Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Widyadari DOI: 10.5281/zenodo.

5550337
Vol. 22 No. 2 (Oktober 2021)
e-ISSN : 2613-9308 p-ISSN : 1907-3232
Hlm. 429 - 438

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA
NEGERI 7 DENPASAR TAHUN PELAJARAN
2020/2021

Putu Mirayani1*, I Wayan Widana2, Ni Kadek Rini Purwati3


Pendidikan Matematika Universitas PGRI Mahadewa Indonesia
e-mail: putumirayani10@gmail.com : i.wayan.widana.bali@gmail.com
rinirie@gmail.com

ABSTRACT
Critical thinking skills and learning models can affect learning outcomes. This study aims to
determine the comparison of student learning outcomes with high and low critical thinking skills that
adjust the application of problem-solving or conventional. The population in this study were students
of class XI MIPA 1 and XI MIPA 8, and the research sample used a percentage of 27% below and
above from the research population. The research instrument was a test of critical thinking skills and
mathematics learning outcomes. The data obtained were analyzed using 2-way Anova analysis. The
results of the study show that: (1) there is a comparison of the average learning outcomes between
students who use problem-solving education models with conventional (mean 75.91 and 50.68), (2)
there is an interaction between learning models and critical thinking skills on mathematics learning
outcomes (Sig. 0.031 with = 0.05), (3) to students with high critical thinking skills, there is a
comparison of learning outcomes between students who use problem-solving models with
conventional (Qcount 7.80 with = 0.05), ( 4) for students with low critical thinking skills, there is a
comparison of learning outcomes between students who use problem-solving education models and
conventional ones (Qcount 3.16 with = 0.05).

Keywords: problem solving, critical thinking, mathematics learning outcomes

ABSTRAK
Berpikir kritis serta model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui terdapatnya perbandingan hasil belajar siswa dengan kemampuan berpikir kritis
tinggi serta rendah yang menyesuaikan penerapan problem solving ataupun konvensional. Populasi
pada penelitian ini merupakan siswa kelas XI MIPA 1 serta XI MIPA 8, serta sample penelitian
memakai presentase 27% ke bawah serta ke atas dari populasi penelitian. Instrumen penelitian berupa
tes keahlian berpikir kritis serta hasil belajar matematika. Data yang didapatkan dianalisis memakai
analisis Anova 2 Jalan. Hasil penelitian menampilkan bahwa:( 1) adanya perbandingan rerata hasil
belajar antara siswa yang menggunakan model pendidikan problem solving dengan konvensional
(rerata 75,91 dan 50,68), (2) adanya interaksi antara model pembelajaran serta keahlian berpikir kritis
terhadap hasil belajar matematika (Sig. 0,031 dengan α = 0,05), (3) terhadap siswa dengan keahlian
berpikir kritis tinggi, ada perbandingan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model problem
solving dengan konvensional (Qhitung 7,80 dengan α = 0,05), (4) terhadap siswa dengan keahlian
berpikir kritis rendah, ada perbandingan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model
pendidikan problem solving dengan konvensional (Qhitung 3,16 dengan α = 0,05).

