al-
Haytham juga menyelesaikan masalah lain, yaitu Euclid geometri dan selanjutnya bidang Apollo dan
Archimedes geometri, beberapa di antaranya dapat ia selesaikan.
Kontribusinya pada teori bilangan adalah bilangan yang sempurna. Dalam Analisis dan Sintesis, Ibn
Al-Haytham menyadari bahwa setiap bilangan sempurna memiliki bentuk 2n-1 (2n-1), sementara itu
2n-1 merupakan bilangan utama, namun belum dibuktikannya bahwa hasil tersebut diambil hasil akhir
(teori ini dapat dibuktikan di abad ke-18). Beliau juga dapat memecahakan problematika yang
terlibatkan dalam kekongruenan dengan menggunakan teori Wilson. Di Opuscula, beliau
mempertimbangkan solusi dari "sistem kekongruenan dan memberikan dua metode penyelesaian
umum.
memiliki nama besar, bahkan monumentalnya terkenal sebagai karya yang dimiliki oleh Umar Khayam
tersebut, yaitu dengan sebutan nama Rubaiyat. Nama lengkap dari Umar Khayam adalah Ghiyath al-Din
Abu’l-Fath Umar ibn Ibrahim Al-Nisaburi al-Khayyami. Umar Khayam dikenal sebagai orang yang ahli
pada matematika dan ilmu bintang pada masa hidupnya. Menghitungkan bagaimana mengoreksi
kalender yaitu sudah dilakukan oleh beliau. Melalui penelitian yang dilakukan Umar Khayam dengan
menggunakan konsep pemotongan kerucut dalam penyelesaian geometri pada klasifikasi lengkap
persamaan pangkat tiga, disitulah beliau sangat berjasa besar. Persamaan-persamaan pangkat tiga dapat
diselesaikan menggunakan metode yang dinamakan penyelesaian aljabar, beliau juga mampu
memberikan sebuah konjektur (dugaan) mengenai penyelesaian tersebut.
Pada periode dalam situasi politik yang tidak stabil, beliau masih mampu mengenalkan karyanya
yang menyangkut tentang kajian aljabar. Disitu beliau mengakui bahwa dirinya tidak sepenuhnya untuk
mengkaji aljabar, akibatnya yaitu dihalangi oleh beberapa problematika yang sedang beliau alami, dan
bagaimanapun dalam kondisi yang seperti itu beliau tetap dikatakan sebagai pakar matematika yang
sangat handal/mumpuni. Tidak sampai disitu saja, Umar Khayam memiliki banyak kemampuan,
contohnya seperti mampu dalam mengkaji astronomi, tetapi sayangnya kemampuan tersebut belum
tergali sempurna yang diakibatkan oleh keadaan politik yang tidak stabil/tidak menentu. Berkat
pertemanan antara Umar Khayam dengan Abu Tahir beliau dikenal sebagai seorang hakim, Umar
Khayam mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang beliau miliki. Setelah itu tak selang
lama, lahirlah sebuah karya dari Umar Khayam yaitu monumental yang mencakup kajian dalam bidang
aljabar, yang berjudul “Treatise on Demonstration of Problems of Algebra”, yang menjadi
penyempurnah kajian materi tentang aljabar pada saat berada di negara Khorassan dan waktu itu beliau
masih berusia 25 tahun.
Kecemerlangan Umar Khayam pada tahun 1079 saat proses awal pembuatan tabel astronomi dan
mengobservasi dalam mengubah perhitungan pada hitungan kalender menjadi komentar-komentar baik
dari para matematikawan. Beliau membuktikan bahwa beliau mampu menghasilkan perhitungan yang
sangat tinggi akurasinya terhadap perhitungan masa setahun adalah 365.24219858156 hari, tapi tidak
jauh berbeda dengan perhitungan menurut para astronomi pada akhir abad ke-19 dalam setahun yaitu
terdapat 365.242196 hari, tetapi perhitungan terkini pada setahun terbukti bahwa ada 365.242190 hari.
Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa tidak jauh beda dengan perhitungan yang telah dilakukan
oleh Umar Khayam pada abad-abad sebelumnya. Sayangnya pada saat itu pergolakan politik terjadi
kembali yang bertepatan dengan wafatnya Malik Syah yang terjadi pada tahun 1092 dan itu menjadi
keleluasaan bagi Umar Khayam. Setelah putra Malik pun juga meninggal dunia karena terbunuh oleh
gerakan pemberontak pada saat menempuh perjalanan dari Isfahan ke Baghdad. Disitulah istri kedua
dari Malik Syah mengambil ahli penguasa baru di Iran, dan tidak sedikitpun memberi
sokongan/penghargaan yang berarti bagi pencapaian hasil-hasil Umar Khayam dan rekan saintisnya.
Dan perhitungan kalenderpun juga tidak berkelanjutan, disisi lain Umar Khayam juga diserang oleh
kaum muslim sendiri yang diakibatkan oleh tidak sejalannya kegiatan apapun yang dilakukan beliau
dengan keyakinan islam bagi mereka. Tetapi, keadaan tersebut malah memberikan kesempatan
keuntungan bagi Umar Khayam dengan kemampuan yang dimilikinya yaitu menuliskan puisi yang
menggambarkan kisah selama jalan hidupnya yang sudah dilalui. Seperti masa pada abad-abad
sebelumya kebiasaan yang sering dilakukan oleh beliau adalah meninggalkan negara ia bertempat
tinggal yakni negara Isfahan, kebiasaan tersebut banyak kegunaannya seperti yang beliau lakukan dalam
mengembangkan kemampuan intelektualnya, sampai beliau rela meninggalkan tempat tinggalnya untuk
pergi menuju Merv (Turkmenistan). Lagi-lagi Umar Khayam memiliki kesempatan dalam
memanfaatkan kondisi tersebut untuk berkarya pada saat anak ketiga dari Malik Syah (Sanjar) memberi
kesempatan bagi pusat kajian islam di Merv dengan membebaskan ilmiah bagi para masyarakat islam
dan membentuk wilayah tersebut menjadi ibu kota baru kekaisaran Saljuk.
Waktu itu ternyata kajian matematika mejadi titik perhatian bagi para masyarakat islam. Pemecahan
mengenai persamaan kubik menjadi peneluran/penemuan bagi beliau. Dengan penemuan tersebut beliau
disebut dengan julukan “panutan” bagi para pakar matematika setelah masanya. Umar Khayam pun
juga memiliki akhir untuk masa hidupnya dan sang pencipta (Allah SWT) sudah menentukan hidupnya
pada batas akhir abad keduabelas. Dan meninggalnya/wafatnya beliau itu sangatlah berarti dan berharga
karena ia telah meninggalkan monumentalnya sebelum beliau wafat dan monumentalnya tersebut pada
saat itu patut untuk dibanggakan oleh setiap para masyarakat muslim pada masanya.
4. SIMPULAN
Perkembangan ilmu matematika telah terjadi sejak abad sebelum masehi, mulai dari zaman sampai
pada era Islamic Golden Age, yaitu dari abad ke-8 hingga abad ke-14. Pada masa itu, ilmu pengetahuan
banyak berkembang pesat. kita juga dapat mengenal tokoh-tokoh dan pengembangan ilmu
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
8 p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348
DAFTAR PUSTAKA
Warsidi, Edi. (2016). Tokoh Matematikawan Muslim. Bekasi: CV Mitra Utama
Mufatteh, Syahid Muhammad. (2002). Peranan Ilmuwan Islam dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan. Iran:
Majalah Yaumul Al-Quds, No.35
As-Sirjani, Raghib. (2009). Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Russel, Bertrand, dkk. (2007). Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)