Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PROGRES PENDIDIKAN

Vol. x, No. x, Januari 202x, pp. xx~xx


p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348, DOI: 10.29303/prospek.vxix.xx  1

KONTRIBUSI MATEMATIKAWAN MUSLIM DALAM


PERKEMBANGAN ILMU MATEMATIKA DI ERA
ISLAMIC GOLDEN AGE
Muhammad Ali Mas’ud Manshur1, Nila Karimatul Istianah2, Andini Dwi Savitri3, Sutini4
Pendidikan Matematika, UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

Informasi Artikel ABSTRAK


Riwayat Artikel: The development of human civilization is also caused by the development of
science and technology. Mathematics is no exception, mathematics is a very
Diterima yy-xx, zzzz important legacy of Islamic civilization. Many Muslim mathematicians have
Direvisi yy-xx, zzzz made a great contribution to this field of mathematics. Alkhwarizmi, the
Dipublikasikan yy-xx, zzzz father of algebra, Alqalasadi, the figure who introduced mathematical
symbols, Abul Wafa', the figure whose name was written in the crater of the
moon. The aim of this research is to find out more widely about the
keyword: discoveries of Muslim mathematicians in mathematics during the Islamic
Golden Age. The method used is a qualitative approach by means of a
development literature study, namely data collection by conducting a study of various
Islamic literature in the form of books, online media, and journals related to the work
mathematic of Muslim mathematicians in the Islamic Golden Age era. Among the
Muslim mathematicians are Al-Khwarizmi, Abul Wafa Buzjani, Al-Biruni,
Al-Karaji, Ibn Al-Haytham, Jamshid Al-Kashi, and Umar Khayam. They
contributed to developing mathematical sciences, such as al-gebra, zeros and
decimals, arithmetic, chords and sines, and trigonometry.
This is an open access article under the CC BY-SA license.

Penulis Korespondensi:
Muhammad Ali Mas’ud Manshur,
Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Surabaya,
Jl. Ahmad Yani No. 117, Surabaya, Indonesia.
Email: muhammadali171104@gmail.com

1. PENDAHULUAN
Peradaban manusia berkembang karena adanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada periode
keemasan peradaban Islam ini, yang dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam atau Era Islamic Golden
Age, para cendekiawan Muslim membuat kontribusi besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
termasuk matematika. Masa ini, yang meliputi periode dari abad ke-8 hingga ke-14, menjadi periode
penting dalam sejarah matematika, di mana karya-karya para matematikawan Muslim yang
berkontribusi besar terhadap pengembangan disiplin ini. Pada periode keemasan peradaban Islam, yang
dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam atau era Islamic Golden Age, para cendekiawan Muslim
membuat kontribusi besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk matematika. Masa ini,
yang meliputi periode dari abad ke-8 hingga ke-14, Dalam konteks ini, para matematikawan Muslim
memainkan peran yang sangat penting dalam mengembangkan teori-teori matematika yang kemudian
memberikan kontribusi yang signifikan bagi peradaban manusia, di mana karya-karya para
matematikawan Muslim memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan ilmu matematika
saat ini. Dalam rentang waktu tersebut, matematikawan Muslim berhasil mengembangkan konsep-
konsep matematika baru, memperluas teorema-teorema klasik, dan mengadaptasi pengetahuan
matematika dari peradaban sebelumnya, seperti Yunani, Persia, dan India. Melalui proyek besar

Journal homepage: http://prospek.unram.ac.id/index.php/PROSPEK


2  p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348

penerjemahan dan interpretasi ulang, mereka membawa kontribusi-kontribusi luar biasa bagi
perkembangan aljabar, geometri, trigonometri, dan astronomi. Langkah-langkah ini tidak hanya
mengubah karakteristik matematika, tetapi juga memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan
ilmu pengetahuan global.
Dalam tulisan ini, kami melakukan telaah mendalam terhadap peran, kontribusi, dan karya-karya
para matematikawan Muslim pada Era Islamic Golden Age. Kami mengupas kembali warisan ilmiah
mereka, mengidentifikasi kontribusi-kontribusi para matematikawan, dan mengeksplorasi
perkembangan serta relevansi pengetahuan matematika yang telah dihasilkan terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan modern. Melalui penelusuran karya-karya matematikawan Muslim yang terkenal dan
analisis terhadap kontribusi mereka dalam bidang aljabar, geometri, trigonometri, dan astronomi, tujuan
dibuatnya jurnal ini sebagai referensi tambahan akan peran pentingnya para matematikawan muslim
dalam evolusi ilmu matematika.
Penelitian ini juga menyoroti peran lingkungan sosial, pendidikan, dan kebudayaan pada masa
keemasan peradaban Islam yang mendukung perkembangan ilmiah, khususnya dalam bidang
matematika. Dengan demikian, jurnal ini tidak hanya bertujuan untuk merayakan kontribusi
matematikawan Muslim, tetapi juga untuk memberikan wawasan tentang sejarah perkembangan
matematika dan pentingnya pluralisme intelektual dalam mencapai kemajuan ilmu pengetahuan.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang kita pakai disini yaitu dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif melalui
penelitian studi pustaka. Dimana studi pustaka merupakan pendekatan yang dikukan dengan
memanfaatkan sumber informasi yang sudah ada dengan pengumpulan data, baik dari jurnal, buku,
artikel, internet atau media online, majalah, dan juga koran tentang kontribusi matematikawan muslim
dalam pengembangan ilmu matematika di Era Islamic Golden Age. Sehingga bisa menyajikan dengan
susuran yang rinci serta sistematik. Subjek penelitian ini yaitu perbandingan matematikawan muslim
dengan cendekiawan muslim lain, bagaimana pengaruh dan konteks warisan tersebut. Adapun objek
yang diteliti yaitu karya-karya matematikawan muslim tertentu, kontribusi pada bidang matematika
tertentu, dan metodologi penelitian matematika dari matematikawan tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan ilmu matematika telah terjadi sejak abad sebelum masehi, mulai dari zaman Mesir
dan Babilonia Kuno, zaman Yunani kuno dan Persia, hingga ke India dan China, sampai pada era
Islamic Golden Age, yaitu dari abad ke-8 hingga abad ke-14. Pada masa itu, ilmu pengetahuan banyak
berkembang pesat, tidak hanya ilmu agama tetapi ilmuwan islam pada masa itu juga mengembangkan
ilmu sastra, filsafat, sains, astronomi, dan matematika. Dukungan masyarakat dan pemerintah sangat
berpengaruh bagi matematikawan muslim untuk berkarya. Kontribusi matematikawan muslim pada
ilmu matematika inilah yang bisa kita nikmati manfaat hingga detik ini. Adapun kita juga dapat
mengenal tokoh-tokoh dan pengembangan ilmu matematikanya.