Kata kunci : problem solving, berpikir kritis, hasil belajar matematika

429
PENDAHULUAN membuat suatu solusi dengan cara berpikir
Matematika sesuatu ilmu pasti kritis maka dengan demikian siswa merasa
yang diterapkan sehari-hari dalam bisa mengembangkan pola pikirnya dan
kehidupan. Matematika merupakan bisa memperoleh hasil belajar matematika
pembelajaran yang ada pada semua yang lebih melebihi nilai KKM sekolah.
jenjang pendidikan (Susanto, 2015). Maka Keahlian pemecahan masalah
dari itu, matematika sangat penting siswa diperhatikan dari kemampuan dalam
diterapkan kepada siswa yang bertujuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan
untuk mengasah pola pikir siswa melalui menggunakan penerapan problem solving.
pembelajaran matematika. Pembelajaran Dengan berpikir kritis siswa akan merasa
matematika mempunyai komponen sangat menikmati proses belajar mengajar
tertentu untuk siswa agar meningkatkan ketika siswa dapat mengembangkan hal
kemampuan berpikir kritis. yang mereka anggap cara penyelesaian itu
Pentingnya peran matematika mudah untuk memecahkan suatu
dalam kehidupan sehari-hari sering kali permasalahan. Berdasarkan Jensen (2011)
tidak diimbangi dengan minat belajar berpikir kritis yakni cara mental yang
matematika siswa di sekolah. Siswa efektif dan handal, artinya dapat berguna
merasa bahwa matematika sangat pada saat mendalami sesuatu hal.
membosankan dan terkesan sulit. Padahal Keahlian berpikir kritis siswa
belajar matematika sangat mampu tentunya tidak sama pada setiap ruang
mengasah pola pikir siswa terhadap suatu kelas. Terdapat kelompok siswa berpikir
permasalahan keseharian siswa. Terkait kritis tinggi, sedang, dan juga rendah.
hal tersebut, maka beberapa cara yang bisa penerapan problem solving bisa digunakan
dilakukan agar siswa mampu mengikuti untuk mendorong siswa mencari serta
pembelajaran matematika dengan memecahkan permasalahan dalam
menyenangkan, seperti: 1) pemahaman mencapai tujuan pembelajaran (Ctow dan
pemecahan masalah siswa masih kurang Crow dalam Hamdani, 2011). Terkait
sehingga pada pembelajaran matematika penjabaran mengenai pembelajaran
menerapkan model pembelajaran yang matematika dan model pembelajaran di
sesuai, 2) siswa seharusnya dapat atas, dapat dikaji kondisi pembelajaran di

430
salah satu sekolah, yakni SMA Negeri 7 meningkatkan pemikiran siswa lebih
Denpasar. Pada SMA Negeri 7 Denpasar mendalam dan luas dalam menyelesaikan
guru cenderung menggunakan moel permasalahan dalam pembelajaan. Hasil
pembelajaran konvensional dan siswa belajar matematika sangat didukung
kurang menggunakan kemampuan dengan adanya kemampuan dan minat
berpikir kritis untuk mendapatkan hasil siswa terhadap suatu pembelajaran
belajar melebihi nilai KKM sekolah. Pada matematika. Tingkat berpikir kritis siswa
saat peneraan konvensional siswa tentunya bisa ditingkatkan menggunakan
cenderung berperan pasif dalam proses bantuan guru yang dapat menerima pola
pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan pikir setiap siswa. Tingkat berpikir kritis
kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan menggunakan
siswa. Sehingga menyebabkan penerapan problem solving, guru tidak
pembelajaran konvensional membuat harus terpaku pada satu cara pembelajaran
siswa menjadi pasif dalam mengikuti untuk memecahkan permasalahan.
pembelajaran (Suyitno, 2002). Sehingga, Sehingga, siswa dengan kemampuan
sangat diharapkan guru-guru mampu berpikir kritisnya dengan kreatif, inovatif,
untuk menerapkan problem solving pada dan terarah mampu memecahkan
saat mengajar siswa untuk memecahkan permasalahan matematika yang diberikan
permasalahan maka berpikir kritis siswa guru dengan kemampuan berpikir
dapat diasah dengan baik. kritisnya masing-masing.
Dengan penerapan problem Berdasarkan penjabaran tersebut,
solving pendidik dapat menerapkan maka diperlukan untuk dilaksanakan
beberapa pendekatan terhadap siswa. penelitian berdasarkan penerapan problem
Adapun kelebihan pendekatan model solving, sehingga diharapkan bahwa
pembelajaran problem solving menurut penerapan problem solving serta keahlian
Djamarah (2010), yaitu: (1) menjadikan berpikir kritis bisa tingkatkan hasil belajar
guru lebih berperan aktif dalam kehidupan matematika. Baik pada siswa dengan
sehari-hari siswa, (2) kegiatan belajar berpikir kritis tinggi serta rendah.
lebih fleksibel dalam menyelesaikan
segala permasalahan yang ada, dan (3)

