Antimicrobial Activity of Gotu Kola Centella Asiat

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Biologi Tropis

Original Research Paper


Antimicrobial Activity of Gotu Kola (Centella asiatica) Leaf Extract as an
Alternative to Herbal Beverage

Nadya Treesna Wulansari1, A. A. Istri Mas Padmiswari2, Kadek Buja Harditya3


1
Fakultas Teknologi, Program Studi Sarjana Teknologi Pangan, Institut Teknologi dan Kesehatan Bali,
Denpasar, Bali, Indonesia;
2
Fakultas Kesehatan, Program Studi Sarjana Terapan Akupuntur dan Pengobatan Herbal, Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali, Denpasar, Bali, Indonesia;
3
Fakultas Kesehatan, Program Studi Sarjana Terapan Akupuntur dan Pengobatan Herbal, Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali, Denpasar, Bali, Indonesia;

Article History Abstract: Pathogenic microorganisms include Aspergillus sp., Escherichia


Received : January 23th, 2023 coli and Staphylococcus aureus. Antibiotic administration during the
Revised : March 12th, 2023 treatment of contagious illnesses may cause bacterial resistance. Treatment
Accepted : March 16th, 2023 with herbal medicine, made from natural ingredients, is an option to prepare
for this. A plant known as gotu kola (Centella asiatica) has the capacity to
*Corresponding Author: become a herbal beverage. The intention of this research was to discover
Nadya Treesna Wulansari, whether gotu kola leaves, a herbal beverage, had any antimicrobial properties.
Institut Teknologi dan This study was categorized as an experimental study with an entirely random
Kesehatan Bali, Denpasar, Bali,
Indonesia
approach. This study performing an analysis of variance on the data, the
Email: Duncan's Multiple Range Test was conducted. The findings demonstrated that
nadyatreesna@gmail.com Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria could not grow when
exposed to gotu kola leaf extract. Gotu kola leaf preparation has the ability to
stop Staphylococcus aureus and Escherichia coli from growing. The greatest
average hindrance of 9.67 ± 0.36 mm and 10.12 ± 1.12 mm against
Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria was obtained by 100%
concentrated infusion from the leaves of gotu kola. Alkaloids, flavonoids, and
tannins are examples of the gotu kola leaf extract's metabolite components
that can increase the inhibitory power of the herb. However, the Aspergillus
sp. in this research was not inhibited by the gotu kola extract. The body
structure of the Aspergillus sp. and length of storing of the gotu kola extract
are probable causes for there was not inhibitory effect.

Keywords: antimicrobial, Aspergillus sp, Escherichia coli, gotu kola leaf,


Staphylococcus aureus.

Pendahuluan (S.aureus) adalah salah satu penyebab infeksi di


dunia (Rahmadani, 2017). Berbagai jenis infeksi
Escherichia coli (E. coli) merupakan seperti infeksi kulit yang tergolong ringan,
bakteri jenis mikroorganisme penyebab foodborne diseases hingga infeksi sistemik
serangan infeksi pada manusia. Transmisi dapat disebabkan oleh S.aureus (Rosdarni,
bakteri terjadi dengan cepat ketika bakteri sudah 2022).
menginfeksi pada bagian daerah tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Rosdarni
Penyebaran bakteri dapat melalui hubungan (2022) ditemukan bahwa pada 12 sampel dari
timbal balik secara langsung dengan penderita 20 sampel makanan jajanan basah positif
atau melewati perantara media yang tercemar mengandung bakteri S.aureus. Sedangkan E.
oleh mikroorganisme (Andiarna, 2020). coli adalah salah satu mikroorganisme yang
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli digunakan sebagai indikator pencemaran
merupakan jenis bakteri patogen yang sering makanan yang dapat menyebabkan foodborne
menginfeksi manusia. Staphylococcus aureus disease. Diare merupakan salah satu infeksi

