Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

VOLUME 6 NOMOR 1 JUNI 2019 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

MORFOLOGI SPORA DAN PERKEMBANGAN GAMETOFIT


Davallia denticulata dan Davallia trichomanoides
Spore Morphology and Gametophyte Development of Davallia denticulata
and Davallia trichomanoides
Rezika Meliza, Tatik Chikmawati*, Sulistijorini
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, 16680, Indonesia
*Email: tchikmawati@yahoo.com

ABSTRACT
Davallia denticulata and D. trichomanoides are two attractive and decorative fern species for
ornamental. Spore morphology has an important role in fern taxonomy, while media composition
has important role in the growth and development of their gametophytes. Such information on
the two fern species was lacking. Therefore, this study aimed to reveal the information of the
spore morphology and gametophyte developmental stages of D. denticulata and D.
trichomanoides on three different media. The spores were collected from Bogor, West Java. The
spores were sown in three sterile media. Spore morphology and gametophyte development were
observed under a stereoscopic microscope. Both gametophyte species reached their mature
stage at 25 weeks after planting on the different media compositions. D. denticulata showed the
best gametophyte development, and formed mature gametophytes on the media of vermiculite,
sphagnum moss, and perlite, while D. trichomanoides grew best into maturity stage on the media
containing vermiculite, and sphagnum moss. Thus, the presence of sphagnum moss in the
media is an important material for the growth and development of Davallia gametophyte.

Keywords: Davallia, development, gametophyte, growth, media

ABSTRAK
Davallia denticulata dan D. trichomanoides merupakan dua spesies tumbuhan paku yang
menarik dan indah untuk tanaman hias. Morfologi spora memiliki arti penting dalam taksonomi
tumbuhan paku, sedangkan komposisi media berperan penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan gametofitnya. Informasi seputar hal ini terkait dua spesies tumbuhan paku
tersebut belumlah ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap informasi mengenai ciri
morfologi spora dan tahapan perkembangan gametofit D. denticulata dan D. trichomanoides
pada tiga komposisi media berbeda. Pengambilan spora dilakukan di Bogor, Jawa Barat.
Spora ditumbuhkan pada tiga media steril. Morfologi spora dan perkembangan gametofit
diamati menggunakan mikroskop stereo. Kedua spesies memiliki waktu perkembangan
terbaik untuk mencapai tahap gametofit dewasa yaitu 25 minggu pada komposisi media yang
berbeda. D. denticulata berkembang dengan baik, dan membentuk gametofit dewasa pada
media vermiculite, lumut sphagnum, dan perlite. D. trichomanoides berkembang hingga tahap
gametofit dewasa dengan baik pada media vermiculite, dan lumut sphagnum. Dengan
demikian keberadaan lumut sphagnum pada media sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan gametofit Davallia.

