Professional Documents
Culture Documents
LP Adhf
LP Adhf
LP Adhf
oleh
BAB 1. KONSEP PENYAKIT
Jumlah darah yang mengalir dalam sirkulasi pada orang dewasa mencapai
5-6 liter. Darah bersirkulasi dalam dua sistem yaitu sistem sirkulasi sistemik dan
pulmonal. Sistem sirkulasi dimulai ketika darah mengandung banyak oksigen
yang berasal dari paru, dipompa keluar oleh jantung melalui ventrikel kiri ke
aorta, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui arteri hingga mencapai pembuluh
darah kapiler. Kapiler melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi yang disebut
dengan vasomotion sehingga darah mengalir secara intermittent. Aliran tersebut
menyebabkan terjadinya pertukaran zat melalui dinding kapiler yang terdiri dari
selapis sel endotel. Ujung kapiler yang membawa darah teroksigenasi disebut
arteriole sedangkan ujung kapiler yang membawa darah terdeoksigenasi disebut
venule. Darah dari arteriole mengalir menuju venule, selanjutnya mengalir sampai
ke vena besar (v.cava superior dan v.cava inferior) dan kembali ke atrium kanan.
Darah dari atrium kanan selanjutnya memasuki ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis. Darah mengalir ke kapiler paru sehingga terjadi pertukaran zat dan
cairan di dalam paru-paru, hal tersebut menghasilkan darah yang teroksigenasi.
Darah yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan melalui vena pulmonalis (kanan
dan kiri), menuju ke atrium kiri dan selanjutnya memasuki ventrikel kiri melalui
katup mitral (bikuspidalis). Darah dari ventrikel kiri kemudian masuk ke aorta
untuk dialirkan ke seluruh tubuh (Constanzo, 2012).
1.4 Etiologi
ADHF dapat disebabkan dari malformasi kardiak kongenital atau dari
struktur normal jantung. Pada malformasi kardiak kongenital, pasien mungkin
mengalami kelebihan volume sekunder dari kiri ke kanan (dari ventrikuler septal
defect atau arteriosis duktus patent) atau atrioventikuler atau insufisiensi katup
semilunar, tekanan berlebih dari obstruksi sisi kanan atau kiri, atau penyakit
jantung kongenital kompleks seperti ventrikel tunggal atau transposisi dari arteri
besar. Pada struktur normal jantung, kardiomiopati primer dapat menjadi dilatasi,
hipertrofi, atau restriktif. Kardiomiopati sekunder dapat disebabkan oleh
aritmogenik, iskemik, toksisk, infiltrasi, atau agen infeksius (Texas Children’s
Hospital, 2017). Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan:
a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna
mengakibatkan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac
output) menurun.
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic
overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga
menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.
c. Beban volum berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam
ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan
meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban
terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru
akan menurun kembali.
d. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan.
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja
jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan
gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
e. Gangguan pengisian (hambatan input)
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke
dalam ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
f. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
g. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
h. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung.
i. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
j. Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade
perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
k. Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas
jantung.
1.6 Patofisiologi
Pada beberapa kasus, dekompensasi kordis dapat terjadi karena penggunaan
darah yang berlebihan oleh jaringan (high output failure). Cardiac Output yang
tidak cukup (forward failure) sering diikuti oleh penghambatan pada system vena
(backward failure) karena kegagalan ventrikel tidak mampu untuk mengeluarkan
darah yang dikirim oleh vena dalam jumlah normal saat diastole. Ini dihasilkan
saat peningkatan volume darah dalam ventrikel saat akhir diastole, peningkatan
end-diastolic pressure pada jantung dan akhirnya peningkatan tekanan vena.
Pada permulaan kemacetan, sejumlah respon adaptif local diberikan untuk
mengatur Cardiac Output yang normal, yaitu reaksi neurohumoral dimana pada
awalnya akan terjadi peningkatan aktivitas system saraf simpatik. Catecholamines
menyebabkan kontraksi yang lebih bertenaga pada otot jantung dan meningkatkan
heart rate. Kelebihan kerja yang membebani jantung dapat menyebabkan
peningkatan keperluan dalam bentuk yang bermacam-macam dari remodeling
termasuk hipertrofi dan dilatasi.
Pada kasus ruang jantung mendapat tekanan berlebih (hipertensi, valvular
stenosis), hipertrofi dicirikan dengan peningkatan diameter pada serat otot dimana
dinding ventrikel bertambah tanpa diikuti peningkatan ukuran ruang. Keperluan
oksigen meningkat pada miokardium yang hipertrofi, meningkatkan masa sel
miokardia dan meningkatkan tekanan dinding ventrikel. Oleh karena capillary
beds pada miokardial tidak selalu meningkat dengan cukup untuk mendapatkan
tambahan oksigen pada otot yang hipertrofi menyebabkan miokardium mudah
mengalami iskemia.
Peningkatan beban kerja jantung pada berbagai tipe mempengaruhi
perkembangan dilatasi jantung atau perluasan chambers, ketika aktivitas simpatik
meningkat dan mioist yang hipertrofi membuktikan ketidakmampuan untuk
mengalirkan darah dari vena ke jantung. Saat kegagalan jantung terjadi, tekanan
akhir diastolic meningkat, menyebabkan serat otot jantung meregang yang
akhirnya meningkatkan volume rongga jantung. Sesuai dengan hubungan Frank-
Straling, pemanjangan serat ini diawali dengan kontraksi yang lebih keras
sehingga Cardiac Output (CO) meningkat. Bila ventrikel yang terdilatasi mampu
untuk mengatur CO pada level yang diperlukan tubuh, pasien dikatakan pada
compensated heart failure. Sebaliknya, dilatasi jantung seperti hipertrofi memberi
efek pengurangan pada jantung. Peningkatan dilatasi dihasilkan pada peningkatan
tekanan dinding pada ruang yang terpengaruh, yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada miokardium. Seiring waktu, miokard yang gagal tidak
mampu lagi untuk mendorong darah ke tubuh (fase decompensasi heart failure).
