Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No.

1 Mei 2020: 11-27_______________________ISSN 2087-4871

TINGKAT KERENTANAN PESISIR DI UTARA DAN TIMUR PULAU BINTAN


PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2020

THE COASTAL VULNERABILITY LEVEL IN THE NORTH AND EAST COAST OF


BINTAN ISLAND RIAU ARCHIPELAGO PROVINCE ON 2020

Mario Putra Suhana1, Risandi Dwirama Putra2, Leica Febby Shafitri1, Muhamad Muliadi1, Khairunnisa1,
I Wayan Nurjaya3, Nyoman Metta N. Natih3
1
Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
2
Jurusan Teknik Perkapalan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
3
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University
Korespondensi: risandi@umrah.ac.id

ABSTRACT

Coastal areas are unique, dynamic, and complex because they are zones of interaction between land, oceans, and
atmosphere. This makes coastal areas the most vulnerable areas on Earth. To find out how big the vulnerability is
in a coastal area, a study is needed to determine the vulnerability level of coastal areas and the influencing factors.
Research on the coastal vulnerability level at this location was conducted in 2016 and it was concluded that the coastal
vulnerability level is in the medium category. With the development of potential utilization in the area, it is necessary to
conduct similar research in 2016 to find out if there is a change in vulnerability level between 2016 and 2020. The data
used consisted of coastal geomorphology, tidal, Landsat 7 ETM+ and 8 OLI, sea level rise and DEM satellite imagery.
Data analysis using Coastal Vulnerability Index (CVI) method. The results showed the coastal vulnerability level at the
research site was in the low-medium category, with a CVI score range of 9,93-25,86. Topography, geomorphology,
intensity of shoreline changes, and coastal slope are factors that can cause the vulnerability level at the research site can
be very high. However, the interconnectedness between other parameters can inhibit the high level of vulnerability,
making the level of coastal vulnerability at the research site to be only in the low-medium category. There was a change
in vulnerability level conditions between 2016 and 2020 the level of vulnerability at the east coast decreased to a low
category.

Keyword: Bintan Island, coastal vulnerability, CVI method

ABSTRAK

Wilayah pesisir sangat unik, dinamis, dan kompleks karena merupakan zona interaksi antara daratan, lautan, dan
atmosfer. Hal ini menjadikan wilayah pesisir sebagai wilayah yang paling rentan di Bumi. Untuk mengetahui seberapa
besar kerentanan di suatu wilayah pesisir, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kerentanan wilayah
pesisir dan faktor yang mempengaruhi. Penelitian mengenai tingkat kerentanan pesisir di lokasi ini pernah dilakukan
pada tahun 2016 dan diperoleh simpulan bahwa tingkat kerentanan pesisir berada pada kategori sedang. Dengan
semakin berkembangnya pemanfaatan potensi di daerah tersebut maka dirasa perlu dilakukan penelitian serupa
dengan tahun 2016 untuk mengetahui apakah terdapat perubahan tingkat kerentanan antara tahun 2016 dengan tahun
2020. Data-data yang digunakan terdiri dari Data-data yang digunakan terdiri dari geomorfologi pantai, pasang surut,
citra satelit Landsat 7 ETM+ dan 8 OLI, kenaikan muka laut dan DEM. Analisis data menggunakan metode Coastal
Vulnerability Index (CVI). Hasil penelitian menunjukkan tingkat kerentanan pesisir di lokasi penelitian berada pada
kategori rendah-sedang, dengan kisaran skor CVI 9,93-25,86. Topografi, geomorfologi, intensitas perubahan garis
pantai, dan kemiringan pantai merupakan faktor yang dapat menyebabkan tingkat kerentanan di lokasi penelitian
menjadi sangat tinggi. Namun, keterhubungan antara parameter lain yang dapat menjadi faktor penghambat tingginya
tingkat kerentanan, menyebabkan tingkat kerentanan pesisir di lokasi penelitian hanya berada dalam kategori rendah-
sedang. Terdapat perubahan kondisi tingkat kerentanan antara tahun 2016 dengan tahun 2020 dimana pada tahun 2020
tingkat kerentanan di pantai timur mengalami penurunan menjadi kategori rendah.

Kata kunci: kerentanan pesisir, metode CVI, Pulau Bintan

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


PENDAHULUAN perlindungan dan pelestarian lingkungan.
Selain hal-hal yang telah disebutkan
Kawasan pesisir merupakan wilayah sebelumnya, mengetahui seberapa besar
yang sangat dinamis, unik, dan kompleks tingkat kerentanan kawasan tersebut dan
karena menjadi zona transisi dan interaksi faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat
antara daratan, perairan, dan atmosfer. kerentanannya juga menjadi salah satu hal
Interaksi tersebut menjadikan kawasan yang diperlukan dalam menerapkan prinsip
pesisir memiliki potensi sumberdaya perlindungan dan pelestarian lingkungan
hayati dan non-hayati yang besar sehingga dalam pengelolaan kawasan pesisir (Sekovski
menjadi sasaran untuk pengembangan et al. 2020). Banyak penelitian yang telah
aktivitas masyarakat seperti pemukiman, dilakukan mengenai kerentanan kawasan
industri, pelabuhan, perikanan tangkap, pesisir di dunia maupun Indonesia. Dari
pertambakan, pertanian serta pariwisata penelitian-penelitian tersebut dapat ditarik
(Bukvic et al. 2020; Dhiauddin & Gemilang satu kesimpulan bahwa banyak faktor yang
2018; Giambastiani et al. 2017; Hamuna dapat menyebabkan kerentanan kawasan
et al. 2018; Reimann et al. 2018; Rizzo pesisir (Hamuna et al. 2018; Handartoputra
et al. 2020; Ward et al. 2011). Di sisi lain, et al. 2015; Joesidawati 2016), tidak
interaksi ini menyebabkan wilayah pesisir terkecuali pesisir utara dan timur Pulau
selalu mengalami perubahan profil yang Bintan.
merupakan kemampuan alami pesisir untuk Sebagai salah satu kawasan pesisir,
terus berada dalam kondisi kesetimbangan pesisir utara dan timur Pulau Bintan juga
alami dan juga menyebabkan kawasan terdapat banyak aktivitas pemanfaatan
pesisir menjadi kawasan paling rentan di potensi yang dimiliki. Pesisir utara dan timur
Bumi (Field et al. 2014; Imran et al. 2020; Pulau Bintan dimanfaatkan sebagai kawasan
Suhana et al. 2016). Kawasan pesisir permukiman, wilayah konservasi padang
dengan tingkat kerentanan tinggi dapat lamun serta pariwisata. Sektor pariwisata
menyebabkan potensi kawasan pesisir merupakan aktivitas paling dominan di
seperti pariwisata bahari maupun perikanan pesisir utara dan timur Pulau Bintan hal ini
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dapat dilihat dari begitu banyaknya fasilitas
dan berkelanjutan dalam periode yang lama. pendukung kegiatan pariwisata seperti hotel
Kerentanan pesisir dapat disebabkan dan resort yang dibangun di sepanjang
secara alami seperti pengaruh meteorologi pantai utara dan timur Pulau Bintan (Irawan
oseanografi (met-ocean) seperti angin, et al. 2018; Suhana et al. 2016, 2018)
pasang surut, gelombang, gelombang badai, dan masih terus berkembang. Penelitian
tsunami, bencana alam seperti banjir mengenai kerentanan pesisir di pantai timur
bandang, dan curah hujan yang tinggi. Pulau Bintan pernah dilakukan oleh Suhana
Selain faktor alami, aktivitas manusia, et al. (2016), dari hasil penelitian tersebut
kepadatan penduduk yang tinggi dan sistem disimpulkan bahwa tingkat kerentanan
sosial ekonomi yang besar serta kegiatan pantai timur Pulau Bintan berada dalam
antropogenik seperti pembangunan struktur kategori rendah. Dengan kondisi sektor
pantai secara terus menerus juga dapat pariwisata yang masih terus berkembang di
menjadi faktor yang menyebabkan tingkat pesisir utara dan timur Pulau Bintan, maka
kerentanan suatu kawasan pesisir menjadi dirasa perlu untuk melakukan kembali studi
tinggi (Kumar & Kunte 2012; Islam et al. mengenai bagaimana tingkat kerentanan
2016; Chandrasekar 2013; Mahmood et al. pesisir di utara dan timur Pulau Bintan
2020; Rajasree & Deo 2020; Reiners & Driese untuk mengetahui apakah saat ini tingkat
2001; Yin et al. 2012). kerentanan pesisir di utara dan timur Pulau
Manajemen pengelolaan kawasan Bintan telah mengalami perubahan dari
pesisir harus dilandasi prinsip perlindungan tahun 2016.
dan pelestarian lingkungan dapat untuk Perbedaan pada penelitian
menjaga agar pemanfaatan kawasan sebelumnya terdapat pada parameter yang
pesisir tidak menyebabkan kerusakan digunakan serta lokasi penelitian. Penelitian
pada kawasan tersebut (Angkotasan et al. pada tahun 2016 dilakukan di pantai timur
2012). Mengetahui potensi yang dimiliki Pulau Bintan dengan menggunakan 5 (lima)
suatu kawasan pesisir, tingkat kesesuaian parameter penilaian yaitu geomorfologi
pengelolaan potensi kawasan pesisir pantai, perubahan garis pantai, kemiringan
merupakan salah satu bentuk manajemen pantai, tunggang pasang surut, dan
pengelolaan kawasan pesisir dengan prinsip gelombang laut. Penelitian kali ini dilakukan

