Professional Documents
Culture Documents
ID Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization Terhadap Per
ID Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization Terhadap Per
ID Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization Terhadap Per
untuk mendistribusikan materi tentang manajemen di keluarga. Kemudian adanya kesediaan untuk
dan kepemimpinan strategis kepada kira-kira 6.000 didatangi dan mengikuti setiap kegiatan yang mereka
staf lokal dalam waktu lima tahun ke depan. Pada lakukan oleh tim PDR. Di awal pertemuan core team
tahun 2001, pusdiklat-kes dan universitas telah terbentuk suatu shared vision yaitu “Cianjur
melaksanakan pelatihan SLLO untuk para staf di Bangkit”, walaupun ada beberapa institusi yang tidak
tingkat kabupaten di Sukabumi dan Cianjur. Sebagai ambil bagian dalam membentuk shared vision karena
daerah kontrol, pihak Fakultas Kesehatan tidak bisa hadir. Selain itu, ada usulan atau saran
Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) yang terungkap yaitu mengenai pertemuan berkala
memberikan tawaran kepada beberapa Kabupaten yang kemudian disepakati oleh core team.
lain, dan yang pertama kali memberikan kesediaan Setelah 1 tahun perjalanan LO di Cianjur,
adalah Kabupaten Bogor. Pemilihan area kontrol ini pembelajaran yang bisa dilihat adalah pada akhirnya
didasari pada kesetaraan geografis dan kebudayaan. mereka lambat tetapi pasti, mau melakukan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah pertemuan-pertemuan LO yang dijadwalkan. Seperti
pelatihan SLLO dengan pembinaan akan pembahasan RCA tentang IPM artinya mereka
memperbaiki kinerja individu (gates fellows) dan sudah memiliki kepedulian untuk beraksi dan
institusi organisasi di tingkat kabupaten.4 berdiskusi. Selain itu, juga memperlihatkan bahwa
mereka mau datang walau tanpa ada uang transport.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Pertemuan yang dilakukan tidak terlepas dari peran
Penelitian ini adalah action research dengan seorang koordinator. Salah satu perubahan yang
disain kuasi-eksperimen, pre dan post dengan terjadi adalah adanya kepedulian untuk menjadi
kontrol. Kontrolnya bersifat unequal, mengingat tidak seseorang yang mengurusi jadwal pertemuan.
mungkin mencari lokasi wilayah yang persis sama. Perubahan individu yang sudah jelas terlihat
Kelompok pertama akan menerima pelatihan SLLO adalah ketika ada kemauan untuk melakukan
(Xa) dan pendampingan (Xb). Kelompok kedua hanya diskusi-diskusi kecil membahas RCA mengenai AKI,
akan berfungsi sebagai kelompok pengontrol. Dalam disela-sela waktu kerja, walaupun belum sampai
simbol, rancangannya adalah sebagai berikut: didapat core poblem, tetapi sudah ada keinginan
Kelompok 1: O1 Xa O2 Xb O3 yang kuat untuk mencari dan menemukan core
Kelompok 2: O4 O5 problem. Selain itu, dalam 2 kali pertemuan terakhir,
Xa adalah pelatihan dan Xb adalah pendampingan. mereka secara tidak langsung melontarkan keinginan
O1 dan O4 adalah kondisi pada awal penelitian untuk melakukan studi banding atau kunjungan ke
(individu dan institusi); O2 adalah kondisi setelah daerah yang pergerakan LO-nya sudah lebih baik.
pelatihan (individu); O3 dan O5 adalah kondisi pada
akhir penelitian (individu, peserta dan pengikutnya, Perspektif kerja
serta institusi). Penelitian ini dalam skala waktu Pada umumnya pendapat responden di
bersifat longitudinal, yaitu mulai dari awal 2004 Kabupaten Cianjur menilai diri mereka dalam hal
sampai dengan Maret 2006. Jumlah peserta perspektif kerja pada saat ini sudah lebih baik dari
penelitian ini sebanyak 30 orang per kabupaten. sebelum diberikan pelatihan LO. Mereka sudah
Untuk mengukur perubahan pada tingkat institusi, mampu berperilaku konsisten sesuai nilai dan
dipilih beberapa institusi di kabupaten, yaitu: keyakinan yang dimiliki. Tabel 1 menggambarkan
a. Tujuh institusi di Cianjur (Bappeda, Dinkes, perspektif kerja responden di Kabupaten Cianjur dan
BKKBN, PKK, RS, PMD) Kabupaten Bogor.