This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 © 2023 The Author(s). This article is open access
International License.
Wulansari et al (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (2): 319 – 325
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i2.4817

yang paling ringan akibat bakteri Escherichia triterpenoid terkandung dalam pegagan
coli. Aspergillus sp. salah satu spesies jamur (Bermawie et al., 2008). Riset sebelumnya
penyebab infeksi pada manusia. Infeksi yang menyebutkan bahwa ekstrak dengan pelarut
dapat disebabkan oleh Aspergillus spp. dapat etanol daun pegagan mampu memberikan daya
berupa infeksi non-invasif dengan bentuk yang hambat bakteri dan jamur berturut-turut yaitu
tumpang tindih, mulai dari perkembangan Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan
aspergilloma hingga proses peradangan dan Candida albicans (Widiastusi et al., 2017).
fibrotik kronis yang saat ini dapat Selain itu, daun pegagan mampu memberikan
diklasifikasikan sebagai aspergillosis paru daya hambat terhadap Streptococcus mutans
kronis (Alastruey et al., 2018; Denning et al., (Azzahra dan Hayati 2018).
2016). Penelitian berbeda diperoleh oleh
Selama ini, pemberian antibiotika ataupun Rachmawati, et al (2010) menunjukkan bahwa
penggunaan bahan kimia lainnya adalah cara daun pegagan yang diekstraksi dengan fraksi
untuk menanggulangi penyakit infeksi oleh kloroform tidak mampu memberikan daya
mikroba. Namun dampaknya dapat hambat terhadap pertumbuhan bakteri
mengakibatkan resistensi bakteri apabila Eschericia coli dan Staphylococcus aureus
digunakan dalam jangka waktu lama dan tetapi bisa menghambat pertumbuhan bakteri
penggunaan yang berulang kali. Tubuh akan Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis.
menjadi kebal terhadap infeksi bakteri dengan Ekstrak daun pegagan mampu menghambat
spesies yang sama jika mengalami resistensi pertumbuhan jamur Aspergillus flavus (Habibi
terhadap antibiotika. Selain itu penggunaan et al., 2018). Berdasarkan hal tersebut penelitian
yang melewati kadar dari yang dianjurkan akan mengenai potensi antimikroba ekstrak daun
membuat kemampuan senyawa yang terkandung Centella asiatica penting dilakukan kembali.
dalam obat tersebut menjadi menurun Kebermanfaat yang dimiliki dari daun tersebut
(Andiarna, 2020). Pemakaian antibiotik bisa dapat digunakan sebagai minuman tradisional
berefek pada obat yang tidak diinginkan yang mampu menghasilkan daya hambat
(Mahmudah et al., 2016). Alternatif yang dapat terhadap pertumbuhan mikroba patogen
dilakukan adalah menggunakan pengobatan penyebab penyakit.
berbasis bahan alam.
Pegagan (Centella asiatica) adalah Bahan dan Metode
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman yang
digunakan sebagai obat. Tanaman ini tergolong Desain, alat dan bahan penelitian
family Umbeliferae (Perumal Samy, 2011). Penelitian eksperimental dengan desain
Pegagan dapat digunakan dalam bentuk jamu, Rancangan Acak Lengkap digunakan sebagai
ekstrak, sediaan kering, ataupun bahan segar desain dalam riset ini. Alat dalam penelitian
sebagai obat tradisional (Lasmadiwati et al., yaitu cawan petri, labu erlenmeyer, gelas ukur,
2003). Teh pegagan merupakan salah satu timbangan analitik, botol sampel, kertas cakram,
bentuk olahan yang sedang dikembangkan saat autoclave, sarung tangan, alumunium foil dan
ini. Rasa yang tergolong sepat, tajam, sedikit inkubator. Daun pegagan, Nutrient Agar,
manis merupakan sifat fisik dari pegagan Saboraud Dextrose Agar (SDA), alkohol 70%,
(Winarto dan Surbakti, 2003). Alasan air mineral, pepton water, nalidixid acid,
penggunaan pegagan sebagai obat tradisional ketokonazol 0,1 % dan etanol merupakan bahan
karena senyawa bioaktif yang dikandungnya. yang diperlukan dalam riset.
Manfaat kesehatan seperti antibakteri dimiliki
oleh senyawa bioaktif yaitu metabolit sekunder Proses maserasi ekstrak
dalam pegagan. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan
Pegagan memiliki kandungan yang maserasi. Tahapan maserasi ekstrak diawali
mampu menghambat bakteri sehingga dapat dengan mengayak daun pegagan yang telah
digunakan sebagai tanaman yang berpotensi kering dan simplisia ditimbang sebanyak 50
dalam pengobatan (Kurniawan et al., 2021). gram. Setelah itu, dalam labu Erlenmeyer
Senyawa alkaloid, saponin, flavonoid dan ditambahkan pelarut etanol sebanyak 250 ml
dan simplisia dengan perbandingan simplisia

