Glimepiride 13 (18.84%) Dan Gliquidon 21 (30.43%) Metformin 29 (40.03%), Thiazolinedone Jenis Obat Pioglitazone 6 (8.7%)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG

Putri Ayu Sari1, Annisa Primadiamanti2*, Martianus Perangin Angin3

1,2,3
Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

[*Email korespondensi : annisa@malahayati.ac.id]

Abstract: Rationality Evaluation Of The Use Of Antidiabetes Drug In Type-2


Diabetes Mellitus Patients With Hypertension Complications At Pertamina
Bintang Amin Hospital, Bandar Lampung. According to the World Health
Organization (WHO) predicts an increase in the number of people diagnosed with
type 2 diabetes mellitus in Indonesia to increase by around 12.9 million in 2000-
2030. The purpose of this study was to evaluate the rationale for using oral
antidiabetic drugs in type 2 DM inpatients with hypertension complications at
Pertamina Bintang Amin Hospital for the period 2020-2021. This research method is
non-experimental with a retrospective evaluative descriptive research design. The
results of the study on 52 samples obtained 40 (77%) were women and patients
aged 50-59 (48%). Antidiabetic therapy used were 3 groups of sulfonylureas,
glimepiride 13 (18.84%), and gliquidon 21 (30.43%), biguanines, metformin 29
(40.03%), thiazolinedone, pioglitazone 6 (8.7%). The types of antihypertensive
drugs used for patients with type 2 diabetes are 42 (70%), amlodipine calcium
channel drugs and 9 (15%), lisinopril 3 (6,67%), ramipril as many as 2 (5%) and
the Angiotensin Receptor Blockers (ARB) class of candesartan drugs as many as 4
(8.33%). The rationality evaluation in this study was 96.16% correct in diagnosis,
100% correct drug, 100% correct indication, 100% correct patient, 100% correct
dose, and 100% correct time and method of administration. The use of antidiabetic
drugs in type 2 DM patients with hypertension complications at Pertamina Bintang
Amin Hospital Bandar Lampung is mostly rational with a percentage of 99.45%.
Keywords: type 2 diabetes mellitus, hypertension, rationality of using antidiabetic
drugs

Abstrak: Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antidiabetes Pada Pasien


Diabetes Melitus Tipe-2 Dengan Komplikasi Hipertensi Di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Menurut badan kesehatan dunia
atau World Heart Organization (WHO) memprediksi peningkatan jumlah orang
terdiagnosa diabetes melitus tipe 2 di Indonesia meningkat berkisar 12.9 juta pada
tahun 2000-2030. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi rasionalitas
penggunaan obat antidiabetes oral pada pasien rawat inap DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi di Rumah sakit Pertamina Bintang Amin periode tahun 2020-
2021. Metode penelitian ini adalah non-eksperimental dengan rancangan penelitian
deskriptif evaluatif retrospektif. Hasil penelitian pada 52 sampel diperoleh 40 (77%)
adalah perempuan dan pasien usia 50-59 yaitu (48%). Terapi antidiabetes yang
digunakan yaitu 3 golongan sulfonilurea jenis obat glimepiride 13 (18.84%) dan
gliquidon 21 (30.43%), golongan biguanin jenis obat metformin 29 (40.03%),
thiazolinedone jenis obat pioglitazone 6 (8.7%). Jenis obat antihipertensi yang
digunakan untuk pasien DM tipe 2 yaitu golongan obat kanal kalsium jenis obat
amlodipine sebanyak 42 (70%), kemudian golongan ACE Inhibitor jenis obat
captopril sebanyak 9 (15%), lisinopril sebanyak 3 (6,67%), ramipril sebanyak 2
(5%) dan golongan Angiotensin Reseptor Blockers (ARB) jenis obat candesartan
sebanyak 4 (8,33%). Evaluasi rasionalitas pada penelitian ini tepat diagnosis
96,16% , tepat obat 100%, tepat indikasi 100%, tepat pasien 100%, tepat dosis
100%, dan tepat lama waktu dan cara pemberian 100%. Penggunaan obat

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 498


antidiabetes pada pasien DM tipe-2 dengan komplikasi hipertensi di Rumah sakit
pertamina Bintang Amin Bandar Lampung sebagian besar sudah rasional dengan
persentase 99,45%.
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, hipertensi, rasionalitas penggunaan obat
antidiabetes

