Professional Documents
Culture Documents
Adoc - Pub - Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Per
Adoc - Pub - Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Per
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi : Pondok Blimbing Indah B7/6 Malang
Telpon : 0341-473887, Hp : 08123317215, Email: chanan@umm.ac.id
ABSTRACT
The research aimed to assess the potential of carbon placed on land surface, exactly in standing
plants, lower plants and necromass in protection blok of “Gunung Baung” Natural Tourism Park
Pasuruan. Data collection was done by collecting primary data, or direct data taken from the field
which would be calculated in alometric equation. Measurement in big plot with 20m x 100m dimension
or 2000m2 to measure trees with >30 cm diameter, sub plot with dimension 5m x 40m or 200m² to
measure tree with size 5- 30 cm, 6 plot measured 0,5m x 0,5m or 0.25m to measure understory
(understory), and necro-mass in box 20m x 100m or 2000m² for necro-mass with size >30 cm,
necro-mass 5m x 40m or 200m² for necro-mass with size <5 cm. From the research done in
“Gunung Baung” Natural Tourism Park Pasuruan assessed biomass stock on the land surface. They
were wood biomass ± 9.196,4 understory ± 556,77 and necro-mass ± 271,46. so the total assessment
of biomass was ± 10.024,63 Mg ha ¹ with width 195,5 ha, carbon (C) amount was ± 4.611.32 Mg
ha ¹, and carbon dioxyde (CO2) 17.338,56 Mg ha ¹ or 17.338,56 Ton. Carbon assessment in “Gunung
Baung” Natural Tourism Park Pasuruan conservation blok was ± 4.611,32 Mg ha ¹ or 4.611,32 ton,
vegetation in “Gunung Baung” Natural Tourism Park area had large carbon absorption with value ±
17.338,56 Mg ha ¹ or 17.338,56 ton with width 138,5 ha area. There suggested further research of
carbon assessment in limited usage for 20 ha, intensive usage blok 10 ha, and rehabilitation blok
with 27 ha width completing data of carbon assessment in “Gunung Baung” Natural Tourism Park.
There needed socialization to the society around “Gunung Baung” Natural Tourism Park area about
the importance of forest as carbon savings and forest as toxic absorption element like carbon
dioxyde (CO2), methane (CH4), and nitrous oxyde (N2O) to decrease quality and contaminate air
and environment
Mochammad Chanan. Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Perlindungan Taman Wisata Alam 101
Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur
Versi online:
Mochammad Chanan http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1427
di atas, bahwa hutan mempunyai manfaat konservasi pegunungan-pegunungan yang memiliki es pada
iklim sebagai tempat penyimpanan dan penyerapan ketinggian diatas 4000 m dpl, contoh kecil di puncak
karbon. Hutan mengurangi karbon dioksida (CO2) di Cartenz Piramid yang berada di pegunungan Jaya
atmosfer melalui proses fotosintesis, dalam proses Wijaya yang termasuk Seven Summit di dunia es-nya
fotosintesis tentunya tanaman memerlukan gas karbon semakin menyempit dari tahun ke tahun, hal tersebut
dioksida, yang nantinya diserap oleh tanaman tersimpan juga dipengaruhi aktifitas pertambangan PT. Freeport
dalam bentuk gula atau pati pada daun, umbi, batang, yang berjalan lama sekali sampai mengubah bukit
dan akar, sedangkan oksigen (O) akan dilepaskan menjadi cekungan yang dalam ke dasar bumi.
kembali ke udara (World Agroforestry Center, 2005 Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan
dalam Alfared, 2009). Menurut Hairiah dan Subekti suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu
(2007) juga menerangkan bahwa hutan alami rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat
merupakan penyimpanan karbon tertinggi bila 0,74 ± 0.18°C (1.33 ± 0.32°F) selama seratus tahun
dibandingkan dengan penggunaan lahan pertanian, terakhir (Anonymous, 2009b).