3.1. Al-Khawarizmi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa al-Khwarizmi, dan dia adalah orang yang ahli
geografi, astronomi, dan matematika kelahiran Persia. Beliau lahir pada 780 M di kota Khawarizm
(sekarang Khiva, Uzbekistan), dan meninggal pada 850 M di Bagdad, Irak. Al-Khawarizmi
menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja menjadi dosen di sebuah sekolah di Bagdad. Buku
pertamanya ialah al jabar, yang membahas tentang solusi sistematis dengan menggunakan notasi linier
dan kuadrat. Buah dari perkembangannya membuatnya mendapat julukan “Bapak Al-Jabar”. Dia
kemudian juga memperkenalkan angka-angka India, yang diperkenalkan di dunia Barat sebagai sistem
desimal di abad ke-12.
Karya beliau ditulis dalam kitab Al-Mukhtasar fii hisab Al-jabar wal Muqabala (kitab yang
meringkas perhitungan perlengkapan dan penyeimbangan) yang ditulis pada 830 M yang juga
menerangkan tentang definisi al-jabar. Dalam kitab itu terdapat penyelesaian sebuah persamaan linear
dan kuadrat yang menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari 6 bentuk standar: (b dan c
merupakan bilangan asli positif)
1. persamaan akar kuadrat (ax2 = bx)
2. Bentuk persamaan bilangan kuadrat (ax2 = c)
3. Bentuk persamaan akar bilangan kuadrat (bx = c)
4. Bentuk Bentuk persamaan akar kuadrat dan kuadrat (ax2 + bx = c)

PROGRES PENDIDIKAN, Vol. 9, No. 1, March 2020: xx - xx


PROGRES PENDIDIKAN p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348  3

5. Bentuk kuadrat dan persamaan akar bilangan kuadrat (ax2 + c = bx)


6. Bentuk akar dan persamaan bilangan kuadrat (bx + c = ax2 )

dengan membagikan koefisien dua kuadrat dan menggunakan dua operasi, yakni al jabar (proses
memindahkan unit kuadrat, negatif, dan akar dari notasi yang menggunakan nilai yang sama dari kedua
sisi) dan al-muqabala (proses memindahkan kuatitas dari jenis yang sama ke sisi notasi). Contohnya:
x2 = 40x – 4x2
x + 4x2 = 40x – 4x2 + 4x2
5x2 = 40x
𝟏 𝟏
5x2 . 𝒙 = 40x . 𝒙
5x = 40
𝟏 𝟏
5x . 𝟓 = 40 . 𝟓
X=8
Selain itu, Al-Khawarizmi juga mengajarkan metode dalam pembelajaran matematika. Metode
mengajarkan matematika merupakan suatu teknik yang dapat disusun secara sistematik dilihat dari segi
kehakikatan matematika dan sisi psikologisnya. Metode mengajar ini erat hubungannya dengan siapa
saja matematika itu kemudian diajarkan. Ada beberapa metode yang diajarkan, berikut metode yang
dimaksud.
1. Metode ekspositori, adalah satu cara menyapaikan ide atau gagasan dengan tulisan atau lisan. Metode
ini bekerja pada satu arah, pengajaran ide dan gagasan serta informasi yang diberikan kepada peserta
didik yang menerimanya. Materi telah disusun dengan pengajaran yang sistematik dan hierarki namun
bermakna.
2. Metode penemuan, ialah satu cara menyampaikan ide atau gagasan melalui cara menemukan. Peserta
didik mencari cara tersendiri pola-pola maupun struktur matematika melalui sederet pembelajaran yang
lampau. Keterangan yang diberikan tidak disajikan secara final, tetapi peserta didik wajib melaksanakan
sktifitas mental sebelum keterangan itu dapat dipelajari dan dipahami.
3. Metode laboratorium ialah metode yang digunakan untuk menemukan atau menghasilkan fakta tentang
matematika. Prinsip metode ini adalah siswa belajar dengan cara bekerja, mengamati, dan bergerak dari
hal yang konkrit ke hal yang abstrak. Ini berbanding lurus dengan metode induktif, dan metode ini
merupakan perpanjangan dari metode induktif. Siswa mulai mempelajari objek-objek yang kemudian
digeneralisasikan. Metode laboratorium digunakan hanya untuk mengabaikan sifat abstrak matematika.
Namun metode ini dapat merangsang minat siswa terhadap sifat abstrak matematika.
Konsep angka nol telah berkembang sejak zaman Babilonia kuno dan Yunani kuno. Mereka
mengartikan konsep angka nol sebagai ketiadaan sesuatu. Konsep ini akan dikembangkan lebih lanjut
seiring berjalannya waktu. Baru pada abad 7, ahli matematikawan India, Brahmagupta mulai
memperkenalkan beberapa sifat tentang bilangan nol. Sifatnya adalah jika suatu bilangan dijumlahkan
dengan nol, hasilnya tetap nol, dan jika suatu bilangan dikalikan dengan nol, hasilnya tetap nol.
Brahmagupta sempat kebingungan saat membagi bilangan dengan nol, dan hal inilah yang menjadi
subjek penelitiannya selama 200 tahun. Pada 830 M, matematikawan India Mahavira membenarkan
hasil Brahmagupta dan bahkan mengatakan bahwa jika bilangan dibagi nol, hasilnya sama. Hal ini
ternyata merupakan kesalahan fatal, namun masih sangat dihargai pada saat itu. Berbagai gagasan
matematikawan India menjadi pertimbangan para matematikawan Muslim. Ini merupakan tahap awal
penelitian al-Khawarizmi mengenai sistem komputasi India. Al-Khawarizmi merupakan seorang
matematikawan muslim yang pertama kali memasukkan angka nol sebagai nilai tempat pada angka
desimal. Sistem perhitungan ini menggambarkan sistem nilai tempat untuk angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9. Sistem ini disebut sistem desimal.
Setelah beliau meninggal, keberadaan karyanya diambil oleh komunitas islam, yaitu bagaimana
suatu cara untuk menjabarkan bilangan ke dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam
perhitungan bilangan pecahan. Perhitungan al-jabar merupakan warisan islam dalam menemukan solusi
masalah persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang sudah pernah ada sebelumnya.