PENDAHULUAN negara di dunia dengan urutan ke-6


Penggunaan Obat Secara Rasional kategori jumlah penderita diabetes
(POR) atau Rational of Medicine (ROM) tertinggi. (PERKENI, 2021) Penderita
merupakan penggunaan obat yang diabetes dengan hipertensi mempunyai
didasarkan atas indikasi serta manfaat risiko kematian kardiovaskular dua kali
yang jelas dan mempunyai hasil lebih besar dibandingkan penderita
diagnosis klinik, dengan dosis yang diabetes tanpa hipertensi. Penderita
tepat. Karena diperkirakan lebih dari diabetes dengan hipertensi juga
separuh obat yang diresepkan, diberian meningkatkan risiko terjadinya
sekaligus digunakan dengan cara yang retinopati dan nefropati (WHO, 2006).
tidak sesuai (tepat indikasi, tepat obat, Pada pasien diabetes melitus tipe-
tepat dosis, dan tepat pasien). Untuk 2 terdapat beberapa komplikasi-
memenuhi kriteria tersebut, perlu komplikasi penyakit yang mungkin akan
campur tangan farmasis untuk dialami seperti hipertensi, gangguan
mengatasinya (Direktorat Bina Farmasi ginjal, kerusakan syaraf, kerusakan
Komunitas dan Klinik, 2006). mata, dan penyakit penyerta lainnya.
Diabetes melitus (DM) adalah Diantara komplikasi penyakit tersebut,
suatu kelompok penyakit metabolik komplikasi penyakit yang akan dibahas
dengan karakteristik penyakit lebih lanjut adalah hipertensi, hipertensi
hiperglikemia yang terjadi karena atau tekanan darah tinggi merupakan
kelainan sekresi insulin, gangguan kerja penyakit yang dapat memicu terjadi
insulin atau keduanya, yang nyaserangan jantung, retinopati,
menimbulkan berbagai komplikasi kerusakan ginjal atau stroke (Tandra,
kronik pada mata, ginjal, saraf dan 2014).
pembuluh darah Diabetes melitus Gejala-gejala diabetes melitus
merupakan penyakit yang disebabkan adalah sering haus (polidipsi), sering
oleh adanya kekurangan insulin secara merasa lapar (polifagia), dan sering
relatif maupun absolut. Defisiensi insulin kencing (poliuria). Diagnosis diabetes
dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu ditegakan dengan hasil pemeriksaan
Resistensi insulin sel sel sasaran insulin darah dimana kadar glukosa darah pada
gagal atau tidak mampu merespon saat puasa diatas 126mg/dl dan glukosa
insulin secara normal dan disfungsi sel B darah 2 jam sesudah makan diatas
pankreas (Restyana, 2015). 200mg/dl (Tandra, 2014). Kadar
Menurut World Health glukosa darah puasa normal adalah 70-
Organization (WHO) memprediksi 110mg/dl. Sedangkan kadar glukosa
adanya peningkatan jumlah orang DM darah 2 jam setelah makan adalah
tipe 2 yang cukup besar pada tahun- <140 mg/dl (Sutedjo,2010). Beberapa
tahun mendatang. Badan kesehatan kondisi menjadi faktor risiko terjadinya
dunia WHO memprediksi peningkatan DM tipe 2 seperti stress, gaya hidup
jumlah orang DM tipe 2 di Indonesia yang tidak sehat, asupan gula yang
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi berlebih, merokok, obesitas, konsumsi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. alkohol, penuaan, genetic serta
Menurut prediksi International Diabetes kurangnya aktifitas fisik berkontribusi
Federation (IDF) juga menjelaskan dalam pathogenesis DM tipe 2
bahwa tahun 2013-2017 terdapat (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
peningkatan jumlah orang DM dari 10,3 Klinik, 2005).
juta menjadi 16,7 juta pada tahun Dari uraian di atas maka penulis
2045. Berdasarkan data tersebut, tertarik untuk melakukan penelitian apa
Indonesia termasuk dalam jajaran 10 saja obat antidiabetes dan

