Professional Documents
Culture Documents
Dinamika Dan Tantangan Penggunaan Dan Pemanfaatan
Dinamika Dan Tantangan Penggunaan Dan Pemanfaatan
Abstract: Small island land resource management has specific characteristic, differ from its main island, due
to its geographical characteristic. Moreover, small Island is also vulnerable due to climate changes. Located
on Sumenep District, East Java, Masalembu is one of the example of inhabited small island in Indonesia,
represent the dynamic and land use management in small island area. This research use DPSIR (drivers,
pressures, states, impacts, and responses) method to capture those dynamics. The results show that the
dynamics of land use and utilization in Masalembu are described as follow: (i) land use and utilization
activities are highly influenced by economic growth, climate change due to the fluctuation of marine
products, and population growth; (ii) climate change, together with exploitation of marine resources,
resulting the decrease of marine products, thus drive the population to start and to cultivate the land for
improving their income. In the long run, land products from agriculture and farming sectors become
competitive commodities beside fisheries; (iii) the absence of zonation, strategic, and action plans on land
use and utilization control giving the consequences of unstructured, unplanned, and unsustainable land use
and utilization.
Keywords: small island, sustainable small island, DPSIR, small island spatial planning.
Intisari: Pengelolaan sumberdaya tanah di pulau kecil memiliki ciri khusus yang berbeda dengan pulau
induk, terkait karakteristik geografisnya. Selain itu, pulau kecil juga memiliki kerentanan terhadap
fenomena perubahan iklim. Masalembu, merupakan salah satu contoh dari ribuan pulau kecil berpenghuni
di Indonesia yang dapat mewakili gambaran dinamika pengelolaan dan pemanfaatan lahan di wilayah pulau
kecil. Penelitian ini menggunakan metode DPSIR (drivers, pressures, states, impacts, dan responses) untuk
menangkap gambaran dinamika tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika penggunaan dan
pemanfaatan lahan di Pulau Masalembu dapat dilihat sebagai berikut: (i) aktivitas penduduk atas tanah
sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, perubahan iklim yang menyebabkan pasang surutnya
hasil perikanan laut, dan pertumbuhan penduduk baik yang terjadi karena kelahiran maupun migrasi; (ii)
perubahan iklim serta eksploitasi sumberdaya laut yang berlebihan sehingga tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan ekonomi masyarakat, menjadi faktor pendorong masyarakat untuk mulai memanfaatkan tanah
sebagai alternatif penghasilan, yang kemudian beralih menjadi komoditas unggulan, serta (iii) tidak adanya
rencana zonasi dan rencana strategis penggunaan dan pemanfaatan tanah membuat pola-pola penggunaan
dan pemanfaatannya menjadi tidak terstruktur dan terencana, serta tidak memenuhi prinsip sustainability.
Kata Kunci: pulau kecil, sustainable small island, DPSIR, tata ruang pulau kecil.
Naskah Diterima: 16 Maret 2018 Direview: 13 April 2018 Disetujui: 08 Mei 2018
Sukmo Pinuji, Muh Arif Suhattanto, Tjahjo Arianto, Dinamika dan Tantangan ... 104-116 103
Gambar 1. Skema Konseptual Model DPSIR (Smeeth & serta pusat aktivitas ekonomi bagi Kecamatan
Weterings, 1999)
Masalembu. Pulau ini dapat dicapai melalui 2
(dua) pelabuhan, yaitu dari Pelabuhan Tanjung
Perak di Surabaya dan Pelabuhan Kalianget
di Sumenep. Tiga kapal perintis yang dikelola
oleh Pelni melayani jalur pemberangkatan dari
dan ke Masalembu setiap 5 (lima) hari sekali,
yang sangat tergantung pada kondisi cuaca
Penggunaan metode DPSIR ini sangat
dan kondisi perairan di sekitar Masalembu.
bermanfaat dalam menentukan strategi
Dari kedua pelabuhan tersebut, Masalembu
penyelesaian masalah lingkungan, guna
dapat dicapai dengan 10 – 12 jam perjalanan,
mengambil keputusan berdasarkan hasil
tergantung pada kondisi cuaca. Lokasi wilayah
formulasi hubungan antara aktivitas manusia
penelitian Pulau Masalembu dapat dilihat pada
yang terdiri dari beberapa sektor dengan
Gambar 3 berikut.
lingkungan hidup, yang dipandang sebagai
sebuah rantai keterikatan (Giupponi 2002). Hal Gambar 3. Lokasi Penelitian.
tersebut digambarkan pada Gambar 2 berikut.
