Professional Documents
Culture Documents
ID None
ID None
Abstract
Child sexual abuse is a worldwide problem. Although most studies on the longterm
consequences of child sexual abuse have focused on women, sexual abuse of both boys and girls
is common. Peer sexual abuse in schools was an often overlooked problem that contributes to a
hostile school environment: one major study found that 85% of girls and 76% of boys reported
experiencing some form of sexual abuse in school. 85% of child sexual abuse is committed by
relatives, close family friend or an adult that the child knows and trusts. The childhood sexual
abuse variables taken into account are commonly age of onset, duration, abuse forms and
relationship between the child and the perpetrator.
The objective of this study was to gather information or opinion about sexual abuse
concept, methods and media of the elementary students, parents, teachers and experts. A
qualitative study, involving one to one interviews, was conducted with 7 experts, focus group
discussion with 40 elementary students, and with 40 parents in Yogyakarta district about
child sexual abuse issues. Data were analysed according to Miles and Huberman’s data
reduction, data display and conclusion verification process. These findings strongly indicate
that boys and girls are vulnerable to this form of childhood sexual abuse ; the similarity in the
likelihood for multiple behavioral, mental and social outcomes among men and women suggest
the need to identify and treat all adults affected by child sexual abuse. Themes related to the
child sexual abuse were: paperwork design, good facilitator, guidelines for students, parents
and teachers.
Students prefer media that can help them understand concept with komik paperwork as
media for early prevention. Parents, teachers and experts prefer that this prevention program
can run as soon. With careful paperwork design and evaluation of prevention program, the
success of program implementation can be enhanced.
Keywords: child sexual abuse, early prevention, qualitative approach
Pemerintah1 Indonesia telah menyata, World Fit for Children (WFC) dalam 27 th
kan komitmennya terhadap deklarasi A United Nations General Assembly Special
Session on Children pada tahun 2001.
Dengan demikian Indonesia diharapkan
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilaku,
menyusun suatu program nasional bagi
kan dengan menghubungi: ira_paramastri@yahoo
.com anak. Terdapat 4 bidang pokok yang
1
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO
2 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE
JURNAL PSIKOLOGI 3
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO
untuk mencapai tujuan, implementasi dan Subjek penelitian terdiri dari anak,
evaluasi. anak berusia 9 – 10 tahun yang duduk di
Berdasarkan kerangka konsep tersebut kelas 4 SD yang dipilih secara purposif.
disusun pertanyaan penelitian sebagai Jumlah subjek tidak ditentukan, hal ini
berikut: (a) Bagaimana pendapat siswa dan sesuai dengan batasan subjek penelitian
siswi kelas 4, orangtua siswa kelas 4 dan pada penelitian kualitatif, yaitu bahwa
guru kelas 4 SD tentang prevensi dini jumlah subjek tidak ditentukan. Batasan
terhadap kekerasan seksual pada anak?; (b) yang lebih penting berkaitan dengan
Bagaimana pandangan ahli psikologi anak, penelitian kualitatif ini adalah kejenuhan
antropolog kesehatan, ahli hukum anak, data (Moleong, 1996).
polisi, LSM pemerhati kekerasan seksual Selain siswa dan siswa kelas 4 SD,
pada anak dan perancang grafis terhadap penelitian ini melibatkan guru kelas 4 SD
program prevensi dini terhadap kekerasan yang dipilih sesuai dengan SD yang siswa,
seksual pada anak?; dan (c) Bagaimana nya terpilih sebagai subjek dan orang tua
bentuk media promosi yang sesuai untuk siswa dan siswi kelas 4 yang terpilih
kelengkapan program prevensi dini sebagai subjek. Untuk mengetahui opini
terhadap kekerasan seksual pada anak? kelayakan program dan kesesuaian metode
dan media dilakukan pengumpulan data
pada psikolog anak, dokter anak, hukum,
Metode
antropologi kesehatan, polisi serta peran,
Penelitian ini merupakan penelitian cang grafis.
kualitatif. Lokasi penelitian adalah SD di Instrumen utama pada penelitian
Kota Yogyakarta. Penentuan SD yang kualitatif adalah peneliti, dengan beberapa
dipilih sebagai lokasi penelitian dilakukan instrumen lain yang digunakan dalam
secara purposif. Pertimbangan pemilihan penelitian ini yaitu panduan wawancara
lokasi penelitian adalah faktor risiko keja, mendalam dan panduan diskusi kelompok
dian kekerasan seksual pada anak. Bebera, terarah (dibuat oleh peneliti) serta kamera,
pa literatur menyebutkan bahwa faktor tape recorder, dan kaset.