12 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

di pantai timur dan utara Pulau Bintan. lokasi penelitian yang dilakukan oleh
Alasan penambahan lokasi penelitian Suhana et al. (2016) di pesisir timur Pulau
dibandingkan dengan penelitian pada Bintan, namun pada penelitian ini lokasi
tahun 2016 adalah bahwa pantai utara penelitian diperluas hingga ke pesisir utara
Pulau Bintan memiliki potensi dan bentuk Pulau Bintan dengan pertimbangan bahwa
pemanfaatan yang sama yaitu sebagai pesisir utara Pulau Bintan juga merupakan
kawasan pariwisata. Selain itu penelitian kawasan dengan pemanfaatan yang sama
kali ini menggunakan 7 (tujuh) parameter dengan pesisir timur Pulau Bintan yaitu
penilaian yaitu geomorfologi pantai, sebagai kawasan pariwisata dan kawasan
perubahan garis pantai, kemiringan pantai, konservasi padang lamun. Kesamaan/
kenaikan muka air laut relatif, ketinggian padanan lokasi penelitian dengan lokasi
permukaan tanah, tunggang pasang surut, penelitian yang dilakukan oleh Suhana et
dan gelombang laut. al. (2016) disajikan pada Tabel 1.

Alat, bahan, dan metode


METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
Lokasi penelitian survei dengan teknik purposive sampling
untuk penentuan lokasi pengamatan/
Penelitian dilaksanakan pada bulan pengambilan data di lapangan. Pengamatan
Agustus-Oktober tahun 2020. Lokasi geomorfologi dilakukan di 29 (dua puluh
penelitian berada di sepanjang pantai utara sembilan) titik pengamatan, pengukuran
dan timur Pulau Bintan yang membentang pasang surut dilakukan di 8 (delapan)
sepanjang ±117,61 km di sekitar 1 (satu) titik pengukuran, dan 8 (delapan) titik
kelurahan dan 7 (tujuh) desa yaitu Kelurahan pengukuran kemiringan pantai. Data-data
Kawal, Desa Teluk Bakau, Desa Malang yang diambil di lapangan terdiri dari kondisi
Rapat, Desa Berakit, Desa Pengudang, Desa geomorfologi, sedimen, dan pasang surut
Sri Bintan, Desa Sebong Lagoi, dan Desa sedangkan beberapa data lain diperoleh dari
Sebong Pereh (Gambar 1). Beberapa lokasi unduhan di beberapa laman penyedia data
penelitian memiliki kesamaan lokasi dengan secara online.

Gambar 1. Peta lokasi kawasan pesisir yang menjadi area penelitian

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 13


Tabel 1. Kesamaan/padanan lokasi penelitian dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh
Suhana et al. (2016)
Lokasi Penelitian Tahun 2016
Lokasi Penelitian Tahun 2020
(Suhana et al. 2016)
Kelurahan Kawal Pantai Trikora 1
Pantai Trikora 2
Desa Teluk Bakau Pantai Trikora 3
Desa Malang Rapat Pantai Trikora 4
Desa Berakit Pantai Trikora 4
Desa Pengudang -
Desa Sri Bintan -
Desa Sebong Lagoi -
Desa Sebong Pereh -

Data-data dan bahan yang Royo et al. 2016). Variabel, bobot, dan skor
digunakan pada penelitian ini terdiri dari penilaian kerentanan pesisir disajikan pada
data geomorfologi pantai yang diperoleh Tabel 2.
dari pengamatan visual di lapangan, sampel Penentuan tingkat kerentanan
sedimen untuk mengetahui karakteristik pesisir berdasarkan persamaan berikut
substrat dasar pantai, citra satelit Landsat 7 mengacu pada Hammar-Klose et al. (2003)
ETM+ tahun 1990, dan citra satelit Landsat dan Koroglu et al. (2019):
8 OLI tahun 2020 untuk pengamatan
perubahan garis pantai, citra satelit TOPEX/
POSEIDON Jason 1-Jason 2 untuk data
kenaikan muka laut relatif, data topografi,
dan bathimetri yang diperoleh dari citra
satelit DEM (Digital Elevation Model) dari Dimana CVI merupakan indeks
Badan Informasi Geospasial (BIG), data kerentanan pesisir, a merupakan skor
pasang surut, serta data kecepatan angin kerentanan dari variabel geomorfologi
dari Copernicus untuk prediksi ketinggian pantai, b merupakan skor kerentanan dari
gelombang laut. Alat-alat penelitian yang variabel perubahan garis pantai (abrasi/
digunakan terdiri dari sediment core untuk akresi), c merupakan skor kerentanan dari
pengambilan sampel sedimen, water pass variabel kemiringan pantai, d merupakan
untuk pengukuran kemiringan pantai, tide skor kerentanan dari variabel ketinggian
master untuk pengukuran pasang surut, permukaan tanah (topografi), e merupakan
MIKE 21 untuk prediksi pasang surut, skor kerentanan dari variabel perubahan
Ocean Data View (ODV) untuk ekstraksi muka air laut relatif, f merupakan skor
data arah dan kecepatan angin, ENVI dan kerentanan dari variabel tinggi gelombang
ArcGIS untuk pengolahan dan analisis data laut rata-rata, g merupakan skor kerentanan
spasial, serta Digital Shoreline Analysis dari variabel tunggang pasang surut, dan n
System (DSAS) untuk analisis perubahan merupakan jumlah variabel yang digunakan.
garis pantai. Setelah diperoleh nilai CVI pada masing-
masing lokasi selanjutnya kategori tingkat
Analisis tingkat kerentanan pesisir kerentanan pesisir ditentukan berdasarkan
rentang nilai yang disajikan pada Tabel 3
Analisis kerentanan pesisir mengacu pada Hammar-Klose et al. (2003).
menggunakan metode CVI (Coastal Terdapat beberapa perbedaan
Vulnerability Index) berdasarkan bobot dan variabel yang digunakan pada penelitian
skor dari variabel yang telah ditetapkan ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
oleh USGS (United States of Geological Suhana et al. (2016) (Tabel 4). Oleh sebab itu
Survey) yang telah dimodifikasi dan pada artikel ini akan dijelaskan perbedaan
disesuaikan dengan area kajian (Hammar- hasil yang diperoleh dengan penelitian
Klose et al. 2003; Handartoputra et al. sebelumnya berdasarkan variabel yang
2015; Joesidawati 2016; Koroglu et al. 2019; sama.

