Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

ACARYA PUSTAKA

Volume 8 Number 1, Tahun 2021


ISSN: Print 2442- 4366 – Online 2443-0293
Undiksha – IKI | DOI: 10.23887
Open Access https://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/AP
Diterima/direview/ publikasi : diterima februari 2021/direview april 2021/publikasi juni 2021

PEMANFAATAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN DIGITAL


KEMENDIKBUD UNTUK KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA
PADA MASA PANDEMI COVID-19

Tasya Rahmadini1, Sukaesih2, Evi Nursanti Rukmana3, Encang Saefudin4


1,2,3,4
Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas Padjadjaran
E-mail: 1tasya19009@mail.unpad.ac.id, 2sukaesih@unpad.ac.id, 3evi.nursanti.r@gmail.com, 4encang@unpad.ac.id

ABSTRACT

Everyone who comes from a variety of backgrounds has different information needs. The
information that the user wants is the latest information. So that users take advantage of
library services that have information with high quality and credibility. The existence of the
COVID-19 pandemic period made users unable to come directly to the library to receive the
services provided. Therefore, users need a digital library. Digital library is a library service
system that uses technology in these services. With the digital library, users can access these
services anywhere and anytime because digital libraries are not regulated by time and space.
Accessing digital libraries can be done very easily and does not require effort and time to
utilize. An example of such a digital library is the Kemendikbud digital library. The library has
services such as information services, bibliographic services, reference services, lending, and
OPAC (Open Public Access Catalog) which can be utilized by users. The Kemendikbud digital
library has a web and application version. The application that is owned by the library is
called Eperpusdikbud. This application provides information services, OPAC, and collection
lending in various formats and in this application, there are many categories that can be
selected by the user. Services provided in the Kemendikbud digital library web contain
information services and OPAC. Reference services are carried out by contacting the
WhatsApp contact of the Ministry of Education and Culture's digital library for general
reference services and foreign journal references throug h the Ministry of Education and
Culture's digital library email. The existence of a digital library service helps users in tracing
information during the COVID-19 pandemic. The method used in this article is a descriptive
qualitative method.
Keywords: Library; digital; services; needs; information
ABSTRAK
Setiap individu yang berasal dari latar belakang yang beragam memiliki kebutuhan informasi
yang beragam. Informasi yang diinginkan oleh pengguna merupakan informasi terbaru.
Sehingga pengguna memanfaatkan layanan perpustakaan yang memiliki informasi dengan
kualitas dan kredibilitas yang tinggi. Adanya masa pandemi COVID-19 ini membuat pengguna
tidak bisa datang langsung ke perpustakaan untuk menerima layanan yang disediakan. Oleh
karena itu, pengguna membutuhkan perpustakaan digital. Perpustakaan digital merupakan
sistem layanan perpustakaan yang menggunakan teknologi di dalam layanan tersebut. Dengan
adanya perpustakaan digital, pengguna dapat mengakses layanan tersebut dimanapun dan
kapanpun karena Perpustakaan digital tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Mengakses
perpustakaan digital dapat dilakukan sangat mudah dan tidak membutuhkan tenaga dan waktu
untuk memanfaatkan. Contoh perpustakaan digital tersebut adalah perpustakaan digital
Kemendikbud. Perpustakaan tersebut memiliki layanan seperti layanan informasi, layanan
bibliografi, layanan referensi, peminjaman, dan OPAC (Open Public Access Catalog) yang
dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Perpustakaan digital Kemendikbud memiliki versi web
dan aplikasi. Aplikasi yang dimiliki oleh perpustakaan tersebut dinamakan EPerpusdikbud.
Aplikasi tersebut memberikan layanan informasi, OPAC, dan peminjaman koleksi dengan
berbagai format dan dalam aplikasi tersebut terdapat banyak kategori yang dapat dipilih oleh
pengguna. Layanan yang disediakan di dalam web perpustakaan digital Kemendikbud
berisikan layanan informasi dan OPAC. Untuk layanan referensi dapat dilakukan dengan
menghubungi kontak WhatsApp Perpustakaan digital Kemendikbud untuk layanan referensi
umum dan referensi jurnal luar negeri dilakukan melalui email perpustakaan digital
Kemendikbud. Adanya layanan perpustakaan digital membantu pengguna dalam penelusuran
informasi pada masa pandemi COVID-19. Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu
metode kualitatif deskriptif.
Kata Kunci: Perpustakaan; digital; layanan; kebutuhan;informasi

PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki sebuah kebutuhan informasi yang harus terpenuhi untuk
mengetahui segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Dalam memenuhi kebutuhan informasi
tersebut, masyarakat dapat datang ke perpustakaan sekitar untuk dilayani kebutuhan
informasinya oleh pustakawan dan staf perpustakaan tersebut. Masyarakat yang membutuhkan
informasi dapat berasal dari berbagai kelompok individu atau komunitas yang memiliki
tujuan dalam menggunakan informasi tersebut. Di setiap individu memiliki sebuah hak untuk
mendapatkan akses sebuah pemahaman informasi yang sebelumnya tidak ada terdapat
informasi tersebut (IFLA, 1994). Akan tetapi, pada masa pandemi COVID-19 ini terdapat
hambatan untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini dikarenakan penyebaran virus
yang tidak dapat terdeteksi dan terlihat oleh manusia sehingga manusia dapat terpapar virus
tersebut tanpa disadari. Maka dari itu, melakukan aktivitas di luar rumah memiliki resiko
tinggi untuk terjangkit COVID-19. Sehingga pemerintah menyarankan untuk setiap
masyarakat untuk tetap tinggal di rumah masing-masing dan mengikuti protokol kesehatan
yang dianjurkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, perpustakaan harus beradaptasi dengan
situasi seperti ini untuk tetap melanjutkan pemberian layanan perpustakaan kepada
penggunanya. Upaya yang dapat dilakukan perpustakaan dalam masa pandemi ini untuk
memenuhi kebutuhan informasi yaitu dengan menggunakan teknologi. Perkembangan
teknologi sudah berkembang pesat dan banyak teknologi terbaru bermunculan. Di era global
ini, teknologi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Teknologi dibuat untuk memudahkan
manusia dalam melakukan sesuatu dan membantu menyelesaikan masalah. Sehingga,
dibutuhkan integrasi teknologi dengan setiap institusi termasuk perpustakaan dalam
memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Khususnya teknologi informasi dan
komunikasi atau ICT (Information and Communication Technology) untuk mengembangkan
perpustakaan dalam adaptasi di masa pandemi yang membutuhkan peran teknologi.
Pemanfaatan teknologi digital sepenuhnya dalam setiap perpustakaan, pengguna dapat
memiliki akses semua jenis bahan pustaka yang ada di perpustakaan tanpa ada batasan dan
dapat mengakses di berbagai tempat dan waktu (IFLA, 2014). Sehingga layanan perpustakaan
dapat berkembang dan berlanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana cara
pemanfaatan layanan perpustakaan digital khususnya EPerpusdikbud yaitu perpustakaan
digital dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia
(Kemendikbud RI) dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna pada masa pandemi
COVID-19 yang tidak bisa selalu melakukan aktivitas luar rumah agar mengurangi angka
penyebaran virus tersebut. Pada penelitian ini memfokuskan apa saja layanan yang diberikan
dan bagaimana cara pemanfaatan layanan dari EPerpusdikbud. Selain itu, menganalisis cara
penyediaan layanan dari EPerpusdikbud, apakah sesuai dengan standar perpustakaan digital
atau tidak. EPerpusdikbud ini merupakan perpustakaan publik yang memiliki koleksi digital
seperti e-book dan layanan lainnya yang berbasis online sehingga tidak perlu untuk datang
langsung ke perpustakaan kemendikbud. EPerpusdikbud ini melayani masyarakat dari
berbagai latar belakang sehingga menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif untuk
mendeskripsi dan menganalisis pemanfaatan layanan perpustakaan digital kemendikbud
memenuhi kebutuhan informasi pada masa pandemi yang tidak bisa melakukan aktivitas luar
rumah. Penelitian Kualitatif deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan penelitian yang
tidak dapat dilakukan dengan cara kuantitatif dan dalam metode ini menunjukan kehidupan
masyarakat, sejarah,tingkah laku, fungsionalisme organisasi, pergerakan sosial, dan
hubungan kekerabatan secara deskriptif (Sidiq & Choiri, 2019). Objek yang akan diteliti yaitu
pelayanan perpustakaan digital dan subjek yang diteliti yaitu Perpustakaan Digital
Kemendikbud. Waktu yang dilakukan dalam melakukan penelitian dari minggu ke-3 bulan
oktober sampai minggu ke-4 bulan november. Penelitian ini tidak dilakukan ke lokasi
penelitian karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menjadikan tidak
bisa melakukan observasi offline sehingga melakukan observasi secara online. Cara
pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara online dengan menggunakan informasi
yang tertera di web dan aplikasi EPerpusdikbud tersebut.

Adanya kebutuhan informasi ini menjadikan perpustakaan memainkan peran yang


penting dalam menyediakan layanannya untuk penggunanya. “Perpustakaan dibatasi oleh
ruang dan uang dan tidak dapat membawa setiap barang yang diinginkan oleh pengguna”
(Casey & Savastinuk, 2006). Dalam perpustakaan dengan sistem yang masih tradisional,
pengguna harus datang ke perpustakaan tersebut jika membutuhkan dan memanfaatkan
layanan perpustakaan seperti layanan referensi, informasi, peminjaman bahan koleksi, dan
pencarian bibliografi. Namun, adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
menyebabkan terjadinya sebuah perubahan sistem kerja perpustakaan seperti cara
pengumpulan, mengatur, menyediakan, menyebarluaskan, mengelola yang dulunya
tradisional menjadi digital. Perubahan perpustakaan tradisional menjadi digital membuka
layanan baru yang sebelumnya terdapat pada perpustakaan tradisional seperti akses koleksi
digital atau elektronik yang meliputi database online, e-book, penerbitan elektronik, web
portals, referensi online, helpdesk. Hal ini menjadikan adanya perkembangan layanan
perpustakaan karena integrasi teknologi dengan perpustakaan untuk meningkatkan akses
yang sesuai dengan perkembangan zaman dan penyampaiannya informasi yang sudah terkini
dengan kecepatan luar biasa (Ahmad & Abawajy, 2014).