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 499


antihipertensi yang digunakan di rumah Kriteria dari penelitian ini yaitu pasien
sakit pertamina bandar lampung tahun diabetes melitus tipe-2 dengan
2020-2021. komplikasi hipertensi, Pasien yang
dirawat inap, Pasien yang mendapatkan
METODE terapi obat antidiabetes dengan
Penelitian ini bersifat non- komplikasi hipertensi, Pasien yang
eksperimental yang dilakukan dengan dirawat inap pada priode Januari 2020 –
retrospektif dimana tidak dilakukan Desember 2021 serta Data rekam medik
penelitian pada subjek yang akan lengkap meliputi nomor rekam medik
diteliti. Adapun penelitian dilakukan pasien, jenis kelamin, umur, diagnosis,
dengan penelusuran dokumen rekam hasil lab (kadar glukosa darah dan
medik terdahulu pada pasien diabetes tekanan darah), dan nama obat
melitus tipe-2 rawat inap dengan antidiabetes yang diberikan serta
omplikasi hipertensi. Tujuan dilakukan penggunaan obat rasional yaitu tepat
penelitian ini yaitu untuk memberikan diagnosis, tepat obat, tepat indikasi,
sebuah gambaran tentang evaluasi tepat pasien, tepat dosis, tepat cara dan
rasionalitas penggunaan obat lama pemberian.
antidiabetes pada pasien diabetes Variabel Penelitian yaitu variabel
melitus tipe-2 dengan komplikasi bebas pada penelitian ini adalah
hipertensi di Rumah Sakit Pertamina pemberian terapi antidiabetik oral saat
Bintang Amin Bandar Lampung. menjalani rawat inap. Variabel terikat
Alat yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah pasien
penelitian ini adalah alat tulis dan diabetes melitus yang memiliki
lembar pengumpulan data untuk kelengkapan data di rekam medic yaitu
mencatat data-data yang diperlukan tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat
ketika penelitian. Sedangkan bahan pasien, tepat obat, tepat cara dan
yang digunakan pada penelitian ini interval waktu pemberian.
adalah seluruh data rekam medik pasien Data yang dikumpulkan dalam
diabetes melitus dengan komplikasi penelitian ini adalah dengan cara
hipertensi di Rumah Sakit Pertamina melihat, mencatat data rekam medic
Bintang Amin Bandar Lampung periode pasien yang terdiagnosa diabetes
Tahun 2020-2021. melitus tipe-2 dengan komplikasi
Populasi Populasi penelitian ini hipertensi di Rumah Sakit Pertamina
adalah semua pasien rawat inap bintang Amin Bandar Lampung.
penyakit Diabetes Melitus tipe-2 dengan
komplikasi hipertensi di Rumah Sakit HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertamina Bintang Amin Bandar Pengumpulan ini menggunakan
Lampung pada periode tahun 2020- data rekam medik pasien rawat inap
2021. penderita diabetes melitus tipe-2
Sampel penelitian ini adalah dengan komplikasi hipertensi tahun
semua pasien rawat inap penyakit 2020-2021 di Rumah Sakit Pertamina
Diabetes Melitus tipe-2 dengan Bintang Amin Bandar Lampung. Jumlah
komplikasi hipertensi di Rumah Sakit sampel yang diambil sebanyak 52
Pertamina Bintang Amin Bandar pasien dari rekam medis. Karakteristik
Lampung pada periode tahun 2020- pasien dalam penelitian ini didasarkan
2021 yang memenuhi kriteria inklusi. pada jenis kelamin.

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 500


1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

23%

laki-laki
perempuan

77%

Gambar 1. Data Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari data di atas hasil penelitian ini hormon esterogen pada wanita
menunjukkan bahwa penderita DM tipe- menoupouse juga menjadi salah satu
2 adalah perempuan sebanyak 77% dan faktor perempuan mengalami
sisanya adalah laki laki dengan penurunan sensitivitas insulin dan
presentase 23%. Perempuan lebih pengambilan glukosa. Sehingga hal
berisiko menderita DM tipe 2 dibanding tersebut menyebabkan glukosa akan
laki-laki dipicu karena faktor Indek Masa menumpuk dan membentuk lemak
Tubuh (IMT) lebih besar mengakibatkan berlebih (obesitas) (RISKESDAS, 2013).
penurunan sensitifitas kerja insulin pada Karakter Pasien Berdasarkan Umur.
otot dan hati yang disebabkan oleh
adanya timbunan lemak. Selain itu,

