Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol. 18 No.

-- Edisi ------------- 2018, ISSBN 1411-5549

PENGARUH EKSTRAK AMPAS TEBU


TERHADAP GULMA PADA
PERTANAMAN KUBIS
(Brassica oleracea L)
THE EFFECT OF SUGARCANE BASS
EXTRACT ON WEEDS ON CABBAGE
(Brassica oleracea L) CULTIVATION
Putra Bayu Dewantara1), Saifuddin Hasjim2),
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Program Studi Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Jember
*E-mail: clashofputra@gmail.com

Abstract
Cabbage (Brassica oleracea L.) is an annual or biennial plant. Cabbage contains protein, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin
B1, Vitamin B2 and Niacin. Weeds are one of the pests that can reduce the production of a plant. Weed control efforts to suppress
weed growth and development can be done by weed control methods using organic herbicides. One of the materials that can be used
as an organic herbicide is bagasse. Many studies have been conducted on sugarcane allelopathy. The purpose of this study was to
determine the administration of bagasse extract on weed growth and cabbage yield. This research will be carried out in a rice field
in Ambulu Village, Jember Regency in June 2021 until it is completed. The study was arranged in a Randomized Block Design
(RAK) with four replications and five treatments, namely bagasse extract at concentrations of 5%, 10%, 15%, 20% and control.
Observational data were analyzed using ANOVA with DMRT further test at 5% level. The results showed that the herbicide of
bagasse extract at a concentration of 20% was effective in controlling narrow and broad leaf weeds in the cabbage area at 49 DAP
and 70 DAP, the application of herbicide at a concentration of 20% did not cause phytotoxicity and did not inhibit growth and did
not reduce the yield of cabbage.

Keywords : Bagasse, Weed, Organic Herbicide, Allelopathy, Cabbage.

PENDAHULUAN merupakan suatu bahan pengendali gulma yang terbuat


Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman dari bahan alami dan ramah lingkungan (Jauhar., 2012).
semusim atau dua musim. Bentuk daunnya bulat telur Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai herbisida
sampai lonjong dan lebar seperti kipas. Sistem perakaran organik adalah ampas tebu. Banyak penelitian telah
kubis agak dangkal, akar tunggangnya segera bercabang dilakukan mengenai alelopati tebu senyawa alelopati telah
dan memiliki banyak akar serabut. Kubis mengandung diisolasi dari lindi dan pemecahan bahan lignoselulosa
protein, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B2 ampas tebu (Rodrigues et al., 2001).
dan Niacin. Kandungan protein pada kubis putih lebih
rendah dibandingkan kubis bunga, namun kandungan METODE PENELITIAN
Vitamin A-nya lebih tinggi (Edi dan Bobihoe, 2010).
Faktor yang menyebabkan penurunan hasil produksi Waktu dan Tempat
tanaman disebabkan adanya kompetisi antara gulma Penelitian ini akan dilaksanakan dilahan sawah
dengan tanaman utama. Kompetisi tersebut meliputi di desa ambulu, Kabupaten Jember pada bulan Juni 2021
perebutan dalam mendapatkan air tanah, cahaya, matahari, sampai selesai.
unsur hara, ruang tumbuh dan udara. Gulma berpengaruh
langsung pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Alat dan Bahan
Persaingan antara gulma dan tanaman dalam mengambil Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian
unsur hara dan air dalam tanah dan penerimaan cahaya ini adalah limbah tebu padat, bibit kubis, dan alat
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian pendukung penanaman serta pemupukan sesuai
dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Gulma rekomendasi penanaman kubis.Alat yang digunakan
menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman dalam penelitian ini adalah plastic pembatas, ajir, tangki
pokok (Brown & Brooks., 2002). Herbisida organik

1
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol. 18 No. -- Edisi ------------- 2018, ISSBN 1411-5549