Kata Kunci: Davallia, gametofit, media, perkembangan, pertumbuhan

Received: 02 January 2018 Accepted: 21 April 2019 Published: 17 June 2019

1
Morfologi Spora dan Perkembangan Gametofit Davallia... Meliza et al.

PENDAHULUAN manfaat sebagai tanaman obat. Rimpang dari


spesies ini digunakan untuk pengobatan
Davallia merupakan salah satu genus cacing parasit, dan daunnya dapat digunakan
dari famili Davalliaceae. Genus ini mudah sebagai antibakteri dan antifungi
dibedakan dari genus lain dari beberapa ciri (Quattrocchi 2012).
yaitu rimpang panjang menjalar, dorsi- Komposisi media berpengaruh pada
ventral, dan bersisik; helaian daun pertumbuhan dan perkembangan gametofit
monomorfik (jarang yang dimorfik) dengan spesies tumbuhan paku (Chen et al. 2008).
bangun daun segitiga, dan biasanya tersusun Contoh spora Dicksonia blumei Moore yang
atas 1-4 pinna (jarang yang tunggal) atau ditumbuhkan pada berbagai media
terbagi menyirip beberapa kali, vena bebas, menunjukkan perkecambahan dan
menggarpu atau menyirip. Sori dilindungi pertumbuhan paling baik pada media
oleh indusium berbentuk seperti piala sampai cacahan batang pakis, sedangkan
mengginjal yang terbuka ke arah ujung daun perkecambahan dan pertumbuhan paling
(Smith et al. 2006). jelek pada media kompos bambu (Hartini
Genus Davallia terdiri atas sekitar 90 2006). Pada media, spora D. blumei
spesies yang tersebar luas di daerah tropik, berkecambah menjadi sporofit muda berkisar
dengan keanekaragaman terbesar di wilayah antara 10-36 minggu. Sementara itu, spora
Malesia (23 spesies). Genus ini merupakan Lygodium circinnatum yang ditumbuhkan
tumbuhan epifit paleotropikal, yang tersebar pada media lumpur sawah menghasilkan
ke Eropa bagian Selatan Madagaskar; tropis persentase spora berkecambah lebih tinggi
dan subtropis Asia hingga Pasifik; di Asia dari dibandingkan dengan media campuran akar
India dan Ceylon, ke arah timur hingga kadaka dan serbuk batu bata (Siregar et al.
Thailand, ke utara hingga China dan Jepang; 2014). Gametofit Cyathea phalerata
di Malaysia ke arah utara hingga timur berkembang lebih cepat pada media dengan
Australia dan New Zealand; di Pasifik arah pH asam, dan menghasilkan gametofit paling
timur hingga Tahiti dan Rapa (Tryon dan banyak pada fotoperiode 6 dan 18 jam
Lugardon 1990). (Marcon et al. 2017). Perkecambahan spora
Tumbuhan dari genus Davallia sering dan perkembangan gametofit dari Asplenium
dijumpai di Indonesia, terutama spesies nidus (Praptosuwiryo 2010), Cibotium
Davallia trichomanoides, spesies ini barometz (Praptosuwiryo et al. 2015), dan
berukuran kecil hingga sedang, yang dengan Platycerum wandae (Praptosuwiryo 2017)
mudah tumbuh secara epifit pada beberapa terjadi dengan baik pada media campuran
tumbuhan atau epilitik pada berbagai jenis akar Cyathea contaminants arang sekam padi.
batu, kebanyakan pada tempat-tempat Informasi mengenai gametofit dapat
lembab, kadang pada tempat yang kering dan digunakan untuk mempelajari evolusi,
terbuka. Helaian daun D. trichomanoides filogeni, mencirikan kelompok taksonominya
menyirip ganda 3; vena berlobus tunggal atau (Haufler et al. 2016). Data gametofit juga
menggarpu, tidak mencapai tepi daun. menyediakan informasi eko-fisiologi untuk
Davallia denticulata juga mudah ditemukan membantu konservasi dan pengelolaan
sebagai tumbuhan epifit, atau tumbuhan lingkungan (Rechenmacher et al. 2010).
epilitik pada granit, batu kapur, atau Informasi pertumbuhan dan perkembangan
batupasir, dan terestrial pada beberapa jenis gametofit Davallia di Indonesia belum
tanah yang berbeda. D. denticulata memiliki tersedia. Sejauh ini penelitian mengenai
helaian daun menyirip ganda dua, mendelta; Davallia di Indonesia baru dilakukan di
vena bebas mencapai tepi daun; Sori wilayah Sumatera (Mildawati et al. 2010),
tersimpan pada ujung vena dan diapit satu yang mempelajari keanekaragaman
atau dua sisi oleh helaian daun bergigi yang morfologi Davallia di Sumatera Barat. Oleh
melengkung ke dalam (Fuwu et al. 2013). karena itu penelitian ini bertujuan untuk
Davallia denticulata dan D. trichomanoides mengungkap informasi mengenai Davallia,
memiliki daun yang indah dan menarik untuk tahapan perkembangan dan pertumbuhan
dimanfaatkan sebagai tanaman hias baik di gametofit dari D. denticulata dan D.
dalam (indoor) maupun di luar (outdoor) trichomanoides pada tiga komposisi media
ruangan (de Winter dan Amoroso 2003). yang berbeda, yaitu media pertama terdiri
Selain itu, D. trichomanoides memiliki atas vermiculite, lumut sphagnum, dan

