Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 19
Bab Il Shari’a Governance dan Industri Keuangan Syariah A. Shari'a Governance dalam Struktur Corporate Governance Sistem tata kelola perbankan Islam berbeda dengan tata kelola perbankan konvensional karena perbankan Islam wajib menerapkan dan mematuhi seperangkat aturan yang khas, yaitu Hukum Islam, serta memenuhi harapan kaum Muslim yang mem- berikan modal digunakan berdasarkan skema PLS (Profite and Loss Sharing) atau cara pembiayaan lainnya yang halal. Skema PLS ini, tentu saja meniscayakan pola hubungan yang berbeda antara berbagai stakeholder untuk Bank Islam. Kreditur Pemenang NY oe Rekening Lancar co <<... Gambar 2.1 Para Stakeholders Utama dalam Sebuah Bank Islam. Sumber: Mervyn, K. Lewis dan Latifa Al gaoud, Islamic Banking. I Gambar 2.1 menunjukkan para stakeholders yang memegang posisi kunci di sebuah Bank Islam, yaitu: pertama, dan terutama, se- 24 | Jata Halola ombaga Houangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktih buah organisasi Islam mesti melayani Allah dan mengembangkan budaya korporasi yang khas. Kedua, bank mesti memberikan dan merancang instrument dan produk keuangan syariah. Dalam kedua aspek itulah konsep “pelayanan” cocok digunakan untuk memahami perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi. Konsep amanah (kepercayaan) dalam Islam menegaskan bahwa ‘segala harta adalah milik Allah, dan manusia secara individu atau kolektif, adalah penjaganya’. Harta hanya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan." Budaya korporasi sebuah bank Islam semestinya merefleksi- kan nilai Islam dalam segala segi perilaku, mulai dari hubungan internal, urusan dengan para nasabah dan bank-bank lain, ke- bijakan dan prosedur, praktik bisnis, hingga ke masalah pakaian, dekorasi, citra dan sebagainya. Dengan begitu Islam tampil se- bagai sebuah jalan hidup yang lengkap. Tujuannya adalah men- ciptakan moralitas dan spiritualitas kolektif yang apabila di- padukan dengan produksi barang dan jasa, dapat menopang pertumbuhan dan kemajuan jalan hidup yang Islami. Bank Islam memikul tanggung jawab besar seluruh staff dan nasabah yang berurusan dengannya mesti diatur dan bertindak secara Islami sehingga setiap orang yang mendatangi sebuah bank Islam men- dapat kesan bahwa ia sedang memasuki sebuah tempat suci untuk melakukan ritual keagamaan, yaitu penggunaan modal dalam aktivitas yang diterima dan diridhai Allah yang Maha kuasa.? " Haque dan Mirakhor, 1986 dalam bukunya Mervyn K. Lewis dan Latifa Al gaoud, ‘Islamic Banking, (tr) (Jakarta T. Serambi), him. 215. ? Ibid. hm. 217. Jata Hella fembaga Xeuangan Syanriah: Jinjauan Jeoni dan Praktik | 25 semua karyawan suatu bank Islam memikul kewajiban yang a, yakni bahwa mereka sepanjang hidupnya, dituntut ber. sa tingkah laku secara Islami baik dalam pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari, Selain itu, kaum Muslim yang benar-benar meyakinj bahwa melalui sokongan dan bantuan mereka terhadap bank dan lembaga keuangan Islam, sistem ekonomi Islam dapat men. jadi bagian integral dari Islam dan aplikatif untuk segala zaman melalui penghasilan laba yang sah dan halal. Menurut Pramono GCG pada bank syariah berbeda dengan yang dilaksanakan pada bank konvensional dan memiliki karak- teristik yang unik terkait dengan operasionalnya. Pada dasarnya perbedaannya terletak pada shari‘ah compliance pada aktivitas perbankan syariah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa shariah governance mesti menjadi indikator penting dari seluruh pe- nerapan corporate governance pada bank syariah.? Salah satu pilar penting dalam pengembangan lembaga ke- uangan syariah adalah syariah compliance. Pilar inilah yang men- jadi pembeda utama antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional. Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjembatani antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa ke- uangan yang sesuai dengan prinsip syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah mesti dilaksana- kan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah * Sigit Pramono, 2008. “Corporate Governance In Islamic Banking: Critical Issues And The Suitability Of Convensional Corporate Governance Mechanism." Jurnal Islamic Economics And Finance Journal, Vol. 1 No. 1, Juli 2008. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 26 | Jata Kelola ombaga Heuangan Syariah: Jinjauan Jeoni dan Praktik prinsip yang didasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam konteks Indonesia, prinsip syariah adalah prinsip Hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.* Sistem keuangan syariah memiliki misi mewujudkan sistem keuangan yang berlandaskan keadilan, kejujuran, kebenaran, ke- seimbangan, transparansi, anti eksploitasi, anti penindasan, dan anti kedzaliman melalui lembaga keuangan perbankan syariah dan lembaga keuangan nonbank syariah.> Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa meskipun selama ini lembaga keuangan Islam telah berjalan dengan baik, lembaga ini tetap harus bisa mengungkap dan menyikapi kelemahan CG yang ada di negara-negara berkembang. Lembaga keuangan Islam juga dituntut untuk meningkatkan kinerjanya secara sungguh- sungguh dan memenuhi kepentingan para stakeholders dengan menerapkan CG secara efektif. Dasar pemikiran dan kepercayaan yang kuat akan keadilan sistem ekonomi Islam patutlah dijadikan landasan untuk mengadopsi semua ukuran yang memungkin- kan berfungsinya sistem keuangan dalam menjaga kepentingan seluruh stakeholder.’ Hal ini beralasan karena hampir tiga per- empat bank-bank dari 130 negara yang menjadi anggota IMF * Muhammad Obaidulloh, Islamic finance sevice (Saudi Arabia: Islamics Economics Research Centre, 2005), him. 10-15. Saiful Azhar Rosly, Critical Issues On Iskamic Banking And Financial Markets (Kuala Lumpur, Malaysia: Dinamas Publishing, 2005), hlm, 26-28. 5.M.Umer Chapra, System Moneter Islam (Jakarta; Gema Insani, 2000). him. 170-172. “Umer Chapra, and H. Ahmed, “Corporate Governance in Islamic Financial Institutions,” Ocassional Paper, No. 1, IRTI IDB, 2002, 1.6 Jeddah, hlm. 9. Jota Falta cLambaga Kauangan Syariah: Jinjawan Jeon dan Proktih | 27 telah mengalami masalah yang sangat serius selama kurang dari dua dekade. Beberapa risiko tersebut diantaranya adalah risiko penarikan dana secara besar-besaran dari bank (rush), perputaran dana yang cepat dan tidak terduga dari para pe- megang saham, dan ketidakstabilan di pasar valuta asing yang menyebabkan kepanikan para pemegang asset financial. ‘Tanpa adanya penerapan Corporate Governance yang efek- tif, bank syariah akan sulit untuk bisa memperkuat posisi, mem- perkuat jaringan dan menunjukkan kinerjanya dengan lebih efektif. Kebutuhan bank syariah akan CG menjadi lebih serius lagi seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi, dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan bank dalam menghadapi tantangan dalam jangka pendek. Dengan demikian, adalah suatu kemestian bagi lembaga keuangan syariah untuk memakai semua ukuran yang dapat membantu meningkatkan perannya.” Untuk menjamin teraplikasinya prinsip-prinsip syariah di lembaga perbankan dan keuangan syariah, diperlukan penga- wasan syariah yang diperankan oleh DPS. Pemerintah telah mengeluarkan dua undang-undang yang memposisikan DPS se- cara strategis untuk memastikan kepatuhan akan prinsip-prinsip syariah di lembaga perbankan dan keuangan syariah. Kedua Undang-Undang tersebut ialah, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Kedua undang-undang ini me- rupakan landasan yuridis yang cukup kuat bagi keberadaan "bid, him. 10. 28 | Jata Halola iah; inj idan Prabik Sembaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Pra ence pore ppPS untuk menjamin terimplementasinya syariah compliance di Jembaga perbankan dan keuangan syariah. Menurut UU No.40 Tahun 2007 Pasal 109: a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasar- kan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai DPS. b. DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. c. DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah. Sejalan dengan itu, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 32 menyebutkan: 1) DPS wajib dibentuk di bank syariah dan bank umum konvensional yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah). 2) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. 3) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah, 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia. Jata Holola Lambaga Keuangan Syariah; Jinjauan Joori dan Praktik | 29 B. DPS sebagai Unsur Governance Structure Bank Syariah Komponen penting dalam CG bank Islam adalah DPS dan kontrol-kontrol lainnya (lihat gambar 2.3), DPS penting karena duaalasan, yaitu: pertama, mereka yang berurusan dengan sebuah bank Islam memerlukan jaminan bahwa bank itu beroperasj sesuai dengan hukum Islam. Seandainya DPS melaporkan bahwa manajemen bank melanggar prinsip syariah, bank itu akan kehilangan kepercayaan dari mayoritas investor dan nasabahnya. Kedua, sebagian ulama berpendapat bahwa prinsip-prinsip Islam yang tegas akan meminimalisasi problem intensif.* Perbankan — Islam memiliki keunggulan instrinsik dalam hal (etika) ini karena Islam, melalui syariahnya, mendorong dan mengharuskan kalangan industri untuk terlibat dalam perdagangan yang bertanggungjawab _ secara sosial, moral, dan etika. Dan yang lebih penting, para praktisi perbankan Islam saat ini bersikap lebih proaktif mengembangkan perilaku yang etis. Hal-hal yang semacam itu memang menjadi — keberhasilan metode pembiayaan yang Islami. * Haque dan Mirakhor, 1986 dalam bukunya Mervyn.K. Lewis dan Latifa Al gaout Islamic Banking, (tr), (Jakarta T. Serambi), hlm. 222. 30 | Fata Halola Lombaga Heuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktik ten Pengaturan Estero Sistem Pengaaran Teron | Pevepang Saban 7 Dewan Direkat Anvditor Bksternal Direktur Non Eksekatif Bursa Saha Komisi Audit [UU tentang perusabnan regulas ‘Ait internat Dbank/keuangan sentral Dewan Penyetia Syariah Devan Standard Akuntans! Islam Penyelia Syariah enasehat Hukum a Sintem Kontrol Internal ‘Kontrol Kevangan Kontrol Operasional Tinjauan Audit Pemennhan Standar Laporan Kevangan Pemenulan Syarih Gambar 2.3 Corporate Governance Dalam Sebuah Bank Islam. ‘Sumber: Mervyn, K. Lewis dan Latifa Al gaoud, Islamic Banking. Pengawasan terhadap kinerja bank syariah dilakukan secara rangkap, yang meliputi: pengawasan umum dan pengawasan khusus. Pengawasan umum terhadap bank syariah dilakukan oleh Bank Indonesia, sama seperti bank konvensional pada umumnya. Bank Indonesia bertindak mengawasi bank syariah selaku pemegang otoritas pembina dan pengawas bank. Di samping itu, secara internal, bank syariah diawasi pula oleh dewan komisaris, dewan pengawas, atau pengawas bank yang bersangkutan. Sementara itu pengawasan khusus terhadap bank syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah yang ada pada setiap lembaga perbankan syariah. Dewan Syariah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang ber- tugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa, dan kegiatan usaha bank dengan prinsip Jata Helola tombaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktik | 31 syariah, Sedang DPS berkedudukan di kantor pusat bank yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank umum konvensional yang membuka cabang syariah, menurut PBI No.4/1/PBI/2002 jo. PBI No.8/3/PBI/2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional, juga wajib memiliki DPS yaitu badan independen yang ditempatkan oleh DSN pada bank. Tugas utama DPS adalah untuk mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN? Fungsi DPS dalam organisasi bank syariah yang meliputi: a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan Kantor Cabang Syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek. b. Sebagai mediator antara bank dan Dewan Syariah Nasional dalam mengkomunikasikan usul dan saran pe- ngembangan produk dan jasa dari bank yang memerlu- kan kajian dan fatwa dari DSN. c. Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank. Kewajiban melapor pada DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun."° ° Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari‘ah di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006). him. 69. 1 [bid. him, 70. 