Pada pasien dengan gagal jantung kiri ini dihasilkan kemacetan sirkulasi
pulmonary pasif. Saat kegagalan ventrikel berlangsung, tekanan hidostatik pada
pulmonary vasculature meningkat menyebabkan kebocoran cairan dan eritrosit
masuk ke jaringan interstisial dan rongga paru sehingga menyebabkan pulmonary
edema. Kemacetan sirkulasi pulmonal juga meningkatkan resistensi pembuluh
pulmonary sehingga beban kerja pada sisi kanan jantung meningkat. Peningkatan
beban, bila berlangsung dan severe, bisa menyebabkan jantung kanan gagal
memompa. Kegagalan sisi kanan jantung mempengaruhi perkembangan
kemacetan sistemik vena, dan edema jaringan.
Saat jantung gagal, perubahan sistemik juga terjadi agar CO mendekati
normal. Penurunan output ventrikel kiri berhubungan dengan penurunan perfusion
ginjal yang selanjutnya menyebabkan aktivasi local pada system rennin-
angiotensin yang menyebabkan tubulus ginjal menyerap air dan sodium. Kejadian
ini kadang disebut secondary hyperaldosteronism.
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer yang dapat
dilihat:
a. Meningkatkan aktivitas adrenergic simpatik
b. Meningkatkan beban awal akibat aktivasi system rennin-angiotensin
aldosteron
c. Hipertrofi ventrikel
a. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan
guna mengkaji kompensasi seperti hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium
fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta
tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.
b. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik
pada penyakit jantung kotoner
c. Foto X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran
jantung
d. Esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.untuk
menyajikan data tentang fungsi jantung
e. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular
f. Kateterisasi jantung: Tekanan Abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.
g. Foto polos dada : Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung
hilang, cefalisasi arteria pulmonal. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda
pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikel
Tindakan medis untuk gangguan ini meliputi foto thorax sinar-x, EKG,
ekokardiogram, dan katerisasi jantung. Obat-obatan yang diperlukan adalah terapi
digitalis dan terapi diuretik (Bardero dkk, 2008).
a. Terapi digitalis
Terapi digitalis adalah terapi utama untuk kegagalan jantung kongetif
karena sangat efektif untuk memperbaiki fungsi miokardium, obat ini
memperkuat kontraksi otot-otot jantung. Sehingga curah jantung dapat
meningkat dan suplai darah pada ginjal juga membaik. Digitalis juga dapat
mengurangi kecepatan jantung sehingga ventriel sempat berelaksasi dan
mengisi darah yang cukup. Biasanya dokter memberi digitalis dalam dosis
tinggi dalam waktu yang singkat (digitalizing atau loading). Pasien harus
diamati dengan ketat terhadap tanda toksisitas digitalis. Gejala dan tanda
toksisitas digitalis:
1) Efek kardiovaskuler: bradikardia, takikardia, denyutan ektopik
2) Efek gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, diare, nyeri abdomen
3) Efek neurologis: sakit kepala, penglihatan ganda, penglihatan kabur,
mengantuk, bingung, gelisah, otot-otot lemah.
b. Terapi Diuretik
Diuretik diberikan hanya apabila tanda-tanda kegagalan jantung tidak
membaik setelah digitalis dan pengurangan natrium diberikan. Tujuan terapi
diuretik adalah mengurangi beban jantung dengan mengurangi olume cairan
yang berlebihan dan dapat mengurangi preload. Obat diuretik pilihan untuk
kegagalan jantung adalah Thiasides. Obat ini dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan elektrolit sehingga perlu dipantau kimia darahnya. Efek
samping yang paling sering ditemukan yaitu hipokalemia. Apabilia Thiasides
tidak efektif, antagonis aldosteron oran seperti aldactone atau dyrenium dapat
diberikan bersama dengan Thiasides. Obat-obat diuretik yang juga sering
dipakai adalah lasix atau edecrin.
c. Obat-obat lain
Vasodilator diberikan untuk mengurangi afterload dengan mengurangi
tahanan terhadap pengosongan ventrikel. Obat-obatan yang sering dipakai
adalah Apresoline, Minipres, Penyekat saluran kalsium karena mempunyai
efek vasodilatasi seperti Nifedine, Kaptopril (capoten) adalah obat
antihipertensif yang juga mempunyai efek vasodilatasi serta dapat menekan
keluarnya aldosteron.
Selain terapi diatas, pasien diberi terapi oksigen, diet rendah garam, dan
pembatasan aktivitas dan istirahat baring selama serangan akut, kemudian
aktivitas diseimbangkan dengan istirahat.
2.1 Clinical Pathway
Gangguan
pertukaran gas
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Kurman, Sameer dan Squire, Iain. 2017. Acute Heart Failure: Definition,
Classification and Epidemiology. Springer: Curr Heart Fail Rep (14):385-
392
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical –
Surgical Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC
Suyono, S, et al. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI