7 +anatolia+hal+63-70

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

P a g e | 63

Jurnal Kesehatan Primer


Vol 6, No 1 Month Mei, pp. 52-70
P-ISSN 2549-4880, E-ISSN 2614-1310
Journal DOI: https://doi.org/10.31965/jkp
Website: http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/jkp

Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana


Anatolia K. Doondori1, Yustina P. M. Paschalia2

1,2
Program Studi Keperawatan Ende, Poltekkes Kemenkes Kupang

Email: telidoondori@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT/ABSTRAK


Artikel Histori: Introduction: The implementation of disaster preparedness
does not only involve the government, but also involves the
Received date: Feb/04/2021 community and health workers. Nurses have a very big role in
Revised date: May/05/2021 preparing for and dealing with the community in the face of a
Accepted date: May/05/2021 disaster. This study aims to determine the role of nurses in
flood disaster management in Kota Baru, Rukun Lima and
Keywords: Nangapanda sub-districts. Methods: This study used a
The role of the nurse; Disaster descriptive method, with a total sample of 42 nurses who
management were selected purposively. The instrument used was a nurse
role questionnaire consisting of 8 statements of pre-disaster, 9
statements of disaster during the disaster and 6 statements of
post-disaster. Results: From the data analysis, it was found
that the role of nurses in disaster management was still in the
poor category, namely the pre-disaster 88%, 76% intra-
disaster and 81% post-disaster. Conclusion: Nurses who are
prepared for disasters can be assisted in physical, mental, and
emotional care efforts. As an initial step towards disaster
preparedness, the government needs to develop an adequate
education, training and financing system so that existing
nursing personnel do not become redundant but are
maximally useful.
P a g e | 64

Kata Kunci: Pendahuluan: Penerapan kesiapsiagaan bencana tidak hanya


Peran Perawat; Penanggulangan melibatkan pemerintah, tetapi juga melibatkan masyarakat
Bencana dan petugas kesehatan. Perawat memiliki peran yang sangat
besar dalam mempersiapkan maupun menangani masyarakat
saat menghadapi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Peran Perawat Dalam Penanggulangan Bencana
Banjir di Wilayah Kecamatn Kota Baru, Rukun Lima dan
Nangapanda. Metode: Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif, dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang perawat
yang dipilih secara purposive. Instrumen yang digunakan
berupa kuesioner peran perawat yang terdiri dari pra bancana
8 pernyataan, saat bencana 9 pernyataan dan pasca bencana
6 pernyataan. Hasil: Dari analisis data didapatkan hasil bahwa
Peran Perawat dalam penanggulangan bencana masih berada
pada kategori kurang yaaitu tahap pra bencana 88%, intra
bencana 76% dan post bencana 81%. Kesimpulan: Perawat
yang dipersiapkan untuk menghadapi bencana bisa
diperbantukan dalam upaya perawatan fisik, mental, dan
emosional.Sebagai langkah awal kesiapsiagaan bencana,
pemerintah perlu mengembangkan sistim pendidikan,
pelatihan, dan pembiayaan yang memadai sehingga tenaga
keperawatan yang ada tidak menjadi mubazir tetapi berguna
secara maksimal.

Copyright© 2021 Jurnal Kesehatan Primer


All rights reserved
Corresponding Author:
Anatolia K. Doondori
Program Studi Keperawatan Ende, Poltekkes Kemenkes Kupang
Email: telidoondori@gmail.com
P a g e | 65

