Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

RESUME:TRANSMISI BUDAYA DAN PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN

KHAIRINA MAYARNI NST


22177007

A.KEBUDAYAAN DAN SUB BUDAYA

Koentjaraningrat mengemukakan adanya tiga wujud kebudayaan yaitu wujud kompleks ide-ide,

wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola, dan wujud benda hasil karya manusia.

1. Wujud kompleks ide-ide

Wujud ini ada dalam pikiran anggota-anggota masyarakat atau Dalam masyarakat

seringkali wujud ideal kebudayaan ini dinamakan adat tata kelakuan atau adat Wujud ideal ini

berbentuk nilai, hukum, peraturan-peraturan. Nilai adalah bentuknya yang paling abstrak dan

luas cakupannya sedangkan aturan sopan santun adalah yang paling konkrit dan sempit ruang

lingkupnya.

Wujud kebudayaan ideal menurut Koentjaraningrat ini merupakan sistem gagasan dan

norma-norma atau ideologi yang dapat bermakna sebagai sebuah sistem gagasan yang saling

berhubungan yang dianut oleh sebuah kelompok sosial atau masyarakat yang mencerminkan,

merasionalisasikan, dan mempertahankan kepentingan dan komitmen institusional

kemasyarakatan, moral, keagamaan, politik, dan ekonominya yang khusus. Ideologi tersebut

berfungsi sebagai pembenaran logis dan filosofis dari pola tingkah laku kelompok atau anggota-

anggota suatu masyarakat, dan juga kepercayaan dan tujuan kemasyarakatan. Unsur-unsur dari

ideologi tersebut cenderung dianggap sebagai kebenaran atau dogma, bukan hanya sebagai

formulasi-formulasi filsafah dan teori yang bersifat tentatif. Oleh karena itu, ideologi atau adat

seringkali sangat mengikat.


2. Wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola

Wujud ini adalah tingkah laku nyata yang berpola yang dapat diamati dalm aktivitas-

aktivitas anggota-anggota masyarakat yang berintekrasi, berhubungan, dan bergaul berdasarkan

tuntutan nilai, norma, peraturan, atau adat istiadat tertentu. Kelakuan berpola ini dinamakan

sistem sosial yang secara konkrit dapat diamati, didokumentasi, dan difilmkan.

3. Wujud benda-benda hasil karya manusia.

Wujud ini berupa hasil karya anggota-anggota suatu masyarakat dan semua benda-benda yang

mempunyai makna dalam kehidupan suatu kelompok atau suatu masyarakat

TRANSMISI BUDAYA DAN PENDIDIKAN

Transmisi budaya adalah penyampaian kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya.

Penyampaian kebudayaan dari generasi ke generasi sering ditemui istilah-istilah yang sering

dipakai secara bergantian, tumpang tindih, dan secara khusus. Istilah-istilah tersebut adalah

enculturation, socialization, education, dan schooling. Secara sederhana dapat diterjemahkan

dengan pembudayaan, permasyarakatan, pendidikan dan persekolahan

1. Enculturation (Pembudayaan)

Herskovits pertama sekali menggunakan konsep enculturation, dia menyamakan enculturation


dengan socialization. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-
peraturan yang hidup dalam kebudayaannya (Bachtiar, 2011). Yang dilakukan secara terus
menerus dan sepanjang umur Hasilnya adalah “biocultural behavior” atau tingkah laku
kehidupan yang berbudaya.

2. Socialization (Permasyarakatan)

Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup, bermula sejak lahir hingga
mati. Proses sosialisasi itu terjadi dalam kelompok atau institusi sosial di dalam
masyarakat.Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role
theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh
individu (Anonim, 2012).
Persamaan konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi, adalah sebagai berikut:

1. Menurut Herskovits:

a. Sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu kedalam sebuah kelompok sosial,

sedangkan enkulturasi adalah proses yang menyebabkan individu memperoleh

kompetensi dalam kebudayaan kelompok.

b. Sosialisasi merujuk kepada proses pengintegrasian kedalam kelompok, sedangkan

enkulturasi merujuk kepada proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup sebagai

anggota kelompok.

Jadi, untuk dapat mengintegrasikan diri sebagai anggota kelompok masyarakat diperlukan

berbagai kompetensi budaya. Sosialisasi merupakan sinonim dari enkulturasi.

c. Sosialisasi sering dipakai oleh sosiolog dan psikolog, sedangkan enkulturasi sering

dipakai antropolog. Namun keduanya mengacu pada fenomena yang sama yaitu proses

penyampaian kompetensi budaya supaya dapat hidup sebagai anggota suatu masyarakat.