2
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

perlite; media kedua terdiri atas vermiculite, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
dan perlite; dan media ketiga adalah Sporangium dipecah dengan bantuan jarum
vermiculite, dan lumut sphagnum. dengan cara mengetuk-ngetuk jarum pada
kaca penutup. Setelah sporangium pecah,
BAHAN DAN METODE spora dihitung dengan bantuan hand-
counter. Jumlah sporangium yang diamati
Waktu dan lokasi penelitian pada setiap individu adalah 10 sporangium.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Individu yang mempunyai 64 spora pada
Agustus 2015 - Juli 2016. Pengambilan setiap sporangiumnya dinyatakan sebagai
sampel dilakukan di kawasan Puncak, Bogor individu bertipe seksual, dan dipilih untuk
(suhu 32,9°C, kelembaban udara 74,9% dan ditumbuhkan (Evans 1964).
pH tanah 6,8), dan Kampus Institut Pertanian
Bogor (Suhu 29,9°C, kelembaban udara Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan
74,0% dan pH tanah 6,8), Jawa Barat. Media tumbuh yang disiapkan, terdiri
Pengamatan tahap perkembangan gametofit dari vermiculite, gambut, dan perlite
dan struktur reproduksi tumbuhan paku (Puspitasari et al. 2015). Sebanyak 3
dilakukan di Laboratorium Ekologi dan komposisi perlakuan media diuji, yaitu media
Sumber Daya Tumbuhan, Departemen pertama (M1) terdiri dari vermiculite:lumut
Biologi, Institut Pertanian Bogor. sphagnum:perlite, dengan perbandingan
2:2:1; media kedua (M2) terdiri dari
Pengambilan sampel vermiculite:perlite, dengan perbandingan
Lokasi pengambilan sampel 2:1; media ketiga (M3) terdiri dari
ditentukan berdasarkan studi herbarium di vermiculite:lumut sphagnum, dengan
Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu perbandingan 1:1. Media dimasukkan ke
Pengetahuan Indonesia (LIPI). dalam wadah plastik berukuran 14,5  9,5 
Pengambilan sampel dilakukan dengan 4,5 cm3, dan permukaan media dilapisi
menggunakan metode jelajah untuk kertas saring. Selanjutnya media tumbuh
mencari jenis-jenis tumbuhan paku genus disterilisasi dengan menyiram media dengan
Davallia pada setiap lokasi yang ditentukan. air mendidih, dan dibiarkan tertutup selama
Tumbuhan paku yang diambil berupa 24 jam. Spora tumbuhan paku seberat 0,002
tumbuhan paku yang memiliki organ g yang telah ditimbang menggunakan
lengkap dan menghasilkan spora.
timbangan digital, ditabur di permukaan
Pengambilan spora mengacu pada media yang telah dilapisi kertas saring.
Siregar et al. (2014). Spora diambil dari Spora yang tumbuh diamati perkembangan
daun fertil yang memiliki sporangium masak gametofitnya dengan menggunakan
berwarna kecokelatan yang terletak di mikroskop setiap minggu sekali, dan setiap
bagian bawah daun. Daun dipetik, pengamatan diamati 10 individu gametofit.
kemudian dibungkus dengan kertas koran Parameter yang diamati untuk
dan dijemur di bawah sinar matahari selama perkembangan spora yaitu waktu
satu minggu. Spora yang berwarna perkecambahan spora, waktu memasuki
kekuningan dipisahkan dari sporangium tahap filamen, laminar, warna rhizoid, bentuk
dan selanjutnya ditimbang sesuai gametofit, dan ekspresi seksual, sedangkan
kebutuhan dalam percobaan ini untuk parameter pertumbuhan yaitu jumlah sel dan
disemai. ukuran gametofit. Pengamatan
perkembangan dan pertumbuhan dilakukan
Pengamatan tipe reproduksi setiap tujuh hari sekali sampai terbentuk
Pengamatan tipe reproduksi organ seksual. Pengamatan perkembangan
dilakukan untuk memperoleh sampel dan morfologi gametofit menggunakan
dengan tipe reproduksi seksual. mikrokop stereo, selanjutnya difoto dengan
Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya (Huang et al. 2009).
penghitungan jumlah spora pada satu
sporangium mengikuti Puspitasari et al. Analisis data
(2015). Satu sporangium diletakkan di atas Percobaan dilakukan dengan
kaca benda yang telah ditetesi air, rancangan acak lengkap, dengan 6 perlakuan

3
Morfologi Spora dan Perkembangan Gametofit Davallia... Meliza et al.

dan 3 ulangan. Total unit percobaan terdiri


dari 18 unit. Data pertumbuhan gametofit
dianalisis menggunakan software Statistical
Package for the Social Sciences (SPSS) 22
dengan Analysis of Variance (ANOVA).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi spora Gambar 1. Morfologi spora: A). D. denticulata; dan B).


