2043 4440 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JPPM Vol. 10 No.

2 (2017)

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI
MATEMATIS SISWA
Silvia Dani, Heni Pujiastuti dan Ria Sudiana
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

silvia.dani2304@gmail.com
henipujiastuti@untirta.ac.id
r.sudiana@untirta.ac.id

ABSTRACT
This research is motivated by the importance of the mathematical generalization capability which is still
considered low student at SMPN 6 Kota Serang. Therefore, researcher apply learning Realistic Mathematic
Education approach, since this approach is expected to improve the ability of mathematical generalization
of students. This study aims to determine whether the ultimate achievement and increase the ability of
mathematical generalization of students who received study with Realistic Mathematic Education approach
better than students who obtain lessons learned common applied in accordance with 2013 curriculum have
there is a positive correlate of the ability of generalization mathematical students. The method used in this
research is the method of combination (mixed method) with incorporation of quantitative-qualitative and
concurrent embedded design. The study involved two classes of experimental class and control class. The
study population was all students in grade VII SMP Negeri 6 Kota Serang. Samples were class VII B as an
experimental class and VII C as the control class. The instrument used in this study a mathematical
generalization capability test instruments, observation sheet, interview guidance, documentation and the
researcher itself. The results of the study concludes that the ultimate achievement and increase the ability
of mathematical generalization experimental class is better than the control class.

Keywords: Realistic Mathematics Education, Generalization.

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan generalisasi matematis siswa yang masih
tergolong rendah di SMPN 6 Kota Serang. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pembelajaran
matematika dengan pendekatan Realistic Mathematic Education, karena pendekatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan generalisasi matematika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah pencapaian akhir dan peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran yang umum diterapkan sesuai dengan kurikulum 2013 ada korelasi positif
antara kemampuan Generalisasi siswa matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kombinasi (mixed method) dengan penggabungan desain horisontal kualitatif dan konkuren.
Penelitian ini melibatkan dua kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi penelitian adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Negeri 6 Kota Serang. Sampel adalah kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas
VII C sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen uji
kemampuan generalisasi matematis, lembar observasi, pedoman wawancara, dokumentasi dan peneliti itu
sendiri. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pencapaian akhir dan peningkatan kemampuan generalisasi
matematika kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Kata kunci: Realistic Mathematics Education, Kemampuan Generalisasi Matematis.

182
Silvia Dani, Heni Pujiastuti dan Ria Sudiana

A. PENDAHULUAN
Dalam menjalani abad 21 ini, bangsa Matematika memiliki peran penting
Indonesia harus mempersiapkan Sumber sesuai dengan tujuan pembelajaran
Daya Manusia (SDM) yang unggul untuk matematika di sekolah menurut
menghadapi globalisasi dunia yang Permendiknas No. 22 (Depdiknas 2006)
berakibat adanya persaingan dalam berbagai meliputi hal berikut : (1) memahami konsep
aspek kehidupan. Dampak dari globalisasi matematika, menjelaskan keterkaitan antar
tidak hanya pada aspek politik, ekonomi, konsep dan mengaplikasikan konsep atau
sosial dan budaya, tetapi juga masuk ke algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
dalam aspek pendidikan. Pendidikan tepat dalam pemecahan masalah; (2)
memegang peranan utama dalam kemajuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
suatu bangsa, karena dengan pendidikan melakukan manipulasi matematika dalam
yang berkualitas maka akan terjadi masa membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
depan suatu Negara yang maju. Dalam menjelaskan gagasan dan pernyataan
menciptakan suatu bangsa yang maju maka matematika; (3) memecahkan masalah yang
diperlukan SDM yang memiliki kualitas meliputi kemampuan memahami masalah,
yang unggul, penalaran yang tinggi, dan merancang model matematika,
kemampuan dalam memanfaatkan ilmu menyelesaikan model dan menafsirkan
pengetahuan dan teknologi dengan tepat. solusi yang diperoleh; (4)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan mengkomunikasikan gagasan dengan
teknologi yang sangat pesat mengubah dengan simbol, tabel, diagram, atau media
pandangan banyak orang yang sebelumnya lain untuk memperjelas keadaan atau
tidak mungkin namun disaat ini menjadi masalah; (5) memiliki sikap menghargai
mungkin, contohnya kita dapat kegunaan matematika dalam kehidupan,
mendengarkan, berbicara, dan melihat yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan
dengan seseorang tanpa memperdulikan minat dalam mempelajari matematika, serta
seberapa jauhnya jarak antar seseorang sikap ulet dan percaya diri dalam
dengan melakukan video call sedangkan penyelesaian masalah.
dahulu hal tersebut seperti sangatlah Berdasarkan tujuan pembelajaran
mustahil terjadi. Perkembangan ilmu matematika di atas, dapat diketahui bahwa
pengetahuan dan teknologi juga merubah pembelajaran matematika tidak hanya
kebiasaan hidup dari kebiasaan konservatif tentang menyampaikan materi pelajaran
menjadi kebisaaan kompetitif yang yang harus sesuai dengan kurikulum tetapi
menawarkan berbagai kemudahan dan juga makna dari pembelajaran matematika
kepraktisan bagi manusia. Oleh karena itu, itu sendiri. Makna dari pembelajaran
untuk dapat bertahan dalam keadaaan yang matematika yaitu siswa dapat menggunakan
cepat berubah, tidak pasti dan kompetitif dan mengembangkan kemampuan dan rasa
diperlukan kemampuan untuk memperoleh, ingin tahunya dengan leluasa tanpa adanya
mengelola, dan memanfaatkan informasi tekanan. Hal tersebut sudah sepatutnya
sehingga menjadi sebuah pengetahuan dan terjadi selama proses belajar mengajar,
alat yang mampu mengubah kebiasaan karena pembelajaran matematika tidak
hidup. Dalam mendapatkan kemampuan hanya terletak pada penguasaan matematika
tersebut diperlukan pemikiran-pemikiran sebagai ilmu pelajaran tetapi matematika
yang logis, sistematis, dan kritis yang dapat juga dapat digunakan dalam mencapai
dikembangkan dengan pembelajaran keberhasilan hidup.
matematika. Dalam hal ini matematika Namun, untuk hal tersebut dapat
memiliki peran yang sangat strategis dan terjadi banyak kendala yang dihadapi oleh
penting dalam upaya meningkatkan kualitas guru maupun siswa dalam proses
SDM yang baik sehingga dapat memajukan pembelajaran. Salah satu kendalanya yaitu
bangsa. kurangnya konsep matematika karena materi