2. Karakter Pasien Berdasarkan Umur

14%

38% 40-49 tahun


50-59 tahun
≥60 tahun
48%

Gambar 2. Data Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Responden

Dari data di atas sebagian besar sebanyak 38% dan yang terakhir yaitu
data rekam medis pasien DM tipe 2 kisaran usia dari 40 sampai 49 tahun.
yaitu usia dari 50 sampai 59 tahun Beberapa kondisi menjadi faktor risiko
dengan presentase 48% kemudian terjadinya DM tipe 2 seperti stress, gaya
pasien lebih dari 60 tahun keatas yaitu hidup yang tidak sehat, asupan gula

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 501


yang berlebih, merokok, obesitas, tipe-2 ini dapat disebabkan oleh faktor
konsumsi alkohol, penuaan serta genetik dan pengaruh lingkungan
genetik berkontribusi dalam seperti obesitas, diet tinggi lemak dan
pathogenesis DM tipe 2. Penderita DM rendah serat, serta kurangnya aktifitas
tipe ini sekitar 90-95% dari semua fisik (Direktorat Bina Farmasi Komunitas
kasus DM dan umumnya ditemukan dan Klinik, 2005).
pada orang berusia diatas 45 tahun. DM

Rasionalitas Penggunaan Obat Antidiabetes Melitus Tipe II Komplikasi


Hipertensi
a. Tepat Diagnosis

Tabel 1. Data Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan Tepat Diagnosis


Rasional
Diagnosis Jumlah Tepat Tidak Tepat
Diagnosis Diagnosis
Diabetes Melitus, 52 50 2
Hipertensi
Total 52 96,16% 3,84%

Menurut PERKENI tahun 2019 diagnosis dengan melihat pemeriksaan


diagnosis DM ditegakkan atas dasar fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan kadar glukosa dalam yang dilakukan. Pada hasil pemeriksaan
darah. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium yaitu dengan melihat hasil
yang telah dilakukan pada tabel di atas kadar glukosa darah sewaktu yaitu data
mengenai data rasionalitas penggunaan menunjukkan kadar glukosa
obat berdasarkan tepat diagnosis >200mg/dL. Apabila kadar glukosa
didapat hasil yang dipersentasekan darah sewaktu didapat <200mg/dL
dengan persentase yaitu 96,16%. maka untuk menentukan ketepatannya
Terdapat 2 pasien yang tidak tepat dapat dipertimbangkan dengan melihat
diagnosis dikarenakan hasil keluhan dan riwayat penyakit terdahulu.
pemeriksaan kadar gula darah sewaktu Dimana hasil analis diperoleh
≤200mmHg atau dalam rentang normal persentase yaitu 99,16% tepat
namun mendapat terapi antidiabetes diagnosis sesuai dengan hasil
oral. Hasil data tersebut didapatkan dari pemeriksaan kadar gula darah pasien.
data rekam medis dan penegakkan

b. Tepat obat
Tabel 2. Data Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan Tepat Obat
Sulfonilurea Biguanid Thiazolinedo
Golongan Obat
ne (TZD)
Jenis
Glimepirid Gliquidone Metformin Pioglitazone
Obat
Pasien Yang
Mendapat Terapi 13 21 29 6
Obat
Pasien Yang
Tidak Mendapat - - - -
Terapi Obat
✓ ✓ ✓ ✓
Rasionalitas

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 502


Golongan obat antidiabetes yang insulin berfungsi dengan baik kembali.
digunakan di Rumah Sakit Pertamina Golongan sulfonilurea mempunyai efek
Bintang Amin adalah biguanid, utama meningkatkan sekresi insulin
sulfonilurea, dan thiazolanidinedione oleh sel beta pankreas. Golongan
(TZD). Golongan antidibetes biguanid Thiazolanidinedione (TZD) bekerja
yaitu metformin mempunyai efek dengan meningkatkan jumlah protein
menurunkan produksi glukosa darah di pengangkat glukosa di jaringan perifer
hepar dan memperbaiki ambilan glukosa sehingga memiliki efek menurunkan
di jaringan perifer sehingga sensitivitas resistensi insulin (PERKENI, 2019).