Morfologi spora D. denticulata dan D. trichomanoides
D. trichomanoides seksual memiliki
kesamaan ukuran (Gambar 1). Bentuk spora Perkecambahan spora jenis ini dimulai
adalah jorong, tetapi permukaan spora kedua dengan pembelahan sel di bagian ujung
jenis berbeda. Permukaan spora D. bagian polar, selanjutnya beberapa sel
denticulata lebih rata atau verrucae, membelah membentuk filamen.
sedangkan permukaan spora Perkecambahan dengan pola demikian
D. trichomanoides terlihat berkutil atau disebut tipe Vittaria (Nayar dan Kaur 1971).
verrucate. Hal ini sesuai dengan yang Waktu perkecambahan spora dari spesies ini
dijelaskan oleh Tryon dan Lugardon (1990) bervariasi, dari hari ke-8 hingga hari ke-13
bahwa Davallia memiliki spora berbentuk (Tabel 1).
jorong, dengan apertur monolet, yang Komposisi media mempengaruhi
berukuran 25-60 µm, dengan permukaan kecepatan perkecambahan spora
spora verrucae, tuberculae, dan kadang D. denticulata. Perkecambahan spora paling
berpapila. Spora yang diamati memiliki baik ditunjukkan pada media vermiculite, dan
variasi warna, yaitu berwarna kuning terang lumut sphagnum, waktu perkecambahan
untuk spesies D. denticulata, dan kuning pada hari ke-8 hingga 13, sedangkan pada 2
kecoklatan untuk spora D. trichomanoides. media lainnya spora baru berkecambah pada
hari ke-12 hingga 13 setelah semai. Hal ini
D. denticulata diduga karena media lumut sphagnum, dan
Spora D. denticulata berkecambah vermiculite memiliki lingkungan tumbuh yang
ditandai dengan munculnya bintik-bintik hijau lebih baik dibandingkan media tumbuh lain.
pada permukaan media. Pengamatan di Nayar dan Kaur (1971) menyatakan bahwa
bawah mikroskop menunjukkan adanya spora tumbuhan paku akan berkecambah
chlorocyte atau rizoid (Gambar 2) yang dengan adanya kelembaban, temperatur dan
muncul dari spora pada hari ke-8 setelah pH yang sesuai (pH 4-8), serta ketersediaan
semai. Adanya chlorocyte yang muncul cahaya yang cukup. Media tumbuh yang baik
setelah spora disemai, menandakan akan menyediakan lingkungan yang baik pula
perkecambahan telah dimulai (Ranal 1999). bagi perkecambahan spora serta

Tabel 1. Tahap perkembangan gametofit D. denticulata dan D. trichomanoides pada 3 macam media tumbuh

Tahap perkembangan gametofit


Spesies Media Spora ber- Filamen Spatula Gametofit Gametofit
kecambah (hss) (mss) (mss) muda (mss) dewasa (mss)
1 12-13 3-4 7-8 8-13 24-25
D. denticulata 2 12-13 9-10 17-18 34-35 -
3 8-13 2-3 17-19 20-23 34-35
1 6-8 4-5 22-23 25-26 32-33
D. trichomanoides 2 6-8 3-4 - - -
3 6-8 3-4 15-16 22-23 23-25

Keterangan: hss = hari setelah semai; mss = minggu setelah semai; Media 1 = vermiculite, lumut sphagnum, perlite;
Media 2 = vermiculite, perlite; Media 3 = vermiculite, lumut sphagnum

4
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

pertumbuhan bibit (Toogood 1999). Media beberapa nutrisi untuk perkecambahan spora
vermiculite, dan lumut sphagnum D. denticulata. Penelitian sebelumnya
menyediakan kebutuhan air yang cukup serta melaporkan bahwa lumut sphagnum memiliki

AR
AT

Gambar 2. Perkembangan dan morfologi gametofit Davallia denticulata: A). Spora berkecambah;
B). Tahap filamen; C). Tahap spatula; D). Gametofit muda; E). Gametofit dewasa; F). Organ
reproduksi. AT = Anteridium, AR = Arkegonium

AR

AT

Gambar 3. Perkembangan dan morfologi gametofit Davallia trichomanoides: A). Spora berkecambah; B). Tahap
filamen; C). Tahap spatula; D). Gametofit muda; E). Gametofit dewasa; F). Organ reproduksi. AT =
Anteridium, AR = Arkegonium

