Resume Putri Ayu

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 57

RESUME

PENDEKATAN, METODE, MODEL, STRATEGI, DAN


TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI
SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh:
Putri Ayu Meinanda

Mata Kuliah:
Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SD
Dosen Pengampu: Dr. Agung Nugroho, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
LUBUKLINGGAU 2023
DAFTAR ISI
A. Pendekatan Bahasa dan Sastra di SD
Pendekatan dalam konteks pendidikan merujuk pada cara atau strategi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pendekatan ini
dapat berbeda-beda tergantung pada tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, dan
karakteristik peserta didik. Beberapa contoh pendekatan yang umum digunakan dalam
pembelajaran adalah:
1. Pendekatan saintifik.
Pendekatan ini menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir
kritis, kreatif, dan ilmiah melalui proses pengamatan, bertanya,
menghubungkan, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan informasi.
2. Pendekatan berbasis tema.
Pendekatan ini menggunakan tema atau topik tertentu sebagai landasan
untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dan mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang topik tersebut.
3. Pendekatan berbasis karakter.
Pendekatan ini menekankan pada pengembangan nilai-nilai karakter yang
positif melalui pembelajaran cerita rakyat, sastra, atau materi lain yang
mengandung pesan moral.
4. Pendekatan service learning.
Pendekatan ini menggabungkan pembelajaran dengan pengabdian kepada
masyarakat, di mana peserta didik terlibat dalam proyek nyata yang
memberikan manfaat bagi komunitas sekitar mereka.

Pendekatan-pendekatan ini dapat digunakan secara terpisah atau


dikombinasikan dalam konteks pembelajaran yang lebih luas. Tujuan utama dari
penggunaan pendekatan ini adalah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan
membantu peserta didik mencapai potensi mereka yang penuh.

Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat


bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam
merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi
tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kebiasaan; bahasa sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang menganggap
bahasa sebagai seperangkat peraturan/kaidah.
Di bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami
oleh guru-guru sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.

1. Pendekatan Behaviorisme.
Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan
berbahasa anak sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai
rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai
wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi
kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada dasarnya sangat
ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
Pendekatan behaviorisme adalah suatu pendekatan dalam psikologi
yang menekankan pada pengamatan perilaku yang dapat diamati secara
langsung dan mengabaikan aspek-aspek internal seperti pikiran, perasaan,
dan motivasi. Pendekatan ini berfokus pada hubungan antara stimulus
eksternal dan respons yang dihasilkan oleh individu
Beberapa penerapan pendekatan behaviorisme dalam berbagai konteks
adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan: Pendekatan behaviorisme telah digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah
Purbayan, Yogyakarta. Metode pembelajaran yang digunakan
adalah pendekatan behavior berbasis neurosains, yang menekankan
pada penggunaan penguatan positif dan negatif untuk membentuk
perilaku yang diinginkan.
b. Komunikasi: Dalam penelitian tentang makna dalam tuturan di
akun Instagram Jokowi, pendekatan behaviorisme digunakan untuk
menganalisis makna-makna yang terkandung dalam tuturan
Jokowi. Makna-makna tersebut antara lain adalah permintaan,
harapan, optimisme, dan pengingat.
c. Terapi anak berkebutuhan khusus: Pendekatan behaviorisme juga
diterapkan dalam proses terapi anak dengan kebutuhan khusus,
seperti cerebral palsy, di Rumah Terapi Darul Fathonah Kudus
Pendekatan ini membantu anak-anak dalam mengembangkan
kompetensi hidup, seperti kognisi dan keterampilan motorik.
Teori belajar behaviorisme memiliki karakteristik yang
membedakannya dari teori belajar lainnya. Beberapa karakteristik utama
dari teori ini adalah:

a. Fokus pada Perilaku yang Dapat Diamati: Teori belajar


behaviorisme menekankan pada perilaku yang dapat diamati dan
diukur, bukan proses mental yang tersembunyi.
b. Hubungan Stimulus-Respons: Teori ini berfokus pada hubungan
antara stimulus (dorongan) dan respons (reaksi). Setiap perilaku
dapat dihubungkan dengan stimulus tertentu, dan ini dapat
dipelajari dan dimanipulasi.
c. Penguatan dan Hukuman: Salah satu aspek kunci dari teori belajar
behaviorisme adalah penggunaan penguatan (reward) dan
hukuman (punishment) untuk membentuk perilaku.
d. Objektivitas dan Pengukuran: Teori ini menekankan pada
pendekatan yang objektif dan ilmiah dalam memahami dan
mengukur perilaku, menjadikannya dapat diuji dan dievaluasi.
e. Pembelajaran Melalui Pengalaman: Behaviorisme percaya bahwa
pembelajaran terjadi melalui pengalaman langsung dengan
lingkungan, dan perubahan perilaku adalah bukti dari
pembelajaran tersebut.
2. Pendekatan Nativisme.
Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah
dengan apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD
sudah diprogramkan untuk mengolah butir-butir tatabahasa yang dianggap
sebagai suatu bagian dari otak. LAD membekali anak dengan kemampuan
alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan demikian belajar berbahasa pada
hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur yang sudah ada secara
alamiah.
Tujuan teori nativisme, terutama dalam konteks linguistik, adalah
untuk menjelaskan asal-usul, perkembangan, dan pemahaman manusia
terhadap bahasa. Berikut adalah beberapa tujuan teori nativisme:
a. Menjelaskan asal-usul kemampuan bahasa.
Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana manusia dapat
mempelajari dan menggunakan bahasa dengan cepat dan efisien,
meskipun tidak ada instruksi formal yang diberikan kepada
mereka. Tujuan utamanya adalah menunjukkan bahwa kemampuan
bahasa berasal dari predisposisi bawaan dalam pikiran manusia.
b. Menjelaskan kesamaan dan variasi bahasa.
Nativisme berusaha menjelaskan kesamaan struktural yang ada di
berbagai bahasa di dunia. Melalui konsep tata bahasa universal,
teori ini mencoba menjelaskan mengapa ada prinsip-prinsip
linguistik yang ditemukan di hampir semua bahasa. Selain itu, teori
ini juga dapat menjelaskan variasi dalam bahasa, karena struktur
dasar yang ada dalam pikiran manusia dapat diterapkan secara
berbeda dalam bahasa-bahasa yang berbeda.
c. Menyediakan kerangka kerja untuk memahami perkembangan
bahasa.
Teori ini mencoba memberikan pemahaman tentang bagaimana
anak-anak mempelajari bahasa dengan cepat dan dengan sedikit
pengajaran formal. Dengan asumsi bahwa anak-anak memiliki
predisposisi bawaan untuk bahasa, teori ini dapat menjelaskan
bagaimana mereka dapat menghasilkan dan memahami kalimat
bahasa yang kompleks dalam waktu yang relatif singkat.
d. Menjelaskan kemampuan kognitif lainnya.
Selain dalam konteks bahasa, nativisme juga mencoba menjelaskan
kemampuan kognitif lainnya yang dimiliki manusia, seperti
pemahaman konsep matematika, pemahaman fisika dasar, atau
kemampuan untuk memahami dunia sosial. Dalam hal ini,
tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa manusia memiliki
predisposisi bawaan yang memungkinkan mereka untuk
mengembangkan pemahaman dan pengetahuan dalam area
tersebut.

Tujuan teori nativisme ini bersifat umum dan dapat bervariasi


tergantung pada bidang spesifik dan perspektif yang digunakan.

3. Pendekatan Kognitif.
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari
kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif
distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian
perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.
4. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan
di atas. Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar
(kognitif) dari bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan
melalui proses interaksi. Inti pembelajaran interaktif adalah siswa
membuat pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha
menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir
kritis mereka.
5. Pendekatan Tujuan Penerapan
pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’.
Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar
dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang
mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang
diberikan oleh guru. Penetuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes
sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal
yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6. Pendekatan Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang
didengar/ditulis untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar
bahasa adalah belajar strukturstruktur (tatabahasa).
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa
adalah sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa
adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada
pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk
menunjang pencapaian keterampilan bahasa.
8. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan
memperhatikan faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta,
tujuan, situasi, konteks juga aspek pengembangan: emosi, moral, sosial
dan intelektual.
9. Pendekatan “Whole Language”
Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang
dilaksanakan secara menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara,
membaca dan menulis. Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang
interaktif yang tidak terpisahpisah dengan aspek kebahasaan: fonem, kata,
ejaan, kalimat, wacana dan sastra. Di samping itu pendekatan ini juga
mementingkan multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar anak.
10. Pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning atau CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana mencapainya.
Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
11. Pendeka Terpadu
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan
pendekatan “Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa
senantiasa harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca, menulis) dengan komponen kebahasaan
(tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di
samping itu untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini menggunakan
jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan
Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan
Jasmani.

12. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)


Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang
menekankan kadar keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan
emosional untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kadar CBSA dapat
dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi, aktivitas guru sebagai fasilitator,
desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan siswa, suasana belajar
kondusif. Misal: dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas satu,
dapat dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal. Kegiatan
secara individual dapat membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancar
membaca), dapat pula membaca gambar, menyusun balok-balok huruf
menjadi kata, menjodohkan gambar dan kata.
13. Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah
keterampilan dalam proses pembelajaran yang meliputi:
a) keterampilan intelektual.
b) keterampilan sosial.
c) keterampilan fisik

Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan


mengembangkan konsep. Konsep itu akan menunjang pula keterampilan
proses. Keterampilan proses dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
meliputi kegiatan: mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
menerapkan, dan mengkomunikasikan.

B. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-
langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 56) yang mengatakan
bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau
ditentukan.
Sementara itu, Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat bahwa pengertian “metode”
secara harfiah berarti “cara”, metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis
yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi spesifik langkah-
langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif mencapai suatu tujuan
tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik.
1. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli
 Wina Sanjaya
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2016,
hlm. 147).
 Abdurrahman Ginting
Menurut Ginting (2014, hlm. 42) metode pembelajaran dapat diartikan
cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar
pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar
terjadi proses pembelajaran pada diri peserta didik.
 Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetya.
Metode pembelajaran adalah teknik yang dikuasai pendidik atau guru
untuk menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik di kelas, baik
secara individu maupun kelompok agar materi pelajaran dapat diserap,
dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik (Ahmadi &
Prasetya, 2015, hlm. 52).
 Nur Hamiyah & Muhammad Jauhar
Sedangkan Hamiyah dan Jauhar, mengartikan metode sebagai cara
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamiyah
& Jauhar, 2014, hlm. 49).
 Ridwan Abdullah Sani
Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi
pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sani,
2019, hlm. 158).
 Sofan Amri
Menurut Amri (2013, hlm. 113) metode belajar mengajar dapat
diartikan sebagai cara-cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau
menanamkan pengetahuan kepada subjek didik, atau anak melalui sebuah
kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah, rumah, kampus, pondok, dan
lain-lain.
 Komalasari
Komalasari (2017, hlm. 56) mengemukakan bahwa metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan metode secara spesifik.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran.
Berikut adalah beberapa contoh metode pembelajaran yang cocok digunakan
dalam rangka ikut menyukseskan kurikulum 2013 (k13).
 Metode Pembelajaran Examples non Examples
Metode ini meminta siswa untuk secara berkelompok menganalisis
gambar lalu mendiskusikan hasilnya. Langkah-langkah dari metode ini
adalah sebagai berikut.
a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
proyektor.
c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g) Penutup (berupa rangkuman atau kesimpulan).
 Metode Pembelajaran Picture and Picture.
Metode ini mengajak siswa untuk mengurut gambar berseri yang
disusun secara acak oleh Guru sambil memaparkan alasan pengurutannya.
Langkah-langkahnya metode picture and picture adalah:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Menyajikan materi sebagai pengantar.
c) Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi dan sebetulnya saling terkait satu sama lain, namun
susunannya telah di acak.
d) Guru menunjuk atau meminta siswa secara bergantian untuk
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar yang
ditentukan oleh siswa.
f) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g) Penutup disertai rangkuman atau kesimpulan.
 Metode Numbered Heads Together
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Intinya, metode
ini membagi tugas yang diberi nomor untuk dipelajari oleh siswa yang
mendapatkan nomor tersebut dalam kelompok yang berbeda. Kemudian,
masing-masing siswa pemegang nomor akan berbagi dengan kelompok
masing-masing dan kelompok lainnya. Berikut ini adalah langkah-
langkahnya.
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapatkan nomor.
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya.
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
f) Penutup disertai rangkuman atau kesimpulan.
 Metode Cooperative Script
Metode naskah Kooperatif mengajak peserta didik bekerja
berpasangan dan bergantian untuk menjadi pembicara dan pendengar
(Dansereau Cs., 1985). Berikut adalah langkah-langkahnya:
a) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d) Pembicara membacakan hasil meringkasnya sejelas mungkin
dengan cara menyampaikan ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara itu, pendengar menyimak dan jika diperlukan
membantu atau mengoreksi pembicara lalu menghubungkan materi
sebelumnya dengan materi yang dibacakan.
e) Kemudian, pembicara dan pendengar bertukar peran dan melakuan
hal yang sebaliknya.
f) Guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama dengan
siswa.
g) Penutup.
 Metode Kepala Bernomor Terstruktur
Metode ini adalah modifikasi dari Number Heads Together. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap siswa dalam
kelompok akan mendapatkan nomor.
b) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor yang
didapatkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya, siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal
dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
c) Jika diperlukan, guru dapat meminta siswa untuk bekerja
kelompok.
d) Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama
beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
e) Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
f) Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
g) Penutup (kesimpulan).
 Metode Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
STAD atau Tim siswa kelompok prestasi dikembangkan dan
dipopulerkan oleh Slavin pada tahun 1995. Metode ini mengelompokkan
siswa secara heterogen menurut prestasi, gender, suku, dsb dan diminta
untuk mengerjakan tugas kelompok.
Kemudian evaluasi dilakukan dalam bentuk tes atau kuis, kelompok
tidak boleh saling membantu dalam fase ini. Untuk lebih jelasnya,
langkah-langkah STAD adalah sebagai beriku.
a) Membentuk kelompok yang anggotanya berjumlah empat orang
secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku,
dll).
b) Guru menyajikan materi pelajaran.
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang telah
memahami materi harus menjelaskannya kepada anggota lain
hingga semua anggota kelompok memahaminya
d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Penutup (Kesimpulan).
 Metode Pembelajaran Jigsaw (Metode Tim Ahli)
Jigsaw membagi kelompok yang setiap anggotanya akan dibagi
kelompok kembali menjadi tim ahli dari masing-masing materi yang
diberikan. Kelompok tim ahli akan secara berkelompok mempelajari
materi yan ditentukan lalu kembali ke kelompok mereka masing-masing
setelah menjadi ahli (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp,
1978). Langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai berikut:
a) Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
b) Setiap anggota dalam tim akan diminta untuk menjadi seorang ahli
dalam suatu bagian materi yang berbeda.
c) Semua tim ahli dari tim yang berbeda berkelompok dan
membentuk tim ahli untuk berdiskusi dan mempelajari materi yang
sama.
d) Kemudian masing-masing tim ahli akan kembali ke kelompok
mereka untuk membagikan keahliannya pada tim asal tersebut.
e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f) Guru memberikan evaluasi.
g) Penutup
 Problem Based Introduction (PBI)
Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan cara memberikan
permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik.
Langkah-langkah :
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
b) Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
c) Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
d) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
e) Guru mendorong siswa agar mengumpulkan data dan informasi
yang sesuai dengan masalah. Kemudian, siswa melaksanakan
penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan data dan hipotesis
yang didapatkan dari eksperimen/penelitian.
f) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
g) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
 Metode Pembelajaran Artikulasi
Metode pembelajaran ini meminta siswa untuk secara berpasangan
untuk menyampaikan materi yang diterima dari guru dan mencatatnya
secara bergantian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c) Bagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang
(berpasangan).
d) Siswa meminta seorang dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil
membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran dan
begitu juga kelompok lainnya.
e) Secara bergiliran siswa menyampaikan hasil wawancara dengan
pasangannya.
f) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang belum
dipahami siswa.
g) Kesimpulan/penutup.
 Mind Mapping
Intinya, Guru memberikan permasalahan yang memiliki jawaban atau
solusi alternatif sehingga dapat dibuat peta konsepnya dan siswa dapat
mempelajari serta mendiskusikan setiap alternatif jawaban dengan rekan-
rekan dan tentunya Guru. Langkah-langkah metode mind mapping adalah
sebagai berikut.
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif
jawaban.
c) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban
hasil diskusi.
e) Tiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru
mencatatnya di papan tulis untuk kemudian kelompokkan sesuai
kebutuhan
f) Berdasarkan catatan yang ada di papan tulis, siswa diminta untuk
membuat kesimpulan atau guru memberikan bandingan materi
sesuai dengan konsep yang disediakan.
C. Model Pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis
untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun
tetap mengerucut pada tujuan khusus.
Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran
yang sudah menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru lebih luas lagi
cakupannya.
Definisi di atas senada dengan pendapat Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur pembelajaran dengan sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar
tujuan belajar tertentu yang diinginkan bisa tercapai.
Untuk memperkuat kesahihan pengertian model pembelajaran berikut ini adalah
beberapa pengertian model pembelajaran menurut para ahli.
1. Pengertian Model Pembelajaran menurut Para Ahli
 Trianto
Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”
 Saefuddin & Berdiati
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm.
48).
 Sukmadinata & Syaodih
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang
menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan
atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata & Syaodih, 2012, hlm.
151).
 Joyce & Weil
Joyce & Weil dalam Rusman (2018, hlm. 144) berpendapat bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau lingkungan belajar lain.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas terlihat adanya kesamaan ciri khusus
yang menyelubungi semua pengertian model pembelajaran. Ciri khusus tersebut adalah
adanya pola atau rencana yang sistematis.

