PDF Laporan Kasus Stase Remaja Dan Pranikah Ayu Gustian Dita Chyntari Pendidikan Profesi Bidan Angkatan II Ibu Herlinadiyaningsih SST Mkes - Compress

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 37

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. D UMUR 18 TAHUN


DENGAN DISMENORE DI PMB DELIMA HJ. SITI SAUDAH,
SKM. M.Kes

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh:

NAMA : AYU GUSTIAN DITA CHYNTARI

NIM : PO.62.24.2.20.334

KELAS : PROFESI BIDAN ANGKATAN II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. D UMUR 18 TAHUN DENGAN


DISMENORE DI PMB DELIMA HJ. SITI SAUDAH, SKM. M.Kes

Disusun oleh:

NAMA : AYU GUSTIAN DITA CHYNTARI

NIM : PO.62.24.2.20.334

KELAS : PROFESI BIDAN ANGKATAN II

Tanggal Pemberian Asuhan : 12 Oktober 2020

Disetujui :

Pembimbing Lapangan

Tanggal :

Di :

Hj. Siti Saudah, SKM.M.Kes

NIP. 19620112 198302 2003

Pembimbing Institusi

Tanggal :

Di :

i
Herlinadiyaningsih, SST, M.Kes

NIP. 19800807 200501 2 003

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-
Nya sehingga Laporan Kasus Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Pada Remaja
Dan Pranikah terselesaikan. sehingga Laporan Kasus Praktik Kebidanan Fisiologi
Holistik Pada Remaja Dan Pranikah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
tugas dari kegiatan Praktik Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Pada Remaja
Dan Pranikah pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya. Laporan Kasus ini terwujud berkat bimbingan, arahan
dan bantuan dari Pembimbing Institusi yang meluangkan waktu dan pikirannya
sehingga penulis bisa merampungkan proses pembuatan Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Kasus ini
sehingga penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan resume ini dan semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran ini.

Penulis

Palangka Raya, Oktober 2020

ii
DAJTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAJTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
A. Teori Asuhan Kebidanan Yang Diterapkan Pada Remaja............................3
1. Pengertian Dismenore.................................................................................3
2. Gejala Dismenore..........................................................................................5
3. Klasifikasi Dismenore.................................................................................5
4. Derajat Dismenore.......................................................................................5
5. Patofisiologis Dismenore Primer...............................................................6
B. Teori Evidence Based Midwifery Pada Dismenore........................................10
1. Pemberian kompres hangat untuk mengurangi nyeri haid....................10
2. Asupan gizi untuk mengurangi nyeri haid................................................11
3. Aktivitas fisik untuk mengurangi nyeri haid...........................................11
4. Senam dismenore untuk mengurangi nyeri haid.....................................12
5. Mengonsumsi jahe merah untuk mengurangi nyeri haid.......................12
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................................13
A. Judul Kasus........................................................................................................... 13
B. Pelaksanaan Asuhan............................................................................................13
C. Identitas Pasien.....................................................................................................13
D. Managemen Asuhan Kebidanan........................................................................13

iii
BAB IZ PEMBAHASAN.............................................................................................19

A. Tabel Prioritas Masalah Berdasarkan USG.....................................................19


B. Alternatif Penyelesaian Masalah.......................................................................20
BAB Z PENUTUP......................................................................................................... 23

A. Kesimpulan........................................................................................................... 23
B. Saran...................................................................................................................... 23
DAJTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beaakang
Menurut (Milanti, 2017 dalam Meilan, Nessi., Maryanah, 2019) masalah
kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh remaja adalah nyeri saat
menstruasi yang mengakibatkan terganggunya bermacam-macam aktivitas.
Masa remaja menurut (Nurhayati, 2016) adalah suatu hal formatif yang dialami
oleh seorang remaja yaitu peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, dan
merupakan proses menuju kematangan mulai dari aspek fisik, psikologis,
mental, emosional dan sosial yang sering disebut dengan masa pubertas.
Menurut WHO dalam (Windiyaningsih, 2018) remaja adalah penduduk yang
berusia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.
Pada saat mengalami menstruasi seorang wanita akan mengalami nyeri
haid yaitu ketidaknyaman secara fisik yang merupakan gejala ginekologik
sebelum dan pada saat menstruasi terjadi dismenorea (Amelia & Maharani,
2018). Dalam study yang dilakukan (Sidabutar, 2015) angka kejadian
dismenorea di Amerika Serikat 30-50% yang dialami perempuan usia
reproduktif. Dan sekitar 10-15% mengakitbakan kehilangan kesempatan kerja,
menganggu aktivitas belajar, dan kehidupan sehari-hari.
Menurut survei di Indonesia sekitar 70-90% kasus nyeri haid terjadi pada
saat usia remaja yang dapat menyebabkan gangguan emosional, psikologis dan
kegelisahan (Made & Dewi, 2013). Dan diperkirakan 55% kalangan
perempuan usia produktif mengalami dismenorea. Di Indonesia kejadian yang
sering terjadi yaitu dismenorea primer berkisar 45%-95% sedangkan
dismenorea sekunder sekitar 45,11% (Amelia & Maharani, 2018).

