Professional Documents
Culture Documents
14074-Article Text-43991-1-10-20230430
14074-Article Text-43991-1-10-20230430
ABSTRACT
Stunting is a major health problem in children under 5 years of age in many low- and middle-income
countries. The cause of high stunting rates is a combination of low awareness about stunting in
providing support for stunting prevention, and behavior change problems. The Health Belief Model
theory explains that there are several factors related to a person's health behavior and is usually used
to identify health behavior motivation with chronic diseases such as stunting. This type of research
uses a quantitative design with a cross sectional approach. The sample in this study were 82
respondents using the accidental sampling technique. The results showed that there was a
relationship between parents' Perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits,
perceived barriers factor to stunting where the statistical analysis test showed a p value <α (0.05),
where the dominant factor was the Perceived Benefits factor with a significance value of 0.001, and
the Exp(B) value is 17,172 in a positive direction. There needs to be real action directly to the
community, in the form of programs that increase parents' awareness in taking action to prevent
stunting.
ABSTRAK
Stunting merupakan masalah kesehatan utama pada anak di bawah 5 tahun di banyak negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Penyebabkan tingginya angka stunting merupakan kombinasi
antara rendahnya kesadaran mengenai stunting dalam memberikan dukungan terhadap pencegahan
stunting, dan permasalahan perubahan perilaku.Teori Health Belief Model menjelaskan ada beberapa
faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan seseorang dan biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi motivasi perilaku kesehatan dengan penyakit kronis seperti stunting. Jenis penelitian
ini menggukan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
yaitu 82 responden dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan faktor Perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit,
perceived barrier orang tua terhadap kejadian stunting dimana uji analisis statistik menunjukan p
value < α (0.05), dimana faktor yang dominan yaitu faktor Perceived Benefits dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001, dan nilai Exp(B) sebesar 17.172 dengan arah yang positif. Perlu adanya
tindakan nyata yang langsung kepada masyarakat, berupa program-program yang meningkatkan
kesadaran orang tua dalam melakukan tindakan pencegahan stunting.
dan gizi, balita termasuk dalam golongan baru. (Hupunau, Pradanie, Kusumaningrum,
rentan gizi yaitu kelompok masyarakat yang 2019).
paling mudah menderita kekurangan gizi, Teori Health Belief Model menjelaskan
dimana saat ini mereka sedang mengalami ada beberapa faktor yang berhubungan
proses pertumbuhan yang sangat pesat dengan perilaku kesehatan seseorang dan
(Hayati, Sudiana, Kristiawati, 2014). biasanya digunakan untuk mengidentifikasi
Stunting merupakan masalah kesehatan motivasi perilaku kesehatan dengan
utama pada anak di bawah 5 tahun di penyakit kronis seperti kanker, HIV/AIDS,
banyak negara berpenghasilan rendah dan dan pencegahan merokok. Kekurangan gizi
menengah. Di seluruh dunia, diperkirakan dapat dikelompokkan dalam kategori
149,2 juta anak di bawah usia 5 tahun atau penyakit kronis (Timmreck, 2001) sehingga
sekitar 22% mengalami stunting. Sekitar model perilaku kesehatan ini juga dapat
45% kematian pada anak di bawah usia 5 digunakan untuk mengidentifikasi perilaku
tahun terkait dengan kekurangan gizi kesehatan orang tua terhadap status gizi
(UNICEF, WHO, World Bank Group, balita khususnya dengan gizi buruk dan
2021).Stunting dianggap sebagai kurang, namun faktor orang tua yang
permasalahan kesehatan yang paling berhubungan dengan status gizi pada balita
berpengaruh pada meningkatnya angka menggunakan pendekatan teori health belief
morbiditas dan mortalitas pada anak model belum diketahui secara jelas.
