Artikel

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Gerakan Literasi Sekolah Di Smp Negeri 3 Angkona Kabupaten

Luwu Timur

Nurma Yunita
Program PascaSarjana, Universitas Negeri Makassar, Makassar
Nurmayunita213@gmail.com

Abstract: This study describes the condition of the implementation of school literacy
movement at SMPN 3 Angkona in East Luwu district of process, result, supporting factors,
and inhibiting factors. The data used in this study was primary data obtained from
observation process and several interview process and several interview proses. The
research method used was qualitative. Data were analyzed by describing data collection as
it was. The results of the study reveal that the process of implementing school literacy
movement was still focus on reading activity, understanding on the necessity of literacy
was only limited on additional knowledge, and literacy process was started from the school
obtained the program from the government, school’s supervisor gave direction, and the
school followed up to be implemented to all school’s members. The result of the
implementation of school literacy movement had been conducted but still far from the
expectation. It was due to not all of the students would like to participate as well as the
teachers. The supporting factors internally of the implementation of school literacy
movement at SMP 3 Angkona were the school’s leader, teachers, library staff, and student;
whereas, the external factors were school’s supervisor and educational bureau in East Luwu
district.

Keywords: School literacy movement, supporting and inhibiting factors of school literacy
movement.

Abstrak : Penelitian ini mendeskripsikan kondisi pelaksanaan gerakan literasi sekolah di


SMP Negeri 3 Angkona Kabupaten Luwu Timur, meliputi proses, hasil, faktor pendukung,
dan penghambat. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan dari proses
pengamatan serta beberapa proses wawancara. Metode penelitian yang dipakai kualitatif,
dan analisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui proses, hasil, faktor,
dan pendukung pelaksanaan program gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 3 Angkona
Kabupaten Luwu Timur. Hasil penelitian menunjukkan, proses pelaksanaan gerakan
literasi sekolah masih fokus terhadap kegiatan membaca, pemahaman akan pentingnya
berliterasi hanya sebatas untuk menambah pengetahuan, dan proses berliterasi dimulai dari
sekolah mendapatkan program dari pemerintah, pengawas sekolah memberi arahan, dan
kemudian sekolah menindaklanjuti untuk dapat dilaksanakan oleh semua warga sekolah.
Hasil pelaksanaan gerakan literasi sekolah telah terlaksana namun, masih jauh dari harapan.
Penyebabnya karena tidak semua Peserta didik mau berpartisipasi, dan tidak semua guru
juga mau berpartisipasi. Faktor pendukung internal pelaksanaan gerakan literasi sekolah di
SMP Negeri 3 Angkona, adalah dari pimpinan sekolah, guru-guru, petugas perpustakaan,
dan perserta didik, dan faktor eksternal hanya dari pengawas sekolah, dan dinas pendidikan
Kabupaten Luwu Timur.