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, pemberi asuhan merumuskan
masalah, yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Holistik Remaja Pada Nn. N
Umur 17 Tahun Dengan Dismenore ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan holistik pada remaja dengan
dismenore berdasarkan eνidence based midwifery.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada
asuhan remaja.
b) Mampu melakukan analisa pada asuhan remaja dengan dismenore
primer.
c) Mampu melakukan perencanaan pada asuhan remaja dengan
dismenore primer.
d) Mampu melakukan implementasi pada asuhan remaja dengan
dismenore primer.
e) Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi pada asuhan remaja
dengan dismenore primer.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat berdasarkan evidence based
dan critical thinking secara langsung di lapangan dalam memberikan
asuhan kebidanan holistik pada remaja dengan disemnore dan dapat
mengaplikasikan teori dan asuhan yang telah diberikan dalam proses
perkuliahan serta mampu memberikan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan yang bermutu dan berkualitas berdasarkan evidence
based midwifery.
2. Manfaat Bagi Remaja Putri
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada remaja
mengenai cara mengatasi disemenore pada remaja dengan memberikan
asuhan secara holistik berdasarkan eνidence based midwifery.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Asuhan Kebidanan Yang Diterapkan Pada Remaja


1. Pengertian Dismenore
Dismenore (dysmenirr`ea) berasal dari kata dalam bahasa Runani
Kuni (Creek) kata tersebut berasal dari kata dys yang berarti sulit, nyeri
abdomen abnormal, meni yang berarti bulan dan r`ea yang berarti aliran
atau arus. Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran
menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri. (Anurogo,
2011 dalam Sari, 2017). Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari
kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Kumalasari, Andhyantoro,
2012 dalam Ariani, 2018). Menurut (Reeder, 2013 dalam Sari, 2017)
dismenore yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristik sebagai nyeri
singkat sebelum atau selama menstruasi nyeri itu berlangsung.
Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu
kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan
pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, atau datang ke bidan (Manuaba,
2010 dalam Apriyanti, Harmia, & Andriani, 2018).
Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan
ginekologi yang paling umum pada perempuan muda yang datang ke
klinik atau dokter. Hampir semua perempuan mengalami rasa tidak
nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut bagian bawah dan
biasanya juga disertai dengan mual, pusing, bahkan pingsan (Anugroho,
2011 dalam Apriyanti, Harmia, & Andriani, 2018). Dismenore dapat
mengakibatkan nyeri tajam intermiten atau nyeri tumpul yang pegal dan
biasanya ditandai nyeri kram ringan sampai sedang pada bagian
punggung atau abdomen bagian bawah, dapat menjalar sampai ke paha
dan sakrum bawah. Nyeri ini biasanya terjadi bebrapa hari sebelum haid
atau bisa bersama-sama dengan menstruasi. Dismenore umumumnya
mencapai puncak setelah 24 jam dan mereda setelah 48 jam (Kowalak
jeniffer & Hughes audrey, 2010).

3
2. Gejala Dismenore
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan
sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus
menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama
menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari
akan menghilang (Made & Dewi, 2013).
Sedangkan menurut (Jakson, D 2014 dalam Rejeki, 2018) tanda
dan gejala yang akan dirasakan saat nyeri haid atau dismenore adalah
kram dari kontraksi uterus kecil berupa mual karena fluktuasi kadar
hormon, sakit kepala karena turunnya kadar hormon dalam tubuh.

3. Klasifikasi Dismenore
Menurut (Wiknjosastro, 2009 dalam Ariani, 2018) dismenore dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu dismenore primer dan dismenore
sekunder. Dismenore primer yaitu nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan alat-alat genitalia yang nyata, sedangkan dismenore sekunder
yaitu nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti
salpingitis kronika, endometriosis, servisitis uteri dan lain-lain.
Menurut (Andira 2010 dalam Nim, 2018) berdasarkan klasifikasi
dismenorea dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Dismenorea Primer (spasmodic)


Dismenorrea primer merupakan salah satu rasa sensai nyeri pada
saat menstruasi yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari pada
remaja yang mengalami dismenorrea atau nyeri saat menstruasi
(Inayati H, Rejeki S, Hartati S 2017 dalam Nim, 2018). Dismenorea
primer biasanya dimulai pada saat seorang wanita berumur 2-3 tahun
setelah menarche dan mencapai puuncaknya pada usia 15 dan 25
tahun Penyebabnya adalah adanya peningkatan kontraksi rahim yang
dirangsang oleh prostaglandin (prostaglandin adalah salah satu
mediator kimia atau hormone yang ada didalam tubuh yang dapat

menimbulkan terjadinya kontraksi pembuluh-pembuluh darah dan

4
penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses
ischemia dan necrosisi pada sel-sel dan jaringan yang ada didalam
tubuh.

b. Dismenorea Sekunder

Dismeneorea sekunder sangat jarang terjadi biasanya, terjadi


pada wanita yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada
wanita 25% wanita yang sering mengalami dismenorea. Penyebabnya,
endometriosis (yaitu pertumbuhan jaringan dan dinding rahim pada
daerah diluar rahim seperti (Tuba fallopi atau Oνarium), peradangan
Tuba fallopi, pemakaian IUD dan peradangan rongga dalam daerah
kemaluan (Nim, 2018).

4. Derajat Dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal


menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda.
Sedangkan menurut (Karim, 2009 dalam Casteli, 2013), ditinjau dari
berat ringannya rasa nyeri, dismenorea dibagi menjadi:
a. Dismenore ringan
Yaitu dismenore dengan rasa nyeri yang berlangsung
beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan
nyeri tanpa disertai pemakaian obat (Casteli, 2013).
b. Dismenore sedang

Yaitu dismenore yang memerlukan obat untuk menghilangkan


rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari (Casteli,
2013).
c. Dismenore berat
Yaitu dismenore yang memerlukan istirahat sedemikian lama
dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari
atau lebih (Casteli, 2013).

5
5. Patofisiologis Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi karena peningkatan prostaglandin (PG)
F2-alfa yang merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang
mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga
terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Adanya kontraksi
yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang
tinggi dan pelebaran dinding rahim saat mengeluarkan darah haid
sehingga terjadilah nyeri saat haid. Bentuk dismenore yang banyak
dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut
(Larasati & Alatas, 2016).
Menurut (Hakim, 2017) patofisiologis dismenorea primer
disebabkan karena kelebihan atau ketidak seimbangan dalam jumlah
sekresi prostaglandin (PG) dari endometrium saat menstruasi,
prostaglandin F2a (PGF2a) merupakan stimulan miometrium yang kuat
dan vasokonstriktor pada endometrium. Selama peluruhan endometrium,
sel-sel endometrium melepaskan PGF2a saat menstruasi dimulai. PGF2a
merangsang kontraksi miometrium, iskemia dan sensitisasi ujung saraf.
Dismenorea terjadi karena kontraksi uterus yang berkepanjangan dan
penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin meningkat
ditemukan di cairan endometrium. Selama peluruhan endometrium, sel-
sel endometrium melepaskan PGF2a saat menstruasi dimulai. PGF2a
merangsang kontraksi miometrium, iskemia dan sensitisasi ujung saraf
sehingga menyebabkan dismenorea yang terjadi karena kontraksi uterus
yang berkepanjangan dan penurunan aliran darah ke miometrium.