(Akombi et al. 2017). Menurut teori health belief model perilaku
Data dari Kementerian Kesehatan, kesehatan dipengaruhi oleh perceived
prevalensi stunting pada tahun 2018, susceptibility (kerentanan yang
Indonesia menduduki peringkat kelima di dirasakan/diketahui), perceived severity
dunia, dan di Asia Tenggara, Indonesia (bahaya/kesakitan yang dirasakan),
tertinggi kedua setelah Kamboja. Pada akhir perceived benefit (manfaat yang dirasakan
tahun 2018, 30,8% anak di bawah lima dari tindakan yang diambil), perceived
tahun di Indonesia mengalami stunting. barrier (hambatan yang dirasakan akan
Kabupaten Dogiyai berdasarkan Survey tindakan yang diambil), cues to action
Status Gizi Balita 2019, memiliki angka (isyarat untuk melakukan tindakan) dan self
prevalensi Balita dengan Stunting (Sangat efficacy atau keyakinan untuk melakukan
Pendek dan Pendek) tertinggi di Papua perilaku kesehatan (Hupunau, Pradanie,
sebesar 65,99 % sementara angka di Kusumaningrum, 2019).
Propinsi Papua 29,4 % (Izwardy D, 2020) Status gizi balita sangat dipengaruhi
Timbulnya masalah gizi pada anak oleh asupan nutrisi yang didapat dari
balita dipengaruhi oleh banyak faktor yang makanan sehari-hari. Peran orang tua
saling terkait. Secara langsung dipengaruhi terutama Ibu sangat penting untuk menjaga
oleh anak-anak yang tidak mendapatkan gizi balita terhindar dari kekurangan gizi. Ketika
seimbang yang cukup pada usia balita, pilihan makanan sehat tersedia dan
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Peran terjangkau, peranan orang tua untuk dapat
orang tua terutama Ibu yaitu untuk membuat pilihan makanan yang lebih baik
menciptakan lingkungan makan yang untuk anak-anak. Seiring bertambahnya usia
menyenangkan misalnya memberi makan anak-anak, pengetahuan dan informasi
sambil diajak bermain, beri kesempatan orang tua, diharapkan peran orang tua
anak untuk makan sendiri, berikan makanan menjadi lebih baik untuk menjaga status
dalam porsi yang tidak terlalu besar dan gizi anak dalam merangsang permintaan
jangan menuruti kecenderungan anak untuk akan makanan yang bergizi yang tidak
hanya menyukai satu jenis makan tertentu, hanya mendidik anak tentang manfaat diet
kenalkan selalu dengan jenis makanan yang sehat, tetapi juga membawa perubahan
Faktor-Faktor Health Belief Model Orang Tua Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stunting Balita Di Wilayah Puskesmas Bomomani Distrik Mapia Kabupaten Dogiyai
Papua
Total
Variabel Non-stunting Stunting p
95% CI
2021). Salah satu penyebab utama angka saya mengkonsumsi susu ibu hamil sebagai
kejadian stunting di Provinsi Papua masih perilaku pemenuhan kebutuhan ibu hamil
tinggi yaitu sangat kurangnya informasi dan janin”. Hal ini terjadi selain karena
tentang bagaimana pemberian asupan gizi masalah ekonomi, perempuan di Papua
dan pola hidup yang berkualitas bagi ibu lebih mengutamakan kecukupan makanan
hamil dan bayi. Selain itu terdapat berbagai untuk laki-laki, sehingga seringkali
masalah lainnya, mulai dari ketersediaan kebutuhan gizi ibu hamil di Papua
tenaga kesehatan, layanan kesehatan, seringkali tidak terpenuhi, apalagi untuk
masalah kemiskinan, dan lainnya yang membeli susu bagi ibu hamil. Pada layanan
membuat kejadian stunting di Papua kesehatan yang ada yaitu PUSKESMAS
meningkat. sendiri, pembagian susu untuk ibu hamil
sangat jarang dan tidak berkelanjutan. Susu
Perceived Susceptibility (Persepsi ibu hamil sendiri dapat membantu
Kerentanan) pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil yang
Pada variabel perceived susceptibility tidak terpenuhi dengan menu makanan
(Persepsi kerentanan), dapat dilihat bahwa sehari-hari.
