Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 37, NO. 1, JUNI 2010: 1 – 12

Early Prevention Toward Sexual Abuse on Children


Ira Paramastri1
Faculty of Psychology Gadjah Mada University
Supriyati
Master of Health Behavior & Promotion
Gadjah Mada University
Muchammad A. Priyanto
Province Health Office

Abstract

Child sexual abuse is a worldwide problem. Although most studies on the longterm
consequences of child sexual abuse have focused on women, sexual abuse of both boys and girls
is common. Peer sexual abuse in schools was an often overlooked problem that contributes to a
hostile school environment: one major study found that 85% of girls and 76% of boys reported
experiencing some form of sexual abuse in school. 85% of child sexual abuse is committed by
relatives, close family friend or an adult that the child knows and trusts. The childhood sexual
abuse variables taken into account are commonly age of onset, duration, abuse forms and
relationship between the child and the perpetrator.
The objective of this study was to gather information or opinion about sexual abuse
concept, methods and media of the elementary students, parents, teachers and experts. A
qualitative study, involving one to one interviews, was conducted with 7 experts, focus group
discussion with 40 elementary students, and with 40 parents in Yogyakarta district about
child sexual abuse issues. Data were analysed according to Miles and Huberman’s data
reduction, data display and conclusion verification process. These findings strongly indicate
that boys and girls are vulnerable to this form of childhood sexual abuse ; the similarity in the
likelihood for multiple behavioral, mental and social outcomes among men and women suggest
the need to identify and treat all adults affected by child sexual abuse. Themes related to the
child sexual abuse were: paperwork design, good facilitator, guidelines for students, parents
and teachers.
Students prefer media that can help them understand concept with komik paperwork as
media for early prevention. Parents, teachers and experts prefer that this prevention program
can run as soon. With careful paperwork design and evaluation of prevention program, the
success of program implementation can be enhanced.
Keywords: child sexual abuse, early prevention, qualitative approach

Pemerintah1 Indonesia telah menyata, World Fit for Children (WFC) dalam 27 th
kan komitmennya terhadap deklarasi A United Nations General Assembly Special
Session on Children pada tahun 2001.
Dengan demikian Indonesia diharapkan
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilaku,
menyusun suatu program nasional bagi
kan dengan menghubungi: ira_paramastri@yahoo
.com anak. Terdapat 4 bidang pokok yang

1
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO

mendapat perhatian khusus dalam selaput dara. Dampak psikologi meliputi


deklarasi WFC yaitu promosi hidup sehat trauma mental, ketakutan, malu, kece,
(promoting healthy lives), penyediaan masan bahkan keinginan atau percobaan
pendidikan yang berkualitas (providing bunuh diri. Dampak sosial misalnya
quality education), perlindungan terhadap perlakuan sinis dari masyarakat di
perlakuan salah (abuse), eksploitasi dan sekelilingnya, ketakutan terlibat dalam
kekerasan (protecting against abuse, exploita, pergaulan dan sebagainya (Orange &
tion and violence) dan penanggulangan Brodwin, 2005). Kontributor utama keke,
HIV/AIDS (combating HIV/AIDS). Pelak, rasan seksual pada anak adalah masalah
sanaan program ini merupakan Program maternal yang terjadi pada ibu termasuk
Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) hubungan heteroseksual yang negative dan
sampai dengan tahun 2015 (PNBAI, 2004). abusif (ibu dari anak yang mengalami
Data kekerasan seksual terhadap anak kekerasan seksual biasanya merupakan
yang akurat belum tersedia, karena tidak korban kekerasan seksual pada masa
banyak kasus,kasus kekerasan seksual kecilnya), kurangnya perhatian ibu dan
pada anak yang dilaporkan. Masalah ini hubungan ambivalen antara ibu dan nenek
dianggap masalah domestik keluarga yang (Leifer, Kilbane, Jacobsen & Grossman,
tidak perlu diketahui oleh orang lain. 2004). Anak perempuan lebih mengalami
Jumlah kasus yang tercatat dalam laporan kekerasan seksual di dalam keluarga
kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dibandingkan dengan anak laki,laki. Anak
pada tahun 2002 hanya 239 kasus dan perempuan lebih sering meminta perto,
tahun 2003 sebanyak 326 kasus (Komuni, longan daripada anak laki,laki (Banyard,
kasi Pribadi, Juni 2006). Sebagian besar Williams & Siegel, 2004).
kasus tidak dapat diproses lebih lanjut Berdasarkan telaah tersebut tujuan
secara hukum karena bukti yang kurang penelitian ini untuk menemukan bentuk
memadai atau pengaduan dicabut kembali metode dan media prevensi dini yang tepat
oleh pelapor. Laporan Komisi Nasional untuk mencegah kekerasan seksual pada
Perlindungan Anak (Komnas PA) menya, anak. Tujuan tersebut dicapai dengan
takan 80% anak yang mengalami tindak mengetahui opini siswa dan siswi kelas 4
kekerasan berusia di bawah 15 tahun. SD, para orangtua siswa dan siswi kelas 4
Bentuk perlakuan salah terhadap anak, SD dan para guru kelas 4 SD tentang
anak Indonesia meliputi fisik, emosional, prevensi dini terhadap kekerasan seksual
sosial dan seksual. Pelaku kekerasan pada anak SD di Yogyakarta. Selain itu juga
seksual pada anak ini umumnya adalah mengetahui opini pakar psikologi anak,
orang yang dikenal anak (66%) termasuk dokter anak, antropolog kesehatan, sosio,
orangtuanya sendiri (7,2%). log kesehatan, hukum, polisi dan peran,
Kekerasan seksual pada anak adalah cang grafis tentang konsep kekerasan
pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seksual pada anak serta menemukan
seorang anak dalam aktivitas seksual. bentuk media dan metode yang tepat dan
Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat, sesuai dengan materi program prevensi
meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dini terhadap kekerasan seksual pada anak.
dan pemerkosaan. Dampak kekerasan sek, Kekerasan seksual pada anak meru,
sual pada anak dapat berupa fisik, pakan tingkat kekerasan yang paling tinggi
psikologis, maupun sosial. Dampak secara dibandingkan dengan kekerasan fisik dan
fisik dapat berupa luka atau robek pada psikologis. Kekerasan pada anak di

