Professional Documents
Culture Documents
Combine Tugas 1
Combine Tugas 1
Kelompok 6
1. Adrian Ramanda 13418003
2. Nurul Afifah 13418107
3. Rzuji Dasata 13418115
Latar Belakang Paper
Tren pengembangan produk saat ini berupaya untuk mengintegrasikan seluruh aspek yang terkait siklus
hidup produk. Engineer perlu untuk meminimasi dampak negatif lingkungan dalam suatu siklus hidup
produk, namun juga mempertimbangkan aspek lain seperti biaya dan kepuasan pelanggan agar stakeholder
perusahaan dan pelanggan sama-sama mencapai kepuasan. Model PSS dapat memberikan solusi win-win
bagi keduai sisi stakeholder ini. Akan tetapi, penelitian PSS di bidang industri alat medis masih minim,
sehingga dilakukan penelitian untuk memperoleh manfaat PSS pada sektor industri ini.
Rangkuman Paper
Dari latar belakang tersebut, kemudian dilakukan penelitian yang tercantum pada paper dengan hasil
rangkuman yang dapat dilihat di bawah ini.
• Bisnis yang berbasis produk
Pertanyaan Jawaban
Produsen Perusahaan yang memproduksi alat-alat medis untuk
haemodialysis (dialisis ginjal)
Pengguna Operator dan dokter
Ukuran kinerja untuk produsen (tidak tercantum di paper)
Ukuran kinerja untuk konsumen
Rangkuman Jurnal
Product-Service System (PSS) untuk Perusahaan Kawasan Industri Indonesia
Saat ini terdapat masalah yang dihadapi oleh kawasan industri yaitu bagaimana tetap mendapatkan
keuntungan dan mempertahankan kawasan industri dengan sumber daya yang terbatas. Konsep PSS yang
menggabungkan produk berwujud dengan jasa dalam satu paket dianggap cocok bagi perusahaan untuk
mencapai keberlanjutan perusahaan kawasan industri ini. Konsep PSS berusaha menggeser konsumsi
produk berwujud menjadi layanan atau jasa dengan kinerja, fungsi, dan manfaat yang sama. PSS
dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu berorientasi produk (product-oriented), berorientasi pengguna
(user-oriented), dan berorientasi hasil (result-oriented).
Untuk tipe berorientasi produk, sebagian besar perusahaan kawasan industri menjual produk (berupa
tanah, bangunan, fasilitas, dan peralatan) dan layanan tambahan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Layanan
tambahan bersama produk yang bertujuan untuk memperpanjang umur pakainnya dapat berupa:
1. Layanan terkait produk berupa penyediaan pemeliharaan, perbaikan, dan pelayanan persediaan
untuk tanah, bangunan, fasilitas perusahaan seperti kendaraan industri, mesin, pengolahan air, dan
lain-lain.
2. Saran dan konsultasi berupa pemberian pelatihan dan konsultasi untuk operasi dan manajemen
perusahaan seperti pengendalian persediaan, manajemen organisasi, pemborosan, dan lain-lain.
Untuk tipe berorientasi pengguna, perusahaan tidak menjual produk namun mereka menjual penggunaan
dan ketersediaan produk. Produk perusahaan kawasan industri Indonesia yang bergeser menjadi jasa dapat
berupa:
1. Penyewaan produk. Perusahaan kawasan industri dapat menyewakan tanah, bangunan, kendaraan
industri, gudang, dan peralatan lainnya kepada perusahaan lain sebagai pengguna dengan
membayar biaya rutin secara berkala. Sedangkan untuk pemeliharaan dan perbaikan dijamin oleh
perusahaan kawasan industri. Tindakan ini akan memastikan efisiensi biaya di seluruh perusahaan
kawasan industri karena skala ekonomi dan pemanfaatan.
2. Rental atau penggunaan produk secara bersama. Perusahaan kawasan industri dapat menyediakan
tanah, bangunan, dan fasilitas lainnya seperti gudang, pabrik, kendaraan, mesin untuk disewakan
kepada perusahaan. Skema ini akan meningkatkan pemanfaatan dan produktivitas.
3. Pengumpulan produk. Perusahaan kawasan industri dapat menyediakan beberapa kendaraan dan
peralatan industri yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam skema bagi hasil.
Untuk tipe berorientasi hasil, perusahaan menjual hasil atau kemampuan yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan mereka, kemudian akan membayar untuk hasilnya. Perusahaan kawasan industri
dapat mengalihkan produk ke layanan dalam bentuk:
1. Manajemen kegiatan/outsourcing. Perusahaan kawasan industri dapat menyediakan berbagai
layanan pendukung perusahaan seperti jasa kebersihaan, perawatan taman, dan lain-lain.
2. Pembayaran per unit layanan. Perusahaan kawasan industri dapat menyediakan pusat dokumen,
jasa transportasi, dan lain-lain dengan membayar hasil sesuai dengan jumlah pemakaian.
