Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Mahasiswa dan Pelajar Sebagai Generasi Z dalam Upaya

Menegakkan Moderasi Beragama di Lingkungan


Pendidikan Melalui Media Digital dan Kemajuan
Teknologi
Rifqi Maulana, Annisa’ Adilah Ar-Rifahiyah, Nova Dewi Amellia, Farel Defara Oktavio
Psikologi, Universitas Negeri Surabaya, 60213, Indonesia

e-mail : rifqimaulana.23445@mhs.unesa.ac.id, annisaadilah.23449@mhs.unesa.ac.id,


novadewi.23452@mhs.unesa.ac.id, fareldefara.23456@mhs.unesa.ac.id

Abstract
Generation Z, is a generation that has experienced many changes in the modern
and digital era. They are highly communicative, technically proficient, and easy
to communicate with. Their lives involve using social media and technology as a
way to communicate. Generation Z faces particular difficulties in trying to
implement religious moderation in educational settings. They have many values
and favour cultural and religious resilience and tolerance. This research aims to
determine whether Generation Z understands and applies religious moderation
effectively and efficiently. This study examines how formal education, non-formal
education, social media use and family influence the religious moderation of
students as part of Generation Z in higher education settings. The research
method used in this paper is a literature review that analyses various conceptual
information by collecting data or scientific papers that are literature with
national sources. It can be concluded that Generation Z in higher education has a
significant role in implementing religious moderation. By being part of an
environment that practices the values of religious moderation, Generation Z can
develop dialogue skills, strengthen interfaith relationships, and engage in social
activism. Therefore, continuous efforts to promote religious moderation in higher
education are a means of forming future leaders who are tolerant and support
diversity.

Keywords : religious moderation, students, learners, education

Abstrak
Generasi Z, adalah generasi yang mengalami banyak perubahan dalam era modern
dan digital. Mereka sangat komunikatif, mahir dalam teknik, dan mudah
berkomunikasi. Kehidupan mereka melibatkan penggunaan media sosial dan
teknologi sebagai cara untuk berkomunikasi. Generasi Z menghadapi kesulitan
khusus dalam upaya menerapkan moderasi beragama di lingkungan pendidikan.
Mereka memiliki banyak nilai dan mendukung ketahanan dan toleransi budaya
dan religius. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah Generasi Z
memahami dan menerapkan moderasi beragama secara efektif dan efisien. Studi
ini mempelajari bagaimana pendidikan formal, non-formal, penggunaan media
sosial, dan keluarga memengaruhi moderasi beragama pelajar dan mahasiswa
sebagai bagian dari Generasi Z di lingkungan perguruan tinggi. Metode penelitian
yang digunakan dalam makalah ini adalah kajian Pustaka yang menganalisa
berbagai informasi konseptual dengan mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah
yang bersifat kepustakaan dengan sumber nasional. Dapat disimpulkan bahwa
Generasi Z di perguruan tinggi memiliki peran yang signifikan dalam menerapkan
moderasi beragama. Dengan menjadi bagian dari lingkungan yang mempraktikkan
nilai-nilai moderasi beragama, Generasi Z dapat mengembangkan keterampilan
dialog, memperkuat hubungan antarumat beragama, dan terlibat dalam aktivisme
sosial. Oleh karena itu, upaya terus-menerus dalam mempromosikan moderasi
beragama di perguruan tinggi menjadi sarana untuk membentuk pemimpin masa
depan yang toleran dan mendukung keberagaman.