karena tumbuhan di hutan memiliki tajuk yang lebar Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Baung
dan tegakan yang tinggi, tegakan tersebut memerlukan terletak di Desa Cowek, Kecamatan Purwosari,
sinar matahari, air, hara dan karbon untuk Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Kawasan
kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis ini, ini sudah ditetapkan sebagai kawasan Taman Wisata
karbon (C) di udara diserap oleh tanaman dan diubah Alam oleh Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan
menjadi karbohidrat yang disebarkan ke seluruh tubuh No. 657/Kpts/Um/9/1980 pada tanggal 11 September
tanaman yang ditimbun dalam batang, daun, ranting, 1980 (Wulandari, 2009). Dasar penunjukan kawasan
akar, bunga, dan buah. Menurut Daniel (2003), ini sebagai taman wisata alam, karena Gunung Baung
perubahan iklim sudah hampir menjadi perbincangan yang berdampingan dengan Kebun Raya Purwodadi
umum dalan percakapan para pemerhati lingkungan ini mempunyai keanekaragaman hayati dan keindahan
di dunia ini, meski demikian ternyata kejadian alam ini alam. Selain itu mempunyai peran sebagai Pusat
tidak terlalu banyak dipahami secara tepat oleh Pendidikan dan Konservasi Sumber Daya Alam dan
masyarakat karena memang cukup rumit sehingga Lingkungan.
terjadi kesalahpahaman atau kesulitan membedakan Letak geografis, TWA Gunung Baung terletak
antara perubahan iklim dengan variasi iklim yang sering di 07° 46’ 09" - 07° 47’ 23" Lintang Selatan dan 112°
terjadi secara tiba-tiba dan ekstrem yang membawa 16’ 23" - 112° 17’ 17" Bujur Timur Batas Utara
dampak seketika. Perubahan iklim tersebut dipicu oleh kawasan TWA Gunung Baung adalah Desa Kertasari
kegiatan manusia yang berkaitan dengan penggunaan Kecamatan Purwosari, sebelah Timur berbatasan
Bahan Bakar Fosil (BBF) dan kegiatan alih guna lahan. dengan Desa Lebakrejo Kecamatan Purwodadi,
Nurrohim (2008), merangakan bahwa Pemanasan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cowek
Global adalah proses kenaikan suhu rata-rata Kecamatan Purwosari, dan sebelah Barat berbatasan
permukaan bumi, Intergovernmental Panel on dengan Kebun Raya Purwodadi
Climate Change (IPCC) melaporkan bahwa suhu Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson,
rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6°C iklim kawasan TWA Gunung Baung memiliki iklim tipe
pada abad ke-20 dibandingkan suhu pada tahun 1750, D yang dipengaruhi oleh angin musim dengan nilai Q
saat awal proses industrialisasi dan Pemanasan Global = 76,47%, curah hujan rata-rata tahunan sebesar
terjadi karena peningkatan jumlah Gas Rumah Kaca 2.571,5 mm, jumlah hari hujan rata-rata selama 144,20
(GRK) di lapisan udara dekat permukaan bumi hari, dan suhu udara harian antara 200ºC sampai
(atmosfer). Gas Rumah Kaca yang mendukung 230ºC. Musim hujan (dengan curah hujan e” 100 mm/
terjadinya pemanasan global tersebut diantaranya bulan) umumnya terjadi antara bulan November
yakni Karbon Dioxide (CO2), Methane (CH4), sampai April, sedangkan musim kemarau (dengan
Nitrous Oxide (N2O), Sulfur Hexaflouride (SF6), curah hujan d” 60 mm/bulan) terjadi antara bulan Mei
Hydrofluorokarbon (HFC) dll. sampai Oktober. Topografi di kawasan ini
Perubahan iklim yang terjadi saat ini sudah terlihat bergelombang sampai berbukit, hanya sebagian kecil
dengan mencairnya es di kutub utara dan di bertopografi landai dan curam dengan puncak tertinggi
Gunung Baung (501 m dpl) dan terendah 250 m dpl pembinaan populasi dan habitat, penelitian,
(Anonymous, 2009c).
pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan
Gunung Baung memiliki tipe hutan tropis dataran
rendah yang menyimpan keanekaragaman hayati yang lingkungan.
masih alami, salah satunya yang paling unik kawasan
hutan bambu. Selain itu juga terdapat pohon beringin 2.) Blok Pemanfaatan Terbatas seluas 20 hektar.