6. Faktor Risiko Dismenore Primer


Menurut (Larasati & Alatas, 2016) terdapat berbagai faktor risiko
dismenore primer yang berhubungan dengan meningkatnya tingkat
kejadian dismenore primer, yaitu :

a. Menarche
Menarche merupakan proses dari pematangan fisik dari organ

reproduksi seorang wanita. Pada penelitian Charu et al. bahwa rata-

6
rata usia menarche umumnya pada umur 12-14 tahun. Wanita dengan
usia menarche dibawah 12 tahun atau menarche dini memiliki 23%
lebih tinggi kesempatan terjadi dismenore dibandingkan dengan
wanita dengan menarche pada usia 12-14 tahun. Dismenore
disebabkan karena hormon prostaglandin yang lebih lama sehingga
menyebabkan kram dan nyeri pada perut (Larasati & Alatas, 2016).
b. Riwayat keluarga dengan keluhan dismenore
Menurut (Larasati & Alatas, 2016) mengemukakan bahwa
39,46% wanita yang menderita dismenore memiliki keluarga dengan
keluhan dismenore seperti ibu atau saudara kandung. Maka terdapat
hubungan yang kuat antara riwayat keluarga dengan dismenore. Hal
ini disebabkan adanya faktor genetik yang memperngaruhi sehingga
apabila ada keluarga yang mengalami dismenore cenderung
mempengaruhi psikis wanita tersebut. Pada penelitian Mool Raj et al.
pada wanita dengan riwayat anggota keluarga (ibu atau saudara)
dengan keluhan dismenore memiliki 3 kali kesempatan lebih besar
mengalami dismenore dibandingkan wanita tanpa riwayat keluarga
dismenore (Larasati & Alatas, 2016). Penelitian yang pernah
dilakukan oleh Malisa (2018) mengenai hubungan usia menarche
dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri kelas VIII SMP
juga menunjukan hasil ada hubungan yang bermakna antara usia
menarche dengan kejadian dismenore, dimana dari 68 responden di
SMP tersebut yang mendapatkan menarche pada usia yang capat atau
<12 tahun yaitu sebanyak 37 responden (54,4%) dari 68 responden.
Dan berdasarkan kejadian dismenore primer pada penelitian ini
dimana dari 68 responden yang mengalami dismenore primer dengan
derajat sedang yaitu sebanyak 30 responden (44,1%).
c. Indeks Masa Tubuh
Kejadian dismenore berhubungan dengan status gizi bagi
seorang wanita. Salah satu pengukuran status gizi yaitu berdasarkan
indeks masa tubuh (IMT). Wanita dengan indeks masa tubuh (IMT)
kurang dari berat badan normal dan kelebihan berat badan

7
(oνerweight) lebih mungkin untuk menderita dismenore jika
dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal. Pada penelitian
Manorek et al. di salah satu Sekolah Menengah Atas di Manado di
temukan dari 23% siswi dengan status gizi tidak normal (gemuk dan
kurus), 75,8% diantaranya mengalami dismenore. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa status gizi berkaitan erat dengan tingkat kejadian
dismenore (Larasati & Alatas, 2016). Status gizi seperti penelitian Ju
dan timnya bahwa wanita dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) kurang
berisiko 1,34 kali mengalami dismenore dan gizi berlebih berisiko
1,33 kali yang diduga adanya interaksi antara lemak tubuh dan
hormon yang mengontrol seperti estrogen lebih sedikit ( Ju, Jones, &
Mishra, 2014 dalam Sanjiwani, 2017).
Menurut (Harmoni, 2018) IMT juga mempengaruhi terjadinya
dismenore. Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore
primer, karena di dalam tubuh dengan berat badan lebih terdapat
jaringan lemak yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan
terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ
reproduksi sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses
menstruasi menjadi terganggu dan timbul dismenore (Widjanarko,
2012 dalam Harmoni, 2018). Indeks Massa Tubuh menjadi faktor
terjadinya dismenore. Hasil penelitian Zsasha Nisa (2016), dari 87
responden yang mengalami dismenore terdapat 16 responden dengan
IMT underweight, 19 responden dengan IMT Normal, dan 52
responden dengan IMT overweight dan obesitas. Hasil analisis uji
bivariat didapatkan nilai p=0,025 (p<0,05) yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara IMT dan dismenore.
d. Kopi
Mengkonsumsi kopi juga dapat mecetuskan nyeri saat haid, hal
tersebut dikarenakan kafein yang terkandung dalam kopi bersifat
vasonkonstriksi terhadap permbuluh darah sehingga menyebabkan
aliran darah ke uterus berkurang dan menyebabkan kram. Namun