risiko kejadian kekerasan seksual pada
Instrumen penelitian yang berupa
anak meliputi status sosial ekonomi, dan
panduan diskusi kelompok terarah (DKT)
lokasi tempat tinggal (dengan budaya yang
diujicobakan pada siswa kelas 4, orangtua
mewarnainya). Oleh karena itu, lokasi
siswa kelas 4 dan guru kelas 4 SD Bangirejo
variasi status sosial ekonomi mengacu pada
1 Yogyakarta, sedangkan instrumen pan,
BOS. Berdasarkan variasi tersebut, maka
duan wawancara mendalam diujicobakan
beberapa SD yang terpilih menjadi lokasi
pada psikolog anak, dan dokter anak.
penelitian adalah: SD Negeri Rejowinangun
II, SD Negeri Lempuyangan I, SD Negeri Berdasarkan hasil ujicoba pedoman
Tahunan II dan SD Netral C. Selain itu DKT dan wawancara mendalam diperoleh
karena perkembangan jumlah korban hasil sebagai berikut: (a) Subjek untuk DKT
kekerasan seksual pada anak yang cukup yang terdiri atas siswa dan siswi sebaiknya
pesat di Yogyakarta (komunikasi pribadi dipisah, karena mempertimbangkan kera,
dengan psikolog anak dan ketua LPA). hasiaan dan kenyamanan dalam mengung,
Terpilihnya siswa dan siswi kelas 4 SD kapkan opini; (b) Jenis kelamin fasilitator
karena mewakili anak,anak. sebaiknya sama dengan subjek, misalnya
subjek DKT siswa, maka fasilitator juga
laki,laki dan sebaliknya; (c) Istilah keke,
4 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE
rasan seksual kurang familiar (kurang adalah teknik untuk mengambil kesim,
dikenal) bagi siswa dan siswi SD sehingga pulan dengan mengidentifikasi karakte,
diusulkan memakai istilah pelecehan ristik,karakteristik khusus suatu pesan
seksual; (d) Subjek mengusulkan sedikit secara objektif dan sistematis. Analisis isi
permainan sebelum DKT, sehingga suasana dilakukan melalui tahapan pengumpulan
DKT lebih relaks; dan (e) Berdasarkan data, reduksi data, penyajian data dan
wawancara mendalam dengan guru, maka penarikan kesimpulan (Miles & Huberman,
diusulkan setiap menerima informasi dari 1992). Penyajian data secara naratif dan
siswa dan siswi agar selalu meminta menggunakan teknik pemeriksaan keab,
konfirmasi guru maupun orangtua siswa sahan data.
dan siswi. Penelitian ilmiah mensyaratkan bahwa
Data dikumpulkan melalui DKT dan data yang dihasilkan harus memenuhi kri,
wawancara mendalam yang telah direvisi teria keabsahan data. Penelitian kualitatif,
setelah ujicoba pada subjek. Alat pengum, mensyaratkan empat kriteria yang dapat
pul data yang digunakan adalah panduan digunakan sebagai pemeriksaaan keabsah,
DKT, panduan wawancara mendalam serta an tersebut. Empat kriteria tersebut adalah
alat perekam, baik alat perekam gambar kredibilitas, transferabilitas, dependensitas
(kamera) maupun alat perekam suara (tape dan kepastian (Moleong, 1996), Kredibilitas
recorder dan kaset). Pada proses pengam, data pada penelitian ini dilakukan melalui
bilan data secara kualitatif, tidak terdapat triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
batasan yang baku mengenai jumlah subjek pemeriksaan keabsahan data dengan
dan berapa kali data tersebut harus digali, memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
batasannya adalah ketika telah tercapai data. Hal ini dilakukan untuk keperluan
kejenuhan data. pengecekan atau sebagai pembanding
DKT dilaksanakan kepada siswa dan terhadap data yang diperoleh.
