Hasil Laporan Diskusi Mengenai KB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

HASIL LAPORAN DISKUSI MENGENAI

KELUARGA BERENCANA

SEKOLAH SIAGA KEPENDUDUKAN


Penanggung Jawab
Rayesha

Anggota
Muhammad Ilham
Jasmine Lailani Mesya
Nessya Nursyahada
Cynthia Putri Kamanjaya
Khayara Aquila Disty
Ahmad Abbiyy
Azzalia Hannifah Jamil
Syarah Alya Aziza
Evan Meiliadi

SMP NEGERI 24 PADANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
SEKOLAH SIAGA KEPENDUDUKAN
SMP NEGERI 24 PADANG
HASIL LAPORAN DISKUSI MENGENAI
KELUARGA BERENCANA

KELUARGA BERENCANA
A. Pengertian
Pengertian KB (keluarga berencana) menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera), adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera. KB merupakan program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara
kebutuhan dan jumlah penduduk. Perlu diketahui, Gerakan Keluarga Berencana Nasional
Indonesia telah dianggap masyarakat dunia sebagai program yang berhasil menurunkan angka
kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan dapat dilakukan
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran. Contohnya seperti pil
KB, kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

B. Tujuan
Pasangan yang menggunakan KB biasanya memiliki tujuan masing-masing. Perlu diketahui, KB
tidak hanya dilakukan untuk menekan jumlah kelahiran bayi. Berikut ini beberapa tujuan
KB:Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dengan mengendalikan kelahiran dan menjamin
terkendalinya penduduk.
❖ Membentuk keluarga kecil sejahtera, sesuai dengan kondisi ekonomis sebuah keluarga.
❖ Meningkat kepedulian masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi.
❖ Mencanangkan keluarga kecil dengan hanya dua anak.
❖ Mencegah pernikahan di usia dini.
❖ Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia terlalu muda atau terlalu tua.
❖ Menekan jumlah penduduk dan menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah
penduduk di Indonesia.
❖ Meningkatkan kesehatan keluarga berencana dengan mengendalikan kelahiran.
Dalam penerapannya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
menyosialisasikan dan mendorong masyarakat untuk menggunakan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran. Misalnya pil KB, kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
C. Manfaat

- Menekan kehamilan yang tidak diinginkan


Alat kontrasepsi berfungsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Alat kontrasepsi
juga berfungsi untuk menurunkan risiko melahirkan di usia terlalu muda atau terlalu tua.
Jika perempuan yang terlalu muda dan belum menopause melakukan hubungan intim tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, maka ada kemungkinan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
Sementara itu, melahirkan di atas usia 35 tahun dapat berisiko pada wanita dan menyebabkan
kematian.
- Mendorong kecukupan ASI dan pola asuh anak yang baik
Apabila anak yang belum berusia satu tahun sudah memiliki adik, maka tumbuh kembangnya
berisiko terganggu. Normalnya, jarak anak pertama dan kedua antara 3 hingga 5 tahun. Jika anak
yang belum berusia 2 tahun sudah memiliki adik, maka ASI untuk anak pertama tidak bisa penuh
2 tahun. Hal tersebut memungkinkan anak mengalami gangguan kesehatan.
Sementara itu, orang tua yang memiliki dua anak akan mengalami kesulitan membagi waktu.
Sehingga anak yang lebih besar akan kurang perhatian. Padahal, anak masih membutuhkan
perhatian penuh dari kedua orang tuanya.
Beberapa manfaat KB untuk anak yaitu:
❖ Pertumbuhan dan kesehatan anak terjaga dengan baik.
❖ Anak mendapatkan perhatian, pemeliharan, dan makanan yang cukup.
❖ Masa depan dan pendidikan anak terencana dengan baik.

D. Prosedur
Metode KB meliputi penggunaan pil kontrasepsi oral, implan, suntik, spiral, kondom, dan
sebagainya. Masing-masing jenis KB memiliki prosedur dan efektivitas yang berbeda dalam
mengendalikan kehamilan atau mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