sebagian besar orang tua memiliki persepsi
kerentanan yang baik yaitu 43 orang Perceived Severity (Persepsi Keseriusan)
(52.4%) dan orang tua yang memiliki
persepsi Kerentanan yang buruk yaitu Untuk variabel perceived severity
sisanya yaitu 39 orang (47.6%). Perceived (persepsi keseriusan), dapat dilihat bahwa
susceptibility (persepsi kerentanan) sebagian besar orang tua memiliki persepsi
mengacu pada persepsi subjektif seseorang keseriusan yang baik yaitu 75 orang
tentang risiko memperoleh penyakit. Ada (91.5%) dan orang tua yang memiliki
variasi yang luas dalam perasaan seseorang persepsi keseriusan yang buruk yaitu
akan kerentanan pribadi terhadap suatu sisanya yaitu 7 orang (8.5%). Perceived
penyakit. Resiko atau kerentanan pribadi severity (persepsi keseriusan) ini mengacu
merupakan salah satu persepsi yang lebih pada perasaan seseorang pada keseriusan
kuat dalam mendorong orang untuk tertular penyakit atau sesuatu dapat
mengadopsi perilaku yang lebih sehat. meninggalkan penyakit atau penyakit yang
Semakin besar risiko yang dirasakan, tidak diobati. Ada variasi yang luas dalam
semakin besar kemungkinan terlibat dalam perasaan keparahan seseorang, dan sering
perilaku untuk mengurangi risiko. Inilah kali seseorang mempertimbangkan
yang mendorong seseorang untuk konsekuensi medis (misalnya, kematian,
berprilaku dalam mencegah terjadinya kecacatan) dan konsekuensi sosial
suatu penyakit. Namun, ini tidak selalu (misalnya, kehidupan keluarga, hubungan
demikian. Hal demikian yang terjadi sosial) ketika mengevaluasi tingkat
dimana orang tua terlebih khusus ibu yang keparahan. Konstruksi keseriusan yang
mengandung tidak melakukan pencegahan dirasakan berbicara kepada keyakinan
terhadap dirinya dan bayinya untuk seseorang tentang keseriusan atau
mencegah terjadinya penyakit, sehingga keparahan suatu penyakit. Sementara
saat hamil melakukan apa yang dianjurkan persepsi keseriusan sering didasarkan pada
tenaga kesehatan dan memeriksaan diri informasi medis atau pengetahuan,
secara teratur dan mengkonsumsi makanan mungkin juga berasal dari keyakinan
yang bergizi sehingga kejadian stunting seseorang tentang kesulitan penyakit akan
tidak terjadi. menciptakan atau memberi efek yang akan
Pada penelitian ini pertanyaan terjadi pada hidupnya secara umum.
kuesioner Perceived Susceptibility yang Pada variabel perceived severity,
paling rendah skornya adalah “Saat hamil, didapatkan skor yang paling rendah pada
sepanjang hari karena mereka tidak mampu M. M. A., Asmoro, C. P., & Gua, W. P.
membeli makanan yang lain. (2022) dimana menunjukkan bahwa
Program KB di wilayah Papua persepsi kerentanan berkorelasi secara
terkendala dengan pemahaman sebagian signifikan dengan perilaku orang tua dalam
responden bahwa program ini adalah untuk mencegah stunting pada masa kanak-kanak.
membatasi populasi orang Papua. Orang Penelitian diatas sejalan dengan penelitian
tua dalam penelitian ini belum memahami yang dilakukan oleh Has, E. M. M. A.,
dengan baik bahwa program KB Asmoro, C. P., & Gua, W. P. (2022)
bermanfaat untuk mendorong masyarakat dimana menunjukkan bahwa persepsi
memiliki perencanaan dalam penambahan kerentanan berkorelasi secara signifikan
anggota keluarga yang sehat. Karena dengan perilaku orang tua dalam mencegah
perubahan bukanlah sesuatu yang mudah stunting pada masa kanak-kanak.