14 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

Tabel 2. Parameter penilaian kerentanan pantai


Bobot dan Skor
Sangat Sangat
No. Variabel Rendah Sedang Tinggi Satuan
Rendah Tinggi
1 2 3 4 5
1. Geomorfologi Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai -
pantai3 bertebing bertebing bertebing berbatu berpasir,
berbatu menengah, rendah kerikil, rawa payau,
Pantai berbatu, estuari, mangrove,
berbatu dataran laguna terumbu
aluvial karang,
delta,
berlumpur,
lamun
Abrasi (-) / -2,00
1,00 s/d -1,00 s/d m/
2. Akresi (+) >2,00 s/d <-2,00
2,00 1,00 tahun
pantai2 -1,00
Kemiringan >0,90- 0,60-
3. >1,90 >1,30-1,90 <0,60 %
pantai4 1,30 0,90
Ketinggian
>20,00- >10,00- >5,00-
4. permukaan >30,00 0,00-5,00 m
30,00 20,00 10,00
tanah2
Perubahan >2,00
-1,00 s/d >0,90 s/d mm/
5. muka air <-1,00 s/d >4,00
0,90 2,00 tahun
laut relatif1 4,00
Tinggi
>2,25
gelombang 1,10 s/d >2,00 s/d
6. <1,10 s/d >2,60 m
laut rata- 2,00 2,25
2,60
rata4
Kisaran
> 4,00
tunggang 0,50 s/d >1,90 s/d
7. <0,50 s/d >6,00 m
pasang 1,90 4,00
6,00
surut1
Sumber: Handartoputra et al. (2015)3; Joesidawati (2016)2; Royo et al. (2016)2; Thieler &
Hammar-Klose (2000)1

Tabel 3. Kategori kerentanan pesisir berdasarkan nilai CVI


Nilai CVI Kategori Kerentanan
0,38-<4,28 Sangat Rendah
4,28-<17,68 Rendah
17,68-<48,38 Sedang
48,38-<105,64 Tinggi
105,64 Sangat Tinggi

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 15


Tabel 4. Perbedaan dan persamaan variabel yang digunakan dengan penelitian tahun 2016
oleh Suhana et al. (2016)
Variabel yang Digunakan Tahun 2020 Tahun 2016 oleh Suhana et al. (2016)
Geomorfologi pantai √ √
Perubahan garis pantai √ √
Kemiringan pantai √ √
Ketinggian permukaan tanah √ -
Perubahan muka air laut relatif √ -
Tinggi gelombang laut rata-rata √ √
Kisaran tunggang pasang surut √ √

HASIL DAN PEMBAHASAN rendah-sangat tinggi. Kemiringan pantai


di sekitar lokasi penelitian berada pada
Hasil kisaran 0,18-1,73 % (0,08-0,78 °) dengan
kemiringan rata-rata 0,97 % (0,44 °) (Tabel
Hasil penelitian menunjukkan 6). Kemiringan pantai utara dan timur Pulau
geomorfologi pesisir utara dan timur Pulau Bintan termasuk dalam kategori datar
Bintan berupa pantai berpasir, berlumpur, (<3,00 %) (Kalay et al. 2018). Kemiringan
dan berbatu (Gambar 2). Berdasarkan profil pantai dengan kategori kerentanan rendah
geomorfologi tersebut tingkat kerentanan terdapat di sepanjang pantai Desa Berakit
pesisir utara dan timur Pulau Bintan berada dan Desa Sri Bintan dengan kemiringan
pada kisaran kategori rendah dan sangat pantai masing-masing yaitu 1,63 % (0,73
tinggi. Kondisi tingkat kerentanan sangat °) dan 1,73 % (0,78 °). Kemiringan pantai
tinggi terdapat pada wilayah pesisir dengan dengan kategori kerentanan sedang terdapat
panjang garis pantai 80,90 km (68,79 %) di sepanjang pantai Kelurahan Kawal
yang berada di sekitar pesisir Kelurahan dengan kemiringan pantai 0,94 % (0,42 °)
Kawal, Desa Teluk Bakau, Desa Pengudang, dan Desa Sebong Lagoi dengan kemiringan
Desa Sri Bintan, Desa Sebong Lagoi, dan pantai 1,20 % (0,54 °). Pesisir dengan
Desa Sebong Pereh, sedangkan kondisi tingkat kerentanan tinggi berdasarkan
tingkat kerentanan rendah berada di sekitar kondisi kemiringan pantai terdapat di
pesisir Desa Malang Rapat dan Desa Berakit sekitar Desa Teluk Bakau dan Desa Malang
dengan panjang garis pantai 36,70 km Rapat dengan tingkat kemiringan masing-
(31,21 %). Dari hasil yang diperoleh pada masing yaitu 0,81 % (0,36 °) dan 0,87 %
penelitian ini terdapat sedikit perbedaan (0,39 °), sedangkan daerah dengan tingkat
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh kerentanan sangat tinggi berdasarkan
Suhana et al. (2016) untuk variabel yang kemiringan pantai terdapat di sekitar Desa
sama. Perbedaan ditemukan pada tingkat Pengudang dengan kemiringan pantai 0,18
kerentanan yang diperoleh untuk wilayah % (0,08 °) dan Desa Sebong Pereh dengan
Desa Malang Rapat dan Desa Berakit (Pantai kemiringan 0,40 % (0,18 °).
Trikora 4 untuk penelitian yang dilakukan Terdapat perbedaan hasil
oleh Suhana et al. (2016)). Pada penelitian ini pengukuran pada tahun 2020 dengan
diketahui bahwa geomorfologi pantai Desa tahun 2016 yang dilakukan oleh Suhana et
Malang Rapat dan Desa Berakit merupakan al. (2016). Perbedaan ini terjadi disebabkan
pantai berbatu sedangkan pada penelitian penelitian yang dilakukan oleh Suhana et al.
Suhana et al. (2016) di wilayah yang sama (2016) merupakan nilai rataan kemiringan
merupakan pantai dengan profil berupa pada masing-masing pantai (Pantai
pantai berbatu, berpasir, dan mangrove. Trikora 1-Pantai Trikora 4) sedangkan
Perbedaan ini menjadikan skor kerentanan pada penelitian tahun 2020 kemiringan
yang diperoleh berbeda (Tabel 5). Perbedaan pantai yang dihitung adalah kemiringan
ini terjadi dapat disebabkan oleh titik pantai pada masing-masing desa pesisir di
pengamatan geomorfologi yang dilakukan sepanjang keempat pantai yang menjadi
berbeda dengan penelitian sebelumnya. lokasi penelitian Suhana et al. (2016).
Tingkat kerentanan pesisir di utara Faktor lain yang menyebabkan perbedaan
dan timur Pulau Bintan berdasarkan adalah perbedaan lokasi pengukuran
kemiringan pantai berada pada kategori tingkat kemiringan pantai yang dilakukan.