Pendahuluan penting dalam respon penanganan bencana,


Indonesia merupakan daerah yang rawan perawat memiliki peran yang sangat besar
dan berisiko tinggi terhadap bencana. Tidak dalam mempersiapkan maupun menangani
sedikit bencana yang datang secara periodik, masyarakat saat menghadapi bencana.
namun negara ini selalu tidak siap menghadapi Kegagalan peran dan tanggung jawab perawat
bencana. Bencana adalah rangkaian peristiwa berdampak kegagalan dalam menangani korban
yang mengancam dan menggangu kehidupan bencana. Maka selain perawat ahli dalam
yang disebabkan baik oleh faktor alam, faktor bidangnya, perawat juga harus mengetahui
non alam maupun faktor manusia sehingga bagaimana kesiapsiagaan bencana diterapkan
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, sehingga bisa meminimalisir risiko bencana dan
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, memperbesar keberhasilan penanganan korban
dan dampak psikologis (Undang-Undang No.24, bencana.
pasal 1, tentang penanggulangan bencana,
2007, p. 2). Metode
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Ende Penelitian ini bersifat deskriptif melalui
sejak tahun 2017 kejadian bencana sebanyak 86 penelitian survey pada perawat yang berada di
kasus dengan 45 % terjadi bencana banjir Wilayah Kerja Puskesmas Kota Baru, Puskesmas
sedangkan pada tahun 2018 terjadi 73 kasus Rukun Lima dan Puskesmas Nangapanda yang
bencana yang terdiri dari bencana banjir, angin memenuhi kriteria inklusi memiliki pendidikan
topan, dan tanah longsor, dan 40% merupakan minimal D3 keperawatan, minimal telah bekerja
bencana banjir. Perawat sebagai lini terdepan 1 tahun, tidak sedang tugas belajar yang
pada pelayanan kesehatan mempunyai berjumlah 42 orang. Alat ukur yang digunakan
tanggung jawab dan peran yang besar dalam adalah kuesioner terstruktur dengan penilaian
penanganan korban bencana alam (Ahmadi, menggunakan skala Likert dan dikategorikan
Rahimi Foroushani, Tanha, Bolban Abad, & menjadi baik, cukup dan kurang.
Asadi, 2016). Saat ini kebutuhan tenaga
perawat untuk menangani korban bencana di Hasil Penelitian
masyarakat merupakan kebutuhan terbesar Hasil penelitian menunjukkan karakteristik
yaitu sebanyak 33 % dari seluruh tenaga responden sebagai berikut :
kesehatan yang terlibat (Yan, Turale, Stone, &
Petrini, 2015). Tenaga perawat merupakan Kategori Jumlah
f %
tonggak pertama yang akan dicari oleh
Umur 25-30 16 38
masyarakat yang terkena musibah bencana.
31-35 15 36
Fenomena inilah yang membuat penulis tertarik 36-40 11 26
untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan Jenis kelamin Laki-laki 32 76
dan bagaimana peran perawat dalam Perempuan 10 24
menghadapi bencana alam. Pendidikan D3 36 86
Penerapan kesiapsiagaan bencana tidak S1 6 14
hanya melibatkan pemerintah, tetapi juga Lama Kerja < 5 tahun 13 31
melibatkan masyarakat, terutama bagi petugas ➢ > 5 tahun 29 69
kesehatan. Sebagai salah satu komponen yang
P a g e | 66

1. Distribusi responden berdasarkan Peran Pada 4. Distribusi Responden berdasarkan Peran Saat
Pra Bencana menunjukkan bahwa sebagian Bencana menunjukkan bahwa Peran
besar Peran responden pada Pra bencana responden dalam penanggulangan bencana
Kurang yaitu sebesar 88% (37 orang)
adalah Kurang yaitu 34 orang (81%)

40 35
30
30
Baik 25
20 Baik
Cukup 20
Cukup
10 Kurang 15
Kurang
10
0
1st Qtr 5
0

2. Distribusi Responden berdasarkan Peran Saat


Bencana menunjukkan bahwa Peran
Pembahasan
responden saat bencana Kurang yaitu 32
1. Peran Perawat Dalam Tahap Pra Bencana
orang (76%)
Hasil peneltian Peran perawat dalam
tahap pra bencana menunjukkan kategori
35
”kurang” sebanyak 37 orang atau sekitar 88 %.
30
25
Undang-Undang No. 24 tahun 2007
Baik mengartikan bencana sebagai suatu peristiwa
20
Cukup
15 luar biasa yang mengganggu dan mengancam
Kurang
10 kehidupan dan penghidupan yang dapat
5
disebabkan oleh alam ataupun manusia,
0
ataupun keduanya (Toha, 2007). Untuk
menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat
3. Distribusi Responden berdasarkan Peran bencana, dibutuhkan dukungan berbagai pihak
Pasca Bencana menunjukkan bahwa Peran termasuk keterlibatan perawat. Perawat
responden Pasca Bencana adalah Kurang sebagai tenaga kesehatan hendaknya berada di
yaitu 36 orang (86%) lini terdepan dalam penanganan bencana di
Indonesia yang diawali pada tahap mitigasi atau
40 tahap pra bencana sehingga dapat
35 mengantisipasi pencegahan terjadinya bencana
30
maupun dampaknya
25 Baik
Berdasarkan hasil penelitian diatas
20 Cukup
15 Kurang
maka dapat diketahui bahwa sebagian besar
10 perawat baik di Puskesmas Kota Baru, Rukun
5 Lima dan Nangapanda belum berperan aktif
0 dalam tahap pra bencana sebagai upaya
pencegahan bencana. Sejauh ini, tidak hanya
di Puskesmas-Puskesmas tempat penelitian
P a g e | 67