Adanya integrasi teknologi informasi dan komunikasi dengan perpustakaan, lahirnya


sebuah perpustakaan digital. “Istilah perpustakaan digital untuk pertama kali diperkenalkan
lewat proyek NSF/DARPA/NASA: Digital Libraries Initiative pada tahun 1994 dalam bidang
digitalisasi dokumen dan pembangunan sistem untuk dokumen digital” (Susanto, 2010).
Menurut IFLA, perpustakaan digital adalah kumpulan koleksi bahan pustaka yang
dikumpulkan dan dikelola atau diorganisir dengan kualitas terjamin sesuai prinsip-prinsip
yang diterima secara internasional, dan memiliki akses untuk semua orang dan berkelanjutan,
terdapat layanan-layanan perpustakaan lainnya yang diperlukan oleh pengguna untuk
memanfaatkan sumber daya yang ada di perpustakaan tersebut (IFLA, 2018). Menurut Kresh
dalam buku The whole digital library handbook, perpustakaan digital merupakan
perpustakaan yang memiliki sumber daya dengan format yang dapat dibaca oleh mesin dan
dapat diakses dari melalui komputer, konten yang disimpan oleh perpustakaan dapat diakses
secara lokal atau jarak jauh melalui jaringan komputer (Kresh, 2007) . “Proses digitalisasi
mulai dari katalog, lalu indeks berkala, layanan abstrak, kemudian majalah dan karya referensi
besar, dan akhirnya ke penerbitan buku” (Kresh, 2007). Menurut (Susanto, 2010),
Perpustakaan digital adalah perpustakaan yang menggunakan sistem elektronik atau digital
dalam menyediakan sebuah informasi yang sudah di dievaluasi, diatur, dan disimpan dalam
format digital melalui komputer untuk diseminasi dan dimanfaatkan serta memiliki layanan
lain seperti layanan referensi dan sumber daya manusia untuk mendukung penuh pelayanan
perpustakaan digital.“Sebuah "perpustakaan digital" pada dasarnya adalah sumber daya yang
merekonstruksi substansi intelektual dan layanan perpustakaan tradisional dalam bentuk
digital. Perpustakaan digital terdiri dari konten digital (yang terkadang tetapi tidak harus
berbasis teks), interkoneksi (yang mungkin berupa tautan sederhana atau metadata kompleks
atau hubungan berbasis kueri), dan perangkat lunak (yang mungkin berupa halaman
sederhana dalam HTML atau sistem manajemen database yang kompleks). Perpustakaan
digital bukanlah pengganti perpustakaan tradisional. Mereka lebih merupakan masa depan
perpustakaan tradisional, sebanyak perpustakaan manuskrip abad pertengahan hanya menjadi
perpustakaan khusus dan bagian yang sangat dihormati dari perpustakaan berbasis cetak yang
lebih besar yang kita miliki saat ini”(Seadle & Greifeneder, 2007).

Dari semua definisi tersebut inti dari perpustakaan digital adalah perpustakaan yang
melibatkan teknologi ke dalam sistem layanan perpustakaan dengan memanfaatkan agar
layanan perpustakaan dapat berkembang dengan sejalannya perkembangan teknologi dan
zaman. Menyediakan bahan pustaka dengan format yang dapat dibaca oleh sistem elektronik
dan dapat dimasukan kedalam suatu portal web agar pengguna dari berbagai daerah dan waktu
dapat mengakses bahan pustaka tanpa batas. Selain itu, memiliki layanan sumber daya
manusia seperti layanan referensi, informasi, dan bibliografi tanpa bertemu langsung dengan
pustakawannya.

METODE

Layanan yang diberikan oleh perpustakaan digital dapat mempermudah pencarian


informasi seperti dokumen, gambar, dan database format digital dengan cepat dan akurat.
Koleksi digital tidak hanya dengan dokumen digital yang menggantikan bahan pustaka secara
fisik, melainkan menekankan pada isi informasi koleksi dari dokumen tradisional sampai hasil
penelusuran. Perpustakaan digital melayani pengguna dengan mesin dan kompetensi
pustakawan yang sudah ahli dalam integrasi perpustakaan dan teknologi. Hal ini menjadikan
memudahkan pengguna dalam penelusuran informasi yang diinginkan. Menurut Subroto
(2010), di dalam jurnalnya yang berjudul perpustakaan digital bahwa, dasar pemikiran
perlunya perpustakaan digital bermulai dari perkembangan teknologi informasi yang
membuka peluang bagi pengembangan teknologi di perpustakaan, perpustakaan sebagai
lembaga edukatif, informatif, preservatif yang membuat inovasi bagaimana cara informasi
dapat diakses oleh berbagai pihak, fasilitas digitasi perpustakaan yang dapat membuat koleksi
dapat dimanfaatkan oleh pengguna, volume pekerjaan perpustakaan yang banyak, dan
kemampuan dan inisiatif sendiri untuk membuat perpustakaan digital (Subroto, 2010).

Menurut Susanto (2010), hal yang mendasari desain perpustakaan digital adalah
knowledge society, knowledge management, knowledge creation, knowledge manageme nt
system. Knowledge society yaitu kelompok atau komunitas yang memiliki pengetahuan dalam
lingkup yang luas, dimana perpustakaan digital merupakan salah satu instrumen penukaran
informasi atau pengetahuan di suatu negara dan bangsa, maupun antar negara/bangsa yang
bertujuan untuk mengembangkan negara/bangsa tersebut. Knowledge management adalah
proses pengelolaan informasi secara sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman secara komprehensif di area yang spesifik. Knowledge creation adalah proses
memahami cara mekanisme data-data seperti buku, prosiding, makalah/artikel, presentasi,
notulen, dan sebagainya. Terakhir yaitu knowledge management system adalah proses
pengelolaan informasi yang ada di bahan pustaka secara sistematis dan struktur untuk
memperkuat knowledge creation melalui teknologi seperti komputer dan jaringan internet
(Susanto, 2010).

Dengan adanya perpustakaan digital, masyarakat dapat mendapatkan layanan


perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Mengakses perpustakaan digital dilakukan
sangat mudah dan tidak memerlukan biaya untuk menggunakannya. Dengan sebuah gawai
dan jaringan internet, pengguna dapat mengakses perpustakaan digital saat membutuhkan
layanannya. Perpustakaan digital memiliki macam bentuk penggunaannya. Ada yang berupa
sebuah web dan ada juga yang berupa sebuah aplikasi. Di dalam web atau aplikasi tersebut
berisikan sebuah macam layanan yang diberikan. Layanan tersebut seperti layanan bibliografi,
referensi, peminjaman koleksi yang pastinya dapat dilakukan secara online. Di perpustakaan
digital terdapat segala macam koleksi seperti e-books, e-journal, e-zines, dan sebagainya.