Untuk memastikan keberadaan ciri tersebut maka berikut adalah ciri atau
karakterisitk yang dimiliki model pembelajaran jika dibandingkan dengan ilmu
pelaksanaan dan perancangan pembelajaran lain.

2. Ciri Ciri Model Pembelajaran


Menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun (2016, hlm. 7-8) model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau
prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:
a. Model pembelajaran merupakan rasional teoretik logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangnya.
b. Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan bagaimana peserta didik
akan belajar (memiliki tujuan belajar dan pembelajaran yang ingin
dicapai).
c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014, hlm. 58) ciri-ciri model
pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Berdasarkan teori pendidikam dan teori belajar tertentu.


b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di
kelas.
d. Memiliki perangkat bagian model.
e. Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran baik
langsung maupun tidak langsung.
3. Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah pedoman dalam perancangan hingga
pelaksanaan pembelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Trianto
(2015, hlm. 53) yang mengemukakan bahwa fungsi model pembelajaran adalah
sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Oleh karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi sifat dari materi yang
akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Ihwal sifat dan materi yang dibelajarkan tersebut, model pembelajaran juga
dapat dikategorikan berdasarkan beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
4. Komponen Model Pembelajaran
Komponen model pembelajaran merupakan bagian-bagian yang menjadikan
suatu model pembelajaran menjadi kesatuan menjadi utuh. Misalnya, suatu model
pembelajaran memiliki komponen sintaks yang merupakan acuan dasar dari
keseluruhan urutan fase yang harus dilakukan agar kita menerapkan konsepsi dari
model pembelajaran tersebut. Komponen model pembelajaran terdiri atas:
a. sintaks,
b. sistem sosial,
c. prinsip reaksi,
d. sistem pendukung, dan
e. dampak instruksional dan pengiring (Utomo, 2020, hlm. 43).

Pengetahuan mengenai komponen model pembelajaran ini amatlah penting


terutam jika kita ingin membuat pengembangan model pembelajaran tertentu.
Penjelasan lengkap mengenai komponen model pembelajaran dan cara
pengembangannya dapat disimak pada artikel di bawah ini.

5. Jenis Model Pembelajaran


Menurut Joyce & Weil dalam buku Suprihatiningrum (2013, hlm. 186) model-
model mengajar (pembelajaran) terbagi menjadi empat kategori sebagai berikut.
a. Information Processing Model (Model Pemrosesan Informasi)
Model ini menekankan pada pengolahan informasi dalam otak sebagai
aktivitas mental siswa. Model ini akan mengoptimalkan daya nalar dan
daya pikir siswa melalui pemberian masalah yang disajikan oleh guru.
Tugas siswa adalah memecahkan masalah-masalah tersebut. Model ini
menerapkan teori belajar behavioristik dan kognitivistik. Ada tujuh model
yang termasuk dalam rumpun ini, yakni sebagai berkut.
 Inductive thinking model
(model berpikir induktif) yang dikembangkan oleh Hilda Taba.
 Inquiry training model
(model pelatihan inkuiri/penyingkapan/penyelidikan) yang dikembangkan
oleh Richard suchman.
 Scientific inquiry
(penyelidikan ilmiah) yang dikembangkan oleh Joseph J. Schwab.
 Concept attainment
(pencapaian konsep) oleh Jerome Bruner.
 Cognitive growth
(pertumbuhan kognitif) dikembangkan oleh Jean Piaget.
 Advance organizer model
(model pengatur/penyelenggaraan tingkat lanjut) oleh David Ausubel.
 Memory (daya ingat) oleh Harry Lorayne.
b. Personal Model (Model Pribadi)
Sesuai dengan namanya, model mengajar dalam rumpun ini
berorientasi kepada perkembangan diri individu. Implikasi model ini
dalam pembelajaran adalah guru harus menyediakan pembelajaran sesuai
dengan minat, pengalaman, dan perkembangan mental siswa.
Model-model mengajar dalam rumpun ini sesuai dengan
paradigma student centered atau pembelajaran yang berpusat pada
siswa/peserta didik.
c. Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial)
Rumpun model mengajar social interaction model menitikberatkan
pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok. Model-
model mengajar disetting dalam pembelajaran berkelompok. Model ini
mengutamakan pengembangan kecakapan individu dalam berhubungan
dengan orang lain.
d. Behavioral Model (Model Perilaku)
Rumpun model ini sesuai dengan teori belajar behavioristik.
Pembelajaran harus memberikan perubahan pada perilaku si pembelajar ke
arah yang sejalan dengan tujuan pembelajaran.
Kemudian, perubahan yang terjadi harus dapat diamati. Sehingga, guru
dapat menguraikan langkah-langkah pembelajaran yang konkret dan dapat
diamati dalam upaya evaluasi perkembangan peserta didiknya.
6. Macam Macam Model Pembelajaran
Menurut Hamdayama (2016, hlm. 132-182) macam-macam model
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Model Pembelajaran Inquiry
Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis serta analitis
kepada peserta didik agar mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan secara mandiri melalui penyelidikan
ilmiah.
b. Model Pembelajaran Kontekstual
Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru untuk
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta
didik melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton dan mencatat.
Model mengajar ini juga dapat mengembangkan kemampuan sosial
peserta didik karena dihadapkan pada situasi dunia nyata. Ada tujuh
komponen utama dari pembelajaran kontekstual yang membuatnya khas
jika dibandingkan dengan model yang lain, yakni sebagai berikut.
 Kontruktivisme, mendorong peserta didik agar bisa
mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengamatan dan
pengalaman.
 Inquiry, didasarkan pada penyingkapan, penyelidikan atau
pencarian dan penelusuran;
 Bertanya, sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu.
 Learning community, dilakukan dengan membuat kelompok
belajar.
 Modeling, dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh peserta didik.
 Refleksi, proses pengkajian pengalaman yang telah dipelajari.
 Penilaian nyata, proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar peserta
didik.

c. Model Pembelajaran Ekspositori


Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok
peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi secara optimal.
Dalam model pengajaran ekspositori seorang pendidik harus
memberikan penjelasan atau menerangkan kepada peserta didik dengan
cara berceramah. Sehingga menyebabkan arah pembelajarannya monoton
karena sangat ditentukan oleh kepiawaian ceramah guru.
d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Nama lainnya dalam bahasa inggris adalah Problem based
learning yang dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam model ini.
e. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah kerangka konseptual rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Kelompok-kelompok tersebut bekerja sama untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
f. Model Pembelajaran Project Based Learning.
Model pembelajaran project based learning atau pembelajaran berbasis
proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau
kegiatan nyata sebagai inti pembelajaran. Dalam pembelajaran project
based learning peserta didik akan melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintetis, dan pengolahan informasi lainnya untuk
menghasilkan berbagai bentuk belajar yang beragam.
Project based learning adalah salah satu model pembelajaran yang
paling kuat, karena akan meningkatkan kompetensi siswa secara holistik,
baik dari sikap, pengetahuan, maupun keterampilan, melalui pendekatan
kontekstual yang dekat dengan pekerjaan nyata di lapangan.
g. Model Pembelajaran PAIKEM
Merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Pembelajaran ini dirancang agar membuat anak lebih aktif
mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung
secara efektif, optimal, dan pada akhirnya terasa lebih menyenangkan.
h. Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)
Kerangka perencanaan dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Komponen utama pembelajaran kuantum dapat berupa:
 peta konsep sebagai teknik belajar efektif;
 teknik memori, adalah teknik memasukkan informasi ke dalam
otak sesuai dengan cara kerja otak;
 sistem pasak lokasi;
 teknik akrostik, teknik menghafal dengan cara mengambil
huruf depan dari materi yang ingin diingat kemudian
menggabungkannya.