8
belum ditemukan penelitian mengenai kadar kafein yang dapat
mengakibatkan dismenore (Larasati & Alatas, 2016).
e. Rokok
Wanita yang terpapar asap rokok dan mengkonsumsi kopi,
13,3% di antaranya menderita dismenore. Sebuah penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara dismenore dengan wanita yang
terkena asap rokok secara pasif. Dilaporkan pada wanita yang terpapar
asap rokok secara pasif menderita dismenore dengan waktu yang lebih
lama dibandingkan yang tidak tepapar. Pengaruh merokok pasif pada
dismenore diamati terjadi peningkatan sebesar 30% dibandingkan
dengan yang tidak merokok pasif. Mekanisme biologis yang
mempengaruhi kejadian dismenore diakibatkan dari nikotin yang
bersifat vasokonstriktor sehingga mengakibatkan berkurangnya aliran
darah yang menuju endometrium (Larasati & Alatas, 2016).
f. Makanan Cepat Saji
Menurut Singh et al. dalam hasil penelitiannya, dari total wanita
yang mengisi kuisioner didapatkan 79,43% memiliki kebiasaan
memakan makanan cepat saji (junk food) didapatkan 16,82% di
antaranya menderita dismenore. Makanan cepat saji memiliki
kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu tinggi kalori, tinggi lemak,
tinggi gula, dan rendah serat. Kandungan asam lemak yang terdapat di
dalam makanan cepat saji dapat mengganggu metabolisme
progesteron pada fase luteal dari siklus menstruasi. Akibatnya terjadi
peningkatan kadar prostaglandin yang akan menyebabkan rasa nyeri
pada saat dismenore. Prostaglandin terbentuk (Larasati & Alatas,
2016).
g. Lama Haid
Durasi pendarahan saat haid normalnya empat sampai dengan
lima hari. Pada penelitian Kural et al. dilaporkan dari 100 wanita yang
menderita dismenore didapatkan 20% wanita tersebut memiliki durasi
perdarahan lebih dari 5 sampai 7 hari. Dengan analisis tersebut
menggambarkan wanita dengan perdarahan durasi lebih dari 5 sampai

9
7 hari memiliki 1,9 kali lebih banyak kesempatan untuk menderita
dismenore. Lama durasi haid dapat disebabkan oleh faktor psikologis
maupun fisiologis. Secara psikologis biasanya berkaitan dengan
tingkat emosional wanita yang labil ketika akan haid. Sementara
secara fisiologi lebih kepada kontraksi otot uterus yang berlebihan
atau dapat dikatakan sangat sensitive terhadap hormone, akibatnya
endometrium dalam fase sekresi memproduksi hormone prostaglandin
yang lebih tinggi. Semakin lama durasi haid, maka semakin sering
uterus berkontraksi akibatnya semakin banyak pula prostaglandin
yang dikeluarkan sehingga timbul rasa nyeri saat haid (Larasati &
Alatas, 2016).

B. Teori Evidence Based Midwifery Pada Dismenore

1. Pemberian kompres hangat untuk mengurangi nyeri haid


Kompres hangat sangat berefektivitas pada penurunan nyeri haid karena
efek hangat yang dihasilkan oleh kompres hangat dapat meredakan
iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh
darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan menurunkan ketegangan
dan memberikan efek berupa rasa nyaman.Kompres hangat itu sendiri
dapat dilakukan dengan menggunakan botol kompres yang telah diisi air
hangat dan dikompreskan selama 20 menit merupakan suatu terapi
sederhana penghantar hangat yang bertujuan untuk mengurangi rasa

nyeri, spasme, dan iskemia. Dikarenakan kompres hangat dapat


memberikan rasa hangat kepada responden untuk mengurangi nyeri,
penurunan nyeri terjadi karena adanya perpindahan panas secara
konduksi dari buli-buli yang diletakkan di perut bagian bawah ke dalam
perut yang melancarkan peredaran darah, menurunkan ketegangan otot
dan membuat nyaman/rileks pada responden. bahwa penggunaan
kompres air hangat membuat sirkulasi dan vaskularisasi darah lancar,
dengan cara menggunakan buli-buli panas yang di bungkus dengan
kantong. Cara pemindahannya secara konduksi dimana terjadi

pemindahan panas dari buli-buli ke dalam perut bagian bawah sehingga

10
terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada otot. Kompres air
hangat dengan suhu 42 — 50,5°C mengakibatkan terjadinya vasodilatasi
di daerah simphisis pubis yang bisa membuka aliran darah membuat
sirkulasi darah lancar kembali sehingga terjadi relaksasi pada otot
mengakibatkan kontraksi otot menurun dan nyeri berkurang (Amrina
dkk, 2020).
2. Asupan gizi untuk mengurangi nyeri haid
Dismenore dapat dicegah dengan mengatur pola makan yang teratur
dengan asupan gizi yang memadai, yang memenuhi standar 4 sehat 5
sempurna. Selain itu asupan zat gizi yang seimbang seperti asupan
vitamin dan mineral juga dapat mengatasi beberapa masalah yang terjadi
sebelum dan selama menstruasi. Diantara zat gizi yang berpengaruh
tersebut, terdapat dua mineral yang besar peranannya dalam terjadinya
pengaturan kontraksi dan relaksasi otot uterus. Kandungan dua jenis
mineral yang berkaitan dengan kejadian dismenore yaitu kalsium dan
magnesium. Kalsium memiliki peranan sebagai zat yang diperlukan
untuk kontraksi otot, termasuk otot pada organ reproduksi. Kalsium
berperan dalam interaksi protein di otot, yaitu aktin dan myosin pada saat
otot berkontraksi. Kekurangan kalsium menyebabkan otot tidak dapat
mengendur setelah kontraksi, sehingga dapat mengakibatkan otot
menjadi kram (Enikmawati, 2015 dalam Syarifah & Fathurrahman,
2019).