183
Pendekatan Realistic Mathematic Education

yang dipelajari oleh siswa terlalu abstrak, yang dinyatakan dalam bentuk bilangan atau
kurang menarik, serta kurangnya contoh gambar (geometri). Konjektur ini sangat
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. membantu siswa dalam melakukan
Metode penyampaian materi yang tidak generalisasi.
bervariasi dan berpusat pada guru Pentingnya kemampuan generalisasi
mengakibatkan siswa cenderung pasif dan matematis sama dengan kemampuan
hanya dapat menerima apa yang penalaran matematis sebab kemampuan
disampaikan oleh guru. Selama ini generalisasi matematis merupakan bagian
penyampaian materi matematika sebagian dari kemampuan penalaran matematis. Oleh
besar guru di Indonesia masih menggunakan karena itu, jika kemampuan generalisasi
metode pengerjaan soal-soal atau drill and matematis meningkat maka salah satu tujuan
practice. Soal-soal yang rutin diberikan pembelajaran matematika tercapai. Namun,
kepada siswa kurang berkaitan dan faktanya kemampuan penalaran matematis
memahami dalam kehidupan nyata sehari- siswa masih rendah. Hal tersebut
hari siswa. Kegiatan pembelajaran seperti itu diungkapkan oleh Samsul Maarif (2012),
sangatlah jelas tidak memberikan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh
keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan Herdian (2010) menunjukkan bahwa
kompetensi matematis siswa yang tercantum kemampuan analogi dan generalisasi
pada Permendiknas No. 22 (Depdiknas matematis siswa yang memiliki kemampuan
2006). rendah berada dalam kualifikasi kurang. Hal
Di antara berbagai kompetensi yang ini dapat terjadi karena proses pembelajaran
diharapkan muncul sebagai dampak melalui metode discovery learning
pembelajaran matematika, kemampuan dirasakan lebih sulit bagi siswa yang lemah,
penalaran matematis merupakan salah satu dan sebaliknya bagi siswa yang pandai.
kemampuan yang sangat penting untuk Selain itu, Yuhani (2011) mengungkapkan
mencapai hasil belajar yang optimal. kemampuan analogi dan generalisasi
Kemampuan penalaran adalah proses atau matematis siswa berkemampuan sedang dan
kegiatan berpikir yang berusaha rendah berada pada kualifikasi kurang
menghubung-hubungkan fakta-fakta atau dengan menggunakan model pembelajaran
evidensi-evidensi yang diketahui (premis) inquiri terbimbing.
menuju kepada pernyataan baru atau Salah satu upaya yang diperlukan agar
kesimpulan (Shadiq, 2009:9). Kemampuan siswa dapat termotivasi dan menyenangi
penalaran terbagi dua yaitu penalaran untuk belajar matematika, sehingga dapat
induktif dan deduktif. Kemampuan ini meningkatkan kemampuan generalisasi
meliputi kemampuan untuk belajar, matematika adalah dengan menggunakan
bereksplorasi, menyelediki konjektur, suatu pendekatan untuk digunakan guru
membuat generalisasi, serta menggunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satu
beragam cara untuk membuktikannya. pendekatan yang memungkinkan dapat
Kemampuan penalaran induktif terbagi dua digunakan adalah Pendekatan Matematika
macam yaitu kemampuan analogi dan Realistik atau Realistic Mathematics
generalisasi. Ruseffendi (Ma’arif, 2012) Education (RME).
mengungkapkan bahwa membuat Pendekatan RME mendorong siswa
generalisasi adalah membuat konklusi atau untuk berperan aktif dalam menemukan
kesimpulan berdasarkan pengetahuan kembali ide dan konsep matematika serta
(pengalaman) yang dikembangkan melalui eksplorasi masalah-masalah nyata dibawah
contoh-contoh kasus. Dalam melakukan bimbingan guru. Namun, bukan berarti guru
penarikan kesimpulan (generalisasi) anak sepenuhnya memberikan informasi kepada
dapat membuat konjektur berdasarkan siswa tetapi guru hanya akan membantu
pengamatan dari fakta-fakta yang diberikan, siswa jika siswa memang sangat
baik itu pola tumbuh maupun pola berulang memutuhkan informasi tersebut. Siswa