siswi kelas 4, orangtua siswa kelas 4 dan Triangulasi yang dilakukan adalah
guru kelas 4 SD, serta para ahli. Pemilihan triangulasi metode dan sumber. Triangulasi
sekolah sebagai subjek penelitian ini metode dilakukan dengan membandingkan
dilakukan secara purposif. Peserta DKT antara metode wawancara mendalam
sebanyak 6, 8 orang, karena suatu kelom, dengan DKT. Triangulasi sumber dilaku,
pok DKT efektif jika pesertanya tidak kan dengan melakukan wawancara menda,
terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. lam dan DKT pada berbagai sumber yang
Wawancara mendalam dilakukan kepada berbeda.
subjek penelitian, yang terdiri atas psikolog
anak, dokter anak, antropolog kesehatan,
Diskusi
polisi, hukum dan LSM pemerhati keke,
rasan seksual pada anak. Wawancara men, Subjek utama adalah siswa (laki,laki
dalam dilakukan sebagai penggalian data dan perempuan) kelas 4 SD di empat SD di
awal maupun sebagai sarana triangulasi. Kota Yogyakarta sejumlah 80 orang, dan
Data yang dikumpulkan direkam seca, subjek pendukung meliputi guru kelas 4
ra audio dan rekaman ditranskrip. Data SD, psikolog anak, ahli hukum anak, dokter
hasil transkrip diberi koding sesuai dengan anak, polisi yang menangani kekerasan
pedoman koding kualitatif, setelah itu seksual pada anak, LSM yang bergerak di
dilakukan kategorisasi dan analisis isi. bidang anak, dan disain grafis untuk anak
Menurut Chadwick, et al. (1991) analisis isi sejumlah 7 orang. Secara lebih lengkap
JURNAL PSIKOLOGI 5
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO
gambaran subjek ini dapat dicermati pada sama dengan pelecehan seksual yaitu
tabel 1 dan 2 berikut. bentuk dari hal,hal yang berbau jorok
Subjek siswa laki,laki dan perempuan (saru), seksi, pornoaksi dan pornografi.
seimbang. Sementara itu, subjek pendu, Meskipun banyak media massa baik visual
kung lainnya, sebagian besar adalah maupun audio visual sering menampilkan
perempuan. Subjek pendukung ini umum, masalah kekerasan seksual pada anak.
nya telah lama menggeluti masalah Namun demikian, intensitas media tersebut
kekerasan seksual pada anak,anak, baik belum dapat memenuhi kebutuhan
dari sisi medis, psikologi, maupun hukum. masyarakat tentang hal,hal yang berkaitan
dengan kekerasan seksual pada anak.
Pemahaman dan Opini subjek mengenai Hal tersebut berdampak pada
kekerasan seksual pada anak pemahaman yang berbeda,beda terhadap
terminologi kekerasan seksual pada anak.
Istilah kekerasan seksual pada anak Pada kelompok siswa, umumnya mereka
belum begitu akrab dengan subjek, baik rancu antara kekerasan seksual dengan
anak maupun orang tua. Sebagian subjek kekerasan secara umum. Arti kekerasan
mengatakan bahwa kekerasan seksual seksual bagi mereka juga sama dengan
Tabel 1
Distribusi subjek penelitian berdasarkan DKT
Tabel 2
Distribusi subjek penelitian berdasarkan wawancara mendalam
No Jenis pengumpulan data Jenis informan Jumlah informan
Wawancara mendalam - dokter anak 7 orang
- psikolog anak
- pakar hukum anak
- aktivis LSM pemerhati anak
- desain grafis untuk anak
- Polisi yang menangani
kekerasan seksual pada anak
- Guru kelas 4
6 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE
JURNAL PSIKOLOGI 7
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO
rasan seksual pada anak, termasuk yang marah,marah dan saya pukul dan saya
terjadi di Yogyakarta. Hal tersebut dite, tarik dia...
ngarai dengan semakin banyaknya kasus,
kasus yang ditampilkan oleh media massa Pelaku Kekerasan Seksual pada anak,anak
dan juga meningkatnya jumlah kasus yang di Kota Yogyakarta
ditangani oleh subjek penelitian pendu,
kung. Data kekerasan seksual pada anak Menurut subjek, korban dari pelecehan
yang dikumpulkan oleh Rifka Annisa dari dan kekerasan seksual pada anak paling
tahun 2000 sampai dengan 2007 menun, banyak adalah perempuan, meskipun tidak
jukkan usia 5, 12 tahun sebanyak 16%, usia dipungkiri terjadi pada anak laki,laki.