(Ficus benjamina), walikukun (Scoutenis ovata),
kepuh (Sterculia foetida), bendo (Atocarpus Merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi
elastica) dan gondang (Ficus variegata), saga (Abrus kegiatan wisata alam dengan kegiatan khusus
precatorius) dan lain-lain. Beberapa jenis fauna yang atau tertentu, termasuk fasilitas pendukungnya,
ada diantaranya kijang (Muntiacus muntjak), burung selain daripada itu dapat dimanfaatkan untuk
rangkong (Buceros rhinoceta), kera abu-abu penelitian, pendidikan, pembinaan habitat dan
(Macaca facicularis), ayam hutan (Gallus sp) dan populasi, kegiatan budidaya, dan mendukung
lain-lain. pelestarian blok perlindungan.
Visi pengelolaan TWA Gunung Baung adalah
terciptanya hubungan yang harmonis antara penduduk 3).dBlok Pemanfaatan Intensif seluas 10 hektar.
desa sekitar kawasan dengan sumberdaya alam dan
ekosistem Gunung Baung melalui kegiatan wisata Merupakan kawasan yang diperuntukkan
terbatas. Sedangkan Misi dari pengelolaan sebagai terutama untuk wisata alam dan
TWA Gunung Baung adalah untuk mewujudkan pembangunan sarana pendukungnya, selain
ekowisata dengan upaya konservasi sumberdaya alam daripada itu dapat dimanfaatkan bagi
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat penelitian, pendidikan, pembinaan habitat dan
desa sekitar kawasan. populasi, dan kegiatan penunjang
Pengelolaan TWA Gunung Baung bertujuan budidaya.
untuk: (1). Menyediakan pelayanan rekreasi dan 4). Blok Rehabilitasi seluas 27 hektar.
pariwisata secara terbatas (2). Mendorong Merupakan kawasan yang ditetapkan untuk
pemanfaatan secara rasional dan berkelanjutan TWA memulihkan atau memperbaiki
Gunung Baung untuk atraksi wisata dan pembangunan kondisi ekosistem kawasan yang telah
desa sekitar. (3). Melestarikan sumberdaya plasma mengalami kerusakan dan kedepannya
nutflah khas di kawasan TWA Gunung Baung. kawasan ini akan disiapkan menjadi blok
Kawasan Gunung Baung terlintasi oleh dua pemanfaatan Intensif (Anonymous,
sungai permanen yang terus mengalir sepanjang tahun, 2009e).
yaitu Sungai Welang dan Sungai Beji, kedua aliran
sungai tersebut dapat digunakan untuk sarana air bersih Model desa konservasi yang diprogramkan
dan irigasi, pembangkit energi, atau kegiatan susur merupakan desa penyangga di luar lokasi TWA
sungai (fun-rafting & river boat) serta terdapat air Gunung Baung yang diberdayakan sebagai desa binaan
terjun Coban Baung dengan ketinggian ± 100 m untuk menunjang keberadaan lokasi melalui kegiatan
(Anonymous, 2009d). Kawasan TWA Gunung Baung budidaya anggur, pepaya, plasma penangkaran dan
seluas 195,5 hektar, secara umum dibagi menjadi 4 lain-lain. Konsep desa binaan ini ditujukan sebagai
(empat) blok, yaitu ; sarana pemberdayaan masyarakat dan upaya
peningkatan pendapatan masyarakat sekitar dalam
1). Blok Perlindungan seluas 138,5 hektar. hubungan yang simbiosis mutualisme. Agar tujuan di
atas dapat tercapai maka dengan dijadikannya desa
Merupakan kawasan untuk mempertahankan penyangga tersebut membentuk plasma penangkaran
keanekaragaman hayati dan keutuhan komunitas berbagai jenis komoditas tanaman lokal, transfer
tumbuhan dan satwa dalam ekosistemnya, teknologi di bidang manajemen pertanian, energi
