Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL PELITA KOTA

Vol. 4, No. 2, Agustus 2023, Hal 419-429


ISSN: 2723-651X (Online)
Online sejak 31 Februari 2020 di : https://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/pelita/
VOLUME 4 NO. 2, 15 Agustus 2023 Hal 419-429

PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP KESADARAN KALANGAN MUDA

Noval Aris1, Dewi Setyaningrum2, Muhammad Aslam3, Sabrina Putri4, Tiara Wulan5,Dadi
Mulyadi Nugraha6, Ahmad Fu’adin7

1. Universitas Pendidikan Indonesia


Email: arisnovala@upi.edu
2. Universitas Pendidikan Indonesia
Email: dewisty056@upi.edu
3. Universitas Pendidikan Indonesia
Email: aslamrislam02@upi.edu
4. Universitas Pendidikan Indonesia
Email: sabrinaputria@upi.edu
5. Universitas Pendidikan Indonesia
Email: tiarawulan474@upi.edu
6. Universitas Pendidikan Indonesia
Email: dadimulyadi301190@upi.edu
7. Universitas Pendidikan Indonesia
Email: ahmadfuadin@upi.edu

Abstract
The cultural phenomenon that is happening among young people in Indonesia, they tend to
imitate and adopt outside cultures excessively. This raises several questions, such as why young
people imitate outside cultures, whether this will threaten local cultures and how to address this
problem. The research was conducted through an online survey to 46 young respondents in
Bandung City. This article explains that this incident occurred due to the influence of social
media and technological advances that made outside information and trends easily accessible.
On the other hand, this incident made a positive impact such as opening new views and
increasing tolerance towards other cultures. However, outside cultural influences also have
negative impacts such as loss of traditional values and local cultural identity. Therefore, the
right approach is needed in utilizing outside cultural influences so as to increase awareness
among young people without sacrificing local cultural identity. By discussing these ongoing
events, this article is expected to provide a better understanding of the issue and contribute to
efforts to maintain cultural diversity and encourage the development of local culture.

Keyword: Culture; Youth; Technology; Impact

Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike
4.0 International licence. Any further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the
work, journal citation and DOL.Published under license by Universitas Karimun

419
Abstrak
Fenomena budaya yang sedang terjadi di kalangan muda di Indonesia, mereka cenderung
meniru dan mengadopsi budaya luar secara berlebihan. Ini menimbulkan beberapa pertanyaan,
seperti mengapa kalangan muda meniru budaya luar, apakah ini akan mengancam budaya lokal
dan bagaimana cara mengatasi masalah ini. Penelitian dilakukan melalui survei online kepada
46 responden kalangan muda di Kota Bandung. Artikel ini menjelaskan kejadian ini terjadi
dikarenakan pengaruh media sosial dan kemajuan teknologi yang membuat informasi dan tren
dari luar dapat mudah diakses. Dilain sisi, kejadian ini membuat dampak positif seperti
membuka pandangan baru dan meningkatkan toleransi terhadap budaya lain. Meskipun
demikian pengaruh budaya luar juga memiliki dampak negatif seperti kehilangan nilai-nilai
tradisional dan identitas budaya lokal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang tepat dalam
memanfaatkan pengaruh budaya luar sehingga dapat meningkatkan kesadaran kalangan muda
tanpa mengorbankan identitas budaya lokal. Dengan membahas kejadian yang sedang terjadi
ini, artikel ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini
dan memberikan kontribusi pada upaya untuk mempertahankan keberagaman budaya dan
mendorong pengembangan budaya lokal.