3.2. Abul Wafa Buzjani


Nama lengkap beliau adalah Abul Wafa Muhammad ibn Muhammad ibn Yahya ibn Ismail Buzjani
lahir di Buzghan, Iran pada 940 M dan meninggal di Baghdad, Irak pada tahun 998 M. Tahun 959 M,
beliau pindah ke Irak untuk belajar matematika di sana khususnya trigonometri. Beliau mempelajari
tentang pergerakan bulan sampai-sampai satu kawah di bulan dinamai Abul Wafa yang sesuai dengan
namanya.

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
4  p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348

Kontribusi Abul Wafa di dalam trigonometri adalah beliau mengembangkan fungsi tangen dan
metode dalam menghitung tabel trigo untuk menemukan relasi identitas trigonometri sebagai berikut.

Sin (a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)


Cos(2a) = 1 – 2sin2(a)
Sin(2a) = 2sin(a)cos(a)
Beliau menemukan rumus sinus untuk geometri sferik (tanpak mirip seperti dengan hukum sinus),
sebagai berikut.
𝐬𝐢𝐧 𝑨 𝐬𝐢𝐧 𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝑪
= 𝐬𝐢𝐧 𝒃 =
𝐬𝐢𝐧 𝒂 𝐬𝐢𝐧 𝒄
Sepanjang hidupnya, beliau telah berjasa melahirkan berbagai inovasi penting dalam matematika.
Beliau juga mengkritik pemikiran Eucklid, Diophantos, dan Al-Khawariz. Beliau pun mwariskan buku
Al-Kami atau buku lengkap yang membahas ilmu aritmatika praktis. Selain itu, beliau mewariskan buku
Al-Handasa yang menkaji penerapan geometri.
Abul Wafa merupakan matematikawan pertama yang mengargumenkan rumus umum sinus dan
Abil Wafa juga menargumenkan metode baru membentuk tabel sinus. Beliau membuktikan kebenaran
nilai sinus 30 derajat ke tempat desimal delapan. Ada yang menakjubkan dari beliau, yakni Abul Wafa
membuat pembelajaran khusus untuk tangen dan mencounting sebuah tabel tangen. Tentunya dalam
pelajaran matematika kita mengetahui secan dan co secan, Abul Wafalah yang memiliki buah pemikiran
itu pertama kali. Beliau sangat cerdas dalam geometri dan mampu menyelesaikannya dengan sangat
tangkas.