184
Silvia Dani, Heni Pujiastuti dan Ria Sudiana

memiliki kesempatan yang luas dalam pembelajarannya siswa menemukan ide dan
menemukan ide kembali bahkan tidak konsep kembali melalui eksplorasi berbagai
menutup kemungkinan siswa dapat pengetahuan dan fakta. Pendekatan RME
menemukan ide dan konsep baru berkaitan dengan kehidupan nyata. Oleh
matematika. karena itu, pendekatan RME dapat
Tahap-tahap dalam pendekatan RME meningkatkan kemampuan generalisasi
berkaitan dengan indikator dari kemampuan matematis sebab siswa akan menyimpulkan
generalisasi matematis yaitu menyimpulkan berbagai pengetahuan yang ditemukan
(generalisasi) berbagai pengetahuan, fakta, dalam kehidupan nyata sehingga akan
dan pengalaman yang diberikan kepada mendapatkan ide dan konsep kembali yang
siswa melalui contoh beberapa kasus dalam didapat dari temuan siswa sendiri.
kehidupan nyata dengan menggunakan Berdasarkan uraian di atas, dilakukan
RME sehingga dapat menemukan kembali suatu penelitian dengan judul “Pendekatan
ide dan konsep matematika. Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan uraian diatas, dapat untuk Meningkatkan Kemampuan
disimpulkan bahwa pendekatan RME adalah Generalisasi Matematis Siswa”.
pendekatan pembelajaran yang proses

B. METODE PENELITIAN
Metode Metode penelitian yang kelas kontrol memperoleh perlakuan berupa
digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran biasa.
metode kombinasi atau mixed methods. Data Desain penelitian kuantitatif yang
pencapaian dan peningkatan kemampuan digunakan adalah non-equivalent control
generalisasi matematis akan digambarkan group design (Sugiyono, 2012: 118). Dalam
secara rinci dengan adanya dukungan dari desain ini, kelas eksperimen dan kelas
data kualitatif. Desain penelitian yang kontrol tidak dipilih secara random (acak).
digunakan adalah concurrent embedded Kedua kelas diberi pretest (O) untuk
design dengan metode kuantitatif sebagai mengetahui keadaan awal, lalu diberikan
metode primer dan metode kualitatif sebagai perlakuan sesuai kelasnya, dimana
metode yang ditancapkan (embedded) kelompok eksperimen mendapat perlakuan
kedalam metode primer (Sugiyono, 2012: khusus (X), selanjutnya kedua kelompok
412). diberi posttest (O) untuk mengetahui
Metode penelitian ini digunakan agar pencapaian akhir dari kedua kelas tersebut.
peneliti dapat mengumpulkan dua macam Variabel dalam penelitian ini terdiri
data (kuantitatif dan kualitatif) secara dari variabel bebas dan variabel terikat.
simultan, dalam satu tahap pengumpulan Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
data. Dengan demikian, data yang diperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan
menjadi lengkap dan lebih komprehensif, RME, sedangkan variabel terikat yaitu
valid, reliable dan obyektif (Sugiyono, 2012: kemampuan generalisasi matematis siswa.
404). Data kuantitatif yang diperoleh Subyek dalam penelitian ini yaitu
digunakan untuk mengetahui perbandingan seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6 Kota
peningkatan kemampuan generalisasi Serang yang terdiri dari 9 kelas. Pemilihan
matematis dari dua kelas yang mendapatkan kelas VII didasarkan pada beberapa
perlakuan berbeda. Kedua kelas tersebut pertimbangan, diantaranya yaitu menurut
terdiri dari kelas eksperimen dan kelas Piaget (Slavin, 2008: 53) kelas VII berada
kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pada tahapan perkembangan kognitif
perlakuan khusus yaitu pembelajaran yang operasional formal yaitu usia 11 tahun
menggunakan pendekatan realistic hingga dewasa, tahap dimana seseorang
mathematics education (RME), sedangkan dapat menghadapi situasi hipotesis dengan
abstrak dan dapat bernalar logis, melakukan