Kata Kunci: Gerakan Literasi Sekolah, Faktor Pendukung ,Penghambat GLS


1. Pendahuluan yang miliki oleh masyarakat Indonesia
masih kalah jauh dengan negara lain di
Pendidikan merupakan salah dunia. Hasil penelitian PIRLS (Progres in
satu pilar utama dalam mengantisipasi International Reading Literaracy Study)
masa depan, karena pendidikan selalu bahwa rata-rata skor prestasi membaca
Peserta didik kelas IV (405) berada
diorientasikan pada penyiapan peserta dibawah dibawah rata-rata skor
didik untuk berperan di masa internasional (500).
mendatang. Pendidikan merupakan Rendahnya budaya literasi
pranata yang menjalankan tiga fungsi membuat pendidikan di Indonesia
sekaligus pertama, adalah tertinggal dari negara-negara tetangga.
mempersiapkan generasi muda untuk Menurut Badan Penelitian dan
memegang peranan-peranan tertentu di Pengembangan Kemendikbud, kemampuan
masa mendatang. Kedua, mentransfer membaca anak berusia 15 tahun hanya
pengetahuan sesuai yang diharapkan. 37,6%, anak membaca tanpa memahami
Ketiga, menstransfer nilai-nilai dalam arti atau makna yang tersirat dalam
rangka memelihara keutuhan dan bacaannya.
Salah satu wilayah yang tingkat
kesatuan masyarakat sebagai prasyarat kemampuan membaca para Peserta Didik
bagi kelangsungan hidup masyarakat Kelas VI SD nya rendah adalah di
dan peradaban. Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu
Salah satu indikator Timur Propinsi Sulawesi Selatan.
keberhasilan penyelenggaraan Berdasarkan pengamatan yang saya
pendidikan di Indonesia adalah dengan lakukan, diperoleh informasi bahwa banyak
lahirnya generasi muda yang cerdas, anak tamat SD belum bisa membaca,
pintar dan berkarakter yang dapat Peserta didik membaca buku pelajaran
diwujudkan apabila peserta didik hanya ketika diperintah oleh guru, waktu
memiliki kemampuan memahami luang (di rumah) mereka asyik bermain, dan
keadaan dengan banyak membaca (melek tidak ada minat terhadap buku (membaca
huruf) dan belajar. Berdasarkan data dari buku). Namun jika merujuk pada profil
UNDP tahun 2014 bahwa tingkat melek Kecamatan Angkona perihal pendidikan,
huruf masyarakat Indonesia mencapai 92,8 bahwa fasilitas pendidikan di Kecamatan
% untuk dewasa dan 98,8% untuk kategori Angkona relatif lengkap. Sarana pendidikan
remaja. Meskipun demikian tantangan informal (Taman Kanak-Kanak/TK) dan
besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan sarana pendidikan formal dari tingkat SD
di negara kita belumlah tuntas yakni sampai SLTA telah tersedia. Pada tahun
rendahnya kualitas sumber daya manusia 2016, jumlah TK di Kecamatan Angkona
kita yang salah satunya disebabkan oleh sebanyak 16 buah, sedangkan jumlah SD
rendahnya minat baca masyarakat dan SLTP masing-masing 16 dan 10
Indonesia. sekolah. Sementara itu, tingkat SLTA
Orang tuapun harus menyadari terdapat 4 unit sekolah. Rasio murid guru
bahwa bahan bacaan anak bukan hanya pada tahun ajaran 2015 untuk SD sebesar
disediakan oleh perpustakaan sekolah saja 27,12 murid setiap guru. Adapun rasio
akan tetapi bisa disediakan sendiri oleh untuk jenjang pendidikan SLTP dan SLTA
orang tua di rumah. masing-masing sebesar 18,45 dan 17,41
Dikutip dari republika.com Peserta didik setiap gurunya.
budaya literasi masyarakat Indonesia masih Dalam hal ini semua pihak (guru
sangat rendah, bahkan berdasarkan hasil dan kepala sekolah) disekolah dan
survey yang telah dilakukan oleh beberapa masyarakat memiliki tanggung jawab
organisasi internasional, budaya literasi mengemban tugas mulia ini karena prinsip,
program dan tujuan pendidikan nasional kegiatan bersifat partisipatif dengan
serta kerangka dasar kurikulum dinyatakan melibatkan warga sekolah (Peserta didik,
bahwa penekanan pembelajaran adalah guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
mengembangkan kompetensi membaca, pengawas sekolah, komite sekolah dan
menulis, dan berkomunikasi (Depdiknas, orang tua/wali Peserta didik), akademisi,
2006). penerbit, media massa, masyarakat (tokoh
GLS merupakan suatu upaya masyarakat yang dapat merepresentasikan
menjadikan sekolah sebagai organisasi keteladanan, dunia usaha dan lainnya), dan
pembelajar yang literat sepanjang hayat pemangku kepentingan di bawah
secara menyeluruh dan berkelanjutan. koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Gerakan literasi tidak bisa Dasar dan Menengah Kementerian
