T1 - 292009089 - Bab Ii

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD
2.1.1.1. Hakekat Matematika
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah
ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan di dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Menurut Herman Sudojo (2003:123) matematika merupakan suatu ilmu yang
berhubungan atau menelaah bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan-
hubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan, tentu saja
diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika
itu.
James dan James (Suherman dkk, 2003:18) mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan dan konsep yang berhubungan
dengan yang lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu
aljabar, analisis, geometri. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses
berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu tentang bilangan yang terbagi menjadi aljabar, analisis, dan geometri
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bilangan menggunakan logika. Maka
untuk menyelesaikan masalah dalam matematika dibutuhkan pemahaman yang benar
karena matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak.

2.1.1.2. Hakikat Belajar


Menurut Gage dan Berlier (Dimyati, 2009:116), belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.
8

Menurut Dimyati (2009:156), belajar adalah proses yang melibatkan manusia


secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan
pada pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Menurut Henry E. Garret (Sagala, 2010: 13), belajar merupakan proses yang
berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
perangsang tersebut.
Menurut Lester D. Crow (Sagala, 2010: 13), belajar ialah upaya untuk
memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap. Belajar dikatakan berhasil
manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya,
maka belajar seperti ini disebut rote learning. Kemudian jika telah dipelajari itu
mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut over
learning.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang sebelumnya belum tahu menjadi tahu berupa
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperoleh seseorang melalui latihan dan
pengalaman.

2.1.1.3.Pembelajaran Matematika di SD
Mata pelajaran matematika di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan (KTSP, 2006) sebagai berikut
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
9

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain


untuk memperjelas keadaan atau masalah
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Erman Suherman dkk (2003: 55), matematika sekolah adalah


matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan
dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMA dan SMK).
Menurut Soedjadi (2000: 37), matematika sekolah adalah unsur atau bagian
dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan
kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa
matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu.
Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal
1) penyajian
2) pola pikirnya
3) keterbatasan semestanya
4) tingkat keabstrakannya
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran matematika yang berorientasi
terhadap pendidikan yang diajarkan di lembaga sekolah dasar, yang nantinya dapat
digunakan untuk memecahkan masalah matematika dalam kehidupan.

2.1.1.4. Hasil Belajar Matematika


Suharsimi Arikunto (dalam Lasiyem, 2012: 10) mengemukakan bahwa “hasil
belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu
tampak dalam bentuk perubahan yang dapat diamati dan diukur”. Jadi perubahan
tersebut dapat berupa perubahan dalam ketrampilan, pengetahuan, dan juga
perubahan dalam sikapnya.
10

Menurut Dimyati (2009: 20), “Hasil belajar merupakan suatu puncak proses
belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru”. Hasil belajar
dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa. Hasil belajar siswa merupakan patokan bagi guru
apakah berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Semakin
baik hasil belajar siswa, maka proses pembelajaran guru dikatakan berhasil.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan tingkat penguasaan siswa yang ia terima setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar sesuai tujuan yang nampak dalam tingkah laku yang berkaitan
dengan proses pembelajaran.
Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti
pembelajaran matematika. Pada penelitian ini hasil belajar matematika diperoleh dari
hasil tes matematika dari siklus 1 dan siklus 2 tentang materi bangun ruang. Hasil
belajar yang baik pada penelitian tindakan ini adalah hasil belajar matematika yang
berhasil mencapai tingkat kriteria ketuntasan minimal yaitu diatas nilai 60.