semprot semi otomatis, alat pendukung budidaya serta alat Rancangan Percobaan
pendukung analisis labolatorium. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu
Tahapan Penelitian pemberian beberapa konsentrasi ekstrak ampas tebu 5%,
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan 10%, 15% 20% dan control. Masing-masing perlakuan
Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 20 unit
pemberian beberapa konsentrasi ekstrak ampas tebu 5%, percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis
10%, 15% 20% dan control. Masing-masing perlakuan menggunakan analisis ragam atau ANOVA dengan uji
diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 20 unit lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis 5%.
menggunakan analisis ragam atau ANOVA dengan uji
lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf Variabel Pengamatan
5%.. Variabel pengamatan pada penelitian meliputi
inventarisasi gulma, biomassa gulma, fitoksisitas tanaman,
Ekstraksi Ampas Tebu diameter buah, dan berat buah kubis.
Ampas tebu yang diperoleh dicuci bersih
kemudian dikering anginkan tanpa terkena cahaya Metode Analisis
matahari selama 2 minggu. Menurut Dharma (2020) Data observasi dianalisis menggunakan analisis
metode pengeringan kering angin menghasilkan varians atau ANOVA dengan tambahan uji lanjut Duncan
antioksidan dan total fenol tertinggi. Sampel yang sudah Multiple Range Text (DMRT) pada taraf 5%.
kering kemudian dihaluskan dengan blender hingga
menjadi serbuk dan disimpan di dalam wadah yang
tertutup rapat. Serbuk ampas tebu yang diperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian diekstraksi dengan metode maserasi. Serbuk hasil penelitian pengaruh ekstrak ampas tebu
ampas tebu 250 gram direndam dengan etanol 70% terhadap gulma pada pertanaman kubis (Brassica oleracea
sebanyak 1,25 liter hingga serbuk benar-benar terendam L) disajikan berikut ini :
seluruhnya. Perendaman dilakukan selama 3 x 24 jam dan
dilakukan pengadukan setiap hari. Rendaman serbuk Analisis Vegetasi
ampas tebu kemudian disaring menggunakan kertas saring Kegiatan analisis vegetasi gulma dilakukan
dan diuapkan menggunakan rotary evaporator (Oleye and dengan tujuan untuk mengetahui jenis gulma yang
Tolulope., 2007). dominan pada lahan pertanaman kubis. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan ditemukan jenis-jenis
gulma antara lain Amaranthus spinosus, Borerria alata,
Kalibrasi Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Eleusine indica dan
Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan Portulaca oleraceae.
semprot yang dikeluarkan oleh alat semprot (sprayer),
sehingga dapat mengetahui berapa banyak larutan semprot
yang disemprotkan pada setiap satuan lahan. Langkah
awal melakukan kalibrasi dengan memasukkan air ke
dalam alat semprot, kemudian melakukan penyemprotan
pada petak pengamatan, mencatat waktu yang diperlukan
dalam sekali penyemprotan, kemudian menyemprotkan air
ke dalam timba sesuai waktu yang didapat saat
penyemprotan, air yang ada didalam timba kemudian
diukur dengan menggunakan gelas ukur untuk Gambar 4.1 Jenis - Jenis Gulma pada Pertanaman Kubis
menentukan curah semprot yang dikeluarkan oleh alat Keterangan : (A) Amaranthus spinosus, (B) Borerria
semprot (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2007). alata, (C) Cynodon Dactylon, (D) Cyperus Rotundus, (E)
Perhitungan kalibrasi dapat dilakukan menggunakan Eleusine Indica L, (F) Portulaca Oleracea.
rumus sebagai berikut : Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebelum
diaplikasikan herbisida Cyperus rotundus merupakan
D = (A x 10.000)/(C x B) gulma yang paling dominan dengan nilai SDR sebesar
Keterangan : (28,89%), diikuti Portulaca oleraceae sebesar (22,25%),
D : jumlah volume (L/ha) Cynodon dactylon sebesar (20,68%), Amaranthus
A : kecepatan curah (L/menit) spinosus sebesar (17,46%), Eleusine indica (6,43%) dan
B : lebar gawang (meter) Borreria alata (4,23%).
C : kecepatan berjalan (m/menit)

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Summed Dominance Ratio


(SDR
Aplikasi Ekstrak Ampas Tebu
Aplikasi ekstrak ampas tebu dilakukan pada 21,42
dan 63 hari setelah tanam. Ekstrak ampas tebu diberikan
pada bedengan dengan dosis sesuai dengan perlakuan
yang diberikan, dengan menggunakan alat semprot semi
otomatis.

2
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol. 18 No. -- Edisi ------------- 2018, ISSBN 1411-5549