3. Aktivitas fisik untuk mengurangi nyeri haid


Adanya hubungan antara aktifitas fisik dengan dismenore (nyeri haid).
Semakin rendah aktifitas fisik responden maka akan semakin tinggi
resiko terjadinya dismenore. Hal ini disebakan karena aktifitas fisik atau
olahraga merupakan salah satu tekhnik relaksasi yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri haid. Pada saat melakukan olahraga tubuh akan
menghasilkan endorphin. Endorphin berfungsi sebagai obat penenang
alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman. Remaja
yang melakukan olahraga secara teratur setidaknya 30-60 menit setiap 3-

5x per minggu dapat mencegah terjadinya dismenore. Durasi olahraga

11
dikatakan tidak baik jika total durasi olahraga yang dicapai adalah selama
<30 - >60 menit. bahwa berolahraga secara rutin dapat meringankan
tingkat nyeri dismenore (Aghnia, 2015 dalam Syarifah & Fathurrahman,
2019).
4. Senam dismenore untuk mengurangi nyeri haid
Senam dismenore merupakan salah satu cara relaksasi yang sangat
dianjurkan untuk mengurangi nyeri haid (dismenore) yang dialami oleh
beberapa wanita tiap bulannya. Senam dismenore adalah senam yang
fokusnya membantu peregangan seputar otot perut panggul dan
pinggang, selain itu senam tersebut dapat memberikan sensasi rileks yang
berangsur-angsur serta mengurangi nyeri jika dilakukan secara teratur .
Saat melakukan senam, tubuh akan menghasilkan endorphin. Hormon
endorphin adalah kelompok persenyawaan mirip hormon kuat yang
terdiri dari asam lemak esensial. Hormon endorphin yang semakin tinggi
akan menurunkan atau meringankan nyeri yang dirasakan seseorang
sehingga seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan melancarkan
pengiriman oksigen ke otot. Senam dismenore yang dilakukan selama 3
hari sebelum menstruasi ini memiliki efektifitas dalam menurunkan nyeri
dismenore primer (Apriliya Putri Arnida, dkk, 2020).
5. Mengonsumsi jahe merah untuk mengurangi nyeri haid
Pengaruh minuman jahe merah (zingiber officinale roscoe) terhadap
penurunan intensitas nyeri dismenore. Karena pada saat mengkonsumsi
air jahe sensasi yang pertama kali dirasakan yaitu rasa pedas khas jahe di
dalam mulut kemudian terdapat sensasi hangat dalam tubuh yang dapat
memperlancar sirkulasi peredaran darah. Minyak atsiri yang terkandung
dalam jahe merupakan senyawa yang ampuh mengatasi nyeri karena cara
kerjanya yang mampu memblokir prostaglandin dan menstimulai
peredaran darah sehingga memberikan efek samping menurunnya nyeri
pada saat dismenore (Apriliya Putri Arnida, dkk, 2020).

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Pada remaja Nn. N umur 18 tahun dengan dismenore
di PMB Delima Hj. Siti Saudah, SKM., M.Kes.
B. Pelaksanaan Asuhan
1. Hari/ tanggal : 12 Oktober 2020
2. Pukul : 18.15 WIB
3. Tempat : PMB Delima Hj. Siti Saudah, SKM., M.Kes
4. Pengkaji : Ayu Gustian Dita Chyntari
C. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. D
2. Umur : 18 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku : Banjar
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Pelajar
8. Kelas : II SMA
9. Alamat : Jl. Cempaka

10. Nama Ibu : Ny. R Nama Ayah : Tn. S


11. Umur : 41 Tahun Umur : 47 Tahun
12. Suku : Banjar Suku : Banjar
13. Agama : Islam agama : Islam
14. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
15. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
16. Alamat : Jl. Cempaka Alamat : Jl. Cempaka

D. Managemen Asuhan Kebidanan


1. Pengumpulan Data Dasar

13
a. Data Subjektif
- Nn. D mengatakan beumur 18 Tahun
- Nn. D mengatakan sering nyeri punggung, dan perut pada saat
menstruasi, namun tidak sampai menanggu aktivitas. Hanya saja
Nn. D merasa terganggu dan kurang fokus mengikuti pelajaran
disekolah karea nyeri menstruasi tersebut.
- Nn. D mengatakan lama haid sekitar 7 hari dan tidak ada
keluhan lain saat haid.
- Nn. D mengatakan ganti pembalut saat haid 2x/ hari.
b. Data Obyektif
- K/u : baik, Kesadaran : Composmentis
- TD : 100/80 mmHg, N : 90x/m, R: 20x/m, S : 36,5oc
- BB : 45kg, TB : 157cm, IMT : Normal
- Pemeriksaan Fisik :
- Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak pucat.
- Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik
- Ekstremitas : atas : simetris, telapak tangan tidak pucat.
- Ekstremitas : bawah : simetris, tidak oedema.
2. Interprestasi Data
a. Diagnosa : Nn. D umur 18 tahun dengan dismenore
b. Masalah : Nyeri haid, kurangnya personal hygiene
c. Kebutuhan : KIE tentang cara mengatasi dismenore dan
pesrsonal hygiene
3. Diagnosa potensial
- Dismenore sekunder
- Pruritus pada vulva
4. Tindakan segera
KIE tentang cara mengatasi dismenore dan personal hygiene
5. Intervensi
1) Beritahu hasil pemeriksaan.
Rasional : Dalam hal ini klien berhak mengetahui segala sesuatu
yang berkatian dengan keadaan dan tindakan yang dilakukan

14
(Siringgoringgo, 2017).
2) KIE tentang nyeri haid dan penyebab nyeri haid.
Rasional : Dismenore merupakan nyeri selama atau segera sebelum
menstruasi menjadi salah satu masalah ginekologik yang paling
umum terjadi pada wanita dari segala usia . Nyeri haid merupakan
penyakit yang sudah lama dikenal. Nyeri yang dirasakan tidak hanya
terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja perempuan
sering merasakan pada punggung bagian bawah, pinggang, panggul,
otot paha atas, hingga betis. Rasa nyeri dapat disebabkan oleh
kontraksi otot perut yang terjadi secara terus menerus saat
mengeluarkan darah (Laila, 2011 dalam Amrina dkk, 2020).
3) KIE tentang efektifitas pemberian kompres hangat untuk
mengurangi nyeri haid.
Rasional : Bahwa penggunaan kompres air hangat membuat sirkulasi
dan vaskularisasi darah lancar, dengan cara menggunakan buli-buli
panas yang di bungkus dengan kantong. Cara pemindahannya secara
konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam
perut bagian bawah sehingga terjadi vasodilatasi yang membuat
relaksasi pada otot. Kompres air hangat dengan suhu 42 — 50,5°C
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi di daerah simphisis pubis
yang bisa membuka aliran darah membuat sirkulasi darah lancar
kembali sehingga terjadi relaksasi pada otot mengakibatkan
kontraksi otot menurun dan nyeri berkurang (Amrina dkk, 2020).
4) KIE tentang aktivitas fisik untuk mengurangi nyeri haid.
Rasional : aktifitas fisik atau olahraga merupakan salah satu tekhnik
relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri haid. Pada
saat melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan endorphin.
Endorphin berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi
otak sehingga menimbulkan rasa nyaman. Dengan melakukan
olahraga secara teratur setidaknya 30-60 menit setiap 3-5x per
minggu dapat mencegah terjadinya dismenore. Durasi olahraga
dikatakan tidak baik jika total durasi olahraga yang dicapai adalah

