Professional Documents
Culture Documents
Resume Putri Ayu
Resume Putri Ayu
Resume Putri Ayu
Disusun Oleh:
Putri Ayu Meinanda
Mata Kuliah:
Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SD
Dosen Pengampu: Dr. Agung Nugroho, M.Pd
1. Pendekatan Behaviorisme.
Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan
berbahasa anak sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai
rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai
wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi
kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada dasarnya sangat
ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
Pendekatan behaviorisme adalah suatu pendekatan dalam psikologi
yang menekankan pada pengamatan perilaku yang dapat diamati secara
langsung dan mengabaikan aspek-aspek internal seperti pikiran, perasaan,
dan motivasi. Pendekatan ini berfokus pada hubungan antara stimulus
eksternal dan respons yang dihasilkan oleh individu
Beberapa penerapan pendekatan behaviorisme dalam berbagai konteks
adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan: Pendekatan behaviorisme telah digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah
Purbayan, Yogyakarta. Metode pembelajaran yang digunakan
adalah pendekatan behavior berbasis neurosains, yang menekankan
pada penggunaan penguatan positif dan negatif untuk membentuk
perilaku yang diinginkan.
b. Komunikasi: Dalam penelitian tentang makna dalam tuturan di
akun Instagram Jokowi, pendekatan behaviorisme digunakan untuk
menganalisis makna-makna yang terkandung dalam tuturan
Jokowi. Makna-makna tersebut antara lain adalah permintaan,
harapan, optimisme, dan pengingat.
c. Terapi anak berkebutuhan khusus: Pendekatan behaviorisme juga
diterapkan dalam proses terapi anak dengan kebutuhan khusus,
seperti cerebral palsy, di Rumah Terapi Darul Fathonah Kudus
Pendekatan ini membantu anak-anak dalam mengembangkan
kompetensi hidup, seperti kognisi dan keterampilan motorik.
Teori belajar behaviorisme memiliki karakteristik yang
membedakannya dari teori belajar lainnya. Beberapa karakteristik utama
dari teori ini adalah:
3. Pendekatan Kognitif.
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari
kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif
distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian
perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.
4. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan
di atas. Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar
(kognitif) dari bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan
melalui proses interaksi. Inti pembelajaran interaktif adalah siswa
membuat pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha
menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir
kritis mereka.
5. Pendekatan Tujuan Penerapan
pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’.
Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar
dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang
mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang
diberikan oleh guru. Penetuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes
sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal
yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6. Pendekatan Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang
didengar/ditulis untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar
bahasa adalah belajar strukturstruktur (tatabahasa).
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa
adalah sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa
adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada
pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk
menunjang pencapaian keterampilan bahasa.
8. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan
memperhatikan faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta,
tujuan, situasi, konteks juga aspek pengembangan: emosi, moral, sosial
dan intelektual.
9. Pendekatan “Whole Language”
Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang
dilaksanakan secara menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara,
membaca dan menulis. Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang
interaktif yang tidak terpisahpisah dengan aspek kebahasaan: fonem, kata,
ejaan, kalimat, wacana dan sastra. Di samping itu pendekatan ini juga
mementingkan multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar anak.
10. Pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning atau CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana mencapainya.
Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
11. Pendeka Terpadu
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan
pendekatan “Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa
senantiasa harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca, menulis) dengan komponen kebahasaan
(tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di
samping itu untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini menggunakan
jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan
Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan
Jasmani.
B. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-
langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 56) yang mengatakan
bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau
ditentukan.
Sementara itu, Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat bahwa pengertian “metode”
secara harfiah berarti “cara”, metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis
yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi spesifik langkah-
langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif mencapai suatu tujuan
tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik.
1. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli
Wina Sanjaya
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2016,
hlm. 147).
Abdurrahman Ginting
Menurut Ginting (2014, hlm. 42) metode pembelajaran dapat diartikan
cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar
pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar
terjadi proses pembelajaran pada diri peserta didik.
Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetya.
Metode pembelajaran adalah teknik yang dikuasai pendidik atau guru
untuk menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik di kelas, baik
secara individu maupun kelompok agar materi pelajaran dapat diserap,
dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik (Ahmadi &
Prasetya, 2015, hlm. 52).