185
Pendekatan Realistic Mathematic Education

penarikan kesimpulan, menafsirkan kelompok-kelompok individu atau cluster


mengembangkan hipotesisnya. Pemilihan (Sudaryono, 2011: 216). Hasil pengundian
sampel dalam penelitian ini diambil melalui diperoleh bahwa kelas eksperimen adalah
teknik cluster sampling yaitu cara penentuan kelas VII B dan kelas kontrol adalah kelas
sampel apabila populasi terdiri dari VII C.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kemampuan Awal Generalisasi selama 45 menit. Untuk mengetahui
Matematis Siswa gambaran jelas tentang data pretes maka
Penelitian ini diawali dengan terlebih dahulu melakukan analisis
pemberian soal pretes kemampuan deskriptif. Gambaran statistik deskriptif
generalisasi matematis. Pretes terdiri dari 3 mengenai skor pretes kelas eksperimen dan
soal dengan skor maksimal 9 yang telah diuji kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.
sebelumnya dan waktu yang diberikan
Tabel 1. Statistik Deskriptif Data Pretes
Kelas Eksperimen Kontrol
Jumlah data 32 32
Minimum 0 0
Maksimum 4 6
Rata-rata 1,91 2,84
Std. Deviasi 1,35 2,05
Varians 1,83 4,2

Berdasarkan tabel.1 terlihat bahwa arti bahwa secara statistik deskriptif,


rata-rata hasil pretes kelas kontrol dan kelas kemampuan awal generalisasi matematis
eksperimen tidak berbeda jauh yaitu 1,91 kedua kelas tidak terdapat perbedaan
dan 2,84 dengan beda 0,93. Simpangan baku signifikan. Secara lengkap skor dan rata-rata
untuk kelas kontrol 1,35 dan kelas pretes siswa kelas eksperimen dan kelas
eksperimen 2,05. Varians kelas kontrol 1,83 kontrol disajikan dalam diagram berikut.
dan kelas eksperimen 4,2. Hal ini memberi
Rata-rata Skor Pretes 2,84
3
2,5 1,91
2
rata-rata

1,5
1
0,5
0
kontrol eksperimen
Kelas
Diagram 1. Rata-Rata Skor Pretes

Selanjutnya dilakukan analisis dengan uji beda dua rata-rata untuk


inferensial untuk memperoleh kesimpulan memperoleh kesimpulan.
apakah terdapat perbedaan antara Setelah dilakukan uji prasyarat,
kemampuan awal generalisasi matematis perhitungan dilanjutkan dengan uji t satu
siswa kelas eksperimen dengan kelas pihak. Hasil perhitungan uji t satu pihak
kontrol. Analisis data pretes pada penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
ini terdiri dari uji prasyarat dan dilanjut
Tabel 2. Uji T Satu Pihak Data Pretes

186
Silvia Dani, Heni Pujiastuti dan Ria Sudiana

Jenis Uji Statistik Keputusan


t’hitung = 1,992 Kemampuan
Uji-t’
ttabel = 1,999 sama

Berdasarkan hasil terlihat Tabel 2 Pencapaian Akhir Kemampuan


bahwa nilai thitung dan ttabel yaitu -ttabel < thitung < Generalisasi Matematis Siswa
ttabel yaitu -1,999 < 1,992< 1,999 dengan dk Penelitian ini diakhiri dengan
= 32 + 32 – 2 = 62. Hal ini berarti bahwa data pemberian soal postes kemampuan
kita asumsikan H0 diterima. Artinya tidak generalisasi matematis. Postes terdiri dari 3
ada perbedaan skor pretes kelas eksprimen soal yang sama dengan soal pretes dan
dengan kelas kontrol. Jadi, dapat dikatakan waktu yang diberikan selama 45 menit.
bahwa kedua kelas ini memiliki kemampuan Gambaran statistik deskriptif mengenai skor
awal yang sama. postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Statistik Deskriptif Data Postes
Kelas Eksperimen Kontrol
Jumlah data 32 32
Minimum 1 0
Maksimum 9 9
Rata-rata 5,69 7,31
Std. Deviasi 2,68 2,2
Varians 7,19 5,06