2 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE

Indonesia sampai dengan September 2006 dan bahkan mengancam produktivitas


telah terjadi 861 kasus, 60% diantaranya korban. Oleh karena itu perlu dilakukan
adalah kasus kekerasan seksual pada anak. upaya promosi kesehatan agar tidak terjadi
Indonesia disorot sebagai negara yang kekerasan seksual pada anak sehingga
memiliki perlindungan yang sangat lemah kesehatan mereka tidak terancam. Promosi
terhadap anak (Komnas Perlindungan kesehatan yang merupakan langkah awal
Anak, 2006). Anak perempuan dan laki,laki suatu program pencegahan menurut
memungkinkan menjadi korban kekerasan Dignan & Carr (1992) meliputi langkah,
seksual. Anak perempuan maupun laki,laki langkah seperti tertera pada gambar 1
korban kekerasan seksual mengalami berikut.
sejumlah masalah yang sama antara lain
trauma fisik dan psikologis yang berkepan,
jangan, kehilangan semangat hidup, mem, Analisis
benci lawan jenis dan memiliki keinginan komunitas
untuk balas dendam (Dube et al., 2005).
Program prevensi dini merupakan Penilaian
fungsi yang paling penting bagi sistem Target
penyelesaian masalah. Menurut perspektif
para ahli, program prevensi dini tergan,
Evaluasi Perencanaan
tung definisi dan sistem keluhan terhadap Program
kekerasan seksual. Beberapa prevensi
memusatkan pada hukum, ketidaksadaran
atau sensitivitas juga pembentukan kelom, Implementasi
pok dengan ras dan jenis kelamin yang
berbeda. Program prevensi yang dilakukan Gambar 1. Tahapan Model Promosi atau Pendi,
melalui lokakarya, seminar, pelatihan, dikan Kesehatan Versi Dignan dan
diskusi kelompok, pemutaran film, poster, Carr (1992)
maupun sarana tradisional dipandang
Pengumpulan informasi ini dilakukan
tidak membosankan. Pelaksanaan program
pada komunitas atau masyarakat yang
prevensi dapat di area terbuka, alam bebas
dalam jangka panjang masyarakat tersebut
atau kelompok temu. (Stockdale,1996).
akan mendapatkan program prevensi.
Program prevensi dini, dapat dilakukan
Pengumpulan informasi dilakukan melalui
dengan cara promosi kesehatan. Promosi
survei kuantitatif maupun kualitatif yaitu
kesehatan merupakan upaya untuk
melalui wawancara mendalam, observasi
meningkatkan dan mengontrol kesehatan
dan diskusi kelompok terarah. Setelah
diri seorang (Elwes & Simnet, 1994).
informasi dikumpulkan, dilakukan diagno,
Menurut WHO, kesehatan tidak hanya
sis komunitas untuk mengetahui permasa,
sebatas fisik, namun meliputi sehat fisik,
lahan kesehatan yang utama dan menentu,
mental, sosial, yang tidak hanya terbebas
kan fokus program, selanjutnya dilakukan
dari sakit dan penyakit serta kecatatan,
penilaian target untuk menentukan cakup,
namun adanya penekanan bahwa invidu
an atau tingkatan perilaku yang diharap,
yang sehat adalah individu yang produktif
kan sesuai dengan masalah kesehatan yang
(WHO, 2006).
utama. Dengan adanya penetapan target
Kekerasan seksual pada anak dapat perilaku, disusun perencanaan program
berakibat pada sakit fisik, mental, sosial, yang berisi langkah,langkah atau kegiatan