2. Hansen dan Gillin

a. Hansen, Enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah laku,

pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti bahasa

dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi,

ideologi dan sikap-sikap.

b. Gillin, Sosialisasi merupakan proses yang membawa individu dapat menjadi anggota

yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar

kelompok, mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok, mengamalkan tradisi kelompok,


dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk

mendapatkan penerimaan yang baik dari teman-teman sekelompoknya.

Pada kedua definisi ini, terkandung unsur-unsur nilai, pola bertingkah laku, dan

keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang diperlukan oleh seorang individu

untuk dapat berfungsi sebagai anggota suatu masyarakat yang mendukung suatu kebudayaan.

3. Education dan Schooling (Pendidikan dan persekolahan)

Bagi Herskovits, pendidikan (education) adalah “directed learning” dan persekolahan


(schooling) adalah “formalized learning”. Menurut Hansen pendidikan adalah sub bagian dari
enkulturasi: usaha yang disengaja dan bersifat sistematis untuk menyampaikan keterampilan-
keterampilan dan pengetahuan, kebiasaan berpikir dan bertingkah laku yang dituntut harus
dimiliki oleh para pelajar sebagai anggota baru. Sedangkan persekolahan merupakan pendidikan
yang dilembagakan.

Pendidikan terbagi atas pendidikan formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal adalah
sistem pendidikan yang disusun secara hirarkis dan berjenjang secara kronologi mulai dari
sekolah dasar sampai ke universitas

Pendidikan informal adalah pendidikan seumur hidup yang memungkinkan individu memperoleh
sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, dan pengaruh-pengaruh serta sumber-sumber
yang ada dilingkungannya dari keluarga, tetangga, dari bekerja dan bermain dari pasar, dari
perpustakaan dan media massa.(learning by doing)

Pendidikan non-formal memusatkan perhatian kepada perbaikan kehidupan sosial dan individual

dan kemampuan-kemampuan dalam pekerjaan.


A. Perkembangan Institusi Pendidikan

Perkembangan persekolahan tergantung kepada faktor-faktor, antara lain kemampuan

suatu masyarakat untuk membiayai sistem persekolahan, kemungkinan orang tua membebaskan

anak-anaknya dari pekerjaan produktif menolong orang tua, perhatikan dari kelompok-kelompok

tertentu dalam mengawasi penguasaan pengetahuan dari ketarampilan tertentu dan dalam

memberi kesempatan kepada generasi muda menguasainya untuk menjamin kesinambungan

masyarakat dan kelestarian pengetahuan. Kebudayaan di dalam suatu masyarakat atau bangsa

memiliki arti dan fungsi tersendiri bagi anggotanya, antara lain:

1. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tertentu manusia.

2. Memproduksi dan mendistribusikan barang-barang dan jasa.

3. Menjamin kelestarian biologis .

4. Dapat menciptakan suasana tertib dan memberikan motivasi kepada para anggotanya

untuk bertahan hidup.

ada 4 tahap perkembangan pendidikan dan hubungannya dengan perkembangan

masyarakat yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan dalam masyarakat tanpa aksara. Pendidikan dalam masyarakat ini ditandai oleh

proses belajar yang bersifat informal dalam keluarga dan hubungan-hubungan yang tersusun

antara satu generasi dengan generasi berikutnya untuk memberikan keterampilan-

keterampilan ekonomi dan perkenalan perilaku sosial yang benar. Pada tahap ini peran siswa

dan guru ditentukan semata-mata atas dasar kriteria yang bersifat askriptif. Siswa dan guru

dibedakan karena umur dan apa yang mereka pelajari ditentukan oleh jenis kelaminnya.

Anak-anak adalah siswa karena umur mereka sedangkan orang tua adalah guru karena
mereka telah dewasa dan spesialisasi yang dimilikinya juga ditentukan oleh jenis kelaminnya,

yaitu perempuan belajar memasak dan laki-laki mengajarkan berburu.

2. Sebagian dari proses sosialisasi mulai terdiferensiasi dari keluarga.

Disini para remaja mulia dididik oleh sekelompok orang dewasa yang sudah terspesialisasi

pengetahuan atau keterampilannya. Pada tahap ini umur dan jenis kelamin merupakan

penentu siapa yang menjadi siswa. Perhatian terhadap pembawaan merupakan hal yang

menentukan siapa yang bisa menjadi pengajar, untuk itu diberikan pelatihan-pelatihan untuk

memiliki kemampuan lebih dari pada orang biasa. Dengan demikian spesialisasi sebagai

pengajar dengan tanggung jawab mengajar yang lebih besar sebagai pendidik lebih

berkembang.