3.3. Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni


Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni adalah seorang cendekiawan besar muslim
terkemuka para Era Islamic Golden Age, beliau dilahirkan di Khath, Khawarizm Turkmenistan (saat ini
menjadi Kiva, Uzbekistan) pada tahun 362 H atau 973 M. Beliau terkenal dengan panggilan Al-Biruni.
Beliau dibesarkan di lingkungan yang fanatik agama dan yang mencintai ilmu pengetahuan. Tidak
diherankan jika sejak kecil ia dikenal ahli dalam berbagai bidang ilmu. Selama serangkaian "tur" di
India, al-Biruni menggunakan waktu luangnya untuk mengobservasi adat-istiadat dan karakteristik
masyarakat sekitar, hasil observasi ini terdapat beberapa karya yang terkenal. Beliau juga menjelaskan
problematika trigonometri tingkat lanjut dalam bukunya Tahqiq al-Hind.
Di bawah bimbingan Sultan Masoudi, al-Biruni akhirnya berhasil menghasilkan karya yang sangat
berharga di bidang geografi, astrologi, dan matematika, yaitu Al-Qanun fi 'Ulumi al-Haiati wan-Nujumi.
Pada bukunya beliau membuktikan bahwa berputarnta bintang mengelilingi poros rasinya. Beliau
mengembangkan konsep matematika bagi manusia sebagai penentuan 4 arah mata angin dimanapun
tempatnya baik di darat maupun di laut. Beliau menjelaskan tentang gerhana matahari, gerhana bulan
dan halimun. Termasuk penjelasan alasan mengapa fajar muncul sebelum matahari terbit. Ia
menemukan bahwa jarak antara Matahari dan Bumi berubah 1 derajat setiap 250 tahun. Di al-Qanun,
beliau memaparkan daftar matematika yang menggunakan segitiga sama kaki yang mana terdiri adanya
beberapa pelat panjang yang berbentuk geometris beraturan (simetris).
Kontribusi yang beliau berikan sangat besar pada perngembangan ilmu pengetahuan khususnya
pada ilmu matematika, seperti bidang teoritis dan praktis seperti aritmatika, operasi hitung, analisis
kombinatorial, kaidah angka tiga, bilangan irasional, teori perbandingan, pengertian aljabar, dan solusi
penjumlahan aljabar, Geometri, Teorema Archimedes dan Sudut dalam segitiga. Beliau memiliki
kontribusi terbesar yaitu gagasannya terhadap konsep sudut 180 derajat pada suatu segitiga, nilai
taksiran ϖ sebesar 3,14, dan nilai sin (40 dg) sebesar 0,68. Teorema Al-Biruni untuk menentukan nilai ϖ
dapat diterapkan dalam bidang matematika dan fisika yaitu pada perhitungan luas dan keliling
lingkaran, luas dan volume bola. Dengan melihat jari-jari bumi, termasuk perkiraan nilai ϖ, kita dapat
menghitung berapa luas permukaan bumi yang kita tempati saat ini beserta volumenya.

3.4. Al-Karaji
Al-Karaji merupakan salah satu matematikawan Persia sekaligus ahli teknik muslim pada abad ke-
10 M dengan tingkat kemampuan yang tinggi. Beliau yang dilahirkan di Karaj atau Karkh, sebuah
tempat di pinggiran Baghdad pada tahun 953 M dan menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1029
M. Beliau menghabiskan masa hidupnya di Baghdad, sebagai pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan
keislaman global. Karya yang telah berhasil beliau ciptakan itu ada tiga buah karya, antara lain Al-
Baadi' fil hisaab (Perhitungan yang Menyenangkan), Al-Fakhr fil jabr wal muqabala (Kejayaan pada
Aljabar), dan Al Kaafi fil hisaab (Perhitungan yang Akurat). Kontribusinya pada teknik dan matematika

PROGRES PENDIDIKAN, Vol. 9, No. 1, March 2020: xx - xx


PROGRES PENDIDIKAN p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348  5

masih digunakan sampai saat ini. Salah satunya adalah tabel koefisien binomial. Bentuk aturannya
adalah sebagai berikut:

Perpanjangannya adalah sebagai berikut.

untuk n bilangan bulat.

Al-Karaji menulis tentang penelitian yang dilakukan matematikawan sebelumnya. Sekarang ia


dianggap sebagai penemu pertama dari hasil aritmatika Yunani yaitu konsep pemisahkan aljabar dari
operasi geometris yang kita terapkan saat ini. Dan karya lainnya dalam aljabar dan polinomial yaitu
operasi aritmatika yang digunakan untuk menggantikan polinomial.
Cendekiawan matematika, F.Woepcke, pada bukunya Extrait du Fakhri, traité d'Algèbre par abou
Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi (Paris, 1853 M), memberikan apresiasi kepada Al Karaji yang
menjadi pencetus awal pengenalan metode kalkulus aljabar, yang mana beliau telah memberikan
kontribusi besar terhadap konsep dasar aljabar dan kalkulus, khususnya dalam mengembangkan cara
baru untuk memahami dan memanipulasi persamaan matematika. Hasil kerjanya inilah sebagai asal
mula dari penentuan koefisien binomial dan segitiga paskal.
Beliau adalah orang pertama yang membuktikan hasil simpulan penelitiannya dengan menggunakan
induksi matematika. Beliau juga menggunakan induksi matematika untuk membuktikan rumus
penjumlahan untuk integral pangkat tiga dan menyelesaikan beberapa masalah klasik aljabar. Integral
pangkat tiga merupakan hasil yang sangat penting dalam kalkulus integral. Selain itu, beliau juga
membuktikan teorema binomial dan segitiga paskal menggunakan induksi matematika.