Intinya metode pembelajaran ini menggunakan berbagai cara untuk


membuat pembelajaran menerap dan dipahami dengan mudah oleh peserta
didik. Caranya bisa sangat interaktif dan melibatkan peserta didik dalam
kegiatan langsung untuk mendemonstrasikan materi diiringi perayaan
seperti yel motivasi.

i. Model Pembelajaran Terpadu


Merupakan model yang dapat melibatkan beberapa mata pelajaran
sekaligus agar memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna pada
peserta didik. Pembelajaran terpadu terbagi menjadi sepuluh jenis, yakni
sebagai berikut.
 Model penggalan
 Model keterhubungan
 Model sarang
 Model urutan
 Model bagian
 Model jaring laba-laba
 Model galur
 Model keterpaduan
 Model celupan
 Model jaringan
j. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Pembelajaran kelas rangkap menekankan dua hal utama, yakni
penggabungan kelas secara integrative dan pembelajaran terpusat pada
peserta didik, sehingga Guru tidak harus mengulang kembali untuk
mengajar pada dua kelas yang berbeda dengan program yang berbeda pula.
Efisiensi adalah kunci dari model pembelajaran ini. Merangkapkan
beberapa rombongan belajar dapat meningkan efisiensi pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran kelas rangkap atau biasa disingkat
PKR meliputi:
 Model PKR 221: dua kelas, dua mata pelajaran, datu ruangan;
 Model PKR 222 : berarti memiliki dua kelas dan dua mata
pelajaran, pada dua ruangan;
 Model PKR 333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan.
k. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur
Pembelajaran ini menekankan pada penyusunan tugas terstruktur yang
wajib diselesaikan oleh peserta didik guna mendalami dan memperluas
penguasaan materi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sudah
dikaji.
Bentuk tugas terstruktur meliputi laporan ilmiah, portofolio (produk
ciptaan peserta didik), makalah individu, makalah kelompok, dsb.
l. Model Pembelajaran Portofolio
Model pembelajaran portofolio menitikberatkan pada pengumpulan
karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara
kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan masalah.
Prinsip dasar model pembelajaran portofolio, yaitu prinsip belajar
peserta didik aktif dan kelompok belajar kooperatif untuk menghasilkan
produk portofolio secara bersama.
m. Model Pembelajaran Tematik
Merupakan pembelajaran dengan suatu kegiatan pembelajaran yang
mengintegrasikan materi beberapa pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan sesuai dengan kebutuhan lingkungan peserta didik yang akan
menjadi lahan dunia nyata bagi dirinya.
Pembelajaran tematik mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu:
 Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan;
 Bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan tema;
 Efisiensi (terdiri dari beberapa pelajaran sekaligus.
D. Strategi Pembelajaran.
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha agar
mencapai kemenangan pada suatu pertempuran. Strategi mulanya digunakan pada
lingkungan militer, namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang
memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang
dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli
a) Dick, Carey dan Carey (Suparman, 2012:236)
Mengatakan: "Instructional strategy is used generally to cover the various
aspects of choosing a delivery system, sequencing and grouping clusters of
content, describing learning components that will be included in the
instruction, specifying how students will be grouped during instruction,
establishing lesson structures, and selecting media for delivering instruction".
Istilah strategi pembelajaran meliputi berbagai aspek dalam memilih suatu
sistem peluncuran, mengurutkan, dan mengelompokan isi pembelajaran,
menjelaskan komponen-komponen belajar yang akan dimasukkan dalam
pembelajaran, menentukan cara mengelompokan peserta didik selama
pembelajaran, membuat struktur pelajaran, dan memilih media untuk
meluncurkan pembelajaran.
b) Gagne, Wager, Colas dan Keller (Suparman, 2012:237-238) "Instructional
strategies are tools or techniques available to educators and instructional
designers for designing and facilitating learning". Strategi pembelajaran dari
segi fungsinya sebagai alat atau teknik yang tersedia bagi pendidik dan
pendesain pembelajaran untuk mendesain, dan memfasilitasi belajar.
c) Rothwell dan Kazanas (Suparman, 2012:238) "An instructional strategy is
perhaps best understood as an overall plan governing instructional content
(What will be taught?) and process (How will it be taught?)". Strategi
pembelajaran sebagai rencana menyeluruh tentang pengelolaan isi
pembelajaran dan bagaimana proses kegiatan pembelajaran itu
diselenggarakan.
d) Branch (Suparman, 2012:238) menyatakan bahwa: "Instructional strategy is
defined as the oganization and sequences of learning activities". Branch
memfokuskan pengertian strategi pembelajaran pada pengorganisasian dan
urutan kegiatan belajar.
e) Kemp (Rusman, 2008:140) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
f) Joni (Anitah, 2009:1.24) strategi adalah ilmu atau kiat dalam memanfaatkan
segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
g) Dimyati & Seodjono (Anitah, 2009:1.24) strategi dalam pembelajaran adalah
kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi
antara aspek-aspek dari komponen pembentukan sistem pembelajaran
h) T. Rakjoni (Soleh, 2014:65) sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-
peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
i) J. R. David (Dharma, 2008:3) a plan, method, or series of activities designed
to achieves a particular educational goal.

Dari berbagai definisi konseptual dan operasional tentang strategi


pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan
dalam mengelola isi dan proses pembelajaran secara komprehensif untuk
mencapai satu atau sekelompok tujuan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran
terdapat tiga komponen penting sebagai berikut.

