Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 44

TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI


DI KOTA MAKASSAR

Arianty Anggraeny Mangarengi


Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia
ariantyanggraeny@umi.ac.id

Abstract

The purpose of this research is to see how effective the law number 44 year of 2008 about
Pornography in Makassar city, from the eye of the law itself and the society of Makassar,
where some of the thing being consider as taboo on the society but on the modern time
is more likely to become a regular condition.Research method that have been used was a
combined method from the empiric way and normative way by using primary and secondary
data, with a technique that’s include interview, questioner, and analyzing the use of the
law number 44 year of 2008 about pornography in the police department at the Makassar
district and state court of Makassar city. The sample that have been used on this research is
general society from age 15 until the age of 60, and the law enforcement itself, which is the
judge and the police officers.The result of the research is showing a surprisingly amount of
society understand about pornography, they even enjoyed all variant of media that based
on pornography, but not half of them know about the existence of the law umber 44 year of
2008 about pornography, in the reality, police department at Makassar district and in the
state court of Makassar city itself, law number 44 year of 2008 about pornography hasn’t
been function properly, and the factors of what causing such as ineffectiveness of law number
44 year of 2008 about pornography is through conscious of law factor, attention to the law
factor, the understanding of the law factor, and the city cultures.

Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019 29


Keywords : Law of Pornography, undnag nomor 44 tahun 2008 tentang
Makassar City, Law Factor, Taboo on The pornografi belum pernah diterapkan sama
Society sekali, adapun faktor-faktor penyebab
belum efektifnya undang-undang nomor
44 tahun 2008 tentang pornografi adalah
ABSTRAK melalui faktor kesadaran hukum, kepedulian
hukum, pemahaman hukum dan budaya
Tujuan dari penelitian ini adalah Negara.
melihat seberapa efektifkah undang- Kata Kunci : Undang-undang
undang nomor. 44 tahun 2008 tentang pornografi, kota Makassar, faktor hukum,
pornography di kota Makassar. Dilihat tabu di komunitas masyarakat
dari kacamata hukum dan juga komunitas
masyarakat kota Makassar, dimana banyak
hal yang dulunya dianggap tabu dikalangan
A. PENDAHULUAN
masyarakat namun di zaman modern kini
merupakan hal yang umum dilakukan. Hiburan merupakan salah satu
Metode penelitian yang digunakan adalah
bentuk umum dari cara manusia
tipe gabungan yang bersifat normatif dan
empiric, dengan menggunakan data primer mendapatkan kesenangan, salh
dan sekunder, dengan teknik pengumpulan satunya adalah melalui berbagai hobi,
data yaitu berupa, wawancara, kuesioner, seperti hiking, nonton, main game,
dan penganalisaan penggunaan undang- membaca dan sebagainya. Namun
undang nomor 44 tahun 2008 tentang dampak dari berbagai hiburan yang
pornografi di kepolisian resort Makassar kita dapatkan saat ini adalah kebebasan
dan pengadilan negeri kota Makassar. dalam berbagai akses yang seyogyanya
Populasi yang digunakan dalam penelitian
terlarang ataupun tabu di dalam
ini adalah masyarakat umum dimulai
dari umur 15 hingga 60 tahun, serta tatanan masyarakat timur, masyarakat
para penegak hukum yaitu hakim dan dari berbagai kalangan, baik itu tua
polisi.Hasil penelitian melalui kuesioner maupun muda untuk mempunyai akses
menunjukkan bahwa secara mengejutkan yang lebih bebas dan berbau seksual
masyarakat sangat mengerti apa yang daripada generasi sebelumnya. Hal-hal
disebut pornografi, bahkan mereka pernah yang berbau seksual disini diartikan
menikmatiberbagai variasi media yang
sebagai pornografi.
berbau pornografi, namun setengah
dari mereka belum mengetahui tentang Pornografi berarti tulisan yang
keberadaan undang-undang nomor 44 memakai kata-kata yang bersangkutan
tahun 2008 tentang pornografi, dan pada dengan seksualitas dn memakai
kenyataannya di kepolisian resort Makassar gambar-gambar yang memunculkan
dan di pengadilan negeri sendiri, undang-