15
selama <30 - >60 menit (Aghnia, 2015 dalam Syarifah &
Fathurrahman, 2019).
5) KIE tentang senam dismenore untuk mengurangi nyeri haid.
Rasional : Senam dismenore merupakan salah satu cara relaksasi
yang sangat dianjurkan untuk mengurangi nyeri haid (dismenore)
yang dialami oleh beberapa wanita tiap bulannya. Senam dismenore
adalah senam yang fokusnya membantu peregangan seputar otot
perut panggul dan pinggang, selain itu senam tersebut dapat
memberikan sensasi rileks yang berangsur-angsur serta mengurangi
nyeri jika dilakukan secara teratur . Saat melakukan senam, tubuh
akan menghasilkan endorphin. Hormon endorphin adalah kelompok
persenyawaan mirip hormon kuat yang terdiri dari asam lemak
esensial. Hormon endorphin yang semakin tinggi akan menurunkan
atau meringankan nyeri yang dirasakan seseorang sehingga
seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan melancarkan
pengiriman oksigen ke otot. Senam dismenore yang dilakukan
selama 3 hari sebelum menstruasi ini memiliki efektifitas dalam
menurunkan nyeri dismenore primer (Apriliya Putri Arnida, dkk,
2020).
6) KIE tentang asupan gizi untuk mengurangi nyeri haid.
Rasional : Dismenore dapat dicegah dengan mengatur pola makan
yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, yang memenuhi
standar 4 sehat 5 sempurna. Selain itu asupan zat gizi yang seimbang
seperti asupan vitamin dan mineral juga dapat mengatasi beberapa
masalah yang terjadi sebelum dan selama menstruasi (Enikmawati,
2015 dalam Syarifah & Fathurrahman, 2019).
7) KIE tentang personal hygiene dalam pemakaian pembalut pada
saat menstruasi.
Rasional : wanita disarankan mengganti pembalut minimal 4 kali
sehari tanpa melihat seberapa banyak darah haid yang keluar. Sebab
biasanya tubuh akan membuang darah kotor, ketika menstrusi
kondisi vagina akan semakin lembab, hal ini dikarenakan permukaan

16
pembalut yang bersentuhan dengan kulit vagina dan pembelut
mengandung banyak gumpalan darah merupakan tempat yang baik
bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur dan bakteri sehingga
dapat meningkatkan kelembapan pada daerah vagina yang nantinya
akan memicu terjadinya pruritus vulva. Oleh sebab itu, pembalut
perlu diganti setiap empat sampai enam jam sehari, tergantung dari
derasnya aliran darah haid (Amrina dkk, 2020).
8) Dokumentasi
Rasional : Dalam kebidanan merupakan suatu bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan
kebidanan yang berguna untuk kepentingan klien (Tria Nopi
Herdiani dan Maya Candratika, 2020).

6. Implementasi
Tanggal pengkajian : 12 Oktober 2020
Jam Kegiatan
Memberitahu hasil pemeriksaan, bahwa keadaan
klien mengalami nyeri haid.
TD : 110/80mmHg BB : 45kg
18.20 Wib
N :90 x/m TB : 157cm
R :20 x/m IMT : (normal)
S :36,5 oc
Menjelaskan KIE tentang nyeri haid dan penyebab
18.25 Wib
nyeri haid.
Menjelaskan KIE tentang efektivitas dan pemberian
18.32 Wib
kompres hangat untuk mengurangi nyeri haid.
Menjelaskan KIE tentang aktivitas fisik untuk
18.38 Wib
mengurangi nyeri haid.
Menjelaskan KIE tentang senam dismenore
18.47 Wib
mengurangi nyeri haid.
Menjelaskan KIE tentang asupan gizi untuk
18.49 Wib
mengurangi nyeri haid.
19.00 Wib Melakukan pendokumentasian.

7. Evaluasi

17
Jam Kegiatan
18.20 Wib Pemeriksaan telah dilakukan
18.25 Wib KIE tentang nyeri haid dan penyebab nyeri haid.
KIE tentang efektivitas dan pemberian kompres
18.32 Wib
hangat untuk mnegurangi nyeri haid.
KIE tentang aktivitas fisik untuk mengurangi nyeri
18.38 Wib haid.
KIE tentang senam dismenore mengurangi nyeri
18.47 Wib
haid.
KIE tentang asupan gizi untuk mengurangi nyeri
18.49 Wib
haid.
19.00 Wib Dokumentasi telah dilakukan.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Tabel Prioritas Masalah Berdasarkan USG

1. Urgency / Tingkat Kepentingan


a) Seberapa Mendesak masalah tersebut dibahas (dikaitkan dengan
waktu yang tersedia).
b) Seberapa besar desakan waktu untuk memecahkan masalah
tersebut.
2. Seriousness / Tingkat Kegawatan
a) Dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja.
b) Pengaruh terhadap keberhasilan.
c) Membahanyakan klien atau tidak.