1) Tujuan pembelajaran yang berisi kompetensi yang diharapkan dicapai


peserta didik pada akhir pembelajaran.
2) Isi atau materi pembelajaran dengan urutan yang sesuai dengan urutan
tujuan pembelajaran.
3) Pendekatan dalam mengelola pembelajaran yang melibatkan urutan
kegiatan pembelajaran dan sistem peluncuran yang merupakan
pengintegrasian metode, media, dan alat, serta alokasi waktu belajar.
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Pada suatu proses belajar mengajar tidak terlepas dari siswa dan guru atau
pengajar dan yang diajarkan. Sebagai seorang pengajar supaya proses pembelajaran
dapat terlaksana dengan baik maka sebagai pengajar tidak terlepas dari strategi dalam
menyampaikan materi tersebut sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pada strategi
pembelajaran ini terdapat banyak hal jenis-jenis atau macam-macam seorang guru
dalam mengajarkan materi pembelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat
diterima dan sesui dengan tujuan dari pembelajaran oleh karena itu penulis
menguraikan beberapa macam strategi pembelajaran itu yang dapat digunakan oleh
seorang pendidik.
a. Strategi Pembelajaran Expositori (SPE)
Strategi Pembelajaran Expositori menurut Sanjaya merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian
materi secara verbal dari guru kepada siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi secara optimal. Dalam hal ini pendekatan
strategi pembelajaran ekpositori penekanan pada penyampain materi
secara verbal. Kata verbal dalam Kamus Besar Bahasa Inodonesia
adalah secara lisan (bukan tertulis), bersifat khayalan. Ini berarti
kemampuan sesorang pengajar secara lisan dalam menjelaskan materi
yang diajarkan. Jadi, seorang pengajar dituntut untuk mampu
menyampaikannya dengan lisan dan itu tujuannya agar materi dapat
dikuasai oleh siswa secara optimal.
Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru
menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat ekspositori baik
dalam tahap perencanaan maupun dalam pada pelaksanaan mengajar
dengan demikian R. Ibrahim dan Nana Syaodih dalam bukunya
mengatakan pendekatan ini seorang guru atau pengajar harus berperan
lebih aktif, lebih banyak melakukan aktifitas dibandingkan dengan
siswa-siswainya. Guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan
ajaran secara tuntas, lalu menyampaikannya kepada siswa. Sebaliknya,
para siswa berperan lebih pasif, tanpa banyak melakukan kegiatan
pengolahan bahan, karena meneriam bahan ajaran yang disampaikan
oleh guru.
Pendekatan penggunaan strategi ini tentu untuk
melaksanakannya tidak secara langsung namun ada tahapan atau
langkah-langkah yang harus dilakukan mengenai penggunaan
pendekatan pembelajaran strategi ini sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan optimal. Adapun langkah-langkah penggunaan
Strategi Pembelajaran Expositori yaitu persiapan, penyajian,
menghubungkan, menyimpulkan atau menggenaralisasikan dan
penerapan.
Pendidik dalam mengajarkan materi tentu menggunakan
pendekatan tertentu agar mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam
proses belajar mengajar. Mengenai pendekatan tertentu atau strategi
tertentu a ada keunggulan dan kelemahan pada setiap strategi yang
akan digunakan oleh setiap pengajar dalam menyampaikan pelajaran
kepada siswa. Dengan demikian pendekatan secara ekspositori ini
memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu:
1) Keunggulan
 Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa
mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran,
dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
 Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif
apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup
luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas.
 Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa
dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi
pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
 Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa
digunakan untuk jumlah siswa danukuran kelas yang besar.
2) Kelemahan
 Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan
terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan
menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
 Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap
individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat,
dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
b. Strategi Pembelajaran Penemuan
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut
Sund Discovey adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau mirip. Yang dimaksud dengan
proses mental tersebut antara lain ialah “mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan
Jadi, Pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau
prinsip.
Penggunaan teknik atau pendekatan pembelajaran ini seorang
guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar. Dengan demikian teknik ini memiliki keunggulan dan
kelemahan tersendiri yaitu:
1) Keunggulan.
 Teknik ini mampu membuat siswa untuk mengembangkan;
memperbanyak kesiapan; serta penguasaan ketrampilan
dalam proses kognitif/ pengenalan siswa.
 Siswa mampu memperoleh pengetahuan yang bersifat
sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam
tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
 Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa
 Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya
masing-masing
 Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat
 Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan
sendiri
 Strategi ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru
hanya sebagi teman belajar saja; membantu bila diperlukan.
2) Kelemahan.
 Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan
untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik
 Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang
berhasil
 Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan
dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa
bila diganti dengan teknik penemuan
 Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses
mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja,
kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap
dan ketrampilan bagi siswa
 Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk
berpikir secara kreatif. Jadi, hal-hal yang telah disebutkan
di atas itu merupakan keunggulan dan kelemahan dari
strategi pembelajaran penemuan ini. Dengan cara
penemuan ini siswa terlibat dalam proses kegiatan belajar.
c. Strategi Pembelajaran Penguasaan
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam
pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai
penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan
pembelajaran tuntas salah satu prinsip utama dalam mendukung
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran
tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu
adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan
warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya
dilaksanakan.
John B. Carol pada tahun berdasarkan penemuannya mengenai
model belajar yaitu ‘model of school learning’. Model ini menguraikan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Ia
menyatakan bahwa bakat siswa untuk suatu pelajaran tertentu dapat
diramalkan dari waktu yang disediakan untuk mempelajari pelajaran
tersebut dan atau waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan untuk
mencapai tingkat penguasaan tertentu.
Jadi, strategi pembelajaran penguasan ini dapat diartikan bahwa
Belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang
diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Hal
ini dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas
pendidikan guna untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran.
Pembelajaran tuntas seperti halnya dengan strategi
pembelajaran yang lain dimana pembelajaran tuntas juga memiliki
keunggulan dan kelemahan diantaranya yaitu:
1) Kelebihan
 Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar
modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual,
belajar kelompok.
 Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama
secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar
maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
 Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas
hasil belajar.
 Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa
mengandung unsur obyektivitas yang tinggi.
2) Kelemahan.
 Para guru umumnya masih mengalami kesulitan
dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena
harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping
penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap
dan menyeluruh.
 Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena
melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut
macam-macam kemampuan yang memadai.
 Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara
lama akan mengalami hambatan untuk
menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit
dan masih baru.
 Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas,
perlengkapan, alat, dana dan waktu yang cukup
besar.
 Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada
penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga
menuntut para guru agar menguasai materi tersebut
secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap.
Sehingga para guru harus lebih banyak
menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
d. Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran Inquiry istilah dalam bahsa Inggris, ini
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar
di depan kelas. Strategi Pembelajaran inquiry adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti ‘saya menemukan’.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan
demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran. Penerapan strategi ini merupakan
upaya untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Dorongan itu
berkembang melalui proses merumuskan pertanyaan, merumuskan
masalah, mengamati, dan menerapkan informasi baru dalam
meningkatkan pemahaman mengenai sesuatu masalah. Rasa ingin tahu
itu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan semangat bereksplorasi
sehingga siswa belajar secara aktif.
Strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses
mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara
langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
Strategi pembelajaran inqury ini memiliki keunggulan dan
kelemahan tersendiri yaitu:
1) Kelebihan
 Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
 Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka. c. Strategi pembelajaran
inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
 Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah
dalam belajar.
2) Kelemahan
 Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi
pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
 Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena
terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
 Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan
besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya
bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
a) Inkuiri Terbimbing
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana
guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-
tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan
bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami
konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap
awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-
tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa
mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah
yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran
matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses
belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru
dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding
yang diperlukan oleh siswa.
b) Inkuiri Bebas
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah
yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan
atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan
belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam
memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain
itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru
atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain:
 Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu
relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah
ditetapkan dalam kurikulum.
 Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik
yang dipilih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum.
 Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual
mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan
membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil
yang diperoleh siswa.
Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual
berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang
memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual
tertentu sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
c) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua
pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing
dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang
akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah
untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan
pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan
dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan
lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi
bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri,
dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan
secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi
dengan siswa dalam kelompok lain.
Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, penulis memilih
Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan pertimbangan
bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan
kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke
operasi formal, dan siswa masih belum berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri serta karena siswa masih dalam taraf
belajar proses ilmiah, sehingga penulis beranggapan pendekatan
inkuiri terbimbing lebih cocok untuk diterapkan.
Selain itu, penulis berpendapat bahwa pendekatan inkuiri bebas
kurang sesuai diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena
dalam proses pembelajaran matematika topik yang diajarkan sudah
ditetapkan dalam silabus kurikulum matematika, sehingga siswa
tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri permasalahan yang akan
dipelajari.
e. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah mengutamakan
proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk
membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat
berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk
bagaimana belajar. Guru dalam model pemeblajaran berdasarkan
masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya mengadakan
dialog, membatu menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian.
Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat
meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing
pertukaran gagasan.
f. Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teachig Learning)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Tachig Learning) atau
biasa disingkat CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan
dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari–hari. Dalam pembelajaran ini tugas guru adalah
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar.
Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut
Suprijono (2011) adalah sebagai berikut.
1. Saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan
merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem.
Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan
berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling
mempengaruhi secara fungsional.
2. Diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka
ragam dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman
mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di
antara entitasentitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat
memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat.
3. Pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa
mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa
menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan
pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung
prinsip pengaturan diri.
Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009) menjelaskan secara rinci
prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
1. Menekankan pada pemecaham masalah;
2. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks
seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja;
3. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya
sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali;
4. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa;
5. Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar
bersama-sama;
6. Menggunakan penilaian otentik.
Langkah–langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah
sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua
topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajara.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
g. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya
bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Yaitu sikap dan
ketrampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukir
karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam.
Kemampuan sikap afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang
dapat berupa tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya
diri, jujur, menghargai pendapat orang lain dan kemampuan
mengendalikan diri.
Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif
terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran
tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran secara optimal.
Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam
merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi
peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif
peserta didik.
Strategi pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang
mampu membentuk sikap peserta didik melalui proses pembelajaran
(Hamruni). Ditinjau dari segi nama harfiah, strategi ini menekankan
pada aspek afektif, bukan kognitif maupun psikomotor. Hal ini bukan
berarti strategi ini lepas sama sekali dengan aspek kognitif maupun
psikomotor, namun hanya komposisinya lebih dominan afektif. Afektif
berbeda dengan kognitif, jika afektif adalah sikap mental (emosional),
maka kognitif adalah pemikiran (intelektual); jika kognisi
membutuhkan suatu disiplin mata pelajaran tertentu yang berdiri
sendiri (matematika, misalnya), maka tidak demikian dengan afeksi.
Oleh karena itu, pemebelajaran afektif untuk membentuk sikap peserta
didik tidak bisa di bebankan pada hanya satu mata pelajaran tertentu
saja. Dengan kata lain, pembentukan sikap harus menjadi tanggung
jawab semua matapelajaran. Dalam hal ini, atrategi pembelajaran
menjadi jembatan antar mata pelajaran dalam membentuk sikap peserta
didik. Dengan kata lain, mata pelajaran apapun yang di ajarkan dengan
metode afektif dapat membentuk sikap dan mental pesertsa didik.
Dengan demikian, jelas bahwa strategi pembelajaran afektif
adalah strategi pembelajaran pembentukan sikap, moral atau karakter
peserta didik melalui semua mata pelajaran. Hal ini dikarenakan ranah
afektif peseta didik sangat berkaitan dengan komotmen, tanggung
jawab, kerja sama, disiplin, percaya diri, jujur, menghargai pendapat
orang lain mengendalikan diri, dan lain sebgainya. Semua yang di
sebutkan tidak lain dan tidak bukan adalah nila-nilai strategi
pembelajaran karakter itu sendiri.
Terbentuknya sebuah sikap pada diri seseorang tidaklah secara
tiba–tiba, tetapi melewati proses yang terkadang cukup lama. Proses
ini biasanya dilakukan lewat pembiasaan dan modeling.
a. Pola pembiasaan Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik
disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu
kepada siswa melalui proses pembiasaan.
b. Pemodelan Pembelajaran sikap dapat juga dilakukan melalui
proses modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi
atau proses percontohan. Salah satu karakteristik anak didik yang
sedang berkembang adalah keinginan untuk melakukan peniruan.