320
Wulansari et al (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (2): 319 – 325
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i2.4817

dengan pelarut etanol yaitu 1 : 5. Metode kontrol positif. Setelah itu diinkubasi pada suhu
maserasi dilakukan pada waktu 1 x 24 jam ruangan selama 3 hari. Pengamatan dilakukan
dengan temperatur (28±1°C). Selama 5 menit setelah waktu inkubasi dengan mengukur zona
setiap 12 jam proses maserasi dilakukan hambat yang terbentuk memakai jangka sorong.
manual, sehingga masih diperoleh ekstrak yang Pengelompokkan respon hambatan
tercampur dengan pelarut. Ekstrak disaring pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada tabel 1
dengan menggunakan kertas saring. Setelah itu, berikut.
ekstrak hasil penyaringan ditaruh pada labu
evaporator untuk menghilangkan pelarut pada Tabel 1. Penggolongan respon hambatan
ekstrak sehingga memperoleh ekstrak yang pertumbuhan bakteri (Tchaou et al., 1996)
kental. Ekstrak ini dievaporasi pada temperatur No Diameter Zona Interpretasi
±50oC dan dihentikan saat tetesan uap dari Hambat (mm)
pelarut tidak ada lagi. Selanjutnya, ekstrak 1 ≥ 26,8 mm Sangat Kuat
kental dimasukkan ke dalam botol sampel. 2 10,4-26,8 mm Kuat
3 6,3-10,3 mm Sedang
Uji antibakteri dan antijamur 4 1,4-6,2 mm Lemah
Disc Diffusion (Tes Kirby-Bauer) Tidak memiliki efek
5 0
digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri antibakteri
dan antijamur. Sebanyak 20 μL suspensi
dimasukkan dalam media Nutrient Agar pada Analisis data
cawan petri. Selanjutnya suspensi bakteri di Analisis sidik ragam (ANOVA)
streak pada media. Kertas cakram yang merupakan analisis data untuk uji aktivitas
berukuran diameter 6 mm direndam selama antibakteri dalam penelitian ini. Selanjutnya,
setengah menit pada variasi konsentrasi ekstrak, dilakukan uji jarak berganda Duncan’s Multiple
kontrol negatif berupa aquades serta kontrol Range Test (DMRT) apabila menunjukkan
positif adalah nalidixid acid. Setelah itu kertas adanya perbedaan (p < 0,05).
cakram diletakkan pada media Nutrient agar
dan 24 jam diperlukan waktu untuk inkubasi Hasil dan Pembahasan
dengan temperatur 37ºC.
Mengenai uji daya hambat jamur, Rerata daya hambat ekstrak daun Centella
suspensi jamur Aspergillus sp. pada pepton asiatica terhadap Staphylococcus aureus dan
water yang sebelumnya telah diinkubasi selama Escherichia coli
24 jam yang telah distandarkan oleh larutan Karakteristik morfologi bakteri
MC. Farland 0,5. Setelah itu diinokulasikan Staphylococcus aureus merupakan golongan
pada media Saboraud Dextrose Agar (SDA). gram positif dengan bentuk bulat menyerupai
Setelah itu, suspensi jamur Aspergillus sp. pada buah anggur. Sedangkan Escherichia coli
larutan pepton diambil dengan kapas steril dan berbentuk batang tergolong bakteri gram
di swab pada permukaan media SDA, lalu negatif. Selanjutnya, daya hambat pertumbuhan
didiamkan selama 300 detik. Selanjutnya, kertas bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
cakram yang sebelumnya sudah direndam pada coli oleh ekstrak daun Centella asiatica
ekstrak pegagan disusun pada permukaan media ditunjukkan pada Tabel 2.
SDA. Ketokonazol 0,1 % digunakan sebagai