3. Growth / Tingkat Perkembangan


a) Tingkat perkembangan masalah.
b) Apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga
sulit untuk dicegah.
No Prioritas Masalah U S G Total Ranking
.
1. Klien mengalami 5 5 4 14 I
dismenore.
2. Klien tidak mngerti 5 5 3 13 II
personal hygiene
saat menstruasi.
3. Klien tidak 4 3 4 11 III
mengerti apa itu
nyeri haid dan cara
mengatasinya.
Dari matriks di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, masalah kesehatan
yang akan diselesaikan yaitu masalah Klien mengalami dismenore dan
personal hygiene saat menstruasi.

19
B. Alternatif Penyelesaian Masalah
Setelah menentukan prioritas masalah kesehatan, kemudian perlu
menentukan alternatif penyelesaian masalah. Adapun alternatif
penyelesaian masalah yang diusulkan yaitu :
1. KIE tentang cara mengatasi nyeri haid.
a) Pemberian kompres hangat untuk mengurangi nyeri haid.
Rasional : Bahwa penggunaan kompres air hangat membuat
sirkulasi dan vaskularisasi darah lancar, dengan cara
menggunakan buli-buli panas yang di bungkus dengan kantong.
Cara pemindahannya secara konduksi dimana terjadi pemindahan
panas dari buli-buli ke dalam perut bagian bawah sehingga terjadi
vasodilatasi yang membuat relaksasi pada otot. Kompres air
hangat dengan suhu 42 — 50,5°C mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi di daerah simphisis pubis yang bisa membuka aliran
darah membuat sirkulasi darah lancar kembali sehingga terjadi
relaksasi pada otot mengakibatkan kontraksi otot menurun dan
nyeri berkurang (Amrina dkk, 2020).
b) Melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi nyeri haid.
Rasional : aktifitas fisik atau olahraga merupakan salah satu
tekhnik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
haid. Pada saat melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan
endorphin. Endorphin berfungsi sebagai obat penenang alami
yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman.
Dengan melakukan olahraga secara teratur setidaknya 30-60
menit setiap 3-5x per minggu dapat mencegah terjadinya
dismenore. Durasi olahraga dikatakan tidak baik jika total durasi
olahraga yang dicapai adalah selama <30 - >60 menit (Aghnia,
2015 dalam Syarifah & Fathurrahman, 2019).
c) Melakukan senam dismenore untuk mengurangi nyeri haid.
Rasional : Senam dismenore merupakan salah satu cara relaksasi
yang sangat dianjurkan untuk mengurangi nyeri haid (dismenore)
yang dialami oleh beberapa wanita tiap bulannya. Senam

20
dismenore adalah senam yang fokusnya membantu peregangan
seputar otot perut panggul dan pinggang, selain itu senam tersebut
dapat memberikan sensasi rileks yang berangsur-angsur serta
mengurangi nyeri jika dilakukan secara teratur . Saat melakukan
senam, tubuh akan menghasilkan endorphin. Hormon endorphin
adalah kelompok persenyawaan mirip hormon kuat yang terdiri
dari asam lemak esensial. Hormon endorphin yang semakin tinggi
akan menurunkan atau meringankan nyeri yang dirasakan
seseorang sehingga seseorang menjadi lebih nyaman, gembira,
dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot. Senam dismenore
yang dilakukan selama 3 hari sebelum menstruasi ini memiliki
efektifitas dalam menurunkan nyeri dismenore primer (Apriliya
Putri Arnida, dkk, 2020).
d) Asupan gizi untuk mengurangi nyeri haid.
Rasional : Dismenore dapat dicegah dengan mengatur pola makan
yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, yang memenuhi
standar 4 sehat 5 sempurna. Selain itu asupan zat gizi yang
seimbang seperti asupan vitamin dan mineral juga dapat
mengatasi beberapa masalah yang terjadi sebelum dan selama
menstruasi (Enikmawati, 2015 dalam Syarifah & Fathurrahman,
2019).
2. KIE tentang personal hygiene saat menstruasi.
Rasional : wanita disarankan mengganti pembalut minimal 4 kali
sehari tanpa melihat seberapa banyak darah haid yang keluar.
Sebab biasanya tubuh akan membuang darah kotor, ketika
menstrusi kondisi vagina akan semakin lembab, hal ini
dikarenakan permukaan pembalut yang bersentuhan dengan kulit
vagina dan pembelut mengandung banyak gumpalan darah
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
jamur dan bakteri sehingga dapat meningkatkan kelembapan pada
daerah vagina yang nantinya akan memicu terjadinya pruritus
vulva. Oleh sebab itu, pembalut perlu diganti setiap empat sampai

21
enam jam sehari, tergantung dari derasnya aliran darah haid
(Amrina dkk, 2020).

22
BAB V
PENUTUP

A. Kesihpulan

Remaja putri beresiko mengalami nyeri haid karena pengaruh


prostaglanding yang dikandung oleh endometrium berada pada jumlah yang
tingggi, hal ini disebabkan oleh progesterone selama fase luteal pada siklus
haid, prostaglandin mencapai tingkat maksimum pada awal haid, sehingga
menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan
pembuluh darah, menyebabkan iskemia, disintegrasi endometrium,
perdarahan dan nyeri.
B. Saran
a) Bagi Remaja Putri
Diharapkan dapat melaksanakan segala anjuran yang diberikan
dan dapat mengaplikasikan nya sebagai upaya untuk mengurangi
keluhan terhadap nyeri haid yang dialami.
b) Bagi Penulis
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan literatur
untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pembelajaran dalam
asuhan kebidanan berdasarkan eνidence based midwifery pada remaja
putri yang mengalami nyeri haid.
c) Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan berdasarkan
eνidence based midwifery pada remaja putri yang mengalami nyeri
haid.
d) Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa
dalam meningkatkan proses pembelajaran dan asuhan kebidanan
berdasarkan kajian langsung dengan klien serta penerapan asuhan
berdasarkan eνidence based midwifery pada remaja putri yang
mengalami nyeri haid.