Berdasarkan tabel.2 terlihat rata-rata berdasarkan statistika deskriptif rata-rata


hasil posttes kelas kontrol dan kelas siswa kelas kontrol lebih kecil dibandingkan
eksperimen berbeda jauh yaitu 5,69 dan 7,31 dengan rata-rata siswa kelas eksperimen dan
dengan beda 1,62. Simpangan baku untuk jelas terlihat sangat berbeda. Secara lengkap
kelas kontrol 2,68 dan kelas eksperimen 2,2. skor postes siswa kelas eksperimen dan
Varians kelas kontrol 7,19 dan kelas kelas kontrol disajikan dalam diagram
eksperimen 5,06. Terlihat bahwa berikut.
Skor Rata-rata Posttes
8
7,3125
5,6875
6
RATA-RATA

0
KONTROL EKSPERIMEN
KELAS
Diagram 2. Rata-Rata Skor Postes

Selanjutnya dilakukan analisis dengan uji t satu pihak untuk memperoleh


inferensial untuk memperoleh kesimpulan kesimpulan.
apakah pencapaian akhir kemampuan Setelah dilakukan uji prasyarat,
generalisasi matematis siswa kelas perhitungan dilanjutkan dengan uji t satu
eksperimen lebih baik daripada kelas pihak. Hasil perhitungan uji t satu pihak
kontrol. Analisis data postes pada penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
ini terdiri dari uji prasyarat dan dilanjut

187
Pendekatan Realistic Mathematic Education

Tabel 4. Uji T Satu Pihak Data Postes


Jenis Uji Statistik Keputusan
thitung = 2,63 Kemampuan
Uji-t
ttabel = 2,3 berbeda

Setelah dilakukan uji satu pihak yang pencapaian akhir kemampuan generalisasi
ditujukan pada Tabel 4 nilai thitung = 2,63 matematis siswa kelas kontrol.
dengan dk = 32+32-2 = 62 dan ∝= 0,05,
didapatkan nilai thitung tidak memenuhi Pengkategorian Pencapaian Akhir KLM
− ∝ ≤ ≤ ∝ karena 2,63 > 2,3 Hasil dari postes kemampuan
generalisasi matematis kelas eksperimen dan
maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
kontrol dikategorikan menjadi tiga kelas,
rata-rata pencapaian akhir kemampuan
yaitu siswa kelas tinggi, kelas sedang, dan
generalisasi matematis siswa kelas
kelas rendah. Gambaran hasil kategori
eksperimen lebih baik dari rata-rata
siswa disajikan pada diagram berikut:
30 25
25
Banyak Siswa

20 15
15 12
10 5 5
5 2
0
tinggi sedang rendah

kontrol eksperimen

Diagram 3. Pengkategorian Postes

Dari diagram dapat dilihat persentase Peningkatan kemampuan generalisasi


kategori di kelas kontrol siswa yang matematis kelas eksperimen dan kontrol
memperoleh kategori tinggi sebanyak 12 diolah dengan menggunakan statistika
orang, kategori sedang 15 orang dan dekriptif sehingga diperoleh rata-rata,
kategori rendah 7 orang. Dan perolehan di simpangan baku, varians, skor tertinggi dan
kelas eksperimen yang termasuk kategori terendah. Data yang digunakan adalah data
tinggi 25 orang, kategori sedang 5 orang dan gain. Gambaran statistik deskriptif
kategori rendah 2 orang. mengenai peningkatan KGM kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
Peningkatan Kemampuan Generalisasi pada tabel di bawah ini.
Matematis Siswa
Tabel 5. Statistik Deskriptif Data Peningkatam KGM
Kelas Eksperimen Kontrol
Jumlah data 32 32
Minimum -0,33 -0,29
Maksimum 1 1
Rata-rata 0,51 0,74
Std. Deviasi 0,42 0,31
Varians 0,18 0,095

Berdasarkan tabel.5 bahwa rata-rata eksperimen 0,74 dengan beda 0,23.


hasil N-gain kelas kontrol 0,51 dan kelas Simpangan baku untuk kelas kontrol 0,42

188
Silvia Dani, Heni Pujiastuti dan Ria Sudiana

dan kelas eksperimen 0,31. Varians kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan
kontrol 0,18 dan kelas eksperimen 0,095. dalam diagram berikut.
Secara lengkap skor dan rata-rata N-gain
0,535 0.74
0,53
0,525
Rata-rata 0,52 0,51
0,515
0,51
0,505
0,5
kontrol eksperimen
Kelas

