Professional Documents
Culture Documents
Bab 07 Employee Empowerment
Bab 07 Employee Empowerment
Knowledge Workers
Siapakah knowledge workers? Knowledge workers adalah pekerja yang memiliki
keterampilan tinggi; di samping itu mereka mempunyai pengetahuan tinggi yang
diperoleh dari pendidikan formal, dan kemampuan untuk belajar serta untuk
memperoleh tambahan pengetahuan.i Pengetahuan terdiri dari ilmu (science),
teknologi, pengetahuan sosial, ekonomi, manajemen, bisnis, keuangan,
pemasaran, akuntansi, sumber daya manusia, dan lain-lain.
Knowledge workers adalah orang yang memanfaatkan pengetahuannya untuk
menciptakan produk dan jasa dengan menggunakan smart technology. Mereka
adalah pekerja yang menjadikan knowledge sebagai alat produksi untuk
menghasilkan produk dan jasa bagi customers organisasi.
Pekerjaan knowledge workers lebih bersifat kreatif. Dengan demikian
pekerjaan knowledge workers tidak dapat disupervisi sebagaimana yang
diterapkan di dalam pengawasan terhadap pekerja yang mengoperasikan teknologi
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 131
Tampak Luar
SPPM
Keyakinan Dasar
(1) karyawan adalah manusia, (2)
orang pada dasarnya adalah baik, Employee
(3) birokrasi membunuh inisiatif, Empowerement
(4) tugas manajer adalah Mindset
menyediakan pelatihan, teknologi,
dan dukungan bagi karyawan
Nilai Dasar
kejujuran dan kerendahan hati.
Penyesuaian
Proses oleh Customer
Karyawan
Manajer harus melihat karyawan sebagai “suatu ikat (bundle) peluang yang
harus dikembangkan dan diperluas untuk tujuan pemberian layanan kepada
customers.” Manajer bertanggung jawab untuk menyediakan teknologi memadai
dan pelatihan bagi karyawan untuk memungkinkan mereka mengerjakan apa yang
dapat mereka kerjakan. Di samping itu, manajer harus memberikan dukungan
selama proses perubahan karyawan dalam memikul tanggung jawab baru ini. Jika
manajer tidak memiliki kesediaan untuk menerima kesalahan dan kegagalan,
karyawan akan cenderung kembali ke cara kerja lama yang telah dikenal
sebelumnya.
Nilai Dasar dalam Diri Manajer untuk Mewujudkan Paradigma
Pemberdayaan Karyawan
Untuk mewujudkan paradigma pemberdayaan karyawan, perlu ditanamkan
personal values dalam diri para manajer yang pas dengan paradigma tersebut: (1)
kejujuran dan (2) kerendahan hati.iii
Kejujuran. Manajer harus mengatakan yang sebenarnya kepada karyawan, dan
sebaliknya manajer juga harus memberikan kesempatan sama kepada karyawan
untuk mengatakan yang sebenarnya kepada manajer. Manajer harus memberikan
informasi yang dimilikinya kepada karyawan untuk memungkinkan karyawan
mengambil keputusan secara efektif.
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan “pengintegrasian antara pemikiran
dan pelaksanaan.” Dalam manajemen tradisional, pemikiran dilaksanakan oleh
manajer, pembicaraan dilaksanakan oleh supervisor, dan pelaksanaan dilakukan
oleh karyawan. Dalam rerangka pengambilan keputusan ini, karyawan hanya
bertugas mengumpulkan data dan menyerahkannya kepada supervisor. Supervisor
kemudian melakukan analisis pendahuluan dan kemudian menyerahkan hasil
analisisnya kepada manajer di atasnya. Manajer kemudian menimbang data yang
dianalisis supervisor dengan data lain yang dimilikinya, menambah analisis, dan
memberitahukan keputusannya dan memberikan arahan pelaksanaannya kepada
karyawan. Dalam pemberdayaan karyawan, karyawan yang diberi tanggung jawab
untuk pengambilan keputusan seperti itu, memerlukan akses ke data yang sama,
menggunakan alat analisis yang sama, dan melakukan analisis yang sama.