JURNAL PSIKOLOGI 3
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO

untuk mencapai tujuan, implementasi dan Subjek penelitian terdiri dari anak,
evaluasi. anak berusia 9 – 10 tahun yang duduk di
Berdasarkan kerangka konsep tersebut kelas 4 SD yang dipilih secara purposif.
disusun pertanyaan penelitian sebagai Jumlah subjek tidak ditentukan, hal ini
berikut: (a) Bagaimana pendapat siswa dan sesuai dengan batasan subjek penelitian
siswi kelas 4, orangtua siswa kelas 4 dan pada penelitian kualitatif, yaitu bahwa
guru kelas 4 SD tentang prevensi dini jumlah subjek tidak ditentukan. Batasan
terhadap kekerasan seksual pada anak?; (b) yang lebih penting berkaitan dengan
Bagaimana pandangan ahli psikologi anak, penelitian kualitatif ini adalah kejenuhan
antropolog kesehatan, ahli hukum anak, data (Moleong, 1996).
polisi, LSM pemerhati kekerasan seksual Selain siswa dan siswa kelas 4 SD,
pada anak dan perancang grafis terhadap penelitian ini melibatkan guru kelas 4 SD
program prevensi dini terhadap kekerasan yang dipilih sesuai dengan SD yang siswa,
seksual pada anak?; dan (c) Bagaimana nya terpilih sebagai subjek dan orang tua
bentuk media promosi yang sesuai untuk siswa dan siswi kelas 4 yang terpilih
kelengkapan program prevensi dini sebagai subjek. Untuk mengetahui opini
terhadap kekerasan seksual pada anak? kelayakan program dan kesesuaian metode
dan media dilakukan pengumpulan data
pada psikolog anak, dokter anak, hukum,
Metode
antropologi kesehatan, polisi serta peran,
Penelitian ini merupakan penelitian cang grafis.
kualitatif. Lokasi penelitian adalah SD di Instrumen utama pada penelitian
Kota Yogyakarta. Penentuan SD yang kualitatif adalah peneliti, dengan beberapa
dipilih sebagai lokasi penelitian dilakukan instrumen lain yang digunakan dalam
secara purposif. Pertimbangan pemilihan penelitian ini yaitu panduan wawancara
lokasi penelitian adalah faktor risiko keja, mendalam dan panduan diskusi kelompok
dian kekerasan seksual pada anak. Bebera, terarah (dibuat oleh peneliti) serta kamera,
pa literatur menyebutkan bahwa faktor tape recorder, dan kaset.
risiko kejadian kekerasan seksual pada
Instrumen penelitian yang berupa
anak meliputi status sosial ekonomi, dan
panduan diskusi kelompok terarah (DKT)
lokasi tempat tinggal (dengan budaya yang
diujicobakan pada siswa kelas 4, orangtua
mewarnainya). Oleh karena itu, lokasi
siswa kelas 4 dan guru kelas 4 SD Bangirejo
variasi status sosial ekonomi mengacu pada
1 Yogyakarta, sedangkan instrumen pan,
BOS. Berdasarkan variasi tersebut, maka
duan wawancara mendalam diujicobakan
beberapa SD yang terpilih menjadi lokasi
pada psikolog anak, dan dokter anak.
penelitian adalah: SD Negeri Rejowinangun
II, SD Negeri Lempuyangan I, SD Negeri Berdasarkan hasil ujicoba pedoman
Tahunan II dan SD Netral C. Selain itu DKT dan wawancara mendalam diperoleh
karena perkembangan jumlah korban hasil sebagai berikut: (a) Subjek untuk DKT
kekerasan seksual pada anak yang cukup yang terdiri atas siswa dan siswi sebaiknya
pesat di Yogyakarta (komunikasi pribadi dipisah, karena mempertimbangkan kera,
dengan psikolog anak dan ketua LPA). hasiaan dan kenyamanan dalam mengung,
Terpilihnya siswa dan siswi kelas 4 SD kapkan opini; (b) Jenis kelamin fasilitator
karena mewakili anak,anak. sebaiknya sama dengan subjek, misalnya
subjek DKT siswa, maka fasilitator juga
laki,laki dan sebaliknya; (c) Istilah keke,

