Bab Il
Shari’a Governance dan Industri
Keuangan Syariah
A. Shari'a Governance dalam Struktur Corporate
Governance
Sistem tata kelola perbankan Islam berbeda dengan tata
kelola perbankan konvensional karena perbankan Islam wajib
menerapkan dan mematuhi seperangkat aturan yang khas, yaitu
Hukum Islam, serta memenuhi harapan kaum Muslim yang mem-
berikan modal digunakan berdasarkan skema PLS (Profite and
Loss Sharing) atau cara pembiayaan lainnya yang halal. Skema
PLS ini, tentu saja meniscayakan pola hubungan yang berbeda
antara berbagai stakeholder untuk Bank Islam.
Kreditur Pemenang
NY oe Rekening Lancar
co
<<...
Gambar 2.1 Para Stakeholders Utama dalam Sebuah Bank Islam.
Sumber: Mervyn, K. Lewis dan Latifa Al gaoud, Islamic Banking.
I
Gambar 2.1 menunjukkan para stakeholders yang memegang
posisi kunci di sebuah Bank Islam, yaitu: pertama, dan terutama, se-
24 | Jata Halola ombaga Houangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktihbuah organisasi Islam mesti melayani Allah dan mengembangkan
budaya korporasi yang khas. Kedua, bank mesti memberikan dan
merancang instrument dan produk keuangan syariah. Dalam
kedua aspek itulah konsep “pelayanan” cocok digunakan untuk
memahami perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi.
Konsep amanah (kepercayaan) dalam Islam menegaskan bahwa
‘segala harta adalah milik Allah, dan manusia secara individu atau
kolektif, adalah penjaganya’. Harta hanya dapat digunakan untuk
tujuan-tujuan yang telah ditentukan."
Budaya korporasi sebuah bank Islam semestinya merefleksi-
kan nilai Islam dalam segala segi perilaku, mulai dari hubungan
internal, urusan dengan para nasabah dan bank-bank lain, ke-
bijakan dan prosedur, praktik bisnis, hingga ke masalah pakaian,
dekorasi, citra dan sebagainya. Dengan begitu Islam tampil se-
bagai sebuah jalan hidup yang lengkap. Tujuannya adalah men-
ciptakan moralitas dan spiritualitas kolektif yang apabila di-
padukan dengan produksi barang dan jasa, dapat menopang
pertumbuhan dan kemajuan jalan hidup yang Islami. Bank Islam
memikul tanggung jawab besar seluruh staff dan nasabah yang
berurusan dengannya mesti diatur dan bertindak secara Islami
sehingga setiap orang yang mendatangi sebuah bank Islam men-
dapat kesan bahwa ia sedang memasuki sebuah tempat suci untuk
melakukan ritual keagamaan, yaitu penggunaan modal dalam
aktivitas yang diterima dan diridhai Allah yang Maha kuasa.?
" Haque dan Mirakhor, 1986 dalam bukunya Mervyn K. Lewis dan Latifa Al gaoud,
‘Islamic Banking, (tr) (Jakarta T. Serambi), him. 215.
? Ibid. hm. 217.
Jata Hella fembaga Xeuangan Syanriah: Jinjauan Jeoni dan Praktik | 25semua karyawan suatu bank Islam memikul kewajiban yang
a, yakni bahwa mereka sepanjang hidupnya, dituntut ber.
sa
tingkah laku secara Islami baik dalam pekerjaan maupun aktivitas
sehari-hari, Selain itu, kaum Muslim yang benar-benar meyakinj
bahwa melalui sokongan dan bantuan mereka terhadap bank
dan lembaga keuangan Islam, sistem ekonomi Islam dapat men.
jadi bagian integral dari Islam dan aplikatif untuk segala zaman
melalui penghasilan laba yang sah dan halal.
