Professional Documents
Culture Documents
Dewamangku, ACARYA PUSTAKA Tasya Rahmadini Sukaesih 2021 1
Dewamangku, ACARYA PUSTAKA Tasya Rahmadini Sukaesih 2021 1
ABSTRACT
Everyone who comes from a variety of backgrounds has different information needs. The
information that the user wants is the latest information. So that users take advantage of
library services that have information with high quality and credibility. The existence of the
COVID-19 pandemic period made users unable to come directly to the library to receive the
services provided. Therefore, users need a digital library. Digital library is a library service
system that uses technology in these services. With the digital library, users can access these
services anywhere and anytime because digital libraries are not regulated by time and space.
Accessing digital libraries can be done very easily and does not require effort and time to
utilize. An example of such a digital library is the Kemendikbud digital library. The library has
services such as information services, bibliographic services, reference services, lending, and
OPAC (Open Public Access Catalog) which can be utilized by users. The Kemendikbud digital
library has a web and application version. The application that is owned by the library is
called Eperpusdikbud. This application provides information services, OPAC, and collection
lending in various formats and in this application, there are many categories that can be
selected by the user. Services provided in the Kemendikbud digital library web contain
information services and OPAC. Reference services are carried out by contacting the
WhatsApp contact of the Ministry of Education and Culture's digital library for general
reference services and foreign journal references throug h the Ministry of Education and
Culture's digital library email. The existence of a digital library service helps users in tracing
information during the COVID-19 pandemic. The method used in this article is a descriptive
qualitative method.
Keywords: Library; digital; services; needs; information
ABSTRAK
Setiap individu yang berasal dari latar belakang yang beragam memiliki kebutuhan informasi
yang beragam. Informasi yang diinginkan oleh pengguna merupakan informasi terbaru.
Sehingga pengguna memanfaatkan layanan perpustakaan yang memiliki informasi dengan
kualitas dan kredibilitas yang tinggi. Adanya masa pandemi COVID-19 ini membuat pengguna
tidak bisa datang langsung ke perpustakaan untuk menerima layanan yang disediakan. Oleh
karena itu, pengguna membutuhkan perpustakaan digital. Perpustakaan digital merupakan
sistem layanan perpustakaan yang menggunakan teknologi di dalam layanan tersebut. Dengan
adanya perpustakaan digital, pengguna dapat mengakses layanan tersebut dimanapun dan
kapanpun karena Perpustakaan digital tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Mengakses
perpustakaan digital dapat dilakukan sangat mudah dan tidak membutuhkan tenaga dan waktu
untuk memanfaatkan. Contoh perpustakaan digital tersebut adalah perpustakaan digital
Kemendikbud. Perpustakaan tersebut memiliki layanan seperti layanan informasi, layanan
bibliografi, layanan referensi, peminjaman, dan OPAC (Open Public Access Catalog) yang
dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Perpustakaan digital Kemendikbud memiliki versi web
dan aplikasi. Aplikasi yang dimiliki oleh perpustakaan tersebut dinamakan EPerpusdikbud.
Aplikasi tersebut memberikan layanan informasi, OPAC, dan peminjaman koleksi dengan
berbagai format dan dalam aplikasi tersebut terdapat banyak kategori yang dapat dipilih oleh
pengguna. Layanan yang disediakan di dalam web perpustakaan digital Kemendikbud
berisikan layanan informasi dan OPAC. Untuk layanan referensi dapat dilakukan dengan
menghubungi kontak WhatsApp Perpustakaan digital Kemendikbud untuk layanan referensi
umum dan referensi jurnal luar negeri dilakukan melalui email perpustakaan digital
Kemendikbud. Adanya layanan perpustakaan digital membantu pengguna dalam penelusuran
informasi pada masa pandemi COVID-19. Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu
metode kualitatif deskriptif.