dipisahkan dengan dunia pendidikan. Di Pendidikan dan Kebudayaan
dalam dokumen deklarasi yang bertajuk (Kemendikbud).
Toward an Information Literate Societe itu, Menurut Asmuddin (2016: 4):
dinyatakan secara tegas bahwa literasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah
informasi harus menjadi bagian integrasi suatu kemampuan mengakses, memahami
dalam pendidikan, Penguasaan lierasi dan menggunakan sesuatu secara cerdas
berkontribusi dalam pencapaian tujuan melalui berbagai aktivitas, antara lain
pembangunan milenium PBB dan membaca, melihat, menyimak, menulis,
menghormati Deklarasi Hak Asasi Manusia dan/atau berbicara. GLS merupakan
(HAM). sebuah upaya yang dilakukan secara
Pemerintah Luwu Timur sangat menyeluruh untuk menjadikan sekolah
mendukung pelaksanaan Program Gerakan sebagai organisasi pembelajaran yang
Literasi Sekolah. Melalui Rencana warganya literat sepanjang hayat melalui
Pembangunan Jangka Menengah Daerah pelibatan publik.
Kabupaten Luwu Timur 2016 – 2021 (V- Gerakan literasi sekolah
210) point 4 (Meningkatkan kualitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan
layanan pendidikan dan kesehatan dalam dengan Penumbuhan Budi Pekerti (PBP)
mencapai kualitas manusia yang tinggi), yang tertuang dalam Permendikbud Nomor
dinyatakan misi ini mencakup upaya 23 Tahun 2015, salah satu kegiatan tersebut
meningkatkan akses dan layanan adalah membaca selama 15 menit buku non
pendidikan, gerakan literasi dalam pelajaran sebelum jam pelajaran dimulai.
menuntaskan buta huruf dan mendorong Gerakan literasi sekolah
minat baca. Dengan demikian, jika semua merupakan kegiatan partisifatif yang
mendukung, maka perlu dicari melibatkan berbagai unsur seperti peserta
penyebabnya yang menjadi faktor agar didik, guru, kepala sekolah, tenaga
Program Gerakan Literasi Sekolah dapat kependidikan, pengawas sekolah, komite
diterima oleh Peserta didik, khususnya sekolah, orang tua peserta didik, akademisi,
Peserta didik SMP Negeri 3 Angkona media massa, dan tokoh masyarakat yang
Kabupaten Luwu Timur. Oleh karena itu, bersinergi menyukseskan GLS tersebut
minat baca yang awalnya (sekarang) rendah (Tjipto Sumadi, 2017: 6).
akan menjadi tinggi, dan secara kualitas Berdasarkan uraian di atas dapat
Peserta didik juga akan meningkat dikatakan bahwa gerakan literasi sekolah
Tujuan penelitian untuk adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh
mengetahui proses, hasil, faktor pihak sekolah secara menyeluruh untuk
pendukung, dan penghambat pelaksanaan menjadikan sekolah sebagai organisasi
program gerakan literasi sekolah di SMP pembelajaran bagi seluruh Peserta didiknya
Negeri 3 Angkona Kabupaten Luwu Timur. dan meningkatkan keterampilan membaca
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) secara literasi melalui pelibatan publik
dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau dengan cara membaca, melihat, menyimak,
menulis, dan/atau berbicara, sehingga dibaca di jurnal membaca harian,
wawasan dan pikiran Peserta didik lebih Menanggapi isi buku secara lisan maupun
berkembang dan optimal sepanjang hayat. tulisan, Membuat jurnal tanggapan terhadap
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) buku, Menggunakan graphic organizer
memiliki sasaran, ialah untuk mewujudkan dalam menulis tanggapan, dan
ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan Mengembangkan iklim literasi sekolah
dasar dan pendidikan menengah yakni (Pangesti Wiedarti, 2016: 7).
kepala sekolah, pendidik, peserta didik dan Tradisi membaca bukan sekadar
tenaga kependidikan. Sasaran tiap pintu masuk untuk memperlebar wawasan
komunitas literasi berbeda, mayoritas atau meningkatkan penguasaan materi
memilih remaja dan golongan muda, mulai keilmuan tertentu. Tradisi membaca juga
dari pelajar SMP hingga mahaPeserta didik. menjadi langkah awal untuk membangun
Jika sebelumnya kendala terbesar dalam tradisi keilmuan dan atau komunitas
memasarkan (minat baca) buku adalah keilmuan yang kuat dan mapan, untuk
kemiskinan, tidak ada waktu senggang mengembangkan semangat dalam
karena pekerjaan, tingkat pendidikan yang meneliti, menelaah, dan berpikir secara
rendah, dan akses yang sulit baik kualitas cermat menghadapi suatu masalah