c. Tepat Indikasi
Tabel 3. Data Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan Tepat Indikasi
Rasionalitas
Jumlah
Golongan Obat
Jenis Obat Obat yang (%) Tidak
Anti DM tipe 2 Tepat
Diberikan Tepat
Indikasi
Indikasi
Sulfonilurea Glimepirid 13 18,84% ✓ -
Gliquidone 21 30,43% ✓ -
Biguanid Metformin 29 40,03% ✓ -
Thiazolinedone Pioglitazone 6 8,7% ✓ -
(TZD)
Total 69 100%

Tepat indikasi merupakan Berdasarkan tabel 3 data rasionalitas


pemberian obat yang sesuai dan penting penggunaan obat berdasarkan tepat
untuk menentukan terapi obat yang indikasi hasil yang dilakukan sesuai
sesuai dengan ketepatan dosis dan dengan catatan diagnosis yang ada di
keluhan dari pasien. Ketepatan indikasi dalam catatan rekam medik pasien
berkaitan dengan penentuan terapi obat pasien rawat inap didapat hasil
yang akan diberikan pada pasien dan ketepatan terhadap 52 pasien DM tipe
dapat dilihat dari pemberian obat 2 menunjukkan presentase 100% tepat
antidiabetik oral dan obat antihipertensi indikasi.
berdasarkan diagnosis yang ditetapkan
oleh dokter (Kemenkes, 2011).

d. Tepat Pasien
Tabel 4. Data Kontraindikasi Penggunaan Obat Berdasarkan Tepat Pasien
Jenis Obat Kontraindikasi
Glimepirid DM tipe 1, hipersensitif pada golongan
Gliquidone sulfonamid, ketoadosis, prekoma dan koma
diabetikum, gagguan hepar kuat dan pasien
hamil.
Metformin Kontraindikasi pada gangguan ginjal kronis,
asisdosis, hipoksia, dehidrasi.
Pioglitazone Kontraindikasi edema, gagal jantung, risiko
fraktur pada wanita menopause.

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 503


Tabel 5. Data Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan Tepat Pasien
Obat Jumlah Obat
Obat Anti Tidak
Anti Tepat
Diagnosis HT yg tepat
DM yg DM HT pasien pasien
Digunakan
Digunakan
Diabetes Glimepirid Amlodipine 13 42 ✓ -
Melitus, Gliquidone Captopril 21 9
Hipertensi Metformin Lisinopril 29 3
Pioglitazon Ramipril 6 2
Candesartan 4
Persentase 100%
Total Pasien 52

Ketepatan pasien merupakan Captopril, Lisinopril dan Ramipil,


ketepatan pemilihan obat yang akan golongan penyekat reseptor angiotensin
mempertimbangkan kondisi masing- II/ Angiotensin Receptor Blockers (ARB)
masing pasien dengan contohnya: Candesartan, dan Kanal
mempertimbangkan adanya penyakit Kalsium/Calcium Channel Blockers
penyerta atau komplikasi dan obat yang (CCB) contohnya: Amlodipin. Jenis obat
tidak menimbulkan kontraindikasi dan amlodipine merupakan obat yang
meningkatkan efek samping yang tidak sangat bermanfaat mengatasi hipertensi
diinginkan. Ketepatan pasien ini penting sebagai obat tunggal dan dapat
dipertimbangkan supaya tidak terjadi dikombinasikan dengan obat hipertensi
kesalahan dalam pemberian obat lainnya. Amlodipine juga dapat
kepada pasien yang tidak menurunkan hipertensi darurat dalam
memungkinkan menggunakan obat dosis 10mg bisa menurunkan tekanan
tersebut dan meningkatkan risiko efek darah dalam waktu kisaran 10 menit
samping obat (Kemenkes, 2011). (Nafrialdi, 2012).
Jenis obat antihipertensi yang Hasil data rasionalitas penggunaan
digunakan yaitu didapat hasil adanya 3 obat antidiabetes pada pasien DM tipe 2
golongan obat antihipertensi. Hasil jenis dengan komplikasi hipertensi di Rumah
obat terbanyak yang digunakan yaitu Sakit pertamina Bintang Amin sudah
amlodipine dari golongan Kanal tepat dengan presentase 100%. Hal ini
Kalsium/ Calcium Channel Blockers didapatkan dari pemberian obat pada
(CCB) sebanyak 42 kasus dengan pasien sesuai dengan kondisi dan
persentase 70%. Menurut PERKENI, keluhan pasien dengan diagnosa DM
2019 antihipertensi yang dapat tipe 2 dengan penyakit komplikasi
digunakan pada pasien DM tipe 2 yaitu hipertensi sehingga tidak ditemukan
penghambat Angiotensin Converting obat yang menyebabkan kontraindikasi.
Enzyme (ACE inhibitor) contohnya:

