Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Nama : Haura Adzra Intan Faiha

Kelas : BK – 1B
Mata kuliah : Kesehatan Mental
Dosen : Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.
pengampu Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

MENGHADAPI TRAUMA TOXIC RELATIONSHIP


“Sikap Penerimaan Diri Dalam Menumbuhkan Kesehatan Mental”

Dalam kamus besar bahasa indonesia, hubungan berarti


berkesinambungan atau seri (satu dengan yang lain) jadi hubungan adalah
keterkaitan suatu hal dengan hal lainnya, seperti hubungan kekeluargaan, darah,
dagang, diplomatik, analogi, hukum, formal, budaya, penelitian dan banyak
variabel lainnya sedangkan definisi hubungan secara umum adalah
kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang dapat mempengaruhi
dan saling bergantung, hubungan juga dapat didefinisikan sebagai koneksi, dan
asosiasi.
Membangun hubungan yang harmonis dengan seseorang memerlukan
simpati dan empati yang besar antara kedua belah pihak. Sangat wajar dan
normal jika adanya konflik yang muncul dalam suatu hubungan atau hal-hal
berubah menjadi berbeda. Namun kondisi seperti itu akan menjadi titik awal dari
seseorang merasa tertekan, terancam dan kemudian dipaksa. Kondisi seperti ini
bisa jadi merupakan tanda-tanda hubungan yang beracun atau biasa disebut
dengan toxic relationship.
Dalam bahasa indonesia, toxic memiliki arti beracun dan relationship
berarti hubungan dan dapat disimpulkan bahwa toxic relationsip hubungan yang
beracun yang dimana kondisi hubungan ini tidak sehat dan tidak lagi
menghadirkan ketidaknyamanan sehingga memunculkan adanya emosi negatif
yang mengontrol setiap tindakan sehingga memberikan dampak yang tidak baik
bagi yang mengalaminya, karena adanya tekanan dan rasa tidak bahagia dalam
menjalani kehidupan yang sehat, dan bahagia. Hubungan yang toxic memiliki
banyak konflik, seseorang yang mengalami hubungan ini akan merasa tertekan
dan hanya sedikit merasakan kesenangannya. Dalam hubungan yang toxic kedua
belah pihak mungkin saling menyakiti baik itu menyakiti fisik ataupun menyakiti
psikis.
Banyak kasus yang terjadi karena hubungan yang toxic, kondisi tidak
hanya terjadi pada pasangan kekasih saja namun pada pertemanan pun dapat
terjadi bahkan anak dengan orang tua saja bisa terjadi hubungan yang toxic, di
Nama : Haura Adzra Intan Faiha
Kelas : BK – 1B
Mata kuliah : Kesehatan Mental
Dosen : Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.
pengampu Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

indonesia sendiri sudah sering terjadi kasus hubungan yang toxic ini di lingkup
percintaan, pertemanan dan dengan orang tua.
Berikut contoh kasus yang terjadi akibat toxic relationship :
1. Hubungan toxic pada percintaan
Dalam hubungan percintaan sering terjadi kesalahpahaman akibat
dari rasa cinta yang berlebih sehingga takut akan kehilangan
pasangannya dan tidak adanya rasa percaya kepada pasangan, seperti
contoh seorang perempuan yang baru saja lulus dari sekolah menengah
atas didaerah bogor sering mengalami kekerasan verbal dari
pasangannya, kekasih nya sering menuduh jika ia tidak membalas
pesan atau telepon dengan cepat, menurut pengakuan kekasihnya, ia
merasa takut kekasihnya akan berpindah hati karena ia merasa insecure
dengan para lelaki yang mendekati kekasihnya, perempuan ini
memang banyak disukai oleh kaum lelaki karena memiliki wajah yang
cantik dan otak yang pintar terbukti ia diterima di 13 perguruan tinggi
negeri. Permasalahan yang sebernya ini kecil namun dibesar –
besarkan membuat perempuan itu stress karena memikirkaan
hubunganya, alih – alih merasa senang setelah bertemu kekasih nya ia
malah sedih dan memikirkan bagaimana hubungan mereka
kedepannya, dilihat dari kasus ini salah satu alasan terjadinya
hubungan yang toxic adalah rasa cinta yang berlebih, tidak adanya rasa
kepercayaan dan adanya rasa insecure terhadap pasangan.
2. Hubungan toxic dalam pertemanan.
Dalam pertemanan kita memang harus membantu satu sama lain,
namun jika hanya salah satu pihak yang diuntungkan dan pihak lainnya
dirugikan itu sudaah termasuk hubungan yang toxic, begitu juga
dengan kasus yang dialami seorang mahasiswa semester 6 di sebuah
universitas swasta di jakarta. Ia memiliki perkembangan fisik yang
tidak sempurna dimana ia memiliki suara yang sengau dan tidaak
norml seperti yang lain, hal itu membuat ia dijauhi oleh teman
sebayanya walau begitu ia memiliki pengetahuan yang sangat cerdas
terbukti dengan ia selalu mendapat nilai sempurna Dalam sudut
pandangya memiliki teman adalah suatu mimpi yang ingin ia capai,
ketika ada teman yang meminta bantuan perihal tugas ia selalu
membantu dan menyelesaikan sampai akhir dengan harapan orang itu
mau berteman dengannya, tapi nyatanya tidak, orang yang meminta
Nama : Haura Adzra Intan Faiha
Kelas : BK – 1B
Mata kuliah : Kesehatan Mental
Dosen : Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.
pengampu Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