Tabel 2. Rerata Daya Hambat Ekstrak Daun Centella asiatica terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli
Konsentrasi Rerata Daya Hambat Rerata Daya Hambat
Intepretasi Intepretasi
Ekstrak Bakteri S.aureus (mm)** Bakteri E. coli (mm)**
Kontrol + 16,47 ± 0,33f Kuat 16,34 ± 0,67f Kuat
100% 9,67 ± 0,36e Sedang 10,12 ± 1,12e Sedang
90% 7,92 ± 0,42cd Sedang 8,23 ± 0,26d Sedang
60% 7,55 ± 0,41c Sedang 7,85 ± 0,18cd Sedang
30% 0,00 ± 0,00a Tidak memiliki 6,85 ± 0,25b Sedang

321
Wulansari et al (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (2): 319 – 325
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i2.4817

daya hambat
Kontrol - 0,00 ± 0,00a Tidak memiliki 0,00 ± 0,00a Tidak memiliki
daya hambat daya hambat

Hasil penelitian pada Tabel 2 terlihat Tabel 3. Rerata Daya Hambat Pertumbuhan
bahwa ektrak daun pegagan (Centella asiatica) Aspergillus sp. oleh Ekstrak Daun Centella asiatica
mampu menghambat pertumbuhan bakteri S.
aureus dan E. coli. dengan ditandai zona Rerata Daya Hambat
Konsentrasi Ekstrak
hambat. Adanya perbedaan nyata pada riset ini Aspergillus sp. (mm)
(p<0,05) ditunjukkan oleh seluruh perlakuan
terhadap kontrol negatif dan positif. Nalidixid 30% -
acid merupakan kontrol positif dalam penelitian 60% -
ini dan aquadest digunakan sebagai kontrol 90% -
100% -
negatif. Daya hambat tertinggi dihasilkan Kontrol + 18,65 ± 0,74
oleh konsentrasi ekstrak sebesar 100%. Kontrol - -
Konsentrasi 100% ekstrak daun Centella
asiatica memiliki rerata daya hambat Pembahasan
sebesar 9,67 ± 0,36 mm dan 10,12 ± 1,12
mm terhadap bakteri S.aureus dan E.coli. Pegagan memiliki kandungan senyawa
Besaran zona hambat pada konsentrasi yang mampu menghambat bakteri sehingga
90% terhadap bakteri S.aureus dan E.coli banyak digunakan sebagai tanaman obat
berturut-turut sebesar 7,92 ± 0,42 mm dan 8,23 (Kurniawan et al., 2021). Bermawie et al (2008)
± 0,26 mm. Selanjutnya pada rerata sebesar 7,55 menyatakan bahwa saponin, triterpenoid,
± 0,41 mm dan 7,85 ± 0,18 mm dihasilkan flavonoid, dan alkaloid merupakan jenis
ekstrak pada konsentrasi 60% pada S.aureus dan metanolit sekunder yang terkandung pada
E.coli. Terakhir, konsentrasi 30% tidak tanaman ini. Sesuai dengan hasil penelitian
menghasilkan daya hambat pada bakteri Damayanti et al (2023) skrining fitokimia
S.aureus sedangkan E.coli sebesar 6,85 ± 0,25 ekstrak daun Centella asiatica memiliki
mm. Daya hambat tidak dihasilkan oleh kontrol kandungan senyawa alkaloid, tanin dan
negatif terhadap kedua jenis bakteri. Sedangkan flavonoid. Mekanisme yang menghambat proses
kontrol positif menghasilkan rerata daya hambat pembentukan protein (Siregar et al., 2012) dan
sebesar 16,47 ± 0,33 mm pada bakteri S.aureus menghalangi membran sitoplasma merupakan
dan 16,34 ± 0,67 mm pada E.coli. Interpretasi salah satu proses penghambatan dari senyawa
atau penggolongan respon hambatan ekstrak triterpenoid (de Leon et al., 2010).
daun pegagan seluruh variasi konsentrasi dalam Saponin dalam mengganggu
menghambat E. coli termasuk dalam kategori perkembangbiakan dan pertumbuhan bakteri
sedang. Sedangkan untuk bakteri S.aureus dilakukan dengan cara melepas senyawa
konsentrasi ekstrak 30% tidak menunjukkan intraseluler, merendahkan tegangan permukaan
adanya daya hambat dan kategori sedang untuk serta menghasilkan peningkatan sel
konsentrasi 60%, 90%, dan 100%. permeabilitas (Ngajow et al., 2013). Enzim
DNA gyrase berperan dalam proses
Rerata daya hambat ekstrak daun Centella penggandaan diri bakteri Escherichia coli
asiatica terhadap Aspergillus sp karena dapat mengurangi ketegangan pada untai
Daya hambat pertumbuhan Aspergillus sp. ganda DNA selama proses penggandaan DNA
oleh ekstrak daun Centella asiatica terdapat merupakan cara kerja dari flavonoid (Wu et al.,
pada Tabel 3. Hasil penelitian ekstrak Centella 2013). Lapisan peptidoglikan yang merupakan
asiatica dengan variasi konsentrasi dan kontrol penyusun dinding sel bakteri dihambat
negatif tidak menghasilkan daya hambat penyusunannya sehingga pertumbuhan bakteri
terhadap Aspergillus sp. Sedangkan kontrol + bahkan dapat menyebabkan bakteri mengalami
yaitu ketokonazol 0,1 % menghasilkan daya kematian merupakan mekanisme kerja alkaloid.
hambat sebesar 18,65 ± 0,74 mm. Selain itu, senyawa metabolit ini juga dapat