bagi kebanyakan orang, gagasan terakhir Sesuai dengan pernyataan Rosenstock
dari health belief model membahas masalah dalam teori health belief model,
hambatan yang dirasakan untuk berubah. menyatakan bahwa persepsi kerentanan
Ini merupakan evaluasi individu terhadap balita menderita permasalahan gizi akan
rintangan dalam cara dia mengadopsi mempengaruhi tindakan seseorang dalam
perilaku baru (Janz & Becker, 1984 dalam melakukan tindakan pencegahan. Jadi dapat
Pakpahan M, Siregar D, Susilawaty A, dkk. diartikan bahwa semakin baik persepsi
2014). kerentanan ibu tentang kemungkinan
balitanya mengalami permasalahan gizi,
Hubungan faktor Perceived susceptibility akan mempengaruhi perilaku dan
(Persepsi kerentanan) orang tua dengan melakukan pencegahan dengan
kejadian stunting balita di wilayah menerapkan pola asuh pemberian makan
Puskesmas Bomomani Distrik Mapia yang baik. Persepsi kerentanan pada
Kabupaten Dogiyai Papua. penelitian ini mencakup keyakinan ibu
Berdasarkan hasil uji statistik dengan tentang kemungkinan anak rentan
menggunakan uji analisis chi square mengalami permasalahan gizi akibat dari
dimana diperoleh nilai p=0.000 < α=0.05, pola asuh pemberian makan yang tidak baik
artinya faktor Perceived susceptibility (Indah, R. 2020)
(Persepsi kerentanan) orang tua memiliki Teori health belief model, menjelaskan
hubungan yang signifikan dengan kejadian bahwa dalam melakukan tindakan
stunting balita. Dapat dilihat juga pada pencegahan penyakit maupun pengobatan
tabel diatas dimana diperoleh OR (Odd dipengaruhi oleh Perceived severity
Ratio) = 10.010 dengan nilai lower 3.596 (Persepsi keseriusan) yaitu persepsi
dan upper 27.866, dimana nilai OR ini keseriusan yang mungkin dirasakan bila
menunjukkan bahwa Perceived menderita suatu penyakit. Persepsi ini
Susceptibility (persepsi kerentanan) yang merupakan pandangan individu tentang
buruk akan menyebabkan 10.010 kali beratnya penyakit yang diderita. Semakin
kejadian stunting. serius seseorang mempercayai konsekuensi
Penelitian diatas sejalan dengan yang akan terjadi, semakin meningkat
penelitian yang dilakukan oleh Indah, R. perilaku pencegahannya. Persepsi
(2020) dimana menunjukan bahwa persepsi keseriusan pada penelitian ini mengukur
kerentanan (RP=1,5; 95% CI= 1,1-2,2), bagaimana persepsi seorang ibu dalam
dengan nilai p=0.013 dimana dapat menyikapi permasalahan stunting yang
diartikan bahwa Pola Asuh dan Persepsi terjadi, sehingga diharapkan ibu dapat
Ibu di Pedesaan berkaitan terhadap memahami pentingnya dalam melakukan
Kejadian Stunting pada Balita. Demikian pencegahan semenjak bayi dalam
juga penelitian yang dilakukan oleh Has, E.