melindungi sistem penyangga kehidupan, melalui alternatif, pendidikan, dan pariwisata. Dengan program
kegiatan monitoring, penunjang budidaya, yang telah berjalan saat ini seperti membatik dengan
Mochammad Chanan. Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Perlindungan Taman Wisata Alam 103
Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur
Versi online:
Mochammad Chanan http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1427
getah pisang, pembuatan tahu “Tahu Jepang” tanpa dikumpulkan dari pohon adalah nama latin dan dagang,
pengawet (bekerjasama dengan Balitbang Jatim), diameter yang diukur setinggi dada (DBH = Diameter
rencana Agro Forestry dan penyusunan Rencana at Beast Height, 130 cm), keliling tegakan, tinggi total
Pengembangan Desa Wisata Terpadu Kertosari, Kec. tegakan. Sedangkan dari tumbuhan bawah yakni
Purwosari, Kab. Pasuruan. Hal ini akan menciptakan tumbuhan yang berdiameter <5 cm atau semak belukar,
keterikatan yang lebih harmonis antara TWA Gunung data diambil berupa berat basah dari tiap plot
Baung dengan masyarakat desa binaan di sekitar pengukuran, dan untuk data dari nekromasa yakni kayu
kawasan tersebut. yang sudah mati baik basah ataupun kering karena
Dikawasan Gunung Baung terdapat operator dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang diambil pada
wisata alam yakni Baung Camp yang pengelolaannya petak ukuran 200 m² dan petak ukuran 2000 m². Pada
oleh PT. Cipta Bunga Bangsa berkerjasama dengan pengumpulan data tegakan yang berdiameter >30 cm
Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah III, di Blok Perlindungan Taman Wisata Alam Gunung
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Baung maka langsung dibuat plot besar yang
Timur. berukuran 20 m x 100 m atau 2000 m².
Membuat sub plot dengan ukuran 5 m x 40 m
atau 200 m², untuk mengukur tegakan yang
METODELOGI PENELITIAN berdiameter 5- 30 cm pada sub plot. Serta membuat
sub plot yang lebih kecil lagi berukuran 0,5 m x 0,5 m
Tempat dan Waktu (minimal 6 petak untuk mewakili luasan 5 m x 40 m)
untuk mengukur tumbuhan bawah (understory),
Penelitian potensi simpanan karbon di atas pengambilan contoh tumbuhan bawah ini harus
permukaan tanah ini dilakukan di Blok Perlindungan melakukan dengan “destructive” atau dengan
Taman Wisata Alam Gunung Baung yang terletak di merusak bagian tanaman, tumbuhan bawah atau
Pasuruan Jawa Timur dengan luasan 138,5 ha, understory yang diambil contoh adalah semua
penelitian dilakukan pada bulan Juni 2011 tumbuhan hidup berupa pohon berdiameter <5 cm,
herba dan rumput- rumput. Sedangkan untuk
Alat dan Bahan Peneliatian pengambilan data nekromasa diambil dari plot besar
dan sub plot. Blok perlindungan taman wisata alam
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni: gunung baung memiliki luasan 138,5 ha, untuk dapat
pita ukur, timbangan, golok, plastik, tas ransel, oven, mewakili dari luasan tersebut maka dibuat 5 plot besar
tali raffia, alat tulis, blangko pengamatan, viner karena tegakan di blok perlindungan memiliki
calipers, alat tulis kertas, gergaji kayu, amplop besar keheterogenan vegetasi dan kontur tanah
dan tongkat bambu ukuran 2,5 m, 1,3 m, 1 m. bergelombang, datar sampai curam.