322
Wulansari et al (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (2): 319 – 325
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i2.4817

mengganggu metabolisme dari bakteri dengan ekstrak, kandungan kualitas dan kuatitatif dari
menghambat pembentukan protein dalam tubuh senyawa bioaktif dari ekstrak tersebut. Sehingga
bakteri (Robinson, 1995). dapat mengetahui mekanisme penghambatan
Namun ekstrak daun pegagan pada bakteri ataupun jamur pada ekstrak tersebut.
penelitian ini tidak menghasilkan rerata daya
hambat terhadap Aspergillus sp. Berbeda Ucapan Terima Kasih
dengan hasil riset Habibi et al. (2018) yang
meneliti mengenai jamur Aspergillus flavus Peneliti mengucapkan terima kasih
dapat dihambat oleh ekstrak daun pegagan. Hal kepada semua pihak yang terlibat dalam
ini kemungkinan dapat disebabkan oleh struktur penelitian ini.
tubuh jamur Aspergillus sp. yang memiliki
jumlah zat kitin kisaran antara 10 hingga 30% Referensi
dari bobot kering susunan dinding selnya
(Hagen et al., 2007). Hal ini menyebabkan lebih Alastruey-Izquierdo, A., Cadranel, J., Flick, H.,
kuatnya jamur Aspergillus sp. Selain itu, pada Godet, C., Hennequin, C., Hoenigl, M.,
penelitian ini, perlakuan terhadap jamur tidak Kosmidis, C., Lange. C., Munteanu. O.,
dilakukan bersamaan dengan bakteri. Hal ini Page, I., Salzer, H. J. (2018). Treatment of
kemungkinan juga dapat dipengaruhi oleh chronic pulmonary aspergillosis: current
penyimpanan ekstrak. Mutu dari ekstrak dan standards and future
rusaknya komponen. Penyimpanan ekstrak perspectives. Respiration, 96(2), 159-170.
dapat berpengaruh pada mutu dari ekstrak https://doi.org/10.1159/000489474.
tersebut dan rusaknya komponen yang Andiarna, F., Hidayati, I., & Agustina, E.
terkandung pada ekstrak serta ekstrak akan (2020). Pendidikan kesehatan tentang
mengalami penguraian (Tamba, 2022). penggunaan antibiotik secara tepat dan
Efektivitas suatu senyawa yang mampu efektif sebagai upaya mengatasi resistensi
menghambat pertumbuhan bakteri dapat obat. Journal of Community Engagement
disebabkan oleh beberapa faktor. Waktu kontak, and Empowerment, 2(1).
jumlah kandungan komponen di dalamnya, Anggraini, T., Silvy, D., Ismanto, S. D., &
konsentrasi senyawa antibakteri, jenis, umur Azhar, F. (2014). Pengaruh penambahan
bakteri, keadaan kondisi bakteri yang digunakan peppermint (Mentha piperita, L.) terhadap
(Agustrina, 2011). Selain itu perbedaan varietas kualitas teh daun pegagan (Centella
daun pegagan dapat mempengaruhi kemampuan asiatica, L. Urban). Jurnal Litbang
menghambat pertumbuhan bakteri. Potensi daun Industri, 4(2), 79-88.
pegagan yang dapat menghambat mikroba dapat Agustrina, G. (2011). Potensi Propolis Lebah
digunakan sebagai alternatif minuman Madu Apis Mellifera Spp sebagai Bahan
tradisional sehingga mampu mengatasi infeksi Antibakteri. Skripsi. Fakultas Matematika
penyakit akibat S.aureus dan E.coli. dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Kesimpulan Azzahra, F., & Hayati, M. (2018). Uji aktivitas
ekstrak daun pegagan (Centella asiatica
Staphylococcus aureus dan Escherichia (L). urb) terhadap pertumbuhan
coli dapat dihambat dengan ekstrak daun Streptococcus mutans. B-Dent: Jurnal
Centella asiatica. Rerata diameter terbesar Kedokteran Gigi Universitas
dihasilkan oleh konsentrasi ekstrak dengan Baiturrahmah, 5(1), 9-19.
konsentrasi 100% yaitu 9,67 ± 0,36 mm dan https://doi.org/10.33854/jbd.v5i1.133.g80.
10,12 ± 1,12 mm terhadap bakteri Bermawie, N., Purwiyanti, S. & Mardiana.
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. (2008). Keragaan sifat morfologi, hasil
Sedangkan pada Aspergillus sp., tidak dan mutu plasma nutfah pegagan
menghasilkan daya hambat. Saran untuk (Centella asiatica (L.) Urban.). Buletin
penelitian selanjutnya adalah dilakukan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,
penelitian kembali khususnya pada jamur 19(1), 1-17.
dengan konsentrasi berbeda, penyimpanan

