ID Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization Terhadap Per

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 11 No. 01 Maret l 2008 Halaman 14 - 20


Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization
Artikel Penelitian

TINJAUAN PELAKSANAAN STRATEGIC LEADERSHIP AND LEARNING


ORGANIZATION TERHADAP PERUBAHAN INDIVIDU DAN INSTITUSI
DI CIANJUR DAN BOGOR TAHUN 2004 - 2006

IMPLEMENTATION REVIEW STRATEGIC LEADERSHIP AND LEARNING ORGANIZATION TO


INDIVIDUAL AND INSTITUTION CHANGE IN CIANJUR AND BOGOR YEAR 2004 –2006

Dumilah Ayuningtyas, Fajar Ariyanti, Purnawan Junadi


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Depok

ABSTRACT mendiskusikan, mendialogkan dan beraksi secara bersama-


Background: Reformation’s journey made the Indonesian sama dalam menghadapi masalah bersama (RCA tentang IPM)
government system changed from centralistic to decentralist. dan terjadi perubahan institusi seperti lahirnya kebijakan lokal
Those were pushed health program’s handling changed too. dan munculnya iklim kerja yang lebih baik.
Unfortunately, the majority of health sector reformation focused Kesimpulan: Hasil penelitian ini dapat disarankan agar SLLO
for finance aspect and organization structure only and forgeted lebih dahulu diterapkan di jajaran pimpinan atas agar dapat
human resources which is the key of sources and a leadership dijadikan teladan bagi bawahannya. Selain itu, perlu reward
ability. Therefore, Decentralization Unit of The Department of bagi para staf yang mampu mengaplikasikan nilai-nilai SLLO.
Health anticipated transition with created learning organization
through Strategic Leadership and Learning Organization Kata Kunci: Strategic Leadership and Learning Organization
trainings (SLLO). Those studies have been started on January (SLLO), perubahan individu dan perubahan institusi
2004 in The Faculty of Public Health, The University of Indonesia,
with experiment area is Cianjur and control area is Bogor.
Methods: Methods research is action research and using
quasi-experiment, pre and post test design for control. The
PENGANTAR
control’s characteristic is unequal. Selama ini yang menjadi hambatan utama dalam
Result: Generally, individual changes have been occurred as efektivitas pencapaian pelayanan kesehatan bagi
have a desire and care to discuss and action together in their masyarakat tidaklah bersumber pada keterbatasan
problem (RCA about IPM). Institutional changes have been
occurred as created local’s policy and work climate better.
sumber dana dan sarana tapi justru menyangkut hal
Conclusion: Preferable SLLO have been implemented the mendasar berupa hambatan politis, birokratis dan
top leader before others to set an example for and reward for profesionalisme. Menurut Martineau1, kebanyakan
the staff that is implemented SLLO better than others. reformasi sektor kesehatan hanya terfokus pada
Keywords: Strategic Leadership and Learning Organization
aspek keuangan dan struktur organisasi, sering
(SLLO), individual changes, and institutional changes melupakan sumber daya kuncinya yaitu sumber daya
manusia dan kemampuan kepemimpinan. Padahal
sumber daya nonmaterial atau sumber daya spiritual
ABSTRAK di antaranya meliputi: visi dan pandangan jauh ke
Latar Belakang: Berjalannya reformasi menjadikan sistem depan, etos kerja, kedisiplinan, solidaritas dan
pemerintahan Indonesia berubah dari sentralistik menjadi
empati, keberpihakan pada keadilan, dan kesiapan
desentralisasi. Hal tersebut mendorong terjadinya pergeseran
penanganan program kesehatan. Sayangnya, kebanyakan membangun jaringan kerja sama adalah nilai-nilai
reformasi sektor kesehatan hanya terfokus pada aspek luhur kepemimpinan yang amat dibutuhkan untuk
keuangan dan struktur organisasi, sering melupakan sumber menghadapi tantangan dan mengatasi masalah di
daya kuncinya-yaitu sumber daya manusia dan kemampuan
sektor kesehatan.2
kepemimpinan. Oleh karena itu, Unit Desentralisasi Departemen
Kesehatan mengantisipasi transisi desentralisasi dengan Oleh karena itu, Unit Desentralisasi Departemen
membangun pembelajaran organisasi melalui kegiatan pelatihan Kesehatan menggunakan metode pembelajaran
Strategic Leadership and Learning Organization (SLLO). Studi organisasi SLLO3 guna mengantisipasi transisi
mengenai SLLO ini dilakukan pada awal Januari tahun 2004 di
desentralisasi dan bekerja sama dengan universitas
Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan area penelitian di
Kabupaten Cianjur dengan area kontrol di Kabupaten Bogor. sejak tahun 2000, Gates Institute Bloomberg School
Metode: Penelitian ini adalah action research, dengan desain Public Health, John Hopkins University
kuasi-eksperimen, pre dan post, dengan kontrol. Kontrolnya menyelenggarakan Pelatihan Nasional tentang
bersifat unequal, mengingat tidak mungkin mencari lokasi
Pembelajaran Organisasi dan Kepemimpinan
wilayah yang persis sama.
Hasil: Secara umum terjadi perubahan individu yang lebih baik Strategis (Strategic Leadership and Learning Orga-
seperti terbangun keinginan dan kepedulian core team untuk nization-SLLO). Selanjutnya universitas ditunjuk