bantuan malah mengejek suaranya yang sengau dan hanya baik ketika
perlu bantuan saja.
3. Hubungan toxic dalam keluarga
Keluarga adalah tempatnya yang seharusnya nyaman, tempat
istirahat daan tempat pulang. Namun tidak semua keluarga memiliki
kondisi seperti itu, contoh kasus ini terjadi pada siswa sekolah
menengah pertama di daerah bogor,ia mengaku mengalami pengabaian
karena kesukaan nya tidak sesuai dengan keinginan ibunya, ibunya
ingin anaknya belajar tentang design baju sedangkan ia tak suka itu,
bidang yang ia sukai adalah psikologi, ia sering dibandingkan dengan
anak teman ibunya. Namun perempuan itu tidak ingin mengecewakan
ibunya, alhasil ia mempelajari tentang design baju, ia mencoba
menggambar namun ketika ia memperlihatkan pada ibunya, ibunya
malah memandingkan dengan anak teman nya dengan berkata “masih
bagusan anak teman ibu” akhirnya ia merasa sia – sia, dengan begitu
rumah bukan lagi tempat yang nyaman dan perempuan itu tidak betah
untuk diam di rumah.

Tidak hanya contoh kasus yang dijabarkan, banyak juga kasus hubungan
toxic yang terjadi di lingkungan kita dan akibat dari hubungan yang toxic ini tidak
sedikit orang yang mengalami trauma secara mendalam. Sebagaimana tercantum
dalam banyak literatur , trauma merupakan peristiwa luar biasa yang
menimbulkan luka dan perasaan sakit. Secara umum juga dipahami bahwa
sebagai suatu luka atau sakit berat yang diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi
pada seseorang secara langsung atau tidak langsung, baik luka itu bersifat fisik
atau psikis atau kombinasi dari keduanya, tingkat keparahan peristiwa tersebut
akan berbeda sesuai penerimaan setiap orangnya sehingga pengaruh yang
dirasakan juga akan berbeda setiap orangnnya (Cavanagh, 1982; Mental Health
Channel, 2004).
Ketika seseorang mengalami peristiwa traumatis, ada beberapa orang yang
akan bereaksi dan mengatasinya dengan menggunakan mekanisme pemulihan
yang dimilikinya agar tidak berdampak negatif, namun bagi sebagian orang,
kejadian tersebut belum berakhir dan akan meninggalkan bekas luka dan rasa sakit
dalam jangka waktu yang lama dan berkepanjangan. Dan menderita akan
mengalami stress pasca trauma atau biasa disebut PTSD (post traumatic stress
disorder) dalam keadaan ini akan berisiko tinggi untuk terkena gangguan jiwa
seperti panik, depresi, fobia dan lain sebagainya.
Nama : Haura Adzra Intan Faiha
Kelas : BK – 1B
Mata kuliah : Kesehatan Mental
Dosen : Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.
pengampu Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

Penderita gangguan jiwa seringkali tidak menyadari tentang apa yang


sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri hal ini dikarenakan mereka penderita
gangguan jiwa biasanya merasakan gelisah, cemas, tidak bersemangat, terkadang
takut,ragu-ragu, tidak percaya diri, sehingga di dalam kalangan masyarakat sering
menyarankan penderita tersebut dibawa kepada dukun, karena dianggap masalah
yang dihadapi tersebut akibat gangguan mahluk halus. Disisi yang lain ada juga
yang menyarankan untuk membawa kedokter jiwa, karena dianggap sakit jiwa dan
kondisi tersebut menjadi tanda bahwa mental yang tidak sehat.
Maka korban memerlukan peranan konselor untuk membantu secara
sistematis dan berkelanjutan, ada beberapa cara untuk ia bisa sembuh dari rasa
trauma yiatu dengan menerima diri sendiri secara sekurhnya baik itu kelebihannya
atau kelemahanya Sehingga ketika penderita mengalami suatu masalah, ia dapat
mengenali pro dan kontra dari masalah tersebut dan mampu berpikir secara
logis sehingga tidak akan merasakan kecemasan, pikiran negative dan perasaan
malu.
Namun tidak mudah untuk penderita mampu menerima dirinya dengan
begitu solusi aalternatidnya adalah dengan mendapatkan bantuan dari konselor
dengan melalui konseling realita, dimana konsep tersebut benar-benar diperlukan
bagi penderita, pendekatan yang didasarkan pada hipotesis kebutuhan psikologis
dalam kehidupan penderitanya , juga dari segi kebutuhan yang berkaitan dengan
karakteristik dirinya. konseling realita ini sangat membantu individu untuk
menerima dirinya sendiri dalam menghadapi hubungan yang toxic atau tidak sehat
sehingga mereka dapat mengambil tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri
dan ingin menjadi siapa di masa depan, sekaligus dapat mengembangkan rencana
yang dapat di pertanggungjawabkan agar menjadi realistis untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Maka dari itu kesimpulan yang dapat diambil adalah seorang individu
yang berada dalam toxic relationship maka ia akan merasakan dampak buruknya
berupa trauma dan stress pasca trauma namun ada acara untuk penderita itu
sembuh dari rasa trauma dengan membutuhkan bantuan dari konselor melalui
Teknik konseling realita yang dimana konsep ini membantu penderita untuk
memperoleh otonomi dengan mengenali dirinya sendiri,
Nama : Haura Adzra Intan Faiha
Kelas : BK – 1B
Mata kuliah : Kesehatan Mental
Dosen : Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.
pengampu Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

REFERENSI

Wubbolding, R, (1988). Using Reality Therapy. New York: Harper Collins

HATTA, K. (2016). trauma dan pemulihannya (1st ed.). Dakwah Ar-Raniry


Press.

Nihayah, U., Pandu Winata, A., & Yulianti, T. (2021). Penerimaan Diri
Korban Toxic Relationship dalam Menumbuhkan Kesehatan Mental. Ghaidan:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam Dan Kemasyarakatan, 5(2), 48-55.

You might also like