781-Article Text-2097-1-10-20230603

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802

Vol. 1 No. 2 Januari - Juni 2023 Hal. 359-365


http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Terkait Penjualan Makanan


Dan Minuman Dalam Kemasan Kadaluarsa
Mohamad. Akbar R. Hatu1, Weny Almoravid Dungga2, Waode Mustika3
1
Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo, Email : akbarhatu01@gmail.com
2
Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo, Email : wenyAD@ung.ac.id
3
Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo, Email : waodemustika@ung.ac.id

Abstract
Abstract In the current era of globalization and technological development, many Indonesian industries are competing to
produce goods, including food and beverages, which are continuously developing rapidly, therefore consumers must be
more careful in choosing food and beverage products that are circulated and marketed in Indonesia. Food and beverage
production that is marketed only becomes the object of exploitation by business actors who deliberately seek profit
because of the reality at this time there are still many consumers who only directly accept and consume food and beverage
products that are circulated and marketed without paying attention to the dangers of consuming them, food ingredients
and beverages are commodities that are utilized for the survival of society in general. i This research uses normative
juridical methods, namely research sources from books, papers, journals, i internet and other sources.i According to
Article 19i of Law Number 8i Year 1999i concerning Consumer Protection, i Business actors are responsible for providing
compensation for damages, pollution and/or losses to consumers as a result of consuming goods and/or services
produced/traded. i Fostering and Supervision of Food and Beverage Distribution by BPOM i standardization which is the
function of setting standards, i regulations, and policies related to the supervision of Food and Drug Administration.
Keywords: Consumer Protection, Food and Drink, Expired.

Abstrak
Pada era globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini banyak industri Indonesia bersaing untuk memproduksi barang
diantaranya makanan dan minuman yang terus berkembang pesat oleh karena itu konsumen harus lebih berhati-hati
dalam memilih produk makanan dan minuman yang beredari dan di pasarkan di Indonesia. Konsumen sebagai
pemakai produk makanan dan minuman yang di pasarkan hanya menjadi objek pengeksploitasian oleh pelaku usaha
yang sengaja untuk mencari keuntungan karena realita saat ini masih banyak konsumen yang hanya langsung
menerima dan mengkonsumsi produk makanan dan minuman yang beredar dan di pasarkan tanpa memperhatikan
bahaya dari mengkonsumsinya, bahan makanan dan minuman merupakan komoditas yang dimanfaatkan untuk
kelangsungan hidup masyarakat pada umumnya. Penelitian ini menggunakan metode normatifi yuridis, yaitu sumber
penelitian dari buku-buku, makalah, jurnal, internet dan sumber lainnya. Dalam Pasal 19 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan/diperdagangkan. Pembinaan dan Pengawasan Peredaran Makanan dan Minuman oleh BPOM
standardisasi yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan terkait dengan pengawasan Obat
dan Makanan.
Kata Kunci: Perlindungan Konsumen,Makanan Dan Minuman ,Kadaluarsa,

This work is licensed under Creative Commons Attribution License 4.0 CC-BY International license