maupun kuantitasnya, sekarang ini kendala (Mushthafa, 2013: 136)
yang dihadapi dalam konteks kehidupan Saturdi Hamid, 2017 yang
anak muda zaman sekarang dan menulis Thesis di Universitas Negeri
perkembangan teknologi informasi yang Makassar dengan judul “Peranan Pengawas
sedemikian maju sedikit berubah. Kini Dalam Pelaksanaan Gerakan Literasi
kegiatan membaca harus bersaing dengan Sekolah di SMA Kabupaten Bone”.
televise, game (online), film, animasi, Penelitian ini merupakan penelitian
music, kuliner, bermain, nongkrong- kualitatif. Fokus kajian dalam tesis ini
ngobrol, situs jejaring sosial, dan jalan-jalan membahas bagaimana pelaksanaan
– yang dalam studi budaya disebut sebagai program literasi di Sekolah Menengah Atas
ikon budaya pop (Irkham, 2012: 55). Kabupaten Bone, dan bagaimana kinerja
Menurut Kern dalam Bahrul pengawas dalam melakukan control dalam
Hayat dan Suhendar Yusuf (2000: 31-33), pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di
terdapat tujuh prinsip Gerakan Literasi SMA Kabupaten Bone.
Sekolah berbasis literasi, yaitu Literasi Penelitian ini berbeda dengan
berhubungan dengan kegiatan interpretasi, penelitian yang telah ada karena penelitian
Literasi berarti juga kolaborasi, Literasi ini akan berfokus pada keterlaksanaan
juga menggunakan konvensi, Literasi Gerakan Literasi Sekolah di SMP Negeri 3
adalah kemampuan untuk memecahkan Angkona Kabupaten Luwu Timur, apakah
masalah, Literasi adalah kegiatan refleksi, program ini berjalan dengan baik dan sesuai
dan Literasi adalah kemampuan dengan panduan yang dibuat oleh
menggunakan bahasa lisan dan tulis untuk pemerintah atau belum.
menciptakan wacana.
Untuk memastikan 2. Metode Penelitian
keberlangsungannya dalam jangka
panjang, Gerakan Literasi Sekolah Penelitian ini dikategorikan
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap sebagai penelitian kualitatif. Pendekatan ini
pembiasaan, pengembangan, dan bertujuan mengetahui pelaksanaan program
pembelajaran. Beberapa contoh kegiatan Gerakan Literasi Sekolah yang kemudian
tindak lanjut disertai dengan penjelasan dideskripsikan dan diinterpretasikan semua
singkat dan pedoman atau rubrik untuk fenomena yang ditemukan di lapangan.
masing-masing kegiatan, yaitu Menulis Penelitian ini dilaksanakan di
komentar singkat terhadap buku yang SMP Negeri 3 Angkona Kabupaten Luwu
Timur. Penetapan lokasi didasarkan atas menumbuhkan kemauan dan kesadaran
pertimbangan bahwa Sekolah ini telah untuk terbiasa membaca, dan dapat
melaksanakan Program GLS ini dan terpilih membuat disiplin dan rajin membaca.
sebagai Sekolah Model Pembelajaran Masing-masing hasil literasi yang
Tingkat Kabupaten Luwu Timur. berbeda, dikarenakan memiliki sebab yang
Subjek dalam penelitian ini adalah berbeda. Penyebab literasi baru berjalan
Kepala sekolah, Guru-guru, Pegawai 50% dikarenakan program literasi masih
perpustakaan sekolah, dan Peserta didik. tergolong program baru, kurangnya
Adapun yang menjadi titik fokus utama pemahaman para wali kelas sebagai
dalam penelitian ini pelaksanaan literasi pengontrol pelaksanaan kegiatan literasi di
terutama membaca di SMP Negeri 3 kelas masing-masing, dan tidak ada kontrol,
Angkona Kabupaten Luwu Timur. arahan, serta pendampingan anak walinya
Teknik pengumpulan data yang dalam pelaksanaan literasi yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah membuat terlaksananya literasi sesuai
observasi, wawancara dan dokumentasi dengan yang diharapkan, dan kesadaran dan
Teknik analisis data deskriptif kualitatif motivasi membaca siswa masih sangat
digunakan untuk menganalisis data dengan rendah. Hasil literasi baru berjalan 50%.
cara mendeskripsikan atau mengambarkan Dengan berbagai kendala yang ada pada
data yang telah terkumpul sebagaimana proses literasi, maka literasi masih jauh dari
adanya tanpa bermaksud membuat harapan. Penyebab literasi masih jauh dari
kesimpulan yang berlaku umum dan harapan adalah karena kurang adanya
generalisasi. koordinasi dengan pimpinan sekolah, tidak
Langkah-langkah anlisis data ada evaluasi rutin dari ibu pimpinan, peserta
dimulai dari peneliti melakukan didik belum memiliki kesadaran sendiri
pengumpulan data dilapangan, kemudian dalam berliterasi /membaca, belum ada
segera dilakukan analisis data melalui pemberian penghargaan bagi peserta didik