Kata kunci: budaya, kalangan muda, teknologi, dampak

PENDAHULUAN

Pengaruh budaya luar terhadap kesadaran kalangan muda dapat dipandang sebagai sebuah
fenomena sosial yang kompleks. Perkembangan teknologi dan media massa pada era globalisasi
membuat budaya luar lebih mudah diakses dan dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya
kalangan muda. Hal ini membawa implikasi terhadap perkembangan budaya lokal yang menjadi
lebih terpengaruh oleh budaya luar.
Sebagai contoh, dalam hal musik, industri musik global seperti pop, hip-hop, dan EDM
semakin mudah diakses oleh kalangan muda di seluruh dunia melalui internet dan platform
media sosial. Kehadiran budaya luar dalam bentuk musik, film, fashion, dan gaya hidup dapat
memengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku kalangan muda.
Pengaruh budaya luar juga dapat memberikan dampak positif, seperti peningkatan
pengetahuan, kreativitas, dan toleransi terhadap perbedaan budaya. Kalangan muda dapat
memperoleh wawasan baru dan pengalaman yang berbeda dari budaya luar, yang dapat
memperkaya pemahaman mereka tentang dunia dan meningkatkan kemampuan adaptasi mereka
terhadap lingkungan yang semakin heterogen. Pengaruh budaya luar juga dapat mendorong
munculnya tren dan gaya hidup baru yang dapat memberikan inspirasi dan memberikan
kesempatan bagi kalangan muda untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang kreatif
dan inovatif.
Namun, di sisi lain, pengaruh budaya luar juga dapat memberikan dampak negatif
terhadap kesadaran kalangan muda. Salah satu contohnya adalah meningkatnya penggunaan
narkoba, seks bebas, dan kekerasan yang didorong oleh budaya luar yang mengeksploitasi nilai-

420
nilai hedonisme dan konsumerisme. Pengaruh budaya luar yang negatif dapat membawa
implikasi buruk bagi kesehatan fisik dan mental kalangan muda, serta memicu terjadinya
kerusakan sosial dan moral dalam masyarakat.
Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengkaji pengaruh budaya luar terhadap
kesadaran kalangan muda dengan lebih mendalam. Pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga,
dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
pengaruh positif dari budaya luar. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan
literasi digital dan media, mengembangkan kurikulum pendidikan yang inklusif dan
multikultural, serta memberikan dukungan dan pembinaan yang tepat bagi kalangan muda
dalam menghadapi tantangan dan kecenderungan budaya luar yang negatif.
Dalam menganalisis “Pengaruh Budaya Luar terhadap Kesadaran Kalangan Muda” adalah
dengan menggunakan metode survei dimana peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden
dengan rentang umur 17-21 tahun melalui kuisioner online (google formulir). Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kuantitatif yaitu data berupa angka
yang dapat dihitung. Menurut Sugiyono (2017:8). Metode penelitian kuantitatif merupakan
metode yang digunakan untuk meneliti populasi ataupun sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian bersifat statistik, yang bertujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif didasarkan pada filsafat positifme. Variabel yang
digunakan merupakan variabel tunggal dengan mengidentifikasi kalangan muda yang mencintai
atau meniru budaya luar secara berlebihan. Alasan menggunakan metode kuantitatif adalah
bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. Jadi,
penelitiannya cenderung objektif dan tidak mendalam.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengaruh dari Globalisasi

Globalisasi sudah lama masuk ke Indonesia dengan membawa kebudayaan asing, Sejak
awal tahun 2000an sudah mulai tren cara berpakaian atau fashion kebarat-baratan, dengan ciri
celana dan baju yang oversize. Pada tahun 2022 lalu tren itu mulai muncul lagi dikalangan anak
muda karena menganggap gaya berpakaian zaman itu keren. Cara berkomunikasi pun
terpengaruh oleh globalisasi, sebelumnya cara berkomunikasi dilakukan secara langsung, dan
saat ini teknologi sudah canggih dan praktis bisa dilakukan dari jarak jauh tanpa harus bertatap
muka secara langsung. Anak muda yang terlalu gemar atau meniru budaya asing sering disebut
dengan fenomena westernisasi atau globalisasi budaya. Fenomena ini disebabkan oleh
meningkatnya akses informasi dan kemudahan transportasi sehingga lebih mudah untuk