3. Hasil fungsional. Perusahaan kawasan industri dapat memberikan pelayanan dalam bentuk hasil
bagi perusahaan seperti kebersihan wilayah pabrik, perkantoran yang nyaman, waktu pengiriman
yang cepat, dan lain-lain. Perusahaan akan membayar untuk hasilnya tanpa perlu
mempertimbangkan atau memiliki keahlian untuk melakukan proses tersebut.
Referensi:
Wirawan, C., Yudoko, G., & Lestari, Y. D. (2017). Product-Service System For Indonesia Industrial
Estate Firms: A Conceptual Framework. 1812-1816.
Jenis produk/ Produk-produk berbahan Produk berbahan kulit dengan layanan visualisasi
produk-jasa kulit (sepatu, aksesoris, dan produk secara virtual, perbaikan dan penggantian
pakaian) komponen produk, serta layanan platform
kolaboratif
Ukuran Kinerja Produsen : Profit margin, Produsen : Profit margin, production cost
production cost Pengguna : Harga, Kemudahan akses ke produk,
Pengguna : Kemudahan akses Tingkat layanan yang diperoleh
ke produk
Proses Penciptaan Pengembangan produk kulit Mengintegrasikan PSS dan ICT pada proses
Value dilakukan secara tradisional desain produk berdasarkan virtualisasi produk dan
dengan bantuan pihak evaluasi sampel, ICT sebagai pendukung bisnis
eksternal. dalam melakukan after sales service.
Sumber : Hernández Pardo, R. J., Bhamra, T., & Bhamra, R. (2012). Sustainable product service systems
in small and medium enterprises (SMEs): opportunities in the leather manufacturing
industry. Sustainability, 4(2), 175-192.
13418090 Farah Salsabilla - 13418113 Derbyfitri Pratama - 13418120 Danti Ashilla
Steelcase merupakan salah satu perusahaan terbesar yang bergerak dalam industri furnitur
kantor. Namun selain menjalankan aktivitas manufaktur dan penjualan produk, Steelcase juga
menyediakan beberapa layanan seperti workspace planning, rental, reselling, asset
management, ergonomic training, reparasi, refurbishment, inventorying, handling, serta
strategic workspace consulting.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur furnitur kantor (bisnis berbasis
produk), Steelcase menjalin hubungan dengan beberapa supplier yaitu perusahaan yang
mengadakan barang bahan baku perabotan kantor serta perusahaan jasa seperti perusahaan
distributor dan logistik. Pengguna dari produk Steelcase adalah facility manager dan purchaser
dari perusahaan yang memiliki kuasa untuk melakukan pembelian keperluan kantor. Adapun
ukuran kerja dari Steelcase yaitu kualitas produk, durabilitas, harga, pengiriman on-time, serta
nilai kinerja service and technical support.
Motivasi Steelcase untuk melakukan sertivisasi ke dalam product service system adalah adanya
globalisasi yang menyebabkan banyak perubahan pada dunia bisnis. Pekerjaan menjadi
semakin intens dengan kebutuhan informasi, pengetahuan, munculnya teknologi informasi dan
sistem komunikasi seluler yang telah mengubah cara seseorang untuk berkomunikasi satu
sama lain. Dengan segala perubahan yang ada, perusahaan juga mengalami peningkatan
demand dengan situasi pasar yang sangat kompetitif. Motivasi lainnya adalah banyaknya
pesaing baru yang bermunculan sehingga mendorong Steelcase untuk mengembangkan
bisnisnya dengan menambahkan nilai dari bisnis yang ada saat ini, yaitu dengan menambahkan
berbagai macam layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Adapun yang menjadi
ukuran kinerja penerapan product service system adalah bagaimana produk dan layanan yang
diberikan dapat mendukung tidak hanya aktivitas perencanaan ruang kerja kantor saja, tetapi
mampu mendukung semua aktivitas pelanggan dalam ruang kerja.
Setelah melakukan sertivisasi ke dalam product service system, perusahaan Steelcase memiliki
supplier yang masih sama seperti sebelumnya yaitu pemasok bahan material hanya saja
ditambah dengan adanya service provider yang membantu perusahaan dalam
mengembangkan sistem perusahaan. Adapun untuk user atau pelanggan dari Steelcase lebih
meluas jika dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya berfokus pada penjualan untuk
perusahaan kantor tetapi juga sudah meluas ke area fasilitas rumah sakit untuk membantu
dalam merencanakan pengembangan workspace. Dengan adanya servitisasi ini, terdapat
penciptaan nilai yang dipegang bahwa nilai terbaik yang bisa diberikan pada customer bukan
hanya berasal dari meja dan kursi (furnitur) tetapi lebih kepada bagaimana mengkombinasikan
antara physical work environment dengan behaviour yang akan mempengaruhi performansi dari
workspace.
Referensi
Tan, A., McAloone, T.C., & Gall, C. (2007). Product/Service-System Development: An Explorative Case
Study In A Manufacturing Company. Guidelines for a Decision Support Method Adapted to NPD
Processes.
