Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 90

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pengertian Buku Nonteks Pelajaran


Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional tentang buku-buku pendidikan, terdapat empat jenis buku
pendidikan yaitu buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan
buku panduan pendidik (2004: 4). Klasifikasi ini diperkuat lagi oleh Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan
bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku
panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses
pembelajaran”. Berdasarkan ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku
yang digunakan dalam bidang pendidikan, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2)
Buku Pengayaan; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik.
Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada
buku-buku pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang
ditentukan berdasarkan ruang lingkup kewenangan dalam pengendalian
kualitasnya, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku Nonteks Pelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kewenangan untuk melakukan
standarisasi buku teks pelajaran adalah Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), sedangkan buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik bukan
merupakan kewenangan badan ini. Hal di atas dipertegas lagi oleh surat Badan
Standar Nasional Pendidikan nomor 0103/BSNP/II/2006 tanggal 22 Februari
2006 yang menegaskan bahwa BSNP hanya akan melaksanakan penilaian untuk
Buku Teks Pelajaran dan tidak akan melakukan penilaian atau telaah buku
selain buku teks pelajaran. Oleh karena itu kewenangan untuk melakukan
standarisasi buku-buku pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah Pusat
1
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi
Pusat-pusat di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam ketentuan
tersebut dinyatakan bahwa fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan
pengembangan naskah, pengendalian mutu buku, dan melakukan fasilitasi
perbukuan, khususnya bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah.
Berdasarkan pengelompokan di atas maka buku nonteks pelajaran berbeda
dengan buku teks pelajaran. Jika dicermati berdasarkan makna leksikal, buku
teks pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk memelajari atau mendalami
suatu subjek pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu bidang studi,
sehingga mengandung penyajian asas-asas tentang subjek tersebut, termasuk
karya kepanditaan (scholarly, literary) terkait subjek yang bersangkutan.
Sementara itu, buku nonteks pelajaran merupakan buku-buku yang tidak
digunakan secara langsung sebagai buku untuk memelajari salah satu bidang
studi pada lembaga pendidikan.
Berdasarkan pengelompokan di atas, dapat diidentifikasi ciri-ciri buku
nonteks pelajaran, yaitu:
(1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan,
namun bukan merupakan buku acuan wajib bagi peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran;
(2) Buku-buku yang menyajikan materi untuk memerkaya buku teks
pelajaran, atau sebagai informasi tentang Ipteks secara dalam dan luas,
atau buku panduan bagi pembaca;
(3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan
tingkatan kelas atau jenjang pendidikan;
(4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara
langsung dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau
Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki

2
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan
nasional;
(5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh
pembaca dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas
pembaca, sehingga materi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan
pula oleh pembaca secara umum;
(6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif
sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika
belajar, yang ditetapkan berdasarkan ilmu pendidikan dan pengajaran.

Dengan mengacu pada ciri-ciri buku nonteks pelajaran tersebut maka


dapat dinyatakan bahwa buku nonteks pelajaran adalah buku-buku berisi
materi pendukung, pelengkap, dan penunjang buku teks pelajaran yang
berfungsi sebagai bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar,
kreatif, dan inovatif serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang dan
tingkatan kelas atau pembaca umum.

B. Kedudukan dan Fungsi Buku Nonteks Pelajaran


Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana dituangkan
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 maka
ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi dan Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan. Untuk memenuhi standar tersebut dikembangkan buku teks pelajaran
yang isinya sesuai dengan ketentuan Standar Isi. Sementara itu, untuk
menunjang pencapaian standar isi perlu dikembangkan buku-buku yang
mendukung dan melengkapinya, yaitu buku nonteks pelajaran. Dengan