14 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

untuk mendistribusikan materi tentang manajemen di keluarga. Kemudian adanya kesediaan untuk
dan kepemimpinan strategis kepada kira-kira 6.000 didatangi dan mengikuti setiap kegiatan yang mereka
staf lokal dalam waktu lima tahun ke depan. Pada lakukan oleh tim PDR. Di awal pertemuan core team
tahun 2001, pusdiklat-kes dan universitas telah terbentuk suatu shared vision yaitu “Cianjur
melaksanakan pelatihan SLLO untuk para staf di Bangkit”, walaupun ada beberapa institusi yang tidak
tingkat kabupaten di Sukabumi dan Cianjur. Sebagai ambil bagian dalam membentuk shared vision karena
daerah kontrol, pihak Fakultas Kesehatan tidak bisa hadir. Selain itu, ada usulan atau saran
Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) yang terungkap yaitu mengenai pertemuan berkala
memberikan tawaran kepada beberapa Kabupaten yang kemudian disepakati oleh core team.
lain, dan yang pertama kali memberikan kesediaan Setelah 1 tahun perjalanan LO di Cianjur,
adalah Kabupaten Bogor. Pemilihan area kontrol ini pembelajaran yang bisa dilihat adalah pada akhirnya
didasari pada kesetaraan geografis dan kebudayaan. mereka lambat tetapi pasti, mau melakukan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah pertemuan-pertemuan LO yang dijadwalkan. Seperti
pelatihan SLLO dengan pembinaan akan pembahasan RCA tentang IPM artinya mereka
memperbaiki kinerja individu (gates fellows) dan sudah memiliki kepedulian untuk beraksi dan
institusi organisasi di tingkat kabupaten.4 berdiskusi. Selain itu, juga memperlihatkan bahwa
mereka mau datang walau tanpa ada uang transport.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Pertemuan yang dilakukan tidak terlepas dari peran
Penelitian ini adalah action research dengan seorang koordinator. Salah satu perubahan yang
disain kuasi-eksperimen, pre dan post dengan terjadi adalah adanya kepedulian untuk menjadi
kontrol. Kontrolnya bersifat unequal, mengingat tidak seseorang yang mengurusi jadwal pertemuan.
mungkin mencari lokasi wilayah yang persis sama. Perubahan individu yang sudah jelas terlihat
Kelompok pertama akan menerima pelatihan SLLO adalah ketika ada kemauan untuk melakukan
(Xa) dan pendampingan (Xb). Kelompok kedua hanya diskusi-diskusi kecil membahas RCA mengenai AKI,
akan berfungsi sebagai kelompok pengontrol. Dalam disela-sela waktu kerja, walaupun belum sampai
simbol, rancangannya adalah sebagai berikut: didapat core poblem, tetapi sudah ada keinginan
Kelompok 1: O1 Xa O2 Xb O3 yang kuat untuk mencari dan menemukan core
Kelompok 2: O4 O5 problem. Selain itu, dalam 2 kali pertemuan terakhir,
Xa adalah pelatihan dan Xb adalah pendampingan. mereka secara tidak langsung melontarkan keinginan
O1 dan O4 adalah kondisi pada awal penelitian untuk melakukan studi banding atau kunjungan ke
(individu dan institusi); O2 adalah kondisi setelah daerah yang pergerakan LO-nya sudah lebih baik.
pelatihan (individu); O3 dan O5 adalah kondisi pada
akhir penelitian (individu, peserta dan pengikutnya, Perspektif kerja
serta institusi). Penelitian ini dalam skala waktu Pada umumnya pendapat responden di
bersifat longitudinal, yaitu mulai dari awal 2004 Kabupaten Cianjur menilai diri mereka dalam hal
sampai dengan Maret 2006. Jumlah peserta perspektif kerja pada saat ini sudah lebih baik dari
penelitian ini sebanyak 30 orang per kabupaten. sebelum diberikan pelatihan LO. Mereka sudah
Untuk mengukur perubahan pada tingkat institusi, mampu berperilaku konsisten sesuai nilai dan
dipilih beberapa institusi di kabupaten, yaitu: keyakinan yang dimiliki. Tabel 1 menggambarkan
a. Tujuh institusi di Cianjur (Bappeda, Dinkes, perspektif kerja responden di Kabupaten Cianjur dan
BKKBN, PKK, RS, PMD) Kabupaten Bogor.
b. Lima institusi di Bogor (Dinkes, KPM, RS,
Bagian Sosial, Ekbang). Kepemimpinan
Penilaian responden di Kabupaten Cianjur dan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bogor terhadap tindakan kepemimpinan
1. Perubahan Individu mereka di organisasi menunjukkan nilai rata-rata
Perubahan individu yang terjadi pada setiap yang cukup baik. Pada umumnya responden telah
anggota core team masih sangat sulit diukur. Walau mampu mengambil keputusan, memahami risiko
demikian proses yang terlihat memang merupakan terhadap keputusan yang diambil, dan bersikap
suatu hal yang perlu diperhatikan. Awal perubahan proaktif terhadap penyelesaian masalah (nilai rata-
yang bisa dilihat adalah mereka berusaha untuk rata=3). Namun demikian, sebagian besar responden
memperbaiki diri pada lingkungan yang kecil yaitu menilai bahwa masih dibutuhkan waktu untuk