Nur Hamiyah & Muhammad Jauhar
Sedangkan Hamiyah dan Jauhar, mengartikan metode sebagai cara
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamiyah
& Jauhar, 2014, hlm. 49).
Ridwan Abdullah Sani
Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi
pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sani,
2019, hlm. 158).
Sofan Amri
Menurut Amri (2013, hlm. 113) metode belajar mengajar dapat
diartikan sebagai cara-cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau
menanamkan pengetahuan kepada subjek didik, atau anak melalui sebuah
kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah, rumah, kampus, pondok, dan
lain-lain.
Komalasari
Komalasari (2017, hlm. 56) mengemukakan bahwa metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan metode secara spesifik.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran.
Berikut adalah beberapa contoh metode pembelajaran yang cocok digunakan
dalam rangka ikut menyukseskan kurikulum 2013 (k13).
Metode Pembelajaran Examples non Examples
Metode ini meminta siswa untuk secara berkelompok menganalisis
gambar lalu mendiskusikan hasilnya. Langkah-langkah dari metode ini
adalah sebagai berikut.
a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
proyektor.
c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g) Penutup (berupa rangkuman atau kesimpulan).
Metode Pembelajaran Picture and Picture.
Metode ini mengajak siswa untuk mengurut gambar berseri yang
disusun secara acak oleh Guru sambil memaparkan alasan pengurutannya.
Langkah-langkahnya metode picture and picture adalah:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Menyajikan materi sebagai pengantar.
c) Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi dan sebetulnya saling terkait satu sama lain, namun
susunannya telah di acak.
d) Guru menunjuk atau meminta siswa secara bergantian untuk
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar yang
ditentukan oleh siswa.
f) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g) Penutup disertai rangkuman atau kesimpulan.
Metode Numbered Heads Together
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Intinya, metode
ini membagi tugas yang diberi nomor untuk dipelajari oleh siswa yang
mendapatkan nomor tersebut dalam kelompok yang berbeda. Kemudian,
masing-masing siswa pemegang nomor akan berbagi dengan kelompok
masing-masing dan kelompok lainnya. Berikut ini adalah langkah-
langkahnya.
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapatkan nomor.
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya.
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
f) Penutup disertai rangkuman atau kesimpulan.
Metode Cooperative Script
Metode naskah Kooperatif mengajak peserta didik bekerja
berpasangan dan bergantian untuk menjadi pembicara dan pendengar
(Dansereau Cs., 1985). Berikut adalah langkah-langkahnya:
a) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d) Pembicara membacakan hasil meringkasnya sejelas mungkin
dengan cara menyampaikan ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara itu, pendengar menyimak dan jika diperlukan
membantu atau mengoreksi pembicara lalu menghubungkan materi
sebelumnya dengan materi yang dibacakan.
e) Kemudian, pembicara dan pendengar bertukar peran dan melakuan
hal yang sebaliknya.
f) Guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama dengan
siswa.
g) Penutup.
Metode Kepala Bernomor Terstruktur
Metode ini adalah modifikasi dari Number Heads Together. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap siswa dalam
kelompok akan mendapatkan nomor.
b) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor yang
didapatkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya, siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal
dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
c) Jika diperlukan, guru dapat meminta siswa untuk bekerja
kelompok.
d) Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama
beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
e) Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
f) Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
g) Penutup (kesimpulan).
Metode Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
STAD atau Tim siswa kelompok prestasi dikembangkan dan
dipopulerkan oleh Slavin pada tahun 1995. Metode ini mengelompokkan
siswa secara heterogen menurut prestasi, gender, suku, dsb dan diminta
untuk mengerjakan tugas kelompok.
Kemudian evaluasi dilakukan dalam bentuk tes atau kuis, kelompok
tidak boleh saling membantu dalam fase ini. Untuk lebih jelasnya,
langkah-langkah STAD adalah sebagai beriku.
a) Membentuk kelompok yang anggotanya berjumlah empat orang
secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku,
dll).
b) Guru menyajikan materi pelajaran.
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang telah
memahami materi harus menjelaskannya kepada anggota lain
hingga semua anggota kelompok memahaminya
d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Penutup (Kesimpulan).