Kerendahan hati. Pemberdayaan karyawan berarti pemberian tanggung jawab
lebih besar kepada karyawan untuk mengambil keputusan. Dengan demikian,
dapat terjadi inisiatif karyawan jauh lebih baik dibandingkan yang dilakukan oleh
manajer. Kerendahan hati untuk mengakui kinerja karyawan harus merupakan
suatu nilai yang dijunjung tinggi oleh manajer, jika pemberdayaan karyawan
dikehendaki berhasil dalam suatu organisasi. Tugas manajer adalah membuat
karyawan yang berada di bawah wewenangnya menjadi terkenal karena
kinerjanya. Tugas ini hanya dapat dilakukan oleh manajer yang memiliki
kerendahan hati.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 137
Tampak Luar
SPPM
Keyakinan Dasar:
(1) pemberdayaan didasarkan pada
kepercayaan manajer atas karyawan, (2)
kepercayaan didasarkan atas kompetensi dan Employee
karakter. Empowerment
Mindset
Nilai Dasar:
(1) kejujuran, (2) keberanian, (3) integritas,
(4) mental berlimpah, dan (5) kesabaran.
Keberanian. Keberanian adalah keteguhan hati seseorang dalam
mempertahankan pendirian, keyakinan, prinsip, visinya. Keberanian adalah
keteguhan hati dalam mengambil posisi. Keberanian juga berarti kemampuan
untuk mengubah pikiran; kemampuan untuk mengatakan, “Saya tidak tahu,
namun saya akan mencari jawabannya;” kemampuan untuk mengakui bahwa
dirinya tidak sempurna; kemampuan untuk tetap belajar, tidak puas dengan sukses
yang telah dicapai; kemampuan untuk meletakkan prinsip di atas prasangka dan di
atas ekspediensi (cari mudahnya saja). Nilai keberanian perlu dijunjung tinggi
karyawan untuk memacu karyawan dalam mengemban tanggung jawab
pengambilan keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Di
samping itu, kreativitas penerapan pengetahuan memerlukan nilai keberanian
dalam diri karyawan untuk mengungkapkan dan mengimplementasikannya.
Integritas. Integritas adalah kemampuan orang untuk mewujudkan apa yang telah
diucapkan atau janjikan oleh orang tersebut menjadi suatu kenyataan. Karyawan
perlu menjunjung tinggi integritas, dengan cara mewujudkan semua komitmen
yang telah mereka sanggupi ke dalam tindakan nyata. Integritas adalah
kemampuan orang untuk mewujudkan apa yang telah dikatakan menjadi suatu
realitas, dalam situasi apa pun. Orang yang tidak berintegritas hanya mampu
mewujudkan apa yang telah dikatakan, terbatas yang dipandang menguntungkan
dirinya. Character is what you are in the dark. Jika karyawan telah menjanjikan
sesuatu kepada customer, dan meskipun untuk merealisasikan komitmen kepada
customer tersebut, ia harus mengorbankan sumber daya tertentu, dan ia tetap
teguh dengan komitmen yang telah dijanjikan kepada customer, terlepas dari
sumber daya yang harus dikorbankan, ia adalah karyawan yang menjunjung tinggi
integritas dalam memenuhi komitmennya kepada customer. Customer akan
memilih berhubungan dengan perusahaan yang karyawannya menjunjung tinggi
integritas, karena hanya orang yang berintegritas pantas dijadikan partner dalam
bekerja.
Mental berlimpah. Mental berlimpah (abundant mentality) adalah kemampuan
jiwa seseorang dalam menerima keberhasilan, kelebihan, keberuntungan,
penghargaan yang diperoleh orang lain. Mental berlimpah sangat diperlukan,
karena karyawan bekerja dalam tim kerja (teamwork), yang bersama dengan
karyawan lain bahu-membahu memenuhi kebutuhan customer. Perwujudan nilai
mental berlimpah antara lain: (1) ringan hati untuk memberikan selamat atas
keberhasilan rekan sekerja, (2) menghindarkan diri dari sikap merendahkan
prestasi kerja rekan sekerja, (3) membiasakan diri melihat “the bright side of
everyone and everything.”
Kesabaran. Kesabaran dalam mewujudkan visi merupakan nilai yang perlu
dijunjung tinggi oleh karyawan. Kesabaran adalah kekuatan hati orang untuk
menerima kelainan yang terjadi terhadap dirinya dalam jangka waktu panjang.
Kesabaran adalah kemampuan orang dalam menyalurkan semangat secara konstan
dan tekun sampai terwujud visi yang telah dirumuskan.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 140
manajer puncak karena hanya dia yang menguasai informasi yang diperlukan
dalam pengambilan keputusan.
Dengan dimanfaatkannya shared database, karyawan dapat melakukan akses
ke pusat informasi. Dengan demikian, jika karyawan memiliki pengetahuan
memadai untuk pengambilan keputusan, ia dapat melakukan analisis dan
rekomendasi tanpa bantuan dari manajer tingkat menengah. Oleh karena itu,
pemanfaatan shared database berakibat peran manajer tingkat menengah tidak
diperlukan. Terjadi lah trend organisasi menjadi semakin datar (flat), dengan
hilangnya jenjang manajer menengah. Karakteristik organisasi seperti itu
dilandasi oleh mindset pemberdayaan karyawan di dalam modal manusia.