kandungan sehingga kejadian stunting yang bivariat menggunakan uji chi-square antara
tidak diharapkan tidak terjadi. persepsi kerentanan terhadap pola asuh
pemberian makan pada balita stunting
Hubungan faktor Perceived Severity menunjukan bahwa ada hubungan yang
(Persepsi Keseriusan) orang tua dengan bermakna antara persepsi kerentanan
kejadian stunting balita di wilayah terhadap pola asuh pemberian makan pada
Puskesmas Bomomani Distrik Mapia balita stunting dengan nilai p value =
Kabupaten Dogiyai Papua. (0,013).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Dimensi persepsi ancaman keseriusan
menggunakan uji analisis chi square ibu merupakan persepsi ibu mengenai
dimana diperoleh nilai p=0.035 < α=0.05, keseriusan atau dampak yang akan terjadi
artinya faktor perceived severity orang tua ketika ibu tidak membawa balita ke
memiliki hubungan yang signifikan posyandu. Ibu menganggap bahwa
terhadap angka kejadian stunting balita. membawa balita ke posyandu itu
Dapat dilihat juga pada tabel diatas dimana penting untuk menghindari dampak
diperoleh OR (Odd Ratio) = 7.636 dengan kesehatan yang tidak diinginkan, misalnya
nilai lower .876 dan upper 66.584, dimana balita menjadi sakit. Hasil penelitian ini
nilai OR ini menunjukkan bahwa perceived sejalan dengan penelitian yang dilakukan
severity (persepsi keseriusan) yang buruk oleh Yenita (2011) yang menunjukkan
akan menyebabkan 7.636 kali kejadian bahwa persepsi individu akan keseriusan
stunting. penyakit atau ancaman penyakit yang akan
Dari hasil analisis diatas dapat dilihat didapat ketika tidak melakukan tindakan
bahwa sebagian besar respondnen memiliki kesehatan menjadi pendorong utama dalam
persepsi keseriusan yang buruk dengan melakukan tindakan kesehatan.Teori
tingkat kejadian stunting yang tinggi, health belief model (Rosenstock), yang
sehingga peneliti berasumsi berdasarkan menyatakan bahwa dalam melakukan
data yang ada dimana responden tindakan dalam mencegah terjadinya suatu
berpersepsi bahwa fasilitas kesehatan tidak penyakit maupun mencari pengobatan
mempengaruhi terjadinya stunting pada dipengaruhi oleh persepsi terhadap
anak, bahkan beberapa orang tua berasumsi keseriusan yang mungkin dirasakan apabila
bahwa bayi pendek bukan disebabkan oleh menderita suatu penyakit. Pandangan ini
tahap perkembangan yang sesuai. Data mendorong seseorang untuk mencari
dilapangan juga didapati oleh peneliti pengobatan atas penyakit yang
dimana kurangnya perhatian dari orang tua dideritanya. Keseriusan ini ditambah
terhadap pemanfaatan puskemas yang ada, dengan akibat dari suatu penyakit, misalnya
bahkan ada beberapa orang tua yang sama kematian, pengurangan fungsi fisik dan
sekali tidak memeriksakan bayi mereka mental, kecacatan, dan dampaknya
pada fasilitas kesehatan yang ada. terhadap kehidupan sosial (Kusuma, D. P.,
Penelitian diatas sejalan dengan Sari, S. P., & Nurhidayah, I. 2015).
penelitian yang dilakukan oleh Utami, N.
W., & Rahmadhena, M. P. (2020), dimana Hubungan faktor Perceived Benefit
persepsi keseriusan berhubungan signifikan orang tua dengan kejadian stunting
dengan kejadian balita stunting di wilayah balita di wilayah Puskesmas Bomomani
Puskesmas Minggir Sleman dimana Distrik Mapia Kabupaten Dogiyai
berdasarkan hasil analisis bivariat Papua.
menggunakan uji chi-square diperoleh nilai Berdasarkan hasil uji statistik dengan
0.008 < 0.05. Sama halnya juga dengan menggunakan uji analisis chi square
penelitian yang dilakukan oleh Indah, R. dimana diperoleh nilai p=0.000 < α=0.05,
(2020) dimana berdasarkan hasil analisis artinya perceived benefits (persepsi
manfaat) orang tua memiliki hubungan Persepsi manfaat pada penelitian ini
yang signifikan terhadap angka kejadian mengukur keyakinan ibu balita mengenai
stunting balita. Dapat dilihat juga pada yang dirasakan dari berbagai tindakan yang
tabel diatas dimana diperoleh OR (Odd tersedia untuk mengurangi ancaman
Ratio) = 31.219 dengan nilai lower 6.617 kejadian stunting.
dan upper 147.296, dimana nilai OR ini
menunjukkan bahwa perceived benefits Hubungan faktor Perceived Barrier
(persepsi manfaat) yang buruk akan orang tua dengan angka kejadian
menyebabkan 31.219 kali kejadian stunting balita di wilayah Puskesmas
stunting. Penelitian ini sejalan dengan Bomomani Distrik Mapia Kabupaten
penelitian yang dilakukan oleh Wardani, N. Dogiyai Papua.