namun di Indonesia bahkan di negara-negara kemampuan perawat dalam penanganan


lain juga dihadapkan pada kondisi kurangnya bencana, terdapat beberapa kompetensi yang
peran perawat dalam respon terhadap harus dipenuhi yaitu: First aid, Basic Life
penanganan bencana. Sehingga diperlukan Support (BCLS), Advanced Cardiovascular Life
suatu pengetahuan dan kompetensi yang Support (ACLS), infection control, field triage,
mumpuni oleh seorang perawat untuk pre-hospital trauma life support, advanced
mengimbangi potensi dan kompleksitas trauma care nursing, post traumatic
bencana dan dampaknya yang mungkin akan psychological care, dan peri-trauma counseling.
lebih besar pada masa mendatang. Pertemuan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
yang dilakukan oleh American Public Health menunjukkan bahwa responden di Puskesmas
Association pada tahun 2016 telah Kota Baru, Rukun Lima dan Nangapanda yang
menyebutkan bahwa diperlukan kesiapan dari hampir tidak pernah medapatkan ilmu maupun
tenaga kesehatan dalam mengahadapi kejadian ketrampilan yang mendukung Perawat
luar biasa melalui pendidikan bencana yang berperan aktif dalam penanggulangan bencana.
menjadi prioritas dalam kurikulum (WHO dan
ICN, 2009). 2. Peran Perawat Saat Tahap Bencana
Kondisi emergensi dan disaster Hasil distribusi frekuensi Peran perawat
merupakan suatu peristiwa yang membutuhkan saat bencana menunjukkan kategori ”kurang”
kompetensi yang unik dalam penanganannya. sebanyak 32 orang atau sekitar 76 %.
Dalam setiap tahapan penanganan bencana, Kompetensi keperawatan Bencana yang harus
perawat membutuhkan kompetensi yang dimiliki oleh seorang perawat saat terjadi
berbeda-beda. Pada tahap mitigasi-prevention bencana adalah perawatan komunitas,
and preparedness competencies, kompetensi keperawatan individu dan keluarga, perawatan
yang dibutuhkan adalah public health psikologis dan perawatan pada klompok rentan.
promotion and education. Pada tahap ini Pada pelitian ini perawat belum melakukan
perawat memiliki peran untuk memberikan semua tindakan pertolongan yang sesuai
pendidikan dan promosi kesehatan terkait dengan kompetensi perawat bencana. Perawat
pencegahan bencana, tanda-tanda bencana, hanya melakukan tindakan dasar yang bisa
penanggulangan bencana oleh masyarakat dan dilakukan yaitu membantu memberikan
juga respon masyarakat saat terjadi bencana pelayanan unytuk memenui kebutuhan dasar
(WHO dan ICN, 2009). Pada hasil penelitian korban dan apabila kondisi pasien kritis maka
nampak bahwa sebagian besar (64%) responden akan dirujuk ke Rumah sakit.
di Puskesmas Kota Baru, Rukun Lima dan Hasil penelitian yang didapatkan oleh
Nangapanda tidak pernah berartisipasi dalam Yin (2011) menunjukkan hasil yang sedikit
kegiatan pendidikan kesehatan tentang berbeda dengan yang dilakukan oleh Fung
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. (2008). Hal ini terjadi karena partisipan pada
Penelitian lain dilakukan oleh Fung, masing-masing penelitian memiliki karakteristik
Loke, dan Lai (2008) kepada 164 perawat berbeda. Pada penelitian Yin, partisipan yang
Register Nurse (RN) yang melanjutkan study S 2 terlibat mengalami sendiri ikut serta dalam tim
Keperawatan di Universitas di Hongkong. penanganan bencana gempa bumi di
Penelitian ini menyebutkan, untuk mendukung Wenchuan, sedangkan partisipan Fung belum
P a g e | 68