REVIEW PAPER
TI4015 SISTEM PRODUK-JASA
Sustainable Product-Service Systems for Clothing: Exploring Consumer
Perceptions of Consumption Alternatives in Finland
Kelompok 5 :
Motivasi Motivasi pada perubahan bisnis pakaian menjadi berbasis sistem produk jasa adalah untuk
membuat inovasi pada model bisnis industri pakaian yang dapat mengurangi pencemaran
lingkungan melalui inovasi baru yang memanfaatkan sistem jasa seperti memanfaatkan pakaian
bekas.
Ukuran Kinerja Ukuran kinerja produsen adalah reputasi produsen dari segi kebersihan produk, originalitas
Produsen produk, latar belakang material produk yang dipakai, kualitas dan ketahanan produk, serta
ketersampaian inovasi dari sistem jasa yang ditawarkan produsen.
Contoh produsen di bidang pakaian yang menjalankan bisnis berbasis sistem produk-jasa adalah
Globe Hope yang memanfaatkan berbagai barang bekas untuk merancang pakaian baru (re-
desain), seperti tekstil rumah sakit tua, pakaian tentara, pakaian kerja, dan bahan vintage.
Ukuran Kinerja Ukuran kinerja bagi pengguna secara umum adalah kemudahan penggunaan, seperti aksesibilitas
Pengguna ke produk atau persyaratan teknis yang digunakan oleh produsen. Secara detail, ukuran kinerja
bagi konsumen yang berusia muda adalah pengalaman, inovasi, dan perilaku sosial (menyewa
atau menukarkan barang). Sedangkan, ukuran kinerja bagi konsumen yang berusia lebih tua
adalah kepuasan dari manfaat yang dihasilkan oleh produk (mendesain ulang, perbaikan atau
pemeliharaan, penyesuaian, dan lain sebagainya)
Manfaat bagi Pada dasarnya, dengan jasa mendesain ulang produk pakaian, maka akan menyebabkan adanya
Produsen dan penurunan ketergantungan SDA dan dapat meningkatkan intensitas penggunaan dari setiap
Pengguna produk pakaian. Sedangkan, dengan jasa menyewa produk pakaian, maka akan berdampak pada
penggunaan bahan yang tidak terlalu intensif untuk mengenakan pakaian dan dapat
meningkatkan intensitas penggunaan dari setiap produk pakaian.
Oleh karena itu, konsumen dapat mengurangi pengeluaran dari pembelian pakaian khususnya
untuk acara khusus yang kemungkinan besar jarang digunakan serta mendapatkan penghasilan
dari barang sehari-hari yang tidak dapat digunakan lagi untuk dimanfaatkan menjadi produk
pakaian yang bermanfaat untuk orang lain. Sedangkan, produsen dapat mengurangi intensitas
pembelian bahan atau penggunaan sumber daya material lainnya yang juga berdampak pada
pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran lingkungan akibat limbah
produksi pakaian.
Penciptaan Nilai Penciptaan nilai yang ditawarkan adalah dengan menambah nilai penjualan, seperti memberikan
jasa pemeliharaan, konsultasi, penyewaan, atau pengumpulan produk (daur ulang). Selain itu,
ditawarkan juga peningkatan kualitas produk, ketahanan produk atau memperpanjang umur
produk, dan meningkatkan kepuasan secara menyeluruh (pengalaman dan manfaat).
Sumber: Armstrong, C. M., Niinimäki, K., Kujala, S., Karell, E., & Lang, C. (2015). Sustainable product-
service systems for clothing: exploring consumer perceptions of consumption alternatives in
Finland. Journal of Cleaner production, 97, 30-39.
Kelompok 9- 13418207-13418209-13418213
Mekatronik merupakan teknologi atau rekayasa yang menggabungkan teknologi tentang mesin, elektronika, dan
informatika untuk merancang produksi, mengoperasikan, dan memelihara sistem untuk mencapai tujuan yang
diamanatkan. Pada saat sekarang banyak barang-barang mekatronik, misalnya robot, kamera digital, printer, drone
dan lain-lain. Mekatronika merupakan upgrade mesin konvensional menjadi mesin yang lebih bersifat fleksibel dan
memiliki kecerdasan. Seiring dengan perkembangan teknologi mechatronic product services system, banyak
organisasi atau perusahaan melakukan inovasi terkait produknya namun banyak kegagalan dalam inovasi yang
dilakukan. Hal tersebut dikarenakan proses implementasi yang tidak efektif. Dalam makalah disebutkan bahwa
alasan utama implementasi yang tidak efektif terjadi karena beberapa tantangan di organisasi, integrasi yang tidak
memadai dari aspek teknis dan sosial.
Contoh produsen kamera yang menghasilkan produk mechatronic yaitu Sony, Canon, dan Samsung. Sedangkan
untuk produsen drone adalah 3DR, Ageagle, dan Airmap. Pengguna dari produk mekatronik terdiri dari pengguna
individu atau organisasi. Produk drone ataupun kamera merupakan contoh produk yang dapat digunakan oleh
pengguna individu maupun organisasi.