Kata kunci : moderasi beragama, mahasiswa, pelajar, pendidikan

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata


moderasi berarti mengurangi
Pendahuluan
kekerasan dan menghindari
Kata moderasi berasal dari ekstremisme.Secara umum, moderat
bahasa Latin, moderatio, yang berarti berarti menemukan keseimbangan
ke-sedangan (tidak kelebihan dan dalam keyakinan, moral, dan sifat
tidak kekurangan). Menurut Kamus baik ketika memperlakukan orang
lain dan negara.Dalam bahasa Arab, dan mencari jalan tengah yang
moderasi berarti wasath atau merangkul, mengintegrasikan semua
wasathiyah, yang berarti tengah, adil, aspek kehidupan sosial dan
terpilih, dan terbaik.Kata ini masyarakat Indonesia.
memiliki hubungan dengan kata
Jika dilihat dari pengertian
"tawassuth", yang berarti "tengah".
secara umum moderasi beragama
I’tidal (adil), dan tawazun
adalah mengedepankan
(berimbang).Adapun lawan kata
keseimbangan individu dalam hal
moderasi adalah
moral, watak, yakinan sebagai suatu
yang diekspresikan dari sikap
keagamaan dari kelompok terentu.
berlebihan, atau ghuluw dan tatharruf
Perilaku agama yang berdasar pada
dalam bahasa Arab, yang
nilai keseimbangan yang tertentu.
mengandung makna extreme, radical,
konsisten dalam menerima dan
dan excessive dalam bahasa
memahami kelompok lain yang
inggris.Kata extreme juga bisa
berbeda. Maka dari itu moderasi
berarti berbuat keterlaluan, pergi dari
beragama sering diartikan dengan
ujung ke ujung, berbalik memutar,
cara mengakui keberadaan pihak
mengambil tindakan atau jalan yang
lain. Perilaku moderasi beragama
sebaliknya.
dipahami sebagai cara pandang,

Digabungkan dengan kata sikap dan perilaku untuk selalu

"beragama", "moderasi beragama" berada di tengah, bertindak adil serta

berarti "kecenderungan untuk tidak ekstrik ke kanan maupun ke

meminimalkan kekerasan atau kiri (Tohor, 2019)

menghindari sifat rasis dalam praktik Pelajar dan mahasiswa menjadi


keagamaan."Kedua istilah ini salah satu unsur penting yang
mengacu pada pandangan dan berperan dalam menumbuh
aspirasi keagamaan sebagai dasar kembangkan sikap moderasi
dan prinsip. Mereka selalu beragama. Pelajar dan mahasiswa
menghindari praktik atau radikalisme yang akan menjadi generasi penerus
atau sebagai unsur utama penerus ditingkatkan. Hal ini antara lain
pembangunan oleh karena itu perlu dibuktikan adanya sikap dan perilaku
dibekali berbagai kompetensi. Bukan intoleran dalam kehidupan beragama
hanya kompetenasi intelektual yang dan bermasyarakat. Masih terdapat
ditandai dengan kemapuan untuk kantong-kantong intoleransi,
menjalankan nalar dan kerawanankonflik komunal, dan
pemikirannya, tetapi juga elemen radikal, yang harus terus
membutuhkan kompetensi moral diperbaiki. Termasuk di dalamnya
yang ditujukkan oleh perilaku yang adalah masalah intoleransi beragama
sejalan dengan kaidah, norma, atau dalam aspek yang lebih luas,
kepribadian dan jati diri bangsa keharmonisan atau kerukunan hidup
(Yunita, 2022) Karena pintar saja beragama.
tidak cukup, tetapi harus berperilaku
Menurut sholihat, sikap saling
dan berkarakter baik. Karakter suatu
menghormati antar agama pun harus
pendidikan pada peserta didik
dijunjung tinggi di tengah
dibentuk berdasarkan pendidikan
keberagaman agama yang ada di
dari orang tua, organisasi, teman, dan
negara Indonesia karena agama
lainnya yang disebut dengan
dalam kehidupan umat manusia
pendidikan nonformal, sedangkan
mempunyai derajat dan fungsi yang
pendidikan karakter lainnya dari
teramat penting. Fungsi penting
instansi pendidikan yang disebut
agama melalui ajaran-ajaran
dengan pendidikan formal. Karena
religiusnya mengarahkan cara
seperti yang kita ketahui bahwa
pandang manusia dan masyarakat.
pengetahuan agama memiliki
Pada dasarnya semua agama
keterbatasan yaitu seseorang dapat
mengajarkan untuk menjalin
dengan mudah terjangkit pemahaman
kehidupan yang harmonis, damai dan
ekstrem, radikalisme, intoleran, dll.
toleran. Kemudian, pemerintah
Salah satu masalah yang masih agama juga memberikan sebuah
sering terjadi dalam lingkup buku pedoman berjudul “Moderasi
pendidikan yaitu masalah dalam Beragama” dimana buku panduan
moderasi beragama yang perlu tersebut resmi diterbitkan pada tahun
2019. Kebijakan ini tentunya tidak dan kesatuan seperti halnya tentang
dapat berjalan lancer apabila tidak moderasi beragama.
mendapat dukungan dari kalangan
Metode Penelitian
masyarakat. Karena kebutuhan
terhadap narasi beragama yang Metode yang digunakan dalam