Metode Pembelajaran Jigsaw (Metode Tim Ahli)
Jigsaw membagi kelompok yang setiap anggotanya akan dibagi
kelompok kembali menjadi tim ahli dari masing-masing materi yang
diberikan. Kelompok tim ahli akan secara berkelompok mempelajari
materi yan ditentukan lalu kembali ke kelompok mereka masing-masing
setelah menjadi ahli (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp,
1978). Langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai berikut:
a) Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
b) Setiap anggota dalam tim akan diminta untuk menjadi seorang ahli
dalam suatu bagian materi yang berbeda.
c) Semua tim ahli dari tim yang berbeda berkelompok dan
membentuk tim ahli untuk berdiskusi dan mempelajari materi yang
sama.
d) Kemudian masing-masing tim ahli akan kembali ke kelompok
mereka untuk membagikan keahliannya pada tim asal tersebut.
e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f) Guru memberikan evaluasi.
g) Penutup
Problem Based Introduction (PBI)
Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan cara memberikan
permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik.
Langkah-langkah :
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
b) Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
c) Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
d) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
e) Guru mendorong siswa agar mengumpulkan data dan informasi
yang sesuai dengan masalah. Kemudian, siswa melaksanakan
penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan data dan hipotesis
yang didapatkan dari eksperimen/penelitian.
f) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
g) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
Metode Pembelajaran Artikulasi
Metode pembelajaran ini meminta siswa untuk secara berpasangan
untuk menyampaikan materi yang diterima dari guru dan mencatatnya
secara bergantian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c) Bagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang
(berpasangan).
d) Siswa meminta seorang dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil
membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran dan
begitu juga kelompok lainnya.
e) Secara bergiliran siswa menyampaikan hasil wawancara dengan
pasangannya.
f) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang belum
dipahami siswa.
g) Kesimpulan/penutup.
Mind Mapping
Intinya, Guru memberikan permasalahan yang memiliki jawaban atau
solusi alternatif sehingga dapat dibuat peta konsepnya dan siswa dapat
mempelajari serta mendiskusikan setiap alternatif jawaban dengan rekan-
rekan dan tentunya Guru. Langkah-langkah metode mind mapping adalah
sebagai berikut.
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif
jawaban.
c) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban
hasil diskusi.
e) Tiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru
mencatatnya di papan tulis untuk kemudian kelompokkan sesuai
kebutuhan
f) Berdasarkan catatan yang ada di papan tulis, siswa diminta untuk
membuat kesimpulan atau guru memberikan bandingan materi
sesuai dengan konsep yang disediakan.
C. Model Pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis
untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun
tetap mengerucut pada tujuan khusus.
Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran
yang sudah menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru lebih luas lagi
cakupannya.
Definisi di atas senada dengan pendapat Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur pembelajaran dengan sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar
tujuan belajar tertentu yang diinginkan bisa tercapai.
Untuk memperkuat kesahihan pengertian model pembelajaran berikut ini adalah
beberapa pengertian model pembelajaran menurut para ahli.
1. Pengertian Model Pembelajaran menurut Para Ahli
Trianto
Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”
Saefuddin & Berdiati
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm.
48).
Sukmadinata & Syaodih
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang
menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan
atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata & Syaodih, 2012, hlm.
151).
Joyce & Weil
Joyce & Weil dalam Rusman (2018, hlm. 144) berpendapat bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau lingkungan belajar lain.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas terlihat adanya kesamaan ciri khusus
yang menyelubungi semua pengertian model pembelajaran. Ciri khusus tersebut adalah
adanya pola atau rencana yang sistematis.
Untuk memastikan keberadaan ciri tersebut maka berikut adalah ciri atau
karakterisitk yang dimiliki model pembelajaran jika dibandingkan dengan ilmu
pelaksanaan dan perancangan pembelajaran lain.
Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014, hlm. 58) ciri-ciri model
pembelajaran adalah sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan, Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta.
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Refika Aditama.
Perbowosari, H., Hadion Wijoyo, S. E., SH, S., & Setyaningsih, S. A. (2020).
Pengantar Psikologi Pendidikan. Penerbit Qiara Media.
Smith, Mark K. dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta : Mirza
Media Pustaka.
Riau. JS (Jurnal Sekolah), 4(3), 205-212. Wijoyo, H., & Nyanasuryanadi, P. (2020).
Analisis Efektifitas Penerapan Kurikulum Pendidikan Sekolah Minggu Buddha Di Masa
Pandemi COVID-19. JP3M: Jurnal