16 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

Perbedaan hasil pengukuran kemiringan variabel tinggi gelombang laut rata-rata dan
pantai dengan hasil yang diperoleh pada tunggang pasang surut. Pada kedua variabel
penelitian sebelumnya disajikan pada Tabel ini memiliki kategori rendah dan sangat
6. rendah. Kedua variabel ini merupakan
Selain kemiringan pantai, elevasi variabel dengan skor kerentanan paling
permukaan tanah di kawasan pesisir juga rendah, baik di tahun 2020 maupun di
memberikan pengaruh terhadap tingkat tahun 2016. Pada tahun 2020 kisaran
kerentanan di kawasan pesisir. Secara tinggi gelombang laut rata-rata di lokasi
keseluruhan ketinggian permukaan tanah penelitian adalah 1,34-1,50 m/tahun
di masing-masing lokasi penelitian berada sedangkan pada tahun 2016 diperoleh
pada kisaran 0,00-193,85 m (Gambar 3), kisaran tinggi gelombang laut per tahun
sedangkan ketinggian permukaan tanah adalah 0,44-0,72 m (Tabel 7). Sedangkan
sekitar 100 m dari garis pantai ke arah darat pada variabel tunggang pasang surut pada
berada pada kisaran 1,06-4,06 m. Kisaran tahun 2020 berada kisaran 0,95-1,34 m
ketinggian tersebut menunjukkan tingkat sedangkan pada tahun 2016 nilai tunggang
kerentanan pesisir di utara dan timur Pulau pasang surut adalah 0,71 m (Tabel 7).
Bintan berdasarkan ketinggian permukaan Terdapat kondisi dimana terjadi kenaikan
tanah berada pada kategori kerentanan pada kisaran tinggi gelombang laut maupun
sangat tinggi. Oleh sebab itu, hasil analisis tunggang pasang surut di lokasi penelitian.
elevasi permukaan tanah di kawasan pesisir Hal ini memungkinkan terjadi mengingat
utara dan timur Pulau Bintan cenderung saat ini pemanasan global semakin tinggi
sangat rentan terhadap segala faktor yang yang menyebabkan terjadinya pencairan
dapat menyebabkan kerusakan pada es di daerah kutub sehingga menyebabkan
kawasan pesisir. naiknya volume air laut. Oleh sebab itu
Dari hasil penelitian yang diperoleh fenomena ini diduga menjadi penyebab
pada tahun 2020 dengan hasil penelitian naiknya kisaran tunggang pasang surut
pada tahun 2016 yang dilakukan oleh dan tinggi gelombang laut rata-rata di lokasi
Suhana et al. (2016) variabel kerentanan penelitian pada tahun 2020.
yang memiliki simpulan yang sama adalah

Desa Berakit Desa Teluk Bakau

Kelurahan Kawal Desa Malang Rapat


Gambar 2. Profil geomorfologi pesisir di beberapa titik lokasi penelitian

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 17


Tabel 5. Perbandingan skor kerentanan pesisir dari variabel geomorfologi pantai tahun 2020
dengan tahun 2016 yang dilakukan oleh Suhana et al. (2016)
Tahun 2020 Tahun 2016 oleh Suhana et al. (2016)
Kondisi
Lokasi Skor Kategori Lokasi Kondisi GEO Skor Kategori
GEO
Kelurahan Sangat Pantai Berpasir, Sangat
Berpasir 5 5
Kawal Tinggi Trikora 1 Mangrove Tinggi
Desa Teluk Sangat Pantai Sangat
Berpasir 5 Berpasir 5
Bakau Tinggi Trikora 2 Tinggi
Berpasir,
Desa Malang Pantai
Berbatu 2 Rendah Berbatu, dan 4 Tinggi
Rapat Trikora 3
Mangrove
Pantai Berpasir, Sangat
Desa Berakit Berbatu 2 Rendah 5
Trikora 4 Mangrove Tinggi
Desa Sangat
Berpasir 5 - - - -
Pengudang Tinggi
Desa Sri Sangat
Berpasir 5 - - - -
Bintan Tinggi
Desa Sebong Sangat
Berpasir 5 - - - -
Lagoi Tinggi
Desa Sebong Sangat
Berpasir 5 - - - -
Pereh Tinggi
Keterangan: GEO: Geomorfologi pantai; untuk padanan/kesamaan lokasi lebih jelas dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 6. Perbandingan skor kerentanan pesisir dari variabel kemiringan pantai tahun 2020
dengan tahun 2016 yang dilakukan oleh Suhana et al. (2016)
Tahun 2020 Tahun 2016 oleh Suhana et al. (2016)
Lokasi KPT (%) Skor Kategori Lokasi KPT (%) Skor Kategori
Kelurahan Pantai Sangat
0,94 3 Sedang 0,16 5
Kawal Trikora 1 Tinggi
Desa Teluk Pantai Sangat
0,81 4 Tinggi 0,28 5
Bakau Trikora 2 Tinggi
Desa Malang Pantai Sangat
0,87 4 Tinggi 0,22 5
Rapat Trikora 3 Tinggi
Pantai Sangat
Desa Berakit 1,63 2 Rendah 0,17 5
Trikora 4 Tinggi
Desa Sangat
0,18 5 - - - -
Pengudang Tinggi
Desa Sri
1,73 2 Rendah - - - -
Bintan
Desa Sebong
1,20 3 Sedang - - - -
Lagoi
Desa Sebong Sangat
0,40 5 - - - -
Pereh Tinggi
Keterangan: GEO: Geomorfologi pantai; untuk padanan/kesamaan lokasi lebih jelas dapat
dilihat pada Tabel 1.

18 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

Gambar 3. Peta kondisi elevasi ketinggian permukaan tanah di lokasi penelitian

Tabel 7. Perbandingan skor kerentanan pesisir dari variabel tinggi gelombang laut rata-rata
dan tunggang pasang surut tahun 2020 dengan tahun 2016 yang dilakukan oleh
Suhana et al. (2016)
Tahun 2016 oleh Suhana et
Tahun 2020
al. (2016)
Variabel
Kisaran Kisaran
Skor Kategori Skor Kategori
Nilai Nilai
Tinggi gelombang laut rata- Sangat
1,34-1,50 2 Rendah 0,44-0,72 1
rata (m/tahun) Rendah
Sangat
Tunggang pasang surut (m) 0,95-1,34 2 Rendah 0,71 1
Rendah

Variabel lain yang dapat menentukan sekitar pantai Desa Berakit dengan jarak
kerentanan pada suatu kawasan pesisir akresi sejauh 148,00 m atau sekitar 4,93 m/
adalah proses perubahan garis pantai. tahun. Berdasarkan rataan perubahan garis
Perubahan profil pantai merupakan salah pantai per tahun, Desa Sebong Lagoi, Desa
satu indikator untuk mengetahui apakah Sri Bintan, dan Desa Malang Rapat sangat
suatu kawasan pesisir mengalami tekanan dominan mengalami abrasi, sedangkan
(Suhana et al. 2016). Perubahan garis Kelurahan Kawal, Desa Teluk Bakau,
pantai juga menunjukkan dinamika proses Desa Berakit, Desa Pengudang, dan Desa
di kawasan pesisir (Aedla et al. 2015; Bagli Sebong Pereh cenderung mengalami akresi
et al. 2004). Berdasarkan hasil analisis (Tabel 8). Berdasarkan kondisi perubahan
perubahan garis pantai selama periode garis pantai per tahun, Desa Sebong Lagoi
1990-2020 (30 tahun), fenomena abrasi memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi
tertinggi terjadi di sekitar pantai Desa disebabkan pada daerah ini abrasi dapat
Sebong Lagoi dengan jarak pergeseran terjadi hingga 2,18 m/tahun. Sementara itu,
posisi garis pantai sejauh 197,16 m atau daerah dengan tingkat kerentanan rendah
sekitar 6,57 m/tahun, sedangkan fenomena berdasarkan perubahan garis pantai per
akresi/sedimentasi tertinggi terjadi di tahun adalah Desa Sebong Pereh dimana