3
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
demikian, buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sangat strategis dalam
mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat
melengkapi pendalaman materi dan penambahan wawasan bagi pembaca dari
pembahasan materi yang tidak tersaji secara lengkap dalam buku teks pelajaran.
Selain itu, buku nonteks pelajaran memiliki pula kedudukan sebagai buku yang
dapat menunjang pengembangan materi atau isi buku teks pelajaran, baik secara
filosofis, historis, etimologis, geografis, pedagogis, dan segi lainnya dari materi
yang tersaji dalam buku teks pelajaran.
Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi kekayaan alam dan
budaya Nusantara akan memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat
mempromosikan kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia. Keberagaman
suku bangsa akan memunculkan keanekaragaman budaya sebagai suatu
kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya. Buku nonteks pelajaran yang
mengangkat materi ini akan dapat menginformasikan kekayaan bangsa
Indonesia yang patut dibanggakan dan diberdayakan oleh bangsanya, bukan
sebaliknya hanya dieksploitasi untuk kepentingan bangsa lain.
Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni akan memiliki kedudukan sebagai buku yang melestarikan
kekayaan Ipteks yang telah dikembangkan. Berbagai penemuan Ipteks, baik
yang telah dikembangkan bangsa lain maupun oleh bangsa Indonesia dapat
dilestarikan dalam dokumen tertulis, yaitu buku nonteks pelajaran.
Buku nonteks pelajaran yang berisi prinsip atau prosedur pembelajaran
atau berisikan materi pokok dan model pembelajaran yang dapat digunakan
pendidik memiliki kedudukan sebagai buku panduan. Prinsip-prinsip
pembelajaran atau prosedur membelajarkan peserta didik tentang materi pokok
dari salah satu mata pelajaran di satuan pendidikan dapat dituangkan dalam
buku nonteks sebagai upaya pengembangan kualitas pendidikan.

4
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Sesuai dengan pengertian di atas maka buku nonteks pelajaran berfungsi
sebagai bahan pengayaan, rujukan, atau panduan dalam kegiatan pendidikan
dan pembelajaran. Berdasarkan fungsinya sebagai bahan pengayaan, buku
nonteks pelajaran dapat memperkaya pembaca (termasuk peserta didik) dalam
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Fungsi sebagai
referensi, buku nonteks pelajaran dapat menjadi rujukan dan acuan bagi
pembaca (termasuk peserta didik) dalam mendapatkan jawaban atau kejelasan
tentang sesuatu hal secara rinci dan komprehensif yang dapat dicari dengan
cepat. Fungsi sebagai panduan, buku nonteks pelajaran dapat menjadi pemandu
dan tuntunan yang dapat digunakan oleh pendidik atau pihak lain yang
berkepentingan dalam melaksanakan pendidikan dan proses pembelajaran serta
kegiatan pendukung lainnya.

C. Tujuan dan Sasaran Pedoman Penulisan


Pedoman penulisan buku nonteks pelajaran ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut:
1) Mendorong para penulis Indonesia untuk menggali dan melestarikan
kekayaan alam dan budaya Indonesia yang dapat dituangkan ke dalam buku
pengayaan, buku referensi, atau buku panduan pendidik yang berkualitas;
2) Mengembangkan kualitas literasi Sumber Daya Manusia Indonesia dengan
menciptakan bacaan dalam buku nonteks menarik, inovatif, dan memacu
penumbuhan kreativitas bangsa Indonesia;
3) Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan meyediakan buku-buku yang
dapat memerkaya buku teks pelajaran, yang dapat dijadikan sebagai sumber
informasi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara mendalam
dan meluas, atau yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam
mengimplementasikan prinsip dan prosedur pembelajaran bagi pendidik;

5
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas bahan bacaan yang dapat membuka
wawasan pembaca dalam menerima keragaman masukan agar pembaca
dapat memperbaiki kualitas diri dalam berkehidupan.

Adapun sasaran pengguna dari pedoman penulisan buku nonteks


pelajaran ini adalah para penulis buku, baik sebagai penulis profesional maupun
pendidik atau tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan menulis buku.
Buku panduan ini dapat pula digunakan oleh pemerhati dan peminat bidang
penulisan yang mengarah pada peningkatan kualitas bangsa Indonesia dan
memantapkan kebanggaan sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat,
berdemokrasi, dan bangsa yang dapat hidup berdampingan dengan bangsa-
bangsa maju di dunia.
Selain itu, pedoman ini dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan oleh
pengelola penerbitan, termasuk di dalamnya penyunting, penata letak, atau
pemadu grafis dari suatu perusahaan penerbitan. Dari pedoman ini diharapkan
dapat mendorong penerbitan buku nonteks berkualitas dalam penyuntingan,
penataletakan, penggunaan grafika yang dapat meningkatkan minat baca dan
budaya baca bangsa Indonesia.