moderat menjadi suatu kebutuhan peneltian ini merupakan metode

umum bagi umat dan tidak hanya penelitian/1kajian pustaka atau studi

menjadi kebutuhan personal atau kepustakaan yaitu hasil analisa

kelembagaan semata. Maka dari itu, berbagai informasi konseptual serta

Sangat perlu adanya dukungan dan data-data kualitatif maupun

partisipasi pelajar sebagai generasi Z kuantitatif dari berbagai artikel

yang dipandang sebagai generasi ilmiah yang telah terpublikasi

terpelajar di era globalisasi saat ini sebelumnya. Jenis penelitian yang

sangat penting untuk mendukung yang digunakan dalam penelitian ini

terlaksananya kebijakan atau adalah penelitian kepustakaan atau

program tersebut. library research, yaitu penelitian


yang dilakukan dengan pengumpulan
Generasi Z yang paham dan
data atau karya tulisa ilmiah yang
maju akan teknologi menjadi
bersifat kepustakaan. Pada penelitian
harapan utama untuk menjaga
kajian pustaka ini digunakan jurnal
keberagaman Indonesia dan tidak
nasional sebagai sumber referensi
mudah terprovokasi akan hal-hal
yang telah diringkas dan dianalisa.
yang dapat memecah keberagaman
itu. Oleh sebab itu, generasi Z atau Hasil dan Pembahasan

yang biasa disebut anak zaman now 1. Peran Generasi Z dalam


merupakan generasi yang telah moderasi beragama
melek teknologi. Generasi Z harus
Dalam menganalisis data
bisa mempergunakan kecanggihan
praktik keagamaan, ditemukan
teknologi bijaksana untuk segala
bahwa sebagian besar Generasi Z di
kegiatan positif dan sebagai sarana
lingkungan perguruan tinggi
untuk menyebarluaskan informasi
menunjukkan sikap moderat terhadap
positif yang mendukung persatuan
keberagaman agama. Mereka manusia terkhusus dalam hal literasi.
cenderung membuka diri terhadap Tidak hanya soal menulis dan
perbedaan keyakinan, membaca, tetapi juga pembelajaran
mempraktikkan toleransi, dan dalam hal berbicara, menyimak,
berpartisipasi dalam kegiatan berbuat, kreatif, dan berpengalaman
interfaith dengan relatif positif. (Fatmawati & Sholikin, 2019).
Namun, sejumlah responden juga Pelaksanaan literasi yang berbasis
menunjukkan adanya polarisasi di digital memang perlu untuk
antara mereka, menegaskan dikembangkan khususnya oleh
pentingnya pendekatan dialogis generasi Z. Penggunaan gadget yang
untuk memperkuat toleransi (Hefni lebih dominan di zaman sekarang
& Muna, 2022). adalah salah satu alasan mengapa
Wawancara mendalam dengan literasi digital harus dikembangkan
sebagian responden menyoroti bahwa dan dimanfaatkan dalam moderasi
keterbukaan terhadap perbedaan agama beragama. Di tengah
muncul sebagai hasil dari paparan pada
keanekaragaman bangsa Indonesia,
budaya global melalui media sosial dan
penggunaan digital terkadang
interaksi dengan komunitas
dijadikan sebagai alat untuk merusak
multikultural di perguruan tinggi.
budaya.
Sementara itu, sebagian lainnya
menyatakan bahwa pemahaman Salah satu diantaranya adalah
terhadap moderasi beragama masih ragam kepercayaan atau agama.
perlu ditingkatkan melalui pendidikan
Setiap agama tentu mengajarkan
formal dan diskusi terstruktur (Salsabila
umat untuk berbuat kebaikan dengan
et al., 2022)
orang lain atau paling tidak sesame
2. Generasi Z Membentuk beragama. Namun, kadang kala,
komunitas literasi digital agama justru menjadi profane yang