h. Strategi Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan
istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang
untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa. Tujuan
pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih
mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding
akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran
Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif
dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi
bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif
learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan
di ruang kelas.
Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa
menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari
informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong
siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan
membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar
menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima
perbedaan ini.
Namun ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak
diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat
membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya
yang dikemukakan oleh Majid (2013) adalah:
1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu
siswa untuk memahami konsepkonsep yang sulit
2. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belakang
3. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan
bekerja dalam kelompok.
Menurut Linda Lungren dalam Ibrahim, dkk. dalam Majid (2013)
ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan
prestasi belajar yang rendah, yaitu:
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah.
4. Memperbaiki kehadiran.
5. Angka putus sekolah menjadi rendah.
6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.
7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
8. Konflik antar pribadi berkurang.
9. Sikap apatis berkurang.
10. Pemahaman yang lebih mendalam.
11. Meningkatkan motivasi lebih besar.
12. Hasil belajar lebih tinggi.
13. Retensi lebih lama, dan
14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi
Ibrahim dalam Majid (2013) menyebutkan beberapa ciri atau
karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut:
1. Siswa belajar dalam kelompok untuk menuntaskan materi
belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan
tinggi, sedang dan rendah
3. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada
individu
Maghfiroh (2012) mengemukakan bahwa ada banyak
keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif. Diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.


2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-
pandangan.
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilainilai
sosial dan komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga
masa dewasa.
7. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk
memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan
dan dipraktekkan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi
dari berbagai perspektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang
perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,
etnis, kelas sosial,agama, dan orientasi tugas.

Guru mempunyai tugas untuk memilih pendekatan yang sesuai


dalam pembelajaran kooperatif. Ada beberapa pendekatan untuk model
kooperatif, yaitu STAD (Student Teams Achievement Devisions), tipe
Jingsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekaatan tipe tersebut
sebagaimana yang dikemukakan oleh ibrahim dkk dalam Majid (2013).

1. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir


Metode peningkatan kemampuan berpikir adalah adalah model
pembelajaran yang bertumpu pada perkembangan berfikir siswa
melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajukan.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta
atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajukan. selain itu dengan menggunakan strategi pembelajaran ini
siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran karena Strategi
Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB) menekankan kepada
keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan
Hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar
yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat
untuk dihafalkan. Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam
pengertian di atas :
a) SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin
dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide
melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
b) Telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan
dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya
pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari atau
berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil
pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang
mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
c) Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk
memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf
perkembangan anak.

Strategi pembelajaran kemampuan berpikir merupakan model


pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berpikir siswa. Strategi tersebut bukan hanya sekedar
model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat
mengingat dan memahami berbagai data,fakta atau konsep, akan tetapi
bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat
untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa
dengan pemberian pertanyaan–pertanyaan yang memacu anak untuk
berpikir sehingga dapat menemukan konsep sendiri.

SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh


dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak
mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk
mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan
dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan.

Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk


mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB pada dasarnya
memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada


proses kekuatan mental siswa secara maksimal. SPPKB bukan model
pembelajaran yang membiarkan siswa untuk pasip atau sekedar
mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru, tetapi
menginginkan agar siswa aktif dalam aktivitas proses berpikir. Setiap
kegiatan belajar yang berlangsung disebabkan dorongan mental yang
diatur oleh otak. Karena Pembelajaran disini adalah peristiwa mental
bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik.
Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses
implementasi SPPKB perlu diperhatikan halhal :

a. Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara


mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian
pertama para guru.
b. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif
siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari serta
metode apa yang digunakan.
c. Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini
guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan
antarbagian yang dipelajari.
d. Guru harus dapat membantu siswa belajar dengan
memperlihatkan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki.
e. Siswa harus secara aktif merespons apa yang mereka pelajari.

2. PPKB dilaksanakan dalam situasi dialogis dan proses tanya


jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan
tanya jawab itu diarahkan untuk mengembangkan daya pikir siswa
akan masalah yang diajukan, sehingga siswa menjadi memiliki
pandangan tersendiri atas solusi atau cara pemecahan masalah yang
telah diberikan, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat
membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruks sendiri.

3. SPPKB menyandarkan akan dua masalah pokok, yaitu sisi


proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk
mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran
baru.
E. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SD
1. Pengertian Teknik Pembelajaran
Menurut Gerlach dan Ely (Uno, 2009: 2) teknik adalah jalan, alat, atau media
yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah
tujuan yang ingin dicapai. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik diartikan
sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan seni (2005:1185).
Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk peserta didik. Tehnik yang
dipilih haruslah sesuai dengan pelajaran yang digunakan dan seirama dengan
pendekatan yang digunakan.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Arti lain
mengatakan bahwa Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
teknik pembelajaran.
Termasuk teknik yang baik apabila memenuhi syarat beriut ini.
1. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif,
minat atau gairah belajar siswa.
2. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan
kegiatan kepribadian siswa.
3. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berekspresi yang kreatif dari kepribadian siswa.
4. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan
dan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi
dan inovasi (pembaharuan).
5. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat mendidik siswa dalam
teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha
pribadi.
6. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian
yang bersifat verbalistik dan menggantinya, dengan pengalaman atau situasi
nyata dan bertujuan.
7. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam
kebiasaan cara belajar yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
8. Teknik pembelajaran yang dipergunakan harus dapat membimbing siswa agar
dapat atau mampu bertanggung jawab sendiri (Djajadisastra, 1982).
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang
telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang
digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau
siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik.
Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan
situasi kelas. lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi
yang lain. Dengan demikian. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru
dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik
pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah cara
yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan
metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut.
Dengan kata lain. pendekatan menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari
suatu pendekatan dapat diterapkan teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula.
Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan
praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik yang digunakan oleh guru
bergantung pada kemampuannya membuat siasat agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik. Zubaedah (2006:8)
memaparkan teknik dalam pengajaran selalu mengacu pada pengertian
implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yakni penyajian pelajaran di
dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu, teknik bersifat
implementasional.