Subjek yang diambil dalam observasi ini adalah Perpustakaan Kemendikbud.


Perpustakaan tersebut memiliki versi digitalnya yang dinamakan EPerpusdikbud.
Perpustakaan tersebut merupakan aplikasi perpustakaan digital yang dimiliki Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Aplikasi tersebut dapat diunduh secara
gratis melalui google play dan IOS di gawai masing-masing dimanapun dan kapanpun. Pada
aplikasi tersebut, terdapat 200.000 koleksi dari berbagai kategori, yang meliputi buku-buku
materi pelajaran, novel, koran, majalah, serta jurnal. Aplikasi ini pun juga dilengkapi dengan
E-Reader untuk memberi kenyamanan dalam membaca e-book. Sebelum menggunakan
aplikasi tersebut pengguna harus melewati langkah-langkah seperti mendaftarkan diri
pengguna agar dapat menggunakan perpustakaan digital tersebut.

Gambar 1. E-Poster Eperpusdikbud (Sumber: Perpustakaandikbud, 2020)

Aplikasi tersebut memiliki koleksi yang sudah dikategorikan sesuai dengan subjek
koleksi tersebut. Pengguna dapat memilih koleksi tersebut sesuai dengan yang diinginkan.
Kategori tersebut mulai dari, fiksi dewasa, seni, musik & fotografi, otomotif & motor,
biografi, agama, bisnis & investasi, anak-anak, anak-anak dari umur 0-3, anak-anak dari
umur 4-7 tahun, anak-anak dari umur 8-12 tahun, klasik, komik, grafik novel, komputer &
teknologi. Pendidikan, hiburan, budaya pop, fiksi & literatur, makanan & masak, buku resep,
kesehatan & kecantikan, fiksi sejarah, sejarah, hobi dan keterampilan, bangunan dan
arsitektur, tanaman, hukum, gaya hidup dan budaya, motivasi, mystery & thriller, nasional,
berita & politik, koran, parenting dan keluarga, filosofi, puisi & cerita pendek, ilmu sosial,
jurnal, psikologi, kamus, percintaan, sains & alam, sains fiksi, fantasi, travel, minat wanita.
Setiap kategori tersebut ada bermacam bahan pustaka yang sudah terdigitalisasi seperti e-
books, e-journal, e-zines. Selain itu, pengguna dapat mencari bahan pustaka yang
berhubungan dengan kebutuhan informasinya dengan menekan tombol pencarian pada
aplikasi tersebut. Setelah itu, pengguna memasukan kata kunci yang berhubungan dengan
kebutuhan informasinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koleksi yang tersedia di perpustakaan digital tersebut dapat dipinjam dan digunakan
oleh pengguna. Proses peminjaman koleksi tersebut mudah dilakukan. Pertama yang
dilakukan adalah memilih bahan pustaka yang diinginkan. Kedua yaitu menekan tombol yang
bertuliskan pinjam. Selanjutnya, secara otomatis aplikasi akan mengunduh bahan pustaka
tersebut. Setelah itu, pengguna dapat mengakses bahan pustaka tersebut. Peminjaman
tersebut terdapat jangka waktu selama seminggu dan terdapat tanggal & waktu peminjaman
berakhir. Bahan pustaka yang sudah dipinjam oleh pengguna tercatat di option history dan
pengguna dapat melihat berbagai bahan pustaka yang sudah dipinjamnya. Setiap bahan
pustaka di aplikasi tersebut terdapat stok yang terbatas. Sehingga jika adanya stok bahan
pustaka yang diinginkan, pengguna dapat menekan tombol yang bertuliskan notify me agar
pengguna mendapatkan notifikasi dari aplikasi tersebut saat bahan pustaka yang diinginkan
sudah bisa dipinjam. Pengguna dapat memberhentikan notifikasinya jika tidak menginginkan
bahan pustaka yang akan dipinjamnya. EPerpusdikbud memiliki bahan pustaka yang
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Menurut (Susanto, 2010), standarisasi peminjaman koleksi digital yaitu terdapat


sistem keamanan dokumen maksimal, seperti koleksi yang memiliki hak cipta hanya bisa
dibaca oleh pengguna yang meminjamnya dan tidak dapat diedit atau disebarluaskan.
Pinjaman tersebut memiliki jangka waktu pinjaman, jika pinjaman sudah terlewati batasnya
maka secara otomatis koleksi tersebut akan kembali ke stock koleksi tersebut. Setiap koleksi
harus memiliki stoknya masing-masing dan setiap pengguna mendapatkan satu bahan pustaka
dari koleksinya (Susanto, 2010). Peminjaman koleksi yang ada di EPerpusdikbud ini sesuai
dengan standarisasi peminjaman koleksi digital tersebut.