6
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
BAB 2
BUKU NONTEKS PELAJARAN

A. Ragam Buku Nonteks Pelajaran


Berdasarkan fungsinya buku nonteks pelajaran dapat menyajikan materi-
materi yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan, memperkaya
keterampilan, serta dapat memperkaya kepribadian peserta didik atau pembaca
lain dalam mencermati suatu objek studi tertentu atau salah satu bagian dalam
kajian keilmuan. Selain itu, terdapat pula buku nonteks pelajaran yang dapat
dijadikan sebagai rujukan atau acuan bagi seseorang dalam memecahkan
permasalahan atau meyakinkan tentang sesuatu hal berdasarkan keyakinan
keilmuan. Ada pula buku nonteks pelajaran yang dapat digunakan sebagai
pedoman, acuan, atau panduan dalam melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran sehingga menghubungkan dimensi-dimensi keilmuan, yaitu ilmu
mendidik, ilmu psikologi perkembangan, dan ilmu yang berhubungan dengan
bidang studi.
Berdasarkan uraian tersebut, buku nonteks pelajaran memiliki keragaman
yang longgar. Keragaman ini berhubungan dengan fungsi buku tersebut,
sehingga ragam buku nonteks pelajaran terdiri atas buku-buku pengayaan,
buku-buku referensi, dan buku-buku panduan pendidik. Keragaman juga dapat
ditemukan berdasarkan penyajian buku-buku nonteks pelajaran yang kreatif
dan inovatif sehingga pedoman ini hanya merupakan stimulator bagi
pengembangan buku nonteks pelajaran yang lebih baik.

B. Jenis-jenis Buku Nonteks Pelajaran


Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa buku nonteks pelajaran jika
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya terdiri atas jenis buku pengayaan,
referensi, dan panduan pendidik. Ketiga jenis buku nonteks pelajaran ini dapat
7
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
dikembangkan kembali ke dalam beberapa karakteristik yang lebih khas, seperti
uraian berikut ini.

1. Buku Pengayaan
Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan
atau buku perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan,
pengalaman, dan pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan dalam pedoman
ini diartikan buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan
meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian
peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat pembaca
lainnya. Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku
pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku pengayaan
kepribadian.
Buku pengayaan memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan
buku teks pelajaran. Buku pengayaan dapat disajikan secara bervariasi, baik
dengan menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku
pengayaan bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik
dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.

a. Buku Pengayaan Pengetahuan


Sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis
seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar pengetahuan yang akan
dikembangkan sebagai rencana pengayaan bagi pembaca. Dalam menulis buku
pengayaan pengetahuan seorang penulis lebih leluasa dalam mengembangkan
isi atau materi buku. Selain itu, penulis buku pengayaan pengetahuan lebih
bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan.
Konsep dasar pengetahuan yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan, baik dari konsep dasar ilmu maupun

8
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar yang dimaksud harus
sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan
itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi
maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan
dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu
dapat dijelaskan secara ilmiah.
Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya
mempersiapkan konsep dasar pengetahuan ini sebagai titik awal penyusunan
materi yang akan diperkaya. Materi yang diperkaya ini merupakan materi
pengetahuan yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh pembelajar atau
pembaca pada umumnya dalam bidang tertentu. Bidang yang dimaksud adalah
materi-materi pelajaran yang dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah,
namun belum secara utuh disajikan dalam materi pelajaran.
Pengetahuan sangat luas dan beragam seiring dengan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni. Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya
dapat menetapkan aspek kognitif yang dipandang perlu dikembangkan. Aspek
kognitif yang dikembangkan itu jika ditinjau dari sisi edukasi memiliki nilai
positif bagi perluasan kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman pembaca.
Sebagaimana diungkapkan dalam Taxonomy Bloom (1979: 7), bahwa
domain kognitif itu merupakan kemampuan mengungkapkan kembali atau
mengorganisasikan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan intelektual
dan keterampilan. Selanjutnya, Bloom (1991: 18) membagi aspek kognitif ke
dalam knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application
(penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis), evaluation (evaluasi), dan create
(berkreasi). Ketujuh klasifikasi kemampuan kognitif ini biasanya digunakan
untuk mengukur aspek kognitif dalam pengembangan kemampuan belajar
seseorang.

9
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Aspek pengetahuan merupakan kemampuan mengungkapkan kembali
sesuatu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Aspek pemahaman
merupakan kemampuan membedakan sesuatu berdasarkan pemahaman
terhadap sesuatu hal. Aspek penerapan merupakan kemampuan menerapkan
atau menggunakan konsep pengetahuan dalam suatu kegiatan. Aspek analisis
merupakan kemampuan menguraikan suatu konsep ke dalam bagian-bagian
yang lebih rinci. Aspek sintesis merupakan kemampuan meramu atau
menggabungkan rincian atau uraian. Aspek evaluasi merupakan kemampuan
menilai sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu. Aspek kreasi
merupakan kemampuan melakukan suatu kreativitas berdasarkan sesuatu yang
telah dikuasainya.
Aspek kognitif sebagaimana dinyatakan di muka itu merupakan aspek
yang masih perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan, karena
pengembangan aspek kognitif dalam buku teks pelajaran dibatasi oleh
ketentuan dan tuntutan Stanar Isi. Sementara itu, aspek kognitif tersebut masih
memerlukan pengembangan dan pendalaman materi. Oleh karena itu, sebelum
menulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya ditetapkan terlebih dahulu
aspek-aspek kognitif yang masih perlu dikembangkan. Dari pengembangan
tersebut, pembaca akan beroleh pengetahuan yang lebih luas, lebih kaya, dan
lebih menyeluruh daripada pengembangan kognitif yang terdapat dalam buku
teks pelajaran. Apabila pengembangan kognitif tertentu, yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi
yang terdapat dalam buku teks pelajaran dipandang masih kurang maka buku
pengayaan pengetahuan seharusnya melengkapi kekuranglengkapan
kemampuan tersebut.
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan
bagi pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik
pengetahuan lahiriyah maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini

10
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya
agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.
Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku-buku yang dapat
mengembangkan pengetahuan (knowledge development) pembaca, bukan sebagai
science (baik untuk ilmu pengetahuan alam maupun sosial) yang merupakan
bidang kajian. Buku pengayaan pengetahuan berfungsi untuk memerkaya
wawasan, pemahaman, dan penalaran pembaca. Buku pengayaan pengetahuan
bagi pelajar akan berhubungan dengan upaya-upaya memerkaya pencapaian
tujuan pendidikan secara umum.
Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku yang mampu
memberikan tambahan pengetahuan kepada pembacanya, baik yang
bersentuhan langsung dengan materi yang dipelajari dalam lembaga
pendidikan maupun di luar itu. Dalam konteks lembaga pendidikan, buku
pengayaan akan memosisikan peserta didik agar beroleh tambahan
pengetahuan dari hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku teks
pelajaran tidak diperoleh informasi pengetahuan yang lebih lengkap dan luas
sebagaimana tertuang dalam buku pengayaan.
Buku pengayaan pengetahuan di antaranya memiliki fungsi pengaya
pengetahuan, yaitu (1) dapat meningkatkan pengetahuan (knowledge) pembaca;
dan (2) dapat menambah wawasan pembaca tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Contoh-contoh judul buku yang termasuk ke dalam jenis
buku pengayaan pengetahuan di antaranya:
 Tanaman Obat Penyembuh Ajaib yang ditulis oleh Herminia de Guzman-Ladion.
 Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis yang ditulis oleh Eddy Prahasta.
 Pemugaran Candi Tikus yang ditulis oleh Sri Sugiyanti, dkk.

