Professional Documents
Culture Documents
Makalah Farmakoterafi Konstipasi 3a
Makalah Farmakoterafi Konstipasi 3a
(FARMAKOTERAFI KONSTIFASI )
9. ASLINA (220501005)
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “PARMAKOTERAPI
KONSTIPASI” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang a penyakit diare serta
perlakuan yang dilakukan jika terkena penyakit ini yang bisa kita pelajari.. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga
makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun
melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, apt.ERMA EWISA OKRESIA, M.Farm dan juga kepada teman-teman seperjuangan
yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan
Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Rumusan masalah.......................................................................................................................1
1.2. Manfaat......................................................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................................1
Bab II: TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................2
2.1 Pengertian konstipasi..................................................................................................................2
2.2 Klasifikasi konstipasi ..................................................................................................................2
2.3 Nama obat dan mekanisme kerja................................................................................................3
iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Rumusan masalah:
1.2.Manfaat
Dapat mengetahui pengertian atau definisi dari penyakt konstipasi
Dapat mengetahui obat apa saja yang diberikan sesuai dengan tingkatan penyakitnya
Dapat mengetahui tata laksana yang dilakukan jika terkena penyakit konstipasi
1.3.Tujuan
Mampu memahami apa itu penyakit konstipasi serta penanganannya
v
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Konstipasi
. Konstipasi adalah kondisi dimana sesorang mengalami kesulitan dalam buang air besar
atau memiliki frekuensi buang air besar yang rendah. Dimana penderita buang air besar hanya
kurang dari 3x seminggu
2.2. Klasifikasi Konstipasi
Konstipasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Konstipasi primer
Adalah bentuk konstipasi yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas. Hal ini dapat
terjadi karena faktor gaya hidup, diet, dan kurangnya aktifisat fisik seperti olahraga.
2. Konstipasi sekunder
Adalah bentuk konstipasi yang disebabkan oleh kondisi medis atau penggunaan obat
tertentu, seperti opioid atau antidepresan. Penyebab konstipasi sekunder yaitu gangguan
mekanik seperti adanya sumbatan di saluran cerna berupa tumor, penyempitan usus dan luka
di area usus.
vi
2.3. Nama Obat Dan Mekanisme Kerja
vii
Pada konstipasi primer, pendekatan tata laksana dilakukan berdasarkan patofisiologi yang
terjadi. Pada pasien dengan waktu transit normal, reasurrance dan edukasi, terutama mengenai
pola kebiasaan buang air besar yang baik, sebenarnya cukup. Sedangkan untuk konstipasi
dengan waktu transit melambat biasanya membutuhkan modifikasi diet seperti peningkatan
asupan cairan dan serat, dan penggunaan pelunak tinja ataupun laksatif. Medikamentosa
golongan prokinetik juga dapat membantu, termasuk penggunaan misoprostol (suatu analog
prostaglandin), cisapride (agonis reseptor serotonin), ataupun tegaserod (untuk IBS dengan
konstipasi).3,5,10
Pada pasien konstipasi kronik yang tidak menunjukkan tanda bahaya (alarm symptoms)
seperti hematoskezia, penurunan berat badan, adanya riwayat kanker usus besar pada
keluarga, adanya anemia atau adanya perubahan dalam pola defekasi; usia di bawah 40 tahun;
viii
tidak ada kelainan pada pemeriksaan colok dubur dan diduga tidak ada konstipasi sekunder,
maka terapi empiris dapat dimulai. Terapi empiris secara umum berupa terapi
nonfarmakologis seperti modifikasi gaya hidup, peningkatan asupan serat dan air yang cukup,
konsumsi probiotik, peningkatan aktivitas fisik, mengatur kebiasaan defekasi, menghindari
mengejan, dan membiasakan buang air besar setelah makan. Terapi farmakologis umumnya
menggunakan laksatif (bulk laxative, osmotic laxative, stimulant laxative, dan enema)
ataupun nonlaksatif seperti obat-obatan prokinetik
Pada pasien konstipasi kronik yang tidak menunjukkan tanda bahaya (alarm symptoms)
seperti hematoskezia, penurunan berat badan, adanya riwayat kanker usus besar pada
keluarga, adanya anemia atau adanya perubahan dalam pola defekasi; usia di bawah 40 tahun;
tidak ada kelainan pada pemeriksaan colok dubur dan diduga tidak ada konstipasi sekunder,
maka terapi empiris dapat dimulai. Terapi empiris secara umum berupa terapi
nonfarmakologis seperti modifikasi gaya hidup, peningkatan asupan serat dan air yang cukup,
konsumsi probiotik, peningkatan aktivitas fisik, mengatur kebiasaan defekasi, menghindari
mengejan, dan membiasakan buang air besar setelah makan. Terapi farmakologis umumnya
menggunakan laksatif (bulk laxative, osmotic laxative, stimulant laxative, dan enema)
ataupun nonlaksatif seperti obat-obatan prokinetik
ix
BAB III: PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil makalah yang kami buat, yang dapat kami simpulkan dari makalah
ini yaitu bahwa konstipasi adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kesulitan dalam buang air
besar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gaya hidup, diet, dan kondisi
medis. Untuk mengatasi konstipasi, terdapat berbagai jenis obat-obatan yang sesuai dengan
sub-golongannya, seperti pencahar, pelunak tinja, dan obat lainnya. Selain itu, tatalaksana
terapi konstipasi juga melibatkan perubahan gaya hidup, seperti meningkatkan asupan serat
dan cairan, serta olahraga. Dalam penanganan konstipasi, penting untuk konsultasi dengan
tenaga medis terkait untuk memilih terapi yang sesuai dengan kondisi individu.
x
DAFTAR PUSTAKA
Barbara G.Wells, Joseph T.Dipiro, Terry L. Schwinghammer, Cecily V.Dipiro.
Pharmacotherafy-handbook-9th-edition.pdf
xi