Diagram 4. Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis

Berdasarkan diagram di atas, kita generalisasi matematis siswa kelas


dapat melihat bahwa peningkatan KGM eksperimen lebih baik daripada kelas
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kontrol. Analisis data gain pada penelitian
dengan kelas kontrol. Jadi, berdasarkan ini terdiri dari uji prasyarat dan dilanjut
analisis statistika deskriptif, terliht dengan uji T satu pihak untuk memperoleh
peningkatan KGM kelas eksperimen lebih kesimpulan.
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Setelah dilakukan uji prasyarat,
Selanjutnya dilakukan analisis perhitungan dilanjutkan dengan uji T satu
inferensial untuk memperoleh kesimpulan pihak. Hasil perhitungan uji T satu pihak
apakah peningkatan kemampuan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Uji T satu pihak Data Gain
Jenis Uji Statistik Keputusan
thitung = 2,51 Kemampuan
Uji-t
ttabel = 2,3 berbeda

Setelah dilakukan uji satu pihak yang


ditujukan pada Tabel 6 nilai thitung = 2,51 Analisis Kemampuan Generalisasi
dengan dk = 32+32-2 = 62 dan ∝= 0,05, Matematis Siswa Berdasarkan Indikator
didapatkan nilai thitung tidak memenuhi Untuk melihat bagaimana kualitas
− ∝ ≤ ≤ ∝ karena 2,51 > 2,3 setiap indikator kemampuan generalisasi
matematis di kelas eksperimen dan kelas
maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
kontrol yaitu dengan menghitung presentase
rata-rata peningkatan kemampuan
yang diperoleh di setiap indikator. Kualitas
generalisasi matematis siswa kelas
setiap indikator disajikan dalam tabel
eksperimen lebih baik dari rata-rata
berikut.
peningkatan kemampuan generalisasi
matematis siswa kelas kontrol

189
Pendekatan Realistic Mathematic Education

Tabel 7. Kategori Persentase Tiap Indikator Kemampuan Generalisasi Matematis


Indikator Kelas Persentase
Menemukan pola dari gejala matematis Eksperimen 70,83%
yang terjadi untuk membuat
Kontrol 67,71%
generalisasi
Eksperimen 83,33%
Mengajukan dugaan
Kontrol 52,08%
Eksperimen 89,58%
Menarik kesimpulan
Kontrol 69,79%

Kemampuan Generalisasi Matematis postes dan skala akhir siswa kelas


Siswa eksperimen lebih dari siswa kelas kontrol.
Penelitian diawali dengan pemberian Rata-rata skor postes kelas eksperimen
soal pretes kemampuan generalisasi adalah 7,313 dengan simpangan baku 2,2,
matematis pada kedua kelas di pertemuan sedangkan rata-rata skor postes siswa kelas
pertama. Setelah dilakukan pengujian secara kontrol adalah 5,69 dengan simpangan baku
statistik deskriptif dan statistik inferensial, 2,681. Setelah dilakukan uji satu pihak
dapat diketahui bahwa rata-rata skor pretes diperoleh bahwa rata-rata skor postes
kelas eksperimen yaitu 2,84 dengan kemampuan generalisasi matematis siswa
simpangan baku 2,05, sedangkan rata-rata pada kelas eksperimen berbeda dengan
skor pretes kelas kontrol adalah 1,96 dengan siswa kelas kontrol. Sehingga mengartikan
simpangan baku 1,35. Setelah dilakukan uji bahwa pembelajaran matematika dengan
perbedaan dua rata-rata diperoleh bahwa pendekatan Realistic Mathematics
tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan Education memberikan pengaruh yang
awal generalisasi matematis kelas positif, sehingga dapat meningkatkan
eksperimen dengan kelas kontrol sebelum kemampuan generalisasi matematis siswa.
diberi perlakuan. Faktor yang menyebabkan dapat
Setelah diketahui kedua kelas memberikan pengaruh yang positif terhadap
mempunyai kemampuan awal generalisasi kemampuan generalisasi matematis siswa
matematis lalu pembelajaran dilanjutkan yaitu karena prinsip yang terdapat pada
pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran RME karena prinsip yang terdapat pada
pada kedua kelas disesuaikan dengan RPP RME penemuan kembali secara terbimbing
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dan self developed model atau membangun
telah disusun sebelumnya. Selama kegiatan sendiri model sehingga siswa dapat
pembelajaran berlangsung, siswa memahami sendiri konsep pada materi.
dihadapkan pada persoalan matematika Terbiasa memberikan siswa berbagai
terkait kemampuan generalisasi matematis macam soal berkaitan dengan kehidupan
dan juga siswa dituntut untuk aktif. sehari-hari serta melibatkan siswa untuk
Keberhasilan kemampuan generalisasi aktif dalam pembelajaran dengan tujuan
matematis didasarkan pada indikator- untuk menjaga rasa percaya diri siswa
indikator yang digunakan. selama proses pembelajaran. Selain itu juga
Kemudian diadakannya postes pada membantu siswa mengevaluasi hasil
pertemuan terakhir yang bertujuan untuk pembelajaran.
mengetahui pencapaian kemampuan Menurut Tandiling (2009), RME
generalisasi matematis siswa kelas memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal
eksperimen maupun kelas kontrol setelah tersebut juga terjadi dalam penelitian ini.
diberikan perlakuan. Berdasarkan hasil Berikut kelebihan dan kekurangannya :
penelitian diketahui bahwa rata-rata skor