11
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
b. Buku Pengayaan Keterampilan
Istilah keterampilan seringkali diasosiasiasikan dengan kemampuan
psikomotorik, sebagai suatu istilah yang mengarah pada makna penerapan dari
kemampuan pengetahuan dan sikap seseorang. Dalam konteks pengembangan
kemampuan seseorang terdapat empat bidang kemampuan utama manusia,
yakni (l) kemampuan dasar; (2) kemampuan umum; (3) kemampuan vokasional
dan (4) kemampuan akademis.
Keterampilan merupakan suatu kemampuan dasar dalam melaksanakan
tugas. Kemampuan tersebut disebut sebagai keterampilan-keterampilan awal
yang sifatnya esensial yang harus dikuasai sebelum mencapai kemampuan
yang lebih tinggi. Kemampuan menghitung, mencari hubungan antara ruang
dan waktu; memberikan nama; mengkomunikasikan dengan yang lain adalah
contoh kemampuan dasar (Semiawan, l988:17-18). Pada sisi lain istilah
keterampilan juga mengarah pada kecakapan vokasional yang ditandai dengan
penerimaan dan peningkatan kecakapan yang bersifat praktis. Kecakapan ini
berhubungan dengan keterampilan pekerjaan, sekalipun dalam tahapan yang
paling awal seperti pra-karya. Namun, lebih jauh kemampuan ini mengarah
pada kekhususan atau kejuruan (Saodih: 2004:34).
Berdasarkan dua pandangan tersebut, maka dapat dikombinasikan
bahwa keterampilan itu adalah suatu kemampuan dasar yang ada dan
dikembangkan dari potensi individu untuk diterapkan dalam aktivitas hidup
sehari-hari ataupun aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat
praktis, yang melibatkan kemampuan dalam menghitung, memberi nama,
memberikan hubungan antara ruang, dan waktu, dan mengkomunikasikannya
pada orang lain.
Dalam kaitan ini, yang dimaksud dengan buku pengayaan keterampilan
adalah buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan
meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan

12
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang
dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan
menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan
kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara
praktis.
Buku pengayaan keterampilan tersebut dibuat untuk menjadi bahan
bacaan bagi seluruh peserta didik, para pendidik, para pengelola pendidikan
dan anggota masyarakat lainnya yang meminati dan menginginkan
kemampuan dasarnya menjadi bertambah kaya, khususnya dalam kecakapan
praktis yang dibutuhkan dalam hidupnya. Contoh judul buku yang termasuk ke
dalam jenis pengayaan keterampilan di antaranya:
 Membuat Mesin Tetas Elektronik oleh Kelly S, Penerbit Kanius, Tahun l995.
 Petunjuk Perawatan Anggrek oleh Ir. Hadi Iswanto, Penerbit PT. Agromedia
Pustaka, Tahun l998.
 Cetak Sablon untuk Pemula oleh Guntur Nusantara, Penerbit PT Puspa Swara
Tahun 2003;
 Memperbaiki TV dan Radio oleh Yosalfa, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2000;

c. Buku Pengayaan Kepribadian


Sebelum menulis buku pengayaan kepribadian, seorang penulis
seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar kepribadian yang akan
dikembangkan sebagai rencana pengayaan dan peningkatan kualitas
kepribadian pembaca. Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan
seharusnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, baik dari segi
konsep dasar maupun perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar
kepribadian yang dimaksud, harus dapat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan,
baik secara secara personal maupun kolektif. Nilai-nilai kemanusiaan
maksudnya bahwa materi yang disajikan dapat membangun dan menguatkan