Menurut Pramono GCG pada bank syariah berbeda dengan
yang dilaksanakan pada bank konvensional dan memiliki karak-
teristik yang unik terkait dengan operasionalnya. Pada dasarnya
perbedaannya terletak pada shari‘ah compliance pada aktivitas
perbankan syariah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa shariah
governance mesti menjadi indikator penting dari seluruh pe-
nerapan corporate governance pada bank syariah.?
Salah satu pilar penting dalam pengembangan lembaga ke-
uangan syariah adalah syariah compliance. Pilar inilah yang men-
jadi pembeda utama antara lembaga keuangan syariah dengan
lembaga keuangan konvensional.
Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang
menjembatani antara pihak yang membutuhkan dana dengan
pihak yang memiliki kelebihan dana melalui produk dan jasa ke-
uangan yang sesuai dengan prinsip syariah. Seluruh transaksi
yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah mesti dilaksana-
kan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah
* Sigit Pramono, 2008. “Corporate Governance In Islamic Banking: Critical Issues
And The Suitability Of Convensional Corporate Governance Mechanism." Jurnal Islamic
Economics And Finance Journal, Vol. 1 No. 1, Juli 2008. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
26 | Jata Kelola ombaga Heuangan Syariah: Jinjauan Jeoni dan Praktikprinsip yang didasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam konteks Indonesia, prinsip syariah adalah prinsip Hukum
Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah.*
Sistem keuangan syariah memiliki misi mewujudkan sistem
keuangan yang berlandaskan keadilan, kejujuran, kebenaran, ke-
seimbangan, transparansi, anti eksploitasi, anti penindasan, dan
anti kedzaliman melalui lembaga keuangan perbankan syariah dan
lembaga keuangan nonbank syariah.>
Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa meskipun selama
ini lembaga keuangan Islam telah berjalan dengan baik, lembaga
ini tetap harus bisa mengungkap dan menyikapi kelemahan CG
yang ada di negara-negara berkembang. Lembaga keuangan Islam
juga dituntut untuk meningkatkan kinerjanya secara sungguh-
sungguh dan memenuhi kepentingan para stakeholders dengan
menerapkan CG secara efektif. Dasar pemikiran dan kepercayaan
yang kuat akan keadilan sistem ekonomi Islam patutlah dijadikan
landasan untuk mengadopsi semua ukuran yang memungkin-
kan berfungsinya sistem keuangan dalam menjaga kepentingan
seluruh stakeholder.’ Hal ini beralasan karena hampir tiga per-
empat bank-bank dari 130 negara yang menjadi anggota IMF
* Muhammad Obaidulloh, Islamic finance sevice (Saudi Arabia: Islamics Economics
Research Centre, 2005), him. 10-15. Saiful Azhar Rosly, Critical Issues On Iskamic Banking
And Financial Markets (Kuala Lumpur, Malaysia: Dinamas Publishing, 2005), hlm, 26-28.
5.M.Umer Chapra, System Moneter Islam (Jakarta; Gema Insani, 2000). him. 170-172.
“Umer Chapra, and H. Ahmed, “Corporate Governance in Islamic Financial Institutions,”
Ocassional Paper, No. 1, IRTI IDB, 2002, 1.6 Jeddah, hlm. 9.
Jota Falta cLambaga Kauangan Syariah: Jinjawan Jeon dan Proktih | 27telah mengalami masalah yang sangat serius selama kurang
dari dua dekade. Beberapa risiko tersebut diantaranya adalah
risiko penarikan dana secara besar-besaran dari bank (rush),
perputaran dana yang cepat dan tidak terduga dari para pe-
megang saham, dan ketidakstabilan di pasar valuta asing yang
menyebabkan kepanikan para pemegang asset financial.
‘Tanpa adanya penerapan Corporate Governance yang efek-
tif, bank syariah akan sulit untuk bisa memperkuat posisi, mem-
perkuat jaringan dan menunjukkan kinerjanya dengan lebih
efektif. Kebutuhan bank syariah akan CG menjadi lebih serius
lagi seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi,
dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan bank dalam
menghadapi tantangan dalam jangka pendek. Dengan demikian,
adalah suatu kemestian bagi lembaga keuangan syariah untuk
memakai semua ukuran yang dapat membantu meningkatkan
perannya.”