3.5. Ibn Al-Haytam


Nama Ibn Al-Haytham dikenal sebagai Alhacen atau Alhazen (bahasa latin) dalam sastra barat yang
menjadi seorang cendekiawan Muslim di abad ke-10 hingga ke-11 M. Beliau dilahirkan di Basra, Irak
yang waktu itu merupakan bagian dari Buyid, pada tahun 965 M. Ibn Al-Haytham menetap di Kairo,
Mesir dan wafat pada tahun 1039 M di kota yang sama. Beliau adalah seorang ilmuwan muslim yang
Kontibusinya yang sangat berarti pada prinsip-prinsip optik, anatomi, astronomi, teknik, matematika,
kedokteran, optalmologi, filsafat, fisika, psikologi, persepsi visual, dan ke dalam ilmu umum dengan
menggunakan metode ilmiah.
Ibnu al-Haytham lahir di kota Basra, sehingga ia disebut juga al-Basri. Ia juga mempunyai julukan
Latin "Ptolemy Secundus" (Ptolemy II), atau "Fisikawan" di Eropa abad pertengahan. Ia mengenyam
pendidikan awalnya di Basra dan kemudian bekerja di kampung kelahilannya menjadi pegawai negeri.
Selang waktu yang cukup lama mengabdi disana, beliau mengambil keputusan untuk pindah ke Bagdad
dan Ahwaz. Beliau melanjutkan penelitian ilmu alamnya di luar negeri. Ibnu al-Haytham pindah ke
Mesir karena kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Selama tinggal, ia memanfaatkan kesempatan untuk
bekerja di berbagai pekerjaan, menekankan observasi, eksperimen dan bukti empiris dalam penelitian
ilmiah, mengutamakan pengujian logika dan ide-ide teoretis, seperti mempelajari alirannya sungai nil,
disamojng itu juga menulis ulang buku matematika das astrologi. Yang memiliki tujuan agar ada sisa
dana untuk biaya pergi ke Universitas Al Azhar. Ide-idenya tentang metode ilmiah dapat mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan Eropa pada Abad Pertengahan dan Renaisans.
Akibat dari hasil usahanya tersebut, Ibnu al-Haytham menjadi ahli di bidang ilmu pengetahuan
alam, astrologi, matematika, geometri, kedokteran, serta filsafat. Karya-karyanya mengenai optik,
sebagai sumber utama pada penelitian ilmiah, seperti kajian tentang pengobatan mata. Kontribusinya
yang paling terkenal adalah dalam bidang optik, di mana ia menulis buku yang sangat berpengaruh
berjudul "Kitab Al-Manazir" atau "The Optics". Meskipun ia memiliki kontribusi dalam kajiannya
tentang optika dan sifat cahaya, namun pendekatannya lebih didasarkan pada metode geometris dan
eksperimental daripada analitis geometri yang memanfaatkan koordinat. Karyanya dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan menjadikannya salah satu tokoh terpenting dalam sejarah keilmuan dunia
Islam.
Dalam matematika, Ibn Al-Haytham mengembangkan matematika karya Euclid dan Thabit ibn
Qurra dengan membuat sistem berbentuk kerucut pada teori bilangan, kemudian mengembangkan
geometri analitis, dan menghubungkan antara aljabar dengan geometri. Hasil karyanya akan
berpengaruh terhadap perkembangan geometri analisis René Descartes dan kalkulus Isaac Newton. Ibn
Al-Haytham juga menemukan formula untuk menentukan penjumlahan 100 bilangan asli yang pertama.

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
6  p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348

Ibn al-Haytham adalah matematikawan pertama yang membuktikan dalin Euclid dengan menggunakan
konsep kontradiksi dalam bukunya Elements. Beliau memperkenalkan konsep gerak dan deformasi
pada geometri dan merumuskan segi empat Lambert, Boris Abramovich Rosenfeld. Dalam dasar
geometri, Ibn Al-Haytham berusaha untuk memecahkan masalah pengkuadratan lingkaran
menggunakan bidang lunes (bentuk bulan sabit), tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan, Ibn Al-
Haytham juga menyelesaikan masalah lain, yaitu Euclid geometri dan selanjutnya bidang Apollo dan
Archimedes geometri, beberapa di antaranya dapat ia selesaikan.
Kontribusinya pada teori bilangan adalah bilangan yang sempurna. Dalam Analisis dan Sintesis, Ibn
Al-Haytham menyadari bahwa setiap bilangan sempurna memiliki bentuk 2n-1 (2n-1), sementara itu
2n-1 merupakan bilangan utama, namun belum dibuktikannya bahwa hasil tersebut diambil hasil akhir
(teori ini dapat dibuktikan di abad ke-18). Beliau juga dapat memecahakan problematika yang
terlibatkan dalam kekongruenan dengan menggunakan teori Wilson. Di Opuscula, beliau
mempertimbangkan solusi dari "sistem kekongruenan dan memberikan dua metode penyelesaian
umum.