Sisanya adalah perantau dari Pulau Jawa, Pada peta yang ditunjukkan di Gambar
Sulawesi, dan sekitarnya. Mata pencaharian 4 dapat dilihat bahwa penggunaan paling
utama penduduk Masalembu adalah nelayan, dominan dari wilayah tersebut adalah untuk
meskipun saat ini sudah mulai bergeser pada perkebunan, diikuti dengan permukiman.
perkebunan (kelapa, cabe jamu, dan cengkih). Wilayah permukiman terutama terkonsentrasi
Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, di wilayah pesisir pantai di bagian selatan pulau,
komoditas perkebunan serta peternakan yang juga merupakan pintu masuk menuju
menjadi ‘primadona baru’ bagi masyarakat Pulau Masalembu, dengan adanya dermaga
Masalembu, ketika harga pasaran untuk di tempat tersebut. Wilayah sekitar dermaga
komoditas ini mulai bernilai ekonomi tinggi di pesisir selatan pulau juga merupakan pusat
di pasaran. Komoditas lain yang menonjol dari kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan dan
Masalembu adalah sapi. Beternak sapi, bagi fasilitas umum. Semakin ke tengah ke arah
etnis Madura, selain memiliki nilai tambah utara, kontur tanah semakin tinggi. Wilayah
ekonomi, juga merupakan bagian dari budaya tengah didominasi oleh pegunungan berbatu,
mereka sejak dulu. Sapi dari Pulau Masalembu dan merupakan kawasan dengan sumber air
memiliki pasaran yang bagus dan dipasok bersih bagi seluruh pulau. Penduduk dengan
secara rutin ke wilayah Kalimantan. Pada etnis Madura, yang rata-rata selain bekerja
tahun 2016, tercatat sejumlah 5000 ekor sapi sebagai nelayan juga berdagang, menjadi
telah diperdagangkan ke luar pulau, terutama penghuni mayoritas daerah pesisir selatan.
ke Kalimantan melalui pelabuhan Batu Licin. Semakin ke tengah, suku Mandar dan Bugis,
yang lebih banyak melakukan aktivitas
2. Pemanfaatan Ruang di Pulau Masalembu berkebun, mendiami daerah di wilayah
Untuk mendeskripsikan pemanfaatan ruang pegunungan di bagian tengah pulau. Di wilayah
di Pulau Masalembu, dilakukan kategorisasi Masalembu, etnis tertentu biasanya menghuni
penggunaan tanah menjadi 4 (empat) kelas, yaitu wilayah tertentu pula, sehingga dapat kita
wilayah hutan, permukiman, padang rumput, jumpai beberapa perkampungan yang dinamai
dan perkebunan. Visualisasi penggunaan tanah berdasarkan mayoritas etnis yang ada di sana,
dapat dilihat pada Gambar 4. seperti Kampung Mandar, Kampung Bugis,
dan Kampung Raas.