Untuk menjamin teraplikasinya prinsip-prinsip syariah di
lembaga perbankan dan keuangan syariah, diperlukan penga-
wasan syariah yang diperankan oleh DPS. Pemerintah telah
mengeluarkan dua undang-undang yang memposisikan DPS se-
cara strategis untuk memastikan kepatuhan akan prinsip-prinsip
syariah di lembaga perbankan dan keuangan syariah.
Kedua Undang-Undang tersebut ialah, Undang-Undang No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 21 Tahun
2008 tentang perbankan syariah. Kedua undang-undang ini me-
rupakan landasan yuridis yang cukup kuat bagi keberadaan
"bid, him. 10.
28 | Jata Halola iah; inj idan Prabik
Sembaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Pra
ence
poreppPS untuk menjamin terimplementasinya syariah compliance di
Jembaga perbankan dan keuangan syariah.
Menurut UU No.40 Tahun 2007 Pasal 109:
a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasar-
kan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris
wajib mempunyai DPS.
b. DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS
atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
c. DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta
mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan
prinsip syariah.
Sejalan dengan itu, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Pasal
32 menyebutkan:
1) DPS wajib dibentuk di bank syariah dan bank umum
konvensional yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah).
2) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh
Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis
Ulama Indonesia.
3) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta
mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip
syariah,
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bank Indonesia.
Jata Holola Lambaga Keuangan Syariah; Jinjauan Joori dan Praktik | 29B. DPS sebagai Unsur Governance Structure
Bank Syariah
Komponen penting dalam CG bank Islam adalah DPS dan
kontrol-kontrol lainnya (lihat gambar 2.3), DPS penting karena
duaalasan, yaitu: pertama, mereka yang berurusan dengan sebuah
bank Islam memerlukan jaminan bahwa bank itu beroperasj
sesuai dengan hukum Islam. Seandainya DPS melaporkan bahwa
manajemen bank melanggar prinsip syariah, bank itu akan
kehilangan kepercayaan dari mayoritas investor dan nasabahnya.
Kedua, sebagian ulama berpendapat bahwa prinsip-prinsip Islam
yang tegas akan meminimalisasi problem intensif.* Perbankan —
Islam memiliki keunggulan instrinsik dalam hal (etika) ini karena
Islam, melalui syariahnya, mendorong dan mengharuskan kalangan
industri untuk terlibat dalam perdagangan yang bertanggungjawab _
secara sosial, moral, dan etika. Dan yang lebih penting, para praktisi
perbankan Islam saat ini bersikap lebih proaktif mengembangkan
perilaku yang etis. Hal-hal yang semacam itu memang menjadi —
keberhasilan metode pembiayaan yang Islami.
* Haque dan Mirakhor, 1986 dalam bukunya Mervyn.K. Lewis dan Latifa Al gaout
Islamic Banking, (tr), (Jakarta T. Serambi), hlm. 222.
30 | Fata Halola Lombaga Heuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktikten Pengaturan Estero Sistem Pengaaran Teron
| Pevepang Saban 7 Dewan Direkat
Anvditor Bksternal Direktur Non Eksekatif
Bursa Saha Komisi Audit
[UU tentang perusabnan regulas ‘Ait internat
Dbank/keuangan sentral Dewan Penyetia Syariah
Devan Standard Akuntans! Islam Penyelia Syariah
enasehat Hukum
a
Sintem Kontrol Internal
‘Kontrol Kevangan
Kontrol Operasional
Tinjauan Audit
Pemennhan Standar
Laporan Kevangan
Pemenulan Syarih
Gambar 2.3 Corporate Governance Dalam Sebuah Bank Islam.
‘Sumber: Mervyn, K. Lewis dan Latifa Al gaoud, Islamic Banking.