Gambar 2. Cara Meminjam Buku Pada Aplikasi Eperpusdikbud (Sumber: Perpustakaandikbud, 2020)

Dilihat dari aplikasi EPerpusdikbud, perpustakaan digital tersebut memiliki desain


dan rancangan penggunaan yang sederhana dan mudah. Sehingga pengguna mengerti cara
pemakaian aplikasi tersebut. Menurut Watkins, Sellen, & Lindley (2015), rancangan
pengelolaan koleksi digital yang yang fleksibel membuat pengguna menjadi mudah untuk
mengerti cara pemanfaatan koleksi digital yang disediakan. Perpustakaan digital yang
memiliki pengelolaan koleksi digital yang rumit membuat pengguna sulit untuk mengatur
koleksi digital tersebut. Oleh karena itu, dalam desain atau rancangan layanan koleksi digital
dibuat sesuai dengan kompetensi masyarakat yang akan menggunakan perpustakaan digital
tersebut daripada kuantitas bahan pustaka yang akan disediakan oleh perpustakaan digital.
Menurut Watkins, Sellen, & Lindley (2015), didalam jurnalnya bahwa rancangan
pengelolaan koleksi digital dapat mempengaruhi keinginan pengguna terhadap koleksi
tersebut (Watkins et al., 2015). Pada gambar tiga, dapat dilihat bahwa desai dari pengelolaan
koleksi digital EPerpusdikbud tidak terlihat rumit untuk pengguna, sehingga pengguna mudah
dalam memilih koleksi yang diinginkan.

Gambar 3. Tampilan koleksi digital dari EPerpusdikbud (Sumber: EPerpusdikbud, 2020)

Menurut Kustanti (2016) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa, bagi pengguna dengan adanya
koleksi digital ini membuat menjadi efisien dalam tenaga dan waktu karena tidak perlu
bersusah payah untuk mencari satu demi satu koleksi yang berhubungan dengan informasi
yang diperlukan. Koleksi digital membuat keefektifan dalam hal pencarian data karena sudah
memperoleh ringkasan data yang dicari. Selain itu, pengguna mendapatkan keluasan untuk
menemukan informasi secara lengkap dan akurat. Pandangan pustakawan tentang koleksi
digital berguna untuk membantu dalam melakukan penelusuran informasi, membantu
kataloger, sarana temu kembali informasi yang efektif, meningkatkan citra layanan
perpustakaan (Kustanti, 2016).

Selain itu, dalam jurnal yang dibuat oleh Kustanti (2016), koleksi digital
membutuhkan pengembangan koleksi yang dikembangkan oleh perpustakaan agar sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Perpustakaan harus merespon dengan cepat informasi yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh pengguna. Koleksi digital harus tetap dikembangkan seperti
koleksi fisik yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna. Proses pengembangan
koleksi digital lebih cepat dibandingkan dengan koleksi fisik. Untuk melakukan
pengembangan koleksi tersebut, hal yang harus dibutuhkan adalah kompetensi pustakawan
dan sarana & prasarana seperti jaringan internet dan perangkat keras seperti komputer.

Pada perpustakaan digital kemendikbud ini menyediakan OPAC (Online Public


Access Catalogue) di portal web. OPAC yang ada di Perpustakaan Digital Kemendikbud ini
dinamakan SIKOPER (Sistem Integrasi Koleksi Perpustakaan Kemendikbud). SIKOPER
merupakan sistem koleksi perpustakaan yang mencakup seluruh perpustakaan di lingkungan
Kemdikbud dan seluruh jurnal di lingkungan Kemdikbud. Kategori yang dimiliki oleh
SIKOPER ini adalah Katalog Perpustakaan Kemendikbud, katalog induk, Repositori
institusi, jurnal elektronik kemdikbud, dan EPerpusdikbud. Cara kerja SIKOPER ini adalah
dengan cara memasukan kata kunci yang diinginkan oleh pengguna. Lalu munculah bahan
pustaka yang berhubungan dengan kata kunci tersebut. Pengguna dapat memilih bahan
pustaka yang berasal dari kategori tersebut.

Menurut Thanuskodi (2012), OPAC merupakan sebuah catatan singkat deskripsi. Di


dalam catatan tersebut berisi informasi yang singkat, padat, dan jelas biasanya berisi nomor
klasifikasi, catatan, judul, tahun penerbit, penerbit, deskripsi subjek, nomor kelas. Pada
subjek di katalog tersebut sesuai dengan konten dari bahan pustaka tersebut secara
menyeluruh (Thanuskodi, 2012). Menurut Thanuskandi di dalam jurnalnya bahwa pengguna
OPAC mempunyai latar belakang beragam dan luas mulai dari usia, minat objek, dan
sebagainya. Sehingga OPAC dirancang dapat melayani berbagai macam pengguna, mulai dari
pengguna yang memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai isi katalog dan pengguna yang
hanya memiliki sedikit pengalaman mengenai OPAC (Thanuskodi, 2012). Di dalam katalog
SIKOPER terdapat detail informasi yang dapat diketahui oleh pengguna. Detail informasi
tersebut sepert judul, penerbit, pengarang, subjek, format, tahun terbit, bahasa, tipe, format,
deskripsi, identifier, hak cipta, lokasi bahan pustaka yang dapat dipinjam, nomor klasifikasi,
nomor ISBN/ISSN, dan collation. Desain katalog dari SIKOPER memiliki desain yang
mudah untuk digunakan oleh pengguna dari latar belakang yan beragam. Tampilan katalog
SIKOPER dapat dilihat di gambar empat, lima, dan enam.