E. K. (2022), dimana Persepsi manfaat Berdasarkan hasil uji statistik dengan
mmemiliki nilai p=0.000 < 0.05 artinya menggunakan uji analisis chi square
variabel mempunyai pengaruh parsial yang dimana diperoleh nilai p=0.000 < α=0.05,
signifikan terhadap perilaku pencegahan perceived bariers (persepsi hambatan)
stunting. Hal berbeda dengan penelitian orang tua memiliki hubungan yang
yang dilakukan oleh Indah, 2020 dimana signifikan terhadap angka kejadian stunting
Persepsi manfaat Pencegahan Stunting balita. Dapat dilihat juga pada tabel diatas
tidak berkorelasi signifikan dimana niali dimana diperoleh OR (Odd Ratio) = 11.136
p=0.177 > 0.05. Perceived benefits dengan nilai lower 3.946 dan upper 31.428,
(Persepsi manfaat) merupakan persepsi dimana nilai OR ini menunjukkan bahwa
keuntungan yang memiliki hubungan perceived bariers (persepsi hambatan) yang
positif dengan perilaku sehat, persepsi buruk akan menyebabkan 11.136 kali
tentang manfaat merupakan keyakinan kejadian stunting. Penelitian ini sejalan
seseorang bahwa manfaat dari perilaku dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang direkomendasikan lebih besar dari Wardani, N. E. K. (2022), dimana Persepsi
segala hambatan (Indah, 2020). Manfaat hambatan memiliki nilai p=0.003 < 0.05
yang dirasakan berhubungan dengan artinya variabel mempunyai pengaruh
persepsi seseorang tentang kemanjuran dari parsial yang signifikan terhadap perilaku
suatu tindakan disarankan untuk pencegahan stunting.
mengurangi risiko. Kepercayaan seseorang Berdasarkan health belief model, orang
terhadap upaya yang tersedia dalam mengubah perilaku mereka saat mereka
mengurangi ancaman penyakit, atau mengerti bahwa penyakit ini serius (Luquis
keuntungan-keuntungan yang dirasakan & Kensinger, 2018). Jika tidak, mereka
(Perceived benefit) akan meningkatkan mungkin tidak beralih ke perilaku sehat.
persepsi positif perilaku pencegahan suatu Struktur health belief model meliputi
penyakit maka semakin besar (Wardani, N. tingkat keparahan yang dirasakan,
E. K. 2022). Teori Health Belief Model, kerentanan yang dirasakan, manfaat yang
menyatakan bahwa dalam melakukan suatu dirasakan, hambatan yang dirasakan, dan
tindakan pencegahan maupun pengobatan isyarat untuk tindakan (Wang et al., 2022).
penyakit akan dipengaruhi oleh perceived Keyakinan seseorang terhadap hal-hal
benefit yaitu persepsi tentang manfaat bila negatif dari perilaku sehat atau rintangan
melakukan tindakan. Apabila individu yang dipersepsikan individu yang dapat
merasa dirinya rentan untuk penyakit bertindak sebagai halangan dalam
yang dianggap serius, ia akan melakukan menjalani perilaku yang
suatu tindakan tertentu. Tindakan direkomendasikan.
bergantung pada keyakinan seseorang Sesorang akan menganalisis untung-
bahwa manfaat yang dirasakan lebih rugi untuk keefektifan sebuah perilaku.