30 Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019


Arianty Anggraeny Mangarengi

alat kelamin atau hubungan seksual. beberapa kasus heboh film porno yang
Pronografi umumnya dikaitkan dengan melibatkan remaja atau anak dibawah
tulisan atau penggambaran, karena umur membuktikan bahwa masalah
cara seperti itulah yang paling banyak pornografi adalah salah satu masalah
ditemukan dalam mengekspos masalah yang harus ditangani serius oleh
seksualitas. Namun akhir-akhir ini di sekolah, orang tua, masyarakat dan
kalangan masyarakat ada istilah baru pemerintah.
yang bersangkutan dengan pornografi, Tidak hanya dalam bentuk video
yaitu pornoaksi. Pornoaksi adalah saja, pornografi juga terdapat di media
penampilan seseorang yang sedikit cetak dan media online yang beredar
banyak menonjolkan hal-hal berbau luas di masyarakat kota Makassar.
seksual. Baik itu berupa tabloid, buku
Pornografi banyak dimaknakan ataupun komik. Hal ini menimbulkan
dalam berbagai arti : keprihatinan yang sangat mendalam,
- Tulisan, gambar/rekaman tentang mengingat korbannya adalah generasi
seksualitas yang tidak bermoral. muda yang tak lain adalah harapan dari
- Bahan / materi yang menonjolkan bagi Negara Indonesia. Indonesia yang
seksualitas secara eksplisit terang- selama ini terkenal sebagai Negara yang
terangan dengan maksud utama berbudaya timur nan santun, sedikit
membangkitkan gairah seksual. demi sedikit mulai tergusur oleh pola
hidup bebas yang disadur oleh Negara-
- Tulisan atau gambar
negara barat.
yang dimaksudkan untuk
membangkitkan nafsu birahi orang
yang melihat atau membaca.
B. METODE PENELITIAN
- Tulisan atau penggambaran
pelacuran, dan Tipe penelitian yang digunakan
- Penggambaran hal-hal cabul melalui adalah tipe gabungan yang besifat
tulisan, gambar, atau tontonan normatif dan empirik, penelitian
yang bertujuan mengeksploitasi dilaksanakan di kota Makassar, dengan
seksualitas. subjek-subjek yang berlaku yaitu, aparat
penegak hukum, dan masyarakat.
Makassar sebagai salah satu
daerah yang berkembang pesat Data yang dikumpulkan untuk
di kawasan Indonesia timur, juga keperluan penelitian ada 2 jenis, yaitu
tidak luput dari masalah pornografi, data primer yaitu data empirik yang

Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019 31


diperoleh secara langsung dari sumber negatifnya semakin nyata, diantaranya,
pertama (responden) pada lokasi sering terjadi perzinaan, perkosaan,
penelitian, dan data sekunder, yaitu dan bahkan pembunuhan maupun
data yang diperoleh dari dokumen- aborsi. Orang-orang yang menjadi
dokumen, sumber tertulis, seperti korban tindak pidana tersebut tidak
undang-undang, buku bacaan, ataupun hanya perempuan dewasa, tetapi
literatur -literatur yang terkait dengan banyak korban yang masih anak-anak.
pembahasan penelitian ini. Populasi Para pelakunya tidak hanya orang
dan Sampel penelitian didapatkan dari yang tidak dikenal, diantaranya pelaku
penegak hukum (Hakim, Jaksa, dan masih mempunyai hubungan darah,
Polisi) sebagai sumber informan, dan hubungan kerja, atau bertetangga, atau
juga anggota masyarakat. juga hubungan pendidikan.
Teknik pengumpulan data berupa Tindak pidana pornografi dimuat
kuesioner, dokumentasi, pengamatan, dalam pasal 29 sampai dengan pasal
wawancara. Keseluruhan data yang 38 UU Pornografi. Dilihat dari sudut
diperoleh, diolah secara kualitatif perbuatan yang dilarang, maka
kemudian secara deskriptif dan terdapat 33 tindak pidana pornografi
dijadikan penelitian yang solid. Dapat yang dimuat dalam sepuluh pasal,
juga digambarkan secara kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
yaitu melalui penganalisaan yang akan 1. Tindak pidana pornografi
memperkuat analisa kuantitatif, dengan memproduksi, membuat dan
menggunakan rumus : lainnya pornografi (pasal 29 jo pasal
P = f ∕ N x 100 4 ayat (1)). Dalam tindak pidana ini
P = Persentase terdapat 12 bentuk perbuatan yang
f = Jumlah frekuensi tingkat jawaban dilarang terhadap objek pornografi.
N= Jumlah responden 2. Tindak pidana menyediakan jasa
pornografi (pasal 30 jo pasal 4 ayat (2).
Metode yang digunakan adalah
metode deduktif. 3. Tindak pidana meminjamkan atau
mengunduh produk pornografi
(pasal 31 jo pasal 5).
C. HASIL PENELITIAN DAN
4. Tindak pidana memperdengarkan,
PEMBAHASAN mempertontonkan dan lainnya
produk pornografi (pasal 32 jo pasal
Saat ini masalah pornografi
6).
semakin memprihatinkan dan dampak

32 Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019


Arianty Anggraeny Mangarengi

5. Tindak pidana mendanai atau sebelum melakukan tindak pidana.


memfasilitasi perbuatan mem- Modus operandi penyebarluasan
produksi, membuat dan lainnya tindak pidana pornograi ada bermacam-
pornografi (pasal 33 jo pasal 7). macam, antara lain, yaitu :
6. Tindak pidana sengaja menjadi - Media cetak (majalah dewasa dan
objek atau model yang mengandung komik porno)
muatan pornografi (pasal 34 jo pasal - Fotografi dan film (foto mesum dan
8). video mesum)
7. Tindak pidana menjadikan orang - Video game (video game porno)
lain sebagai objek atau model yang
- Internet (cyber porn)
mengandung muatan pornografi
(pasal 34 jo pasal 8). Berikut ini adalah beberapa contoh
bentuk pertanggungjawaban tindak
8. Tindak pidana mempertontonkan
pidana pornografi yng terdapat di
diri atau orang lain dalam
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008
pertunjukan atau di muka umum
tentang Pornografi :
(pasal 36 jo pasal 10).
- Pasal 29, Pidana Penjara 6 Bulan –
9. Tindak pidana melibatkan anak
12 Tahun dan/atau pidana denda
dalam kegiatan dan/atau sebagai
paling sedikit Rp.250.000.000 – Rp.
objek dalam tindak pidana
6.000.000.000.
pornografi (pasal 37 jo pasal 11).
- Pasal 30, Pidana Penjara 6 bulan –
10. Tindak pidana mengajak,
6 tahun, dan/atau pidana denda
membujuk dan lainnya anak dalam
paling sedikit Rp.250.000.000 –
menggunakan produk atau jasa
Rp.3.000.000.000.
pornografi (pasal 38 jo pasal 12).
- Pasal 31, pidana penjara paling lama
Untuk lebih mudah memahami
4 tahun, dan/atau pidana denda
ketentuan-ketentuan mengenai tindak
paling banyak Rp.2.000.000.000
pidana pornografi, uraian akan
dilakukan dengan menggunakan 2 - Pasal 32, pidana penjara paling lama
unsur yang paling spesifik, yaitu unsur 4 tahun, dan/atau pidana denda
objektif dan subjektif. Unsur objektif paling banyak Rp.2.000.000.000.
adalah semua unsur yang berada diluar - Pasal 33, pidana penjara paling
keadaan batin seseornga, sedangkan lama 2 tahun – 15 tahun, dan/atau
unsur subjektif adalah semua unsur pidana denda Rp.1.000.000.000 –
mengenai keadaan batin seseorang Rp.7.500.000.000.

Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019 33


- Pasal 41, selain pidana pokok, baik, apalagi di jaman digital saat
setiap perusahaan yang melanggar ini yang dimana situs-situs porno
ketentuan pasal, dapat juga dikenai dapat diakses dengan mudah
pidana tambahan, yaitu berupa : melalui internet.
· Pembekuan izin usaha - Masih banyak masyarakat yang
· Pencabutan izin usaha tidak merasakan dampak merusak
· Perampasan kekayaan hasil dari kepemilikan berbagai benda
tindak pidana porno, sehingga pemikiran untuk
menghilangkan berbagai benda
· Pencabutan status badan
tersebut sepertinya adalah hal yang
hukum
tidak masuk akal.
Tidak terdapat kasus yang murni
- Berbagai kasus yang masuk
pornografi di kapolres kota Makassar,
di kapolres Makassar yang
dikarenakan kasus tersebut lebih banyak
substansinya lebih berat daripada
dihubungkan dengan undang – undang
kasus pornografi, seperti kasus
yang berbeda atau memakai pasal dalam
pencurian, pembunuhan,
KUHP. Data tersebut bukan berarti
pencabulan, narkoba ataupun
bahwa tidak terjadi sama sekali kejahatan
pemerkosaan, yang akhirnya
pornografi di kota Makassar, namun
lebih membutuhkan prioritas
lebih kepada substansi kejahatan yang
ataupun perhatian, sehingga kasus
dipergunakan, sehingga penegak hukum
pornografi kadang tidak terlalu
memutuskan tidak menggunakan undang
mendapatkan tanggapan.
– undang nomor. 44 tahun 2008 Tentang
Pornografi. Ada berbagai alasan mengapa Data kuesioner
beberapa kasus tidak ditetapkan sebagai Tanggapan Responden Untuk
kasus pornografi : Mengetahui Jenis Media Pornografi apa
- Kasus-kasus seperti pemerkosaan, saja yang telah mereka Nikmati
pencabulan anak dibawah umur NO Kategori Frekuensi Persentase
lebih tepat untuk masuk kepada Jawaban (%)
1. Membaca
kategori pasal dari undang-undang 16 16
Pornografi
yang berbeda daripada pasal-pasal 2. Menonton
42 42
yang terdapat dalam undang- Pornografi
3. Mendengarkan
undang pornografi. Pornografi
26 26