3. Ketika masyarakat sudah makin terdiferensiasi dan masalah seleksi sosial semakin besar,

keluarga atau kelompok tertentu dalam masyarakat memperoleh kekuasaan yang lebih besar

atau keuntungan ekonomi yang besar, dan pendidikan formal mulai tidak menjadi hak semua

anggota masyarakat. Pendidikan mulai terlihat sebagai institusi yang dikaitkan kepada

sekelompok yang relatif kecil yang memegang kekuasaan politik, ekonomi, atau agama.

Kondisi ini sesuai dengan konsep diferensiasi karen kelompok-kelompok yang ada dipusat

proses diferensiasi masyarakat dalam bidang ekonomi, politik , dan budaya adalah kelomok

yang paling merasa perlu membangun institusi pendidikan untuk menanamkan sikap dan

nilai, serta memberikan keterampilan yang diperlukan guna memelihara, menyesuaikan, dan

mengembangkan institusi mereka.

Kriteria untuk menentukan siapa yang akan menjadi siswa didasarkan kepada askripsi

terutama dalam bentuk pertalian kelas. Sedangkan kriteria untuk menentukan guru berhubungan

erat dengan tingkat intelegensi atau bakat dan guru diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih
tinggi. Guru mempunyai peran sebagai sumber ilmu tentang hidup, bukan sebagai spesialis

dalam sebuah cabang ilmu pengetahuan, terutama disekolah dasar dan menengah.

4. Merupakan tahap yang paling maju terlihat hubungan antara pendidikan dan masyarakat yang

rumit. Industrialisasi dan peningkatan diferensiasi masyarakat diukur dengan pembagian

kerja, dan spesialisasi peran menjadi ciri yang utama dari masyarakat. Para pendidik sering

menyatakan bahwa tingkatan dan masalah pendidik yang banyak disupervisi yang diajar oleh

berbagai spesialis yang memegang peranan penting dalam memajukan industrialisasi dan

dalam menanamkan nilai-nilai modren. Tahap ini memberikan beban yang besar kepada

sekolah dalam membentuk pendidikan masal, persiapan bagi bermacam pekerjaan dan seleksi

sosial.

Berdasarkan diferensiasi dan spesialisasi terdapat dua perubahan pendidikan sebagai

berikut:

1. Penyebaran dan ekspansi persekolahan.

2. Asumsi peningkatan peran pendidikan formal dalam meningkatkan perubahan sosial,

ekonomi lebih lanjut.

Pendidikan masal telah menjadi tujuan setiap bangsa. Meskipun diberbagai masyarakat

bangsa, persekolahan yang bersifat universal masih merupakan tujuan yang belum terpenuhi,

namun dalam masyarakat yang paling kurang maju pun pendidikan dasar telah diberikan kepada

sejumlah besar anak-anak. Peningkatan pemusatan sistem pendidikan dan perubahan sosial

ekonomi yang direncanakan terlihat dalam beberapa hal. Sementara kemajuan yang telah dibuat

kearah kehidupan modern, pencapaian atau keberhasilan pendidikan makin terus dikaitkan

dengan prestise sosial dan status pekerjaan. Dalam masyarakat masa kini pendidikan formal

kelihatannya menjadi faktor utama bagi mobilitas sosial dalam satu dan antar generasi.
Fungsi sosial dari persekolahan dalam masyarakat modern adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan (Custodial Care)

2. Pensileksi peran sosila (Social Role Selection)

3. Indoktrinasi (Indoctrination)

4. Pendidikan (Education)

Persekolahan yang dianggap sebagi sebuah industri menghasilkan:

1. Ilmu pengetahuan (Knowlegde)

2. Keterampilan (Skills)

3. Jasa pengawasan (Culstodial Care)

4. Sertifikasi (Sertification)

5. Kegiatan komunitas (Community Activity) (Manan, 1989)


DAFTAR PUSTAKA

Dounald,Jerry. 2012. Budaya sebagai Sistem Gagasan. Online.


http://jerry.blog.stisitelkom.ac.id/2012/06/19/budaya-sebagai-sistem-gagasan/, diakses
01 Oktober 2015.

Bachtiar,Juliardi. 2011. Enkulturasi dan Sosialisasi. Online.


http://juliardibachtiar.wordpress.com/2011/03/30/enkulturasi-dan-sosialisasi/, diakses
01 Oktober 2015.

Manan, Imran. 1989. Dasar-dasar sosial budaya pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Widyaningsih, Sriwahyu. 2013. Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi


Pendidikan.Online.http://sriwahyuningsih.blogspot.co.id/2013/08/transmisi-budaya-
dan-perkembangan.html, diakses 01 Oktober 2015)

Widyanto,Putu.2012.ProsesSosialisasi.Online.
http://putuwidyanto.wordpress.com/2012/06/08/proses-sosialisasi/, diakses 01 Oktober
2015.

You might also like