431
METODE PENELITIAN yang selanjutnya diklasifikasi menjadi
Penelitian termasuk eksperimen tingkat berpikir kritis siswa tinggi dan
semu, dilakukan sesuai cara memberikan rendah. Satu variabel terikat yakni hasil
perlakukan terhadap kelas eksperimen belajar matematika.
serta memberikan kelas kontrol yang Pengumpulan data terdiri dari (1)
sebagai pembanding kelas (Sugiyono, nilai hasil belajar matematika siswa
2012). Pengujian dilakukan dengan uji berupa nilai Ulangan Harian Siswa, dan
Anova Dua Jalur model Treatment by (2) nilai berpikir kritis dengan metode tes
level. Ditunjukkan bahwa terdapat yaitu tes berpikir kritis. Menggunakan
interaksi antara berpikir kritis dan model instrumen penelitian berupa tes, yakni tes
pembelajaran terhadap hasil belajar, ulangan harian dan tes berpikir kritis.
sehingga dilanjutkan pengujian Tukey
sehingga dapat diketahui terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN
perbedaan rerata hasil belajar pada kelas Dalam pembahasan ini akan
eksperimen dengan kelas kontrol. Terdiri ditunjukkan bahwa: (1) diperoleh
dari dua kelas yang diberikan perlakuan perbedaan rerata hasil belajar antara siswa
berbeda tiap kelas, yakni berupa yang mengikuti penerapan problem
penerapan dengan problem solving dan solving dengan konvensional, (2)
konvensional. Populasi yaitu siswa kelas diperoleh interaksi antara model
XI MIPA 1 dan XI MIPA 8 SMA Negeri pembelajaran dan tingkat berpikir kritis,
7 Denpasar, tahun akademik 2020/2021 (3) siswa dengan tingkat berpikir kritis
berjumlah 81 siswa. Sampel pada tinggi diperoleh perbedaan hasil belajar
penelitian diambil dengan presentasi antara siswa yang mengkuti problem
27% ke atas dan 27% ke bawah pada solving dengan konvensional, dan (4)
setiap kelompok populasi berjumlah 44 siswa dengan tingkat berpikir kritis rendah
siswa. diperoleh perbedaan hasil belajar antara
Terdapat satu variabel bebas yakni siswa yang mengkuti problem solving
model pembelajaran, yang mana dengan dengan konvensional.
problem solving dan konvensional. Satu Untuk menunjukkan hasil
variabel moderator yakni berpikir kritis, penelitian apakah terdapat perbedaan

432
rerata hasil belajar antara siswa yang terbukti bisa mengembangkan tingkat
mengikuti penerapan problem solving berpikir kritis terhadap siswa (Sadia,
dengan konvensional dan adanya interaksi dalam Cahyani, 2018). Sehingga, apabila
antara model pembelajaran dan tingkat siswa diberikan perlakukan yang berbeda
berpikir kritis pada hasil belajar akan dengan problem solving dan konvensional
dilakukan uji Anova Dua Jalur. akan mendapatkan hasil rerata belajar
Sebelumnya akan dilakukan uji prasyarat yang berbeda.
yaitu uji normalitas dan homogenitas Penarikan kesimpulan hasil uji Anova Dua
terlebih dahulu. Jalur dengan SPSS 22.0:
a. Sig. < 0,05 yang berarti H0 ditolak
Hasil Uji Prasyarat dan H1 diterima, disimpulkan
Menggunakan uji normalitas diperoleh perbedaan rerata hasil
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan belajar terhadap siswa yang
SPSS 22.0. Adapun perolehan uji mengikuti problem solving serta
normalitas didapat nilai Sig. (2-tailed) konvensional.
yaitu 0,157, maka Sig. (2-tailed) > 0,05 b. Sig. < 0,05 yang berarti H0 ditolak
sehingga disimpulkan data berdistribusi dan H1 diterima, disimpulkan
normal. diperoleh interaksi antara tingkat
Pada uji homogenitas dengan berpikir kritis dan model
SPSS 22.0 didapatkan nilai Sig. (2-tailed) pembelajaran terhadap hasil
yakni 0,217, maka Sig. (2-tailed) > 0,05 belajar.
maka disimpulkan data bersifat homogen. Table 1. Hasil Uji Anova Dua Jalur
Setelah data dinyatakan normal serta
Source α Sig.
homogen jadi bisa dilakukan uji Anova
Dua Jalur. Model_Pembelajaran 0,05 0,00
Berpikir_Kritis 0,05 0,025
Uji Anova Dua Jalur
Model_Pembelajaran *
Pada siswa yang menerapkan model 0,05 0,031
Berpikir_Kritis
pembelajaran berbeda pada umumnya
Bedasarkan tabel di atas diperoleh
akan mendapatkan hasil belajar yang
Sig. “Model Pembelajaran” yaitu 0,00 <
berbeda. Secara teoritis problem solving