Kata Kunci: Perpustakaan; digital; layanan; kebutuhan;informasi
PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki sebuah kebutuhan informasi yang harus terpenuhi untuk
mengetahui segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Dalam memenuhi kebutuhan informasi
tersebut, masyarakat dapat datang ke perpustakaan sekitar untuk dilayani kebutuhan
informasinya oleh pustakawan dan staf perpustakaan tersebut. Masyarakat yang membutuhkan
informasi dapat berasal dari berbagai kelompok individu atau komunitas yang memiliki
tujuan dalam menggunakan informasi tersebut. Di setiap individu memiliki sebuah hak untuk
mendapatkan akses sebuah pemahaman informasi yang sebelumnya tidak ada terdapat
informasi tersebut (IFLA, 1994). Akan tetapi, pada masa pandemi COVID-19 ini terdapat
hambatan untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini dikarenakan penyebaran virus
yang tidak dapat terdeteksi dan terlihat oleh manusia sehingga manusia dapat terpapar virus
tersebut tanpa disadari. Maka dari itu, melakukan aktivitas di luar rumah memiliki resiko
tinggi untuk terjangkit COVID-19. Sehingga pemerintah menyarankan untuk setiap
masyarakat untuk tetap tinggal di rumah masing-masing dan mengikuti protokol kesehatan
yang dianjurkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, perpustakaan harus beradaptasi dengan
situasi seperti ini untuk tetap melanjutkan pemberian layanan perpustakaan kepada
penggunanya. Upaya yang dapat dilakukan perpustakaan dalam masa pandemi ini untuk
memenuhi kebutuhan informasi yaitu dengan menggunakan teknologi. Perkembangan
teknologi sudah berkembang pesat dan banyak teknologi terbaru bermunculan. Di era global
ini, teknologi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Teknologi dibuat untuk memudahkan
manusia dalam melakukan sesuatu dan membantu menyelesaikan masalah. Sehingga,
dibutuhkan integrasi teknologi dengan setiap institusi termasuk perpustakaan dalam
memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Khususnya teknologi informasi dan
komunikasi atau ICT (Information and Communication Technology) untuk mengembangkan
perpustakaan dalam adaptasi di masa pandemi yang membutuhkan peran teknologi.
Pemanfaatan teknologi digital sepenuhnya dalam setiap perpustakaan, pengguna dapat
memiliki akses semua jenis bahan pustaka yang ada di perpustakaan tanpa ada batasan dan
dapat mengakses di berbagai tempat dan waktu (IFLA, 2014). Sehingga layanan perpustakaan
dapat berkembang dan berlanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana cara
pemanfaatan layanan perpustakaan digital khususnya EPerpusdikbud yaitu perpustakaan
digital dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia
(Kemendikbud RI) dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna pada masa pandemi
COVID-19 yang tidak bisa selalu melakukan aktivitas luar rumah agar mengurangi angka
penyebaran virus tersebut. Pada penelitian ini memfokuskan apa saja layanan yang diberikan
dan bagaimana cara pemanfaatan layanan dari EPerpusdikbud. Selain itu, menganalisis cara
penyediaan layanan dari EPerpusdikbud, apakah sesuai dengan standar perpustakaan digital
atau tidak. EPerpusdikbud ini merupakan perpustakaan publik yang memiliki koleksi digital
seperti e-book dan layanan lainnya yang berbasis online sehingga tidak perlu untuk datang
langsung ke perpustakaan kemendikbud. EPerpusdikbud ini melayani masyarakat dari
berbagai latar belakang sehingga menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif untuk
mendeskripsi dan menganalisis pemanfaatan layanan perpustakaan digital kemendikbud
memenuhi kebutuhan informasi pada masa pandemi yang tidak bisa melakukan aktivitas luar
rumah. Penelitian Kualitatif deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan penelitian yang
tidak dapat dilakukan dengan cara kuantitatif dan dalam metode ini menunjukan kehidupan
masyarakat, sejarah,tingkah laku, fungsionalisme organisasi, pergerakan sosial, dan
hubungan kekerabatan secara deskriptif (Sidiq & Choiri, 2019). Objek yang akan diteliti yaitu
pelayanan perpustakaan digital dan subjek yang diteliti yaitu Perpustakaan Digital
Kemendikbud. Waktu yang dilakukan dalam melakukan penelitian dari minggu ke-3 bulan
oktober sampai minggu ke-4 bulan november. Penelitian ini tidak dilakukan ke lokasi
penelitian karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menjadikan tidak
bisa melakukan observasi offline sehingga melakukan observasi secara online. Cara
pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara online dengan menggunakan informasi
yang tertera di web dan aplikasi EPerpusdikbud tersebut.
Dari semua definisi tersebut inti dari perpustakaan digital adalah perpustakaan yang
melibatkan teknologi ke dalam sistem layanan perpustakaan dengan memanfaatkan agar
layanan perpustakaan dapat berkembang dengan sejalannya perkembangan teknologi dan
zaman. Menyediakan bahan pustaka dengan format yang dapat dibaca oleh sistem elektronik
dan dapat dimasukan kedalam suatu portal web agar pengguna dari berbagai daerah dan waktu
dapat mengakses bahan pustaka tanpa batas. Selain itu, memiliki layanan sumber daya
manusia seperti layanan referensi, informasi, dan bibliografi tanpa bertemu langsung dengan
pustakawannya.