12 – 15 tahun sebesar 12%, usia 15 – 18 Sementara itu, pelakunya laki,laki atau
tahun sebanyak 13,76%. perempuan. Beberapa kejadian kekerasan
seksual pada anak justru dilakukan oleh
Apabila dilihat dari prosentase usia
perempuan, dan bahkan terdapat kasus
pelaku, maka sebagian besar (31,60%) tidak
yang dilakukan oleh teman sebaya perem,
diketahui secara pasti, namun masih
puan. Meskipun memang kekerasan sek,
terdapat kemungkinan bahwa sesungguh,
sual masih pada tataran pelecehan seksual,
nya jumlah kasus yang nyata terjadi di
seperti menyingkap rok (baju perempuan
lapangan tidak meningkat, tetapi karena
bagian bawah) agar terlihat pakaian
adanya perubahan budaya masyarakat
dalamnya. Alasan pelaku melakukan hal
sehingga mereka berani melaporkan kasus
tersebut adalah iseng dan sering melihat
yang menimpanya. Hal tersebut karena
orang lain melakukan hal yang sama,
memang kejadian kekerasan seksual terse,
sebagaimana pernyataan subjek berikut:
but hingga saat ini masih merupakan
fenomena gunung es. Meskipun jumlah Ya.. iseng aja Mbak. Khan cuma buat
kasus yang dilaporkan makin meningkat, gojek, jadi kita semua bisa tertawa..
namun demikian hal tersebut belum ha..ha.., tapi kemaren saya terus dimarahi
merupakan angka yang sesungguhnya. sama ibu...
Kejadian kekerasan seksual terjadi baik Satu hal yang menjadi catatan adalah
di rumah dan maupun di sekolah. Bentuk, bahwa pelaku kekerasan seksual biasanya
bentuk kekerasan seksual sangat bervariasi. berasal dari kelompok orang,orang yang
Kekerasan seksual di sekolah, berupa kata, tidak memiliki pendidikan (atau berpendi,
kata yang melecehkan (ungkapan ”mon, dikan rendah) dan yang berusia lebih
tok”, dan seksi), ancaman mau dilecehkan tua/dewasa/besar.
(ungkapan ”awas jika tidak mau akan Selain itu, secara umum subjek meya,
dicolek atau dicium”), dicolek, ditiduri kini bahwa pelaku kekerasan seksual pada
(masih dengan pakaian), disingkap roknya, umumnya justru dilakukan oleh orang,
dipegang alat kelaminnya, dan dicium orang yang dekat dengan korban, baik
sebagaimana pernyataan subjek berikut: dekat secara fisik (lokasi:tetangga), ataupun
Pernah saat mau les dan baru kami bertiga dekat secara emosi (keluarga, teman, bah,
yang datang. Yang lain masih belum kan mungkin guru), sebagaimana penya,
datang, waktu itu hujan, terus dia mendo, taan subjek berikut:
rong temanku diatas meja.... setelah Untuk kekerasan seksual pada anak yang
temanku jatuh, diapun segera tidur diatas, dilakukan oleh orang yang tidak dikenasl
nya. Tapi saya khan galak tho Mbak.. saya justru jarang terjadi, hal ini berbeda
8 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE
dengan kasus yang terjadi pada orang Penanganan Kekerasan Seksual pada Anak,
dewasa... anak di Kota Yogyakarta
JURNAL PSIKOLOGI 9
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO
Sementara itu, pemerhati hukum anak hal,hal yang boleh dan tidak boleh dilaku,
lebih cenderung untuk menangani masalah kan. Bahkan terdapat orang tua yang telah
hukumnya, sedangkan untuk masalah yang membekali anaknya untuk berperilaku
lain, biasanya mereka merujuk ke ahli lain. asertif berkaitan dengan masalah kekerasan
Proses penangannya biasanya dilakukan seksual ini. Sebagai contoh, beberapa orang
hingga korban dapat kembali hidup tua telah mengajarkan agar menunjukkan
normal. respon tidak suka jika ada lawan jenis yang
menciumnya, atau meraba tempat,tempat
Pendidikan seksual pada anak,anak prelu yang tidak semestinya. Namun memang
dilakukan sedini mungkin, dengan kelompok ini merupakan kelompok yang
pemilihan waktu yang tepat kecil artinya baru sebagian kecil yang telah
mengajarkan asertivitas kepada putra
Pendidikan, termasuk pendidikan sek, putrinya. Selain itu, perbedaan batasan
sual kepada anak,anak dilakukan oleh tentang pelecehan/kekerasan seksual yang
orang tua dan juga lembaga pendidikan dimiliki oleh masing,masing individu/
(sekolah). Masing,masing keluarga memi, keluarga juga menyebabkan pendidikan
liki kebiasaan yang berbeda mengenai hal yang berbeda,beda.