433
0,05 yang, maka disimpulkan diperoleh Sejalan dengan teori Sanjaya (dalam,
perbedaan rerata hasil belajar siswa Cahyani 2018) bahwa problem solving
penerapan problem solving serta merupakan salah satu penerapan yang
konvensional. Pada saat penelitian siswa dapat meningkatkan berpikir kritis siswa.
dengan penerapan problem solving Jika dibandingkan dengan konvensional
mendapatkan kesempatan untuk mencari kemampuan berpikir kritis siswa kurang
materi dari sumber lain serta mencoba diasah. Pada pelaksanaan penelitian
untuk mempresentasikannya. Sedangkan berpikir kritis siswa diasah dengan
pada penerapan konvensional guru yang problem solving dengan memberikan
menerangkan materi sehingga siswa siswa menyelesaikan permasalahan lebih
kurang mendapatkan kesempatan dalam mendalam dengan pengetahuan yang
pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan siswa miliki, sedangkan pada
perbedaan rerata hasil belajar siswa konvensional guru lebih banyak
dengan penerapan problem solving serta memberikan siswa arahan untuk
kovensional. Hal ini sejalan dengan menyelesaikan masalah yang membuat
penelitian Partiwi, Yustina & Irhasyuarna, siswa kurang dalam memecahkan
n.d. (2015) membuktikan hasil penelitian permasalahan secara mandiri. Hal tersebut
penerapan problem solving menunjukkan menjadi salah satu faktor adanya interaksi
bahwa berpikir kritis siswa dengan antara tingkat berpikir kritis dan model
penerapan pada kelas eksperimen lebih pembelajaran pada hasil belajar.
tinggi dari pada kelas kontrol. Pada Sig Bedasarka hasil diperoleh interaksi
“Berpikir Kritis” yaitu 0,025 < 0,05, maka antara tingkat berpikir kritis serta model
disimpulkan diperoleh pengaruh antara pembelajaran, sehingga berlanjut dengan
berpikir kritis pada hasil belajar. uji Tukey untuk mengetahui apakah
Untuk uji hipotesis kedua terdapat perbedaan hasil belajar antara
diperoleh Sig. “Model siswa dengan tingkat berpikir kritis tinggi
Pembelajaran*Berpikir Kritis” yaitu 0,031 dan rendah pada siswa yang mengikuti
< 0,05, maka disimpulkan diperoleh penerapan problem solving dan
interaksi antara berpikir kritis dan model konvensional.
pembelajaran terhadap hasil belajar.