b. Lima institusi di Bogor (Dinkes, KPM, RS,
Bagian Sosial, Ekbang). Kepemimpinan
Penilaian responden di Kabupaten Cianjur dan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bogor terhadap tindakan kepemimpinan
1. Perubahan Individu mereka di organisasi menunjukkan nilai rata-rata
Perubahan individu yang terjadi pada setiap yang cukup baik. Pada umumnya responden telah
anggota core team masih sangat sulit diukur. Walau mampu mengambil keputusan, memahami risiko
demikian proses yang terlihat memang merupakan terhadap keputusan yang diambil, dan bersikap
suatu hal yang perlu diperhatikan. Awal perubahan proaktif terhadap penyelesaian masalah (nilai rata-
yang bisa dilihat adalah mereka berusaha untuk rata=3). Namun demikian, sebagian besar responden
memperbaiki diri pada lingkungan yang kecil yaitu menilai bahwa masih dibutuhkan waktu untuk
Tabel 1. Rata-Rata Gambaran Perspektif Kerja di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor
!
"
#
$ %
" % % %
!
"
!
$
& $ %
mengenali kekuatan pribadi dan peluang membaik. Hal ini terlihat dari rata-rata skor perilaku
pengembangannya. Tabel 2 menunjukkan gambaran responden yang menunjukkan hampir selalu
tindakan kepemimpinan responden di Kabupaten berperilaku positif dalam bekerja di kelompok (rata-
Cianjur dan Kabupaten Bogor. rata skor = 3). Namun demikian, perilaku responden
dalam kelompok yang memperlakukan orang lain
Perilaku kerja dalam kelompok sebagai individu daripada sebagai anggota kelompok
Gambaran perilaku responden ketika bekerja dan kadang-kadang masih muncul mementingkan
dalam kelompok di Kabupaten Cianjur dan Bogor, kepentingan individu . Seperti pada Tabel 3.
secara umum rata-rata pendapat responden sudah
& $ $
" $
"
% %
" % % % %
' $ " % % %
$ % % % %%
( $ % % % %
" % %
) % %
" # *
! !
!
"
! %
# !
& $
%
& $ #
! !
& # *$ $ %
+ +
%
& #
+ + % !
,+ + $
,+ + +
,+ + ! %
$ $ # + $ ! !
+ " !
+ #
# # !
!
" %
- ! !
ada kebijakan seperti Undang-Undang atau Peraturan Tabel 5 terlihat bahwa di Kabupaten Cianjur dan
Daerah yang ada di Kabupaten Cianjur dari tahun Bogor.
2004 sampai 2005.
Anggaran
2. Kabupaten Bogor Anggaran Dana Alokasi Umum (DAU)
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar
Peraturan serta kebijakan sudah mulai 23.4% selama dua tahun pada tahun 2004.
dikeluarkan untuk mempercepat proses Sementara DAU sektor kesehatan secara
pembangunan dalam upaya meningkatkan derajat keseluruhan terdapat dalam APBD kabupaten dan
kesehatan masyarakat. Seperti diketahui salah satu provinsi, jadi tidak ada DAU sektor kesehatan, yang
upaya yang dilakukan adalah keluarnya persetujuan ada DAU Pemda Kabupaten Bogor
DPRD Bogor No. 440/418-Setwan perihal Partisipasi Rp591.852.182.000,00
derah untuk ikut serta dalam penyelenggaraan
Project Health Provincial II (PHP II) dan SK Bupati Derajat kesehatan
No. 440/112/Kpts/Huk/2002 tentang Pembentukan Secara umum derajat kesehatan di Kabupaten
Unit Pelaksana Proyek Kesehatan Provinsi Bogor selama 2 tahun terakhir menunjukkan adanya
(Provincial Health Project II). Sistem diskusi dan peningkatan. Pada Tabel 6 diketahui bahwa dalam
rapat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor masih 2 tahun terakhir menunjukkan angka kematian bayi
belum membentuk pola dialog yaitu informasi yang dan ibu yang stabil namun dibandingkan tahun
didapat baru sebatas kalangan pimpinan di Dinas sebelumnya terlihat adanya penurunan angka.
Kesehatan Kabupaten Bogor. Keadaan yang cukup stabil terlihat juga pada angka
harapan hidup dan angka kematian kasar penduduk.