ini. Pada tahap yang paling awal, pendi,
Sebagian subjek penelitian menegas,
dikan seksual bagi anak, pada umumnya
kan bahwa semestinya pendidikan menge,
diberikan oleh keluarga. Misalnya saja saat
nai seksual ini disampaikan oleh sekolah,
mengenalkan mengenai jenis kelamin, laki,
yaitu disampaikan pada mata pelajaran
laki dan perempuan.
budi pekerti (yang dulu pernah ada)
Lebih lanjut mengenai cara mengajar, ataupun disisipkan pada mata pelajaran
kannya juga sangat bervariasi, namun biologi. Hanya, memang tidak perlu dibuat
secara umum mereka mengajarkan secara satu mata pelajaran tersendiri untuk
informal. Ada yang menggunakan cerita, masalah seksual. Edukasi melalui prevensi
ada yang disertai dengan buku mengenai perlu dilakukan sedini mungkin yang
anatomi tubuh manusia, bahkan ada meng, terpenting adalah timingnya. Setiap anak
ajarkannya dengan cara mengajak mandi tidak memiliki masa perkembangan yang
bersama (orang tua dan anak), seperti sama, sehingga tidak dapat disamaratakan
berikut: usia berapa seharusnya seorang anak mulai
.....Jadi kadang saya mandi bareng anak mendapatkan pendidikan seksual (Janz,
karena ini… pikiran saya… apa ya… biar Champion & Strecher, 2002). Harapan
anak tahu anatomi orang dewasa itu pendidikan seksual secara dini adalah agar
seperti apa perbandingannya....... (O 25) anak,anak tidak terkejut ketika mendapat,
kan perubahan biologis yang terjadi pada
Lebih lanjut mereka menjelaskan bah,
dirinya serta agar mereka tidak memper,
wa mandi bersama ini dilakukan kepada
oleh pemahaman yang keliru mengenai hal
anak yang jenis kelaminnya sama, artinya
tersebut. Sebagaimana pernyataan subjek
jika anak laki,laki maka dia akan diajak
berikut:
mandi bersama oleh bapaknya, sebaliknya
jika anaknya perempuan, maka ia akan ... perempuan itu nantinya pada suatu hari
diajak mandi bersama oleh ibunya. akan dapet haid, seperti apa, seperti apa itu
sudah saya kasih tahu, jadi mungkin biar
Selain pendidikan mengenai jenis kela,
gak kaget untuk pas dia dapet. .Jadi
min dan perbedaannya, sebagian orang tua
menang dari kecil sudah saya kasih tahu ....
juga sudah membekali anaknya mengenai
10 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE
Satu hal yang dipikirkan adalah bahwa dengan sasaran. Satu hal yang terpenting
sebagian besar orang tua masih belum adalah bahwa dalam penggunaan media,
memahami bagaimana cara melakukan jangan sampai justru membuat pesan yang
pendidikan seksual kepada anak dengan keliru kepada sasaran. Selain itu juga
baik, termasuk mengenai metode dan dalam program tersebut perlu diselipkan
waktunya. Sehingga hal tersebut membuat mengenai UU PA sebagai upaya sosialisasi
mereka gamang untuk melakukannya, UU PA.
sebagaimana pernyataan subjek berikut: Berdasarkan hasil penelitian tersebut
.....Maunya sih cepet,cepet tapi caranya dapat disimpulkan bahwa semua subjek
menjelaskan itu bagaimana gitu loh, penelitian yang terdiri atas siswa dan siswi
takutnya malah salah.... kelas 4 SD, para orangtua siswa dan siswi
kelas 4 SD, para guru kelas 4 SD dan para
Sementara itu, terdapat juga orang tua
pakar sependapat bahwa program prevensi
yang lebih menyukai untuk membiarkan
dini terhadap kekerasan seksual pada anak
anaknya tahu dengan sendirinya setelah
sangat perlu dan harus segera untuk
dewasa atau bahkan mengharapkan ling,
dilakukan. Selain itu subjek penelitian
kungannyalah yang akan mendidik anak,
mengusulkan agar program prevensi dini
anak mereka, sehingga mereka merasa
terhadap kekerasan seksual pada anak
tidak perlu memberikan pendidikan sek,
sebaiknya menggunakan alat bantu, seperti
sual pada anak mereka.
gambar, komik, karikatur, maupun dengan
menggunakan audio visual.