- Razia benda-benda berbau 4. Lainnya 1 1

pornografi belum terealisasi dengan Banyak responden menghabiskan

34 Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019


Arianty Anggraeny Mangarengi

waktunya untuk melakukan kegiatan kurang mengetahui atau[un tidak


yang berhubungan dengan teknologi mengetahui sama sekali tentang
masa kini, seperti nonton, main game, UU Pornografi. Jumlah yang tidak
dan browsing internet. Suatu hal yang sebanding antara masyarakat yang
tidak mengejutkan dikarenakan era menikmati pornografi, ini dikarenakan
globalisasi saat ini, lebih banyak anak masyarakat tidak ingin dipusingkan
muda dibawah umur 17 tahun lebih dengan fakta bahwa mereka menikmati
sering menghabiskan waktu di rumah pornografi adalah sebuah bentuk
untuk melakukan hobinya, efek yang pelanggaran hukum.
sama di dapatkan oleh orang dewasa
yang makin lama semakin terjebak
dengan berbagai alat berteknologi D. KESIMPULAN
canggih yang membuat mereka lebih
1. UU Nomor 44 Tahun 2008
betah untuk melakukan kegiatan di
tentang pornografi, masih belum
dalam rumah daripada di luar rumah.
diterapkan secara efektif di kota
Tontonan pornografi mendapatkan
masyarakat, masyarakat dan
hasil terbanyak, akses untuk menonton
penegak hukum belum melihat
yang sekarang tidak terbatas hanya
arti penting dari undang-undang
dari dvd saja menjadi salah satu alasan
tersebut, dikarenakan pelanggaran
mengapa frekuensi responden tertinggi
asusila yang berhubungan dengan
di kuesioner.
pornografi masih dipandang
Tanggapan responden tentang
sebelah mata.
pertanyaan apakah mereka mengetahui
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
UU pornografi dengan tepat:
terjadinya pelanggaran kesusilaan
1. Mengetahui adanya UU 18 18
Pornografi tapi tidak
yang berhubungan dengan
mengetahui dengan tepat pornografi, adalah seabagai berikut:
2. Mengetahui adanya UU 47 47
Pornografi dan
- Faktor kesadaran hukum,
mengetahui dengan tepat melihat sampai dimana
3. Tidak mengetahui adanya UU 35 35 masyarakat menyadari hukum
Pornografi
Sumber Data: Kuesioner terhadap 100 Orang
dalam kehidupan sehari-hari.
- Faktor kepedulian hukum,
Dampak dari kurangnya sosialisasi
masyarakat tidak mempunyai
tentang adanya UU Pornogtrafi adalah
tingkatan kepedulian hukum
salah satu penunjang masyarakat
yang sama.

Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019 35


- Faktor pemahaman hukum, DAFTAR PUSTAKA
sadar dan peduli tentang
Abdul Aziz Hakim. 2011. Negara Hukum
adanya hukum belum tentu
dan Demokrasi di Indonesia. Pustaka
masyarakat peduli akan hukum
Pelajar. Yogyakarta
tersebut.
Adami Chazawi. 2009. Tindak Pidana
- Faktor budaya Negara, Pornografi. CV Putra Media Nusantara.
kebudayaan suatu Negara yang Surabaya
berbeda mempunyai dampak Azimah Soebagijo, 2008. Pornografi Dilarang
positif dan negatifnya. Tapi Dicari, Jakarta, Gema Insani
Burhan Bungin. 2005. Pornomedia:
Saran Konstruksi Sosial, Teknologi Telematika,
dan Perayaan Seks di Media Massa.
1. Disarankan kepada pemerintah Prenada Media Group. Jakarta
dan para penegak hukum untuk
H. A. W. Widjaja. 2000. Penerapan Nilai-
memberikan penyuluhan hukum Nilai Pancasila dan HAM di Indonesia.
kepada masyarakat tentang Rineka Cipta. Jakarta
dampak negatif dari pornografi Lawrence M. Friedman. 1977. Law and
baik itu kepada generasi muda saat Society, An Introduction. Prentice Hall.
ini ataupun kepada para orang tua. USA
2. Sepatutnya para penegak hukum Neng Djubaedah. 2009. Pronografi dan
yang bertempat di kota Makassar Pornoaksi (Ditinjau dari Hukum Islam).
agar mewaspadai pelanggaran Kencana Prenada Media Group.
Jakarta
pornografi yang dapat di berikan
Nicholas Carr, 2011. Internet Mendangkalkan
hukuman sesuai pasal yang berlaku
Cara Berpikir Kita, Yogyakarta, Kaifa.
di UU Nomor 44 Tahun 2008 Robert B. Seidman. 1972. Law and
Tentang Pornografi. Development: A General Model. Law
3. Masyarakat pada umumnya and Society Review
juga harus lebih peduli terhadap Satjipto Rahardjo, 2009. Hukum dan
lingkungan sekitar, bagaimana Perubahan Sosial, Yogyakarta, Genta
pergaulan anak masa kini dan juga Publishing
apa saja yang mereka lakukan di Satjipto Rahardjo. 2002. Sosiologi Hukum
dalam lingkungan dalam rumah Perkembangan, Metode dan Masalah.
Genta Publishing. Yogyakarta
ataupun di luar rumah.
Soerjono Soekanto. 2004. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.

36 Meraja Journal Vol. 2, No. 2, Juni 2019

You might also like