421
mendekati dan meniru budaya negara lain.
Ada beberapa alasan mengapa anak muda tertarik pada cinta atau peniruan yang
berlebihan terhadap budaya asing. Salah satu alasan utamanya adalah untuk mencapai status
sosial yang lebih tinggi. Budaya Barat sering diasosiasikan dengan modernitas dan kemajuan,
sehingga banyak orang yang percaya bahwa dengan menyerap budaya Barat maka mereka akan
menjadi lebih modern dan progresif. Selain itu, pengaruh media massa seperti film, televisi, dan
internet juga sangat penting dalam memperkenalkan budaya asing kepada generasi muda.
Banyak remaja yang terpapar budaya luar melalui media massa dan kemudian menirunya secara
berlebihan.
Namun, peniruan yang berlebihan terhadap budaya asing juga dapat berdampak negatif
bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya adalah hilangnya identitas budaya lokal.
Dengan terlalu banyak meniru budaya luar, orang bisa kehilangan jati dirinya sebagai bagian
dari budaya lokal. Selain itu, peniruan terhadap budaya asing juga dapat mengakibatkan
hilangnya keragaman budaya di masyarakat. Selain itu, peniruan yang berlebihan terhadap
budaya asing juga dapat menimbulkan efek sosial dan moral yang negatif. Misalnya, peniruan
perilaku seks bebas atau penyalahgunaan narkoba yang sering diasosiasikan dengan budaya
Barat dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental individu dan masyarakat
secara keseluruhan.
Dalam hal ini, penting bagi generasi muda untuk tetap menghargai dan melestarikan
budaya lokalnya dengan tetap terbuka terhadap pengaruh budaya luar. Seseorang dapat
mengambil keindahan budaya luar dan menggabungkannya dengan budaya lokalnya sendiri
untuk menciptakan identitas budaya yang unik. Selain itu, pendidikan dan pengajaran tentang
pentingnya melestarikan budaya lokal juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari
westernisasi atau globalisasi budaya.

Budaya Konsumerisme

Konsumerisme dapat didefinisikan sebagai tindakan atau pola pikir seseorang yang
mengkonsumsi barang dan jasa secara berlebihan, tanpa memperhatikan kehati-hatian fiskal.
Hal ini mungkin dilakukan untuk bersenang-senang, atau karena mereka yakin tidak apa-apa
melakukannya tanpa memperhatikan konsekuensinya. Konsumerisme (konsumtivisme)
dipandang sebagai suatu pola pikir dan tindakan orang yang membeli barang bukan karena
membutuhkan sesuatu barang, melainkan karena mencari kepuasan dari tindakan membeli itu
sendiri (Zahrawati & Faraz, 2017). Konsumerisme didasarkan pada gagasan bahwa orang harus
memperhatikan diri mereka sendiri dan tidak peduli dengan tradisi atau kebiasaan orang lain.
Solusi agar anak muda tidak terjebak dalam budaya konsumerisme yaitu : (1) Jangan

422
membeli sesuatu hanya karena orang lain melakukannya. Pikirkan tentang apa yang akan Anda
kenakan, misalnya, dan beli hanya yang benar-benar dibutuhkan. (2) belajar bagaimana
mengelola uang agar kondisi keuangan stabil, contohnya seperti menabung. (3) menetapkan
sebuah prioritas. sikap tersebut harus ditanamkan pada generasi muda saat ini terutama anak
muda yang sudah mempunyai gaya hidup konsumerisme karena pada dasarnya globalisasi akan
terus tumbuh dan berkembang gaya hidup pun juga akan sama mengikuti globalisasi.

Berdasarkan temuan hasil penelitian dalam bentuk wawancara secara langsung dan secara
online menggunakan google form yang kemudian dilakukan analisis data temuan hasil
penelitian akan dilakukan pembahasan sesuai dengan teori dan logika. Agar lebih terperinci dan
terurai, maka dalam pembahasan ini akan disajikan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Terdapat 46 reponden dengan rentang umur 17-21 tahun yang telah menjawab dari 5 pertanyaan
yang telah diberikan dengan jawaban dalam bentuk skala rating 1-5 (semakin tinggi angka,
berarti sangat setuju/penting) dan skala dikotomi, untuk lebih mendukung penelitian kami.
Dibawah ini merupakan diagram lingkaran, berupa data dari hasil google form.