memiliki pengalaman dalam penanganan skunder seperti di Rumah Sakit (Suparto &
bencana. Kondisi Yang ada pada perawat di Williams, 2016; Shields & Hartati, 2003).
Puskesmas Kota Baru, Rukun Lima dan Besarnya tenaga perawat dan
Nangapanda tidak sejalan dengan hasil keterlibatan langsung yang luas dalam area
penelitian yang dilakukan oleh Fung pelayanan kesehatan mestinya mendorong
karenaketerbatasan pengetahun dan pemerintah untuk bisa memaksimalkan tenaga
ketrampilan yang dimiliki. Perawat hanya perawat dalam upaya penuntasan masalah
memalukuan pelayanan untuk pemenuhan psikologis korban pasca bencana.
kebutuhan dasar korban serta membantu Memaksimalkan peran perawat sudah
transportasi pasien sambil mengkaji, lama digunakan di beberapa negara. Di Jepang
menobservasi dan memantau kondisi pasien misalnya, sebagai negara rawan bencana,
dan segera diungsikan ke temapt yang lebih pemerintahannya terus meningkatkan
aman. kebutuhan untuk lebih mengeksplorasi peran
perawat khusus bencana. Kesempatan
3. Peran Perawat Dalam Tahap Pasca Bencana pendidikan berkelanjutan soal penangangan
Hasil penelitian Peran perawat pada bencana terus dikembangkan (Kako, 2014).
tahap pascabencana menunjukkan kategori Penelitian yang dilakukan oleh
”kurang” sebanyak 36 orang atau sekitar 86 %. Munandar dan Wardaningsih (2018)
Salah satu faktor pasca bencana yang harus menjelaskan beberapa hal yang perlu dilakukan
menjadi perhatian adalah dampak psikologis untuk memaksimalkan peran perawat Indonesia
para korban bencana. Beberapa studi yang dalam mengatasi dampak bencana adalah
mengkaji fungsi psikologis setelah paparan pengembangan keterampilan, kesadaran diri,
bencana di Indonesia umumnya menyimpulkan minat, intelektual, kerjasama, dan motivasi
bahwa banyak korban pasca bencana perlu dipersiapkan untuk mendukung
mengalami gejala stres pasca trauma yang penanggulangan bencana; Perawat perlu
dikaitkan dengan kehilangan, depresi, dan dipersiapkan secara psikologis berupa
kekhawatiran akan terjadinya bencana berulang kemampuan kognitif, intelektual, minat, sikap,
di masa depan (Musa et al., 2014; Juth et al., pendidikan, keterampilan klinis, dan
2015; Pratiwi, Hamid, dan Fadhillah, 2018). pemahaman penyelamatan dengan prinsip-
Salah satu tenaga profesional yang bisa prinsip dasar dukungan psikososial.
dilibatkan dalam proses perawatan adalah Kondisi akibat bencana yang serius dan
tenaga perawat sebab tenaga keperawatan kemungkinan untuk terus mengalami bencana
adalah salah satu tenaga kesehatan yang karena letak geografis seharusnya telah
jumlahnya lebih besar dibandingkan tenaga mendorong kita untuk lebih bersiap dalam
kesehatan lainnya di Indonesia. Kementrian menghindari bencana dan juga proses
Kesehatan melaporkan 49% tenaga kesehatan penanganan pasca bencana dengan melakukan
di Indonesia adalah perawat (Kemenkes, 2017). pelatihan-pelatihan terkait bencana.
Selain ada dalam jumlah besar, perawat juga
bekerja langsung dalam pelayanan kesehatan
primer seperti di Puskesmas dan juga pelayanan
P a g e | 69