Gambar 4. Peta Penggunaan Tanah di Pulau Masalembu Perkebunan di wilayah Masalembu
didominasi dengan komoditas kelapa, cengkih,
dan cabe jamu. Pada dekade tahun 1990 kelapa
dan cabe jamu menjadi komoditas utama
Masalembu. Selain bertani, masyarakat mulai
beralih ke perkebunan. Hutan dan tanah kosong
mulai dikonversi untuk menanam kelapa,
cabe jamu, dan cengkih. Dalam waktu yang
bersamaan, masyarakat juga mulai menyadari
arti penting tanah, dan tanah mulai memiliki
nilai ekonomi tinggi bagi mereka. Penduduk
mulai memandang tanah sebagai komoditas
Sumber: Peta RBI Skala 1:25.000 dengan dilakukan yang memiliki nilai investasi tinggi, dan jual
reklasifikasi dan generalisasi penggunaan tanah. beli tanah, yang dulu belum marak, mulai
Sukmo Pinuji, Muh Arif Suhattanto, Tjahjo Arianto, Dinamika dan Tantangan ... 104-116 107
terjadi. Investasi tanah ini terutama dilakukan Madura merupakan bagian dari budaya
untuk melakukan ekspansi kebun kelapa, di mereka, karena selain memiliki nilai ekonomi
samping pula sebagai padang penggembalaan juga merupakan lambang status sosial. Sapi
ternak dan sumber pakan ternak sapi. Masalembu dianggap memiliki kualitas yang
Meskipun sektor perkebunan dilakukan bagus, sehingga para pedagang berani membeli
secara intensif di wilayah Masalembu, dengan harga tinggi, dan para peternak
pengelolaan perkebunan masih dilakukan memperoleh keuntungan yang tinggi pula. Hal
secara tradisional. Masyarakat Masalembu, ini kemudian menjadi daya tarik ekonomi bagi
yang memiliki latar belakang nelayan dan penduduk Masalembu lainnya, sehingga sapi
kurang memiliki pengalaman dalam bercocok kemudian mulai diternakkan secara intensif di
tanam dan mengelola pertanian secara Masalembu. Ditambah dengan menurunnya
otodidak. Tidak adanya pendampingan dari kualitas dan kuantitas hasil perkebunan, serta
pemerintahdalam hal perkebunandan bercocok menurunnya harga komoditas perkebunan di
tanam sehingga pola pengelolaan tanah pasaran, masyarakat mulai mengembangkan
mereka cenderung over eksploitatif, dengan ternak sapi. Tidak hanya suku Madura, tapi
mengoptimalkan penggunaan pupuk dan penduduk dari etnis lain juga mulai beternak
bahan kimia lainnya yang dapat memberikan sapi.
hasil panen dalam kuantitas yang banyak. Di Pulau Masalembu juga banyak ditemui
Sebagai konsekuensinya, terjadi degenerasi padang penggembalaan sebagai tempat
kualitas tanah yang berdampak langsung pada bagi penduduk untuk menggembalakan
menurunnya kualitas dan kuantitas tanaman ternaknya seperti sapi dan kambing. Padang
perkebunan yang sudah dirasakan oleh penggembalaan ini sebenarnya adalah tanah
masyarakat sejak 5 tahun terakhir. Kualitas pemerintah, yang dulu direncanakan untuk
dan kuantitas panen seperti kelapa, cabe jamu, pembangunan bandara. Karena pembangunan
dan pisang menurun, ditambah pula dengan bandara tersebut tertunda, akhirnya padang
adanya hama yang menyebabkan panenan tersebut menjadi tanah terlantar yang
tidak sebagus dulu, yang menyebabkan ditumbuhi oleh rumput.
menurunnya pendapatan para petani dari Semakin intensifnya kegiatan perkebunan
sektor perkebunan. Penggunaan bahan kimia dan peternakan di Masalembu, selain
yang berlebihan tersebut, selain menyebabkan dipengaruhi oleh pasar yang menjanjikan,
chemical pollution yang akan berpengaruh juga dikarenakan karena banyak masyarakat
terhadap kualitas tanah, dikhawatirkan juga yang tidak dapat lagi menggantungkan
akan menyebabkan pencemaran air tanah. Hal mata pencaharian mereka semata dari
ini dapat berdampak serius mengingat bahwa sektor nelayan. Masyarakat Masalembu
air tanah merupakan satu-satunya sumber air menyebutkan bahwa hasil tangkapan ikan
bersih yang digunakan oleh penduduk pulau sekarang menurun banyak jika dibandingkan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. tahun-tahun sebelumnya, sebagai akibat dari
Pola pertanian di Masalembu juga eksploitasi penangkapan ikan yang dilakukan
memiliki keunikan tersendiri, terkait dengan oleh kapal-kapal besar dan pola penangkapan
aktivitas beternak sapi yang merupakan yang tidak memenuhi kaidah sustainability.