e. Tepat Dosis
Tabel 6. Data Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan Tepat Dosis
Dosis Dosis Keterangan
Jenis Obat Resep Standar Jumlah Tidak
Tepat
(mg) (mg) Tepat
Glimepirid 1x2 1-8 13 ✓ -
Gliquidone 1x30 15-120 4 ✓ -
1x15 1 ✓ -
2x30 16 ✓ -
Metformin 1x500 500-3000 4 ✓ -
2x500 9 ✓ -
3x500 16 ✓ -

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 504


Pioglitazone 1x30 15-45 6 ✓ -
Total 69

Tepat dosis adalah kesesuaian Dari tabel hasil penelitian mengenai


pemberian terapi obat yang sesuai penggunaan obat berdasarkan tepat
dengan range terapi obat tersebut dan dosis didapat hasil pemberian dosis
dengan kondisi pasien. Penggunaan yang sudah tepat dengan presentase
dosis yang terlalu rendah dapat 100%. Hal sesuai dengan panduan yang
menghasilkan respon yang tidak ada di PERKENI 2019. Dapat dilihat dari
dikehendaki dan konsentasi obat dalam dosis yang diberikan tidak melebihi
plasma penderita yang berada di bawah ataupun tidak kurang dari range-nya
rentang atau range terapi yang di dan sesuai dengan dosis standar guna
kehendaki bahkan menjadi salah satu tercapainya efek terapi obat yang
penyebab ketidakeefektifan terapi obat diinginkan.
(Kemenkes, 2011).

f. Tepat Cara Pemberian


Tabel 7. Data Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan
Tepat Cara Pemberian
Jenis Obat Cara Ketepatan
Pemberian Tepat Tidak Tepat
Glimepirid Oral ✓ -
Gliquidone Oral ✓ -
Metformin Oral ✓ -
Pioglitazone Oral ✓ -
Total - 52 -
Persentase - 100% -

Tepat pemberian obat merupakan Berdasarkan tabel di atas


ketepatan cara pemberian berdasarkan mengenai data rasionalitas penggunaan
aturan pakai obat yang diberikan obat berdasarkan tepat cara pemberian
kepada pasien. Setiap obat memiliki obat didapat hasil presentase 100%
aturan dan cara penggunaan yang tepat cara pemberian. Hasil tersebut
berbeda, sehingga mendapatkan efek didapat dari data catatan pemakaian
terapi dengan baik dan pada waktu obat dan peresepan obat antidiabetes
yang tepat. Rute pemberian obat diberikan melalui rute peroral dan
ditentukan dengan mempertimbangkan dalam bentuk sediaan padat. Adapun
manfaat dan keamanan untuk pasien obat antidiabetes yang digunakan di
(Kemenkes, 2011). Keadaan umum Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
pasien, kecepatan dan respon yang yaitu metformin, gliquidone,
diinginkan, sifat kimiawi, fisik obat, dan glimepiride, dan thiazolinedione yang
tempat kerja yang diinginkan merupakan obat antihiperglikemia oral.
merupakan faktor yang menentukan
pemberian obat dengan rute terbaik
(Lestari, 2016).

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 505


g. Tepat Interval Waktu Pemberian
Tabel 8. Data Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan
Tepat Interval Waktu Pemberian
Dosis
Nama Aturan Lama kerja Tidak
Standar Rasional
Obat Pakai obat Rasional
(mg)
Metformin 1-3x sehari 500 6-8 jam ✓ -
Gliquidon 1-3x sehari 15-30 6-8 jam ✓ -
Glimepiride 1-3x sehari 2 6-8 jam ✓ -
Pioglitazone 1x sehari 15-45 24jam ✓ -
Persentase: 100%