323
Wulansari et al (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (2): 319 – 325
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i2.4817

http://dx.doi.org/10.21082/bullittro.v19n1. https://doi.org/10.26877/bioma.v10i1.714
2008.%25p. 0
Damayanti, I. A. M., Antari, N. W. S., & Lasmadiwati, E., M. M. Herminati dan Y.H.
Megayanti, S. D. (2022). Antioxidant Indriani. (2003). Pegagan. 69 hlm.
potential of gotu kola leaf extract Penebar Swadaya. Jakarta.
(Centella asiatica (L.) Urban) as an Mahmudah, F., Sumiwi, S. A., & Hartini, S.
alternative to antihyperglycemic herbal (2016). Studi penggunaan antibiotik
drinks. Jurnal Pijar Mipa, 17(6), 782-786. berdasarkan ATC/DDD dan DU 90% di
https://doi.org/10.29303/jpm.v17i6.4179. bagian bedah digestif di salah satu rumah
de Leon L, Lopez MR, Moujir L. 2010. sakit di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik
Antibacterial properties of zeylasterone, a Indonesia, 5(4), 293-298.
triterpenoid isolated from Maytenus https://doi.org/10.15416/ijcp.2016.5.4.293
blepharodes, against Staphylococcus Ngajow M, Abidjulu J, Kamu VS. (2013).
aureus. Microbiology Research. 165(8): Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
617−626. matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri
https://doi.org/10.1016/j.micres.2 Staphylococcus aureus secara in vitro.
009.12.004 Jurnal Mipa. 2: 128−32.
Denning, D. W., Cadranel, J., Beigelman- https://doi.org/10.35799/jm.2.2.2013.3121
Aubry, C., Ader, F., Chakrabarti, A., Blot, Perumal Samy, R., & TK Chow, V. (2011).
S., Ullmann, A. J., Dimopoulos, G., Antimicrobial and Phytochemical
Lange, C., & European Society for Analysis of Centella asiatica (L.). Nature
Clinical Microbiology and Infectious Precedings, 1-1.
Diseases and European Respiratory Rachmawati, F., Nuria, M.C., Sumantri. (2010).
Society (2016). Chronic pulmonary Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi
aspergillosis: rationale and clinical Kloroform Ekstrak Etanol Pegagan
guidelines for diagnosis and (Centella asiatica (L) Urb.) serta
management. The European respiratory Identifikasi Senyawa Aktifnya, Skripsi,
journal, 47(1), 45–68. Unwahas, Semarang, dan UGM,
https://doi.org/10.1183/13993003.00583- Yogyakarta.
2015 Rahmadani, A., Budiyono, B., & Suhartono, S.
Habibi, M. W., Setiawan, M. A., Ulfa, R. M., & (2017). Gambaran keberadaan bakteri
Istiqomah, L. (2018). Efektivitas Ekstrak Staphylococcus aureus, kondisi
Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) lingkungan fisik, dan angka lempeng total
Urban) Terhadap Pertumbuhan Jamur di udara ruang rawat inap RSUD Prof. Dr.