2.1.2. Metode Eksperimen


Menurut E. Mulyasa (2011: 107), penggunaan metode pembelajaran yang
tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran
perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru,
serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang
bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ada sejumlah metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh
guru, antara lain seperti : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,
metode demonstrasi, metode sosiodrama, metode karyawisata, metode kerja
kelompok, metode latihan, metode pemberian tugas dan metode eksperimen. Untuk
penelitian tindakan ini akan menggunakan metode pembelajaran eksperimen.
Menurut pendapat E. Mulyasa (2011: 110), “metode eksperimen merupakan
suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-
11

benda, bahan-bahan dan peralatan laboraturium, baik secara perorangan maupun


kelompok”.
Menurut Sagala (2010: 220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan
pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1993: 77), “metode eksperimen
dimaksudkan sebagai kegiatan guru dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu,
serta mengamati proses dan hasil percobaan itu”.
Kadang-kadang orang menangaburkan pengertian eksperimen dengan kerja
laboraturium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama,
namun berbeda dalam konotasinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu
laboraturium atau diluar laboraturium, pekerjaan eksperimen mengandung makna
belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran.
E. Mulyasa (2011: 110) mengemukakan hal-hal yang perlu dipersiapkan guru
dalam menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan tujuan eksperimen.
2) Persiapkan alat dan atau bahan yang diperlukan.
3) Persiapkan tempat eksperimen.
4) Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang tersedia.
5) Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindarkan risiko yang merugikan atau berbahaya.
6) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan
bahan yang akan digunakan.
7) Berikan penjelasan tentang apa yang yang harus diperhatikan dan tahapan-
tahapan yang mesti dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang dan yang
membahayakan.
Menurut Sagala (2010: 220) beberapa kelebihan dari metode eksperimen,
sebagai berikut:
a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja
12

b. dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang


sains dan teknologi,
c. metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: 1) siswa
belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian;
2) siswa terhindar jauh dari verbalisme; 3) memperkaya pengalaman dengan
hal-hal yang bersifat objektif dan realistis; 4) mengembangkan sikap berpikir
ilmiah dan 5) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.
Menurut Sagala (2010: 221) beberapa kelemahan dari metode eksperimen,
sebagai berikut:
a. pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah,
b. setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan
atau pengendalian,
c. sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan
bahan mutakhir.
Ada cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen,
sebagai berikut:
a. hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai
sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan
eksperimen,
b. hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah
yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta
bahan-bahan yang diperlukan dan hal-hal yang perlu dicatat,
c. bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang
diperlukan,
d. guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membandingkan
hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada
perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.
13

2.1.3. Media Pembelajaran Bangun Ruang


Hamzah B. Uno dan Nina (2010: 142) berpendapat “media pembelajaran yaitu
alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Benda-benda itu
misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan,
kubus untuk menjelaskan konsep titik, ruang garis, daerah bujur sangkar, dan wujud
dari kubus itu sendiri, benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep
pecahan, benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk
menerangkan konsep lingkaran”. Media pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan ini adalah media pembelajaran model jenis bangun ruang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 324), “model adalah barang
tiruan yang kecil dan tepat seperti yang ditiru”.
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Andi Prastowo, 2012:228), media
pembelajaran model adalah tiruan tiga dimensi dari benda nyata yang terlalu besar,
terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk
dibawa ke dalam kelas dan dipelajari peserta didik dalam bentuk aslinya.
Menurut pendapat Brown dalam Hamzah B. Uno (2010:127), “model
didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan”.
Menurut Andi Prastowo (2012: 229), model padat (Solid Model) merupakan
jenis model yang memperlihatkan bagian permukaan luar dari objek atau benda.
Selain itu, dalam model ini, bagian-bagian yang membingungkan ide utama dari
bentuk, warna dan susunannya sering kali dibuang. Contoh dari model padat: bentuk
geometris, semisal kerucut, bola, kubus, polihedro, dll.
Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang memiliki rusuk, sisi
dan titik sudut. Media bangun ruang adalah menyerupai kotak, dengan bentuk massif,
berongga dan kerangka.
Andi Prastowo (2012: 238) mengemukakan tujuan dan fungsi media
pembelajaran model berjenis bangun ruang adalah sebagai berikut:
a. Menyederhanakan objek atau benda yang terlalu sulit, terlalu besar, terlalu
jarang, terlalu jauh, terlalu kecil, atau terlalu mahal jika dihadirkan di kelas
14

secara langsung dalam bentuk aslinya. Contohnya, bumi, planet, tengkorak


manusia, dan lain sebagainya.
b. Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik terhadap suatu objek atau
benda, meskipun hanya dalam bentuk tiruannya.
c. Memudahkan penjelasan tentang suatu objek atau benda dengan menunjukkan
tiruan benda aslinya.