Motivasi pengembangan bisnis berbasis SPJ pada bidang mechatronic adalah untuk memperoleh keuntungan yang
lebih tinggi dan stabilitas pendapatan serta menciptakan keunggulan yang kompetitif. Selain itu, bisnis berbasis SPJ
mengintegrasikan antara produk dan servis sehingga memberikan added value pada produk tersebut.
Ukuran Kinerja :
Ukuran kinerja dari penerapan Innovation Management System adalah kualitas dan kuantitas inovasi yang mampu
dikelola organisasi. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa inovasi bersifat non-deterministik sehingga memungkinkan
beban kerja yang digunakan untuk mengelola setiap inovasi dapat berbeda satu sama lain. Untuk
mengkuantifikasikan hal tersebut dapat digunakan kuantitas dan kualitas inovasi yang mampu direspon oleh
organisasi khususnya stakeholder terkait yang kemudian diimplementasikan kedalam proses bisnis perusahaan.
Dengan diimplementasikannya Innovation Management System terhadap perusahaan dalam industri mekatronika
adalah perusahaan mampu mengelola kegiatan inovasi secara terus menerus yang diimplementasikan dalam
organisasi perusahaan. Dalam jurnal ini dijelaskan dalam proses pengembangan mekratonika PSS sering terjadi
kendala dalam proses integrasi aspek teknikal dan juga organisasional. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan
pendekatan IIMS dengan memfokuskan terhadap stakeholder yang terlibat dalam proses inovasi. Hal tersebut
disebabkan karena proses innovasi non-deterministik sehingga memerlukan interaksi dan kolaborasi yang intens
antara setiap stakeholder. Dengan demikian proses penerapan IIMS terletak pada penyesuaian organisasi dalam
untuk mengelola proses inovasi yang relative non-deterministik.
Dengan menerapkan IIMS perusahaan dapat dengan cepat menciptakan inovasi dalam setiap waktunya dengan
berfokus pada pelanggan essay dengan ISO 9001 2015. Sehingga terdapat peningkatan produk dari segi kualitas dan
innovasi baru yang akan disajikan untuk pengguna. Selain itu dari segi organisasi dapat meningkatkan kualitas
hubungan antara stakeholder seperti karyawan, pemasok, karyawan dan mitra bisnis. Sehingga mampu memberikan
ekosistem yang mampu meningkatkan sustainibilitas bisnis.
Referensi
Koltun, G. D., Romero Viturro, C. A., & Buchholz, J. (. (5-8 AUGUST 2019). EFFECTIVE INNOVATION IMPLEMENTATION
OF MECHATRONIC PRODUCT-SERVICE SYSTEMS CONSIDERING SOCIO-TECHNICAL ASPECTS . NTERNATIONAL
CONFERENCE ON ENGINEERING DESIGN, ICED19, 3051-3059.
Tugas 01 TI4015-Sistem Produk-Jasa
Oleh :
Jasmine Adjani (13419008)
Mohammad Ainun Nahar (13419033)
Grace Trinita Lamtiur Simatupang (13419041)
Membentuk Kembali Industri Mesin Cuci Melalui Ekonomi Sirkular dan Model Bisnis Sistem
Produk-Jasa
Karya : Gianmarco Bressanellia, Marco Peronaa, Nicola Saccania (RISE Laboratory, University of Brescia, Via
Branze 38, Brescia 25123, Italy)
Mesin cuci merupakan salah satu kebutuhan rumah tangga yang digunakan untuk mencuci baju yang
kotor. Namun dalam penggunaannya, mesin cuci dianggap memiliki tingkat utilisasi yang rendah karena
mesin cuci hanya digunakan dalam waktu yang singkat dan jika baju yang dicuci tidak banyak, penggunaan
mesin cuci dapat menjadi pemborosan energi dan air. Ditambah lagi, harga mesin cuci relatif mahal,
membutuhkan pemeliharaan secara rutin, dan tidak digunakan secara intensif atau sering oleh pengguna,
khususnya bagi orang yang tidak menaruh perhatian khusus pada fashion. Untuk meningkatkan tingkat
utilisasi pada mesin cuci, diusulkan sistem produk jasa menggunakan mesin cuci dengan sistem pay-per-use.
Konsep sistem produk jasa menggunakan mesin cuci pada dasarnya serupa dengan usaha foto kopi. Alih-alih
pengguna sebagai user membeli mesin cuci, instalasi mandiri di rumah, membeli deterjen dan melakukan
perawatan, sistem pay-per-use menawarkan jasa agar pengguna tidak perlu membeli mesin cuci lagi. Dengan
pay-per-use, pengguna membayar tergantung dengan jumlah pakaian yang dicuci, sehingga pengguna tidak
perlu memperhitungkan biaya mesin, biaya sabun, biaya perawatan, dan waktu yang diperlukan untuk
mencuci baju. Biaya listrik, air, deterjen, customer service, jasa pembuangan sisa air, perlu diperhitungkan
oleh penyedia jasa atau supplier mesin cuci dalam sistem pay-per-use yang dikenakan kepada setiap
pengguna jasa mesin cuci. Selain sistem pay-per-use, terdapat sistem sewa. Meskipun mesin cuci tersebut
sudah digunakan bertahun-tahun, asalkan mesin cuci tersebut masih memiliki kualitas yang bagus untuk
melakukan cuci baju, mesin cuci tersebut dapat disewakan dalam jangka waktu tahunan.