Gambar 4. Tampilan SIKOPER Sistem Integrasi Perpustakaan Kemendikbud (Sumber: Perpusdikbud, 2020)
Gambar 5. Tampilan Katalog SIKOPER (Sumber: Perpusdikbud, 2020)

Gambar 6. Tampilan Detail Informasi dari katalog SIKOPER Sumber: Perpusdikbud, 2020

“Kebutuhan informasi timbul dikarenakan adanya kesenjangan pengetahuan antara yang


dimiliki dengan yang dibutuhkan” (Hariyah, 2016). Untuk memenuhi kebutuhan informasi
tersebut, pengguna membutuhkan layanan penelusuran berupa OPAC, koleksi literatur
sebagai sumber informasi dan layanan referensi untuk menemukan bahan pustaka yang
berhubungan dengan kebutuhan informasi pengguna. Terdapat layanan informasi dan
referensi yang dapat dilakukan secara online di perpustakaan digital Kemendikbud. Terdapat
beberapa cara untuk mendapatkan layanan informasi dan referensi tersebut. Layanan
informasi dapat dilakukan dengan melakukan pencarian referensi tanpa bantuan pustakawan
dengan cara memasukan kata kunci di SIKOPER atau di EPerpusdikbud. Setelah memasukan
kata kunci tersebut, maka munculah bahan pustaka yang berhubungan dengan kata kunci
sebagai bahan referensi pengguna. Layanan referensi dapat dilakukan dengan menghubungi
pustakawan perpustakaan digital kemendikbud tersebut melalui aplikasi WhatsApp, kontak
tersebut dapat ditemukan di web portal perpustakaan digital Kemendikbud. Dengan
melakukan cara kedua tersebut, pengguna dapat bertanya dengan pustakawan tersebut, tetapi
cara ini hanya bisa dilakukan untuk referensi umum. Jika pengguna ingin menanyakan
referensi mengenai artikel jurnal internasional melalui pos.el atau e-mail yaitu
perpustakaan@kemdikbud.go.id. Mengakses referensi artikel jurnal internasional harus
mengisi formulir yang diberikan oleh perpustakaan digital Kemendikbud melalui email.
Formulir tersebut berisi nama lengkap pedoman, usia, profesi, asal
instansi/organisasi/sekolah/universitas, domisili, pos-el (e-mail) pengguna, judul
artikel/publikasi ilmiah, penulis, no. DOI/ISBN/ISSN. Formulir tersebut lalu dikirim melalui
email perpustakaan kemendikbud.

Gambar 7. Layanan Referensi Perpustakaan Digital Kemendikbud Melalui Aplikasi WhatsApp (Sumber: layanan referensi
perpusdikbud, 2020)
Gambar 8. Layanan Referensi melalui email (Sumber: Layanan referensi perpusdikbud, 2020)

Layanan referensi digital merupakan layanan transaksi referensi pada perpustakaan yang
dilakukan secara online dengan media komputer. Layanan tersebut dilakukan bertujuan untuk
memberikan referensi kepada pengguna dimanapun dan kapanpun tanpa dibatasi oleh waktu dan
tempat tertentu. Pengguna dapat melakukan layanan referensi digital melalui email atau media
online lainnya dengan secara cepat didukung oleh adanya kemampuan pustakawan di bidang
teknologi informasi. Pustakawan yang dibutuhkan untuk layanan referensi digital ini harus
subject specialist yaitu memiliki kemampuan dalam subjek tertentu, keterampilan komunikasi
yang baik dan dapat menggali informasi secara mendalam, out of the box, dan adaptif (Hariyah,
2016).

Terdapat standar kualitas yang harus diberikan oleh pengguna yaitu kesopanan, akurasi,
kepuasan, pengguna berulang, kesadaran. Kesopanan dilihat dari perilaku staf perpustakaan.
Akurasi dilihat dari kebenaran jawaban yang diberikan oleh referensi digital staf. Kepuasan
yaitu pengguna merasa puas atau berhasil mendapatkan jawaban yang diberikan oleh
pustakawan saat layanan referensi digital. Pengguna berulang adalah persentase pengguna yang
akan menggunakan layanan referensi tersebut setelah pertemuan pertama. Kesadaran dilihat dari
pengetahuan kelompok bahwa layanan referensi digital tersebut ada (Lankes, Gross, &
McClure, 2003).

Menurut Lankes, Gross, & McClure (2003), standar teknis layanan referensi ada tiga
jenis yaitu pertukaran pertanyaan, profil, basis pengetahuan. Pertukaran pertanyaan merupakan
sarana layanan referensi yang mentransfer pertanyaan ke pustakawan lalu pustakawan encode
pertanyaan tersebut dan dijawab ke pengguna tersebut. Profil merupakan informasi deskriptif
dapat mencakup informasi kontak suatu organisasi untuk digunakan untuk membangun jaringan
referensi digital yang kemungkinan akan ada beberapa interaksi dengan layanan referensi
tersebut. Basis pengetahuan adalah cara pustakawan menyandikan pertanyaan dan jawaban ke
dalam arsip yang dapat digunakan kembali (Lankes et al., 2003).

PENUTUP

Standarisasi tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas yang baik bagi pengguna.
Layanan referensi yang dilakukan oleh pustakawan perpustakaan digital kemendikbud sesuai
dengan standarisasi tersebut. Seperti kesopanan pustakawan saat menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh pengguna diterapkan oleh pustakawan perpustakaan digital kemendikbud saat
melakukan layanan referensi digital. Selain itu akurasi jawaban yang diberikan oleh pustakawan
perpustakaan digital kemendikbud sesuai dengan kebutuhan pengguna dan disertakan profil
yang berupa informasi deskriptif untuk pengguna, jika pengguna menemukan hubungan
kebutuhan informasi tersebut dengan informasi deskriptif tersebut. “Untuk menilai kualitas dan
layanan suatu perpustakaan, salah satu tolak ukurnya adalah layanan kepada penggunanya, baik
itu layanan secara umum, maupun referensi. Layanan referensi sangat berperan dalam dunia
perpustakaan karena layanan referensi bertugas dalam ledakan informasi” (Hariyah, 2016).