bagian dari sistem sosial mereka. Pada Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan
mulanya, hanya etnis Madura yang beternak cuaca yang tak menentu di perairan pulau
sapi di Masalembu. Beternak sapi bagi suku Jawa, yang menyebabkan musim tangkapan
108 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018
ikan juga berubah. Para nelayan Masalembu, 3. Pengaruh Pemanfaatan Ruang terhadap
yang kebanyakan adalah nelayan tradisional, Dinamika Penggunaan Tanah
merasakan bahwa sektor nelayan tidak dapat Untuk dapat memahami secara lebih
dijadikan sebagai sumber mata pencaharian jelas tentang dinamika penggunaan tanah
utama bagi mereka. yang terjadi di Pulau Masalembu, digunakan
Dalam deskripsi pola pemanfaatan tanah metode DPSIR. Metode ini merupakan
di wilayah Masalembu tersebut, dapat dilihat merupakan metode yang umum digunakan
bahwa penggunaan tanah paling dominan dalam melakukan evaluasi lingkungan
adalah untuk perkebunan, pertanian, hidup, dan dikembangkan oleh European
peternakan dan permukiman (perumahan, Environmental Agency (EEA), European Union
perdagangan, pusat layanan masyarakat/ (EU) dan European Commission (EC) pada
fasilitas umum maupun untuk keperluan tahun 1999 (Jago-on et.al. 2009; Lin, Xue & Lu
industri). Sektor permukiman dan aktivitas 2007). Metode ini merupakan pengembangan
ekonomi terutama berpusat di sekitar dari metode PSR (Pressure-Status-Response)
dermaga di wilayah selatan pulau, sementara yang dikembangkan oleh Organization for
perkebunan dan pertanian terutama terletak Economic Cooperation and Development
di wilayah tengah. Pemerintah setempat (OECD) pada tahun 1993, dan diadopsi oleh
maupun warga masyarakat sebenarnya sudah EEA menjadi DPSIR (driver-pressure-status-
mulai menyadari adanya ancaman konflik impact-response). Metode DPSIR telah
kepentingan spasial terkait dengan penggunaan banyak digunakan untuk melakukan analisis
dan pemanfaatan tanah. Masyarakat juga terhadap berbagai macam permasalahan
sudah menyadari adanya ancaman degradasi lingkungan, karena dianggap dapat dijadikan
kualitas tanah yang dapat mengurangi daya sebagai framework yang lebih komprehensif
dukung tanah terutama yang dirasakan oleh dalam melakukan analisis terhadap hubungan
sektor pertanian dan perkebunan. Meskipun sebab-akibat (driver-D dan impact-I) terhadap
begitu, sampai saat ini belum ada pengaturan berbagai macam permasalahan lingkungan.
tertentu terkait zonasi penggunaan tanah di Dalam metode ini, permasalahan lingkungan
wilayah Masalembu, termasuk juga peraturan ditempatkan sebagai variabel untuk
terkait penggunaan pemanfaatan tanah yang menunjukkan sebab-akibat dan hubungannya
bersifat sustainable. Sistem masyarakat juga dengan aktivitas manusia yang menyebabkan
tidak memiliki pengaturan ataupun kebijakan tekanan (pressure-P) kepada lingkungan,
yang bersifat lokalitas (kearifan lokal) terkait perubahan atas kondisi awal (state-S) dan
dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah. respon lingkungan atas perubahan tersebut
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga belum (response-R) (Jago-on et al. 2009).
