Professional Documents
Culture Documents
Makalah KMB 1 (8 TB Paru)
Makalah KMB 1 (8 TB Paru)
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal bedah 1
Dosen Pengampu: Ns. H. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Asep Ramdan k
2. Ayesha Nilam P
3. Dela Rijkiaji
4. M. Syahrul K
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
WIRAUTAMA
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW beserta para
sahabatnya dan umatnya hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupan akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Asuhan keperawatan pada system respiratori: TB paru.” Tidak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. H. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep. selaku
dosen pengampu Keperawatan Medikal Bedah I yang telah memberikam tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Pengertian TB Paru...........................................................................................................5
B. Etiologi TB paru...............................................................................................................5
C. Patofisiologi Klinik..........................................................................................................7
D. Pencegahaan TB paru.......................................................................................................8
E. Pemeriksaan penunjang.....................................................................................................8
F. Penatalaksanaan.................................................................................................................9
G. Terapi medik....................................................................................................................10
I. Asuhan Keperawatan.......................................................................................................12
A. Kesimpulanan................................................................................................................43
B. Saran..............................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi dan
berpotensi serius terutama pada organ paru-paru. Penyakit ini menjadi 1 dari 10
penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. Infeksi penyakit tuberkulosis
mulai meningkat pada tahun 1985, sebagian karena munculnya HIV, virus penyebab
AIDS. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga penderitanya
tidak dapat melawan kuman TBC. Bakteri penyebab TBC menyebar dari orang ke
orang melalui droplet yang dilepaskan ke udara melalui batuk dan bersin. Di
Indonesia sendiri, kasus TBC terbilang cukup tinggi. Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) mencatat pada tahun 2020 terdapat 351.936 kasus tuberkulosis yang
mana sebagian besar penderitanya berusia produktif.
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian
global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian
akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang
9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia
dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-
turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I, menambah wawasan, dan memperluas pengetahuan serta mengaplikasikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan TB paru di kalangan masyarakat maupun di
fasilitas kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian TB Paru
B. Etiologi TB paru
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberculosis
usus. Basil tipe human bias berada di bercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal
dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.
(Wim de jong)
Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini
dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai
bertahun-tahun. (Patrick Davey)
Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada system pernapasan yang vital. Basil
mikobakterium masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas sampai alveoli
dan terjadilah infeksi primer. Kemudian, dikelenjar getah bening terjadilah primer
komplek yang disebut tuberculosis primer.
Dalam sebagian kasus, bagian yang terinfeksi ini dapat mengalami
penyembuhan. Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, Post primer
tuberculosis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan oleh
penularan ulang.
C. Manifesti Klinis/Tanda dan gejala
Deteksi dan diagnosis TB dicapai melalui temuan pemeriksaan subjektif dan
hasil pengujian objektif. Diagnosis sulit karena TB menyerupai banyak penyakit lain
dan dapat terjadi bersama dengan penyakit paru lainnya. Perawat dan penyedia
layanan kesehatan lainnya harus memiliki kecurigaan tingkat tinggi pada klien dengan
risiko-tinggi TB.
Riwayat klien meliputi pengkajian kemungkinan paparan baru atau lama
terhadap TB dan juga pekerjaan klien, aktivitas harian klien, dan perjalanan atau
riwayat tinggal dinegara denga insiden TB yang tinggi. Riwayat paparan TB sangat
penting, tetapi sebagian besar klien tidak menyadari paparan ini. Disarankan untuk
menentukan apakah klien pernah diperiksa TB sebelumnya dan mendapatkan hasil
pemeriksaan tersebut. Temuan yang khas untuk TB paru dapat dilihat sebagai berikut :
Gejala Paru
a. Dispnea
b. Batuk nonproduktif atau produktif
c. Hemoptisis
d. Nyeri dada yang berupa pleuritic atau nyeri dada tumpul
e. Sesak dada
f. Crackles dapat ditemukan pada auskultasi
Gejala Umum
a. Rasa lelah
b. Anoreksia (Hilang nafsu makan)
c. Kehilangan berat badan
d. Demam rendah diikuti menggigil dan berkeringat (sering pada malam hari)
a. Sistemik : Malaise, anoreksia, berat badan menurun dan keluar keringat malam.
b. Akut : Demam tinggi seperti flu dan menggigil.
c. Milier : Demam akut, sesak nafas, dan sianosis atau kulit kuning.
d. Respiratorik : Batuk lama lebih dari 2 minggu, sputum yang mucoid, atau
mukopurulen, nyeri dada, batuk darah,
D. Patofisiologi Klinik
1. Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri tb dari penderita yang belum mempunyai
reaksi spesifik terhapad bakteri tb. Penularan Tuberkulosis Paru terjadi karena
kuman yang dibatukkan atau dibersinkan keluar dalam bentuk droplet nuclei.