Obyek atau bahan penelitian yakni kayu dari
tegakan pohon (berupa cabang segar ±20 cm, yang
nanti akan diestimasikan dengan volume tegakan
vegetasi), tumbuhan bawah dan nekromasa yang ada
di tiap plot ukur pada Blok Perlindungan Taman
Wisata Alam Gunung Baung untuk dilakukan pengujian
di laboratorium Kehutanan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Metode Penelitian
Dimana: BK = ð ñ H D²/40
V = Volume Pohon (m³) Dimana:
D = Diameter Pohon (m)
H = Tinggi Pohon (m) BK = Berat Kering
Ft = Faktor Bentuk ð = 3,14
Mochammad Chanan. Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Perlindungan Taman Wisata Alam 105
Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur
Versi online:
Mochammad Chanan http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1427
(Sterculia foetida L), bendoan (Atocarpus elastica Tabel 3. Hasil pengukuran dan perhitungan
R) dan di bagian atas gunung didominasi oleh jenis biomassa pohon berdiameter 5 cm -30 cm
vegtasi bambu yakni jenis bambu gesing (Bambusa Biomassa
blumeana), bambu ori (Bambusa arundinacea), No. Plot Ukur (Mg ha ¹)
bambu petung (Dendrocalamus asper), bambu ater 1. 1 15,3
(Gigantochloa attire) dan bambu pering 2. 2 15,9
(Scizostachylum zollingeri) (Anonymus, 2007). 3. 3 29,6
Perhitungan Biomassa Blok Perlindungan TWA 4. 4 94,7
Gunung Baung. Perhitungan Biomassa Pohon 5 5 33,5
Diameter >30 cm dan 5 cm - 30 cm. Berdasarkan Total 189
hasil perhitungan biomassa pohon berdiameter >30 cm Keterangan: Mg ha ¹ = Mega gram/hektare
dengan menggunakan metode allometric equation
(Tabel 3.1), maka didapat data biomasa sebagai Berdasarkan Tabel 3 diperoleh total biomasa 189
berikut. Mg ha ¹, dan untuk mengetahui jumlah dugaan
simpanan karbon di Blok Perlindungan kawasan TWA
Tabel 2. Hasil pengukuran dan perhitungan Gunung Baung yang mempunyai luasan 138,5 ha,
biomassa pohon berdiameter >30. jumlah biomassa harus dirata-ratakan dengan jumlah
plot ukur yang dibuat yakni 37,8 Mg ha ¹ (Tabel 7),
Biomassa
No. Plot Ukur (Mg ha ¹) maka untuk mengetahui jumlah biomassa di 5 plot ukur
1 74,2 pohon yang berdiameter 5 cm - 30 cm adalah 37,8
1.
2. 2 19,7 Mg ha ¹ x 138,5 ha sama dengan 5.235,3 Mg ha ¹.
3. 3 47,1 Pengukuran dan perhitungan biomassa
4. 4 - menunjukan bahwa pohon yang mempunyai diameter
5. 5 - >30 cm paling banyak menyimpan biomassa yakni
Total 141 sebesar 4.662,65 BK-Biomassa, kg/pohon pada jenis
vegetasi randu Alas (Gossampinus malabarica A)
Keterangan: Mg ha ¹ = Mega gram/hektare
yang berdiameter 60,50 cm dengan ketinggian 28 m
(Lampiran 1, Tabel 1). Ini sesuai dengan pendapat
Pada tabel 2 diatas diperoleh total biomasa 141
Hairiyah dan Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa,
Mg ha ¹, untuk mengetahui jumlah dugaan simpanan
proporsi terbesar simpanan karbon di daratan adalah
karbon di Blok Perlindungan kawasan TWA Gunung
pepohonan besar.