memiliki rencana aksi maupun rencana Dalam contoh Pulau Masalembu, pola
zonasi terkait penggunaan pemanfaatan tanah penggunaan tanah yang ada saat ini sangat
di wilayah Masalembu. Selain itu, kontrol berpengaruhterahadapdinamikadanperubahan
terhadap penggunaan dan pemanfaatan yang ada. Dengan memahami secara lebih
tanah dalam melakukan pengelolaan dan mendalam mengenai drivers, pressures, states,
pemanfaatan tanah, masyarakat masih impacts dan responses, kita akan dapat lebih
berpegang kepada memperoleh keuntungan memahami bagaimana dinamika penggunaan
ekonomi sebesar-besarnya, tanpa berorientasi tanah di pulau kecil, khususnya Masalembu.
pada kebutuhan masa depan. Analisis ini akan sangat berguna untuk
Sukmo Pinuji, Muh Arif Suhattanto, Tjahjo Arianto, Dinamika dan Tantangan ... 104-116 109
digunakan sebagai bahan dalam pengambilan yang semakin luas. Tidak hanya digunakan
rumusan kebijakan pengembangan Rencana sebagai wilayah permukiman, tetapi juga
Strategis, Rencana Zonasi, dan Rencana Aksi untuk pengembangan wilayah untuk kegiatan
bagi penataan penggunaan dan peruntukan ekonomi, seperti pasar, lokasi industri, pusat
tanah di wilayah pulau kecil. Analisis DPSIR pelayanan masyarakat dan fasilitas umum,
untuk penggunaan tanah Pulau Masalembu sektor jasa dan lain sebagainya.
dapat dilihat pada Gambar 5. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
secara global juga berpengaruh terhadap
Gambar 5. Analisis DPSIR untuk Dinamika Penggunaan
dan Pemanfaatan Tanah di Wilayah Pulau Masalembu meningkatnya aktivitas ekonomi di
Masalembu, dan berlangsung secara
simultan dengan pertumbuhan penduduk.
Bertambahnya penduduk akan semakin
menarik para pendatang untuk bermigrasi ke
Pulau Masalembu dan membuka lapangan
kerja di sana sebagai pedagang, buruh, maupun
pegawai. Selain itu, migrasi musiman yang
terjadi saat musim tangkap ikan juga berperan
serta dalam meningkatnya aktivitas ekonomi
di Masalembu. Pada saat musim tangkap
ikan yang biasanya pada bulan April sampai
Desember (dengan puncak penangkapan
pada bulan Agustus – Oktober), para nelayan
musiman (pocokan) yang kebanyakan
berasal dari Sulawesi, Lamongan, Gresik, dan
sekitarnya berdatangan ke Masalembu dan
bekerja sebagai buruh nelayan pada kapal
penangkapan ikan.
Pressure (tekanan)
Drivers (faktor pendorong) Definisi mengenai pressures (tekanan)
Drivers (faktor pendorong) merupakan dalam analisis ini adalah segala aktivitas
suatu kondisi yang menyebabkan terjadinya manusia yang memberikan tekanan ataupun
perubahan, biasanya berupa pertumbuhan mempercepat terjadinya perubahan terhadap
ekonomi dan sosial yang bersifat global kondisi awal lingkungan (Giupponi 2002).
(Giupponi 2002; Jago-on et al. 2009). Faktor Semakin berjalannya waktu, masyarakat
utama yang berperan sebagai drivers dalam semakin merasakan bahwa menangkap ikan
pola penggunaan dan pemanfaatan tanah yang (sektor nelayan) tidak dapat memenuhi
ada saat ini adalah pertumbuhan penduduk kebutuhan hidup mereka. Selain karena hasil
dan pertumbuhan ekonomi. tangkapan yang menurun (akibat eksploitasi
Pertumbuhan penduduk, baik yang sumberdaya laut yang tidak memperhitungkan
berasal dari faktor migrasi maupun kelahiran keberlangsungan di masa datang), cuaca
(pertumbuhan penduduk alami), memberikan ekstrem juga sering menyebabkan masyarakat
konsekuensi terhadap kebutuhan tanah Masalembu tidak dapat turun untuk melaut.