Hidup di era modern dengan dapat merusak toleransi dan

perkembangan teknologi yang sangat kebersamaan dalam beragama.

pesat telah membawa pengaruh yang Misalnya, salah satu tindakan kecil

cukup besar dalam kehidupan yang dapat merusak moderasi


beragama adalah dengan
memanfaatkan alat-alat teknologi menerima keberagaman agama,
digital dalam bentu yang negatif menciptakan lingkungan kampus yang

(Pute et al., 2023). Saat ini inklusif. Mahasiswa yang terlibat dalam
praktik moderasi beragama memiliki
komunikasi tidak hanya dapat
potensi untuk menjadi pemimpin masa
dilakukan secara tatap muka, tetapi
depan yang toleran dan inklusif
juga dalam jarak virtual. Oleh karena
(Purwanto et al., 2019) Mereka dapat
itu, mdia digital terkadang digunakan
membawa nilai-nilai ini ke dalam
sebagai sarana untuk menghujat, berbagai lapisan masyarakat,
menghina, mendiskriminasi, membentuk arah positif dalam
menghasut, memprofokator, dan pembangunan sosial dan budaya.
menyebarkan berita atau informasi
Selain itu, Generasi Z yang tumbuh
palsu, juga dikenal sebagai hoaks
di lingkungan yang mempraktikkan
(Fatmawati & Sholikin, 2019). Inilah
moderasi beragama memiliki
yang mengganggu sebenarnya, dapat
peluang untuk membentuk identitas
mengganggu moderasi beragama dan
religius yang lebih toleran dan
bahkan bangsa Indonesia dari
inklusif. Mereka dapat
berbagai keragamannya. Oleh karena
mengintegrasikan nilai-nilai agama
itu, media digital harus digunakan
mereka dengan sikap terbuka
dengan baik dan benar, terutama
terhadap perbedaan, menciptakan
sebagai literasi untuk menjaga
landasan yang kuat untuk kehidupan
keseimbangan agama terutama oleh
masyarakat yang harmonis. Melalui
generasi Z yang kebanyakan pasti
pemahaman dan praktik moderasi
sudah handal mengoperasikan media
beragama, Generasi Z di perguruan
digital.
tinggi dapat membawa dampak
3. Dampak Penerapan positif yang signifikan dalam
Moderasi Beragama membentuk masyarakat yang lebih

Penerapan moderasi beragama dapat


inklusif, toleran, dan harmonis.