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 19


akresi di daerah ini dapat terjadi hingga tahun. Secara keseluruhan dari variabel
1,02 m/tahun. perubahan garis pantai, kerentanan di
Perbedaan hasil penelitian tahun pesisir utara dan timur Pulau Bintan berada
2020 dengan tahun 2016 yang dilakukan pada kisaran kategori rendah-sangat tinggi,
oleh Suhana et al. (2016) disajikan pada sementara pada penelitian tahun 2016
Tabel 8. Pada variabel perubahan garis tingkat kerentan dengan variabel yang sama
pantai perbedaan terdapat pada lokasi berada pada kisaran rendah-sedang.
dan tahun pengamatan. Pada tahun 2020 Hasil analisis kerentanan yang
pengamatan perubahan garis pantai yang diperoleh menunjukkan tingkat kerentanan
dilakukan adalah selama 30 tahun (1990- pesisir timur Pulau Bintan tidak mengalami
2020) sedangkan penelitian pada tahun 2016 perubahan signifikan dibandingkan
pengamatan perubahan garis pantai yang dengan hasil penelitian yang sama yang
dilakukan adalah selama 10 tahun (2005- telah dilakukan oleh Suhana et al. (2016).
2014). Pada tahun 2016 abrasi maksimum Perbedaan hasil penelitian ditemukan pada
ditemukan pada Pantai Trikora 4 (Desa kawasan pesisir di Kelurahan Kawal (Pantai
Malang Rapat-Desa Berakit pada penelitian Trikora 1 dan Pantai Trikora 2 pada tahun
tahun 2020) dengan jarak akresi mencapai 2016). Tahun 2016 tingkat kerentanan
47,51 m atau 1,19 m/tahun (Suhana et pesisir berada dalam kategori rendah,
al. 2016). Sedangkan pada tahun 2020 di sedangkan pada tahun 2020 tingkat
Desa Malang Rapat cenderung mengalami kerentanan di kawasan tersebut mengalami
abrasi dengan jarak abrasi hingga 0,10 kenaikan status menjadi kategori sedang.
m/tahun, sementara itu di Desa Berakit Hal yang diduga menjadi penyebab
cenderung mengalami akresi dengan jarak perubahan kategori tingkat kerentanan di
abrasi mencapai 0,61 m/tahun. Untuk kawasan tersebut adalah laju perubahan
wilayah yang dominan mengalami akresi/ garis pantai pada tahun 2020. Pada tahun
sedimentasi pada tahun 2016 ditemukan 2016 laju perubahan garis pantai per tahun
di Pantai Trikora 1 (Kelurahan Kawal pada di sekitar Kelurahan Kawal sebesar 3,25 m/
penelitian tahun 2020) dengan jarak akresi tahun, sedangkan pada tahun 2020 laju
hingga 91,57 m atau sekitar 3,25 m/tahun. perubahan garis pantai di lokasi yang sama
Sedangkan pada tahun 2020 di lokasi turun menjadi 0,66 m/tahun.
yang sama jarak akresi mencapai 0,66 m/

Tabel 8. Perbandingan skor kerentanan pesisir dari variabel perubahan garis pantai tahun
2020 dengan tahun 2016 yang dilakukan oleh Suhana et al. (2016)
Tahun 2020 Tahun 2016 oleh Suhana et al. (2016)
PGP PGP
Lokasi Skor Kategori Lokasi Skor Kategori
(m/tahun) (m/tahun)
Kelurahan Pantai
0,66 3 Sedang 3,25 2 Rendah
Kawal Trikora 1
Desa Teluk Pantai
0,59 3 Sedang 2,08 2 Rendah
Bakau Trikora 2
Desa Malang Pantai
-0,10 3 Sedang 1,49 3 Sedang
Rapat Trikora 3
Pantai
Desa Berakit 0,61 3 Sedang 2,09 5 Sedang
Trikora 4
Desa
0,31 3 Sedang - - - -
Pengudang
Desa Sri
-0,67 3 Sedang - - - -
Bintan
Desa Sebong Sangat
-2,18 5 - - - -
Lagoi Tinggi
Desa Sebong
1,02 2 Rendah - - - -
Pereh
Keterangan: PGP: Perubahan garis pantai; untuk padanan/kesamaan lokasi lebih jelas
dapat dilihat pada Tabel 1.

20 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

Perubahan kategori kerentanan juga pantai per tahun. Dari penelitian yang telah
ditemukan di sekitar Desa Berakit dan Desa dilakukan diketahui bahwa laju perubahan
Malang Rapat (Pantai Trikora 4 pada tahun garis pantai mengalami perubahan
2016). Tahun 2016 kerentanan pesisir yang cukup signifikan baik fenomena
di sekitar kawasan tersebut berada pada abrasi maupun akresi. Hal inilah yang
kategori sedang, sedangkan pada tahun menyebabkan kategori kerentanan yang
2020 tingkat kerentanan turun menjadi diperoleh mengalami perubahan kategori di
kategori rendah. Laju perubahan garis beberapa lokasi.
pantai juga diduga menjadi faktor penyebab Seperti yang telah dijelaskan
perubahan kondisi tingkat kerentanan di sebelumnya bahwa tingkat kerentanan
kawasan tersebut. Tahun 2016 laju abrasi pesisir di utara dan timur Pulau Bintan
mencapai -1,19 m/tahun, sedangkan tahun berada dalam kategori rendah-sedang
2020 laju abrasi turun hingga -0,10 m/ (Gambar 4). Sekitar 57,68 % wilayah pesisir
tahun (Tabel 9). Menurunnya laju abrasi utara dan timur Pulau Bintan berada dalam
di kawasan tersebut diduga merupakan kategori sedang yang meliputi wilayah
hasil dari penanaman mangrove dan pesisir Kelurahan Kawal, Desa Teluk Bakau,
pembangunan water breaker di sepanjang Desa Pengudang, Desa Sebong Lagoi, dan
pantai di Desa Malang Rapat dan Desa Desa Sebong Pereh, sedangkan wilayah
Berakit. Hal ini menyebabkan laju abrasi dengan kategori kerentanan rendah berada
akibat pengaruh arus, gelombang laut di sekitar pesisir Desa Malang Rapat,
maupun pasang surut menjadi tereduksi. Desa Berakit, dan Desa Sri Bintan dengan
Variabel yang paling mempengaruhi tingkat persentase 42,32 %. Skor kerentanan pesisir
kerentanan juga memiliki kesamaan dengan di utara dan timur Pulau Bintan berada
tahun 2016 yaitu variabel geomorfologi dan pada kisaran 9,93-25,86 (Tabel 10). Wilayah
kemiringan pantai, namun hasil penelitian dengan skor kerentanan tertinggi ditemukan
pada tahun 2020 diperoleh satu variabel di sekitar pesisir Desa Berakit, sedangkan
lain yang dapat mempengaruhi tingkat wilayah dengan skor tertinggi ditemukan di
kerentanan yaitu laju perubahan garis sekitar pesisir Desa Pengudang.

Tabel 9. Karakteristik variabel kerentanan pesisir pada masing-masing lokasi


Karakteristik Variabel Kerentanan
Lokasi PGP KPT KTP PML TGL TPS
GEO
m/tahun % m mm/tahun m/tahun m
Kawal Pantai Berpasir 0,66 0,94 1,06 1,95 1,34 0,95
Teluk Bakau Pantai Berpasir 0,59 0,81 1,43 1,99 1,34 0,98
Malang Rapat Pantai Berbatu -0,10 0,87 1,87 1,97 1,41 1,03
Berakit Pantai Berbatu 0,61 1,63 3,09 1,95 1,50 1,10
Pengudang Pantai Berpasir 0,31 0,18 2,72 1,89 1,48 1,13
Sri Bintan Pantai Berpasir -0,67 1,73 2,89 1,81 1,49 1,18
Sebong Lagoi Pantai Berpasir -2,18 1,20 4,06 1,68 1,48 1,30
Sebong Pereh Pantai Berpasir 1,02 0,40 3,35 1,59 1,45 1,34
Keterangan: GEO: Geomorfologi; PGP: Perubahan Garis Pantai; KPT: Kemiringan Pantai;
KTP: Ketinggian Permukaan Tanah; PML: Perubahan Muka Laut; TGL: Tinggi
Gelombang Laut; TPS: Tunggang Pasang Surut