3.6. Jamshid Al-Kashi


Jamshid Al-Kashi lahir pada tahun 1380 di Kashan, Iran dan beliau wafat pada tahun 1429. Beliau
dikenal sebagai seorang ahli matematika dan beliau juga menjadi salah satu matematikawan terbaik di
dunia islam. Semasa hidupnya beliau hidup dalam kemiskinan yaitu pada masa beliau masih kanak-
kanak. Semua keluarga kecilnya seperti anak dan istrinya pun juga mempunyai karya-karya yang
membuat mereka terkenal dan mendapatkan julukan sebagai keluarga ilmuwan yang terkenal dan andal.
Al-Kashi dikenal sebagai matematikawan andal.
Beliau menulis buku yang berjudul Risala al-watar wa’l-jaib yang mempunyai arti yaitu “yang
mendalam pada Chord dan Sinus”. Bahkan berita kematian beliau masih simpang siur, ada yang
mengatakan karena beliau terbunuh dan juga ada pula yang mengatakan memang karena kematian yang
normal, entah omongan mana yang benar adanya. Karya beliau tentang hukum Chord juga terdapat di
negara Prancis yang mempunyai nama Théorème d Al-Kashi yang mempunyai arti yaitu “teorema Al-
Kashi”. Beliau juga terkenal sebagai orang pertama yang memberikan pertanyaan eksplisit hukum
cosinus dalam bentuk yang sesuai untuk triangulasi. Al-Kashi menghitung 1º hampir sebanyak akurasi
nilai ϖ.
Pada abad ke-16 nilai perkiraan yang paling akurat terhadap sin 1º yaitu diperoleh oleh Taqi al-Din.
Sampai pada abad selanjutnya yaitu di Eropa tidak ditemukan satu orang pun yang bisa
mengembangkan metode yang berulang untuk memecahkan persamaan pangkat tiga dalam aljabar
numerik dan analisisnya. Beliau menggunakan metode Newton yang dikenal sebelumnya oleh
matematikawan pendahulunya sebelum Al-Kashi yaitu bernama Sharaf al-Din al-Tusi’s untuk
digunakannya dalam metode aljabar untuk karya miliknya. Untuk mencari akar N menggunakan metode
tersebut Al-Kashi meningkatkannya dengan memecahkan xP-N = 0. Dan ada pula cara Al-Kashi untuk
menentukan nilai sin1º dengan menggunakan rumus sin3ø = 3sin ø – 4sin3 ø. Hasil kerja beliau lebih
akurat dibandingkan dengan hasil kerja matematikawan sebelumnya, seperti: matematikawan dari
Yunani, yaitu Archimedes, hingga 3 tempat desimal, matematikawan dari Cina Zu Chongzhi, hingga 7
tempat desimal, dan matematikawan India Madhava dari Sangamagrama, hingga 11 tempat desimalnya.
Cara menghitung beliau untuk 2ϖ hingga 9 digit sexadesimal sangatlah tepat hingga setara dengan 16
tempat desimal. Beliau memiliki keakuratan dalam berhitung dan mampu bertahan hingga 200
kemudian, menyaingi matematikawan, yaitu Ludolph van Ceulen dalam menghitung nilai ϖ hingga
sampai ke 20 tempat desimal.
Pada tahun 1425 matematikawan Persia, yaitu Jamshid Al-Kashi, beliau membahas sifat-sifat
koefisien binomial yang dimaksud juga sebagai kunci untuk aritmatika. Negara Cina dan Persia
kemungkinan memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat tersebut jauh lebih tua daripada negara lainnya.
Pada zaman Renaisans, semua matematikawan bersama-sama menggunakan pengetahuan tersebut
secara serentak.

3.7. Umar Khayam


Pada masa kelahiran Umar Khayam memberikan hikmah tersendiri di setiap keadaannya. Dari
pengalaman yang sudah dialami tersebut beliau memberikan kesempatan bagi semua orang bahwa
dalam menghadapi keadaan perlu untuk berpikir terlebih dahulu dan itu bisa membuat kita/semua orang
yang melakukannya akan mengatahui atau bisa mendayagunakan potensi yang ada dalam diri setiap
masing-masing orang tersebut. Beliau dilahirkan di Nishapur, berada di negara Iran. Keadaan itulah
yang membuat beliau memiliki nama besar, yaitu sebagai ahli matematika dan astronom. Tidak hanya
itu karya sastra yang didalamnya terdapat kemampuan menulis pada bait-bait puisi, beliau juga