4 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE

rasan seksual kurang familiar (kurang adalah teknik untuk mengambil kesim,
dikenal) bagi siswa dan siswi SD sehingga pulan dengan mengidentifikasi karakte,
diusulkan memakai istilah pelecehan ristik,karakteristik khusus suatu pesan
seksual; (d) Subjek mengusulkan sedikit secara objektif dan sistematis. Analisis isi
permainan sebelum DKT, sehingga suasana dilakukan melalui tahapan pengumpulan
DKT lebih relaks; dan (e) Berdasarkan data, reduksi data, penyajian data dan
wawancara mendalam dengan guru, maka penarikan kesimpulan (Miles & Huberman,
diusulkan setiap menerima informasi dari 1992). Penyajian data secara naratif dan
siswa dan siswi agar selalu meminta menggunakan teknik pemeriksaan keab,
konfirmasi guru maupun orangtua siswa sahan data.
dan siswi. Penelitian ilmiah mensyaratkan bahwa
Data dikumpulkan melalui DKT dan data yang dihasilkan harus memenuhi kri,
wawancara mendalam yang telah direvisi teria keabsahan data. Penelitian kualitatif,
setelah ujicoba pada subjek. Alat pengum, mensyaratkan empat kriteria yang dapat
pul data yang digunakan adalah panduan digunakan sebagai pemeriksaaan keabsah,
DKT, panduan wawancara mendalam serta an tersebut. Empat kriteria tersebut adalah
alat perekam, baik alat perekam gambar kredibilitas, transferabilitas, dependensitas
(kamera) maupun alat perekam suara (tape dan kepastian (Moleong, 1996), Kredibilitas
recorder dan kaset). Pada proses pengam, data pada penelitian ini dilakukan melalui
bilan data secara kualitatif, tidak terdapat triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
batasan yang baku mengenai jumlah subjek pemeriksaan keabsahan data dengan
dan berapa kali data tersebut harus digali, memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
batasannya adalah ketika telah tercapai data. Hal ini dilakukan untuk keperluan
kejenuhan data. pengecekan atau sebagai pembanding
DKT dilaksanakan kepada siswa dan terhadap data yang diperoleh.
siswi kelas 4, orangtua siswa kelas 4 dan Triangulasi yang dilakukan adalah
guru kelas 4 SD, serta para ahli. Pemilihan triangulasi metode dan sumber. Triangulasi
sekolah sebagai subjek penelitian ini metode dilakukan dengan membandingkan
dilakukan secara purposif. Peserta DKT antara metode wawancara mendalam
sebanyak 6, 8 orang, karena suatu kelom, dengan DKT. Triangulasi sumber dilaku,
pok DKT efektif jika pesertanya tidak kan dengan melakukan wawancara menda,
terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. lam dan DKT pada berbagai sumber yang
Wawancara mendalam dilakukan kepada berbeda.
subjek penelitian, yang terdiri atas psikolog
anak, dokter anak, antropolog kesehatan,
Diskusi
polisi, hukum dan LSM pemerhati keke,
rasan seksual pada anak. Wawancara men, Subjek utama adalah siswa (laki,laki
dalam dilakukan sebagai penggalian data dan perempuan) kelas 4 SD di empat SD di
awal maupun sebagai sarana triangulasi. Kota Yogyakarta sejumlah 80 orang, dan
Data yang dikumpulkan direkam seca, subjek pendukung meliputi guru kelas 4
ra audio dan rekaman ditranskrip. Data SD, psikolog anak, ahli hukum anak, dokter
hasil transkrip diberi koding sesuai dengan anak, polisi yang menangani kekerasan
pedoman koding kualitatif, setelah itu seksual pada anak, LSM yang bergerak di
dilakukan kategorisasi dan analisis isi. bidang anak, dan disain grafis untuk anak
Menurut Chadwick, et al. (1991) analisis isi sejumlah 7 orang. Secara lebih lengkap

JURNAL PSIKOLOGI 5
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO

gambaran subjek ini dapat dicermati pada sama dengan pelecehan seksual yaitu
tabel 1 dan 2 berikut. bentuk dari hal,hal yang berbau jorok
Subjek siswa laki,laki dan perempuan (saru), seksi, pornoaksi dan pornografi.
seimbang. Sementara itu, subjek pendu, Meskipun banyak media massa baik visual
kung lainnya, sebagian besar adalah maupun audio visual sering menampilkan
perempuan. Subjek pendukung ini umum, masalah kekerasan seksual pada anak.
nya telah lama menggeluti masalah Namun demikian, intensitas media tersebut
kekerasan seksual pada anak,anak, baik belum dapat memenuhi kebutuhan
dari sisi medis, psikologi, maupun hukum. masyarakat tentang hal,hal yang berkaitan
dengan kekerasan seksual pada anak.
Pemahaman dan Opini subjek mengenai Hal tersebut berdampak pada
kekerasan seksual pada anak pemahaman yang berbeda,beda terhadap
terminologi kekerasan seksual pada anak.
Istilah kekerasan seksual pada anak Pada kelompok siswa, umumnya mereka
belum begitu akrab dengan subjek, baik rancu antara kekerasan seksual dengan
anak maupun orang tua. Sebagian subjek kekerasan secara umum. Arti kekerasan
mengatakan bahwa kekerasan seksual seksual bagi mereka juga sama dengan

Tabel 1
Distribusi subjek penelitian berdasarkan DKT

No Jenis pengumpulan data Jenis informan Jumlah informan


Diskusi kelompok terarah Siswa SD putra & putri: 80 orang
- SES rendah di pedesaan
- SES rendah di perkotaan
- SES tinggi di pedesaan
- SES tinggi di perkotaan
Orang tua Siswa SD:
- SES rendah di pedesaan
- SES rendah di perkotaan
- SES tinggi di pedesaan
- SES tinggi di perkotaan

Tabel 2
Distribusi subjek penelitian berdasarkan wawancara mendalam
No Jenis pengumpulan data Jenis informan Jumlah informan
Wawancara mendalam - dokter anak 7 orang
- psikolog anak
- pakar hukum anak
- aktivis LSM pemerhati anak
- desain grafis untuk anak
- Polisi yang menangani
kekerasan seksual pada anak
- Guru kelas 4