Diagram 1. Diagram Jawaban Pertanyaan Satu

1 2 3 4 5

Sumber : Hasil penelitian, 2023

Pada pertanyaan pertama ditanyakan apakah menjadikan budaya lokal sebagai


identitas menjadi salah satu cara yang baik agar generasi muda tidak terpengaruh budaya luar,
Dan dari 46 responden 27 Orang menjawab range 5 , 16 orang menjawab range 4, 2 Orang
menjawab range 3, dan 1 Orang untuk range 1.

423
Diagram 2. Diagram Jawaban Pertanyaan Dua

Ya Tidak Bisa Jadi

Sumber : Hasil penelitian, 2023

Pada pertanyaan kedua ditanyakan apakah dampak dari tak sedikit materi di sekolah yang
belum memasukkan kebudayaan lokal daerah ke dalam setiap materinya menyebabkan
lunturnya kecintaan generasi muda terhadap kebudayaan lokal, Dan dari 46 responden, 29
Orang menjawab Ya, dan 17 orang menjawab bisa jadi, dan 0 Orang menjawab tidak.

Diagram 3. Diagram Jawaban Pertanyaan Tiga

Ya Tidak Bisa Jadi

Sumber : Hasil penelitian, 2023

Pada pertanyaan ketiga ditanyakan menurut anda apakah menjadikan budaya lokal
sebagai identitas menjadi salah satu cara yang baik agar generasi muda tidak terpengaruh
budaya luar , Dan dari 46 responden, 33 Orang menjawab Ya, dan 11 orang menjawab bisa jadi,
dan 2 Orang menjawab tidak.

424
Diagram 4. Diagram Jawaban Pertanyaan Empat

Ya Tidak Bisa Jadi

Sumber : Hasil penelitian, 2023

Pada pertanyaan keempat ditanyakan apakah membandingkannya dengan Pancasila


dan norma yang ada di Indonesia cara terbaik menyikapi budaya asing yang masuk ke
indonesia, Dan dari 46 responden, dan 24 orang menjawab bisa jadi, 19 Orang menjawab Ya
dan 3 Orang menjawab tidak.

Diagram 5. Diagram Jawaban Pertanyaan Lima

Ya Tidak Bisa Jadi

Sumber : Hasil penelitian, 2023

Pada pertanyaan kelima ditanyakan Menambah Wawasan Sehingga Mampu Berpikir


Kritis, Menerapkan Norma yang Berlaku di Indonesia, Setia pada Ideologi Pancasila, Lebih
Mengutamakan Gotong Royong, Mengembangkan Nilai Budaya Luhur Nusantara,
Meningkatkan Ketakwaan dalam Beragama. Apakah dari cara tersebut mampu membuat kita
tidak terpengaruh budaya asing, Dan dari 46 responden, 33 Orang menjawab Ya, 11 Orang
menjawab bisa jadi, dan 2 Orang menjawab tidak.

425
Indonesia adalah bangsa yang kaya, memiliki beraneka ragam ras, suku hingga budaya
yang bermacam-macam. Budaya adalah hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (Stephens, 2021), dan hal-hal lain yang diperoleh
manusia sebagai masyarakat. Memiliki budaya dalam suatu bangsa sangat penting karena
budaya juga merupakan sebuah pondasi atas karakter bangsa. Dimana setiap budaya memiliki
ciri khasnya masing-masing, setiap suku tentunya memiliki ciri khas tersendiri yang
membedakannya dengan budaya suku lainnya. Karena hal ini tentunya Indonesia perlu memiliki
kebudayaan sebagai identitas. Namun, perlu diingat bahwa menjadikan budaya lokal sebagai
identitas bukan berarti menutup diri terhadap budaya luar atau mempromosikan nasionalisme
budaya. Pengaruh budaya luar juga dapat memberikan manfaat dan memperkaya budaya lokal,
asalkan diintegrasikan dengan bijaksana. Oleh karena itu, penting untuk menghadapi pengaruh
budaya luar dengan pemahaman yang seimbang dan berbasis pada pemilihan nilai-nilai budaya
lokal yang baik, serta menghargai keragaman budaya yang ada.

Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya berkaitan
dengan satu hal yang sama, yaitu mengenai nilai-nilai. Budaya adalah sistem nilai dan ide yang
dihayati oleh sekelompok manusia di suatu lingkungan hidup tertentu di suatu kurun tertentu
(Elisa, 2021). Pendekatan pendidikan dapat berbeda-beda di setiap negara, wilayah, atau
lembaga pendidikan. Beberapa lembaga pendidikan mungkin sudah memasukkan kebudayaan
lokal dalam kurikulum mereka, sementara yang lain mungkin belum. Penting untuk mengakui
pentingnya inklusi kebudayaan lokal dalam pendidikan, dan mengupayakan upaya untuk
memperkuat pemahaman, penghargaan, dan kecintaan generasi muda terhadap kebudayaan
lokal mereka sendiri, sekaligus menghormati dan mengapresiasi keberagaman budaya dalam
konteks global yang semakin terhubung.

Nilai adalah suatu kualitas yang bermanfaat bagi seseorang baik secara fisik maupun
mental. Bentuk nilai yang lebih konkret adalah norma. Norma adalah seperangkat
peraturan/hukum/petunjuk, bisa datang dari luar (luar) seperti Tuhan/agama, negara/hukum,
masyarakat/adat dan juga (terbaik) bisa datang dari dalam atau dari hati/hati kita sendiri. Cara
terbaik untuk menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia adalah dengan
membandingkannya dengan Pancasila dan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Penting
untuk diingat bahwa setiap cara menghadapi budaya asing yang masuk ke Indonesia harus
disesuaikan dengan konteks lokal, serta tetap memperhatikan prinsip-prinsip keadilan,
persatuan, dan kesatuan yang dijunjung tinggi dalam Pancasila. Upaya untuk menjaga budaya
lokal dan menghadapi pengaruh budaya asing haruslah seimbang dan mengedepankan
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

426
Menambah wawasan sehingga mampu berpikir kritis, menerapkan norma yang berlaku di
Indonesia, setia pada ideologi Pancasila, lebih mengutamakan gotong royong, mengembangkan
nilai budaya luhur Nusantara, dan meningkatkan ketakwaan dalam beragama, merupakan cara-
cara yang dapat menjadi langkah-langkah yang efektif untuk mengurangi pengaruh budaya
asing yang negatif. Ideologi sendiri berfungsi sebagai sesuatu yang dapat memperkuat dan
memperdalam identitas rakyatnya (Prof. W. Howard Wriggins) (Yanggah, 2020). Gotong
royong dalam masyarakat merupakan sebuah kebudayaan, menurut (Putri, 2022) budaya
sebagai solusi manusiawi terhadap lingkungan seseorang dan upaya melestarikan kelangsungan
hidupnya sesuai dengan tradisi terbaik. Dan dalam masyarakat, agama memiliki peran penting
dalam memperbaiki kehidupan manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Namun,
tidak dapat dijamin bahwa cara-cara tersebut akan sepenuhnya mampu membuat kita tidak
terpengaruh budaya asing. Pengaruh budaya asing dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik
secara sadar maupun tidak sadar, dan dapat mempengaruhi individu dan masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan.

SIMPULAN

Pengaruh-pengaruh kebudayaan asing turut dalam perkembangan budaya Indonesia


khususnya dari aspek kehidupan, kebudayaan dan jalan pikiran di kalangan muda. Banyak dari
kalangan muda lebih memilih gaya hidup yang sedang tren dan mulai melupakan budayanya
sendiri. Terkadang ada yang lebih respect terhadap budaya baru yang masuk dibandikan budaya
lokal. Meskipun demikian masih ada kalangan muda yang peduli akan budaya lokal.
Berdasarkan hasil review artikel dapat disimpulkan bahwa pengaruh budaya luar dapat
diatasi dengan cara berprilaku selektif, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila juga kesadaran dari
remaja itu sendiri untuk tidak melupakan norma yang berlaku dan menjadikan budaya lokal
sebagai identitas kita sebagai warga negara Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak terkait yaitu untuk selalu edukasi pada
generasi muda dengan berbagai cara yang tentunya positif. Selain itu memanfaatkan
penggunaan media massa untuk mempromosikan budaya lokal dapat menarik perhatian generasi
muda. Upaya tersebut diharapkan mampu meningkatkan minat dan keinginan generasi muda
untuk mempelajari dan menjaga kelestarian budaya lokal.