PENDAHULUAN
Perlindungan bukan hanya masalah orang perorangan saja, tetapi masalah bersama karena pada dasarnya
masyarakat sebagai makhluk sosial yang harus diberikan perlindungan oleh berbagai pihak agar memperoleh
penghidupan yang layak sesuai dengan kemanusiaannya. Masyarakat yangi pada dasarnya adalah juga
konsumen harus mendapat perlindungan dari badan/instansi pemerintah yang melakukan pengawasan
terhadap peredaran makanan dan minuman yang sudah tidak layak konsumsi, khususnya makanan dan
minuman kadaluwarsa. Masa kadaluwarsa dari produk itu.
sangat penting bagi konsumen yang menikmati produk untuk dikonsumsinya, karena menyangkut
dari kesehatan tubuhnya. Sebagian pelaku usaha dalam melakukan kegiatannya seringkali mengabaikan
kepentingan konsumen. Mengingat posisi tersebut konsumen sering “terpaksa” menerima suatu barang/jasa,
walaupun tidak sesuai dengan kebutuhan. Kondisi demikian dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha
dan konsumen menjadi tidak seimbang yang terlampau sering merugikan kedudukan konsumen.
Berkaitan dengan hal-hal di atas, dengan amanat Undang-Undang Dasari Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada pembukaan alinea IV, yang berbunyi Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 02 Januari - Juni (2023) 359
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 2 Januari - Juni 2023 Hal. 359-365
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan 2 kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- Undang Dasari negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka perlindungan konsumen menjadi penting.
Pada masa ini banyak sekali bermunculan produk barang dan atau jasa yang ada dan dipasarkan di
Indonesia, dan apabila konsumen tidak berhati-hati untuk memiliki barang yang diinginkannya maka para
konsumen hanya menjadi obyek eksploitasi bagi para pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Pada
kenyataannya pelaku usaha masih banyak yang dengan sengaja menjual produk makanannya yangi telah
kadaluwarsa, dan hal ini tidak disadari oleh konsumen, karena konsumen hanya menerima begitu saja tanpa
memperhatikannya. Dan hal ini sangat merugikan hakhak konsumen serta dapat membahayakan kesehatan
dan keselamatannya.
Kadaluwarsa merupakan lewatnya ataupun habisnya jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan
apabila dikonsumsi, maka makanan tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan yang mengkonsumsinya.
Dengan demikian kadaluwarsa adalah penjualan barang ataupun peredaran produk kemasan dan makanan
yang sudah tidak layak dijual kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena produk tersebut telah kadaluwarsa
sehingga dapat mengganggu kesehatan dan apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan penyakit kanker, dari hal atau tanggal daluwarsa merupakan batas jaminan produsen ataupun 3
pelaku usaha terhadap produk yang diproduksinya. Kecenderungan demikian semakin merugikan masyarakat
itu sendiri khususnya konsumen.
Pihak-pihak lain di luar masyarakat yang tidak menjadi korban, tidak akan mengetahui apa Yang
sesungguhnya terjadi pada masyarakat itu sendiri. “Para pengusaha atau pemerintah tidak mengetahui masalah
yang diakibatkan oleh tindakannya jika tidak ada pengaduan konsumen. Pada saat yang sama, para pengusaha
tidak akan terdorong untuk mengambil langkah preventif melindungi konsumen karena menganggap tidak ada
yang salah pada produknya tersebut”.
Pada era globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini banyak industri Indonesia bersaing untuk
memproduksi barang diantaranya makanan dan minuman yang terus berkembang pesat oleh karena itu
konsumen harus lebih berhati-hati dalam memilih produk makanan dan minuman yang beredar dan di
pasarkan di Indonesia. Konsumen sebagai pemakai produk makanan dan minuman yang di pasarkan hanya
menjadi objek pengeksploitasian oleh pelaku usaha yang sengaja untuk mencari keuntungan karena realita saat
ini masih banyak konsumen yang hanya langsung menerima dan mengkonsumsi produk makanan dan
minuman yang beredar dan di pasarkan tanpa memperhatikan bahaya dari mengkonsumsinya, bahan makanan
dan minuman merupakan komoditas yang dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup masyarakat pada
umumnya.
Kadaluwarsa adalah keadaan dimana suatu produk sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi karena
beresiko tinggi menimbulkan keracunan bagi orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk tersebut.
Pada kemasan produk makanan, informasi tentang tanggal kadaluwarsa sangatlah penting untuk dicantumkan
guna melindungi konsumen dari bahaya keracunan produk kadaluwarsa. “Biasanya produk-produk yang
mencantumkan informasi tentang tanggal kadaluwarsa adalah produk yang berasal dari pabrik atau industri
yang memproduksi dalam skala besar dan telah didistribusikan secara luas. Namun terkadang ada produsen
yang dengan sengaja tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada kemasan produk untuk mendapatkan
keuntungan semata tanpa memperhatikan bahaya suatu produk bagi konsumen yang mengkonsumsinya”.
Kehidupan masyarakat yang semakin konsumtifi di era globalisasi mengakibatkan berkurangnya
kesadaran masyarakat terhadap produk makanan yang dikonsumsinya. Masyarakat sebagai konsumen
cendrung tidak memperhatikan batas kadaluarsa dari makanan yang hendak dikonsumsi. Hal ini menjadikan
celah bagi para pelaku usaha untuk tetap menjual ataupun menawarkan produk makanan yang mendekati batas
kadaluarsanya dengan melakukan potongan harga miring untuk menarik minat para konsumen. Dengan
demikian pelaku usaha tidak menderita kerugian yang cukup besar jumlahnya, karena produk yang dijualnya
telah dibeli oleh konsumen. Produsen serta pelaku usaha wajib bertanggungjawab terhadap produk makanan
yang diedarkan ataupun yang diperdagangkannya.
Penegakan hukum terhadap perlindungan hak-hak konsumen sangat minim dilakukan. Aturan dan
regulasi pangan yang telah ditetapkan tidak dipahami dan ditaati oleh pelaku usaha dan produsen dalam hal

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 02 Januari - Juni (2023) 360
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 2 Januari - Juni 2023 Hal. 359-365
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

perlindungan kepada konsumen. Masih ditemuinya sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku
usaha dan produsen dalam mengedarkan. Peredaran dan perdagangan pangan kadaluarsa pada umumnya
sering terjadi pada pasar-pasar tradisional. Pasar tradisional menjadi target peredaran makanan kadaluarsa
karena para pelaku usaha dalam pasar tradisional kurang memperhatikan dan tidak cermat dalam
memperdagangkan produk makanan yang telah mendekati batas kadaluarsa.
Para pelaku usaha pada pasar tradisional beranggapan bahwa makanan yang tidak boleh dijual adalah
yang telah melewati batas kadaluarsa lebih dari satu bulan berdasarkan kode produksi dan expired yang
tercantum pada kemasan makanan tersebut. Makanan yang mendekati batas kadaluarsa sesungguhnya tidak
dapat diperjual belikan. Pelaku usaha wajib me-return produk makanan tersebut ke distributor ataupun
produsen. Berbeda dengan pasar modern yang menjamur dikotakota besar. “Pasar modern justru lebih
memperhatikan kualitas produk yang dijualnya, terutama mengenai produk makanan yang mendekati batas
kadaluarsanya”.

METODE PENELITIAN
Metode Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui dan memahami bagaimana Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Terkait Penjualan Makanan Dan Minuman Dalam Kemasan Kadaluarsa

Metode penelitian ini menggunakan penelitian hukum yuridis normatif yaitu penelitian yang mengacu dan
mengarah pada norma dan asas-asas hukum serta bersumber dari kepustakaan (library research) dan berbagai
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.

1. Pendekatan: yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kualitatif

2. Metode pengumpulan data: dalam penelitian ini yaitu dengan . Prosedur studi kepustakaan yaitu
pengumpulan data dengan menggunakan oeraturan perundang-undangan, dokumen resmi dan juga
literatur-literatur yang berhubungan atau berkesinambungan dengan masalah yang dibahas.

3. Teknik Analisa Data: Teknis analisis data merupakan proses dari mengolah data dan sebuah
informasi kedalam sebuah penelitian. Hal ini penulis dasari dengan 3 macam teknis analisis, yaitu
Deskripsis Perundang-undangan dan Argumentatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertanggung Jawaban Pelaku Usaha Atas Beredarnya Makanan Dan Minuman Kadaluarsa
Saat ini banyak sekali konsumen yang tidak peduli dengan lebel tanggal kadaluarsa atau digital
expired dari produk yang mereka beli. Sebenarnya dari tanda expired atau tanggal kadaluarsa sangatlah
penting agar kita terhindar dari kerugian yang seharusnya pelaku usaha memeberi tanda expired atau
tanggal kadaluarsa. Tetapi tidak mencatumkannya tetapi juga karena kelalaian konsumen yang tidak
peduli dengan tanda tersebut sehingga konsumen mengalami banyak kerugian dan guna dari
memperhatikannya.
Salah satu bentuk tanggung jawab pelaku usaha sebagaimana dimaksud Pasal 19 Undang-Undang
RIi Nomor 8 Tahun 1999 itu adalah dengan memberikan ganti rugi kepada konsumen baik dalam
bentuk produk yang sama harganya atau dalam bentuk kompensasi lainnya yang disepakati antara
penjual dan pembeli, seperti memberikan biaya perawatan bagi konsumen yang terganggu kesehatannya.
Dalam Pasal 19 Undang- Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, memuat
tanggung jawab yang dibebankan terhadap pelaku usaha, yaitu :
1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau
kerugian konsumen akibatmengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan/diperdagangkan.
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang atau penggantian barang
dan/atau jasa yang sejenis/setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan
yang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian ganti rugidilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
4. Pemberian ganti rugi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan
kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 02 Januari - Juni (2023) 361
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 2 Januari - Juni 2023 Hal. 359-365
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha
dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. Dalam Undang-Undang RI
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diperinci apa saja yang menjadi hak dan
kewajiban pelaku usaha.
Pelaku usaha juga mempunyai hak-hak yang harus diharga dan dihormati oleh konsumen,
pemerintah, serta masyarakat pada umumnya karena penguasaha tanpa dilindungi hak- haknya akan
mengakibatkan macetnya aktivitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan asas-asas perlindungan konsumen
yaitu:
1. Asas Manfaat
2. Asas Keadilan
3. Asas Keseimbangan 18
4. Asas Keamanan danKeselamatan Konsumen;
5. Asas Kepastian Hukum”.
Adapun hak-hak pelaku usaha yang dimuat dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
Tantang Perlindungan Konsumen meliputisebagai berikut:
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan
2. Hak untuk mendapatkanperlindungan hukum dari tindakankonsumen yang beritikad tidak baik
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak
diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.
Sedangkan kewajiban pelaku usaha terhadap konsumen, masyarakat, dan pemerintah yang dimuat
dalamPasal 7 Undang- Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen meliputi:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha
2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa sertamemberi penjelasanpenggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak menjamin mutu
barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu
barang dan/atau jasa yang berlaku
4. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu
serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yangdiperdagangkan
5. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian,
dan/atau pemanfaatan barang dan/atau jasa yangdiperdagangkan
6. Memberi kompensasi, gantirugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima
atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian Tanggung jawab yangi dibebankan kepada pelaku
usaha yang mengedarkan makanan kadaluwarsa
Tanggung Jawab dari sudut Hukum AdministrasiBerkaitan dengan proses berjalannya produksi suatu
perusahaan, hukum administrasi sangat berperan yaitu dalam penetapan pemberian suatu izin usaha yang
merupakan suatu tindakan administrasi yang menetapkan legalitas berdirinya suatu perusahaan. Sanksi
administratifi tidak ditujukan pada konsumen pada umumnya, tetapi justru kepada pengusaha, baik itu
produsen maupun penyalur hasil-hasil produknya dalam hal ini penyaluran produk makanan. Sanksi
administratifi berkaitan dengan perizinan yang diberikan Pemerintah kepada pengusaha ataupun penyalur dari
suatu jenis produk makanan tertentu. Jika terjadi pelanggaran, izin-izin itu dapat dicabut secara sepihak oleh
Pemerintah.
Pencabutan izin hanya bertujuan untuk menghentikan proses memproduksikan suatu produk makanan
dari produsen/penyalur. Ketentuan hukum administrasi yang berkaitan dengan yang diatas yaitu termuat dalam
Undang- Undang RI Nomori23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, diantaranya : Pasal 73: Pemerintah melakukan
pembinaan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan. Pasal 76:
Pemerintah melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya
kesehatan, baik yang dilakukan oleh pemerintahmaupun masyarakat.

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 02 Januari - Juni (2023) 362
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 2 Januari - Juni 2023 Hal. 359-365
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