6 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE

banyaknya tayangan kekerasan yang sering melaporkan kejadian kekerasan seksual


hadir di layar televisi, seperti pembunuhan, yang dialami, maka orangtua cenderung
perampokan dan sebagainya. Sementara memarahi atau bahkan menutup kasus
itu, bagi subjek penelitian yang lain (antro, tersebut.
polog anak, dokter anak, pakar hukum Menurut seorang dokter anak, yang
anak, LSM) justru telah membedakan juga berkecimpung di bagian penanganan
kekerasan seksual dengan beberapa tahap, anak korban kekerasan seksual di RS
an. Menurut mereka kekerasan seksual itu Sardjito, saat ini ada tren yang berbeda dari
dimulai dari ucapan yang bernada sebagian masyarakat korban kekerasan
melecehkan hingga sampai pada penetrasi seksual. Saat ini sudah mulai ada kebera,
alat kelamin. nian masyarakat untuk melaporkan keja,
Meskipun demikian, semua subjek dian kekerasan seksual yang terjadi pada
penelitian sepakat bahwa kekerasan sek, keluarganya, sebagaimana pernyataan
sual pada anak membahayakan, traumatik, subjek berikut:
mempunyai dampak fisik, psikologis dan Saat ini sudah ada perkembangan ke arah
sosial yang mengerikan baik jangka pendek yang lebih baik mengenai korban kekerasan
maupun jangka panjang. Sebagian subjek seksual pada anak ya... sekarang masya,
penelitian meyakini bahwa kekerasan sek, rakat lebih berani untuk melaporkan
sual pada anak sesungguhnya merupakan kejadian kekerasan seksual yang terjadi
masalah yang serius bagi perkembangan pada keluarga mereka, tidak seperti dulu
psikologis anak, terutama bagi keberlang, yang selalu menganggap tabu.....
sungan masa remaja dan dewasa.
Dengan demikian kesadaran masyara,
Sementara itu, opini masyarakat me,
kat untuk berani melaporkan kejadian
ngenai kekerasan seksual dan dampaknya,
tersebut merupakan lampu hijau bagi
ciri,ciri pelaku atau korban kekerasan
promosi kesehatan artinya masyarakat
seksual, serta strategi yang perlu dilakukan
dapat berperan serta dalam program pre,
untuk mengatasi anak yang mengalami
vensi dini. Masyarakat bersama pemerintah
kekerasan seksual, diakui masih sangat
(Depkes dan Diknas) merancang strategi
minim. Bahkan diakui oleh kelompok guru
untuk mereduksi faktor risiko dan mem,
dan orang tua bahwa sebagian besar dari
perkuat faktor perlindungan. Meskipun
mereka belum begitu mengerti strategi
pengetahuan ilmiah tentang efektivitas
mengantisipasi kekerasan seksual pada
beberapa strategi berasal dari negara ber,
anak.
penghasilan tinggi, pemahaman bagaimana
Adanya variasi pemahaman masya, intervensi bertentangan dengan penyebab
rakat (orang tua) mengenai kekerasan sek, dan faktor risiko dapat membantu dalam
sual pada anak tersebut membuat beberapa merancang intervensi untuk negara ber,
korban tidak berani melaporkan kepada penghasilan rendah dan negara berpengha,
orangtua mereka. Terlebih lagi dengan silan menengah (WHO, 2006).
adanya budaya tabu untuk membicarakan
masalah seksual. Hal tersebut diperparah Fenomena Kekerasan seksual pada anak,
lagi oleh adanya asumsi jika melaporkan anak di Kota Yogyakarta
atau menuntut kepada pelaku kekerasan
seksual, maka hal tersebut justru akan Berdasarkan data yang diperoleh di
menambah aib bagi korban dan keluarga, lapangan dapat dikatakan bahwa terdapat
nya. Dengan demikian, apabila anak kecenderungan peningkatan kejadian keke,

JURNAL PSIKOLOGI 7
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO

rasan seksual pada anak, termasuk yang marah,marah dan saya pukul dan saya
terjadi di Yogyakarta. Hal tersebut dite, tarik dia...
ngarai dengan semakin banyaknya kasus,
kasus yang ditampilkan oleh media massa Pelaku Kekerasan Seksual pada anak,anak
dan juga meningkatnya jumlah kasus yang di Kota Yogyakarta
ditangani oleh subjek penelitian pendu,
kung. Data kekerasan seksual pada anak Menurut subjek, korban dari pelecehan
yang dikumpulkan oleh Rifka Annisa dari dan kekerasan seksual pada anak paling
tahun 2000 sampai dengan 2007 menun, banyak adalah perempuan, meskipun tidak
jukkan usia 5, 12 tahun sebanyak 16%, usia dipungkiri terjadi pada anak laki,laki.
12 – 15 tahun sebesar 12%, usia 15 – 18 Sementara itu, pelakunya laki,laki atau
tahun sebanyak 13,76%. perempuan. Beberapa kejadian kekerasan
seksual pada anak justru dilakukan oleh
Apabila dilihat dari prosentase usia
perempuan, dan bahkan terdapat kasus
pelaku, maka sebagian besar (31,60%) tidak
yang dilakukan oleh teman sebaya perem,
diketahui secara pasti, namun masih
puan. Meskipun memang kekerasan sek,
terdapat kemungkinan bahwa sesungguh,
sual masih pada tataran pelecehan seksual,
nya jumlah kasus yang nyata terjadi di
seperti menyingkap rok (baju perempuan
lapangan tidak meningkat, tetapi karena
bagian bawah) agar terlihat pakaian
adanya perubahan budaya masyarakat
dalamnya. Alasan pelaku melakukan hal
sehingga mereka berani melaporkan kasus
tersebut adalah iseng dan sering melihat
yang menimpanya. Hal tersebut karena
orang lain melakukan hal yang sama,
memang kejadian kekerasan seksual terse,
sebagaimana pernyataan subjek berikut:
but hingga saat ini masih merupakan
fenomena gunung es. Meskipun jumlah Ya.. iseng aja Mbak. Khan cuma buat
kasus yang dilaporkan makin meningkat, gojek, jadi kita semua bisa tertawa..
namun demikian hal tersebut belum ha..ha.., tapi kemaren saya terus dimarahi
merupakan angka yang sesungguhnya. sama ibu...