Model Prevensi Dini terhadap Kekerasan
Seksual pada Anak Apabila semua pihak terkait berkom,
peten terhadap isu kekerasan seksual pada
Berdasarkan data yang diperoleh di anak,anak maka seyogyanya program ini
lapangan diketahui bahwa program pence, segera direalisasikan. Program prevensi
gahan kekerasan seksual pada anak sangat dini terhadap kekerasan seksual pada anak,
diharapkan untuk dilakukan. Hal tersebut anak melibatkan para siswa dan siswi kelas
dimaksudkan agar korban kekerasan sek, 4 SD, para orang tua siswa dan siswi kelas
sual pada anak tidak terus bertambah. 4 SD dan para guru kelas 4 SD yang
Semua subjek sependapat bahwa upaya berminat dan peduli terhadap anak,anak.
pencegahan kekerasan seksual tersebut
merupakan tanggungjawab semua pihak.
Kepustakaan
Meskipun demikian, subjek sangat meng,
harapkan pihak,pihak yang berinisiatif Banyard, V.L., Williams, L.M., & Siegel,J.A.
untuk menggerakkan upaya pencegahan (2004). Childhood sexual abuse: A
tersebut. gender perspective on context &
Sasaran utama program pencegahan consequences. Child Maltreatment, 9(3),
adalah anak, sedangkan sasaran sekunder 223,238.
adalah orangtua dan guru. Program pence, Chadwick, BA., Bahr, HM., & Albrecht, SL.
gahan tersebut dapat dilakukan dengan (1991). Metode Penelitian Pengetahuan
model diskusi kelompok (kelompok kecil Sosial. Alih bahasa: Sulistia, Mujianto,
dengan jenis kelamin yang sama dan usia Sofwan, Ahmad, dan Suhardjito.
sebaya), dengan media komik (cerita Semarang: IKIP Semarang Press.
bergambar). Sementara itu, fasilitator diha, Dignan, M., & Carr, P. (1992). Program
rapkan memiliki jenis kelamin sama Planning for Health Education &
JURNAL PSIKOLOGI 11
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO
Promotion, 2nd edition. Lea & Febiger tional study of transmision of risk for
Philadelphia. sexual abuse. Journal of Clinical Child &
Dube, S.R., Anda, R.F., Whitfield, C.L., Adolescent Psychology, 33(4),662,672.
Brown, D.W., Felitti, V.J., Dong, M., & Miles M.B., & Huberman. A., M. (1992).
Giles, W.H. (2005). Long,term conse, Analisis Data kualitatif. Jakarta: UI Press
quences of childhood sexual abuse by Orange, L.M., & Brodwin, M.G. (2005).
gender of victim. American Journal of Childhood sexual abuse: What
Preventive Medicine,28(5),430,438. rehabilitation counselors need to know.
Janz,N., Champion, V., & Strecher, V. Journal of Rehabilitation,71(4), 5,12.
(2002). The health belief model dalam Stockdale, M.S. (1996). Sexual harassment
Glanz,K, Rimmer,B dan Lewis,F (Eds), in the Workplace: Perspectives,
helath behaviour and helath education: Frontiers and Response Strategies. Vol
theory, research and practice (3rdsd), 5 Women & Work, Sage Publications,
Jossey – Bass, San Francisco. New Delhi.
Komnas Perlindungan Anak. (2006). World Health Organization (WHO), 2006,
Pemerkosa Pelajar ditangkap: Terapi Preventing Child Maltreatment: a guide
Psikologis Amat diperlukan, to taking action and generating
www.kompas.com diakses 18 Agustus evidence. World Health Organization
2006. and International Society for Preven,
Leifer,M., Kilbane, T., Jacobsen,T., & tion Of Child abuse and Neglect.
Grossman,G. (2004). A three,genera,
12 JURNAL PSIKOLOGI