METODE
Menurut Susanto (2010), hal yang mendasari desain perpustakaan digital adalah
knowledge society, knowledge management, knowledge creation, knowledge manageme nt
system. Knowledge society yaitu kelompok atau komunitas yang memiliki pengetahuan dalam
lingkup yang luas, dimana perpustakaan digital merupakan salah satu instrumen penukaran
informasi atau pengetahuan di suatu negara dan bangsa, maupun antar negara/bangsa yang
bertujuan untuk mengembangkan negara/bangsa tersebut. Knowledge management adalah
proses pengelolaan informasi secara sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman secara komprehensif di area yang spesifik. Knowledge creation adalah proses
memahami cara mekanisme data-data seperti buku, prosiding, makalah/artikel, presentasi,
notulen, dan sebagainya. Terakhir yaitu knowledge management system adalah proses
pengelolaan informasi yang ada di bahan pustaka secara sistematis dan struktur untuk
memperkuat knowledge creation melalui teknologi seperti komputer dan jaringan internet
(Susanto, 2010).
Aplikasi tersebut memiliki koleksi yang sudah dikategorikan sesuai dengan subjek
koleksi tersebut. Pengguna dapat memilih koleksi tersebut sesuai dengan yang diinginkan.
Kategori tersebut mulai dari, fiksi dewasa, seni, musik & fotografi, otomotif & motor,
biografi, agama, bisnis & investasi, anak-anak, anak-anak dari umur 0-3, anak-anak dari
umur 4-7 tahun, anak-anak dari umur 8-12 tahun, klasik, komik, grafik novel, komputer &
teknologi. Pendidikan, hiburan, budaya pop, fiksi & literatur, makanan & masak, buku resep,
kesehatan & kecantikan, fiksi sejarah, sejarah, hobi dan keterampilan, bangunan dan
arsitektur, tanaman, hukum, gaya hidup dan budaya, motivasi, mystery & thriller, nasional,
berita & politik, koran, parenting dan keluarga, filosofi, puisi & cerita pendek, ilmu sosial,
jurnal, psikologi, kamus, percintaan, sains & alam, sains fiksi, fantasi, travel, minat wanita.
Setiap kategori tersebut ada bermacam bahan pustaka yang sudah terdigitalisasi seperti e-
books, e-journal, e-zines. Selain itu, pengguna dapat mencari bahan pustaka yang
berhubungan dengan kebutuhan informasinya dengan menekan tombol pencarian pada
aplikasi tersebut. Setelah itu, pengguna memasukan kata kunci yang berhubungan dengan
kebutuhan informasinya.
Koleksi yang tersedia di perpustakaan digital tersebut dapat dipinjam dan digunakan
oleh pengguna. Proses peminjaman koleksi tersebut mudah dilakukan. Pertama yang
dilakukan adalah memilih bahan pustaka yang diinginkan. Kedua yaitu menekan tombol yang
bertuliskan pinjam. Selanjutnya, secara otomatis aplikasi akan mengunduh bahan pustaka
tersebut. Setelah itu, pengguna dapat mengakses bahan pustaka tersebut. Peminjaman
tersebut terdapat jangka waktu selama seminggu dan terdapat tanggal & waktu peminjaman
berakhir. Bahan pustaka yang sudah dipinjam oleh pengguna tercatat di option history dan
pengguna dapat melihat berbagai bahan pustaka yang sudah dipinjamnya. Setiap bahan
pustaka di aplikasi tersebut terdapat stok yang terbatas. Sehingga jika adanya stok bahan
pustaka yang diinginkan, pengguna dapat menekan tombol yang bertuliskan notify me agar
pengguna mendapatkan notifikasi dari aplikasi tersebut saat bahan pustaka yang diinginkan
sudah bisa dipinjam. Pengguna dapat memberhentikan notifikasinya jika tidak menginginkan
bahan pustaka yang akan dipinjamnya. EPerpusdikbud memiliki bahan pustaka yang
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Gambar 2. Cara Meminjam Buku Pada Aplikasi Eperpusdikbud (Sumber: Perpustakaandikbud, 2020)
Menurut Kustanti (2016) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa, bagi pengguna dengan adanya
koleksi digital ini membuat menjadi efisien dalam tenaga dan waktu karena tidak perlu
bersusah payah untuk mencari satu demi satu koleksi yang berhubungan dengan informasi
yang diperlukan. Koleksi digital membuat keefektifan dalam hal pencarian data karena sudah
memperoleh ringkasan data yang dicari. Selain itu, pengguna mendapatkan keluasan untuk
menemukan informasi secara lengkap dan akurat. Pandangan pustakawan tentang koleksi
digital berguna untuk membantu dalam melakukan penelusuran informasi, membantu
kataloger, sarana temu kembali informasi yang efektif, meningkatkan citra layanan
perpustakaan (Kustanti, 2016).