Iklim kerja Sementara angka cakupan imunisasi lengkap balita
Bila dilihat dari gambaran iklim organisasi di menunjukkan adanya penurunan sekitar 15 % dalam
Kabupaten Cianjur dan Bogor menurut pendapat 2 tahun terakhir.
responden yang dinilai dengan menggunakan Skala
Likert diketahui bahwa secara umum organisasi telah Perubahan kebijakan/program
cukup efektif dalam mencapai tujuan, cukup inovatif, Pembangunan masyarakat Kabupaten Bogor
dan memiliki komitmen terhadap pengembangan berdasarkan pada visi Kabupaten Bogor yaitu
seluruh staf serta mempertimbangkan kepentingan ”Mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri,
masyarakat sebelum membuat kebijakan. Pada sejahtera berlandaskan iman dan takwa”. Visi
3 * *
tersebut kemudian dijabarkan secara lebih terperinci melakukan diskusi-diskusi kecil membahas RCA
ke dalam misi sebagai berikut: mengenai AKI di sela-sela waktu kerja, walaupun
1. Melakukan reformasi pelayanan publik belum sampai didapat core poblem, tetapi sudah ada
menuju tata pemerintahan yang baik keinginan yang kuat untuk mencari dan menemukan
2. Meningkatkan profesionalisme aparatur core problem. Gambaran perspektif kerja,
dalam penyelenggaraan pemerintahan kepemimpinan, dan perilaku kerja dalam kelompok
daerah pada saat ini sudah lebih baik dari sebelum diberikan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan pelatihan LO. Mereka sudah mampu berperilaku
pendidikan dan kesehatan konsisten sesuai nilai dan keyakinan yang dimiliki,
4. Menumbuhkembangkan potensi industri, mampu mengambil keputusan, memahami risiko
pertanian dan pariwisata secara optimal dan terhadap keputusan yang diambil, dan bersikap
lestari proaktif terhadap penyelesaian masalah. Namun
5. Meningkatkan kualitas dan menata sarana, demikian, perilaku responden dalam kelompok yang
prasarana dan infrastruktur wilayah memperlakukan orang lain sebagai individu ketimbang
6. Meningkatkan kehidupan keagamaan dan sebagai anggota kelompok dan masih mementingkan
kondisi sosial kemasyarakatan. kepentingan individu kadang-kadang masih muncul.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, sudah Perubahan institusi pasca pelaksanaan SLLO
banyak produk kebijakan yang dikeluarkan juga lebih baik meskipun perubahan besar tidak
pemerintah Kabupaten Bogor. Berdasarkan data terjadi pada semua institusi anggota core team. Di
sekunder yang diperoleh dari MP Dinas Kesehatan KabupatenCianjur, perubahan institusi berjalan
Kabupaten Bogor tahun 2005 disebutkan bahwa ada lambat tapi pasti. Satu-satunya institusi yang
7 komponen kebijakan yang telah dikeluarkan yaitu: menyebarkan LO dengan memberikan pelatihan-
restrukturisasi organisasi, peningkatan dan pelatihan ke seluruh pegawai adalah BKKBN,
pengembangan manajemen sdm, pengembangan sedangkan di Kabupaten Bogor, perubahan institusi
sistem informasi kesehatan, peningkatan kerangka dinas kesehatan sudah mulai digalakkan sejak
kerja perundang-undangan, peningkatan berlakunya sistem desentralisasi.
akuntabilitas publik, peningkatan promosi kesehatan
(belum muncul perda atau surat keputusan bahwa Saran
kegiatan promosi kesehatan tersebut dapat Pelaksanaann SLLO perlu disertai dengan
dilakukan melalui kerja sama lintas sektor) dan monitoring dan evaluasi oleh pemerintah daerah
mobilisasi sumber daya. beberapa kebijakan masing-masing agar hasilnya lebih maksimal.
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 7. Pelatihan-pelatihan SLLO perlu digalakkan di seluruh
jajaran birokrasi pemerintahan sehingga masing-
KESIMPULAN DAN SARAN masing dinas dalam pemerintahan daerah lebih
Kesimpulan sinergi. Sudah seharusnya para pemimpin
Secara umum perubahan individu di Kabupaten menjalankan SLLO lebih dulu dari para staf
Cianjur dan Kabupaten Bogor setelah pelaksanaan bawahannya sebagai contoh teladan. Perlu adanya
SLLO cukup baik. Perubahan individu yang sudah reward bagi para staf ataupun instansi yang
jelas terlihat adalah, ketika ada kemauan untuk menjalankan SLLO dan menunjukkan prestasinya.
(
+
7 % ! ( #
/
.'&;
/
' ) ) + (
+
' * 0 & 0 (
.'&;