190
Silvia Dani, Heni Pujiastuti dan Ria Sudiana

Kelebihan : untuk bekerja walaupun itu masih


a. Matematika lebih menarik, relevan, sedikit sehingga tidak ada lagi siswa
bermakna, tidak terlalu formal dan yang hanya diam saja dalam
abstrak. kelompoknya.
Hal tersebut terjadi karena b. Tingkat pengetahuan guru yang
pembelajaran dikaitkan dengan rendah mengakibatkan terjadinya
kehidupan dan pengalaman nyata miskonsepsi terhadap materi.
siswa sehingga siswa lebih Hal tersebut tidak terjadi dalam
bersemangat dan tertarik belajar penelitian dikarenakan materi
matematika serta menganggap pembelajaran yang mudah untuk
matematika itu penting karena dipelajari dan dikaitkan dalam
bermanfaat di kehidupan nyata siswa. kehidupan nyata sehingga guru tidak
b. Mempertimbangkan tingkat kesulitan untuk menyampaikan
kemampuan siswa. konsep yang harus didapat siswa.
Dalam pembelajaran, siswa diberikan c. Peranan guru sebagai fasilisator akan
kebebasan dalam menemukan ide dan membuat guru harus memperluas
konsepnya dengan cara dan modelnya wawasannya.
masing-masing sesuai dengan Dalam penelitian ini hal tersebut
kemampuan siswa. Siswa dapat terjadi sebab guru harus memberikan
menciptakan modelnya sendiri atau contoh benda-benda berbentuk
model yang sudah ada. segiempat dan segitiga yang ada di
c. Menekankan belajar pada learning by kelas maupun di kehidupan sekitar
doing. siswa agar siswa dapat mengerti dan
Siswa menemukan ide dan konsep mengetahui benda-benda berbentuk
pembelajaran dengan mengeksplor segiempat dan segitiga.
pengalaman-pengalaman nyata yang d. Jumlah siswa yang besar sekitar 40-45
ada disekitarnya. siswa mengakibatkan permulaan
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah siskusi menjadi gaduh untuk beberapa
matematika tanpa menggunakan menit.
penyelesaian yang baku. Hal tersebut tidak terjadi dalam
Siswa tidak harus menyelesaikan penelitian ini karena jumlah siswa
masalah matematika dengan perkelas hanya 32 siswa jadi mudah
menggunakan rumus baku yang sudah untuk dikondisikan
ada tetapi siswa dapat mencari cara
atau rumusnya sendiri hasil dari Berikut ini adalah paparan mengenai
temuannya. kemampuan generalisasi matematis
e. Menggunakan konteks sebagai titik berdasarkan indikator.
awal pembelajaran matematika. a) Indikator Menemukan Pola dari
Guru menyajikan masalah-masalah Gejala Matematis yang Terjadi
nyata dalam kehidupan sehari-harinya untuk Membuat Generalisasi
sebagai bahan awal pembelajaran Untuk kemampuan menemukan pola
Kekurangan : dari gejala matematis yang terjadi untuk
a. Diskusi kelompok masih dikuasai membuat generalisasi pada kelas
oleh siswa kelompok pandai, eksperimen memperoleh 70,83% dengan
sedangkan untuk kelompok siswa kategori cukup, sedangkan kelas kontrol
kurang cenderung pasif. memperoleh 67,71% dengan kategori cukup.
Hal tersebut terjadi dalam penelitian Siswa kelas eksperimen rata-rata memiliki
ini, namun guru menyemangati dan kemampuan menemukan pola sangat tinggi
memberikan motivasi kepada siswa dibandingkan dengan rata-rata siswa kelas
yang masih pasif dalam kelompoknya kontrol. Dengan pencapaian tersebut dapat