Menurut O’Connel et al. sistem penggunaan ulang mesin cuci tersebut mengikuti tiga pilar dari
sustainability, yaitu memberi keuntungan bagi lingkungan (mengurangi penggunaan raw materials ataupun
scrap dari mesin cuci itu sendiri di akhir penggunaan), ekonomi (mengurangi biaya karena penggunaan energi
dan air lebih rendah), serta masyarakat secara keseluruhan (kesempatan kerja, peningkatan kualitas hidup
karena tersedia peralatan layak pakai untuk rumah tangga dengan penghasilan rendah). Manfaat tersebut
telah dirasakan oleh Jerman, Perancis, Inggris, dan Italia yang menggunakan mesin cuci di setiap rumah
tangga sebanyak 60% dari seluruh Eropa.
Dari sisi rumah tangga, estimasi memproyeksikan penghematan tahunan berkisar dari 18,5% di
Prancis, di mana harga listrik jauh lebih rendah daripada negara lain, hingga 40% untuk kasus Jerman. Rata-
rata, rumah tangga dapat mengurangi biaya mencuci hingga hampir 30%. Selain itu, Dari sisi nasional,
penghematan energi total hampir 9,4 terawatt jam per tahun. Angka ini menyumbang sekitar 0,62% dari total
listrik yang dihasilkan pada tahun 2014 di Jerman, Inggris, Perancis, dan Italia, mengurangi tekanan pada
sumber daya tidak terbarukan (misalnya minyak, karbon, gas) yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Selain itu, total penghematan air dapat mencapai 0,26 kilometer kubik per tahun, sekitar 1% dari total
pengambilan air untuk pasokan air publik di Jerman, Inggris, Perancis, dan Italia.
Adapun angka-angka tersebut merupakan estimasi dampak yang dapat dirasakan apabila
menggunakan circular economy dalam penggunaan mesin cuci. Pabrik dapat menggunakan perkiraan biaya
yang dapat disimpan dalam penggunaan metode ini untuk menentukan biaya pay per performance apabila
strategi ini diterapkan di kemudian hari. Adapun perhitungan-perhitungan tersebut tidak
mempertimbangkan kapasitas mesin cuci, consumer habits, dan hubungan antara biaya mencuci.
Ricky Anto Jonathan - 13419027
Penggunaan PSS ini dipilih untuk diterapkan karena solusi yang nantinya akan dijual lebih mudah untuk
dikostumisasi oleh pelanggan atau customer. Hal ini memungkinkan adanya fleksibilitas dan product
life cycle yang lebih optimal melalui maintenance yang lebih mudah, berbagai macam upgrades, dan
skema strategi end-of-life yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas, ukuran kinerja yang bisa ditarik
untuk manufacturer dan pelanggan adalah bagaimana manufacturer bisa berhasil
mengimplementasikan PSS yang ditunjukkan dengan kinerja lingkungan yang lebih baik dan kepuasan
dari pelanggan yang menggunakan jasa & produk dari manufacturer ini.
Manufacturer yang diteliti dalam studi kasus ini bergerak dalam bidang kesehatan, terkhusus dalam
memproduksi alat-alat kesehatan canggih yang dinamakan dengan Molecular Diagnostic Equipment.
Secara fungsional, alat ini digunakan oleh profesional medis dalam mengidentifikasi multi-resistant
bacteria dan virus-virus seperti Salmonella, Meningitis, COVID-19, dll. Manufacturer ini meng-supply
equipment-nya, bahan-bahan yang habis pakai (consumables), dan seluruh servis yang dibutuhkan
selama penggunaannya. Pelanggan yang menggunakan produk ini merupakan professional yang
berasal dari klinik, rumah sakit, dan laboratorium yang berada di lima negara Eropa. Pada penelitian
ini, suatu questionnaires telah diberikan kepada para pelanggan untuk mendapatkan data Receiver
State Parameters (RSPs) . RSP ini menunjukkan aspek apa saja yang akan memberikan dampak positif
atau negatif dan tingkat kepentingannya pada penerima PSS nantinya. Melalui RSP, didapat bahwa
pelanggan merasa mean time before failure menjadi aspek terpenting yang diikuti dengan tujuh aspek
lainnya. Selanjutnya, data RSP ini diolah dan didapatkan bahwa service characteristics lebih penting
dibandingkan dengan product characteristics.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, solusi yang ditawarkan adalah dengan menerapkan strategi
leasing (lihat bab 3.4 agar lebih jelas) untuk pelanggan yang intensive use-oriented dan yang moderate
use-oriented. Secara keseluruhan, pengalaman pelanggan akan meningkat karena aktivitas
maintenance telah direncanakan dan dilakukan oleh manufacturer secara langsung yang berarti akan
mereduksi adanya peluang kerusakan alat. Selain itu juga, skema leasing seperti ini memudahkan
apabila ingin dilakukan update secara berkala mengingat peralatan medis harus dapat beradaptasi
dan terus menjadi relevan (sebagai contoh alat ini sekarang sudah bisa digunakan untuk mendeteksi
adanya gejala COVID-19). Selain itu, resiko finansial yang terjadi di pasar juga dinilai akan lebih sedikit.