reduksi data, setelah data direduksi yang rajin membaca, jam istirahat yang
selanjutnya penyajian daya, selanjutnya sangat sedikit, hanya 15 menit, sehingga
peneliti berusaha menarik kesimpulan dan daya kunjung peserta didik ke perpustakaan
melakukan verifikasi dengan makna setiap berkurang. Walaupun masih rendah hasil
makna setiap data yang diperoleh yang dicapai, bagi para siswa gerakan
dilapangan. literasi sekolah telah membawa perubahan.
Dalam penelitian ini, untuk Hasil pelaksanaan literasi, bahwa
meningkatkan keabsahan data dilakukan wali kelas masih banyak belum paham
melalui triangulasi. Proses triangulasi yang teknis pelaksanaan gerakan literasi sekolah
dilakukan dalam penelitian ini adalah seperti yang ada di buku panduan
triangulasi metode dan sumber. pelaksanaan literasi sekolah. Banyak
diantara mereka yang hanya sekedar
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan menyuruh peserta didiknya membaca saja
tanpa tindak lanjut. Berdasarkan
Deskripsi Hasil Penelitian pengamatan, gerakan literasi sekolah di
SMP Negeri 03 Angkona masih dalam
1. Hasil pelaksanaan program gerakan tahap pembiasaan, walaupun ada beberapa
literasi sekolah di SMP Negeri 3 kelas yang wali kelasnya sudah mulai
Angkona Kabupaten Luwu Timur melaksanakan literasi ketahap
Hasil pelaksanaan literasi sekolah pengembangan yakni setelah peserta didik
di SMP Negeri 3 Angkona menurut membaca maka selanjutnya mereka
pimpinan baru berjalan 50%, menurut para diberikan tugas atau kesempatan
guru masih jauh dari harapan, namun bagi menyimpulkan arti, maksud atau makna
siswa, gerakan literasi sekolah dapat dari bacaan yang mereka baca dalam buku
yang telah buat yakni buku pintar atau 08.00 WITA, karena sebelumnya jadwal
mempersilahkan peserta didik upacara. Tempat yang disukai oleh Peserta
menyampaikan makna bacaannnya didepan Didik untuk literasi adalah kelas, taman-
kelas dihadapan teman-teman kelasnya. taman, sekolah, mushola, dan perpustakaan.
Dinas pendidikan Luwu Timur belum Mushola khusus untuk mengaji dan bagi
mengadakan pelatihan kepada bapak dan kelas yang berada dekat dengan kebun
ibu guru tentang teknis pelaksanaan sekolah literasi terkadang dilakukan
gerakan literasi sekolah, sehingga bapak dibawah pohon depan kebun sekolah karena
atau ibu guru yang terjun ke sekolah dan disana sangat sejuk. Untuk kantin sekolah
menangani literasi ini belum paham tentang tidak pernah digunakan untuk literasi.
cara yang benar dan bisa menjadikan Banyak penyebab yang menjadikan
program ini menjadi program yang berhasil. program literasi sekolah masih jauh dari
Buku yang tersedia di harapan, maka agar harapan bisa tercapai
perpustakaan sekolah sangat banyak perlu partisipasi peserta didik, dan juga
ditambah lagi banyak sumbangan dari guru dalam pelaksanaan program literasi
Dinas Kabupaten Luwu Timur, namun sekolah. Wujud dari partisipasi guru ialah
perpustakaan lumayan sepi dari kunjungan wali kelas yang bertanggung jawab
peserta didik pada saat pelaksanaan literasi. terhadap literasi di kelasnya dengan
Hal ini dikarenakan bukan karena membuat pojok baca, membuat buku
pelayanan di perpustakaan yang kurang control bacaan peserta didik yang dikenal
bagus dan fasilitas yang tidak nyaman, akan sebagai buku pintar, cepat datang ke
tetapi karena jarak antara kelas dan sekolah sebelum pelaksanaan literasi
perpustakaan bisa ditempuh dengan sehingga dapat mengontrol secara langsung
menghabiskan waktu perjalanan, terlebih literasi anak walinya.
waktu literasi hanya 15 menit, sehingga Para peserta didik sebagian besar
banyak wali kelas yang mengambil menerima pelaksanaan kegiatan literasi
keputusan melakukan literasi di kelas saja sekolah, namun masih ada sebagian kecil
atau di taman-taman baca yang dekat dari yang masih belum sadar dan belum
kelas. termotivasi untuk berliterasi. Sebagaian lain
Bahan bacaan yang ada dipojok- peserta didik melaksanakan literasi dalam
pojok baca di kelas tergolong masih sedikit arti membaca hanya sekedar formalitas
dan kurang bervariasi sehingga kesannya memegang buku karena takut ditegur wali
tidak menarik dimata peserta didik. kelasnya. Jadi ada tiga kelompok.
Seharusnya perpustakaan membagikan Kelompok yang ragu-ragu, ialah siswa yang
buku bacaan ke setiap kelas dan dijadikan hanya sekedar membaca saja namun tidak
investasi di masing-masing kelas. Namun memahami arti dan makna dari bacaan yang
yang menjadi masalah adalah ketika mereka baca.
perpustakaan membagikan buku bacaan ke Jumlah peserta didik yang
setiap kelas tanpa dilengkapi lemari berkunjung ke perpustakaan, namun rata-
berkunci dikhawatirkan buku bacaan akan rata siswa yang ke perpustakaan tertentu
mengalami kerusakan seperti robek, banyak saja yang biasanya memang memiliki hoby
coretan bahkan hilang. Andaikan bisa setiap membaca dan rangking dikelas, dan dalam
kelas dilengkapi lemari untuk menyimpan sehati kurang lebih 30 peserta didik yang
buku dipojok kelas tentu buku akan aman masuk ke perpustakaan.
dan jumlah buku dipojok baca banyak Partisipasi dalam pelaksanaan
sehingga peserta didik bisa dengan leluasa program Gerakan Literasi Sekolah ini tidak
membaca aneka bacaan ringan. hanya oleh siswa, guru juga dituntut untuk
Jadwal jam literasi di SMP Negeri berpartisipasi. Partisipasi guru
3 Angkona adalah pukul 07.15-07.30 dibandingkan dengan siswa jauh lebih baik.
WITA, kecuali hari Senen pukul 07.45- Guru sebagai panutan harus menberi contoh
kepada siswa. Bukti partisipasi para guru 4) Petugas perpustakaan, yaitu
ialah wali kelas yang begitu bertanggung memberikan pelayanan siswa dan guru
jawab terhadap literasi di kelasnya dengan yang berkunjung ke perpustakaan.
membuat pojok baca, membuat buku 5) Pengawas sekolah, yaitu melakukan
control bacaan peserta didik yang dikenal kontrol terhadap jalannya literasi
sebagai buku pintar, cepat datang ke sekolah di SMPN 3 Angkona
sekolah sebelum pelaksanaan literasi 6) Dinas Pendidikan Pemerintah
sehingga dapat mengontrol secara langsung Kabupaten Luwu Timur, yaitu
literasi anak walinya. Namun ada juga guru memberikan bantuan buku-buku.
yang kurang mendukung, acuh tak acuh, Bahwa semua warga keluarga
masa bodoh dan seakan akan menganggap besar SMP Negeri 3 Angkona mendukung
literasi tidak penting. Hal ini nampak dari gerakan literasi sekolah. Dukungan
kesehariannya yang sering terlambat ke terhadap gerakan literasi sekolah masih
sekolah sehingga tidak bisa berliterasi belum memuaskan, walaupun guru
bersama dengahn anak wali kelasnya. memotivasi dan mengontrol proses literasi
Kemudian ada juga yang hanya masuk yang dilakukan anak walinya, namun jika
mengarahkan anak walinya untuk membaca dilihat dari kunjungan guru ke
namun gurunya sendiri melakukan aktifitas perpustakaan, seperti kata pak Aswin
yang lain, seperti bermain handphone. bahwa Partisipasi guru berkunjung ke
Dengan demikian ada tiga kelompok guru, perpustakaan masih kurang, ya kalau bisa
seperti yang ada pada siswa, yaitu aktif, dipresentasekan hanya mencapai 30% saja
ragu-ragu, dan pasif. sering berkunjung ke perpustakaan sekolah
baik untuk membaca maupun untuk
2. Faktor pendukung dalam meminjam bahan bacaan.
pelaksanaan program gerakan Pihak luar yang mendukung gerakan
literasi sekolah di SMP Negeri 3 literasi sekolah pertama adalah pengawas
Angkona Kabupaten Luwu Timur. sekolah. Pihak pengawas sekolah
Gerakan Literasi Sekolah di merupakan pihak yang mempunyai
sekolah dalam pelaksanaannya perlu faktor kepentingan dalam memberi arahan. Pihak
pendukung agar berjalan sesuai harapan. kedua adalah dinas pendidikan kabupaten
Faktor yang dapat mendukung berjalannya Luwu Timur. Pihak dinas pendidikan
pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah merupakan pihak yang mempunyai
datang dari internal maupun eksternal. kepentingan memberikan bahan bacaan
Dukungan dari internal ialah dari pimpinan untuk mendukung pelaksanaan literasi. Dua
sekolah, guru, siswa dan petugas pihak yang mendukung gerakan literasi
perpustakaan. Dukungan dari luar datang sekolah ini merupakan pihak yang menjadi
dari Pengawas Sekolah dan Dinas pemicu awal untuk terwujudnya literasi di
Pendidikan Pemerintah Kabupaten Luwu sekolah.
Timur. Kemudian setiap dukungan ada
faktor yang menjadi pendukungnya, seperti: 3. Faktor Penghambat Dalam
1) Pimpinan, yaitu dengan melakukan Pelaksanaan Program Gerakan
rapat koordinasi dengan dewan guru. Literasi Sekolah di SMP Negeri 3
2) Wali kelas, yaitu dengan memotivasi Angkona Kabupaten Luwu Timur
dan mengontrol proses literasi yang Ketidakberhasilan program
dilakukan anak walinya. Gerakan Literasi Sekolah, karena masih
3) Siswa, yaitu dengan ikut literasi pada banyak kendala atau hambatan yang
saat jam 7.15-7.30, dan menyumbang dihadapi dalam pelaksanaannya. Salah satu
buku untuk pojok baca. kendalanya yaitu Kurang adanya minat
untuk membaca; Jarang berkunjung ke
perpustakaan: Literasi berlangsung di kelas
masing-masing atau di taman baca yang dan kerja sama yang apik oleh semua warga
tersedia di area sekolah yang berdekatan sekolah dalam menunjang keberhasilan
dengan kelas masing-masing; Jam istirahat literasi sekolah, (4) hendaknya dinas
yang sangat sedikit yakni hanya 15 menit pendidikan membuat pelatihan tentang
ini menjadi salah-satu kendala kurangnya teknis pelaksanaan gerakan literasi sekolah,
daya kunjung peserta didik ke tujuannya agar dewan guru betul-betul
perpustakaan. paham dan bisa merapkan cara yang tepat
Penyebab masih jauh dari harapan dalam menerapkan literasi sesuai dengan
gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 3 buku panduan literasi. Dengan demikian,
Angkona adalah karena: (1) program hambatan yang muncul tersebut dapat
literasi masih tergolong sebagai program dihilangkan, dan pimpinan sekolah selaku
baru; (2) kurangnya pemahaman para wali pembuat kebijakan harus terus memantau
kelas sebagai pengontrol pelaksanaan perkembangan Program Gerakan Literasi
kegiatan ini dikelas masing-masing; (3) Sekolah yang tengah dilaksanakan di SMP
kesadaran dan motivasi membaca dari Negeri 3 Angkona.
peserta didikpun masih sangat rendah; (4)
belum ada pendampingan wali kelas 4. Kesimpulan
terhadap anak walinya dalam pelaksanaan
literasi; (5) dewan guru belum memahami Berdasarkan uraian tersebut di
tentang teknik pelaksanaan program literasi atas, maka Penulis dapat memberikan
di sekolah; (6) kurang adanya kordinasi kesimpulan sebagai berikut:
antara guru dengan pimpinan sekolah; (7) 1. Proses pelaksanaan literasi masih
tidak ada evaluasi dari ibu pimpinan terkait berfokus terhadap kegiatan membaca,
pelaksanaan literasi, setidaknya seminggu belum kepada kegiatan melihat,
sekali dikemukakan dalam rapat mingguan; menyimak, menulis, dan/atau berbicara.
(8) peserta didik belum memiliki kesadaran 2. Hasil pelaksanaan literasi masih jauh
sendiri untuk berliterasi, sejauh ini Peserta dari harapan, atau hanya 50%,
didik mau membaca karena takut ditegur penyebabnya tidak semua peserta didik
oleh wali kelasnya; (9) belum ada dan guru mau berpartisipasi.
pemberian penghargaan bagi peserta didik 3. Faktor pendukung dalam pelaksanaan
yang rajin membaca sebagai motivasi Gerakan Literasi Sekolah di SMP
Peserta didik untuk giat membaca; (10) jam Negeri 3 Angkona adalah faktor dari
istirahat yang relatif singkat yakni hanya 15 dalam sekolah maupun dari luar sekolah.
menit, sehingga Peserta didik banyak yang Pendukung dari dalam sekolah adalah
tidak berkunjung ke perpustakaan,karena warga sekolah (pimpinan sekolah, guru-
pada saat istirahat mereka luangkan untuk guru, petugas perpustakaan, dan perserta
membeli makanan dan istirahat. didik) sedangkan pendukung dari luar
Berdasarkan pendapat yang ada, sekolah adalah dari Pemerintah
untuk mengantisipasi hambatan terhadap Kabupaten Luwu Timur, pengawas
pelaksanaan gerakan literasi sekolah, pihak sekolah, dan orang tua peserta didik.
sekolah perlu: (1) memberikan arahan dan 4. Faktor penghambat pelaksanaan
motivasi, tujuannya agar peseta didik tetap program ini ialah karena (1) kurangnya
bersemangat dalam melaksanakan literasi pengontrolan dan evaluasi dalam
di sekolah, (2) membangkitkan semangat pelaksanaan, (2) kesadaran dan motivasi
juga tertuju pada guru yang sering terlambat membaca dari peserta didik masih
ke sekolah, yang akhirnya berdampak tidak sangat rendah, (3) waktu pelaksanaan
bisa mendampingi dan mengontrol anak literasi yang terlalu cepat, dan pagi, (4)
walinya untuk berliterasi bersama, (3) tidak ada kerjasama antara pimpinan
langkah yang diambil untuk mengantisipasi dengan dewan guru, (5) buku yang
hambatan adalah perlu ada kekompakan tersedia di pojok baca minim, dan
kurang menarik. (6) Pihak dinas Sumadi, Tjipto. 2017. Budaya Literasi:
pendidikan Luwu Timur tidak Menciptakan Generasi Pembelajar
melakukan sosialisasi dan pelatihan Abad XXI dan Membangun Karakter
tentang tehnis pelaksanaan program ini. Bangsa. Kendari : Maseli