tebu kosentrasi 5% ) sebesar 1,47 gram. Pada 70 hst


Jenis Gulma SDR Gulma menunjukkan hasil tertinggi yaitu perlakuan A4
Amaranthus spinosus 17,46% (perlakuan herbisida ampas tebu kosentrasi 20%) dengan
Borerria alata 4,23% nilai sebesar 0,18 gram yang berbeda nyata dibandingkan
Cynodon dactylon 20,68% dengan perlakuan lainnya. Hasil perlakuan terendah pada
Cyperus rotundus 28,89% 70 hst hst terletak pada perlakuan kontrol A5 (kontrol)
sebesar 1,82 gram.
Eleusine indica 6,43%
Portulaca oleraceae 22,25% Berat Buah Kubis
Hasil analisis ragam (tabel 4.4) menunjukkan
Biomassa Gulma bahwa aplikasi herbisida limbah ampas tebu terhadap
Hasil analisis ragam (tabel 4.1) menunjukkan berat buah kubis pada A4 tidak berbeda nyata dengan A3
bahwa parameter biomassa gulma menunjukkan bahwa tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A1, A2, dan A5.
aplikasi herbisida dari ampas tebu terhadap pertanaman
kubis memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
pada gulma berdaun sempit berturut-turut 49 hst dan 70
hst. Pada gulma berdaun lebar 49 hst berbeda nyata dan
70 hst berbeda sangat nyata.
Tabel 4.3 Pengaruh aplikasi pemberian herbisida ampas
tebu pada gulma berdaun lebar
Ketarangan : Angka angka yang diikuti dengan huruf yang
sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT 5%.
Biomassa Gulma Daun Lebar
Perlakuan Gambar 4.2 Berat Buah Kubis.
49 HST 70 HST Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
A1 2.10 b 2.07 b dilakukan dapat diketahui bahwa aplikasi herbisida ampas
A2 1.62 bc 1.50bc tebu mempengaruhi berat tanaman kubis. Tanaman kubis
dengan berat tertinggi terdapat pada perlakuan A4
A3 1..47 bc 1.33 bc sedangkan paling rendah terdapat pada perlakuan A5
A4 0.98 c 0.88 c (control).
A5 5.03 a 5.91 a
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil Diameter Buah Kubis
terbaik pada 49 hst yaitu perlakuan A4 (perlakuan Hasil analisis ragam (tabel 4.5) menunjukkan
herbisida ampas tebu kosentrasi 20% ) dengan nilai bahwa aplikasi herbisida limbah ampas tebu terhadap
sebesar 0,98 gram yang berbeda nyata dibandingkan diameter buah kubis pada A4 tidak berbeda nyata dengan
dengan perlakuan lainnya. Hasil perlakuan terendah pada A3 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A1, A2, dan
49 hst terletak pada perlakuan kontrol A5 (kontrol) A5.
sebesar 5,03 gram. Pada 70 hst menunjukkan hasil
tertinggi yaitu perlakuan A4 (perlakuan herbisida ampas
tebu kosentrasi 20%) dengan nilai sebesar 0,88 gram yang
berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hasil perlakuan terendah pada 70 hst hst terletak pada
perlakuan kontrol A5 (kontrol) sebesar 5,91 gram.
Tabel 4.4 Pengaruh pemberian herbisida ampas tebu pada
gulma berdaun sempit.
Biomassa Gulma Daun Sempit
Perlakuan
49 HST 70 HST
Gambar 4.3 Diameter Buah Kubis.
A1 1.47 a 1.42 a Hasil diameter buah kubis terendah yaitu pada
perlakuan control dengan hasil 18,7 sedangkan paling
A2 1.03 b 1.08 b lebar terdapat pada perlakuan A4 yaitu 20,8 dan tidak
A3 0.35 c 0.42 c berbeda nyata dengan perlakuan A3 yaitu 20,7, sedangkan
A4 0.20 c 0.18 c terhadap perlakuan A1 dan A2 berbeda nyata.
A5 0.92 bc 1.82 a
Ketarangan : Angka angka yang diikuti dengan huruf yang Fitoksisitas Tanaman Kubis
sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak Hasil analisis ragam (tabel 4.1) menunjukkan
nyata pada uji DMRT 5% bahwa aplikasi herbisida terhadap pertanaman kubis
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada
terbaik pada 49 hst yaitu perlakuan A4 (perlakuan parameter fitotoksisitas tanaman kubis 28 HST dan 49
herbisida ampas tebu kosentrasi 20% ) dengan nilai HST dan berbeda nyata pada 70 HST.
sebesar 0,20 gram yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A3 (perlakuan herbisida ampas tebu kosentrasi Tabel 4.5 Pengaruh pemberian herbisida ampas tebu terhadap
15% ) dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan Fitoksisitas Tanaman Kubis.
lainnya. Hasil perlakuan terendah pada 49 hst terletak Perlakuan Fitotoksisitas Tanaman Kubis
pada perlakuan kontrol A1 (perlakuan herbisida ampas

3
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol. 18 No. -- Edisi ------------- 2018, ISSBN 1411-5549