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 21


Gambar 4. Peta profil kerentanan pesisir di utara dan timur Pulau Bintan

Tabel 10. Hasil analisis kerentanan pesisir pada masing-masing lokasi penelitian
Skor Variabel Kerentanan
Lokasi Skor CVI Kategori
GEO PGP KPT KTP PML TGL TPS
Kawal 5 3 3 5 3 2 2 19,64 Sedang
Teluk Bakau 5 3 4 5 3 2 2 21,92 Sedang
Malang Rapat 2 3 4 5 3 2 2 14,33 Rendah
Berakit 2 3 2 5 3 2 2 9,93 Rendah
Pengudang 5 3 5 5 3 2 2 25,86 Sedang
Sri Bintan 5 3 2 5 3 2 2 15,78 Rendah
Sebong Lagoi 5 5 3 5 3 2 2 24,45 Sedang
Sebong Pereh 5 2 5 5 3 2 2 20,27 Sedang
Keterangan: GEO: Geomorfologi; PGP: Perubahan Garis Pantai; KPT: Kemiringan Pantai;
KTP: Ketinggian Permukaan Tanah; PML: Perubahan Muka Laut; TGL: Tinggi
Gelombang Laut; TPS: Tunggang Pasang Surut

Pembahasan struktur profil kawasan pesisir itu sendiri


maupun aktivitas manusia. Secara struktur
Kerentanan pesisir merupakan profil kawasan pesisir, kemiringan pantai
suatu kondisi yang memberikan informasi merupakan salah satu faktor penting dalam
berupa gambaran keadaan mudah terkena mempengaruhi kondisi kerentanan kawasan
dari suatu sistem alami serta keadaan sosial pesisir. Kemiringan pantai juga sangat
pesisir (manusia, kelompok atau komunitas) mempengaruhi laju pengikisan profil pantai.
terhadap bencana pantai (Dolan & Walker Pantai dengan profil kemiringan datar atau
2006). Seperti yang telah dijelaskan landai cenderung akan lebih mudah dan
sebelumnya bahwa tingkat kerentanan lebih cepat mengalami proses pengikisan.
kawasan pesisir dapat disebabkan oleh Hal ini disebabkan pantai yang datar dan/
berbagai macam faktor seperti proses alam, atau landai umumnya merupakan pantai

22 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

berpasir dan pantai berlumpur, sehingga mangrove dengan kerapatan tinggi akan
material sedimen penyusun pantai akan cenderung memiliki tingkat kerentanan
lebih mudah tergerus oleh proses fisika yang rendah, hal ini disebabkan ekosistem
oseanografi (arus, gelombang, dan pasang mangrove merupakan barrier (penghambat)
surut) yang terjadi di sepanjang kawasan utama untuk mereduksi efek hantaman
pantai (Handartoputra et al. 2015; Suhana arus dan gelombang laut ke pantai yang
et al. 2016; Suprapto et al. 2016). dapat menyebabkan profil penyusun pantai
Tingkat kerentanan merupakan menjadi tergerus. Hal serupa juga dijelaskan
suatu hal yang penting untuk diketahui oleh Handartoputra et al. (2015) dalam
karena dapat berpengaruh terhadap penelitiannya tentang geomorfologi pantai
terjadinya bencana. Proporsi setiap kategori dengan profil pantai bertebing dan berbatu.
indeks kerentanan dapat menjadi petunjuk Dijelaskan dalam penelitian tersebut bahwa
karakteristik spasial jenis variabel ataupun pantai dengan profil bertebing dan berbatu
cakupan tingkat atau kategori kerentanan yang terjal tinggi dan curam akan lebih
pada suatu kawasan. Proporsi ranking tahan dalam menahan gelombang dan
jenis variabel yang bervariasi menunjukkan abrasi, sehingga mampu menjaga kondisi
bahwa keragaman karakteristik spasial lingkungannya.
variabel tersebut bersifat lokal (relatif) pada Secara keseluruhan diketahui bahwa
skala lokasi penilaian. Sebaliknya, apabila variabel geomorfologi pantai, kemiringan
jenis ranking variabel yang hampir konstan pantai, dan ketinggian permukaan tanah
atau konstan sepanjang garis pantai yang menjadi variabel yang paling besar
dinilai menunjukkan bahwa jenis variabel pengaruhnya terhadap tingkat kerentanan
tersebut berkarakter regional hingga global di pesisir utara dan timur Pulau Bintan.
(Kasim & Siregar 2012). Penilaian kerentanan Walaupun secara keseluruhan tingkat
pesisir menggunakan berbagai variabel yang kerentanan pesisir utara dan timur Pulau
dianggap paling mempengaruhi perubahan Bintan berada dalam kategori rendah-
kondisi kawasan pesisir. Variabel-variabel sedang namun tetap terdapat beberapa
tersebut dapat dimodifikasi dan disesuaikan variabel yang memiliki skor kerentanan
dengan lokasi yang diamati. Hal ini dengan kategori sangat tinggi seperti
disebabkan kawasan pesisir di tiap wilayah geomorfologi pantai, kemiringan pantai
memiliki kondisi dan profil yang berbeda dan ketinggian permukaan tanah. Hal-
(Hammar-Klose et al. 2003; Handartoputra hal serupa juga ditemukan di beberapa
et al. 2015; Joesidawati 2016; Koroglu et al. penelitian serupa yang telah dilakukan
2019; Royo et al. 2016). di daerah pesisir lain di Indonesia seperti
Kawasan pesisir dengan elevasi yang dilakukan oleh Gemilang et al. (2007)
permukaan tanah yang rendah akan di daerah pesisir Sumatera Barat yang
cenderung menyebabkan tingkat kerentanan menjelaskan kondisi geomorfologi pesisir
di suatu kawasan pesisir menjadi tinggi, sangat mempengaruhi tingkat kerentanan
hal ini disebabkan kawasan pesisir dengan pesisir di kawasan tersebut. Penelitian
elevasi permukaan tanah yang rendah lain yang dilakukan oleh Handartoputra
dapat menyebabkan kawasan tersebut akan et al. (2015) di pesisir Pantai Sendag Biru,
terendam air dan menyebabkan volume Kabupaten Malang menemukan bahwa
luas daratan berkurang apabila tinggi variabel jarak vegetasi dari pantai dan
gelombang laut yang sampai ke pantai tunggang pasang surut (tidal range) menjadi
memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari faktor yang paling mempengaruhi tingkat
elevasi permukaan tanah di sekitar pesisir kerentanan di kawasan tersebut. Penelitian
(Hamuna et al. 2018; Marwasta & Priyono yang dilakukan oleh Joesidawati (2016)
2016). Tidak selamanya kawasan pesisir menjelaskan kondisi geomorfologi pantai,
dengan elevasi permukaan tanah yang ketinggian permukaan tanah (topografi),
rendah akan selalu menyebabkan tingkat kenaikan muka air laut relatif, serta lebar
kerentanan di kawasan tersebut menjadi sabuk hijau menjadi variabel yang paling
tinggi. Struktur dan profil geomorfologi mempengaruhi tingkat kerentanan pesisir
juga dapat memberikan pengaruh apakah di pesisir Kabupaten Tuban, sedangkan
kawasan pesisir dengan elevasi permukaan Hamuna et al. (2018) menemukan bahwa
yang rendah akan memiliki tingkat variabel elevasi permukaan tanah menjadi
kerentanan pesisir yang tinggi ataupun variabel yang paling mempengaruhi tingkat
rendah. Seperti yang dijelaskan oleh kerentanan di pesisir kota dan kabupaten di
Hamuna et al. (2018) bahwa pantai dengan Jayapura.
geomorfologi yang tersusun dari ekosistem Melihat dari hasil penelitian yang