2.1.4. Penggunaan Metode Eksperimen untuk Pembelajaran Matematika


Menurut Sagala (2010: 220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan
pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam kegiatan
pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa akan diberi kesempatan
untuk membuktikan sendiri dengan melihat proses, menganalisis dan menarik
kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.
Hamzah B.Uno dan Nina (2010: 140) mengemukakan setiap konsep abstrak
matematika yang baru dipahami perlu ditanamkan, dan tahan lama dalam pola pikir
dan tindakannya. Untuk keperluan inilah, belajar dengan berbuat dan memahami,
tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya akan
mudah dilupakan dan sulit untuk dapat dimiliki.
Dalam menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran matematika,
tidak berarti bahwa setiap konsep matematika harus digunakan dengan metode
eksperimen, karena penggunaan metode harus disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam menggunakan
metode eksperimen, sebagai berikut:
a. Persiapkan alat bantu (alat eksperimen) yang akan digunakan.
b. Berikan petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang akan dilakukan dalam
eksperimen pembelajaran matematika.
c. Pelaksaan eksperimen dengan menggunakan lembar kerja/ pedoman
eksperimen yang disusun secara sistematis. Sehingga dalam pelaksanaanya
siswa tidak mendapat kesulitan.
15

d. Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi dan


tanya jawab
e. Membuat kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
eksperimen yang pembelajarannya melibatkan siswa secara langsung dengan belajar
melalui berbuat sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika yang mempunyai
konsep abstrak, sehingga dengan metode ini akan membuat konsep matematika yang
masih abstrak menjadi lebih konkret bagi siswa, sehingga akan lebih meningkatkan
pemahaman siswa.

2.1.5. Peranan Media Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika


Hamzah B. Uno dan Nina, (2010:141) mengemukakan pembelajaran
matematika di SD masih diperlukan media pembelajaran. Ada beberapa fungsi dari
media pembelajaran dalam bidang matematika, diantaranya sebagai berikut:
a. Dengan adanya media pembelajaran, anak-anak akan lebih banyak mengikuti
pelajaran matematika dengan gembira sehingga minatnya dalam mempelajari
matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik, dan
bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka
siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami
dan mengerti.
c. Media pembelajaran dapat membantu daya tilik ruang, karena anak tidak
dapat membayangkan bentuk-bentuk geometri ruang sehingga gambar dan
benda-benda nyata menjadi pemahamannya tentang ruang.
d. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-
benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan
masyarakat.
e. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam
bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula
dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.
16

Sementara itu, menurut Andi Prastowo (2012: 239) kegunaan media model
padat yang didalamnya termasuk media bangun datar bagi peserta didik adalah
sebagai berikut:
a. Dapat mengembangkan konsep realisme peserta didik.
b. Dapat menjadi tantangan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah-
masalah pengajaran dalam berbagai bidang studi yang dipelajararinya
c. Hasil belajar akan lebih mendalam dan lebih mantap.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Lasiyem (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Melalui Metode Eksperimen dengan Media Kartu Bilangan
Siswa kelas 1 Semester 1 SD Negeri Asemrundung Tahun Ajaran 2011/ 2012”,
menyimpulkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perbaikan
pembelajaran siswa yang tuntas KKM > 60 hanya 11 siswa dari 22 siswa (50%). Pada
Perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM > 60 meningkat menjadi 17
siswa (72,2%). Dan pada perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang tuntas KKM >
60 meningkat lagi menjadi 22 siswa ( 100%). Ternyata dengan penerapan metode
eksperimen dan media kartu bilangan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa,
terbukti siswa kelas I SD Negeri 2 Asemrudung mengalami peningkatan hasil prestasi
belajar siswa.
Siti Munfangati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Penerapan
Metode Eksperimen dengan Memanfaatkan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Materi Gaya pada Siswa Kelas IV SD Negeri Krengseng 04 Kecamatan
Gringsing Kabupaten Batang Semester 2 Tahun 2011/ 2012”, menyimpulkan dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Penerapan Metode Eksperimen dengan
Memanfaatkan Alat Peraga dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Hal ini terlihat
pada ketuntasan pada hasil belajar pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 adalah 6
siswa ( 33% ), 11 siswa ( 94,5% ), 18 siswa ( 100% ).
17