Selain itu, dalam jurnal yang dibuat oleh Kustanti (2016), koleksi digital
membutuhkan pengembangan koleksi yang dikembangkan oleh perpustakaan agar sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Perpustakaan harus merespon dengan cepat informasi yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh pengguna. Koleksi digital harus tetap dikembangkan seperti
koleksi fisik yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna. Proses pengembangan
koleksi digital lebih cepat dibandingkan dengan koleksi fisik. Untuk melakukan
pengembangan koleksi tersebut, hal yang harus dibutuhkan adalah kompetensi pustakawan
dan sarana & prasarana seperti jaringan internet dan perangkat keras seperti komputer.
Gambar 4. Tampilan SIKOPER Sistem Integrasi Perpustakaan Kemendikbud (Sumber: Perpusdikbud, 2020)
Gambar 5. Tampilan Katalog SIKOPER (Sumber: Perpusdikbud, 2020)
Gambar 6. Tampilan Detail Informasi dari katalog SIKOPER Sumber: Perpusdikbud, 2020
Gambar 7. Layanan Referensi Perpustakaan Digital Kemendikbud Melalui Aplikasi WhatsApp (Sumber: layanan referensi
perpusdikbud, 2020)
Gambar 8. Layanan Referensi melalui email (Sumber: Layanan referensi perpusdikbud, 2020)
Layanan referensi digital merupakan layanan transaksi referensi pada perpustakaan yang
dilakukan secara online dengan media komputer. Layanan tersebut dilakukan bertujuan untuk
memberikan referensi kepada pengguna dimanapun dan kapanpun tanpa dibatasi oleh waktu dan
tempat tertentu. Pengguna dapat melakukan layanan referensi digital melalui email atau media
online lainnya dengan secara cepat didukung oleh adanya kemampuan pustakawan di bidang
teknologi informasi. Pustakawan yang dibutuhkan untuk layanan referensi digital ini harus
subject specialist yaitu memiliki kemampuan dalam subjek tertentu, keterampilan komunikasi
yang baik dan dapat menggali informasi secara mendalam, out of the box, dan adaptif (Hariyah,
2016).
Terdapat standar kualitas yang harus diberikan oleh pengguna yaitu kesopanan, akurasi,
kepuasan, pengguna berulang, kesadaran. Kesopanan dilihat dari perilaku staf perpustakaan.
Akurasi dilihat dari kebenaran jawaban yang diberikan oleh referensi digital staf. Kepuasan
yaitu pengguna merasa puas atau berhasil mendapatkan jawaban yang diberikan oleh
pustakawan saat layanan referensi digital. Pengguna berulang adalah persentase pengguna yang
akan menggunakan layanan referensi tersebut setelah pertemuan pertama. Kesadaran dilihat dari
pengetahuan kelompok bahwa layanan referensi digital tersebut ada (Lankes, Gross, &
McClure, 2003).
Menurut Lankes, Gross, & McClure (2003), standar teknis layanan referensi ada tiga
jenis yaitu pertukaran pertanyaan, profil, basis pengetahuan. Pertukaran pertanyaan merupakan
sarana layanan referensi yang mentransfer pertanyaan ke pustakawan lalu pustakawan encode
pertanyaan tersebut dan dijawab ke pengguna tersebut. Profil merupakan informasi deskriptif
dapat mencakup informasi kontak suatu organisasi untuk digunakan untuk membangun jaringan
referensi digital yang kemungkinan akan ada beberapa interaksi dengan layanan referensi
tersebut. Basis pengetahuan adalah cara pustakawan menyandikan pertanyaan dan jawaban ke
dalam arsip yang dapat digunakan kembali (Lankes et al., 2003).
PENUTUP
Standarisasi tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas yang baik bagi pengguna.