434
H0 : μA1B2 = μA2B2 siswa yang
Uji Tukey memiliki tingkat berpikir
a. Jika Qhitung > Qtabel, maka kritis rendah, tidak ada
disimpulkan ada perbedaan nilai perbedaan hasil belajar
hasil belajar yang signifikan pada antara siswa yang
siswa dengan berpikir kritis tinggi menerapkan problem solving
yang menerapkan problem solving serta konvensional.
serta konvensional. H1 : μA1B2 ≠ μA2B2 siswa yang
b. Jika Qhitung > Qtabel, maka memiliki tingkat berpikir
disimpulkan ada perbedaan nilai kritis rendah, ada perbedaan
hasil belajar yang signifikan pada hasil belajar antara siswa
siswa dengan berpikir kritis rendah yang menerapkan problem
yang menerapkan problem solving solving serta konvensional.
serta konvensional. b. Taraf signifikansi 5%, dk = 11, dan
Langkah-langkah uji statistik Tukey: k = 2 diperoleh Qtabel sebesar 3,11.
a. Pengujian Hipotesis c. Kriteria penolakan H0 dan
H0 : μA1B1 = μA2B1 siswa yang penerimaan H1
memiliki tingkat berpikir Jika, Qhitung > Qtabel maka H0
kritis tinggi, tidak ada ditolak sehingga H1 diterima, jadi
perbedaan hasil belajar dapat ditarik kesimpulan diperoleh
antara siswa yang perbedaan hasil belajar secara
menerapkan problem solving siginifikan.
serta konvensional. Jika, Qhitung < Qtabel maka H0
H1 : μA1B1 ≠ μA2B1 siswa yang diterima sehingga H1 ditolak, jadi
memiliki tingkat berpikir dapat ditarik kesimpulan tidak
kritis tinggi, ada perbedaan diperoleh perbedaan hasil belajar
hasil belajar antara siswa secara siginifikan.
yang menerapkan problem d. Penentuan nilai Qhitung
solving serta konvensional. Rumus Uji Tukey Manual

435
̅̅̅
𝑌𝐵 − ̅̅̅
𝑌𝐾 signifikansi 0,05 sebesar 3,11.
𝑄=
√𝑅𝐽𝐾𝐷 Hasil perhitungan uji Tukey
𝑛
menunjukkan bahwa Qhitung >
(Candiasa, 2010)
Qtabel, maka disimpulkan bahwa
Keterangan:
diperoleh adanya perbedaan hasil
𝑌̅𝑏 = rerata kelompok besar
belajar yang signifikan pada siswa
𝑌̅𝑘 = rerata kelompok kecil
tingkat berpikir kritis tinggi yang
𝑅𝐽𝐾𝐷 = rerata jumlah kuadrat
menerapkan problem solving serta
dalam
konvensional.
𝑛 = banyak sampel tiap
Berdasarkan tabel 3,
kelompok
𝑛1 = 𝑛2 perhitungan uji Tukey yakni Qhitung
sebesar 3,16 dan Qtabel taraf
e. Hasil perhitungan uji Tukey, signifikansi 0,05 sebesar 3,11.
sebagai berikut. Hasil perhitungan uji Tukey
menunjukkan bahwa Qhitung >
Qtabel, maka disimpulkan bahwa
Table 2. Hasil Uji Tukey Siswa
Dengan Berpikir Kritis Tinggi
Model Pembelajaran Problem Solving Konvensional Qhitung Qtabel
Rata-rata 86,82 50,91
rata-rata Kuadrat Dalam
250,682 7,80 3,11
(RKD)
Derajat Kebebasan 11

Table 3. Hasil Uji Tukey Siswa


Dengan Berpikir Kritis Rendah
Model Pembelajaran Problem Solving Konvensional Qhitung Qtabel
Rata-rata 65 50,45
rata-rata Kuadrat Dalam
250,682 3,61 3,11
(RKD)
Derajat Kebebasan 11

Berdasarkan tabel 2,
diperoleh adanya
perhitungan uji Tukey yakni Qhitung
perbedaan hasil belajar yang
sebesar 7,80 dan Qtabel taraf