Wiedarti, Pangesti, dkk. 2016. Desain


5. Daftar Pustaka Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Kemdikbud
Aplikasi offline KBBI. diakses 15 .
September 2018

Asmuddin, 2016. Peran Pengawas Sekolah


dalam Mendukung Gerakan Literasi
Sekolah. Kendari :Katuil

Hamid, Saturdi. 2017. Peranan pengawas


dalam pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah Di SMA Kabupaten Bone.
Thesis. Universitas Negeri Makassar

Hayat, Bahrul dan Suhendar Yusuf. 2010.


Benchmark Internasional Mutu
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Irkham, Agus M. 2012. Gempa Literasi.


Jakarta :Gramedia

Kemendikbud, 2016. Buku Saku Gerakan


Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan dasar dan
Menengah Kementerian pendidikan
dan kebudayaan

Kemendikbud.2016. Survei internasional


PIRLS.
hhtp://litbang.kemendikbud.go.id/in
deks.php/survey-internasional-
pirls.Diakses pada tanggal 16
September.

Mendikbud. 2015. Permendikbud RI nomor


23 tahun 2015 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti. Jakarta: Kemendikbud

Mushthafa, M. 2013. Sekolah dalam


Himpitan Google dan Bimbel.
Yogyakarta: LkiS

You might also like