Organisasi sebagai destabilizer. Pekerjaan knowledge workers adalah berupa
penerapan secara kreatif knowledge ke dalam pembuatan produk dan jasa dengan
memanfaatkan smart technology. Dengan demikian perubahan akan menjadi
bagian yang biasa terjadi di dalam organisasi perusahaan. Fungsi organisasi
dikembalikan kepada sifat dasarnya, yaitu sebagai destabilizer. Sebagai
destabilizer, organisasi harus secara sistematik melakukan pendobrakan terhadap
segala proses dan sistem yang mapan, untuk digantikan dengan sistem dan proses
yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang lebih berkualitas, lebih dapat
diandalkan, lebih cepat, dan lebih cost effective. Mindset pemberdayaan karyawan
menjadikan karyawan mampu menciptakan dan melaksanakan perubahan, kapan
saja lingkungan bisnis memerlukan perubahan.
De-jobbed organization. Jika pekerjaan knowledge workers bersifat kreatif,
perubahan akan senantiasa terjadi di dalam organisasi masa depan. Oleh karena
itu, sulit atau hampir dapat dikatakan tidak mungkin membuat job description
untuk pekerja semacam itu. Jika misalnya mungkin dilaksanakan, penyusunan job
description bagi knowledge workers akan menghasilkan deskripsi pekerjaan yang
segera out-dated. Jika organisasi menghadapi kesulitan di dalam membuat job
description bagi knowledge workers, organisasi masa depan akan cenderung
menjadi de-jobbed organization—suatu organisasi yang karyawannya tidak
memiliki job description. Berdasarkan shared vision, karyawan memanfaatkan
smart technology untuk menerapkan knowledge di dalam desain dan produksi
produk dan jasa yang menghasilkan value bagi customers. De-jobbed
organization dilandasi oleh mindset pemberdayaan karyawan dalam pengelolaan
sumber daya manusia, sehingga memungkinkan karyawan mencurahkan
kreativitas mereka dalam memanfaatkan knowledge mereka dalam menghasilkan
produk dan jasa yang menghasilkan value bagi customers.
Virtuality. Organisasi bisnis masa depan akan memfokuskan aktivitasnya ke core
competency-nya saja. Sebagai akibatnya, aktivitas yang bukan menjadi
kompetensi unggulannya diserahkan (outsourced) kepada mitra bisnisnya.
Perusahaan-perusahaan membangun hubungan kemitraan yang mengikat pemasok
dan customers menjadi suatu jejaring yang erat.
Virtualityv berarti mengelola orang yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat
dikendalikan secara rinci. Karena perusahaan berusaha menghasilkan customer
value terbaik sesuai dengan core competency yang dimilikinya, maka untuk
menghasilkan suatu produk dan jasa, perusahaan perlu beroperasi dalam suatu
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 142
Wewenang. Dalam organisasi bisnis, kekuasaan berasal dari kedudukan
seseorang. Dalam organisasi politik, kekuasaan diberikan oleh rakyat kepada
pemimpin yang dipercaya akan menerapkan kekuasaan tersebut dengan baik bagi
rakyat pemilih. Dalam organisasi masa depan, jabatan dan peran yang disandang
oleh seseorang tidak banyak artinya sampai dengan orang tersebut mampu
membuktikan keandalan profesionalnyavi. Semua wewenang harus dapat
diperoleh (melalui pembuktian keandalan profesional) sebelum wewenang
tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Organisasi harus mampu
mengembangkan leadership potential setiap personel, baik yang memegang posisi
manajerial maupun yang berperan sebagai karyawan.
Leader perlu diberi waktu dan kesempatan untuk membuktikan bahwa
dirinya memiliki keandalan profesional. Leader tumbuh dari pembuktian
keandalan profesionalnya; leader bukan hasil penunjukan, bukan dibuat.
Organisasi melaksanakan banyak projek dan task force yang dapat memberi
kesempatan bagi seseorang untuk membuktikan keandalan profesionalnya sebagai
leader.
Karier personel tidak lagi berupa tangga peran menuju ke jenjang yang lebih
tinggi, namun berupa reputasi yang berkembang dari keberhasilan seseorang
dalam menjadikan berbagai hal terlaksana dengan baik. Pengaruh—bukan
wewenang—yang mendorong maju organisasi masa depan.
pencipta kekayaan di lingkungan bisnis global ini. Hal ini dapat dimulai dari sejak
perumusan strategic objectives pada waktu proses perencanaan strategik dimulai.