Pengawasan terhadap kinerja bank syariah dilakukan secara
rangkap, yang meliputi: pengawasan umum dan pengawasan
khusus. Pengawasan umum terhadap bank syariah dilakukan oleh
Bank Indonesia, sama seperti bank konvensional pada umumnya.
Bank Indonesia bertindak mengawasi bank syariah selaku
pemegang otoritas pembina dan pengawas bank. Di samping itu,
secara internal, bank syariah diawasi pula oleh dewan komisaris,
dewan pengawas, atau pengawas bank yang bersangkutan.
Sementara itu pengawasan khusus terhadap bank syariah
dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas
Syariah yang ada pada setiap lembaga perbankan syariah. Dewan
Syariah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang ber-
tugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian
antara produk, jasa, dan kegiatan usaha bank dengan prinsip
Jata Helola tombaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktik | 31syariah, Sedang DPS berkedudukan di kantor pusat bank yang
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Bank umum konvensional yang membuka cabang syariah,
menurut PBI No.4/1/PBI/2002 jo. PBI No.8/3/PBI/2006 tentang
perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi
bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum
konvensional, juga wajib memiliki DPS yaitu badan independen
yang ditempatkan oleh DSN pada bank. Tugas utama DPS adalah
untuk mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang
dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh
DSN?
Fungsi DPS dalam organisasi bank syariah yang meliputi:
a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada Direksi,
Pimpinan Kantor Cabang Syariah mengenai hal-hal yang
terkait dengan aspek.
b. Sebagai mediator antara bank dan Dewan Syariah
Nasional dalam mengkomunikasikan usul dan saran pe-
ngembangan produk dan jasa dari bank yang memerlu-
kan kajian dan fatwa dari DSN.
c. Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank.
Kewajiban melapor pada DSN sekurang-kurangnya satu
kali dalam setahun."°
° Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari‘ah di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006). him. 69.
1 [bid. him, 70.
32 | Jata Helola Lembaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeoni dan PraktikSesuai dengan fungsinya dalam organisasi bank syariah
tersebut, DPS sebagai suatu badan yang independen yang terdiri
dari pakar-pakar figh muamalah yang juga memiliki pengetahuan
umum di bidang perbankan sangat dibutuhkan dalam rangka
menjaga agar kegiatan usaha bank syariah senantiasa berjalan
sesuai dengan nilai-nilai syariah.
DPS diangkat oleh RUPST berdasarkan rekomendasi dari
DSN serta telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. DPS
merupakan badan independen yang bertugas melakukan pe-
ngarahan (directing), pemberian konsultasi (consulting), me-
lakukan evaluasi (evaluating) dan pengawasan (supervising)
kegiatan perusahaan bahwa kegiatan usaha bank tersebut me-
matuhi (compliance) prinsip syariah sebagaimana telah di-
tentukan oleh fatwa dan syariah Islam.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia seluruh transaksi per-
bankan syariah mesti dijalankan sesuai fatwa yang ditetapkan
oleh DSN. Anggota DPS sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan
paling banyak 5 (lima) orang, namun sesuai dengan PBI No.11/3/
PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 ditetapkan bahwa anggota
DPS paling kurang dua orang dan paling banyak 50% dari jumlah
anggota Direksi. DPS, dewan komisaris dan direksi sesuai dengan
fungsinya masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk ke-
langsungan usaha bank dalam jangka panjang.
Jata Helola Lombaga Keuangan Syariah: Jinjauan Jeori dan Praktit | 33C. Peran dan Tugas Dewan Pengawas Syariah dj
Bank Syariah
}
Untuk penerapan GCG yang efektif di bank syariah, maka —
Bank Indonesia mengeluarkan PBI Nomor 11/33/PBI/2009
tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. PB}
ini mulai diberlakukan terhitung sejak 1 Januari 2010. PBI GC¢
Bank Syariah ini mengatur penerapan GCG bagi Dewan Komisaris,
Direksi dan DPS. Dalam PBI tersebut terdapat enam poin penting
yang mengatur masalah DPS, yaitu:""
Persyaratan DPS (Pasal 45-45).