Inhalasi Mycobacterium tuberculosis ke organ paru terjadi fagositosis oleh
makrofag alveolus paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh
makrofag yang keluar dari cabang trakeo-bronkial bersama gerakan silia dengan
sekretnya.
2. Tuberkulosis Sekunder
Tuberkulosis sekunder terjadi apabila daya tahan tubuh menurun, pecandu
alcohol, silicosis dan pada penderita diabetes mellitus dan AIDS.
Patofisiologi TB paru
Tempat masuknya kuman tuberkulosis adalah saluran pernapasan, pencernaan,
dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi melalui udara yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel dari orang
terinfeksi. Basil tubekel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas
1-3 gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung vertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan peyakit. Setelah berada dalam
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak memfagosit bakteri ditempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal
atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu,
sehingga membentuk sel epiteloit yang dikelilingi foist. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10-20 jam.
E. Pencegahaan TB paru
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita tb paru BTA+
2. Masschest Ex-ray, yaitu pemeriksaan masal terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu misalnya karyawan rumah sakit atau puskesmas atau balai
pengobatan, penghuni rumah tahanan dan siswa-siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG, yaitu reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG
langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
penyuntikan.
4. Kemoprokfilaksis, yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kg bb selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis pad masyarakat
ditingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau LSM.
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaiu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan atau 6-9 bulan.
H. Terapi medik
J. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek
keperawatan yang di berikan kepada klien yang sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) (Carpenito, 2009).
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai
suatu profesi yang berdasarkan perawat berperilaku caring menurut persepsi pasien
( Gaghiwu, 2013 ).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan asuhan keperawatan adalah serangkaian
praktek keperawatan yang di berikan kepada pasien sesuai dengan tugas dan aturan
yang ada.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan awal interaksi antara perawat dan pasien. Dengan
pengkajian akan didapatkan data yang nantinya akan mendukung proses
keperawatan dan pengobatan. Dengan pengkajian yang baik dan benar, kita akan
mendapatkan data yang sangat bermanfaat untuk peningkatan atau kesembuhan
pasien (Marni, 2014).
1) Identitas klien
a. Identitas Anak
Pada klien yang perlu dikaji, nama lengkap, nama panggilan,
umurdan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, anak keberapa, suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal dilakukan pengkajian,
nomor medical record, diagnosa medis, dan alamat (Marni, 2014).
b. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab mencangkup, nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan ayah dan ibu, agama, hubungan dengan klien,
alamat (Marni, 2014).
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Saat di kaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh
sesak nafas, disertai batuk dan sekret susah untuk dikeluarkan.
b. Keluhan utama saat dikaji
Penyakit bronkopneumonia mulai dirasakan saat penderita
mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturutturut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau,
putih,/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya
menggunakan otot bantu pernafasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit
pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Prenatal
Ibu perlu ditanyakan apakah mengalami keluhan saat hamil,
ada tanda-tanda resiko saat hamil, berat badan saat hamil,
pemeriksaan kehamilan dan tempat pemeriksaannya, apakah
dipantau secara berkala, imunisasi yang diberikan saat
hamil,apakah usia kehamilan ibu preterm, aterm, post term
(Marni, 2014).
b) Intranatal
Ibu perlu ditanyakan riwayat kelahiran, lahir matur atau
prematur, proses melahirkan spontan atau operasi sectio
caesarea, tempat pertolongan persalinan, berat dan panjang bayi
saat lahir, APGAR skor dan obat-obatan yang di berikan pada
saat melahirkan (Marni, 2014).
c) Post Natal
Ibu perlu ditanyakan riwayat post natal, kondisi bayi saat
melahirkan (Marni, 2014 ).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya penderita TB Paru sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat
penyakit yang dapat memicu terjadinya TB Paru.
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Biasanya penyakit dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
3) Pola aktivitas
Melakukan pengkajian mengenai pola aktivitas klien antara sebelum sakit
dan sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat
tidur, dan aktivitas sehari-hari klien.
4) Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang dikaji mencangkup: jenis imunisasi, usia saat
diberikan, kapan diberikan (Marni, 2014).
5) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum dimulai dengan pemeriksaan tanda- tanda
vital yang meliputi nadi, suhu, tekanan darah, dan frekuensi
pernapasan. Keadaan umum dengan gangguan sisem pernapasan dapat
dilakukan dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh, dan menilai
kesadaran klien.
b. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik persistem. Pada klien dengan
gangguan sistem pernapasan TB paru akan didapatkan hasil
pemeriksaan fisik sebagai berikut :
a) Sistem kardiovaskuler
Kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah, terjadi takikardi,
peningkatan JVP, konjungtiva pucat, perubahan jumlah
hemoglobin, hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2
mungkin meredup.
b) Sistem pernapasan
Nilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernapasan cuping hidung,
deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada sinus, nilai dan
ukuran kesimetrisan dada, adanya nyeri, ekspansi paru, pola
pernapasan, penggunaan otot pernapasan tambahan, sianosis, bunyi
napas dan frekuensi napas. Biasanya pada klien TB paru aktif
ditemukan dispneu, deviasi trakea, sianosis. Ekspansi paru
berkurang pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran
bila telah terjadi komplikasi.
c) Sistem pencernaan
Kaji kesimetrisan bibir, ada tidaknya nya lesi pada bibir,
kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan pada saat
mengunyah dan menelan. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan,
adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual,
anoreksia, palpasi pada hepar dan limpe biasanya mengalami
pembesaran jika terjadi komplikasi.
d) Sistem perkemihan
Kaji terhadap kebutuhan dari genitalia, terjadinya perubahan pada
eliminasi BAK, jumlah urine output biasanya menurun, warna
urine, perasaan terbakar atau nyeri. Kaji adanya retensi urine dan
inkontinesia urine dengan cara palpasi abdomen bawah atau
pengamatan terhadap pola berkemih dan keluhan klien.
e) Sistem musculoskeletal
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala
sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien
bergerak. Pada klien TB ditemukan keletihan dan intoleransi
aktivitas pada saat sesak yang hebat.
f) Sistem endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid,
apakah terdapat benjolan ataupun pembengkakan.
g) Sistem persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi
syaraf kranial dan fungsi syaraf serebral. Pada klien TB paru bila
telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi komplikasi
meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan
sensasi, kerusakan nervus cranial, tanda kerning dan bruzinsky
serta kaku kuduk yang positif.
h) Sistem integument
Kaji keadaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan
fungsi perabaan, kaji perubahan suhu tubuh. Pada klien TB paru
ditemukan adanya fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak
berkeringat dan perasaan panas pada kulit
6) Data psikologis
a. Status emosi
Pengendalian emosi yang dominan, yang dirasakan saat ini, pengaruh
atas pembicaraan orang lain dan kestabilan emosi klien.
b. Konsep diri
Bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria/wanita, apa yang
disukai dan tidak disukainya, bagaimana menurutnya orang lain
menilai dirinya sendiri.
c. Pola interaksi
Yaitu Kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang
menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan dan
perilaku terhadap orang lain.
7) Data social
Bagaimana hubungan sosial klien dengan orang-orang sekitar di rumah
sakit,dengan keluarganya, dengan tenaga kesehatan lainnya (Nanda NIC-
NOC 2015).
8) Data spiritual
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapatkan sumber kesembuhan dari allah SWT .
9) Terapi Pengobatan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) seperti isoniazid (INH), ethambutol,
rifampisin, streptomisin (Nanda NIC-NOC 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
Pengambilan atau penentuan diagnosa keperawatan diambil dari hasil analisa
data berdasarkan pengkajian dan masalah yang dirasakan oleh klien sendiri dan
ditentukan menurut batasan karakteristik (Nanda NIC- NOC 2015). Berdasarkan
patofisiologi TB Paru telah ditemukan bahwa masalah yang akan muncul pada
klien adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebih.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-
kapiler.
3. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko kurang pengetahuan orang
tua untuk menghindari pemajanan patogen.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah proses mendifisikan tujuan organisasi, membuat
setrategi untuk mencapai tujuan itu dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi dan memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa
(Feriyanto dan triana 2015).
Berikut ini adalah perencanaan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan pada klien TB paru. (Nanda NIC-NOC 2015).
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Berhubungan Dengan Mukus
Berlebih.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik
dan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tahapan implementasi
dimulai ketika perawat menempatkan intervensi kedalam tindakan dan
mengumpulkan umpan balik dan efeknya. Umpan balik kembali muncul dalam
bentuk observasi dan komunikasi, serta memberikan data untuk mengevaluasi
hasil intervensi keperawatan (Evania, 2013).
5. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif (evaluasi proses)
Berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan dan sesuai
dengan wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses
mencangkup jenis informasi yang di dapat pada saat wawancara,
pemeriksaan fisik, validasi dan perumusan diagnose keperawatan, dan
kemampuan tehnikal perawat (Kodim, 2015).
b. Evaluasi Sumatif
Berfokus pada respons perilaku klien merupakan pengaruh dari
intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan kriteria
hasil (Kodim, 2015).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulanan
B. Saran
Black joyce. M & Jane Hokanson Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing vol 8.
Jakarta: Salemba Medika
Mitra Keluarga. (2022). Tuberkulosis (TBC), kenali gejala, penyebab dan cara
penularan. https://www.mitrakeluarga.com/artikel/tuberkulosis (Diakses pada
tanggal 6 September 2023)
Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta: Mediaction Publishing.
Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta :
DIVA Press.