Baung dengan luasan 138,5 ha, maka jumlah biomassa
Simpanan biomassa terkecil pada pohon bambu
harus dirata-ratakan dengan jumlah plot ukur yang
(Bambusa Sp) yang berdiameter 5 - 8,89 cm. Tetapi
dibuat. Setelah di rata-ratakan dengan hasil 28,2 Mg
bila dibandingkan dari 5 plot ukur yang dibuat, antara
ha ¹ (Tabel 7), maka untuk mengetahui jumlah
pohon yang berdiameter >30 cm dan pohon
biomassa di 5 plot ukur pohon yang berdiameter >30
berdiameter 5 cm – 30 cm simpanan karbonnya lebih
adalah 28,2 Mg ha ¹ x 138,5 ha sama dengan 3.905,7
banyak terdapat pada pohon/batang bambu (Bambusa
Mg ha ¹. Vegetasi berdiameter >30 tersensus pada Sp). Hal ini dikarenakan pada plot ukur ke 4 dan 5
plot ukur 1 sampai plot ukur 3, sedangkan pada plot sangat didomonasi oleh vegetasi bambu yang sangat
ukur 4 dan 5 tidak terdapat vegetasi berdiameter >30. rapat dan berumpun sangat banyak dan ini
Hal tersebut berkaitan dengan domonasi vegetasi menegaskan Tini (2009), bahwa ciri khas TWA Gunung
bambu pada plot ukur 4 dan 5 yang rata-rata Baung yakni terdapat banyaknya jenis pohon bambu
berdiameter 5 cm sampai 7 cm. di kawasan tersebut.
Mochammad Chanan. Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Perlindungan Taman Wisata Alam 107
Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur
Versi online:
Mochammad Chanan http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1427
Pendugaan Cadangan Karbon (C) Dan Karbon Untuk menghitung karbon dari hasil perhitungan
Dioksida (CO2) Di Blok Perlindungan (Zona biomasa tersebut, diubah ke dalam bentuk karbon (ton/
Inti) Kawasan TWA Gunung Baung. ha) yaitu dengan mengalikan nilai biomasa dengan faktor
konversi 0,46 (Hairiyah, 2007).
Pada penelitian yang dilakukan di Blok
Perlindungan kawasan Taman Wisata Alam C = Y x 0,46
Gunung Baung Pasuruan dengan luasan 138,5 ha
dari luas keseluruhan mencapai 195,5 ha diperoleh Dimana:
jumlah biomassa pohon, tumbuhan bawah atau C = Jumlah stok karbon (ton/ha)
Y = Biomasa diatas permukaan tanah (ton/ha)
Mochammad Chanan. Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Perlindungan Taman Wisata Alam 109
Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur
Versi online:
Mochammad Chanan http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1427
Berdasarkan perhitungan diatas total karbon (C) Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
yang tersimpan di Blok Perlindungan di Tawan Wisata diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka dapat
Gunung Baung yakni ± 4.585,84 Ton. disimpulkan sebagai berikut:
a) Biomassa tersimpan pada tingkatan vegetasi
Perhitungan Karbon Dioksida (CO2). ukuran berdiameter >30 cm adalah 3.905,5
dan vegetasi berdiameter 5 cm – 30 cm
Untuk menghitung karbon dioksida dapat adalah 5.235,3 ton, tingkatan tumbuhan bawah
menggunakan metode dengan mengalikan nilai karbon atau understory adalah 556,77 ton, dan
dengan faktor konversi sebesar 3,76 dengan rumus: biomassa yang tersimpan pada nekromasa
adalah 271,46 ton.
CO2 = C x 3,76 b) Biomassa yang tersimpan di Blok
Perlindungan Kawasan Taman Wisata Alam
Dimana: Gunung Baung adalah 9.969,23 ton.
CO2 = karbon dioksida c) Vegetasi/pohon yang memiliki diameter >30
C = Karbon (ton/ha) cm memiliki simpanan karbon paling banyak
CO2 = C x 3,76 yang terdapat pada vegetasi randu alas
= 4.585,84 Mg ha ¹ x 3,76 (Gossampinus malabarica Alst) sebanyak
CO2 = 17.238,99 Mg ha ¹ atau 7.939,97 BK-Biomassa, kg/pohon dan
17.238,99 Ton memiliki volume pohon 6.869,80.