PROGRES PENDIDIKAN, Vol. 9, No. 1, March 2020: xx - xx


PROGRES PENDIDIKAN p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348  7

memiliki nama besar, bahkan monumentalnya terkenal sebagai karya yang dimiliki oleh Umar Khayam
tersebut, yaitu dengan sebutan nama Rubaiyat. Nama lengkap dari Umar Khayam adalah Ghiyath al-Din
Abu’l-Fath Umar ibn Ibrahim Al-Nisaburi al-Khayyami. Umar Khayam dikenal sebagai orang yang ahli
pada matematika dan ilmu bintang pada masa hidupnya. Menghitungkan bagaimana mengoreksi
kalender yaitu sudah dilakukan oleh beliau. Melalui penelitian yang dilakukan Umar Khayam dengan
menggunakan konsep pemotongan kerucut dalam penyelesaian geometri pada klasifikasi lengkap
persamaan pangkat tiga, disitulah beliau sangat berjasa besar. Persamaan-persamaan pangkat tiga dapat
diselesaikan menggunakan metode yang dinamakan penyelesaian aljabar, beliau juga mampu
memberikan sebuah konjektur (dugaan) mengenai penyelesaian tersebut.
Pada periode dalam situasi politik yang tidak stabil, beliau masih mampu mengenalkan karyanya
yang menyangkut tentang kajian aljabar. Disitu beliau mengakui bahwa dirinya tidak sepenuhnya untuk
mengkaji aljabar, akibatnya yaitu dihalangi oleh beberapa problematika yang sedang beliau alami, dan
bagaimanapun dalam kondisi yang seperti itu beliau tetap dikatakan sebagai pakar matematika yang
sangat handal/mumpuni. Tidak sampai disitu saja, Umar Khayam memiliki banyak kemampuan,
contohnya seperti mampu dalam mengkaji astronomi, tetapi sayangnya kemampuan tersebut belum
tergali sempurna yang diakibatkan oleh keadaan politik yang tidak stabil/tidak menentu. Berkat
pertemanan antara Umar Khayam dengan Abu Tahir beliau dikenal sebagai seorang hakim, Umar
Khayam mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang beliau miliki. Setelah itu tak selang
lama, lahirlah sebuah karya dari Umar Khayam yaitu monumental yang mencakup kajian dalam bidang
aljabar, yang berjudul “Treatise on Demonstration of Problems of Algebra”, yang menjadi
penyempurnah kajian materi tentang aljabar pada saat berada di negara Khorassan dan waktu itu beliau
masih berusia 25 tahun.
Kecemerlangan Umar Khayam pada tahun 1079 saat proses awal pembuatan tabel astronomi dan
mengobservasi dalam mengubah perhitungan pada hitungan kalender menjadi komentar-komentar baik
dari para matematikawan. Beliau membuktikan bahwa beliau mampu menghasilkan perhitungan yang
sangat tinggi akurasinya terhadap perhitungan masa setahun adalah 365.24219858156 hari, tapi tidak
jauh berbeda dengan perhitungan menurut para astronomi pada akhir abad ke-19 dalam setahun yaitu
terdapat 365.242196 hari, tetapi perhitungan terkini pada setahun terbukti bahwa ada 365.242190 hari.
Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa tidak jauh beda dengan perhitungan yang telah dilakukan
oleh Umar Khayam pada abad-abad sebelumnya. Sayangnya pada saat itu pergolakan politik terjadi
kembali yang bertepatan dengan wafatnya Malik Syah yang terjadi pada tahun 1092 dan itu menjadi
keleluasaan bagi Umar Khayam. Setelah putra Malik pun juga meninggal dunia karena terbunuh oleh
gerakan pemberontak pada saat menempuh perjalanan dari Isfahan ke Baghdad. Disitulah istri kedua
dari Malik Syah mengambil ahli penguasa baru di Iran, dan tidak sedikitpun memberi
sokongan/penghargaan yang berarti bagi pencapaian hasil-hasil Umar Khayam dan rekan saintisnya.
Dan perhitungan kalenderpun juga tidak berkelanjutan, disisi lain Umar Khayam juga diserang oleh
kaum muslim sendiri yang diakibatkan oleh tidak sejalannya kegiatan apapun yang dilakukan beliau
dengan keyakinan islam bagi mereka. Tetapi, keadaan tersebut malah memberikan kesempatan
keuntungan bagi Umar Khayam dengan kemampuan yang dimilikinya yaitu menuliskan puisi yang
menggambarkan kisah selama jalan hidupnya yang sudah dilalui. Seperti masa pada abad-abad
sebelumya kebiasaan yang sering dilakukan oleh beliau adalah meninggalkan negara ia bertempat
tinggal yakni negara Isfahan, kebiasaan tersebut banyak kegunaannya seperti yang beliau lakukan dalam
mengembangkan kemampuan intelektualnya, sampai beliau rela meninggalkan tempat tinggalnya untuk
pergi menuju Merv (Turkmenistan). Lagi-lagi Umar Khayam memiliki kesempatan dalam
memanfaatkan kondisi tersebut untuk berkarya pada saat anak ketiga dari Malik Syah (Sanjar) memberi
kesempatan bagi pusat kajian islam di Merv dengan membebaskan ilmiah bagi para masyarakat islam
dan membentuk wilayah tersebut menjadi ibu kota baru kekaisaran Saljuk.
Waktu itu ternyata kajian matematika mejadi titik perhatian bagi para masyarakat islam. Pemecahan
mengenai persamaan kubik menjadi peneluran/penemuan bagi beliau. Dengan penemuan tersebut beliau
disebut dengan julukan “panutan” bagi para pakar matematika setelah masanya. Umar Khayam pun
juga memiliki akhir untuk masa hidupnya dan sang pencipta (Allah SWT) sudah menentukan hidupnya
pada batas akhir abad keduabelas. Dan meninggalnya/wafatnya beliau itu sangatlah berarti dan berharga
karena ia telah meninggalkan monumentalnya sebelum beliau wafat dan monumentalnya tersebut pada
saat itu patut untuk dibanggakan oleh setiap para masyarakat muslim pada masanya.

4. SIMPULAN
Perkembangan ilmu matematika telah terjadi sejak abad sebelum masehi, mulai dari zaman sampai
pada era Islamic Golden Age, yaitu dari abad ke-8 hingga abad ke-14. Pada masa itu, ilmu pengetahuan
banyak berkembang pesat. kita juga dapat mengenal tokoh-tokoh dan pengembangan ilmu
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
8  p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348

matematikanya. Al-Khawarizmi menemukan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan


menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari 6 bentuk standar dalam kitab Al-Mukhtasar fii
hisab Al-jabar wal Muqabala (kitab yang merangkum perhitungan perlengkapan dan penyeimbangan).
Selain itu, Al-Khawarizmi juga mengajarkan metode dalam pembelajaran matematika, yaitu metode
ekspositori, metode penemuan, dan metode laboratorium. Al-Khawarizmi yakni matematikawan
muslim yang memasukkan bilangan nol ke dalam nilai tempat berbasis sepuluh. Perhitungan ini
menggambarkan nilai tempat yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9, atau bisa disebut
sistem bilangan desimal. Kontribusi Abul Wafa pada bidang trigonometri yang mengembangkan fungsi
tangen dan metode menghitung tabel trigo untuk menemukan relasi identitas trigonometri, Abul Wafa
juga penemu pertama rumus sinus untuk geometri sferik (yang mirip seperti hukum sinus). Selanjutnya
karya dari Al-Biruni yang terkenal pada ilmu astrologi, matematika, dan geografi, yakni Al-Qanun fi
'Ulumi Al-Haiati Wal-Nujum. Pada bukunya beliau membuktikan bahwa berputarnta bintang
mengelilingi poros rasinya. Beliau mengembangkan konsep matematika bagi manusia sebagai
penentuan 4 arah mata angin dimanapun tempatnya baik di darat maupun di laut. Beliau berkontribusi
besar pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada ilmu matematika, seperti bidang teoritis
dan praktis seperti aritmatika, operasi hitung, aljabar, dan lain sebagainya. Al-Karaji telah berhasil
menciptakan tiga buah karya, antara lain Al-Badi' fil-hisab (Perhitungan yang Menyenangkan), Al-
Fakhr fil-jabr wal-muqabala (Kejayaan pada Aljabar), dan Al-Kafi fil-hisab (Perhitungan yang Akurat).
Al-Karaji sebagai pencetus awal teori kalkulus aljabar dan membuktikan hasil kesimpulan penelitiannya
dengan menggunakan induksi matematika. Hasil kerjanya inilah sebagai asal mula dari penentuan
koefisien binomial dan segitiga paskal. Ibn Al-Haytham memiliki kontibusi yang sangat berarti pada
prinsip-prinsip optik, anatomi, astronomi, teknik, matematika, kedokteran, optalmologi, filsafat, fisika,
psikologi, persepsi visual, dan ke dalam ilmu umum dengan menggunakan metode ilmiah.
Kontribusinya yang paling terkenal adalah dalam bidang optik, dengan karyanya yang berjudul "Kitab
Al-Manazir" atau "The Optics". Meskipun ia memiliki kontribusi dalam kajiannya tentang optika dan
sifat cahaya, namun pendekatannya lebih didasarkan pada metode geometris dan eksperimental
daripada analitis geometri yang memanfaatkan koordinat. Beliau mengembangkan matematika karya
Euclid dan Thabit ibn Qurra dengan membuat sistem berbentuk kerucut pada teori bilangan, kemudian
mengembangkan geometri analitis, dan menghubungkan antara aljabar dengan geometri. Beliau juga
menemukan formula untuk menentukan penjumlahan 100 bilangan asli yang pertama. Jamshid Al-
Kashi menulis buku yang berjudul Risala al-watar wa’l-jaib yang mempunyai arti yaitu “yang
mendalam pada Chord dan Sinus”. Karya beliau tentang hukum Chord juga terdapat di negara Prancis
yang mempunyai nama Théorème d Al-Kashi yang mempunyai arti yaitu “teorema Al-Kashi”. Beliau
juga terkenal sebagai orang pertama yang memberikan pertanyaan eksplisit untuk triangulasi dengan
bentuk yang sesuai pada hukum cosinus. Al-Kashi menghitung 1º hampir sebanyak akurasi nilai ϖ.
Pada abad ke-16 nilai perkiraan yang paling akurat terhadap sin 1º yaitu diperoleh oleh Taqi al-Din.
Beliau menggunakan metode Newton yang dikenal sebelumnya oleh matematikawan pendahulunya
sebelum Al-Kashi yaitu bernama Sharaf al-Din al-Tusi’s untuk digunakannya dalam metode aljabar
untuk karya miliknya. Untuk mencari akar N menggunakan metode tersebut Al-Kashi meningkatkannya
dengan memecahkan xP-N = 0. Dan ada pula cara Al-Kashi untuk menentukan nilai sin1º dengan
menggunakan rumus sin3ø = 3sin ø – 4sin3 ø. Hasil kerja beliau lebih akurat dibandingkan dengan hasil
kerja matematikawan sebelumnya. Umar Khayam dikenal sebagai orang yang ahli pada matematika dan
ilmu bintang pada masa hidupnya. Menghitungkan bagaimana mengoreksi kalender yaitu sudah
dilakukan oleh beliau. Melalui penelitian yang dilakukan Umar Khayam dengan menggunakan konsep
pemotongan kerucut dalam penyelesaian geometri pada klasifikasi lengkap persamaan pangkat tiga,
disitulah beliau sangat berjasa besar. Dengan penyelesaian aljabar dari persamaan-persamaan pangkat
tiga, beliau juga mampu memberikan sebuah konjektur (dugaan) mengenai penyelesaian tersebut. Pada
periode dalam situasi politik yang tidak stabil, beliau masih mampu mengenalkan karyanya yang
menyangkut tentang kajian aljabar. Setelah itu tak selang lama, lahirlah sebuah karya dari Umar
Khayam yaitu monumental yang mencakup kajian dalam bidang aljabar, yang berjudul “Treatise on
Demonstration of Problems of Algebra”, yang menjadi penyempurnah kajian materi tentang aljabar.
Beliau membuktikan bahwa beliau mampu menghasilkan perhitungan yang sangat tinggi akurasinya
terhadap perhitungan masa setahun adalah 365.24219858156 hari, tapi tidak jauh berbeda dengan
perhitungan menurut para astronomi pada akhir abad ke-19 dalam setahun yaitu terdapat 365.242196
hari, tetapi perhitungan terkini pada setahun terbukti bahwa ada 365.242190 hari.

DAFTAR PUSTAKA
Warsidi, Edi. (2016). Tokoh Matematikawan Muslim. Bekasi: CV Mitra Utama

PROGRES PENDIDIKAN, Vol. 9, No. 1, March 2020: xx - xx


PROGRES PENDIDIKAN p-ISSN: 2721-3374, e-ISSN: 2721-9348  9

Mufatteh, Syahid Muhammad. (2002). Peranan Ilmuwan Islam dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan. Iran:
Majalah Yaumul Al-Quds, No.35
As-Sirjani, Raghib. (2009). Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Russel, Bertrand, dkk. (2007). Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

You might also like