Kejadian kekerasan seksual terjadi baik Satu hal yang menjadi catatan adalah
di rumah dan maupun di sekolah. Bentuk, bahwa pelaku kekerasan seksual biasanya
bentuk kekerasan seksual sangat bervariasi. berasal dari kelompok orang,orang yang
Kekerasan seksual di sekolah, berupa kata, tidak memiliki pendidikan (atau berpendi,
kata yang melecehkan (ungkapan ”mon, dikan rendah) dan yang berusia lebih
tok”, dan seksi), ancaman mau dilecehkan tua/dewasa/besar.
(ungkapan ”awas jika tidak mau akan Selain itu, secara umum subjek meya,
dicolek atau dicium”), dicolek, ditiduri kini bahwa pelaku kekerasan seksual pada
(masih dengan pakaian), disingkap roknya, umumnya justru dilakukan oleh orang,
dipegang alat kelaminnya, dan dicium orang yang dekat dengan korban, baik
sebagaimana pernyataan subjek berikut: dekat secara fisik (lokasi:tetangga), ataupun
Pernah saat mau les dan baru kami bertiga dekat secara emosi (keluarga, teman, bah,
yang datang. Yang lain masih belum kan mungkin guru), sebagaimana penya,
datang, waktu itu hujan, terus dia mendo, taan subjek berikut:
rong temanku diatas meja.... setelah Untuk kekerasan seksual pada anak yang
temanku jatuh, diapun segera tidur diatas, dilakukan oleh orang yang tidak dikenasl
nya. Tapi saya khan galak tho Mbak.. saya justru jarang terjadi, hal ini berbeda

8 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE

dengan kasus yang terjadi pada orang Penanganan Kekerasan Seksual pada Anak,
dewasa... anak di Kota Yogyakarta

Beberapa kasus kekerasan seksual Berdasarkan data yang diperoleh di


pada anak yang terjadi di rumah justru lapangan, terdapat beberapa cara yang
terjadi ketika mereka dimandikan oleh dilakukan pelaku terhadap korban keke,
keluarganya (kakak, bapak, atau kakek). rasan seksual pada anak. Pertama adalah
Mereka menyatakan bahwa alat kelamin dengan cara menutup kasus tersebut, tanpa
mereka sering dimainkan saat dimandikan, melaporkan kepada siapapun. Kedua
dan pernah ada yang mengalami alat adalah dengan melaporkan kepada pihak
vitalnya dimainkan oleh pacar kakaknya. lain. Ketika laporan tersebut disampaikan
Hanya sebagian kecil subjek yang meyakini ke kepolisian, maka penanganannya akan
bahwa sangat jarang pelaku kekerasan berbeda dengan jika kejadian tersebut
berasal dari orang dekat korban, jika itu dilaporkan ke RS Sardjito atau ke LSM.
terjadipun maka hal tersebut dianggap
Kepolisian telah mengembangkan pro,
sebagai kasus yang tidak normal. Kelom,
sedur penanganan yang lebih tepat bagi
pok ini meyakini bahwa pelaku kekerasan
anak dengan pendekatan psikologis dan
seksual adalah orang,orang yang tidak
manusiawi. Misalnya pada saat dilakukan
dikenal oleh korban.
investigasi, anak dibuat merasa nyaman
Kekerasan seksual yang terjadi di dengan memilih tempat yang menyenang,
sekolah, umumnya dilakukan oleh teman kan dengan tetap didampingi oleh orang
sekelas, kakak kelas atau bahkan adik dewasa atau polisi mendatangi rumah kor,
kelas. Terdapat juga beberapa kejadian ban. Kasus reka ulang kekerasan seksual
kekerasan seksual yang justru dilakukan tidak pernah dilakukan.
oleh guru mereka sendiri. Pada umumnya
Demikian pula RS Sardjito juga telah
yang melakukan kekerasan seksual di
mengembangkan prosedur khusus untuk
sekolah adalah anak,anak yang telah
menanganai kekerasan seksual pada anak.
ditengarai sebagai ”anak nakal”. Menurut
Umumnya ketika pertama datang, keluarga
guru kelasnya, hal tersebut terjadi karena
langsung meminta visum, namun prosedur
memang model/pola pendidikan dari orang
rumah sakit telah menetapkan bahwa tidak
tuanya dan karena pengaruh lingkungan
semua kasus boleh mendapat visum. RS
rumahnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
Sardjito telah menyediakan klinik khusus
ketika guru melaporkan kejadian kekerasan
untuk penanganan kekerasan seksual.
seksual yang dilakukan oleh anaknya
Penanganan di klinik khusus ini dilakukan
kepada orang tuanya, tanggapan orangtua
secara komprehensif dan asesmen dilaku,
bermacam,macam. Ada orang tua yang
kan secara bersama,sama oleh berbagai ahli
menerima hal tersebut dengan hati lega,
(hukum, psikologi, jiwa, spesialis anak,
kemudian mendidik anaknya menjadi lebih
obsgyn, dan kedokteran kehakiman).
baik, namun juga terdapat orang tua yang
Dengan demikian, rumah sakit tidak perlu
tidak mau menerima laporan tersebut, dan
merujuk korban ke lembaga lain. Pada
bahkan menyalahkan pihak sekolah yang
masa ini, anak juga harus didampingi oleh
telah membuat anaknya menjadi tidak baik.
orang dewasa. Bentuk penanganan selan,
jutnya akan sangat tergantung pada jenis
kasusnya.