d) Pendugaan karbon (C) di Blok Perlindungan
Berdasarkan perhitungan diatas total karbon Taman Wisata Alam Gunung Baung yakni
dioksida (CO2) di Blok Perlindungan di Tawan Wisata sebesar ± 4.585,84 ton, dengan luasan
Gunung Baung sebesar 17.238,99 Ton. Hutan kawasan 138,5 ha.
berperan dalam upaya peningkatan penyerapan karbon e) Vegetasi yang berada di kawasan Blok
dioksida (CO2) dimana dengan bantuan cahaya Pelindungan Taman Wisata Alam Gunung
matahari dan air dari tanah serta mineral, vegetasi yang Baung memiliki serapan karbon dioksida
berklorofil mampu menyerap karbon dioksida dari (CO2) yang cukup besar dengan nilai
atmosfer melalui proses fotosintesis. Dixon et al., 17.238,99 Ton.
(1994) dalam Rokhmatuloh dan Tambunan (2009),
menerangkan bahwa vegetasi menyerap CO2 di Saran
atmosfer (carbon sink) melalui proses fotosintesis dan a) Perlu dilakukan penanaman di areal yang
menyimpan karbon dalam struktur tanaman. Kyrklund, masih kosong di Blok Perlindungan dengan
(1990) dalam Nugroho dkk (2009), menegaskan pohon yang memiliki pertumbuhan yang cepat
bahwa hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk atau fast growing species agar dapat
biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh menjadi mengoptimalkan penyerapan karbon dioksida
makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan dan zat racun yang lainnya serta dapat
berlangsung terus sampai vegetasi tersebut secara menyimpan karbon dalam jumlah banyak,
fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Secara umum vegetasi yang termasuk pada jenis fast
hutan dengan “net growth” (terutama dari pohon- growing species seperti sengon
pohon yang sedang berada fase pertumbuhan) mampu (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen),
menyerap lebih banyak CO2, sedangkan hutan dewasa Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb),
dengan pertumbuhan yang kecil hanya menyimpan eukaliptus (Eucalyptus urophylla S.T.
stock karbon tetapi tidak dapat menyerap CO2 Blake.) dan lain-lain.
berlebih/ekstra.
Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah III Hairiah. K., Subekti R, 2007. Pengukuran
– Jember, Balai Besar Konservasi Sumberdaya ‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai Macam
Alam Jawa Timur, Direktorat Jenderal Penggunaan Lahan. Bogor.
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Departemen Kehutanan. [Buklet]. Jember. Handoko, P. (2007). Pendugaan Simpanan
Karbon Di Atas Permukaan Lahan Pada
.................., 2009a. Karbon Dioksida. http:// Tegakan Akasia (Acacia mangium Willd) Di
www.wikipedia.org/wiki/karbon_dioksida. BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum
(diakses 25 Oktober 2009). Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten.
[skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut
.................., 2009b. Pemanasan Global. http:// Pertanian Bogor.
www.wikipedia.org/wiki/pemanasan_global.
(diakses 27 Oktober 2009). Moshin. 2006, Karbon. www.chem-is-try.org/
auther/yulianto_moshin/karbon. (diakses 14
.................., 2009c. Geografis. ht tp:// November 2009).
www.baungcamp.com/?about= S Geografis
2009.php. (diakses 27 Oktober 2009). Munir, M. 2003. Geologi Lingkungan. Bayu
Media Publising. Malang.
.................., 2009d. Selayang Pandang. http://
w w w. b a u n g c a mp . c o m / ?a b o u t = Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kiyoto
Selayang_Pandang 2009.php. (diakses 27 Implikasinya Bagi Negara Yang
Oktober 2009). Berkembang. Penerbit Buku Kompas.
Jakarta.
.................., 2009e. Penataan Blok. http://
w w w. b a u n g c a mp . c o m / ?a b o u t = Nugroho, A dkk (2009). Pendugaan Cadangan
Penataan_Blok. (diakses 27 Oktober 2009). Karbon (C-Stock) Dalam Rangka
Mochammad Chanan. Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Di Blok Perlindungan Taman Wisata Alam 111
Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur
Versi online:
Mochammad Chanan http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1427