191
Pendekatan Realistic Mathematic Education

dilihat bahwa siswa dengan pendekatan perkiraan atau dugaan dalam menemukan
Realistic Mathematics Education lebih baik suatu rumus. Penelitian yang sejalan dengan
dari pada siswa yang mendapatkan penelitian yang dilakukan Fatikah Suryani
pembelajaran dengan metode ceramah. (2016) mengungkapkan bahwa persentase
Dalam penelitian ini materi yang kemampuan penalaran induktif tipe
diteliti adalah segiempat dan segitiga, generalisasi pada indikator mengajukan
sehingga yang dimaksud dengan dugaan hanya 76,67%. Tahapan ini, guru
menemukan pola adalah dapat mencari sering melatih siswa dalam merenungkan
konsep keliling dan luas segiempat dan kembali hasil matematika yang didapatkan,
segitiga dengan melihat pola-polanya. apakah dugaan yang diajukan sesuai dengan
Dalam pembelajaran, siswa kelas perintah yang ditanyakan dalam soal. Hal
eksperimen selalu dilatih untuk dapat tersebut dapat membantu siswa dalam
menemukan pola dengan baik sehingga meminimalisir kesalahan dalam menjawab
dapat dikatakan, siswa kelas eksperimen soal tersebut. Perbaikan pada tahap ini
mampu menemukan pola dengan baik. menghasilkan peningkatan persentase
b) Indikator Mengajukan Dugaan menjadi 83,33%.
Perolehan persentase kelas c) Indikator Menarik Kesimpulan
eksperimen untuk indikator mengajukan Perolehan persentase kelas
dugaan adalah 83,33% dan kelas kontrol eksperimen untuk indikator menarik
adalah 52,08% dengan kategori cukup. kesimpulan adalah 89,58% dengan
Berdasarkan persentase tersebut diketahui kategori baik dan kelas kontrol adalah
bahwa rata-rata persentase skor postes untuk
69,80% dengan kategori cukup.
indikator mengajukan dugaan kelas
eksperimen lebih dari kelas kontrol.
Berdasarkan persentase tersebut
Dalam penelitian ini materi yang diketahui bahwa rata-rata persentase
diteliti adalah segiempat dan segitiga skor postes untuk indikator menarik
,sehingga yang dimaksud dengan kesimpulan kelas eksperimen lebih baik
kemampuan mengajukan dugaan adalah dari kelas kontrol. Kelebihan siswa kelas
dapat memberikan dugaan atau perkiraan eksperimen lebih sering bekerja
tanpa rumus seperti menghitung jumlah kelompok dan berdiskusi untuk
keliling dari 550 belah ketupat. Siswa akan menemukan konsep sehingga siswa
menghitungnya dengan memperkirakan dilatih dalam menarik kesimpulan saat
dengan menghitung satu belah ketupat, dua pembelajaran. Sedangkan kelas kontrol
belah ketupat, dan sterusnya hingga siswa
langsung menerima materi
tersebut dapat menemukan cara untuk
mendapatkan jumlah keliling 550 belah
pembelajaran, tidak dilatih untuk
ketupat. Kemampuan ini dilihat dari melakukan menarik kesimpulan.
ketelitian siswa dalam memberikan

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis data dan lebih baik daripada siswa yang
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: mendapatkan pembelajaran biasa.
a. Pencapaian dan peningkatan b. Kesalahan yang dilakukan siswa
kemampuan generalisasi matematis dalam mengerjakan tes kemampuan
siswa yang mendapatkan generalisasi matematis meliputi
pembelajaran dengan pendekatan menemukan pola dari gejala
Realistic Mathematics Education matematis yang terjadi untuk
membuat generalisasi

192
Silvia Dani, Heni Pujiastuti dan Ria Sudiana

DAFTAR PUSTAKA

Maarif, Samsul. 2012. Meningkatkan


Kemampuan Analogi dan Suryani, Fatikah. 2016. Pengaruh
Generalisasi Matematis Siswa SMP Pembelajaran Matematika dengan
dengan Menggunakan Pembelajaran Metode Pemodelan Matematis
Metode Discovery. Skripsi UPI: tidak terhadap Kemampuan Generalisasi
diterbitkan. Matematis. Skripsi UIN Jakarta :
tidak diterbitkan.
Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran
Matematika. Yogyakarta: Tandiling, Edy. 2009. Implementasi
Departemen Pendidikan Nasional. Relistics Mathematics Education
(RME) di Sekolah. Jurnal Pendidikan
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Matematika dan IPA Universitas
Pendidikan Teori dan Praktik. Tanjungpura.
Jakarta: PT. Indeks.
Yuliani, Anik. 2011. Meningkatkan
Sudaryono. 2011. Metode Penelitian Kemampuan Analogi dan
Pendidikan. Banten: Dinas Generalisasi dengan Inquiri
Pendidikan Provinsi Banten. Terbimbingi. Skripsi. UPI: tidak
diterbitkan.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Penerbit Alfabeta.

193

You might also like