436
signifikan pada siswa dengan melakukan pembelajaran. Secara khusus
tingkat berpikir kritis rendah yang bisa disimpulkan:
mengikuti problem solving serta 1. Diperoleh perbedaan hasil belajar
konvensional. siswa antara siswa yang mengikuti
Sesuai dengan hasil uji Anova dua penerapan problem solving serta
jalur diperoleh adanya perbedaan hasil konvensional. Ini ditunjukkan pada
belajar siswa yang mengikuti problem nilai Sig. 0,00 < 0,05.
solving serta konvensional, dan diperoleh 2. Diperoleh interaksi antara model
interaksi antara tingkat berpikir kritis dan pembelajaran dan kemampuan
model pembelajaran. Menurut penelitian berpikir kritis pada hasil belajar
Syafii dan Yasin (2013) penunjukkan matematika. Ini ditunjukkan pada dari
dengan problem solving bisa membuat Sig. 0,031 < 0,05.
hasil belajar meningkat. Hal tersebut 3. Siswa dengan berpikir kritis tinggi,
menunjukkan terdapat perbedaan rerata diperoleh perbedaan hasil belajar
hasil belajar. Pada problem solving siswa antara yang mengikuti penerapan
dituntut untuk berperan aktif dengan problem solving serta konvensional.
tingkat berpikir kritis yang dimiliki. Pada Ini ditunjukan dari hasil perhitungan
penelitian ini siswa dengan berpikir kritis uji Tukey diperoleh Qhitung 7,80 dan
tinggi dan rendah diperoleh perbedaan Qtabel taraf signifikansi 0,05 sebesar
hasil bejar yang signifikan antara siswa 3,11, sehingga hasil perhitungan uji
yang mengikuti prolem solving dan Tukey didapatkan bahwa Qhitung >
konvensional. Qtabel.
4. Siswa dengan berpikir kritis rendah,
SIMPULAN DAN SARAN
diperoleh perbedaan hasil belajar
Simpulan
antara siswa yang mengikuti
Dalam hasil penelitian
penerapan problem solving serta
disimpulkan terdapat peningkatan hasil
konvensional. Ini ditunjukkan dari
belajar yang lebih baik pada siswa yang
hasil perhitungan uji Tukey diperoleh
memiliki berpikir kritis tinggi dan rendah
Qhitung 3,16 dan Qtabel taraf signifikansi
yang menerapkan problem solving dalam
0,05 sebesar 3,11, sehingga hasil

437
perhitungan uji Tukey didapatkan Suyitno, Amin. 2020. Penelitian Tindakan
Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.
bahwa Qhitung > Qtabel.
Yustina, S., & Irhasyuarna, Y. (n.d.).
2015. Penerapan Metode
Pembelajaran Problem Solving
Saran
Terhadap Kemampuan Berpikir
Diharapkan guru dapat menerapkan Kritis Siswa Pada Materi Koloid
Kelas Xi Ipa Sma Negeri 4
problem solving agar mengasah berpikir
Banjarmasin Salwa Yustina, Yudha
kritis guna meningkatkan hasil belajar Irhasyuarna, dan Muhammad
Kusasi Pendidikan Kimia FKIP
dalam proses kegiatan belajar.
Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin. 108–117.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, E. I. (2018). Eka Intan Cahyani


Page 1.
Candiasa, M. 2010. Pengujian Instrumen
Penelitian Disertai Aplikasi ITEAM
dan BIGSTEPS. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.
2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Jensen, Eric. 2011. Pembelajaran
Berbasis Otak (Edisi Kedua).
Jakarta: PT Indeks Permata Puri
Media.
Sayfii & Yasin, R.M. (2013). Problem
Solving Skills and Learning
Achievements through Problem-
Based Module in Teaching and
Laerning Biology in High School
Asian Social Science; Vol. 9, No 12;
2013 ISSN 1991-2017 E-ISSN
11911-2025. Published by Canadian
Center of Science and Education.
Sugiyono. 2010b. Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmand. 2015. Teori Belajar
Dan Pembelajaran Disekolah
Dasar. Jakarta: Prenada Media.

438

You might also like