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008 l 15


Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization

Tabel 1. Rata-Rata Gambaran Perspektif Kerja di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor

!
"

#
$ %
" % % %
!
"
!
$
& $ %

mengenali kekuatan pribadi dan peluang membaik. Hal ini terlihat dari rata-rata skor perilaku
pengembangannya. Tabel 2 menunjukkan gambaran responden yang menunjukkan hampir selalu
tindakan kepemimpinan responden di Kabupaten berperilaku positif dalam bekerja di kelompok (rata-
Cianjur dan Kabupaten Bogor. rata skor = 3). Namun demikian, perilaku responden
dalam kelompok yang memperlakukan orang lain
Perilaku kerja dalam kelompok sebagai individu daripada sebagai anggota kelompok
Gambaran perilaku responden ketika bekerja dan kadang-kadang masih muncul mementingkan
dalam kelompok di Kabupaten Cianjur dan Bogor, kepentingan individu . Seperti pada Tabel 3.
secara umum rata-rata pendapat responden sudah

Tabel 2 . Rata-Rata Gambaran Tindakan Kepemimpinan di Kabupaten Cianjur dan Bogor

& $ $

" $
"
% %
" % % % %
' $ " % % %
$ % % % %%
( $ % % % %
" % %
) % %

Tabel 3. Rata-Rata Gambaran Perilaku Kerja Individu dalam Kelompok


di Kabupaten Cianjur dan Bogor

" # *
! !
!
"
! %
# !
& $
%
& $ #

! !
& # *$ $ %
+ +
%
& #
+ + % !

16 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Perubahan institusi pembicara yang menyebarkan materi-materi LO ke