32 | Jata Helola Lembaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeoni dan Praktik Sesuai dengan fungsinya dalam organisasi bank syariah tersebut, DPS sebagai suatu badan yang independen yang terdiri dari pakar-pakar figh muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum di bidang perbankan sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga agar kegiatan usaha bank syariah senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah. DPS diangkat oleh RUPST berdasarkan rekomendasi dari DSN serta telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. DPS merupakan badan independen yang bertugas melakukan pe- ngarahan (directing), pemberian konsultasi (consulting), me- lakukan evaluasi (evaluating) dan pengawasan (supervising) kegiatan perusahaan bahwa kegiatan usaha bank tersebut me- matuhi (compliance) prinsip syariah sebagaimana telah di- tentukan oleh fatwa dan syariah Islam. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia seluruh transaksi per- bankan syariah mesti dijalankan sesuai fatwa yang ditetapkan oleh DSN. Anggota DPS sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang, namun sesuai dengan PBI No.11/3/ PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 ditetapkan bahwa anggota DPS paling kurang dua orang dan paling banyak 50% dari jumlah anggota Direksi. DPS, dewan komisaris dan direksi sesuai dengan fungsinya masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk ke- langsungan usaha bank dalam jangka panjang. Jata Helola Lombaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktit | 33 C. Peran dan Tugas Dewan Pengawas Syariah dj Bank Syariah } Untuk penerapan GCG yang efektif di bank syariah, maka — Bank Indonesia mengeluarkan PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. PB} ini mulai diberlakukan terhitung sejak 1 Januari 2010. PBI GC¢ Bank Syariah ini mengatur penerapan GCG bagi Dewan Komisaris, Direksi dan DPS. Dalam PBI tersebut terdapat enam poin penting yang mengatur masalah DPS, yaitu:"" Persyaratan DPS (Pasal 45-45). Tugas dan Tanggung Jawab DPS (Pasal 46-48). Rapat DPS (Pasal 49). Transparansi (Pasal 50-51). Sanksi (Pasal 81-82). Laporan hasil pengawasan syariah (Pasal 88). Ot we 1. Persyaratan DPS Ketentuan dalam Bank Indonesia menyebutkan jumlah anggota DPS sedikitnya 2 orang dan sebanyak-banyaknya se tengah dari jumlah direksi (ketentuan ini juga sesuai dengan UU No.40/2008 tentang Perseroan Terbatas. Selain itu, harus mem peroleh rekomendasi dari DSN. Selanjutnya anggota DPS di wawancara oleh Bank Indonesia menyangkut masalah integritas, kompetensi dan komitmen. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 33 /PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Goo! Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah. 34 | Jata Holola Lumbaga Kewangan Syariah: Jinjauan Jooni dan Praktik ‘ Namun berkaitan dengan rangkap jabatan DPS di berbagai bank syariah, perlu peninjauan kembali, mengingat banyaknya DPS yang mengawasi 4 atau 3 bank syariah, selain mengawasi lembaga keuangan syariah nonperbankan lainnya. Mengingat besar dan ketatnya tugas DPS, maka rangkap jabatan DPS di banyak bank, mesti dikurangi dari 4 menjadi 2 DPS. Keanggotaan DPS mesti disebar secara adil dan proporsional kepada pakar syariah yang lain yang juga berkompeten, bahkan lebih berkompe- ten dan profesional. Kini anggota DSN sudah diisi oleh para pakar yang berkompeten. Dimasa lalu, menurut Ma’ruf Amin, pemilihan dan rekruitmen anggota DSN, ibarat pengangkatan anggota TNI 45, belum ada seleksi ketat, karena terbatasnya personil yang memenuhi kualifikasi. Kini setelah DSN berkembang sepuluh tahun, para pakar syariah semakin banyak, jumlah pendidikan ekonomi syariah meningkat tajam sejalan dengan pesatnya pertumbuhan perbankan syariah. Selain rangkap jabatan yang over capacity, DPS juga dilarang merangkap sebagai konsultan bank syariah. Artinya, konsultan bank syariah tidak boleh menjadi DPS. Logika larangan ini adalah bahwa konsultan sering kali diminta merancang sebuah produk oleh direksi. Lalu direksi meminta pertimbangan syariah dari DPS, padahal DPS tersebut adalah konsultan yang bersangkutan. Pembolehan rangkap jabatan ini dinilai akan membuat peran DPS tidak fair, karena dia juga adalah konsutan bank syariah bersangkutan." * Agustianto, "GCG Bank Syariah Dan Peran DPS," hetp://www.agustiantocentre.com. Diakses 05-04-2011. Jata Halala Lembaga Keuangan Syariah: Jinjanan Jeoni dan Praktik | 35 2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah _ Tugas dan tanggung jawab ini diatur pada Pasal 46 dan 47 4 Menurut Pasal 46 "Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakay, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG; i Pasal 47 menyebutkan, “tugas dan tanggung jawab DPS adalah | memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawas, kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah.” Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS sebagaimans dimaksud pada ayat (1), meliputi: 1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan bank. | 2. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia. 3. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk ban bank yang belum ada fatwanya. 4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dar penyaluran dana serta pelayanan jasa bank. 5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank dalam rangka pelaksant an tugasnya. Mencermati tugas tersebut, perlu ditegaskan bahwa pes hanya mengawasi aspek kebijakan syariah, menilai kesesuaia! produk dengan syariah. Dengan demikian DPS tidak melakuka! 36 | Jata Kelola Lembaga Keuangan Syariah; Jinjauan Jeori dan Praktik ‘ pengawasan operasional perbankan dalam konteks risiko kerugian financial, seperti adanya moral hazard yang dilakukan direksi atau oknum perbankan terhadap nasabah. Karena itu, tidak tepat jika seorang jaksa memanggil DPS terkait adanya kolusi pejabat bank dengan nasabah. Hal itu dikarenakan di luar tugas dan wewenang DPS. DPS tidak boleh dipandang sebagai komisaris, karena DPS hanya bertugas menilai kesyariahan produk dan syariah compliance lainnya. Selanjutnya tugas DPS terdapat pada Pasal 47 ayat (3), (4) dan (5), yang menyatakan: DPS wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan DPS secara semesteran. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester dimaksud berakhir, Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 3. Rapat DPS (Pasal 49) 1. Rapat DPS wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. 2. Pengambilan keputusan rapat DPS dilakukan berdasar- kan musyawarah mufakat. 3. Seluruh keputusan DPS yang dituangkan dalam risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota DPS. Jata Kolola Lombaga Kouangan Syariah: Jinjauan Jooni dan Praktik 1 37 4, Aspek Transparan DPS (Pasal 50) Anggota DPS wajib mengungkapkan rangkap jabatan sebag,, anggota DPS pada lembaga keuangan syariah lain dalam laporay pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Ban, \ i Indonesia ini. Selain itu, kewajiban Direktur tentang DPS, Direktu, wajib menindaklanjuti rekomendasi dari hasil pengawasan Dpy_ (Pasal 69) serta Direktur wajib menyediakan data dan informa terkait dengan pemenuhan prinsip syariah yang akurat, relevan day { tepat waktu kepada DPS (Pasal 70). : 5. Sanksi Pelanggaran GCG (Pasal 82) | 1) Dalam hal terdapat 3 (tiga) kali teguran tertulis dari Bank Indonesia terkait pelanggaran terhadap ketentuan dalan Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 50 dan Pasal 51, maka BUS atau UUS terkait haru: mengganti anggota DPS tersebut. 2) Dalam hal DPS tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sampa dengan izin usaha bank dicabut, maka anggota DM dimaksud dapat dikenakan sanksi berupa pelarangat menjadi anggota DPS di perbankan syariah paling lam 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal pencabutan izin usatt bank oleh Bank Indonesia. i 38 | Jata Helola tembaga Keuangan Syariah: Jinjauan Joori dan Praktik 6. Laporan Hasil Pengawasan DPS Pasal ini sesungguhnya bukan tugas dan tanggung jawab DPS, tetapi kewajiban bank syariah untuk menyampaikan hasil laporan DPS ke Bank Indonesia. Pasal 88 PBI tersebut menyebutkan: 1, Bank yang tidak mentaati ketentuan pelaporan hasil pengawasan DPS sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (4), pelaporan perubahan pedoman, sistem dan prosedur sebagaimana dimaksud, dalam Pasal 58, ayat (1) dan ayat (2), serta pelaporan perubahan struktur, kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) dan (5), dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai Pasal 58 Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah berupa: a) Teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling banyak sebesar 1 Juta perhari kerja. Kelambatan untuk setiap pelaporan. b) Teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp.40 juta apabila bank tidak menyampaikan laporan. 2. Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb apabila bank belum menyampaikan laporan dimaksud setelah 2 bulan sejak batas akhir penyampaian laporan untuk pelaporan hasil pengawasan DPS. 3. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghapuskan kewajiban bank untuk menyampaikan laporan dimaksud. Jata Holola embaga Hauangan Syariah: Jinjauan Jeoni dan Praktik | 39 D. Mekanisme Kerja DSN dan DPS | Dalam melaksanakan tugasnya, DSN memiliki metode ter. sendiri dalam menjamin kesyariahan bank. Metode tersebut } adalah: 1.. Jika terdapat suatu teks baik dalam al-Qur’an maupuy as-Sunnah yang relevan dengan problem yang dihadapj, | maka DSN tidak akan mencari hukum di luar teks ter. | sebut. Juga jika terdapat kesepakatan fugoha tentang — suatu hal yang sesuai dengan problem dihadapi, maka | DSN akan mengikuti kesepakatan tersebut. 2. Menguji masalah yang sedang berkembang di masyarakat, | maka DSN akan melihat al-Qur’an, al-Hadits, Ijma dan Ijtihad Ulama terlebih dahulu yang sesuai dengan per- soalan tersebut, atau kemudian menyelesaikannya dengan _ hukum yang ada difikih.? | Adapun mekanisme kerja dewan pengawas syariah adalah: 1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembag: keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya 2. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangat lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembagt yang bersangkutan dan kepada DSN. 3. Melaporkan perkembangan produk dan operasiond lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran. 9 Abdullah Saad, Islamic Banking and Interest: a study of the Prohibition of Riba! its contemporary (Leiden, 1996). him. 109-110. 40 | Jala Yalta tembaga Heuangan Syariah: Jinjauan Joon dan Pradik 4, Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memer- lukan pembahasan DSN. Sedangkan fungsi dan tugas DPS sebagaimana diatur dalam pedoman rumah tangga DSN sebagai berikut: a. DPS memberikan nasihat, saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang lembaga keuangan syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah. b. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun pasif terutama pelaksanaan Fatwa DSN serta memberikan pengawasan dan pengarahan atas produk jasa dan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah. ‘¢. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan Fatwa dari DSN. Bila dilihat dari mekanisme kerja DSN dan DPS, terlihat pengawasan yang dilakukan selama ini dirasa kurang memadai. Pengawasan bank syariah akan efektif jika memenuhi prinsip- prinsip pengawasan yaitu:'* 1. Objektif, pengawasan bank syariah harus dilakukan secara objektif berdasarkan bukti-bukti otentik dan rasional, mengungkapkan fakta yang relevan dengan pe- laksanaan pekerjaan, terhindar dari prasangka subjektif atau memihak tanpa bukti dan data yang valid. Muhammad Syafi'l Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: GIP, 2001), him, 235. Jata Holola ctombaga Keuangan Syaniah; Jinjauan Jeori dan Praktik | 44 r 2. Independen, pengawasan lembaga keuangan syariah mesti bersifat independen artinya dalam proses dan praktik tidak boleh terjadi pemihakan atau pengaruh lain yang disebabkan adanya faktor X. 3. Sistem, kegiatan pengawasan lembaga keuangan syariah mesti menerapkan sistem manajemen yaitu adanya pe. rencanan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penga. wasan. 4. Korektif, pengawasan lembaga keuangan syariah harus memberikan manfaat kepada lembaga keuangan syariah yang diawasi, menjamin adanya tindakan korektif dalam menjalankan tugas dan fungsi manajemen disamping kelancaran aspek pendukung lainnya. 421 Tata Hella Lombaga Keuangan Syaniak: Jinjauan Jeoni dan Praltik

You might also like