13
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
mental-emosional pembaca, mendorong kedewasaan pribadi, membangun
kewibawaan dan percaya diri, mengembangkan keteladanan, mendorong sikap
empati, dan mengembangkan kecakapan hidup.
Beberapa ahli menyampaikan pandangan mereka tentang konsep dasar
kepribadian. Menurut Crowl, Kamensky, dan Podell (1997) kepribadian adalah
the collection of attributes, including attitudes, traits, behavior patterns an values that
characterize an individual. Sementara itu, menurut Allport (dalam Sujanto, Lubis
dan Hadi, 1999), personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical system, that determines his unique adjustment to his environment.
Menurut Prince (dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the sum total
of all the biological innate disposition, impulses, tendencies, appetites, instinc of
individual and the acquired dispositions and tendencies acquired by experience.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kepribadian
itu merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari suatu sistem psikofisik (jiwa-
raga), bersifat kompleks, serta ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam dan luar
individu, yang secara keseluruhan tercermin dalam tingkah laku individu yang
unik.
Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan dalam buku-buku
pengayaan kepribadian juga mengacu kepada “insan Indonesia cerdas dan
kompetitif”. Tentu saja hal ini harus sesuai dengan lingkungan sosial budaya
Indonesia. Dalam konteks ini, “insan Indonesia cerdas dan kompetitif ” merupakan
pribadi yang cerdas spiritual dan kematangan beragama, cerdas emosional dan
sosial, serta cerdas intelektual. Selain itu, buku yang ditulis juga mendorong
kecerdasan kinestetik (karya) dan mampu membangun jiwa produktif dan
kompetitif.
Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat
meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari
perspektif buku pendidikan, buku pengayaan kepribadian diharapkan dapat

14
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Pemaknaan buku
pengayaan kepribadian adalah mampu meningkatkan kualitas kepribadian
pembaca, selain yang tertuang di dalam tujuan pendidikan. Pada akhirnya,
buku pengayaan kepribadian diharapkan juga dapat memosisikan pembaca
dalam kerangka pembentukan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
berwibawa, dan menjadi teladan bagi sesamanya dari hasil membaca buku-
buku tersebut yang dalam buku pelajaran tidak diperoleh uraian dan contoh
yang lebih lengkap dan luas.
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang
dapat memerkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin
pembaca. Buku pengayaan kepribadian berfungsi sebagai bacaan bagi peserta
didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lain pada umumnya
yang dapat memerkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin.
Contoh-contoh judul buku pengayaan kepribdian di antaranya:
 Merakit dan Membina Keluarga Bahagia oleh W. Jay Batra dkk.
 Membangun Kreativitas oleh Anna Craft.
 Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata.
 Pedang Raja oleh Yaseoulrok.

2. Buku Referensi
Buku referensi merupakan buku yang berisi materi yang dapat
digunakan untuk mendapatkan jawaban atas kejelasan pengetahuan tentang
sesuatu hal. Penyajian materi pada jenis buku ini disusun secara sistematis
sehingga pembaca dapat menemukannya secara cepat dan tepat. Buku referensi
biasanya memberikan informasi dasar yang menjadi rujukan ketika orang
berusaha memahami suatu istilah atau konsep, baik tentang sesuatu yang
umum atau sesuatu yang bersifat khusus (dalam suatu bidang keilmuan
tertentu).

15
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Jenis buku-buku referensi bermacam-macam. Namun, pada umumnya
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok buku referensi yaitu kamus,
ensiklopedia, dan peta atau atlas. Beberapa jenis lainnya seperti standar instalasi
kelistrikan dan mesin otomotif, tabel logaritma, kumpulan data-data statistik,
dan sebagainya dapat juga dikelompokan sebagai buku referensi.

a. Ensiklopedia
Seorang penulis buku ensiklopedia harus memahami konsep dasar buku
referensi agar kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dapat
digunakan pembaca secara tepat. Ensiklopedia merupakan suatu karya acuan
yang disajikan dalam sebuah (atau beberapa jilid) buku yang berisi keterangan
tentang semua atau suatu cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni atau yang
merangkum secara komprehensif suatu cabang ilmu dalam serangkaian artikel
yang tajuk subjeknya disusun menurut abjad atau alfabetis.
Ensiklopedia biasanya terdiri atas sekumpulan artikel tentang subjek
secara terpisah dan mandiri. Penyajian tajuk subjek disusun menurut abjad
untuk memudahkan penggunaannya. Ensiklopedia disusun berdasarkan
klasifikasi subjek, atau gabungan antara klasifikasi subjek dan urutan abjad,
terutama pada ensiklopedia khusus. Ensiklopedia yang baik biasanya
dilengkapi dengan contoh, foto, gambar atau ilustrasi yang menarik untuk
memperjelas pengertian dari suatu lema (entry).
Ensiklopedia yang memuat semua cabang pengetahuan disebut
ensiklopedia umum. Ensiklopedia umum merupakan suatu karya universal
yang ditujukan untuk menyediakan ringkasan komprehensif semua cabang
pengetahuan, ilmu, teknologi, seni dan lainnya. Ensiklopedia yang memuat
atau membahas hanya satu aspek atau satu disiplin ilmu disebut ensiklopedia
khusus. Ensiklopedia khusus cakupannya dibatasi hanya pada satu bidang ilmu
tertentu atau beberapa bidang terkait, misalnya ensiklopedia botani,