427
DAFTAR PUSTAKA

Adiyaksa Lukmanul Hakim, E. Y. (2022). Kritik Globalisasi: Fenomena Fast Fashion Sebagai
Budaya Konsumerisme Pada Kalangan Pemuda Kota Surabaya. AL MA' ARIEF: JURNAL
PENDIDIKAN SOSIAL DAN BUDAYA Volume 4, No 2 , 59-67.
Adzki. (2010, Januari 8). Budaya Lokal Sebagai Salah Satu Identitas Bangsa. Diakses di
adzki.wordpress.com: https://adzki.wordpress.com/2010/01/08/budaya-lokal-sebagai-
salah-satu-identitas-bangsa/ pada 23 Mei 2023.
Dewi, D. E. (2014). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Budaya Lokal. Al-Ta’lim, Vol. 13, No.
2, 375-388.
Elisa, E. (2021, Juni 22). Peran Budaya Terhadap Pendidikan. Diakses di educhannel.id:
https://educhannel.id/blog/artikel/peran-budaya-terhadap-pendidikan.html pada 13 Juni
2023.
Ester Irmania, A. T. (2021). Upaya mengatasi pengaruh negatif budaya asing terhadap generasi
muda di Indonesia. Dinamika Sosial Budaya, Vol 23, No.1, 148-160.
M. Husin Affan, H. M. (2016). Membangun Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa Indonesia
Dalam Menangkal Budaya Asing Di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dasar dan
Humaniora, 65-72.
Mohammad Najib Asrof Imtiyaz, F. U. (2022). Membangun Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa
Indonesia Dalam Menangkal Budaya Asing Di Era Globalisasi. Harmony: Jurnal
Pembelajaran IPS dan PKN Volume 7 No 2, 140-144.
Nishfa Syahira Azima, Y. F. (2021). Pengaruh Masuknya Budaya Asing Terhadap Nasionalisme
Bangsa Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Tambusai , 7491-7496.
Putri, R. P. (2022, Desember 24). Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya di Indonesia. Diakses
di Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/refika91913/63a72805906beb6134117192/pengaruh-
globalisasi-terhadap-budaya-di-indonesia pada 12 Juni 2023.
Reza, M. (2021, Juni 15). Norma-norma Pancasila. Diakses di Mandandi.com:
https://www.mandandi.com/2021/06/norma-norma-pancasila.html
Ruslan, I. (2015). Penguatan Ketahanan Budaya Dalam Menghadapi Derasnya Arus Budaya
Asing. Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam Volume 11 No 1, 1-19.
Salsabila Kusuma Arfina, S. N. (2022). PENGARUH MASUKNYA BUDAYA ASING
TERHADAP NILAI-NILAI PANCASILA PADA ERA MILENIAL. Jurnal
Kewarganegaraan Vol. 6 No. 1, 2150-2152.
Sita, P. S. (2013). Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia di Kalangan
Remaja. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

428
Stephens, J. (2021, Januari 24). Perbedaan Antara Budaya dan Adat. Diakses di
STREPHONSAYS: https://id.strephonsays.com/difference-between-culture-and-custom.
Yanggah, Y. M. (2020, Oktober 14). Pancasila sebagai ideologi negara. Diakses di BINUS
UNIVERSITY Charachter Building Development Center: https://binus.ac.id/character-
building/2020/10/pancasila-sebagai-ideologi-
negara/#:~:text=Ideologi%20sendiri%20memiliki%20fungsi%20yang,adalah%20identitas
%20dari%20suatu%20bangsa pada 13 Juni 2023.
Yanti, N. (2020). Metode Penelitian. Jurnal Elektronik STEI Indonesia, 28-40.

429

You might also like