Perubahan besar memang tidak terjadi pada petugas lapangan mereka, terutama yang berkaitan
semua institusi anggota core team. Namun, dengan pengembangan pribadi. Mereka juga
walaupun perubahan tersebut sangat kecil ternyata melakukan penerapan pembuatan RCA mengenai
merupakan momentum untuk melakukan perubahan peningkatan IPM dan membahas mengenai
lebih baik dalam skala yang lebih besar. Perubahan rendahnya KIE di lingkungan BKKBN dan bisa
lain yang terlihat adalah adanya kesediaan dari mengajak petugas BKKBN yang lain dalam
institusi untuk dijadikan tuan rumah dalam pembuatan RCA.
melakukan kegiatan pertemuan.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
1. Kabupaten Cianjur Mekanisme kerja yang ada di RSUD selama
Dinas Kesehatan pengamatan sementara seperti membentuk dua
Pada tahun pertama pasca LO hubungan antar bidang yaitu medis dan non medis. Hal ini terlihat
satu subdin dengan subdin lainnya tidak berjalan dari rapat berkala yang dilakukan secara terpisah
harmonis (Dinkes memiliki 6 subdin yaitu; bina yaitu rapat berkala tim medik dan non medik. Di
program dan SKD, bina kesehatan masyarakat, RSUD, anggota core team melakukan pengajuan
farmasi, kesehatan lingkungan, pencegahan usulan kepada direktur untuk perbaikan visi RS sesuai
pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan). dengan tahapan yang diberikan melalui workshop,
Dari beberapa sumber yang ditanya tentang usulan tersebut, walaupun memang sampai
komunikasi antar subdin menyatakan kurang sekarang revisi belum juga dijalankan.
harmonisnya komunikasi antar subdin.
Secara keseluruhan, jika masing-masing Bappeda, PKK, dan PMD
peserta ditanya tentang LO, mereka antusias bahwa Untuk pengamatan di Bappeda secara institusi
memang perlu adanya perbaikan dari sistem yang tidak dilakukan karena pengamatan yang selama
sudah dan sedang berjalan, namun mereka belum ini dilakukan hanya ditujukan pada 2 orang personel
mengetahui bagaimana aksi yang mesti dilakukan. Bappeda. Begitu pula dengan organisasi PKK.
Mereka masih memiliki model mental bahwa ada Namun selama pengamatan berjalan institusi PMD
yang disebut atasan dan bawahan, ada jabatan selalu melakukan kerja sama lintas sektor, terlihat
stuktural dan petinggi di atas mereka sebagai dari beberapa kegiatan yang diikuti oleh tim
pembuat kebijakan, sehingga model mental dari pengamat.
mereka yang beranggapan “saya hanya staf”, seperti
ungkapan salah satu pegawai: Derajat kesehatan
Dari data yang tersedia mengenai derajat
“saya ini apa sich, saya cuma staf di sini, kesehatan di Kabupaten Cianjur dapat diketahui
saya tak punya jabatan ataupun anak buah,
jadi yach nurut sajalah apa yang disuruh oleh bahwa angka kematian bayi pada tahun 2004
atasan” meningkat sekitar 15% dibandingkan tahun 2003.
Sementara angka kematian ibu cenderung menurun.
mengakibatkan sangatlah tidak pantas dan bukan Seperti terlihat pada Tabel 4.
pada tempatnya jika mereka mengusulkan sesuatu
yang sebenarnya menurut mereka baik untuk Anggaran
dilaksanakan. Pada tahun kedua pasca LO mulai Anggaran Dana Alokasi Umum (DAU)
terlihat perubahan yang walaupun sedikit tapi sangat Kabupaten Cianjur mengalami peningkatan sebesar
berarti yaitu mulai terjalin kembali komunikasi antar 13.9% pada tahun 2003 dan 22.5% pada tahun 2004.
subdin dengan mulai terlihat adanya dialog-dialog Sementara DAU sektor kesehatan meningkat
informal yang dilakukan. Selain itu, hubungan lintas sebesar 4.2% pada tahun 2004.
sektor mulai terlihat nyata.
Perubahan kebijakan/program
BKKBN Sejalan dengan UU No. 22 dan 25/1999 tentang
Pada awal pengamatan dimulai, BKKBN Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan
merupakan satu-satunya institusi yang mulai antara Pusat dan Daerah bahwa kabupaten
menyebarkan LO dengan memberikan pelatihan ke mempunyai peluang sekaligus tantangan untuk
seluruh pegawai BKKBN. Mereka melakukan menyusun pembangunan kesehatan yang spesifik
penyebaran hal-hal mengenai LO di lingkungan daerah guna meningkatkan derajat kesehatan
mereka. Jika ada rapat instansi mereka menjadi masayarakat yang optimal. Sampai saat ini belum

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008 l 17


Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization

Tabel 4. Rata-Rata Gambaran Iklim Organisasi di Kabupaten Cianjur dan Bogor

,+ + $
,+ + +
,+ + ! %
$ $ # + $ ! !
+ " !
+ #
# # !
!
" %
- ! !