besar dari hambatan (Rustiana, 2018). Apakah perilaku tersebut memakan biaya,
tidak menyenangkan, sulit, memberi rasa penting dalam adopsi perilaku pencegahan
sakit, tidak nyaman, memakan banyak, sekunder, seperti skrining. Contoh
waktu dan sebagainya. Perilaku bagusnya yaitu skrining stunting. skrining
pencegahan stunting bisa dilakukan ibu stunting bertujuan untuk memberikan
yang memiliki Balita. Percepatan edukasi mengenai pengertian stunting,
penurunan stunting dilakukan dengan penyebab dan akibat dari stunting,
memutus penyebab langsung. Pemberian pencegahan stunting, pedoman gizi
ASI eksklusif dan Pemberian MP-ASI yang seimbang, dan mengetahui status gizi
tepat (Wardani, N. E. K, 2022). balita. skrining stunting balita dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan
Faktor Dominan balita, penyuluhan, dan pemberian
makanan tambahan untuk balita. Kegiatan
Faktor health belief model orang tua ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
yang dominan berhubungan dengan angka status gizi sasaran.
kejadian stunting balita di wilayah
Puskesmas Bomomani Distrik Mapia KESIMPULAN
Kabupaten Dogiyai Papua yaitu faktor
perceived benefits (persepsi manfaat) Terdapat hubungan antara faktor
dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 Perceived susceptibility (Persepsi
lebih kecil dari 0,05 serta nilai Exp(B) kerentanan) orang tua dengan kejadian
sebesar 17.172 dengan arah yang positif. stunting balita di wilayah Puskesmas
Persepsi manfaat merupakan keyakinan ibu Bomomani Distrik Mapia Kabupaten
tentang keuntungan atau manfaat yang Dogiyai Papua, dimana orang tua yang
dirasakan atas berbagai tindakan kesehatan memiliki faktor Perceived susceptibility
yang tersedia untuk mencegah balita (Persepsi kerentanan) yang buruk, anaknya
mengalami stunting. Persepsi manfaat beresiko 10 kali lebih besar mengalami
keyakinan ibu dalam mengoptimalkan stunting.Terdapat hubungan antara faktor
pertumbuhan balita yang akan Perceived severity (Persepsi keseriusan)
mempengaruhi perilaku ibu dalam orang tua dengan kejadian stunting balita di
mencegah stunting pada balita (Wardani, wilayah Puskesmas Bomomani Distrik
N. E. K. 2022). Semakin tinggi persepsi Mapia Kabupaten Dogiyai Papua, dimana
manfaat yang dimiliki ibu seperti persepsi orang tua yang memiliki faktor Perceived
tentang manfaat ASI eksklusif, manfaat severity (Persepsi keseriusan) yang buruk,
tablet penambah darah selama kehamilan, anaknya beresiko 7,6 kali lebih besar
manfaat pemenuhan nutrisi yang baik mengalami stunting.Terdapat hubungan
selama kehamilan dan setelah anak lahir, antara faktor Perceived benefit orang tua
serta manfaat pemantauan tumbuh dengan kejadian stunting balita di wilayah
kembang balita maka akan semakin baik Puskesmas Bomomani Distrik Mapia
perilaku ibu dalam mencegah stunting pada Kabupaten Dogiyai Papua, dimana orang
balita (Ariwati, V. D., & Khalda, Q. 2023). tua yang memiliki faktor Perceived benefits
Konstruksi manfaat yang dirasakan (Persepsi manfaat) yang buruk, anaknya
merupakan pendapat seseorang tentang beresiko 31 kali lebih besar mengalami
nilai atau kegunaan dari perilaku baru stunting.Terdapat hubungan antara faktor
dalam mengurangi risiko mengembangkan Perceived barrier orang tua dengan
penyakit. Orang cenderung mengadopsi kejadian stunting balita di wilayah
perilaku yang lebih sehat ketika mereka Puskesmas Bomomani Distrik Mapia
percaya perilaku baru akan mengurangi Kabupaten Dogiyai Papua, dimana orang
peluang mereka mengembangkan penyakit. tua yang memiliki faktor Perceived bariers
Manfaat yang dirasakan memainkan peran (Persepsi hambatan) yang buruk, anaknya