Tepat interval waktu pemberian data tahun 2020-2021 dapat


adalah ketepatan waktu dari pemberian disimpulkan:
obat antidiabetas yang pertama dengan Kerasionalitasan penggunaan obat
pemberian obat kedua dan selanjutnya. antidiabetes pada pasien DM tipe 2
Ketepatan interval dapat diketahui dari dengan komplikasi hipertensi di RSPBA
ketaatan pasien dalam mengkonsumsi data tahun periode 2020-2021
obat yang diberikan. Dari tabel 8 memenuhi kategori kerasionalan tepat
mengenai data rasionalitas penggunaan diagnosis, tepat obat, tepat indikasi,
obat berdasarkan tepat internal waktu tepat pasien, tepat dosis, tepat interval
pemberian obat antidiabetes pada waktu pemberian dan tepat cara
pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit pemberian sudah rasional dengan
Pertamina Bintang Amin sudah tepat persentase sebesar 99,45%.
dengan persentase 100%. Hal ini
didapatkan dari catatan pemakaian obat DAFTAR PUSTAKA
antidiabetes rawat inap pada data
rekam medis telah sesuai standar yang Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
digunakan. Klinik, 2006, Pharmaceutical
Pemberian antidiabetes obat Care untuk Penyakit
dengan interval waktu yang tepat Hipertensi,Departemen
adalah hal yang sangat penting. Kesehatan RI, Jakarta.
Metformin dari golongan biguanid dapat Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
diberikan 1-3 kali sehari karena Klinik,2005, Pharmaceutical Care
memiliki lama kerja berkisar dari 6-8 untuk Penyakit Diabetes Melitus,
jam. Kemudian obat gliquidon dan Departemen Kesehatan RI,
glimepirid Jakarta.
International Diabetes Federation. IDF
dari golongan obat sulfonilurea dapat Diabetes Atlas 8th ed. 2017
diberikan 1-3kali sehari karena memiliki avaible from:
lama kerja obat yaitu 6-8 jam. http://www.diabetesatlas.org
Selanjutnya pioglitazone adalah obat Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan
golongan thialinedinedione hanya dapat Republik Indonesia. 2011. Modul
diberikan sekali dalam sehari karena Penggunaan Obat Rasional.
memiliki lama kerja obat 24 jam Jakarta: Kemenkes.RI.
(PERKENI, 2019). Lestari, S. 2016. Farmakologi dalam
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta:
KESIMPULAN Departemen Farmakologik dan
Berdasarkan hasil penelitian yang Teraupik Fakultas Kedokteran
telah dilakukan mengenai evaluasi Universitas Indonesia.
penggunaan obat antidiabetes pada Nafrialdi., 2012. Farmakologi dan Terapi
pasien DM tipe 2 dengan komplikasi Edisi ke 5. Jakarta: FKUI pp.341-
hipertensi di Rumah sakit Pertamina 360
Bintang Amin Bandar Lampung periode

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 506


PERKENI, 2019. Pedoman Pengelolaan Badan Penelitian Dan
dan Pencegahan DM tipe 2 Pengembangan Kesehatan
Dewasa Di Indonesia 2019, Kementerian Kesehatan RI,
Pengurus Besar Perkumpulan Jakarta.
Endokrinologi Indonesia,Jakarta. Sutedjo, A.Y., 2010. Buku Saku
PERKENI, 2021. Konsensus Pengelolaan Mengenal Penyakit Melalui Hasil
dan Pencegahan DM tipe 2 Di Pemeriksaan Laboratorium,
Indonesia 2021, Pengurus Besar Amara Books,Yogyakarta.
Perkumpulan Endokrinologi Tandra, H., 2014. Strategi Mengalahkan
Indonesia,Jakarta. Komplikasi Diabetes Melitus.
Restyana, N. F., 2015. Diabetes Melitus Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Tipe 2, Fakultas Kedokteran Utama.
Universitas Lampung.Lampung. WHO, 2006, Guidelines for The
Prevention, Management and
https://juke.kedokteran.unila.ac. Care of Diabetes Melitus,
id/index.php/majority/article/vie http://whqlibdoc.who.int/emro/2
wFile/615/619 006/9789290214045_eng.pdf
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2013. Riset Kesehatan Dasar.

Jurnal Medika Malahayati, Vol. 7, No. 1, Maret 2023 507

You might also like