23
DAFTAR PUSTAKA

Amrina Rosyada Amalia, dkk. 2020. Efektiνitas Kompres Air Hangat Dan Air
Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Remaja Putri Dengan
Dismenore. Volume 1, Nomor 1, Januari 2020, pp. 07 — 15. Journal

homepage: http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/b

Amelia, R., & Maharani, S. I. (2018). Effectiνeness of Dark Chocolate and


Ginger on Pain Reduction Scale in Adolescent Dysmenorhea. Jurnal
Kebidanan, 6(12), 73. https://doi.org/10.31983/jkb.v6i12.1915

Apriyanti, F., Harmia, E., & Andriani, R. (2018). Hubungan Status Gizi Dan
Usia Menarche Dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri Di Sman
l Bangkinang Kota Tahun 20l8 Fitri. 74(5), 751—756.

Ariani, M. (2018). Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Dismenore


Primer pada Remaja Putri Kelas VIII Di SMPN 9 Banjarmasin. Majalengka:
Jurnal Kampus STIKES YPIB.

Casteli, N. W. A. (2013). Hubungan Tingkat Konsumsi Fe, Vitamin C Dan Status


Anemia Dengan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di Sma Negeri l
Sukawati Kabupaten Gianyar Proνinsi Bali. In Skripsi (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Hakim, W. (2017). Hubungan Antara Olahraga dengan Dismenorea Pada


Mahasiswi Fakultas Ilmu Keolahragaan Uniνersitas Negeri Semarang,
Skripsi. 7—34.

Harmoni, P. H. (2018). Hubungan Antara Imt Dan Aktiνitas Fisik Dengan


Kejadian Dismenore Di Sma Batik l Surakarta. Fakultas Kedokteran
Muhamadiyah Surakarta, 10(2), 1—15.

Kowalak jeniffer, P., & Hughes audrey, S. (2010). Buku saku tanda dan gejala.
Jakarta: EGC.

Larasati, T., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore
Primer pada Remaja Primary Dysmenorrhea and Risk Factor of Primary
Dysmenorrhea in Adolescent. Majority, 5(3), 79—84.

Made, N., & Dewi, S. (2013). Pengaruh dismenorea pada remaja. Seminar
Nasional Fmipa Undiksa. https://doi.org/10.5194/hess-15-2205-2011

Meilan, Nessi., Maryanah, dan W. F. (2019). Kesehatan Reproduksi Remaja:


Implementasi PKPR dalam Teman Sebaya. Wineka Media.

Nim, E. (2018). Pengaruh Senam Dismenorrea Terhadap Intensitas Nyeri Haid


Pada Mahasiswi Di Pondok Pesantren K.H Sahlan Rosjidi Uniνersitas
Muhammadiyah Semarang. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 2018.

Nurhayati, T. (2016). Perkembangan Perilaku Psikososial Pada Masa Pubertas.

24
Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi.

Rejeki, S. (2018). Intensitas Nyeri Haid Primer Melalui Senam Dismenororrea


Pada Mahasiswi Di Pondok Pesantren K.H Sahla Rosjidi Uniνersitas
Muhammadiyah Semarang , Skripsi. 1.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Syarifah
serta Sofia Nurhuda,
Akfititas Fathurrahman.2019.
Fisik Berhubungan dengan Asupan Kalsium
Dismenore pada dan Magnesium
Remaja. Jurnal
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. http://www. ejurnalpangan-
gizipoltekkesbjm.com

Sanjiwani, I. A. (2017). Literature Reνiew Dismenore Primer Dan


Penatalaksanaan Non Farmakologi Pada Remaja. Literature Review, 39.

Sari, Y. (2017). Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Stres Dengan Kejadian


Dismenore Primer. 9—28.

Sidabutar, J. (2015). Menurunkan Dismenoreaa Primer melalui Hipnoterapi pada


Siswi Sekolah Menengah Pertama Effect of Hypnotherapy on Alleνiating
Primary Dysmenorrhea in Junior High School Students. 3, 111—118.

Tria Nopi Herdiani, Maya Candratika. 2020. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Di Rsud
Hasanuddin Damrah Manna. Chmk Midwifery Scientific Journal Volume 3
Nomor 1januari 2020.

Windiyaningsih. (2018). epidemiologi kesehatan reproduksi. Depok: Raja


Grafindo Persada.

25
Lampiran-Lampiran

26
Dokuhentasi

No Foto Keterangan

1.

Memberikan asuhan holistik


pra nikah kepada Ny.T
berupa suntik catin dengan
dosis 0,5 cc. Pada asuhan
tersebut klien menginginkan
dilakukan injeksi secara IM.

Tanggal :16 Oktober 2020


Tempat : PMB Delima Hj.
Siti Saudah, SKM. M.Kes

2.

Ujian stase memberikan


asuhan holistik remaja pada
Nn. D dengan nyeri haid dan
personal hygiene pada saat
menstruasi.

Tanggal : 12 Oktober 2020


Tempat : PMB Delima Hj.
Siti Saudah, SKM. M.Kes

27
3.

Memberikan asuhan holistik


remaja pada Nn. S dengan
anemia sedang.

Tanggal : 13 Oktober 2020

Tempat : PMB Delima Hj.


Siti Saudah, SKM. M.Kes

4.

Memberikan asuhan holistik


remaja pada Nn. T dengan
menarche dan pubertas.

Tanggal : 15 Oktober 2020

Tempat : PMB Delima Hj.


Siti Saudah, SKM. M.Kes

5.
Memberikan asuhan holistik
remaja pada Nn. dengan
anemia dan IMT Kurus.

Tanggal : Oktober 2020

Tempat : PMB Delima Hj.


Siti Saudah, SKM. M.Kes

28
6. Ujian semniar kasus Stase I
Asuhan Kebidanan Holistik
Remaja dan Pra Nikah.
Asuhan Kebidanan Nn. D
Umur 18 Tahun Dengan
Dismenore di PMB Delima
Hj. Siti Saudah, SKM. M.Kes

Tanggal : 17 Oktober 2020

29
Media KIE

30
31

You might also like