Hal tersebut membuat pelanggan merasa dimudahkan karena mereka bisa mendapatkan fitur yang
lebih pada produk yang sama. Di sisi lain, manufacturer tak perlu lagi melakukan penggantian
hardware secara berkala sehingga penggantian yang dirasa sangat signifikan dapat dilakukan tiap 3
atau bahkan 5 tahun sekali.
Sebagaimana dalam kasus penelitian ini, terbukti bahwa pelanggan yang intensif dan moderat dapat
diutulisiasikan menggunakan sistem PSS yang sama. PSS berhasil meningkatkan kinerja lingkungan
tanpa harus mengorbankan kepuasan dan customer value. Selain itu, solusi PSS yang diberikan juga
mampu meingkatkan target circular economy dan end-of-life operations seperti repair dan reuse.
Referensi : Nicolas Haber, Mario Fargnoli. 2021. Sustainable Product-Service Systems Customization:
A Case Study Research in the Medical Equipment Sector.
Putri Alissia Jasmine (13419029) – Audrey William Saputra (13419074) – Garyl Geraldine (13419100)
Bisnis berbasis produk ini memiliki tiga mitra, yaitu pelanggan yang merupakan pengguna
akhir mesin dan merupakan pembuat atau distributor biji-bijian, penyedia lokal yang membeli mesin
dan menjualnya kembali, dan produsen yang memproduksi mesin. Ukuran kinerja yang
mengidentifikasikan grain spreader yang baik, yaitu fungsi produk, fitur rekayasa yang diperlukan
untuk memenuhi fungsi produk, kontribusi setiap fitur untuk fungsi yang diidentifikasi, dan efek
timbal balik antara rekayasa yang diidentifikasi fitur.
Motivasi penerapan PSS adalah untuk menghasilkan solusi inovatif terhadap masalah
penyimpanan biji-bijian yang terjadi secara terus menerus. Penyebar biji-bijian (grain spreader) saat
ini tidak dapat memberikan kualitas yang dibutuhkan oleh standar dan tidak kokoh. Penerapan PSS
diharapkan dapat mengembangkan solusi inovatif pada proses penyebaran dan perataan biji-bijian
yang digunakan untuk in-bin drying.
Sebelum PSS diterapkan, dilakukan analisis PESTEL yang terdiri dari faktor politik, ekonomi,
sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan. Faktor politik mengevaluasi sejauh mana kebijakan
pemerintah dapat berdampak pada produk dan layanan. Faktor ekonomi meliputi pertumbuhan
ekonomi, nilai tukar, tingkat inflasi, suku bunga, pendapatan konsumen, dan tingkat pengangguran.
Faktor sosial dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik pelanggan yang menjadi target produk dan
layanan. Faktor teknologi mengevaluasi inovasi dalam teknologi yang dapat mempengaruhi produk
dan layanan. Faktor hukum mengevaluasi potensi perubahan dalam undang-undang dan dampaknya
pada produk dan layanan. Faktor lingkungan mengevaluasi aspek ekologi dan lingkungan seperti
cuaca, iklim, penyeimbangan lingkungan, dan perubahan iklim.
Manfaat atau benefit yang bisa didapatkan dari studi kasus PSS ini diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu manfaat untuk customer, local provider, dan manufacturer. Manfaat yang didapatkan oleh
customer adalah mendapatkan kualitas dan performansi yang tinggi untuk kebutuhan mereka.
Penerapan PSS dapat menghasilkan profit yang lebih tinggi untuk local provider. Sedangkan manfaat
untuk manufacturer adalah meningkatkan efektivitas product development dan continuous
improvement dengan pengintegrasian produk dan jasa dalam prosesnya. Di samping itu, penciptaan
nilai yang dapat dihasilkan dari penerapan PSS adalah sustainability. PSS memberikan output dengan
mengurangi jumlah material, polusi udara, dan konsumsi energi yang dibutuhkan untuk produksi
sehingga lebih sustain.
Paper ini menjelaskan bagaimana pengaruh PSS terhadap model bisnis secara tradisional.
Analisis PESTEL merupakan tool yang bermanfaat untuk mengidentifikasi ukuran kinerja yang relevan
terhadap PSS. Berdasarkan hasil dari paper, PSS merupakan model bisnis yang cocok digunakan pada
industri agrikultur.