Pembinaan Dan Pengawasan Peredaran Makanan Dan Minuman Di Indonesia


Keberadaan masyarakat sebagai konsumen perlu dilindungi dari pangan yang dapat merugikan dan
atau membahayakan kesehatan. “Dalam Peraturan Pemerintah Nomori 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu Dan Gizi Pangan, perlindungan konsumen untuk keamanan juga telah diatur.” 16 Secara garis besar
kriteria keamanan pangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut adalah tentang:
1. Sanitasi, bahwa setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pada rantai
pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan peredaran pangan wajib
memenuhi persyaratan sanitasi sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2. Bahan tambahan pangan, bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dnyatakan terlarang.
3. Pangan produk rekayasa genetika, bahwa setiap orang yang memproduksi pangan atau menggunakan
bahan baku, bahan tambahan pangan, dan/ atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau proses produksi
pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan
pangan tersebut sebelum diedarkan.
4. Iradiasi pangan, bahwa fasilitas I radiasi yang digunakan dalam kegiatan atau protes produksi pangan
untuk diedarkan harus mendapatkan izin pemanfaatan tenaga nukliri dan didaftarkan kepada Kepala
badan yang bertanggung jawab di bidang pengawasan tenaga nuklir.
5. Kemasan pangan, bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan/atau yang dapat
melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia.
6. Jaminan mutu pangan dan pemeriksaan laboratorium, bahwa setiap orang yang memproduksi pangan
untuk diperdengarkan bertanggung jawab menyelenggarakan sistem jaminan mutu sesuai dengan jenis
pangan yang diproduksi
7. Pangan tercemar, bahwa setiap orang dilarangi mengedarkan pangan yangi mengandung bahan beracun,
berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia,
yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan, yang mengandung bahan yang dilarang
digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan, yang mengandung bahan kotor, busuk, tengik,
terurai, atau mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga
menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia tau pangan yang sudah kadaluarsa.
Hal tersebut harus diperhatikan dalam mengonsumsi terhadap produk pangan. Langkah pertama
sebagai konsumen untuk membeli suatu produk makanan yang dikemas dalam sebuah kemasan untuk pertama
kali konsumen melihat kemasan dan labelnya. Dari label kemasan konsumen bisa mengetahui banyak hal
soal produk didalam kemasan itu, dapat menjamin keamanan dalam mengkonsumsi produk pangan.
Produk makanan yang dikonsumsi konsumen paling tidak harus memenuhi beberapa syarat
seperti syarat sehat, aman dan halal, selain itu pangan tersebut juga harus memenuhi persyaratan kualitas serta
cita rasa sehingga jika dikonsumsi tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan mengancam
keselamatan jiwa konsumen. “Produk makanan akan dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi ketika didalam
produk makanan tersebut tidak terdapat atau mengandung zat-zat berbahaya 14 Pasal 30 ayat (2) UU RI No.7
tahun 1996 tentang Pangan seperti cemaran biologis, logam berat, cemaran pestisida, bahan-bahan kimia
maupun bahan-bahan lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, merugikan konsumen, bahkan
membahayakan keselamatan jiwanya.
Pengaturan Produk Pangan Kadaluarsa di Indonesia Pengaturan mengenai tanggal kadalauarsa
pada produk pangan di Indonesia cukup banyak ditemukan, di antaranya pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara eksplisit pada pasal 28D dinyatakan bahwa setiap orang
berhak atas jaminan, perlindungan, serta kepastian hukum. Dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen
terlihat jelas bahwa konsumen memiliki hak atas terjaminnya barang atau jasa yang akan dipakainya,
perlindungan terhadap dirinya dari barang atau jasa tersebut, serta kepastian hukum dalam upaya yang
ditempuh apabila terjadi kerugian akibat barang atau jasa tersebut di kemudian hari.
Selanjutnya, dalam Pasal 8 ayat (1) hurufi g Undang- Undang RI Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, pada bagian perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dinyatakan jelas
bahwa pelaku usaha dilarang untuk tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan/
pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu. Dari segi konsumen, dalam Pasal 4 hurufia secara
eksplisit disebutkan bahwa konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi suatu barang yang dikaitkan apabila suatu makanan kemasan tanpa tanggal kadaluarsa
dapat membahayakan kesehatan konsumen dan pada Pasal 4 hurufi c secara eksplisit juga disebutkan
bahwa konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 02 Januari - Juni (2023) 363
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 2 Januari - Juni 2023 Hal. 359-365
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

barang yang dikaitkan dengan pencantuman tanggal kadaluarsa sebagai informasi dari kondisi terbaik
suatu makanan kemasan.
Pengaturan mengenai makanan kadaluarsa telah diaturi dalam undang-undang khusus mengenai
makanan kadaluarsa. Hal ini dilatarbelakangi oleh keberadaan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan konsumen yang ternyata belum dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen dari akibat
mengkonsumsi makanan yang telah kadaluarsa. Hal ini semakin diperparah dengan perilaku pelaku usaha
yang masih saja memperdagangkan makanan yang telah rusak khususnya makanan yang telah kadaluarsa
yang merupakan akibat dari ketiadaan undang-undang khususnya mengenai makanan kadaluarsa. Salah satu
penyebab terjadinya persaingan yangi tidak sehat antar sesama pelaku usaha, budaya hukum konsumen
yang tidak mampu untuk bersikap kritis.