28 HST 49 HST 70 HST Yogyakarta : Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian Yogyakarta
A1 0.50c 0,00d 0,00b Brown, K. and K. Brooks. 2002. Bushland Weeds: a
A2 0.50c 0.25c 0,00b Practical Guide to their Management,
Environmental Weeds Action Network (WA) Inc.
A3 1.50b 1,00b 0.50a Perth WA. p.102.
A4 1.75a 1.50a 0.50a Dharma, M. A., Nocianitri, K. A., & Yusasrini, N. L. A.
(2020). Pengaruh metode pengeringan simplisia
A5 0,00d 0,00d 0,00b terhadap kapasitas antioksidan wedang uwuh.
Ketarangan : Angka angka yang diikuti dengan huruf yang Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan (ITEPA), 9(1),
sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak 88-95.
nyata pada uji DMRT 5%. Edi, S., & Bobihoe, J. (2010). Budidaya tanaman sayuran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh aplikasi (BPTP) Jambi.
herbisida ampas tebu pada tanaman kubis mengakibatkan Jauhar. 2012. Herbisida (Pengendalian Gulma) dengan
keracunan ringan dan keracunan sedang pada tanaman Sistem Organik (Online).
kubis yang berumur 28 hst dan 49 HST ditandai dengan http://www.klinikpertanianorganik.com/herbisidap
perubahan warna daun. Pada 70 HST tidak mengalami engendaligulmahubungannya-dengan-konsep-
keracunan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan pertanian-berbasis organik/. Diakses pada January
bahwa herbisida ampas tebu bersifat selektif terhadap 2021.
tanaman kubis. Oleye, and M. Tolulope. 2007. Cytotoxicity and
antribacterial activity of Methanolic Extract of
Hibiscus sabdariffa. Medicinal Plants Research,
1(1): 9-13.
Sheeja K., R. Elizabeth, and K. Syriac. 2016. A New
Herbicide Mixture: Bispyribac
Sodium+Metamifop 14% Se For Weed Control in
Wet Seeded Rice. Res. on Crops. 17(3): 421-427.
Gambar 4.4 Fitotoksisitas Tanaman. (A) Skor 0; (B) Skor 1; (C) Umiyati, U., Widayat, D., Kurniadie, D., Fadillah, R. Y.,
Skor 2
& Deden, D. 2019. Pengaruh Campuran Herbisida
Menurut Sheeja et al (2016), gejala yang nampak Atrazin 500 g/l dan Mesotrion 50 g/l Terhadap
pada tanaman utama akibat perlakuan herbisida ekstrak Pertumbuhan Beberapa Jenis Gulma Serta Hasil
ampas tebu yaitu jaringan tanaman akan mengalami Jagung (Zea mays L.). Agrosintesa Jurnal Ilmu
perubahan warna daun. Aplikasi herbisida ekstrak ampas Budidaya Pertanian, 2(1), 9-18.
tebu menyebabkan gejala keracunan ringan pada 28 HST Rodrigues, RCLB, Felipe, MGA, Silva, JB, Vitolo, M., &
dan keracunan sedang pada 49 HST, namun pada Gómez, PV (2001). Effect of pH, temperature and
pengamatan 70 HST tanaman kubis sudah mulai segar hydrolyzate concentration on the removal of
kembali. Pemberian pupuk dan penyemprotan yang volatile and nonvolatile compounds from bagasse
dilakukan tidak terhadap tanaman kubis membuat kubis hemicellulose hydrolyzate treated with activated
bertahan terhadap fitoksisitas dari herbisida yang charcoal before or after vacuum evaporation.
diberikan. Toksisitas yang rendah dan pemulihan yang Brazilian Journal of Chemical Engineering, 18 (3),
cepat menunjukkan resistensi terhadap herbisida yang 299-311.
digunakan (Umiyati dkk., 2019).

KESIMPULAN
Pemberian ekstrak limbah ampas tebu efektif
dalam mengendalikan gulma daun lebar dan daun sempit,
namun tidak efektif dalam mengendalikan gulma teki
(Cyperus rotundus). Konsentrasi 20% ekstrak ampas tebu
menunjukkan penurunan biomassa gulma daun lebar pada
49 HST (0,98 gr) dan 70 HST (0,88 gr), konsentrasi 20%
ekstrak ampas tebu menunjukan penurunan biomassa
gulma daun sempit pada 49 HST (0,83 gr) dan 70 HST
(0,18) gr. Pemberian ekstrak limbah ampas tebu dengan
dosis kosentrasi 20% menunjukkan hasil tertinggi dengan
berat buah kubis sebesar 1065 g.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2007. Penggunaan
Dan Perawatan Alat Semprot Punggung (Sprayer).

You might also like