4. Peran Perawat Dalam Penanggulangan penanggulangan bencana. Ada beberapa hal


Bencana yang mengakibatkan perawat memainkan peran
Hasil distribusi frekuensi Peran perawat penting dalam penanggulangan bencana.
dalam penanggulangaan bencana menunjukkan Pertama, perawat memiliki skill. “Skill
kategori ”kurang” sebanyak 34 orang atau yang dimiliki perawat itu luas, mulai dari
sekitar 81 %. Hal ini secara umu mungkin memberikan terapi hingga preventif, Kedua,
disebabkan oleh belum tersedianya tenaga perawat itu kreatif dan mudah beradaptasi
kesehatan khususnya perawat bencana, fasilitas serta bisa bekerja sama dengan seluruh unsur
dan kompetensiyang masih kurang karena penanggulangan bencana. Ada beberapa hal
berdasarkan hasil peneltian banyak perawat yang bisa perawat lakukan dalam
yang belum memiliki kompetensi spesifikdalam penanggulangan bencana. Hal pertama yang
penangulangan bencana karena minimnya dapat dilakukan adalah membantu melakukan
pelatihan-pelatihan terkait yang diikuti oleh pencarian, penyelamatan, dan melokalisasi
para perawat di Puskesmas. korban. Kedua, triage, hal itu mengharuskan
Sekilas peran perawat dalam perawat untuk melakukan identifikasi secara
penanggulangan bencana tidak hanya cepat korban bencana yang membutuhkan
mengurangi morbiditas dan mortalitas korban stabilisasi segera. Ketiga, pertolongan pertama,
bencana pada saat respon darurat. Perawat pertolongan pertama yang dilakukan seperti
berperan juga untuk mempersiapkan mengobati luka rubfab serta melakukan
masyarakat siap menghadapi bencana dengan pertolongan bantuan hidup dasar. Keempat,
meningkatkan resilience. Menurut International membantu proses pemindahan korban.
Council of Nurses (ICN) kompetensi perawat Pemindahan korban bencana tidak boleh
bencana muncul pada fase mitigasi, dilakukan oleh sembarang orang, perawat
preparedness, relief, pemulihan dan dibekali kemampuan untuk memeriksa kondisi
rehabilitasi. Misalnya pada fase preparedness, dengan memantau tanda-tanda vital sehingga
perawat melakukan pengkajian kebutuhan dapat melakukan pemindahan korban dengan
komunitas, pada fase akut memberikan baik. Kelima, perawatan di rumah sakit.
perawatan fisik dan mental bagi korban, pada Keenam, melakukan Rapid Health Assesment.
fase pemulihan berperan untuk mengembalikan
fungsi pelayanan kesehatan. Kesimpulan
Ada empat permasalahan dalam 1. Hasil distribusi frekuensi Peran perawat
penanggulangan bencana. Pertama, kurangnya dalam tahap pra bencana menunjukkan
pemahaman tentang karakteristik bahaya. kategori ”kurang” sebanyak 37 orang atau
Kedua, sikap dan perilaku yang menurunkan sekitar 88 %.
kualitas sumber daya alam. Ketiga, kurangnya 2. Hasil distribusi frekuensi Peran perawat saat
informasi atau peringatan dini yang bencana menunjukkan kategori ”kurang”
mengakibatkan ketidaksiapan. Serta, keempat, sebanyak 32 orang atau sekitar 76 %.
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam 3. Hasil distribusi frekuensi Peran perawat pada
menghadapi ancaman bencana. Menurut tahap pascabencana menunjukkan kategori
International Concil of Nurses (ICN), perawat ”kurang” sebanyak 36 orang atau sekitar
memainkan peran penting dalam 86%.
P a g e | 70

Daftar Pustaka Magnaye, B., S. L. Munoz, (2014). "The Role


Arlinta, A. (2017). "Pengaruh Kompetensi Preparedness And Management Of Nurses
terhadap Kinerja Perawat dalam During Disaster." E-International Scientific
Kesiapsiagaan Triase dan Kegawatdaruratan Research Journal III (4).
pada Korban Bencana Massal di Puskesmas
Langsa Baro Tahun 2015. Nurjannah, dkk. 2014. Manajemen Bencana.
"http://repository.usu.ac.id/handle/1234567 Bandung: Alfabeta.
89/47959(3-Jul-2017). Ramli, Soehatman. 2015. Manajemen Bencana.
Jakarta: Dian Rakyat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Savage, C., & Kub, J. (2015). Public health and
2015. Rencana Nasional Penanggulangan nursing: A natural partnership.International
Bencana 2015-2019. BNPB, Jakarta. Journal of Environmental Research and
Public Health, 6, 2843-2848.
BPBD Kabupaten Ende.2018. Data Bencana di
Kabupaten Ende Zarea, K., S. Beiranvand, et al. (2014). "Disaster
Nursing in Iran : Challenges and
Hassmiller, B. and A. Stanley (2014). Public Opportunities." Elsevier: 7.
Health Nursing and the Disaster
Management Cycle, Elsevier.

International Council Nursing (ICN), Center of


Excellence (COE); Nursing Emergency
Preparedness Education Coalition (NEPEC) :
Position Statement. Nurses and Disaster
Preparedness. Available at www.icn.ch/
psdisasterprep01.htm. Accessed 07
Nopember 2018

International Federation of Red Cross and Red


Crescent Sociaties (2015). Disaster
Emergency Needs Assessment. Disaster
Preparedbess Training Programme

Jevon, P. and B. Ewens (2014). Pemantauan


Pasien Kritis. Seri Keterampilan Klinis untuk
Perawat. Jakarta, Erlangga Medical Series.

Kemenkes RI (2017). Pedoman Penanggulangan


Krisis Kesehatan Akibat Bencana.

You might also like