Pengaturan Yang Memuat Larangan Makanan Dan Minuman Dalam Kemasan Kadaluwarsa
Jadilah konsumen yang cerdas yaitu yang dimaksud menjadi pembeli yang pintar adalah cek kembali
bahan makanan dan minuman yang telah dibeli seperti melihat kembali tanggal dan tahun kadaluwarsa
makanan dan minuman tersebut, komposisi makanan dan minuman dalam kemasan serta mendapatkan
pengetahuan tentang produk makanan dan minuman tersebut yang dikemas dalam kemasan hal tersebut ialah
beberapa hak selaku pembeli barang guna memperoleh informasi mengenai produk dari makanan dan
minuman yang akan dikonsumsi.
Pangan kedaluwarsa adalah pangan yang telah melewati tanggal kedaluwarsa, mengalami penurunan
mutu, dan tidak layak konsumsi karena dapat membahayakan kesehatan konsumen. Pembusukan makanan
dapat terjadi pada batas waktu tertentu yang menyebabkan kadaluwarsa dan disebabkan oleh beberapa bakteri
yaitu seperti bakteri patogen, bakteri E. coli, serta bakteri salmonella. Bakteri-bakteri ini yang dapat
menyebabkan makanan dan minuman tersebut dapat membusuk, rusak dan cacat. Keamanan makanan dan
minuman adalah "risiko penyakit-penyakit, atau cedera yang dapat diterima sebagai akibat dari mengonsumsi
makanan dan minuman yang sudah kadaluwarsa".
Keamanan makanan dan minuman ini dapat dilaksanakan melalui peraturan, Undang-undang,
penelitian, desain dan juga teknologi serta pemantauan atau inspeksi yang sering dilakukan serta beberapa
Tindakan yang dapat di terapkan dapat mengurangi kelalaian kadaluwarsa makanan dan minuman. Hal berikut
ini dapat mencakup beberapa produk makanan dan minuman yang dimulai pada produksi pertanian dan
setelahnya dilanjutkan kepada para pembeli sebelumnya dilakukan penyimpanan, pengelolaan, distribusi dan
selanjutnya dilakukan berbagai kegiatan lainnya. Selanjutnya dalam hal produksi pertanian juga akan
dilakukan hal yang sama yaitu seperti penyimpanan, pengelolaan barang, distribusi, penyiapan dan berbagai
kegiatan lainnya setelah itu dapat dikonsumsi oleh pembeli.
Pangan merupakan komoditas yang berisiko tinggi karena masyarakat mengonsumsi untuk
kelangsungan hidup. Pencantuman aturan tersebut dapat dipahami dari perspektif perlindungan konsumen.
Misalnya mengenai hak konsumen terhadap campur tangan pihak ketiga. Makan dan minum adalah kebutuhan
dasar yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sangat pentingnya makanan dan minuman dalam hal melanjutkan
kehidupan sehari-hari.

KESIMPULAN
1. Kesimpulan Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan / diperdagangkan
sebagaimana diatur pada Pasal 19 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999.

2. Pembinaan dan Pengawasan Peredaran Makanan dan Minuman oleh BPOM standardisasi yang merupakan
fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan.
Standardisasi dilakukan terpusat, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar yang mungkin terjadi
akibat setiap provinsi membuat standar tersendiri

3. Pengawasan setelah beredar (post- market control) untuk melihat konsistensi mutu produk, keamanan dan
informasi produk yang dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar,
serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, pemantauan farmakovigilan dan
pengawasan label/penandaan dan iklan. Pengawasan post-market dilakukan secara nasional dan terpadu,
konsisten, dan terstandar.

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 02 Januari - Juni (2023) 364
Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) ISSN : 2963-5802
Vol. 1 No. 2 Januari - Juni 2023 Hal. 359-365
http://jurnal.minartis.com/index.php/jishs

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan dan telah diuraikan, berikut beberapa saran yang
diberikan:

Para pelaku usaha tidak boleh menjual atau memperdagangkan bahan makanan yang telah cacat, rusak,
dan juga telah tercemar tanpa adanya pemberitahuan tentang bahan makanan atau minuman tersebut. Para
pelaku usaha yang melakukan tindakan tersebut dapat dikenai hukuman yang telah tertera di dalam pasal
tentang memperdagangkan barang atau jasa yang sudah kadaluwarsa dan wajib merik barang-barang tersebut
dari peredaran..

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmadi. 2010 Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Grafindo Persada Nurmandjito.
Celina Tri Siwi Kristiyanti. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Malang: SinarGrafika
Dewi Wilna, Elin. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarta:Graha Ilmu Fuadi,
Pieris, John. 2011. Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen terhadap Produk Pangan Kadaluarsa. Jakarta: Pelangi Cendikiawan
Rokan, Kamal Mustafa. 2010. Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di Indonesia). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. 2015. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.
Bumi Aksara Janus Sidabalok. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia. Bandung:Citra Aditya Bakti
M. Ali Mansyur. 2007. Penegakan Hukum Tentang Tanggung Gugat Produsen Dalam Perwujudan Perlindungan Konsumen. Yogyakarta:
Genta Press
Munir Fuady. 2005. Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer. Bandung: Citra Aditya Bakti
Susanti. 2011. Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen ditinjau dari Hukum Acara serta Kendala Implementasinya. Jakarta: Kencana
Prenada Media Gup
Sutedi, Andrian. 2008. Tanggungjawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Dasar tahun 1945
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) Vol.01 No. 02 Januari - Juni (2023) 365

You might also like