E. Latar Belakang
Latar belakang mengenai Keluarga Berencana (KB) dapat ditelusuri ke awal abad ke-20, ketika
kekhawatiran tentang pertumbuhan populasi mulai muncul. Pada saat itu, beberapa negara,
terutama di Eropa dan Amerika Utara, mulai melihat peningkatan pesat dalam populasi dan
menganggapnya sebagai masalah sosial, ekonomi, dan kesehatan. Pada tahun 1927, Liga
Bangsa-Bangsa (sekarang Perserikatan Bangsa-Bangsa) membentuk Komite Internasional untuk
Perencanaan Keluarga (International Committee on Planned Parenthood) untuk membahas isu-
isu terkait keluarga berencana. Pada tahun 1952, organisasi tersebut berganti nama menjadi
Federasi Internasional untuk Perencanaan Keluarga (International Planned Parenthood
Federation, IPPF) yang masih aktif hingga saat ini. Salah satu tokoh penting dalam sejarah
keluarga berencana adalah Dr. Margaret Sanger, seorang aktivis sosial Amerika Serikat. Pada
tahun 1916, Sanger mendirikan klinik pertama yang menyediakan informasi dan layanan tentang
kontrasepsi di Amerika Serikat. Dia percaya bahwa akses yang lebih baik terhadap kontrasepsi
dapat membantu mengurangi jumlah kelahiran yang tidak diinginkan dan memberikan kontrol
yang lebih besar kepada perempuan dalam hal perencanaan keluarga.

F. Dampak Positif
Keluarga Berencana (KB) memiliki sejumlah dampak positif yang signifikan, baik bagi individu,
keluarga, maupun masyarakat secara luas. Berikut adalah beberapa dampak positif dari Keluarga
Berencana:
❖ Pengendalian Populasi: KB membantu dalam pengendalian pertumbuhan populasi
dengan mengatur jumlah kelahiran. Dengan mengurangi kelahiran yang tidak diinginkan
atau tidak direncanakan, KB membantu mencegah tekanan berlebih pada sumber daya
alam, infrastruktur, dan layanan sosial. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
❖ Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak: Dengan merencanakan kehamilan dan melahirkan
anak sesuai dengan keinginan dan kemampuan keluarga, KB dapat mengurangi risiko
kesehatan ibu dan anak. Dengan mengurangi jumlah kehamilan yang terlalu sering atau
terlalu dekat, KB dapat membantu mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan
persalinan. Selain itu, KB juga memberikan akses lebih baik ke layanan kesehatan
reproduksi, seperti pemeriksaan kesehatan ibu hamil, imunisasi, dan perawatan pasca
kelahiran.

G. Dampak Negatif
dampak negatif yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang mungkin
terjadi:
❖ Penyalahgunaan: Dalam beberapa kasus, program KB dapat disalahgunakan oleh
pemerintah atau individu untuk melaksanakan sterilisasi paksa atau tindakan-tindakan
yang melanggar hak asasi manusia. Hal ini dapat terjadi jika tidak ada pengawasan yang
memadai atau jika KB digunakan sebagai alat kontrol populasi yang otoriter.
❖ Implikasi Sosial dan Budaya: Beberapa masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma
budaya yang menganjurkan keluarga besar sebagai simbol status atau kehormatan.
Penerapan KB yang ketat dapat menimbulkan ketegangan sosial dan menentang nilai-
nilai tradisional dalam masyarakat tersebut. Selain itu, dalam beberapa budaya, gagasan
tentang keluarga berencana mungkin dianggap tabu atau tidak diterima secara sosial.
H. Cara Pencegahan
Berikut adalah beberapa cara pencegahan KB:
❖ Pendidikan Seksual Komprehensif: Memberikan pendidikan seksual yang komprehensif
kepada remaja dan individu dewasa adalah langkah penting dalam pencegahan KB.
Pendidikan seksual yang tepat dapat memberikan pengetahuan tentang anatomi tubuh,
reproduksi, kontrasepsi, dan perlindungan dari penyakit menular seksual (PMS). Ini
membantu individu membuat keputusan yang sadar dan bertanggung jawab tentang
seksualitas dan keluarga berencana.
❖ Akses ke Informasi dan Layanan Kontrasepsi: Memastikan akses yang mudah dan
terjangkau ke berbagai jenis kontrasepsi adalah penting dalam pencegahan KB. Ini
termasuk pil kontrasepsi, kondom, suntik KB, IUD, dan metode lainnya. Pemberian
informasi yang akurat tentang keamanan, efektivitas, dan efek sampingnya penting agar
individu dapat memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
❖ Pelayanan Kesehatan Reproduksi: Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi adalah langkah penting dalam pencegahan KB. Ini meliputi pemeriksaan
kesehatan reproduksi, konseling pranikah, pengujian PMS, imunisasi, perawatan
kehamilan, persalinan, dan layanan pascapersalinan. Pelayanan ini harus tersedia secara
luas, terjangkau, dan bebas dari diskriminasi.
DOKUMENTASI DISKUSI

You might also like