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 23


diperoleh serta beberapa hasil penelitian yang berwenang terhadap pemanfaatan dan
serupa yang dilakukan di berbagai lokasi pengelolaan di kawasan pesisir utara dan
dapat disimpulkan bahwa begitu banyak timur Pulau Bintan, mengingat pola yang
faktor yang dapat menyebabkan kerentanan sama dengan yang terjadi di pesisir Garut
wilayah pesisir dan juga diperoleh informasi Selatan terkait alih fungsi lahan pesisir
fakta nyata bahwa sebagian besar wilayah juga terjadi di pesisir utara dan timur
pesisir di Indonesia menghadapi berbagai Pulau Bintan dimana kondisi di lapangan
tekanan yang menyebabkan kerentanan terlihat jelas segala infrastruktur penunjang
pesisir, tidak terkecuali pesisir utara dan kegiatan pariwisata di pesisir utara dan
timur Pulau Bintan. Terdapat beberapa timur Pulau Bintan cenderung membangun
variabel yang menyebabkan tingkat ke arah laut di sepanjang kawasan pantai.
kerentanan pesisir di utara dan timur
Pulau Bintan dapat menjadi sangat tinggi,
namun seperti yang diketahui bahwa KESIMPULAN DAN SARAN
segala aspek dan proses fisik yang terjadi di
kawasan pesisir saling mempengaruhi dan Kesimpulan
saling berkaitan, sehingga keseimbangan
antara masing-masing variabel akan saling Kerentanan pesisir di utara dan
mempengaruhi tingkat kerentanan pesisir timur Pulau Bintan sangat dipengaruhi oleh
di utara dan timur Pulau Bintan. Oleh geomorfologi, kemiringan pantai, dan laju
sebab itu, walaupun terdapat beberapa perubahan garis pantai. Variabel tersebut
variabel dengan skor kerentanan sangat memiliki kesamaan dengan penelitian
tinggi, namun dengan variabel lain yang sebelumnya yang telah dilakukan pada
memiliki kerentanan yang rendah menjadi tahun 2016 di pesisir timur Pulau Bintan.
reduksi tingkat kerentanan pesisir di utara Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
dan timur Pulau Bintan. adalah pada tingkat kerentanan, terdapat
Oleh sebab itu dari hasil penelitian beberapa daerah yang mengalami penurunan
ini diharapkan dapat menjadi acuan/ tingkat kerentanan dan terdapat beberapa
referensi bagi instansi/lembaga apapun daerah yang mengalami peningkatan status
yang berwenang terhadap pemanfaatan kerentanan. Laju abrasi dan sedimentasi
dan pengelolaan di kawasan pesisir (perubahan garis pantai) diduga menjadi
utara dan timur Pulau Bintan untuk faktor penyebab terjadinya perubahan
dapat memperhatikan beberapa faktor status kerentanan di beberapa lokasi.
yang dapat menyebabkan meningkatnya Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan/
tingkat kerentanan di pesisir utara dan referensi terhadap bentuk pemanfaatan dan
timur Pulau Bintan seperti yang telah pengelolaan di kawasan pesisir utara dan
dijelaskan sebelumnya. Sangat disarankan timur Pulau Bintan.
agar pemanfaatan dan pengelolaan
serta pembangunan kawasan di pesisir Saran
utara dan timur Pulau Bintan tidak lagi
dilakukan di sepanjang pantai seperti Sebuah studi untuk menilai kategori
yang sedang berjalan selama ini. Hal ini tingkat kerentanan suatu kawasan pesisir
tentunya akan menyebabkan alih fungsi merupakan hal yang fundamental untuk
lahan/kawasan pantai yang pasti akan dijadikan dasar perumusan rancangan
menggangu, mengubah bahkan mungkin pemanfaatan dan pengelolaan potensi
merusak struktur profil pantai/pesisir kawasan pesisir dan laut. Begitu banyaknya
bahkan ekosistem pesisir disekitarnya. parameter/variabel yang menjadi
Fenomena meningkatnya kerentanan indikator penilaian serta modifikasi yang
pesisir di suatu kawasan akibat alih fungsi dapat dilakukan terhadap parameter/
lahan sudah terjadi di sekitar pesisir Garut variabel indikator tersebut tentunya akan
Selatan, Provinsi Jawa Barat (Suprapto et memberikan cukup banyak perspektif
al. 2016). Pada penelitian di lokasi tersebut dalam menilai kategori tingkat kerentanan
dijelaskan alih fungsi lahan ekosistem pesisir di suatu wilayah. Dari hasil
mangrove menjadi kawasan pariwisata, penelitian yang dilakukan dengan penelitian
kebun campuran, dan lahan pertanian yang dilakukan pada tahun 2016 terdapat
menyebabkan tingkat kerentanan pesisir di perbedaan kategori kerentanan, hal ini
Garut Selatan meningkat. tidak terlepas dari jumlah dan variabel yang
Hal ini perlu menjadi perhatian digunakan. Oleh sebab itu studi yang lebih
khusus bagi instansi/lembaga apapun mendalam mengenai parameter/variabel

24 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

apa saja yang paling tepat untuk menjadi Coastline Alteration Rate of Weh
indikator penilaian tingkat kerentanan Island, Aceh Province, Indonesia.
suatu kawasan pesisir dirasa sangat perlu IOP Conference Series: Earth
untuk dilakukan agar tingkat keakuratan and Environmental Science.
penilaian menjadi lebih tinggi lagi. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/216/1/012010.
Dolan AH, Walker IJ. 2006. Understanding
UCAPAN TERIMA KASIH Vulnerability of Coastal Communities
to Climate Change Related Risks.
Ucapan terima kasih diberikan Journal of Coastal Research. 39:
kepada Direktorat Jenderal Penguatan Riset 1316-1323.
dan Pengembangan, Kementerian Riset Field CB, Barros VR, Dokken DJ, Mach KJ,
dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Mastrandrea MD, Bilir TE, Chatterjee
Nasional yang telah memberikan hibah dana M, Ebi KL, Estrada YO, Genova
Penelitian Dosen Pemula (PDP). Ucapan RC, Girma B, Kissel ES, Levy AN,
terima kasih juga diberikan kepada Fakultas MacCracken S, Mastrandrea PR,
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas White LL. 2014. Climate Change
Maritim Raja Ali Haji yang telah memberikan 2014: Impacts, Adaptation, and
dukungan terhadap penelitian in. Kami Vulnerability. Part A: Global and
juga berterima kasih kepada reviewer atas Sectoral Aspects. IPCC.
komentar dan saran konstruktif yang secara Gemilang WA, Husrin S, Wisha UJ, Kusumah
substansial meningkatkan isi artikel ini. G. 2007. Kerentanan Pesisir terhadap
Bencana Tanah Longsor di Bungus,
Sumatera Barat, dan Sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA Menggunakan Metode Storie. Jurnal
Geosaintek. 3(1): 37–44. https://doi.
Aedla R, Dwarakish GS, Reddy DV. 2015. org/10.12962/j25023659.v3i1.2954.
Automatic Shoreline Detection Giambastiani BMS, Colombani N, Greggio N,
and Change Detection Analysis of Antonellini M, Mastrocicco M. 2017.
Netravati-Gurpur Rivermouth Using Coastal Aquifer Response to Extreme
Histogram Equalization and Adaptive Storm Events in Emilia-Romagna,
Thresholding Techniques. Aquatic Italy. Hydrological Processes. https://
Procedia. 4: 563–570. https://doi. doi.org/10.1002/hyp.11130.
org/10.1016/j.aqpro.2015.02.073. Hammar-Klose ES, Pendleton EA, Thieler
Angkotasan AM, Nurjaya IW, Natih NMN. ER, Williams SJ, Norton GA. 2003.
2012. Analisis Perubahan Garis Coastal Vulnerability Assessment of
Pantai di Pantai Barat Daya Pulau Cape Cod National Seashore (CACO)
Ternate, Provinsi Maluku Utara. to Sea-Level Rise. USGS Open File
Jurnal Teknologi Perikanan dan Report 02-233.
Kelautan. 3(1): 11–22. https://doi. Hamuna B, Sari AN, Alianto A. 2018. Kajian
org/10.24319/jtpk.3.11-22. Kerentanan Wilayah Pesisir Ditinjau
Bagli S, Soille P, Fermi E. 2004. Automatic dari Geomorfologi dan Elevasi Pesisir
Delineation of Shoreline and Lake Kota dan Kabupaten Jayapura,
Boundaries from Landsat Satellite Provinsi Papua. Jurnal Wilayah dan
Images. Proceedings of Initial ECO- Lingkungan. 6(1): 1–14. https://doi.
IMAGINE GI and GIS for Integragted org/10.14710/jwl.6.1.1-14.
Coastal Management. Handartoputra A, Purwanti F, Hendrarto B.
Bukvic A, Rohat G, Apotsos A, de Sherbinin 2015. Penilaian Kerentanan Pantai
A. 2020. A Systematic Review of di Sendang Biru, Kabupaten Malang,
Coastal Vulnerability Mapping. terhadap Variabel Oceanografi
Sustainability (Switzerland). https:// Berdasarkan Metode CVI (Coastal
doi.org/10.3390/su12072822. Vulnerability Index). Diponegoro
Chandrasekar N. 2013. Coastal Vulnerability Journal of Maquares. 4(1): 91–97.
and Shoreline Changes for Southern Imran Z, Sugiarto SW, Muhammad AN.
Tip of India-Remote Sensing and GIS 2020. Coastal Vulnerability Index
Approach. Journal of Earth Science Aftermath Tsunami in Palu Bay,
& Climatic Change. https://doi. Indonesia. IOP Conference Series:
org/10.4172/2157-7617.1000144. Earth and Environmental Science.
Dhiauddin R, Gemilang WA. 2018. https://doi.org/10.1088/1755-