2. Hubungan Pendekatan, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran


Pemaparan di atas memberi kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran
menjadi dasar untuk menentukan metode yang tepat pada pembelajaran tersebut.
Setelah itu, metode tersebut menjadi dasar penerapan teknik pembelajaran.
Hubungan antara pendekatan, metode dan teknik pembelajaran dapat
digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan
tujuan pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran merupakan bentuk atau cara menganalisis, memperlakukan, dan
mengevaluasi suatu objek tertentu. Metode adalah cara dalam menerapkan strategi
yang telah dibentuk. Sedangkan teknik adalah aplikasi dari metode yang telah
ditetapkan yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Manfaat Teknik Pembelajaran.
Teknik pembelajaran setidaknya memiliki enam manfaat, baik yang mengarah
pada siswa maupun pada guru. Enam manfaat yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
 mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk
menggunakan waktu secara lebih baik dan
 mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi
sehingga dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, dengan cara:
 mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan
 memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang
sesuai dengan kemampuannnya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
dengan cara:
 perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis
dan
 pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh
penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:
 meningkatkan kemampuan sumber belajar;
 penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkret.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:
 mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat
verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit
 memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
4. Karakteristik Teknik Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Secara umum, kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut
(termasuk karakteristik penerapan teknik pembelajarannya).
a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut
dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari
peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran
di kelas tertentu untuk SMP/MTs., SMA/MA, SMK/MAK.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan dasar
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual
(kemampuan kognitif tinggi).
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema
(SD). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata
pelajaran di kelas tersebut.
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan dari setiap
KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
i. Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran
intrakurikuler dan pembelajaran ekstrakurikuler.
 Pembelajaran intrakurikuler adalah proses pembelajaran yang
berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan
dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran
didasarkan pada prinsip berikut.
(a) Proses pembelajaran intrakurikuler Proses pembelajaran di
SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTs.,
SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
(b) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran
siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan
Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).
 Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan
untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar
kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu.
Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.
Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib.
j. Penerapan teknik pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik
SI dan KD, siswa, serta sarana dan prasarana sekolah.
k. Prinsip penerapan teknik pembelajaran berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach).
5. Macam-macam Teknik Pembelajaran
1) Teknik Ceramah.
 Pengertian Teknik Ceramah.
Teknik ceramah adalah guru memberikan materi di depan siswa secara
lisan.
 Kelebihan Teknik Ceramah
Teknik ceramah memiliki kelebihan antara lain : pembelajaran dapat
berlangsung tertib, materi dapat disampaikan dengan jelas dan caranya pun
sederhana
 Kelebihan Teknik Ceramah
Kekurangan dari ceramah adalah siswa menjadi lebih cepat bosan. Alur
pembelajaran juga monoton. Akhirnya motivasi siswa untuk belajar akan
menurun.
2) Teknik Diskusi.
 Pengertian Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah suatu teknik pembelajaran dimana guru menyajikan
suatu permasalahan dan siswa diminta mengungkapkan ide, opini,
argumentasi serta narasi yang berkaitan dengan materi tersebut.
Dibutuhkan guru yang benar-benar kreatif, komunikatif dan aktif dalam
mengelola sebuah diskusi di teknik ini. Peran guru nantinya akan
cenderung menjadi seorang narator.
 Kelebihan Teknik Diskusi
Beberapa kelebihan dari teknik diskusi adalah mampu memberi
kesempatan pada siswa untuk menyusun argumen, mengungkapkan opini
dan saling beradu pendapat dengan sehat.
Selain itu kelebihan teknik pembelajaran diskusi lainnya adalah siswa
dapat termotivasi dengan baik untuk menikmati sistem pembelajaran yang
ada dan mengembangkan pengetahuannya
 Kekurangan Teknik Diskusi
Kekurangan teknik diskusi adalah, ketika guru gagal mengajarkan etika
dan tata cara diskusi yang baik, maka pembelajaran akan kacau dan bahkan
muncul perdebatan tanpa makna.
3) Teknik Tanya Jawab.
 Pengertian Teknik Tanya Jawab
Teknik pembelajaran tanya jawab adalah suatu teknik dimana guru
memberikan berbagai pertanyaan kepada siswa yang bertujuan
membangun pemahaman mereka akan materi yang sedang dipelajari.
 Kelebihan Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab memiliki kelebihan dibanding teknik lainnya, yaitu
guru pada saat tersebut mampu mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
akan materi sehingga bisa menentukan untuk mengulang pembelajaran.
Teknik ini juga sangat baik untuk membantu siswa berlatih lebih berani
mengungkapkan pendapat mereka serta melatih keterampilan berbicara
secara lebih sistematis.

 Kekurangan Teknik Tanya Jawab


Guru yang horor, terlampau tegas, suka mengintimidasi dan sayangnya
juga kurang baik pola pengajarannya lebih baik jangan memakai teknik
pembelajaran tanya jawab, karena siswa akan merasa takut untuk
menjawab.
Selain itu jika pertanyaan ternyata tidak berhubungan dengan materi dan
guru gagal membangun pemahaman, maka siswa tidak akan memperoleh
apa-apa.
4) Teknik Penugasan
 Pengertian Teknik Penugasan
Ini adalah teknik pembelajaran paling populer yang sering dilakukan oleh
para guru. Artik dari teknik penugasan adalah pemberian tugas / latihan
soal / instruksi pada siswa setelah guru selesai memberi materi.
 Kelebihan Teknik Penugasan
Kelebihan dari teknik penugasan adalah memberikan kemudahan bagi guru
untuk menyusun perencanaan, melakukan evaluasi, ataupun mengawasi
jalannya pembelajaran.
Selain itu teknik itu dapat memberi kesempatan kepada para peserta didik
untuk mengungkapkan apa yang mereka pahami dari materi yang sudah
diberikan oleh guru.
 Kekurangan Teknik Penugasan
Membosankan, kaku dan tidak menarik adalah kekurangan dari teknik
pembelajaran penugasan. Siswa akan cepat bosan dan merasa tidak betah
berlama-lama belajar.
5) Teknik Simulasi.
 Pengertian Teknik Simulasi
Teknik pembelajaran simulasi adalah suatu teknik pembelajaran dimana
siswa seolah-olah mengalami sendiri suatu momen atau peristiwa.
Diharapkan siswa dapat merasakan, menghayati dan memahami apa yang
sedang mereka pelajari dengan cara mengalami sendiri kejadian tersebut,
 Kelebihan Teknik Simulasi
Beberapa kelebihan teknik simulasi adalah : dapat membuat siswa senang
dan tertarik untuk belajar. Selain itu dapat mengajarkan berbagai disiplin
ilmu yang terkait dengan materi dalam waktu bersamaan.

 Kekurangan Teknik Simulasi


Kekurangan teknik simulasi adalah siswa harus benar-benar diberi
gambaran yang pas tentang materi yang diajarkan. Ini bukan hal yang
mudah karena menuntut kreatifitas tingkat tinggi dari guru.
Jika guru gagal dalam menyusun perencanan dan materi dengan baik,
maka siswa tidak akan mendapat apapun dari teknik ini bahkan membuat
keadaan menjadi kacau.
6) Teknik Inquiry.
 Pengertian Teknik Inquiry
Teknik pembelajaran inquiry pada dasarnya sudah sering dilakukan oleh
para guru hanya saja mungkin langkah-langkahnya perlu dimodifikasi
dengan lebih baik lagi.
Pengertian dari teknik pembelajaran inquiry adalah suatu teknik dimana
siswa diminta membahas sebuah permasalahan bersama dengan temannya
dalam kelompok kecil, lalu kemudian membuat sebuah laporan tertulis dan
menyampaikannya di depan guru ataupun teman yang lain.
 Kelebihan Teknik Inquiry
Ada banyak kelebihan dari teknik inquiry, antara lain mampu membentuk
rasa disiplin, percaya diri dan tak putus asa. Siswa juga akan terbiasa
dengan semangat untuk bekerja sama, saling berkompetisi dengan sehat.
Selain itu teknik inquiry memiliki kelebihan menghadirkan suasana belajar
yang hidup serta mampu membuat siswa merasa semakin terangsang,
khususnya dalam mengungkapkan pendapatnya.
 Kekurangan Teknik Inquiry
Kekurangan dari teknik inquiry adalah berpotensi membuat kelas gaduh,
ribut dan kacau. Anak-anak harus benar-benar dibiasakan untuk
mendengarkan presentasi atau pendapat dari temannya serta diajarkan cara
mengungkapkan gagasan dengan baik.
7) Teknik Eksperimen.
 Pengertian Teknik Eksperimen
Pengertian teknik pembelajaran eksperimen / demonstrasi adalah sebuah
teknik yang memberi kesempatan siswa melakukan praktik di dalam proses
pembelajaran, baik berupa eksperimen maupun demonstrasi.