ada kebijakan seperti Undang-Undang atau Peraturan Tabel 5 terlihat bahwa di Kabupaten Cianjur dan
Daerah yang ada di Kabupaten Cianjur dari tahun Bogor.
2004 sampai 2005.
Anggaran
2. Kabupaten Bogor Anggaran Dana Alokasi Umum (DAU)
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar
Peraturan serta kebijakan sudah mulai 23.4% selama dua tahun pada tahun 2004.
dikeluarkan untuk mempercepat proses Sementara DAU sektor kesehatan secara
pembangunan dalam upaya meningkatkan derajat keseluruhan terdapat dalam APBD kabupaten dan
kesehatan masyarakat. Seperti diketahui salah satu provinsi, jadi tidak ada DAU sektor kesehatan, yang
upaya yang dilakukan adalah keluarnya persetujuan ada DAU Pemda Kabupaten Bogor
DPRD Bogor No. 440/418-Setwan perihal Partisipasi Rp591.852.182.000,00
derah untuk ikut serta dalam penyelenggaraan
Project Health Provincial II (PHP II) dan SK Bupati Derajat kesehatan
No. 440/112/Kpts/Huk/2002 tentang Pembentukan Secara umum derajat kesehatan di Kabupaten
Unit Pelaksana Proyek Kesehatan Provinsi Bogor selama 2 tahun terakhir menunjukkan adanya
(Provincial Health Project II). Sistem diskusi dan peningkatan. Pada Tabel 6 diketahui bahwa dalam
rapat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor masih 2 tahun terakhir menunjukkan angka kematian bayi
belum membentuk pola dialog yaitu informasi yang dan ibu yang stabil namun dibandingkan tahun
didapat baru sebatas kalangan pimpinan di Dinas sebelumnya terlihat adanya penurunan angka.
Kesehatan Kabupaten Bogor. Keadaan yang cukup stabil terlihat juga pada angka
harapan hidup dan angka kematian kasar penduduk.
Iklim kerja Sementara angka cakupan imunisasi lengkap balita
Bila dilihat dari gambaran iklim organisasi di menunjukkan adanya penurunan sekitar 15 % dalam
Kabupaten Cianjur dan Bogor menurut pendapat 2 tahun terakhir.
responden yang dinilai dengan menggunakan Skala
Likert diketahui bahwa secara umum organisasi telah Perubahan kebijakan/program
cukup efektif dalam mencapai tujuan, cukup inovatif, Pembangunan masyarakat Kabupaten Bogor
dan memiliki komitmen terhadap pengembangan berdasarkan pada visi Kabupaten Bogor yaitu
seluruh staf serta mempertimbangkan kepentingan ”Mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri,
masyarakat sebelum membuat kebijakan. Pada sejahtera berlandaskan iman dan takwa”. Visi

Tabel 5. Data Derajat Kesehatan di Kabupaten Cianjur


!""! !""# !""$ !""%
./& % %0 ! %0 0 1.
./.&. 1. 1.
./2 0 ! 0 0 1.
. 1. 1.
3 % % 1.
Keterangan: *(AKB) pada tahun 2000 tercatat 68.30 per-1000 kelahiran hidup pada tahun 2001 menurun menjadi 67.62
per-1000 kelahiran. *Angka Harapan hidup (AHH) pada tahun 2001 63.93 tahun (sumber renstra Kabupaten Cianjur
2001-2005)

18 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 6. Derajat Kesehatan di Kabupaten Bogor


!""! !""# !""$
. / & 4./&5 ! * *!! !!
%% %%% /6
./.&. % 6 &
7 4%*% !05 4 5
%
. / 2 4./25 % %
%% %%% /6 4)/-( !5 4) %% 5 4) %% 5
. / /
%%%
7 %
7 % %!!
'
%%!* .//8 *