Theresia Irene Hutabarat 13419032
Motivasi dari studi yang dilakukan ini adalah kebutuhan insinyur untuk dapat mengidentifikasi
dan mengatur aspek lingkungan dari produk dengan mempertimbangkan life cycle dari produk
tersebut, dengan tujuan menyeimbangkan pengaruh pada lingkungan dengan aspek lain, seperti
kegunaan, reliabilitas, biaya, daya saing pasar, dan lain-lain. Selain itu, terdapat kebijakan di Eropa
yang mewajibkan perusahaan manufaktur pada bidang ini untuk menyediakan produk yang disertai
dengan jasa perbaikan selama kontrak berjalan, dengan menjamin keselamatan dan kewajiban yang
berkaitan dengan lingkungan. Walapun penerapan dari pendekatan Sistem Produk-Jasa dapat
meningkatkan keuntungan dari perusahaan manufaktur pada bidang ini, masih sedikit literatur yang
membahas tentang pendekatan ini dari sudut pandang perusahaan manufaktur.
Pengimplementasian PSS difokuskan pada salah satu tahap dalam siklus hidup produk, yaitu
tahap penggunaan dan perawatan. Tahapan ini dipilih karena biaya yang dikeluarkan lebih dari 100%
harga produk akibat adanya perawatan tambahan selama masa kontrak. Dengan dilakukannya
penambahan operator terlatih dan durasi pelatihan untuk teknisi rumah sakit dapat menurunkan
banyaknya perawatan yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, dilakukan juga perubahan terhadap
lama masa kontrak dengan institusi kesehatan sehingga terjadi penurunan pada jumlah produk yang
dibuang dan rusak berat di akhir masa hidup produk. Dengan adanya implementasi sistem ini,
perusahaan dapat memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus meminimisasi jumlah produk yang
terbuang sehingga ramah lingkungan dan sumber daya yang digunakan optimal. Ukuran kinerja
ditentukan berdasarkan berbagai persepektif yaitu dari persepektif konsumen dan perspektif
lingkungan. Dalam perspektif konsumen ukuran kinerja yang digunakan adalah tingkat kepuasan dari
pelanggan atas produk-jasa yang diterima. Hal ini dapat dilihat dari apakah solusi PSS yang diberikan
dapat memenuhi kebutuhan konsumen atau tidak. Kemudian dari perspektif lingkungan, ukuran
kinerja lingkungan yang dapat dilihat adalah dari hal minimalisasi sumber daya yang dikonsumsi,
optimalisasi penggunaan produk, dan peningkatan end-of strategi hidup produk seperti daur ulang
dan rekondisi.
Referensi:
Kelompok 12:
- Allandra Dewantara (13419047)
- Venicia Deivrin Syavitra (13419089)
- Indrarizky Pradipta (13419101)
Belakangan ini, kemunculan online shopping telah menciptakan revolusi baru dalam menjual
produk kecantikan seperti produk makeup dan skincare. Berdasarkan data survei dari Institute for
Information Industry di Taiwan lebih dari 60% wanita menggunakan mobile shopping pada 2016. Mobile
Shopping dalam produk kecantikan dan perawatan diri memiliki dampak yang besar terhadap offline
shopping. Salah satunya pada perusahaan CSD yang merupakan offline chain dari toko retail yang ingin
mengembangkan layanan baru pada perusahaannya dengan meningkatkan pengalaman pelanggan
dari produk kecantikan di dalam toko menggunakan teknik dari penjual online dengan batas tokonya.
Adapun alur dari pembelanjaan pelanggan dianalisis dalam tiga bagian yaitu, sebelum berbelanja,
sedang berbelanja, dan setelah berbelanja.
Ukuran kinerja dari pendekatan yang dipakai dalam bagian sebelum berbelanja yaitu waktu yang
dihabiskan pelanggan untuk mengumpulkan dan membandingkan produk dan tingkat pemahaman dari
pelanggan terhadap spesifikasi produk. Pada bagian sedang berbelanja kinerjanya adalah pemahaman
pelanggan terhadap kualitas dan harga dari produk. Sedangkan pada bagian setelah berbelanja adalah
alur penerimaan komplain dari pelanggan dan kemudahan dalam pengembalian dana untuk produk
yang tidak cocok.
Keberadaan sistem produk jasa pada perusahaan CSD bermula dari kajian perusahaan
mengenai customer journey dalam berbelanja produk kecantikan. Dari kajian tersebut, ditemukan 6
pokok masalah, antara lain (1) proses mencari dan membandingkan waktu yang memakan waktu, (2)
susahnya memahami spesifikasi produk yang kompleks, (3) susahnya menilai kualitas produk, yang
berujung pada (4) susahnya menilai kepantasan harga produk, (5) konsumen bingung kemanakah
mereka menyampaikan komplain, dan (6) susahnya mengurus refund jika tidak puas. Untuk
memecahkan permasalahan diatas, perusahaan dapat menerapkan konsep Product-Service Systems
(PSS).