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 25


1315/420/1/012014. 57–68. https://doi.org/10.23917/
Irawan S, Fahmi R, Lubis MZ, Aji SB, forgeo.v21i1.1819.
Roziqin A, Khoirunnisa H. 2018. Rajasree BR, Deo MC. 2020. Assessment of
Hydro-oceanographic Condition Coastal Vulnerability Considering the
(Tide, Sea Current, and Waves) of Future Climate: A Case Study Along
Nongsa Batam Sea. Journal of Applied The Central West Coast of India.
Geospatial Information. https://doi. Journal of Waterway, Port, Coastal,
org/10.30871/jagi.v2i2.968. and Ocean Engineering. https://
Islam MA, Mitra D, Dewan A, Akhter doi.org/10.1061/(ASCE)WW.1943-
SH. 2016. Coastal Multi-hazard 5460.0000552.
Vulnerability Assessment Along Reimann L, Vafeidis AT, Brown S, Hinkel
the Ganges Deltaic Coast of J, Tol RSJ. 2018. Mediterranean
Bangladesh-a Geospatial Approach. UNESCO World Heritage At Risk
Ocean and Coastal Management. from Coastal Flooding and Erosion
https://doi.org/10.1016/j. Due to Sea-level Rise. Nature
ocecoaman.2016.03.012. Communications. 9(4161): 1–11.
Joesidawati MI. 2016. Penilaian Kerentanan https://doi.org/10.1038/s41467-
Pantai di Wilayah Pesisir Kabupaten 018-06645-9.
Tuban terhadap Ancaman Kerusakan. Reiners WA, Driese KL. 2001. The Propagation
Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of of Ecological Influences Through
Marine Science and Technology. 9(2): Heterogeneous Environmental
188–198. https://doi.org/10.21107/ Space. BioScience. 51(11): 939-950.
jk.v9i2.1667. https://doi.org/10.1641/0006-
Kalay DE, Lopulissa VF, J YAN. 2018. 3568(2001)051[0939:TPOEIT]2.0.
Analisis Kemiringan Lereng Pantai CO;2.
dan Distribusi Sedimen Pantai Rizzo A, Vandelli V, Buhagiar G, Micallef
Perairan Negeri Waai Kecamatan AS, Soldati M. 2020. Coastal
Salahutu Provinsi Maluku. Jurnal Vulnerability Assessment Along
Triton. 14(1): 10–18. The North-eastern Sector of Gozo
Kasim F, Siregar VP. 2012. Penilaian Island (Malta, Mediterranean Sea).
Kerentanan Pantai Menggunakan Water (Switzerland). https://doi.
Metode Integrasi CVI-MCA Studi org/10.3390/w12051405.
Kasus Pantai Indramayu. Forum Royo ML, Ranasinghe R, Jiménez JA.
Geografi. 26(1): 65–76. https://doi. 2016. A Rapid, Low-cost Approach
org/10.23917/forgeo.v26i1.5051. to Coastal Vulnerability Assessment
Koroglu A, Ranasinghe R, Jiménez JA, at A National Level. Journal of
Dastgheib A. 2019. Comparison Coastal Research. 32(4): 932–
of Coastal Vulnerability Index 945. https://doi.org/10.2112/
Applications for Barcelona Province. JCOASTRES-D-14-00217.1.
Ocean and Coastal Management. Sekovski I, Del Río L, Armaroli C.
https://doi.org/10.1016/j. 2020. Development of A Coastal
ocecoaman.2019.05.001. Vulnerability Index Using Analytical
Kumar AA, Kunte PD. 2012. Coastal Hierarchy Process and Application
Vulnerability Assessment for to Ravenna Province (Italy).
Chennai, East Coast of India Using Ocean and Coastal Management.
Geospatial Techniques. Natural https://doi.org/10.1016/j.
Hazards. https://doi.org/10.1007/ ocecoaman.2019.104982.
s11069-012-0276-4. Suhana MP, Nurjaya IW, Natih NMN. 2016.
Mahmood R, Ahmed N, Zhang L, Li G. 2020. Analisis Kerentanan Pantai Timur
Coastal Vulnerability Assessment Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan
of Meghna Estuary of Bangladesh Riau Menggunakan Digital Shoreline
Using Integrated Geospatial Analysis System dan Metode Coastal
Techniques. International Journal of Vulnerability Index. Jurnal Teknologi
Disaster Risk Reduction. https://doi. Perikanan dan Kelautan. 7(1): 21–38.
org/10.1016/j.ijdrr.2019.101374. https://doi.org/10.24319/jtpk.7.21-
Marwasta D, Priyono KD. 2016. Analisis 38.
Karakteristik Permukiman Desa- Suhana MP, Nurjaya IW, Natih NMN. 2018.
Desa Pesisir di Kabupaten Patterns and Tidal Characteristics
Kulonprogo. Forum Geografi. 21(1): of East Coast of Bintan Island, Riau

26 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 Mei 2020: 11-27
ISSN 2087-4871

Archipelago Province. Journal of


Applied Geospatial Information. 2(1):
98–101. https://doi.org/10.30871/
jagi.v2i1.642.
Suprapto O, Harahap S, Herawati T. 2016.
Analisis Kerantanan Fisik Pantai di
Pesisir Garut Selatan Jawa Barat.
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Unpad. 2(2): 51–57.
Thieler ER, Hammar-Klose ES. 2000.
National Assessment of Coastal
Vulnerability to Sea-Level Rise:
Preliminary Results for the U.S. Gulf
of Mexico Coast. North. https://doi.
org/10.3133/ofr00179.
Ward PJ, Marfai MA, Yulianto F, Hizbaron
DR, Aerts JCJH. 2011. Coastal
Inundation and Damage Exposure
Estimation: A Case Study for Jakarta.
Natural Hazards. 56(3): 899–916.
https://doi.org/10.1007/s11069-
010-9599-1.
Yin J, Yin Z, Wang J, Xu S. 2012. National
Assessment of Coastal Vulnerability
to Sea-level Rise for the Chinese Coast.
Journal of Coastal Conservation.
https://doi.org/10.1007/s11852-
012-0180-9.

Tingkat Kerentanan Pesisir.....................................................................................................................(SUHANA et al.) 27

You might also like