5
Morfologi Spora dan Perkembangan Gametofit Davallia... Meliza et al.

sifat seperti spons, yang memiliki teskstur rhizoid (Gambar 3). Spora dari tumbuhan
berserat, porositas tinggi, dan kapasitas paku jenis lain, Annogramma chaerophylla
penyimpanan air yang tinggi dengan pH yang (Pteridaceae), juga berkecambah pada hari
rendah, sedangkan vermiculite memiliki pH ke-6 setelah tanam (Luna et al. 2016).
antara 3 hingga 7,8, serta menyediakan Pada minggu ke-3 hingga 5, spora yang
beberapa nutrisi seperti Ca, Mg, dan K disemai memasuki fase yang sama, yaitu
(Landis et al. 2014). tahap pembentukan filamen (Tabel 1). Pada
Spora yang telah berkecambah media vermiculite, dan lumut sphagnum,
selanjutnya memasuki tahap filamen, yaitu perkembangan menuju tahap pembentukan
sel-sel berwarna hijau terus membelah, dan spatula lebih cepat dibandingkan dua media
membentuk seperti benang (Gambar 2). Fase lainnya. Perkembangan gametofit jenis ini
filamen setiap spora pada media tumbuh pada media vermiculite, dan perlite hanya
berbeda dicapai pada waktu yang berbeda. mencapai tahap pembentukan filamen
Spora pada media vermiculite, dan lumut (Gambar 3), dan tidak terlihat adanya
sphagnum memasuki fase filamen paling perkembangan lebih lanjut hingga minggu ke-
cepat, sedangkan spora pada media 33 penelitian.
vermiculite, dan perlite mencapai fase filamen Tahap pembentukan gametofit muda
paling lambat (Tabel 1). Setelah sel-sel pada media vermiculite, dan lumut sphagnum
membentuk benang-benang filamen, maka dicapai dalam waktu yang paling cepat (Tabel
sel-sel terus membelah dan tersusun seperti 1). Pada minggu ke-23 hingga 25 gametofit
bentuk piringan yang menyerupai spatula muda telah memasuki tahap gametofit
(Gambar 2). Pada tahap ini, spora pada dewasa (Gambar 3). Media 3 terdiri dari
media vermiculite, lumut sphagnum, dan vermiculite dan lumut sphagnum sesuai untuk
perlite memasuki tahap spatula paling cepat pertumbuhan gametofit D. trichomanoides,
dibandingkan dengan media lain. karena ketika vermiculite dicampur dengan
Pada fase gametofit muda, sel-sel peat/moss dapat menjadi media tumbuh
membelah dan membentuk lembaran kecil. untuk perkembangbiakan tanaman, sehingga
Lembaran tersebut tampak berbentuk jantung dapat memperbaiki aerasi dan menjaga
dengan warna hijau (Gambar 2). kelembaban (RIS 1999). Akan tetapi, media
Pengamatan pada spora yang disemai dalam yang terdiri dari vermiculite, lumut sphagnum,
media vermiculite, lumut sphagnum, dan dan perlite tampaknya lebih sesuai untuk
perlite, menunjukkan pada minggu minggu perkembangan gametofit D. denticulata dan
ke-8 hingga minggu ke-13 perkembangan D. trichomanoides. Secara keseluruhan hasil
spora telah mencapai tahap pembentukan pengamatan menunjukkan bahwa pada
gametofit muda. Namun, spora yang disemai tahap awal perkembangan, yaitu
pada media vermiculite dan perlite perkecambahan spora D. trichomanoides
menunjukkan perkembangan yang lebih cenderung lebih cepat dibandingkan dengan
lambat dari spora yang disemai pada dua spora D. denticulata. Namun memasuki tahap
media lainnya (Tabel1). spatula hingga gametofit dewasa, gametofit
Fase gametofit dewasa ditandai D. denticulata mengalami perkembangan
dengan terbentuknya organ seksual berupa yang lebih cepat.
anteridium dan arkegonium (Gambar 2). Pada media vermiculite dan perlite,
Pada media vermiculite, lumut sphagnum, spora D. trichomanoides mengalami
dan perlite, perkembangan gametofit perkecambahan lebih cepat dibandingkan
mencapai tahap gametofit dewasa paling dengan spora D. denticulata, namun
cepat pada minggu ke-24 hingga 25, perkembangan gametofit berhenti pada tahap
sedangkan pada media vermiculite, dan filamen. Berbeda dengan
lumut sphagnum mulai membentuk gametofit D. trichomanoides, perkembangan
dewasa pada minggu ke-34 hingga 35. D. denticulata hanya mencapai gametofit
muda, kemudian mati sebelum membentuk
D. trichomanoides organ seksual. Vermiculite dapat menambah
Spora D. trichomanoides yang disemai kapasitas menahan air pada media tumbuh,
pada tiga jenis media berkecambah dalam dan menahan nutrisi seperti K, Mg, dan Ca,
waktu yang sama yaitu pada hari ke-6 hingga sedangkan perlite merupakan material silica
8 (Tabel 1) yang ditandai dengan munculnya vulkanik yang ringan dengan porositas yang