Aspergillus flavus. Chemical Engineering MA Hanafiah SM Batusangkar. Jurnal
Research Articles, 1(2), 58-65. Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(5),
http://doi.org/10.25273/cheesa.v1i2.3168 492-501.
Hagen, S., Marx, F., Ram, A. F., & Meyer, V. https://doi.org/10.14710/jkm.v5i5.19171
(2007). The antifungal protein AFP from Robinson, T. (1995). Kandungan Organik
Aspergillus giganteus inhibits chitin Tumbuhan Tinggi (Edisi VI)
synthesis in sensitive fungi. Applied and Diterjemahkan oleh Padmawinata K.,
Environmental Microbiology, 73(7), Bandung: Institut Teknologi Bandung.
2128-2134. Terjemahan dari The organic constituents
https://doi.org/10.1128%2FAEM.02497- of higherplants, 6th edition.
06 Rosdarni, R. (2022). Deteksi Bakteri
Kurniawan, S. E., Mahyarudin, M., & Rialita, Staphylococcus Aureus Pada Jajanan
A. (2021). Aktivitas antibakteri isolat Makanan Dipasar Basah Mandonga Kota
bakteri endofit daun pegagan (Centella Kendari. Jurnal MediLab Mandala
asiatica) terhadap Staphylococcus Waluya, 6(1), 39-47.
aureus. Bioma: Jurnal Ilmiah https://doi.org/10.36566/medilab.v6i1.209
Biologi, 10(1), 14-29. Siregar AF, Sabdono A, Pringgenies D. (2012).
Potensi antibakteri ekstrak rumput laut

324
Wulansari et al (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (2): 319 – 325
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i2.4817

terhadap bakteri penyakit kulit Widiastuti, R., Nurhaeni, F., Marfuah, D. L., &
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus Wibowo, G. S. (2017). Potensi
epidermidis, dan Micrococcus luteus. Antibakteri Dan Anticandida Ekstrak
Journal of Marine Research. 1: 152−60. Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica
https://doi.org/10.14710/jmr.v1i2.2032 (L) Urb.) Potential Antibacterial And
Tamba, N. P. D. (2022). Pengaruh Ekstrak Anticandida Of Ethanol Extract Pegagan
Etanol Simplisia Pegagan (Centella Leaf (Centella asiatica (L) Urb.).
asiatica (L.) Urban) Terhadap Winarto, W.P. dan M. Surbakti. (2003). Khasiat
Pertumbuhan Candida albicans. Meditory dan manfaat pegagan. Agromedia
: The Journal of Medical Laboratory, 10 Pustaka, Jakarta.
(2). Wu, T., Zang, X., He, M., Pan, S., & Xu, X.
https://doi.org/10.33992/meditory.v10i2.1 (2013). Structure–activity relationship of
956 flavonoids on their anti-Escherichia coli
Tchaou, W. S., Turng, B. F., Minah, G. E., & activity and inhibition of DNA
Coll, J. A. (1996). Inhibition of pure gyrase. Journal of Agricultural and Food
cultures of oral bacteria by root canal Chemistry, 61(34), 8185-8190.
filling materials. Pediatric Dentistry, 18, https://doi.org/10.1021/jf402222v
444-449.

325

You might also like