Layanan referensi yang dilakukan oleh pustakawan perpustakaan digital kemendikbud sesuai
dengan standarisasi tersebut. Seperti kesopanan pustakawan saat menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh pengguna diterapkan oleh pustakawan perpustakaan digital kemendikbud saat
melakukan layanan referensi digital. Selain itu akurasi jawaban yang diberikan oleh pustakawan
perpustakaan digital kemendikbud sesuai dengan kebutuhan pengguna dan disertakan profil
yang berupa informasi deskriptif untuk pengguna, jika pengguna menemukan hubungan
kebutuhan informasi tersebut dengan informasi deskriptif tersebut. “Untuk menilai kualitas dan
layanan suatu perpustakaan, salah satu tolak ukurnya adalah layanan kepada penggunanya, baik
itu layanan secara umum, maupun referensi. Layanan referensi sangat berperan dalam dunia
perpustakaan karena layanan referensi bertugas dalam ledakan informasi” (Hariyah, 2016).
Dari semua layanan yang diberikan oleh perpustakaan digital kemendikbud tersebut
memiliki misi yang sama dengan perpustakaan digital. Misi tersebut yaitu memberikan akses
sumber daya informasi langsung dari perpustakaan digital ke pengguna, secara terstruktur dan
berwibawa sehingga pengguna mengerti dengan informasi yang diberikan dan terdidik oleh
informasi tersebut. Untuk mendukung misi tersebut, perpustakaan harus melakukan beberapa
tugas seperti, mendukung digitalisasi dan membuka akses untuk melestarikan informasi
tersebut. Setelah itu, mengumpulkan informasi terbaru yang dibutuhkan oleh pengguna dan
membuka akses bagi semua yang membutuhkan informasi tersebut. Menciptakan sistem
perpustakaan digital yang dapat dioperasikan oleh semua pengguna untuk mempromosikan
standar akses terbuka. Mendukung peran penting perpustakaan digital dalam memberikan
kualitas layanan yang baik agar citra perpustakaan meningkat. Memanfaatkan media sosial
untuk mempromosikan dan menyebarluaskan konten digital (IFLA, 2018).
Daftar Pustaka
Ahmad, M., & Abawajy, J. H. (2014). Digital Library Service Quality Assessment
Model.Procedia - Social and Behavioral Sciences, 129, 571–580.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.715
Azizah, L. (2012). Penerapan digitalisasi untuk perpustakaan (Pegawai pada Perpustakaan
IAIN-SU). Jurnal Iqra, 06(0), 59–64.
Casey, M. E., & Savastinuk, L. C. (2006). Library 2.0. Library Journal, 131(14), 40–42.
https://doi.org/10.1300/j115v26s01_02
Ernawati. (2018). PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM TEMU KEMBALI INFORMASI
DENGAN OPAC. Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 3(1), 103–120.
Hariyah. (2016). Layanan Referensi Digital Perpustakaan Lembaga Penelitian: Strategi yang
dibangun pustakawan. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Vol. 23, pp. 31–37.
IFLA. (1994). IFLA -- IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994. Retrieved September
11, 2020, from
https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994
IFLA. (2014). About Digital Libraries. Retrieved November 24, 2020, from IFLA website:
https://www.ifla.org/about-digital-libraries
IFLA. (2018). IFLA/UNESCO Manifesto for Digital Libraries. Retrieved November 24, 2020,
from IFLA website:
https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-manifesto-for-digital-libraries
Kresh, D. (2007). The whole digital library handbook . Chicago: American Library Association.
Kustanti, E. (2016). Nilai Tambah Koleksi Digital Literatur Sekunder. Jurnal Pustakawan
Indonesia, 23(1).
Lankes, R. D., Gross, M., & McClure, C. R. (2003). Cost, statistics, measures, and standards for
digital reference services: A preliminary view. Library Trends, 51(3), 401–413.
Seadle, M., & Greifeneder, E. (2007). Defining a digital library. Library Hi Tech, 25(2), 169–
173. https://doi.org/10.1108/07378830710754938
Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan.
Ponorogo: CV. Nata Karya.
Subroto, G. (2010). Perpustakaan Digital. Jurnal Pustakawan Indonesia, 10(2), 1–11. Susanto,
S. E. (2010). Desain dan standar perpustakaan digital. Jurnal Pustakawan
Indonesia, 10(2), 17–23.
Thanuskodi, S. (2012). Use of Online Public Access Catalogue at Annamalai University
Library. International Journal of Information Science, 2(6), 70–74.
https://doi.org/10.5923/j.ijis.20120206.01
Watkins, R. D., Sellen, A., & Lindley, S. E. (2015). Digital collections and digital collecting
practices. Conference on Human Factors in Computing Systems - Proceedings, 18–23,
3423–3432. https://doi.org/10.1145/2702123.2702380