Dalam melakukan teknik ekspresimen / demonstrasi para guru wajib


memperhatikan keselamatan dan efisiensi pembelajaran dari siswa maupun
properti yang ada.
 Kelebihan Teknik Eksperimen
Siswa dapat lebih memahami proses dan hasil. Ini merupakan sebuah hal
yang sangat berharga, karena siswa tidak hanya mengingat saja.
 Kekurangan Teknik Eksperimen
Di butuhkan biaya dan fasilitas tertentu untuk dapat membuat teknik
pembelajaran eksperimen / demonstrasi ini dapat berlangsung dengan baik.
Hal ini tentu saja perlu dipikirkan oleh semua guru dan fasilitator
pendidikan yang ingin menggunakan teknik pembelajarann eksperimen
atau demonstrasi.
8) Teknik Karya Wisata.
 Pengertian Teknik Karya Wisata
Ini adalah teknik pembelajaran yang juga sangat disukai para siswa.
Maklum, karena teknik pembelajaran karya wisata ini merupakan sebuah
teknik yang mengajak para siswa mempelajari materi bukan di dalam
kelas, tetapi melalui kunjungan langsung ke sumber pembelajaran.
Sebagai contoh, guru bisa mengajak siswa berkarya wisata ke Bali untuk
mempelajari budaya luhur orang Bali maupun sejarah dan pariwisatanya.
 Kelebihan Teknik Karya Wisata
Kelebihan dari teknik pembelajaran karya wisata antara lain hadirnya
pembelajaran yang menyenangkan dimana siswa selain dapat mempelajari
materi secara langsung dari sumber pembelajaran juga dapat menikmati
suasana baru di luar kelas.
 Kekurangan Teknik Karya Wisata
Kekurangan teknik pembelajaran karya wisata adalah masalah biaya. Guru
dan pihak sekolah harus benar-benar memperhatikan masalah ini.
9) Teknik Tutorial.
 Pengertian Teknik Tutorial
Teknik tutorial adalah salah satu teknik pembelajaran populer di mana
guru lebih mengedepankan peran sebagai seorang tutor atau mentor.
Dalam teknik ini, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk
kemudian memberikan suatu tugas tertentu, seperti eksperimen,
pengamatan atau menciptakan suatu produk.
Guru nantinya tidak hanya memberi panduan serta landasan teori, namun
juga mendampi para siswa sebagai mentor dan tutor serta memandu
mereka jika ada pertanyaan atau ketidaksesuaian dengan materi atau hasil
yang diharapkan.
 Kelebihan Teknik Tutorial
Ada banyak sekali kelebihan teknik pembelajaran tutorial. Hal ini karena
guru memberikan bimbingan dan panduan secara intensif. Penyampaian
materi langsung dibarengi dengan aksi langsung atau praktik oleh siswa.
Hal ini tentu saja dapat meningkatkan pemahaman siswa secara lebih baik
lagi dibanding hanya pemberian materi secara teoritis dan klasikal.
Selain itu, teknik tutorial juga dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam melakukan praktik kerja. Semua ini dan beberapa keuntungan
lainnya bisa menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih teknik
pembelajaran tutorial
 Kekurangan Teknik Tutorial
Kekurangan dari teknik pembelajaran tutorial adalah guru harus benar-
benar mempersiapkan diri jika para siswa yang bekerja secara individu
maupun dalam kelompok-kelompok kecil membutuhkan bantuan atau
pendampingan.
Untuk itu setidaknya harus lebih ada beberapa mentor untuk memandu
para siswa dalam berkegiatan. Ini penting agar keunggulan dari teknik
pembelajaran tutorial ini dapat didapatkan secara maksimal.
10) Teknik Problem Solving.
 Pengertian Teknik Problem Solving
Adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa diminta, diberi
kesempatan dan dimotivasi untuk memecahkan suatu masalah yang
sengaja disajikan dalam proses belajar mengajar.
Dalam teknik problem solving ini, siswa diminta untuk mengembangkan
cara berpikirnya agar tidak hanya terpaku pada apa yang ada di buku
pelajaran, tetapi mengkaitkan teori, materi dan ilmu yang sudah mereka
dapatkan untuk bisa memecahkan permasalahan.
 Kelebiihan Teknik Problem Solving
Beberapa kelebihan dari teknik problem solving antara lain adalah
membiasakan siswa untuk menganalisa suatu masalah, termasuk mencari
hubungan sebab akibat serta mengkaitkan materi dan ilmu pengetahuan
yang sudah mereka dapatkan ke dalam permasalahan yang di desain /
diambil dari kehidupan nyata.
Selain itu teknik ini sangat baik untuk mengajar siswa dengan kecerdasan
intelektual yang baik dan mampu mengembangkan kreatifitas mereka
dalam mencari solusi-solusi alternatif yang bahkan mungkin belum pernah
ditemukan sebelumnya.
 Kekurangan Teknik Problem Solving
Kekurangan teknik problem solving ini sebenarnya bukan terletak pada
siswa, melainkan guru. Para guru yang selalu mengajarkan materi dengan
text book thinking serta drill / pemberian tugas-tugas sebaiknya berpikir
ulang jika mau menggunakan teknik ini. Setidaknya persiapkan siswa
Anda sebelum mengajar menggunakan teknik problem solving.
Pastikan Anda memilih masalah yang tepat untuk diselesaikan dan Anda
sendiri sebagai guru memiliki suatu pemecahan yang pasti dan secara
umum dapat diterima.
Berbeda dengan guru dan siswa yang sedari awal menikmati pembelajaran
dengan penuh kreatifitas seperti riset, analisa, presentasi dan diskusi, siswa
yang bahkan tidak berani untuk mengungkapkan pendapat akan sangat
tersiksa serta tidak mendapat manfaat apapun dari teknik ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdayama, Jumanta. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.


Hamiyah, N., Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher

Ngalimun (2016). Strategi model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.

Rusman. (2018). Model-model pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme


Guru). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Saefuddin, A. & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. & Syaodih, E. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.


Bandung: PT Refika Aditama.

Suprihatiningrum, Jamil (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Trianto (2015). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Utomo, D.P. (2020). Mengembangkan model pembelajaran. Yogyakarta: Bildung.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan, Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Hamalik, Oemar. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Direktorat Tenaga Kependidikan. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. (Jakarta :


Dipdiknas, 2008).

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta.

Dunne R dan Wragg T. 1996. Pembelajaran Efektif. PT Gramedia Widiasarana:


Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka


Cipta.

K., Roestiyah N. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Majib Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Masitoh, Laksmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depag RI.

Mulyasa, E. 2003. Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan


MBS dan KBK. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Oemar, Hamalik. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.


Bandung: Sinar Baru, 2001.

Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Refika Aditama.

Perbowosari, H., Hadion Wijoyo, S. E., SH, S., & Setyaningsih, S. A. (2020).
Pengantar Psikologi Pendidikan. Penerbit Qiara Media.

Prayitno. 2009. Dasar teori dan praksis Pendidikan. Jakarta :Grasindo.

R Theo, (2002). Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribad. PT Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarata: Kencana Prenada Media, 2006.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta.


Jakarta.

Smith, Mark K. dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta : Mirza
Media Pustaka.

Sugandi, Achmad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang :UNNES Press.

Sunarsi, D., Wijoyo, H., & Al Choir, F. (2020, October). IMPLEMENTASI


PEMBELAJARAN ONLINE DALAM MASA PANDEMIK COVID 19. In Prosiding Seminar
Nasional LP3M (Vol. 2).
Syah, Muhibin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Riau. JS (Jurnal Sekolah), 4(3), 205-212. Wijoyo, H., & Nyanasuryanadi, P. (2020).
Analisis Efektifitas Penerapan Kurikulum Pendidikan Sekolah Minggu Buddha Di Masa
Pandemi COVID-19. JP3M: Jurnal

You might also like