Tugas dan Tanggung Jawab DPS (Pasal 46-48).
Rapat DPS (Pasal 49).
Transparansi (Pasal 50-51).
Sanksi (Pasal 81-82).
Laporan hasil pengawasan syariah (Pasal 88).
Ot we
1. Persyaratan DPS
Ketentuan dalam Bank Indonesia menyebutkan jumlah
anggota DPS sedikitnya 2 orang dan sebanyak-banyaknya se
tengah dari jumlah direksi (ketentuan ini juga sesuai dengan UU
No.40/2008 tentang Perseroan Terbatas. Selain itu, harus mem
peroleh rekomendasi dari DSN. Selanjutnya anggota DPS di
wawancara oleh Bank Indonesia menyangkut masalah integritas,
kompetensi dan komitmen.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 33 /PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Goo!
Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
34 | Jata Holola Lumbaga Kewangan Syariah: Jinjauan Jooni dan Praktik ‘Namun berkaitan dengan rangkap jabatan DPS di berbagai
bank syariah, perlu peninjauan kembali, mengingat banyaknya
DPS yang mengawasi 4 atau 3 bank syariah, selain mengawasi
lembaga keuangan syariah nonperbankan lainnya. Mengingat
besar dan ketatnya tugas DPS, maka rangkap jabatan DPS di
banyak bank, mesti dikurangi dari 4 menjadi 2 DPS. Keanggotaan
DPS mesti disebar secara adil dan proporsional kepada pakar
syariah yang lain yang juga berkompeten, bahkan lebih berkompe-
ten dan profesional. Kini anggota DSN sudah diisi oleh para pakar
yang berkompeten. Dimasa lalu, menurut Ma’ruf Amin, pemilihan
dan rekruitmen anggota DSN, ibarat pengangkatan anggota TNI
45, belum ada seleksi ketat, karena terbatasnya personil yang
memenuhi kualifikasi. Kini setelah DSN berkembang sepuluh
tahun, para pakar syariah semakin banyak, jumlah pendidikan
ekonomi syariah meningkat tajam sejalan dengan pesatnya
pertumbuhan perbankan syariah. Selain rangkap jabatan yang
over capacity, DPS juga dilarang merangkap sebagai konsultan
bank syariah. Artinya, konsultan bank syariah tidak boleh
menjadi DPS. Logika larangan ini adalah bahwa konsultan sering
kali diminta merancang sebuah produk oleh direksi. Lalu direksi
meminta pertimbangan syariah dari DPS, padahal DPS tersebut
adalah konsultan yang bersangkutan. Pembolehan rangkap jabatan
ini dinilai akan membuat peran DPS tidak fair, karena dia juga
adalah konsutan bank syariah bersangkutan."
* Agustianto, "GCG Bank Syariah Dan Peran DPS," hetp://www.agustiantocentre.com.
Diakses 05-04-2011.
Jata Halala Lembaga Keuangan Syariah: Jinjanan Jeoni dan Praktik | 352. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah _
Tugas dan tanggung jawab ini diatur pada Pasal 46 dan 47 4
Menurut Pasal 46 "Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakay,
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG; i
Pasal 47 menyebutkan, “tugas dan tanggung jawab DPS adalah |
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawas,
kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah.”
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS sebagaimans
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah
atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan
bank. |
2. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank
agar sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia.
3. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk ban
bank yang belum ada fatwanya.
4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip
syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dar
penyaluran dana serta pelayanan jasa bank.
5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek
syariah dari satuan kerja bank dalam rangka pelaksant
an tugasnya.
Mencermati tugas tersebut, perlu ditegaskan bahwa pes
hanya mengawasi aspek kebijakan syariah, menilai kesesuaia!
produk dengan syariah. Dengan demikian DPS tidak melakuka!