Strategic objectives perlu dirumuskan secara komprehensif dengan mencakup
empat perspektif: keuangan, customer, proses bisnis/intern, serta pembelajaran
dan pertumbuhan. Perspektif terakhir ini berhubungan dengan sumber daya
manusia, yang perlu dikembangkan dan kemudian difokuskan seluruh potensi
mereka ke kegiatan untuk menghasilkan value terbaik bagi customers. Human
assets leverage menekankan pentingnya perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan ini dalam perumusan strategic objectives. Uraian lebih mendalam
tentang perumusan strategic objectives dalam perencanaan strategik disajikan
dalam Bab 22 Sistem Perencanaan Strategik dengan Rerangka Balanced
Scorecard.
RANGKUMAN
Pergeseran teknologi yang digunakan oleh masyarakat ke smart technology
menuntut tipe pekerja yang sangat berbeda dengan tipe pekerja yang diperlukan
pada waktu masyarakat menggunakan teknologi hard automation. Knowledge
workers yang secara produktif mampu memanfaatkan smart technology
memerlukan cara pengelolaan yang sangat berbeda dengan pengelolaan terhadap
tipe pekerja yang menjalankan teknologi hard automation.
Pemberdayaan karyawan merupakan pendekatan pengelolaan terhadap
sumber daya manusia yang pas dengan karakteristik pekerjaan dan pekerja di
dalam jaman teknologi informasi. Tujuan utama pemberdayaan karyawan adalah
untuk penyediaan produk dan jasa yang mampu menghasilkan value bagi
customers, dengan memanfaatkan smart technology secara optimum.
Pemberdayaan karyawan akan berhasil jika dilaksanakan melalui
pembentukan mindset yang semestinya, baik di dalam diri manajer maupun di
dalam diri karyawan. Di dalam diri manajer perlu ditanamkan keyakinan dasar
bahwa: (1) karyawan adalah manusia, (2) orang pada dasarnya baik, (3) birokrasi
membunuh inisiatif, (4) tugas manajer adalah menyediakan pelatihan, teknologi,
dan dukungan bagi karyawan. Di samping itu, manajer perlu menjunjung tinggi
nilai-nilai: kejujuran dan kerendahan hati. Di lain pihak, dalam diri karyawan
perlu ditanamkan keyakinan dasar bahwa: (1) pemberdayaan karyawan hanya
terwujud berdasarkan kepercayaan yang tumbuh dalam diri manajer terhadap
karyawan, dan (2) kepercayaan manajer terhadap karyawan tumbuh karena
kompetensi dan karakter yang dibangun dalam diri karyawan. Di samping itu,
dalam diri karyawan perlu ditanamkan nilai-nilai: kejujuran, keberanian,
integritas, mental berlimpah, dan kesabaran dalam mewujudkan visi.
Mindset pemberdayaan karyawan diwujudkan dalam struktur SPPM berikut
ini: (1) organisasi semakin datar, (2) peran organisasi sebagai destabilizer, (3)
virtual organization, (4) de-jobbed organization, (4) organisasi dengan banyak
leaders. Mindset pemberdayaan karyawan juga diwujudkan dalam proses SPPM
berupa pergeseran pengelolaan dari financial assets leverage ke human assets
leverage.
PERTANYAAN
1. Ada dua faktor penyebab dibutuhkannya pemberdayaan karyawan. Sebut dan
jelaskan masing-masing faktor tersebut.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 147
END NOTES
i
Peter F. Drucker, Post Capitalist Society (New York: HarperBusiness , 1993), p. 73.
ii
Neil H Snyder, James D. Dowd, Jr., Dianne Morse Houghton. Vision, Values, and Courage: Leadership for
Quality Management (New York: The Free Press, 1994.), pp. 188 - 195.
iii
Snyder, Dowd, Houghton, pp. 195-199.
iv
Peter F. Drucker, The Executive in Action: Managing for Results, Innovation and Entrepreneurship, The
Effective Executive (New York: HarperBusiness, 1996), p. 123.
v
Charles Handy. The New Language of Organizing and Its Implications for Leaders. Dalam Frances
Hesselbein, Marshal Goldsmith, Richard Beckhard (Eds.), The Leader of The Future; New Vision, Strategies
and Practices for the Next Era (San Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1996), pp. 4-5.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 148
vi
Keandalan profesional seseorang ditentukan oleh 6K: kompetensi, karakter, keterbukaan, kerja keras,
kegairahan untuk mewujudkan pengetahuan terkini, dan kemitraan. Karakter dirinci lebih lanjut menjadi:
kejujuran, keberanian, integritas, mental berlimpah, dan kesabaran.