Dari semua layanan yang diberikan oleh perpustakaan digital kemendikbud tersebut
memiliki misi yang sama dengan perpustakaan digital. Misi tersebut yaitu memberikan akses
sumber daya informasi langsung dari perpustakaan digital ke pengguna, secara terstruktur dan
berwibawa sehingga pengguna mengerti dengan informasi yang diberikan dan terdidik oleh
informasi tersebut. Untuk mendukung misi tersebut, perpustakaan harus melakukan beberapa
tugas seperti, mendukung digitalisasi dan membuka akses untuk melestarikan informasi
tersebut. Setelah itu, mengumpulkan informasi terbaru yang dibutuhkan oleh pengguna dan
membuka akses bagi semua yang membutuhkan informasi tersebut. Menciptakan sistem
perpustakaan digital yang dapat dioperasikan oleh semua pengguna untuk mempromosikan
standar akses terbuka. Mendukung peran penting perpustakaan digital dalam memberikan
kualitas layanan yang baik agar citra perpustakaan meningkat. Memanfaatkan media sosial
untuk mempromosikan dan menyebarluaskan konten digital (IFLA, 2018).

“Membangun perpustakaan digital membutuhkan sumber konten dalam bentuk digital,


baik digitalisasi maupun konten digital born digital” (IFLA, 2018). Menurut IFLA (2018),
strategi digitalisasi terhadap perpustakaan membuat koleksi yang di perpustakaan disatukan
dengan koleksi virtual dari berbagai daerah. Digitalisasi dapat melestarikan dokumen-dokumen
asli yang sudah tua dan memiliki resistensi yang lemah. Proses digitalisasi merupakan solusi
yang dapat dilakukan dalam pelestarian dokumen-dokumen asil agar tetap bertahan dan
dimanfaatkan oleh pengguna. Selain itu, digitalisasi berfungsi sebagai sarana penambah koleksi
dalam jangka waktu yang cepat dan kualitas yang baik, dapat mempercepat akses untuk
informasi yang sangat dibutuhkan segera oleh pengguna, pengguna dapat mengaksesnya dalam
berbagai bentuk format (Azizah, 2012). Perpustakaan digital berfungsi sebagai pemersatu
koleksi, layanan, dan orang-orang yang akan menggunakan, memanfaatkan, menyebarkan,
melestarikan data, informasi, dan pengetahuan. “Interoperabilitas dan keberlanjutan adalah
kunci visi perpustakaan digital yang mampu berkomunikasi satu sama lain. Perpustakaan digital
yang sesuai dengan standar dan protokol terbuka yang disepakati secara umum meningkatkan
penyebaran dan akses pengetahuan di seluruh dunia” (IFLA, 2018). Menurut Ernawati (2018),
kelebihan perpustakaan digital adalah menghemat ruang dikarenakan bahan pustaka yang sudah
terdigitalisasi yang membuat penyimpanan menjadi efisien. Koleksi digital tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu yang membuat pengguna dapat mengakses bahan pustaka dimana saja dan
kapanpun. Koleksi dapat berbentuk multimedia dan biaya relatif lebih murah (Ernawati, 2018).