110 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018
Hal ini kemudian mulai mendorong masyarakat adanya sistem pergiliran tanaman, tidak adanya
Masalembu untuk bertani/berkebun. sistem perkebunan dan peternakan komunal,
Sejalan dengan hal tersebut, peternakan irigasi yang baik, cadangan pakan yang
di Masalembu juga semakin berkembang. memadai dan lain sebagainya, menyebabkan
Seperti halnya sektor perkebunan, peternakan perkebunan dan peternakan di Masalembu
(sapi) juga memberikan keuntungan yang mengalami penurunan baik dalam bentuk
menjanjikan bagi masyarakat. Berkembangnya kuantitas maupun kualitas. Hal ini berdampak
ternak sapi ini setidaknya memberikan 3 dengan menurunnya pendapatan masyarakat
(tiga) konsekuensi dalam penggunaan dan dalam sektor ini, yang malah semakin memicu
pemanfaatan tanah, yaitu (1) penyediaan tempat masyarakat untuk semakin mengeksploitasi
untuk pemeliharaan sapi yang memenuhi tanah mereka secara lebih intensif dan tidak
persyaratan lingkungan dan kesehatan (2) terukur.
penyediaan pakan yang membutuhkan tanah,
dan (3) pengelolaan limbah peternakan. Ketiga State (perubahan atas keadaan awal)
hal ini kemudian yang berpengaruh terhadap Dalam analisis DPSIR, state didefinisikan
pemanfaatan tanah yang digunakan untuk sebagai kualitas lingkungan seperti air,
mendukung peternakan di Masalembu. tanah, udara, dan lain sebagainya. State
Dalam ekosistem pulau kecil yang merupakan konsekuensi dari pressures yang
memiliki keterbatasan ketersediaan mendorong manusia untuk melakukan
tanah, rencana pengembangan dan zonasi kegiatan yang berdampak pada berubahnya
pemanfaatan tanah sangatlah penting untuk kualitas lingkungan untuk memenuhi
mencapai pembangunan dan pengelolaan kebutuhan (Giupponi 2002). Dalam kasus
yang berkelanjutan. Meskipun begitu, Masalembu, akibat dari naiknya tekanan
Masalembu, dan juga banyak pulau kecil ekonomi akibat menurunnya harga komoditas
berpenghuni lainnya, belum memiliki perkebunan serta kualitas dan kuantitasnya,
rencana pengembangan tersebut. Selain itu, serta menurunnya hasil tangkapan ikan,
sistem masyarakat sendiri belum memiliki masyarakat kemudian mulai beralih untuk
nilai ataupun norma yang berkaitan dengan memanfaatkan sumber daya tanah sebagai
pemanfaatan dan pelestarian lingkungan sumber mata pencaharian. Perkebunan dan
pulau yang dapat menjamin keberlangsungan peternakan mulai dikembangkan secara
ekosistem dan daya dukung lingkungan. masif dan intensif. Ditambah dengan mulai
Demikian juga dalam pengelolaan perkebunan, meningkatnya harga pasaran komoditas
pertanian, dan peternakan dilaksanakan secara perkebunan dan peternakan, masyarakat
otodidak oleh masyarakat yang sebagian besar mulai bergeser untuk menjadikan kedua hal
tidak memiliki pengalaman dalam pengolahan tersebut sebagai mata pencaharian utama yang
tanah. Dengan tidak adanya pendampingan lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan
dari pemerintah ataupun pendidikan yang perikanan. Hal ini juga mendorong masyarakat
memadai tentang sistem perkebunan yang untuk berinvestasi dalam bentuk tanah,
sustainable, masyarakat tidak mengindahkan yang berimbas pada naiknya nilai tanah di
keberlangsungan kelestarian lingkungan hidup masyarakat. Dengan tidak adanya pengaturan
saat melakukan pengelolaan perkebunan zonasi pemanfaatan dan penggunaan tanah
dan peternakan mereka. Penggunaan pupuk di wilayah Masalembu, masyarakat tidak
artifisial dan pestisida yang berlebihan, tidak memiliki perencanaan maupun pengaturan
Sukmo Pinuji, Muh Arif Suhattanto, Tjahjo Arianto, Dinamika dan Tantangan ... 104-116 111