36 | Jata Kelola Lembaga Keuangan Syariah; Jinjauan Jeori dan Praktik ‘pengawasan operasional perbankan dalam konteks risiko kerugian
financial, seperti adanya moral hazard yang dilakukan direksi atau
oknum perbankan terhadap nasabah. Karena itu, tidak tepat jika
seorang jaksa memanggil DPS terkait adanya kolusi pejabat bank
dengan nasabah. Hal itu dikarenakan di luar tugas dan wewenang
DPS. DPS tidak boleh dipandang sebagai komisaris, karena DPS
hanya bertugas menilai kesyariahan produk dan syariah compliance
lainnya.
Selanjutnya tugas DPS terdapat pada Pasal 47 ayat (3), (4)
dan (5), yang menyatakan: DPS wajib menyampaikan laporan
hasil pengawasan DPS secara semesteran. Laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan kepada Bank Indonesia
paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester dimaksud
berakhir, Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan diatur lebih rinci
dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
3. Rapat DPS (Pasal 49)
1. Rapat DPS wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan.
2. Pengambilan keputusan rapat DPS dilakukan berdasar-
kan musyawarah mufakat.
3. Seluruh keputusan DPS yang dituangkan dalam risalah
rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota
DPS.
Jata Kolola Lombaga Kouangan Syariah: Jinjauan Jooni dan Praktik 1 374, Aspek Transparan DPS (Pasal 50)
Anggota DPS wajib mengungkapkan rangkap jabatan sebag,,
anggota DPS pada lembaga keuangan syariah lain dalam laporay
pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Ban,
\
i
Indonesia ini. Selain itu, kewajiban Direktur tentang DPS, Direktu,
wajib menindaklanjuti rekomendasi dari hasil pengawasan Dpy_
(Pasal 69) serta Direktur wajib menyediakan data dan informa
terkait dengan pemenuhan prinsip syariah yang akurat, relevan day {
tepat waktu kepada DPS (Pasal 70). :
5. Sanksi Pelanggaran GCG (Pasal 82) |
1) Dalam hal terdapat 3 (tiga) kali teguran tertulis dari Bank
Indonesia terkait pelanggaran terhadap ketentuan dalan
Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4),
Pasal 50 dan Pasal 51, maka BUS atau UUS terkait haru:
mengganti anggota DPS tersebut.
2) Dalam hal DPS tidak melaksanakan tugasnya dengan
baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sampa
dengan izin usaha bank dicabut, maka anggota DM
dimaksud dapat dikenakan sanksi berupa pelarangat
menjadi anggota DPS di perbankan syariah paling lam
10 (sepuluh) tahun sejak tanggal pencabutan izin usatt
bank oleh Bank Indonesia. i
38 | Jata Helola tembaga Keuangan Syariah: Jinjauan Joori dan Praktik6. Laporan Hasil Pengawasan DPS
Pasal ini sesungguhnya bukan tugas dan tanggung jawab DPS,
tetapi kewajiban bank syariah untuk menyampaikan hasil laporan
DPS ke Bank Indonesia. Pasal 88 PBI tersebut menyebutkan:
1, Bank yang tidak mentaati ketentuan pelaporan hasil
pengawasan DPS sebagaimana dimaksud dalam pasal
47 ayat (4), pelaporan perubahan pedoman, sistem dan
prosedur sebagaimana dimaksud, dalam Pasal 58, ayat
(1) dan ayat (2), serta pelaporan perubahan struktur,
kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
ayat (3) dan (5), dapat dikenakan sanksi administrasi
sesuai Pasal 58 Undang-Undang No 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah berupa:
a) Teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar
paling banyak sebesar 1 Juta perhari kerja.
Kelambatan untuk setiap pelaporan.
b) Teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar
paling banyak sebesar Rp.40 juta apabila bank tidak
menyampaikan laporan.
2. Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb apabila bank
belum menyampaikan laporan dimaksud setelah 2 bulan
sejak batas akhir penyampaian laporan untuk pelaporan
hasil pengawasan DPS.
3. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak menghapuskan kewajiban bank untuk
menyampaikan laporan dimaksud.
Jata Holola embaga Hauangan Syariah: Jinjauan Jeoni dan Praktik | 39D. Mekanisme Kerja DSN dan DPS |
Dalam melaksanakan tugasnya, DSN memiliki metode ter.
sendiri dalam menjamin kesyariahan bank. Metode tersebut }
adalah:
1.. Jika terdapat suatu teks baik dalam al-Qur’an maupuy
as-Sunnah yang relevan dengan problem yang dihadapj, |
maka DSN tidak akan mencari hukum di luar teks ter. |
sebut. Juga jika terdapat kesepakatan fugoha tentang —
suatu hal yang sesuai dengan problem dihadapi, maka |
DSN akan mengikuti kesepakatan tersebut.
2. Menguji masalah yang sedang berkembang di masyarakat, |
maka DSN akan melihat al-Qur’an, al-Hadits, Ijma dan
Ijtihad Ulama terlebih dahulu yang sesuai dengan per-
soalan tersebut, atau kemudian menyelesaikannya dengan _
hukum yang ada difikih.? |
Adapun mekanisme kerja dewan pengawas syariah adalah:
1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembag:
keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya
2. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangat
lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembagt
yang bersangkutan dan kepada DSN.
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasiond
lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.
9 Abdullah Saad, Islamic Banking and Interest: a study of the Prohibition of Riba!
its contemporary (Leiden, 1996). him. 109-110.
40 | Jala Yalta tembaga Heuangan Syariah: Jinjauan Joon dan Pradik4, Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memer-
lukan pembahasan DSN.
Sedangkan fungsi dan tugas DPS sebagaimana diatur dalam
pedoman rumah tangga DSN sebagai berikut:
a. DPS memberikan nasihat, saran kepada direksi, pimpinan
unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang lembaga
keuangan syariah mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan aspek syariah.
b. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun pasif
terutama pelaksanaan Fatwa DSN serta memberikan
pengawasan dan pengarahan atas produk jasa dan
kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah.
‘¢. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah
dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran
pengembangan produk dan jasa dari lembaga keuangan
syariah yang memerlukan kajian dan Fatwa dari DSN.
Bila dilihat dari mekanisme kerja DSN dan DPS, terlihat
pengawasan yang dilakukan selama ini dirasa kurang memadai.
Pengawasan bank syariah akan efektif jika memenuhi prinsip-
prinsip pengawasan yaitu:'*
1. Objektif, pengawasan bank syariah harus dilakukan
secara objektif berdasarkan bukti-bukti otentik dan
rasional, mengungkapkan fakta yang relevan dengan pe-
laksanaan pekerjaan, terhindar dari prasangka subjektif
atau memihak tanpa bukti dan data yang valid.
Muhammad Syafi'l Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: GIP,
2001), him, 235.
Jata Holola ctombaga Keuangan Syaniah; Jinjauan Jeori dan Praktik | 44r
2. Independen, pengawasan lembaga keuangan syariah
mesti bersifat independen artinya dalam proses dan
praktik tidak boleh terjadi pemihakan atau pengaruh
lain yang disebabkan adanya faktor X.
3. Sistem, kegiatan pengawasan lembaga keuangan syariah
mesti menerapkan sistem manajemen yaitu adanya pe.
rencanan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penga.
wasan.
4. Korektif, pengawasan lembaga keuangan syariah harus
memberikan manfaat kepada lembaga keuangan syariah
yang diawasi, menjamin adanya tindakan korektif dalam
menjalankan tugas dan fungsi manajemen disamping
kelancaran aspek pendukung lainnya.
421 Tata Hella Lombaga Keuangan Syaniak: Jinjauan Jeoni dan Praltik