Penerapan konsep Product-Service Systems (PSS) pada perusahaan CSD mampu memberikan
dampak yang baik kepada lingkungan bisnis tersebut. Bagi produsen brand atau retailer yang dalam hal
ini adalah perusahaan CSD itu sendiri, manfaat yang didapat adalah meningkatnya kualitas dari
customer experience. Hal ini tentunya akan berbanding lurus dengan tingkat kesetiaan pelanggan
kepada perusahaan CSD. Bagi para pengguna kehadiran smart beauty service yang dikembangkan ini
akan sangat membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang mungkin terjadi ketika
berbelanja produk kecantikan. Sistem ini dirancang untuk menunjang pengambilan keputusan
pelanggan dalam memilih produk kecantikan. Terdapat 4 komponen penting dalam penerapan bisnis
model baru ini, antara lain adalah, Beauty Mirror, GoGoTell, JustFitME, dan TouchMyHeart. Beauty
Mirror adalah software yang diperuntukan untuk melakukan make-up secara virtual. Selanjutnya
GoGoTell merupakan sistem yang dapat melacak letak suatu produk di dalam toko. Setelah itu
JustFitMe merupakan sistem berbasis AI yang mampu memberikan rekomendasi produk yang cocok
bagi jenis kulit seseorang. Dan yang terakhir adalah TouchMyHeart yang merupakan media
penyampaian informasi mendetail kepada para pelanggan dengan melibatkan para influencer untuk
meyakinkan dan mengedukasi para customer dalam memilih produk kecantikan. Dengan hadirnya 4
komponen, diharapkan PSS yang ada dapat memecahkan 6 pokok masalah yang dihadapi pelanggan.
Referensi : Lee, C., Chen, C., & Trappey, A. J. (2019). A structural service innovation approach for designing
smart product service systems: Case study of smart beauty service. Advanced Engineering Informatics, 40,
154-167.
Dimas Muhamad Rabigh (13419208) – Made Ardhia Diva V. (13419240) – Refti Muniva Kiendra (13419266)
Tugas I:
Kajian Ilmiah Implementasi Sistem Produk-Jasa
Rincian Paper:
Peura, P., Voutilainen, O., & Kantola, J. (2022). From garbage to product and service systems: A
longitudinal Finnish case study of Waste Management Evolution. Waste Management, 140, 143–153.
Deskripsi Bisnis
Objek kajian dari paper melibatkan ‘Ab Avfallsservice Stormossen Jätehuolto Oj (ASJ)’, sebuah
perusahaan Waste Management dengan basis operasional di Vaasa, sebuah daerah di Finlandia Barat.
Perusahaan tersebut didirikan pada 1984, dan merupakan hasil kolaborasi antara Vaasa dan Mustasaari-
sebuah kotamadya tetangga. Sampah yang dikelolanya berasal dari hunian penduduk; apartemen dan
komplek dengan lima atau lebih rumah tangga. Saat awal didirikan, value yang ditawarkan oleh
perusahaan hanya terbatas pada pengelolaan sampah, tanpa menghasilkan kembali produk lebih lanjut.
Mayoritas kegiatan yang dilakukan pun bertumpu pada waste dumping, menyisihkan sedikit proporsi
untuk kegiatan pengelolaan sampah yang bersifat value-adding.
Latar Belakang Transisi PSS
ASJ mulai mengalami reformasi secara operasional di pertengahan 1990an. Hal ini berubah ketika
Finlandia bergabung dengan Uni Eropa (EU), di mana keanggotaannya memberlakukan penerapan ‘the
National Waste Act’ dalam pengelolaan sampah di Finlandia. Legislasi tersebut menjadi dasar dari
reformasi perusahaan; promosi utilisasi ulang limbah, pencegahan pembentukan limbah dan
pengurangan jumlah serta bahaya dari limbah.
Berlakunya ‘the National Waste Act’ menjadi titik awal dari penciptaan konsorsium dalam
pengelolaan sampah. Vaasa, sebagai daerah urban dan terindustrialiasi, memiiliki infrastruktur yang
paling mendukung dibandingkan daerah-daerah sekitarnya saat itu. Hal ini mengundang sejumlah
perusahaan serupa di kotamadya sekitar untuk berkolaborasi dengan Vaasa dalam melakukan
operasinya.
Implementasi PSS
Melalui konsorsium antara Vaasa dan kotamadya sekitar, dibentuk dua anak perusahaan komunal;
(1) Stormossen, sebagai pabrik biogas dan (2) Westenergy, sebagai pabrik pembakaran limbah.
Pengadaan perusahaan tersebut sejalan dengan inisiasi untuk menyortir sampah yang diterima. Anggota
dari konsorsium secara rutin mengirim sampah organik hasil sortiran kepada Stormossen untuk diolah
menjadi biogas, serta sampah combustible kepada Westenergy. Hal ini didampingi dengan peralihan
pengumpulan sampah oleh penduduk dari ‘one-bag system’ menjadi sistem yang dijelaskan pada
Gambar 1. Adapun keseluruhan dari konsorsium dapat diilustrasikan pada Gambar 2.
Ukuran Kinerja
Ukuran kinerja yang terlibat meliputi (1) gate fee, yakni biaya yang ditagih perusahaan kepada
penduduk per satuan sampah yang dikumpulkan (ton), serta (2) unit luaran dari proses pengelolaan
sampah, seperti massa biogas, lembaran reusable plastics, dan lain-lain.
Tugas I Week 2
TI4015 Sistem Produk-Jasa Hazza Shafa Ramadhana (13419256)
Tugas I Week 2