3 * *

tersebut kemudian dijabarkan secara lebih terperinci melakukan diskusi-diskusi kecil membahas RCA
ke dalam misi sebagai berikut: mengenai AKI di sela-sela waktu kerja, walaupun
1. Melakukan reformasi pelayanan publik belum sampai didapat core poblem, tetapi sudah ada
menuju tata pemerintahan yang baik keinginan yang kuat untuk mencari dan menemukan
2. Meningkatkan profesionalisme aparatur core problem. Gambaran perspektif kerja,
dalam penyelenggaraan pemerintahan kepemimpinan, dan perilaku kerja dalam kelompok
daerah pada saat ini sudah lebih baik dari sebelum diberikan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan pelatihan LO. Mereka sudah mampu berperilaku
pendidikan dan kesehatan konsisten sesuai nilai dan keyakinan yang dimiliki,
4. Menumbuhkembangkan potensi industri, mampu mengambil keputusan, memahami risiko
pertanian dan pariwisata secara optimal dan terhadap keputusan yang diambil, dan bersikap
lestari proaktif terhadap penyelesaian masalah. Namun
5. Meningkatkan kualitas dan menata sarana, demikian, perilaku responden dalam kelompok yang
prasarana dan infrastruktur wilayah memperlakukan orang lain sebagai individu ketimbang
6. Meningkatkan kehidupan keagamaan dan sebagai anggota kelompok dan masih mementingkan
kondisi sosial kemasyarakatan. kepentingan individu kadang-kadang masih muncul.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, sudah Perubahan institusi pasca pelaksanaan SLLO
banyak produk kebijakan yang dikeluarkan juga lebih baik meskipun perubahan besar tidak
pemerintah Kabupaten Bogor. Berdasarkan data terjadi pada semua institusi anggota core team. Di
sekunder yang diperoleh dari MP Dinas Kesehatan KabupatenCianjur, perubahan institusi berjalan
Kabupaten Bogor tahun 2005 disebutkan bahwa ada lambat tapi pasti. Satu-satunya institusi yang
7 komponen kebijakan yang telah dikeluarkan yaitu: menyebarkan LO dengan memberikan pelatihan-
restrukturisasi organisasi, peningkatan dan pelatihan ke seluruh pegawai adalah BKKBN,
pengembangan manajemen sdm, pengembangan sedangkan di Kabupaten Bogor, perubahan institusi
sistem informasi kesehatan, peningkatan kerangka dinas kesehatan sudah mulai digalakkan sejak
kerja perundang-undangan, peningkatan berlakunya sistem desentralisasi.
akuntabilitas publik, peningkatan promosi kesehatan
(belum muncul perda atau surat keputusan bahwa Saran
kegiatan promosi kesehatan tersebut dapat Pelaksanaann SLLO perlu disertai dengan
dilakukan melalui kerja sama lintas sektor) dan monitoring dan evaluasi oleh pemerintah daerah
mobilisasi sumber daya. beberapa kebijakan masing-masing agar hasilnya lebih maksimal.
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 7. Pelatihan-pelatihan SLLO perlu digalakkan di seluruh
jajaran birokrasi pemerintahan sehingga masing-
KESIMPULAN DAN SARAN masing dinas dalam pemerintahan daerah lebih
Kesimpulan sinergi. Sudah seharusnya para pemimpin
Secara umum perubahan individu di Kabupaten menjalankan SLLO lebih dulu dari para staf
Cianjur dan Kabupaten Bogor setelah pelaksanaan bawahannya sebagai contoh teladan. Perlu adanya
SLLO cukup baik. Perubahan individu yang sudah reward bagi para staf ataupun instansi yang
jelas terlihat adalah, ketika ada kemauan untuk menjalankan SLLO dan menunjukkan prestasinya.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008 l 19


Dumilah Ayuningtyas, dkk.: Tinjauan Pelaksanaan Strategic Leadership and Learning Organization

Tabel 7. Perubahan Kebijakan di Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor 2004 - 2005


& '
!""$ !""%
' ) $ '' 1 $ '' 1 %% ( $
/ %%
& ; %
/ " 8
/ " / " 8 "
9 "
" ' $
! $
% $
9 8
* 3
9 8 : ' ( ;
43'(;5 /
3'(;
3'( ! %

(
+

; ' ' ' (


/
' 6
' 6 & )
& 4'6&)5
) 4'6&)5 ' :
' : '
' + #
+ #

7 % ! ( #
/

.'&;
/
' ) ) + (
+
' * 0 & 0 (

.'&;

KEPUSTAKAAN 3. Vassalou Leda, “The Learning Organization in


1. Martineau T. dan J. Buchan, “HR and The Health Care Services: Theory and Practice”,
Success of Health Sector Reform”, 128th Annual Journal of European Industrial Training,
Meeting of the American Public Health 2001:354-65
Association, Boston, 12-16 November 2000. 4. Borins Sandford, Leadership and Innovation in
2. Martinez J and Martineau T. Rethinking human The Public Sector, “Leadership and Innovation in
resources: an agenda for the millennium, Health The Public Sector”, Leadership and Organization
Policy Planning, 1998;14(4): 345-8. Development Journal, 2002: 467-76

20 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 1 Maret 2008

You might also like