6
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

tinggi, sifat porositasnya yang tinggi ini dapat trichomanoides yang tumbuh pada media
mengontrol kapasitas menahan air dan aerasi vermiculite, dan lumut sphagnum, dan media
(Grillas et al. 2001) media vermiculite, lumut sphagnum, dan
Spora yang disemai pada media lumut perlite memiliki jumlah sel yang lebih banyak
sphagnum dan vermiculite, menunjukkan hasil dibandingkan dengan jumlah sel pada media
perkembangan hingga mencapai tahap vermiculite, dan perlite (Gambar 4).
gametofit muda memerlukan waktu yang Pada minggu ke-10 rata-rata jumlah sel
hampir sama pada kedua spesies yaitu sekitar D. denticulata dan D. trichomanoides berbeda
23 minggu. Namun, spesies D. trichomanoides nyata, namun jumlah sel tertinggi dimiliki oleh
membentuk organ seksual atau gametofit gametofit D. denticulata yang tumbuh pada
dewasa lebih cepat dibandingkan D. media vermiculite, lumut sphagnum, dan
denticulata. Dengan demikian, keberadaan perlite. Jumlah sel semakin bertambah, dan
lumut sphagnum sangat penting dalam berbanding lurus dengan bertambahnya umur
pertumbuhan dan perkembangan gametofit gametofit. Pada minggu ke-15 dan 20,
kedua spesies Davallia. Sphagnum menjadi pertambahan jumlah sel D. denticulata pada
substrat yang baik untuk menumbuhkan media vermiculite, lumut sphagnum, dan
tanaman, karena sphagnum memiliki perlite terlihat lebih banyak dibandingkan
kemampuan menyimpan air dengan baik serta dengan dua media lainnya, sedangkan untuk
memiliki karakeristik aerasinya yang tinggi D. trichomanoides memiliki rata-rata jumlah
(Heiskanen1995). Penelitian Zaitseva (2009) sel tertinggi pada media vermiculite, dan lumut
menunjukkan bahwa sphagnum juga memiliki sphagnum (Gambar 5).
kemampuan anti jamur dan bakteri, sehingga Pertumbuhan dan perkembangan
baik digunakan untuk pertanian. gametofit sangatlah bergantung pada
ketersediaan bahan organik pada media,
Pertumbuhan gametofit dalam penelitian ini, lumut sphagnum
Gametofit D. denticulata dan berperan sebagai bahan organik pada media
D. trichomanoides pada setiap media tumbuh tanam. Bahan organik membantu dalam
memiliki jumlah sel dengan rata-rata yang penyediaan unsur hara, meningkatkan
berbeda pada setiap minggu, sesuai dengan kemampuan mengikat air, memperbesar
tingkat perkembangan gametofit. Dengan kapasitas tukar kation (KTK), serta berperan
semakin berkembangnya gametofit, maka dalam meningkatkan aktivitas mikrobia yang
jumlah sel yang menyusun gametofit juga dibutuhkan agar pertumbuhan menjadi lebih
semakin bertambah. Pada minggu ke-7, optimal. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dari
gametofit D. denticulata dan D. lumut sphagnum memiliki rentang nilai 26

5
Jumlah sel minggu ke-7

0
Dd Dt Dd Dt Dd Dt
M1 M2 M3
Perlakuan

Gambar 4. Diagram pertumbuhan sel gametofit D. denticulata dan D. trichomanoides pada minggu ke-7. D. denticulata
(Dd), D. trichomanoides (Dt). M1= vermiculite, lumut sphagnum, perlite; M2= vermiculite, perlite; M3=
vermiculite, lumut sphagnum

7
Morfologi Spora dan Perkembangan Gametofit Davallia... Meliza et al.

hingga 120 meq/100 gram (Kubota et al. Kalium berperan dalam dua proses
1993), nilai KTK ini mempengaruhi besar pada tumbuhan, yaitu biofisik dan biokimia.
kecilnya kalium yang diserap oleh tanaman, Dalam proses biofisik, kalium berperan dalam
semakin tinggi nilai KTK maka semakin besar mengendalikan tekanan osmotik, turgor sel,
kemampuan penyimpanan dan penyediaan stabilitas pH, dan mengatur air dengan
kalium (Wanarso 2005). mengontrol stomata, sedangkan pada proses