Masyarakat memiliki kebutuhan informasi yang terbaru untuk mengisi kesenjangan


tersebut. Kebutuhan informasi ini dibutuhkan oleh pengguna yang memiliki berbagai latar
belakang dan komunitas/kelompok. Sehingga setiap individu memiliki kebutuhan informasi
yang berbeda. Oleh karena itu, pengguna datang ke perpustakaan untuk dilayani kebutuhan
informasinya. Perpustakaan memiliki layanan seperti layanan informasi,bibliografi, resensi, dan
peminjaman. Isi dari koleksi di perpustakaan tersebut memiliki kualitas yang bagus dan
kredibilitas yang tinggi. Maka dari itu pengguna datang ke perpustakaan. Tetapi, adanya
pandemi COVID-19 ini membuat pengguna tidak bisa datang ke perpustakaan. Sehingga solusi
yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sebuah informasi yaitu dengan memanfaatkan
perpustakaan digital. Perkembangan teknologi khusus di bidang ICT (Information
Communication & Technology), perpustakaan dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk
beradaptasi ke perpustakaan digital. Perpustakaan digital merupakan pengembangan dari
perpustakaan konvensional yang memiliki sistem layanan langsung ke layanan yang berbasis
teknologi. Perpustakaan digital didasarkan pada perkembangan teknologi, komunitas yang
memiliki pengetahuan yang dapat mengembangkan kesejahteraan masyarakat, inovasi dalam
menyebarluaskan, mendidik, dan memberi akses pengetahuan atau informasi yang ada secara
luas, dan pertukaran informasi atau pengetahuan yang berguna untuk menambahkan informasi
dari berbagai daerah. Dengan adanya perpustakaan digital, masyarakat dapat mendapatkan
layanan perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Mengakses perpustakaan digital
dilakukan sangat mudah dan tidak memerlukan biaya untuk menggunakannya. Dengan sebuah
gawai dan jaringan internet, pengguna dapat mengakses perpustakaan digital saat membutuhkan
layanannya. Perpustakaan digital memiliki macam bentuk penggunaannya. Ada yang berupa
sebuah web dan ada juga yang berupa sebuah aplikasi. Di dalam web atau aplikasi tersebut
berisikan sebuah macam layanan yang diberikan. Layanan tersebut seperti layanan bibliografi,
referensi, peminjaman koleksi yang pastinya dapat dilakukan secara online. Di perpustakaan
digital terdapat segala macam koleksi seperti e-books, e-journal, e-zines, dan sebagainya.
Seperti perpustakaan digital Kemendikbud yang memiliki layanan perpustakaan dan informasi
secara digital. Perpustakaan tersebut memiliki versi web dan aplikasi yang didalamnya terdapat
layanan yang dapat membantu pengguna dalam menelusuri informasi. Di perpustakaan digital
Kemendikbud memiliki aplikasi yang dinamakan EPerpusdikbud. Aplikasi tersebut
menyediakan layanan informasi, OPAC (Online Public Access Catalog), dan peminjaman bahan
koleksi. Koleksi tersebut memiliki beberapa kategori yang bisa dipilih oleh pengguna. Proses
pinjaman dari aplikasi tersebut mudah dilakukan oleh pengguna yang masih belum familiar
dengan perpustakaan digital. Desain dari pengelolaan koleksi sederhana dan tidak rumit agar
pengguna tidak merasa kesusahan dalam memanfaatkan koleksi tersebut. Desain yang rumit
membuat pengguna tidak mau untuk memanfaatkan koleksi tersebut. Hal ini menjadikan bahwa,
cara kerja pemanfaatan koleksi digital harus dibuat sesuai dengan kompetensi pengguna
daripada jumlah koleksi yang disediakan. Manfaat adanya koleksi digital sangat berguna bagi
pengguna dan pemustaka. Bagi pengguna, koleksi digital dapat meningkatkan efisiensi karena
pengguna tidak perlu untuk menghabiskan biaya dan tenaga untuk datang ke perpustakaan, pada
pencarian koleksi menjadi lebih efektif, membantu pengguna dalam memutuskan koleksi yang
digunakannya, dan memberi keluasan untuk mencari koleksi yang diinginkan. Bagi pustakawan
penggunaan koleksi digital dapat memudahkan pekerjaan pustakawan dalam melakukan
penelusuran informasi, membantu kataloger, sarana temu kembali informasi yang efektif. Selain
itu, dalam melakukan pengembangan koleksi digital yang sesuai dengan kebutuhan informasi
pengguna hanya membutuhkan kompetensi pustakawan dan sarana & prasarana. Layanan
referensi dari perpustakaan digital dapat dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan
email atau media online lain nya didukung oleh pustakawan yang ahli dalam bidang teknologi.
Layanan referensi akan dilakukan bersama pustakawan dari perpustakaan digital Kemendikbud
tersebut. Akurasi jawaban dari pustakawan tersebut dijelaskan dengan jelas dan sesuai dengan
kebutuhan informasi pengguna. Sehingga adanya rasa kepuasan jawaban yang diberikan.
Layanan referensi yang dilakukan oleh pustakawan perpustakaan digital kemendikbud sesuai
dengan standarisasi tersebut. Seperti kesopanan pustakawan saat menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh pengguna diterapkan oleh pustakawan perpustakaan digital kemendikbud saat
melakukan layanan referensi digital. Oleh karena itu, pemanfaatan perpustakaan digital
Kemendikbud di masa pandemi COVID-19 merupakan solusi yang tepat bagi pengguna yang
memiliki kebutuhan informasi dan cara kerja pemanfaatan perpustakaan digital tersebut mudah
dilakukan bagi pengguna dari latar belakang manapun.

Daftar Pustaka

Ahmad, M., & Abawajy, J. H. (2014). Digital Library Service Quality Assessment
Model.Procedia - Social and Behavioral Sciences, 129, 571–580.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.715
Azizah, L. (2012). Penerapan digitalisasi untuk perpustakaan (Pegawai pada Perpustakaan
IAIN-SU). Jurnal Iqra, 06(0), 59–64.
Casey, M. E., & Savastinuk, L. C. (2006). Library 2.0. Library Journal, 131(14), 40–42.
https://doi.org/10.1300/j115v26s01_02
Ernawati. (2018). PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM TEMU KEMBALI INFORMASI
DENGAN OPAC. Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 3(1), 103–120.
Hariyah. (2016). Layanan Referensi Digital Perpustakaan Lembaga Penelitian: Strategi yang
dibangun pustakawan. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Vol. 23, pp. 31–37.
IFLA. (1994). IFLA -- IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994. Retrieved September
11, 2020, from
https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994
IFLA. (2014). About Digital Libraries. Retrieved November 24, 2020, from IFLA website:
https://www.ifla.org/about-digital-libraries
IFLA. (2018). IFLA/UNESCO Manifesto for Digital Libraries. Retrieved November 24, 2020,
from IFLA website:
https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-manifesto-for-digital-libraries
Kresh, D. (2007). The whole digital library handbook . Chicago: American Library Association.
Kustanti, E. (2016). Nilai Tambah Koleksi Digital Literatur Sekunder. Jurnal Pustakawan
Indonesia, 23(1).
Lankes, R. D., Gross, M., & McClure, C. R. (2003). Cost, statistics, measures, and standards for
digital reference services: A preliminary view. Library Trends, 51(3), 401–413.
Seadle, M., & Greifeneder, E. (2007). Defining a digital library. Library Hi Tech, 25(2), 169–
173. https://doi.org/10.1108/07378830710754938

Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan.
Ponorogo: CV. Nata Karya.
Subroto, G. (2010). Perpustakaan Digital. Jurnal Pustakawan Indonesia, 10(2), 1–11. Susanto,
S. E. (2010). Desain dan standar perpustakaan digital. Jurnal Pustakawan
Indonesia, 10(2), 17–23.
Thanuskodi, S. (2012). Use of Online Public Access Catalogue at Annamalai University
Library. International Journal of Information Science, 2(6), 70–74.
https://doi.org/10.5923/j.ijis.20120206.01
Watkins, R. D., Sellen, A., & Lindley, S. E. (2015). Digital collections and digital collecting
practices. Conference on Human Factors in Computing Systems - Proceedings, 18–23,
3423–3432. https://doi.org/10.1145/2702123.2702380

You might also like