Slamet (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil


Belajar Matematika Melalui Media Bangun Ruang Dengan Metode Eksperimen
Siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri 4 Katekan Tahun Ajaran 2011/2012”,
menyimpulkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan data nilai
ulangan siswa telah terjadi peningkatan rata-rata nilai mulai dari sebelum tindakan
perbaikan pembelajaran (pra siklus), Siklus I dan Siklus II. Rata-rata nilai sebelum
tindakan perbaikan pembelajaran dilaksanakan adalah 67,5, setelah tindakan
perbaikan pembelajaran pada Siklus I rata-rata nilai menjadi 74,06 dan 79,37 pada
Siklus II dengan KKM 60.
Imanuel Nugroho Puji (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Benda Konkret pada
Materi Pokok Menentukan Jaring-jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana Kelas V
SD Negeri Ngijo 01”, menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa penggunaan media
benda konkret untuk pembelajaran matematika dalam materi pokok menentukan
jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana baik untuk diterapkan dalam
pembelajaran, atau dapat juga dengan melibatkan siswa untuk mencari benda-benda
yang ada di sekitar lingkungan mereka tinggal sehingga pembelajaran dapat
terlaksana dengan menarik, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar
mandiri, serta meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3.Kerangka Pikir
Kebanyakan proses pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah dasar
terfokus pada penyampaian teori saja tanpa memperhatikan kegiatan eksperimen yang
penting bagi pemahaman siswa. Sedangkan matematika adalah mata pelajaran yang
membutuhkan pemahaman dan penguasaan materi dengan baik dan tidak hanya
sekedar menghafal. Pembelajaran yang hanya terfokus pada teori saja mengakibatkan
hasil belajar siswa dalam belajar matematika menjadi kurang maksimal. Sementara
itu, melalui kegiatan eksperimen siswa dapat menemukan dan membuktikan sendiri
teori yang mereka peroleh selama ini. Eksperimen juga memberi kesempatan kepada
18

siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa, karena dengan
eksperimen siswa dapat belajar dengan berbuat. Selain itu eksperimen dapat berjalan
baik dengan dibantu oleh media bagun ruang yang akan mempermudah siswa untuk
melakukan kegiatan eksperimen tersebut. Karena dengan media bangun ruang ini
konsep geometri matematika akan menjadi lebih konkret bagi siswa. Oleh sebab itu,
akan dilakukan penelitian menggunakan metode eksperimen dengan media bangun
ruang dalam proses pembelajaran matematika yang akan meningkatkan pemahaman
siswa sehingga hasil belajar siswa pun meningkat.
Penelitian ini akan dilakukan oleh penulis dengan dibantu oleh guru kelas, guru
kelas yang akan melaksanakan proses belajar mengajar dan penulis akan membantu
mengisi lembar observasi guru saat proses pembelajaran berlangsung.

2.4. Hipotesis Tindakan


Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dapat diambil hipotesis,
yaitu dengan menggunakan metode eksperimen dengan media bangun ruang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun ruang siswa kelas 4 SD
Negeri Tolokan 01 Kabupaten Semarang semester 2 tahun ajaran 2012/2013.

You might also like