JURNAL PSIKOLOGI 9
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO

Sementara itu, pemerhati hukum anak hal,hal yang boleh dan tidak boleh dilaku,
lebih cenderung untuk menangani masalah kan. Bahkan terdapat orang tua yang telah
hukumnya, sedangkan untuk masalah yang membekali anaknya untuk berperilaku
lain, biasanya mereka merujuk ke ahli lain. asertif berkaitan dengan masalah kekerasan
Proses penangannya biasanya dilakukan seksual ini. Sebagai contoh, beberapa orang
hingga korban dapat kembali hidup tua telah mengajarkan agar menunjukkan
normal. respon tidak suka jika ada lawan jenis yang
menciumnya, atau meraba tempat,tempat
Pendidikan seksual pada anak,anak prelu yang tidak semestinya. Namun memang
dilakukan sedini mungkin, dengan kelompok ini merupakan kelompok yang
pemilihan waktu yang tepat kecil artinya baru sebagian kecil yang telah
mengajarkan asertivitas kepada putra
Pendidikan, termasuk pendidikan sek, putrinya. Selain itu, perbedaan batasan
sual kepada anak,anak dilakukan oleh tentang pelecehan/kekerasan seksual yang
orang tua dan juga lembaga pendidikan dimiliki oleh masing,masing individu/
(sekolah). Masing,masing keluarga memi, keluarga juga menyebabkan pendidikan
liki kebiasaan yang berbeda mengenai hal yang berbeda,beda.
ini. Pada tahap yang paling awal, pendi,
Sebagian subjek penelitian menegas,
dikan seksual bagi anak, pada umumnya
kan bahwa semestinya pendidikan menge,
diberikan oleh keluarga. Misalnya saja saat
nai seksual ini disampaikan oleh sekolah,
mengenalkan mengenai jenis kelamin, laki,
yaitu disampaikan pada mata pelajaran
laki dan perempuan.
budi pekerti (yang dulu pernah ada)
Lebih lanjut mengenai cara mengajar, ataupun disisipkan pada mata pelajaran
kannya juga sangat bervariasi, namun biologi. Hanya, memang tidak perlu dibuat
secara umum mereka mengajarkan secara satu mata pelajaran tersendiri untuk
informal. Ada yang menggunakan cerita, masalah seksual. Edukasi melalui prevensi
ada yang disertai dengan buku mengenai perlu dilakukan sedini mungkin yang
anatomi tubuh manusia, bahkan ada meng, terpenting adalah timingnya. Setiap anak
ajarkannya dengan cara mengajak mandi tidak memiliki masa perkembangan yang
bersama (orang tua dan anak), seperti sama, sehingga tidak dapat disamaratakan
berikut: usia berapa seharusnya seorang anak mulai
.....Jadi kadang saya mandi bareng anak mendapatkan pendidikan seksual (Janz,
karena ini… pikiran saya… apa ya… biar Champion & Strecher, 2002). Harapan
anak tahu anatomi orang dewasa itu pendidikan seksual secara dini adalah agar
seperti apa perbandingannya....... (O 25) anak,anak tidak terkejut ketika mendapat,
kan perubahan biologis yang terjadi pada
Lebih lanjut mereka menjelaskan bah,
dirinya serta agar mereka tidak memper,
wa mandi bersama ini dilakukan kepada
oleh pemahaman yang keliru mengenai hal
anak yang jenis kelaminnya sama, artinya
tersebut. Sebagaimana pernyataan subjek
jika anak laki,laki maka dia akan diajak
berikut:
mandi bersama oleh bapaknya, sebaliknya
jika anaknya perempuan, maka ia akan ... perempuan itu nantinya pada suatu hari
diajak mandi bersama oleh ibunya. akan dapet haid, seperti apa, seperti apa itu
sudah saya kasih tahu, jadi mungkin biar
Selain pendidikan mengenai jenis kela,
gak kaget untuk pas dia dapet. .Jadi
min dan perbedaannya, sebagian orang tua
menang dari kecil sudah saya kasih tahu ....
juga sudah membekali anaknya mengenai