50
A
Jumlah sel pada minggu ke-10

40

30

20

10

0
Dd Dt Dd Dt Dd Dt
-10 M1 M2 M3

-20 Perlakuan

140
B
Jumlah sel pada minggu ke-15

100

60

20

Dd Dt Dd Dt Dd Dt
-20
M1 M2 M3

-60 Perlakuan

200
C
Jumlah sel minggu ke-20

150

100

50

0
Dd Dt Dd Dt Dd Dt

-50 M1 M2 M3
Perlakuan

Gambar 5. Diagram pertumbuhan sel gametofit D. denticulata dan D. trichomanoides: A). Jumlah sel minggu ke-10;
B). Jumlah sel minggu ke-15; C). Jumlah sel minggu ke-20. D. denticulata (Dd),
D. trichomanoides (Dt). M1= vermiculite, lumut sphagnum, perlite; M2= vermiculite, perlite; M3=
vermiculite, lumut sphagnum

8
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 1 Thn 2019

biokimia, kalium berperan dalam aktivitas doi:10.17660/ActaHortic.2001.548.10


enzim pada sintesis karbohidrat dan protein, Hartini S (2006) Perkecambahan spora dan
serta meningkatkan translokasi fotosintat dari siklus hidup Paku Kidang
daun (Taiz dan Zeiger 2002). (Dicksonia blumei Moore) pada
berbagai media tumbuh. Biodiversitas
KESIMPULAN 7:85-89. doi:10.13057/biodiv/d070121
Haufler CH, Pryer KM, Schuettpelz E, Sessa
Dua spesies Davallia yang diteliti, EB, Farrar DR, Moran R, Schneller JJ,
D. denticulata dan D. trichomanoides, Watkins JE Jr, Windham MD (2016) Sex
memiliki bentuk spora sama, yaitu jorong and the single gametophyte: Revising
dengan apertur monolet, yang berukuran the homosporous vascular plant life
25-60 µm. Namun, kedua spesies berbeda cycle in light of contemporary research.
pada struktur permukaan spora, permukaan BioSci 66:928-937.
spora D. denticulata adalah verrucate, doi:10.1093/biosci/biw108
sedangkan permukaan spora D. Heiskanen J (1995) Water status of
trichomanoides adalah verrucae. sphagnum peat and a peat-perlite
Spora D. denticulata dan D. mixture in containers subjected to
trichomanoides memiliki waktu irrigation regimes. Hortscience 30:281-
perkembangan terbaik untuk mencapai tahap 284. doi:10.21273/HORTSCI.30.2.281
gametofit dewasa yaitu 25 minggu pada Huang YM, Hsu SY, Huang MH, Chiou WL
komposisi media yang berbeda. D. (2009) Reproductive biology of three
denticulata berkembang dengan baik, dan Cheilanthoid ferns in Taiwan. Int J Plant
membentuk gametofit dewasa pada media Reprod Biol 1:109-116
vermiculite, lumut sphagnum, dan perlite. D. Landis TD, Jacobs DF, Wilkinson KM, Luna T
trichomanoides berkembang hingga tahap (2014) Growing media. In: Wilkinson
gametofit dewasa dengan baik pada media KM, Landis TD, Haase DL, Daley BF,
vermiculite, dan lumut sphagnum. Dumroese RK (Eds). Tropical Nursery
Keberadaan lumut sphagnum pada media Manual: A guide to starting and
sangat penting untuk pertumbuhan dan operating a nursery for native and
perkembangan gametofit Davallia. traditional plants. Pp 101-122. USDA,
Forest Service. Agriculture Handbook,
DAFTAR PUSTAKA Washington DC
Luna ML, Yanez A, Giacosa JPR, Gorrer D,
Chen G, Cheng X, Liau BD, Jiao Y (2008) Berrueta PC, Giudice GE (2016) In vitro
Comparative studies on gametophyte spore culture and reproductive aspects
morphology and development of seven of the annual fern Anogramma
species of Cyatheaceae. Amer Fern J chaerophylla (Pteridaceae). Bol Soc
98:83-95. doi:10.1640/0002- Argent Bot 51:675-682.
8444(2008)98[83:CSOGMA]2.0.CO doi:10.31055/1851.2372.v51.n4.16356
de Winter WP, Amoroso VB (2003) Plants Marcon C, Silveira T, Schmitt JL, Droste A
resources of South-East Asia. (2017) Abiotic environmental conditions
Cryptogams: ferns and fern allies. No. for germination and development of
15 (2). Prosea Foundation Bogor. gametophytes of Cyathea phalerata
Backhuys Pub, Leiden Mart. (Cyatheaceae). Acta Bot Bras
Evans AM (1964) Ameiotic alternation of 31:58-67. doi:10.1590/0102-
generations: A new life cycle in the 33062016abb0288
ferns. Science 143:261-263. Mildawati, Arbain A, Syamsuardi (2010)
doi:10.1126/science.143.3603.261 Diversitas Davallia di Sumatera Barat.
Fuwu X, Faguo W, Nooteboom HP (2013) Prosiding seminar dan rapat tahunan
Davalliaceae. Flora of China 2-3:749-757 BKS-PTN wilayah Barat ke-21; 10-11
Grillas S, Lucas M, Bardopoulou E, Mei 2010, Pekanbaru
Sarafopoulos S, Voulgari M (2001) Nayar BK, Kaur S (1971) Gametophytes of
Perlite based soilless culture systems: homosporous ferns. Bot Rev 37:295-
Current commercial applications and 396. doi:10.1007/BF02859157
prospects. Acta Hortic 548:105-114. Praptosuwiryo TN (2017) Spore germination