membawa dampak positif dalam Pendekatan ini bukan hanya


meningkatkan tingkat toleransi Generasi menciptakan lingkungan kampus
Z terhadap perbedaan keyakinan. yang kondusif, tetapi juga
Mahasiswa cenderung lebih terbuka dan
membekali generasi muda dengan hubungan antarumat beragama, dan
keterampilan dan sikap yang penting terlibat dalam aktivisme sosial.
untuk menghadapi kompleksitas
Meskipun demikian, tantangan
dunia yang semakin beragam
seperti adanya stereotip dan
(Pekalongan, 2022)
prasangka masih perlu diatasi.
Kesimpulan Perguruan tinggi memiliki peran
penting dalam memitigasi kendala
Dapat disimpulkan bahwa
ini melalui pendekatan pendidikan
Generasi Z di perguruan tinggi
formal, pelatihan, dan kebijakan
memiliki peran yang signifikan
kampus yang mendukung moderasi
dalam menerapkan moderasi
beragama. Sebagai kesimpulan,
beragama. Hasil penelitian
Generasi Z di perguruan tinggi dapat
menunjukkan bahwa penerapan
menjadi pionir dalam membawa
moderasi beragama membawa
perubahan positif terkait dengan
dampak positif bagi generasi ini.
moderasi beragama. Dengan
Mereka cenderung menjadi agen
memahami dan menginternalisasi
perubahan dalam menciptakan
nilai-nilai ini, mereka tidak hanya
lingkungan kampus yang inklusif,
membentuk suasana kampus yang
toleran, dan harmonis. Pentingnya
inklusif, tetapi juga membawa
praktik moderasi beragama dalam
dampak positif dalam masyarakat
membentuk karakter mahasiswa
yang lebih luas. Oleh karena itu,
Generasi Z terbukti dalam
upaya terus-menerus dalam
peningkatan toleransi, pengurangan
mempromosikan moderasi beragama
konflik antaragama, dan
di perguruan tinggi menjadi sarana
pembentukan identitas religius yang
untuk membentuk pemimpin masa
inklusif. Dengan menjadi bagian dari
depan yang toleran dan mendukung
lingkungan yang mempraktikkan
keberagaman.
nilai-nilai moderasi beragama,
Generasi Z dapat mengembangkan Daftar Pustaka
keterampilan dialog, memperkuat
Fatmawati, I. N., & Sholikin, A.
(2019). Literasi digital,
mendidik anak di era digital education). EDUKASI: Jurnal
bagi orang tua milenial. Penelitian Pendidikan Agama
Madani: Jurnal Politik Dan Dan Keagamaan, 17(2), 110–
Sosial Kemasyarakatan, 11(2), 124.
119–138. https://doi.org/https://doi.org/10
https://doi.org/https://doi.org/10 .32729/edukasi.v17i2.605
.52166/madani.v11i2.3267
Pute, J. P., Gaol, N. T. L.,
Hefni, W., & Muna, M. K. (2022). Nainggolan, H. T., Sipahutar,
Pengarusutamaan moderasi M. A., Nababan, A., &
beragama generasi milenial Panggabean, J. A. (2023).
melalui gerakan siswa moderat Kontribusi generasi Z dalam
di kabupaten lumajang. Jurnal membangun moderasi beragama
SMART (Studi Masyarakat, melalui literasi digital di abad
Religi, Dan Tradisi), 8(2), 163– ke-21. Dharmasmrti: Jurnal
175. Ilmu Agama Dan Kebudayaan,
https://doi.org/10.18784/smart.v 23(April), 29–38.
8i2.1763 https://doi.org/https://doi.org/10
.32795/ds.v23i1.4073
Pekalongan, D. I. I. (2022).
Ulumuddin : Jurnal Ilmu-ilmu Salsabila, H., Yuliastuty, D. S., &
Keislaman. 12, 107–118. Zahra, N. H. S. (2022). Peran
https://jurnal.ucy.ac.id/index.ph generasi Z dalam moderasi
p/agama_islam beragama di era digital. Al-
Adyan: Journal of Religious
Purwanto, Y., Qowaid, Ma’rifataini,
Studies, 3(2), 118–128.
L., & Fauzi, R. (2019).
https://doi.org/https://doi.org/10
Internalisasi nilai moderasi
.15548/al-adyan.v3i2.4814
melalui pendidikan agama islam
di perguruan tinggi umum Tohor, T. (2019). Pentingnya
(internalizing moderation value moderasi beragama.
through islamic religious https://kemenag.go.id/opini/pent
education in public higher ingnya-moderasi-beragama-
kyiu8v

Yunita, I. (2022). Upaya membentuk


sikap moderasi beragama pada
pelajar dan mahasiswa desa
datar lebar kecamatan lungkang
kule kabupaten kaur. GUAU:
Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Agama Islam, 2(3), 127–134.
http://studentjournal.iaincurup.a
c.id/index.php/guau/article/view
/329

You might also like