10 JURNAL PSIKOLOGI
EARLY PREVENTION TOWARD SEXUAL ABUSE

Satu hal yang dipikirkan adalah bahwa dengan sasaran. Satu hal yang terpenting
sebagian besar orang tua masih belum adalah bahwa dalam penggunaan media,
memahami bagaimana cara melakukan jangan sampai justru membuat pesan yang
pendidikan seksual kepada anak dengan keliru kepada sasaran. Selain itu juga
baik, termasuk mengenai metode dan dalam program tersebut perlu diselipkan
waktunya. Sehingga hal tersebut membuat mengenai UU PA sebagai upaya sosialisasi
mereka gamang untuk melakukannya, UU PA.
sebagaimana pernyataan subjek berikut: Berdasarkan hasil penelitian tersebut
.....Maunya sih cepet,cepet tapi caranya dapat disimpulkan bahwa semua subjek
menjelaskan itu bagaimana gitu loh, penelitian yang terdiri atas siswa dan siswi
takutnya malah salah.... kelas 4 SD, para orangtua siswa dan siswi
kelas 4 SD, para guru kelas 4 SD dan para
Sementara itu, terdapat juga orang tua
pakar sependapat bahwa program prevensi
yang lebih menyukai untuk membiarkan
dini terhadap kekerasan seksual pada anak
anaknya tahu dengan sendirinya setelah
sangat perlu dan harus segera untuk
dewasa atau bahkan mengharapkan ling,
dilakukan. Selain itu subjek penelitian
kungannyalah yang akan mendidik anak,
mengusulkan agar program prevensi dini
anak mereka, sehingga mereka merasa
terhadap kekerasan seksual pada anak
tidak perlu memberikan pendidikan sek,
sebaiknya menggunakan alat bantu, seperti
sual pada anak mereka.
gambar, komik, karikatur, maupun dengan
menggunakan audio visual.
Model Prevensi Dini terhadap Kekerasan
Seksual pada Anak Apabila semua pihak terkait berkom,
peten terhadap isu kekerasan seksual pada
Berdasarkan data yang diperoleh di anak,anak maka seyogyanya program ini
lapangan diketahui bahwa program pence, segera direalisasikan. Program prevensi
gahan kekerasan seksual pada anak sangat dini terhadap kekerasan seksual pada anak,
diharapkan untuk dilakukan. Hal tersebut anak melibatkan para siswa dan siswi kelas
dimaksudkan agar korban kekerasan sek, 4 SD, para orang tua siswa dan siswi kelas
sual pada anak tidak terus bertambah. 4 SD dan para guru kelas 4 SD yang
Semua subjek sependapat bahwa upaya berminat dan peduli terhadap anak,anak.
pencegahan kekerasan seksual tersebut
merupakan tanggungjawab semua pihak.
Kepustakaan
Meskipun demikian, subjek sangat meng,
harapkan pihak,pihak yang berinisiatif Banyard, V.L., Williams, L.M., & Siegel,J.A.
untuk menggerakkan upaya pencegahan (2004). Childhood sexual abuse: A
tersebut. gender perspective on context &
Sasaran utama program pencegahan consequences. Child Maltreatment, 9(3),
adalah anak, sedangkan sasaran sekunder 223,238.
adalah orangtua dan guru. Program pence, Chadwick, BA., Bahr, HM., & Albrecht, SL.
gahan tersebut dapat dilakukan dengan (1991). Metode Penelitian Pengetahuan
model diskusi kelompok (kelompok kecil Sosial. Alih bahasa: Sulistia, Mujianto,
dengan jenis kelamin yang sama dan usia Sofwan, Ahmad, dan Suhardjito.
sebaya), dengan media komik (cerita Semarang: IKIP Semarang Press.
bergambar). Sementara itu, fasilitator diha, Dignan, M., & Carr, P. (1992). Program
rapkan memiliki jenis kelamin sama Planning for Health Education &

JURNAL PSIKOLOGI 11
PARAMASTRI, SUPRIYATI & PRIYANTO

Promotion, 2nd edition. Lea & Febiger tional study of transmision of risk for
Philadelphia. sexual abuse. Journal of Clinical Child &
Dube, S.R., Anda, R.F., Whitfield, C.L., Adolescent Psychology, 33(4),662,672.
Brown, D.W., Felitti, V.J., Dong, M., & Miles M.B., & Huberman. A., M. (1992).
Giles, W.H. (2005). Long,term conse, Analisis Data kualitatif. Jakarta: UI Press
quences of childhood sexual abuse by Orange, L.M., & Brodwin, M.G. (2005).
gender of victim. American Journal of Childhood sexual abuse: What
Preventive Medicine,28(5),430,438. rehabilitation counselors need to know.
Janz,N., Champion, V., & Strecher, V. Journal of Rehabilitation,71(4), 5,12.
(2002). The health belief model dalam Stockdale, M.S. (1996). Sexual harassment
Glanz,K, Rimmer,B dan Lewis,F (Eds), in the Workplace: Perspectives,
helath behaviour and helath education: Frontiers and Response Strategies. Vol
theory, research and practice (3rdsd), 5 Women & Work, Sage Publications,
Jossey – Bass, San Francisco. New Delhi.
Komnas Perlindungan Anak. (2006). World Health Organization (WHO), 2006,
Pemerkosa Pelajar ditangkap: Terapi Preventing Child Maltreatment: a guide
Psikologis Amat diperlukan, to taking action and generating
www.kompas.com diakses 18 Agustus evidence. World Health Organization
2006. and International Society for Preven,
Leifer,M., Kilbane, T., Jacobsen,T., & tion Of Child abuse and Neglect.
Grossman,G. (2004). A three,genera,

12 JURNAL PSIKOLOGI

You might also like