9
Morfologi Spora dan Perkembangan Gametofit Davallia... Meliza et al.

and early gametophyte development of gametophyte development of Cyathea


Platycerium wandae (Polypodiaceae) atrovirens (Langsd. & Fisch.) Domin
from Papua, Indonesia. Biodiversitas (Cyatheaceae) under different pH
18:175-182 doi:10.13057/biodiv/d180124 conditions. Braz J Biol 70:1155-1160.
Praptosuwiryo TN, Pribadi DO, Rugayah doi:10.1590/S1519-69842010000600004
(2015) Growth, development and RIS (1999) The economics of vermiculite. Roskill
morphology of gametophytes of golden Information Services Ltd, London
chicken fern (Cibotium barometz (L.) J. Siregar M, Ardaka IM, Siregar HM (2014)
Sm) in natural media. Biodiversitas Pengaruh jenis media dan zat pengatur
16:303-310. doi:10.13057/biodiv/d160227 tumbuh atonik terhadap perkecambahan
Praptosuwiryo TN (2010) Gametophytes of spora dan pembentukan sporofit
the bird nest ferns Asplenium nidus Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.
(Aspleniaceae) from West Kalimantan. (Schizaeaceae). Bul Kebun Raya 17:15-
Bul Kebun Raya 13:1-7. 24. doi:10.14203/bkr.v17i1.132
doi:10.14203/bkr.v13i1.63 Smith AR, Pryer KM, Schuettpelz E, Korall P,
Puspitasari DS, Chikmawati T, Praptosuwiryo Schneider H, Wolf PG (2006)
TN (2015) Gametophyte morphology A classification for extant ferns. Taxon
and development of six species of Pteris 55:705-731. doi:10.2307/25065646
(Pteridaceae) from Java Island Taiz L, Zeiger E (2002) Plant physiology.
Indonesia. J Trop Life Sci 5:98-104. Third edition. Sinauer Associates,
doi:10.11594/jtls.05.02.08 Sunderland
Quattrocchi U (2012) CRC World dictionary of Toogood AR (1999) Propagating plants. The
medicinal and poisonous plants: Royal Horticultural Society, Cambridge
common names, scientific names, Tryon AF, Lugardon B (1990) Spores of the
eponyms, synonyms, and etymology. Pteridophyta: Surface, wall structure, and
CRC Press, New York diversity based on electron microscope
Ranal, MA (1999) Effects of temperature on studies. Springer-Verlag, New York
spore germination in some fern species Wanarso, S (2005) Kesuburan tanah. Gava
from semideciduous mesophytic Forest. Media, Yogyakarta
Amer Fern J 89:149-158. Zaitseva N (2009) A polysaccharide extracted
doi:10.2307/1547349 from Sphagnum moss as antifungal
Rechenmacher CI, Schmitt JL, Droste A agent in archaeological conservation.
(2010) Spore germination and Thesis, Queen’s University, Canada

10

You might also like