16
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
ensiklopedia pendidikan, ensiklopedia arsitektur, ensiklopedia dunia medis,
ensiklopedia transportasi, dan sebagainya.
Karakteristik dari suatu ensiklopedia di antaranya adalah (1) lema
disusun secara alfabetis atau mengikuti suatu sistem tertentu yang logis secara
keilmuan; (2) penjelasan lema disertai dengan gambar-gambar yang menarik,
relevan dan informatif dengan lema yang dibahas; (3) lema memiliki tingkat
kekomplitan yang tinggi atau sangat lengkap; (4) setiap lema dibahas secara
komprehensif; (5) seluruh lema yang disajikan konsisten dengan bidang bahasan
ensiklopedia tersebut; dan (6) ensiklopedia dilengkapi dengan glosarium,
indeks dan daftar pustaka. Contoh-contoh judul buku ensiklopedia di
antaranya:
 Encyclopedia Americana oleh Americana Corporation
 Ensiklopedia Botani
 Ensiklopedia Arsitektur
 Ensiklopedia Antariksa

b. Kamus
Seorang penulis buku jenis kamus perlu memahami hakikat buku jenis ini
secara menyeluruh. Kamus merupakan sebuah buku acuan yang berisi kata
sebagai lema pokoknya yang disusun menurut abjad dengan disertai keterangan
tentang maknanya. Banyak sekali ragam kamus ini, namun yang dimaksud
dengan kamus pada umumnya adalah „kamus bahasa‟ atau „kamus ekabahasa‟
sehingga lema yang disajikan mencakup seluruh kosakata atau ungkapan suatu
bahasa, yang dilengkapi dengan keterangan penjelasan tentang bentuk, kelas,
pelafalan, fungsi, etimologi, makna, serta pemakaiannya dalam kalimat atau
ungkapan. Dengan demikian, penyusunan kamus hampir selalu berpedoman
pada kaidah leksikografi sehingga umumnya dimulai dari kata yang menjadi

17
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
lema pokok, kemudian diikuti oleh penggunaannya secara fungsional dan
semantik.
Lema dalam kamus biasanya dilengkapi dengan sub-lema seperti kata
bentukan dari lema pokok dan dilengkapi juga dengan contoh-contoh
penggunaan kata tersebut. Penjelasan atas lema biasanya juga diikuti dengan
referensi silang (cross reference) untuk kata-kata yang memiliki kesamaan atau
kemiripan makna.
Secara umum kamus dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok kamus
bahasa dan kelompok kamus istilah. Kata dalam kamus bahasa dijelaskan
dengan memerhatikan penggunaannya secara kontekstual, jadi sebagai unsur
dalam kalimat atau paragraf.
Di samping kamus ekabahasa, terdapat pula bentuk kamus yang
menyajikan setiap kosakata dalam suatu bahasa kemudian disajikan padanan
dan penjelasannya dalam bahasa lain sebagai bahasa sasaran. Oleh karena
menggunakan dua bahasa, kamus jenis seperti itu sering dinamakan „kamus
dwibahasa‟. Adakalanya sebuah buku kamus secara khusus hanya memuat
senarai kata teknis dalam satu bahasa dan padanan istilahnya dalam bahasa lain
tanpa penjelasan apa-apa, sehingga memang lebih tepat disebut „senarai istilah‟.
Kamus yang termasuk ke dalam kategori kamus bahasa, misalnya kamus
bahasa Indonesia, kamus bahasa Indonesia-daerah, kamus bahasa Indonesia-
bahasa asing. Sebuah kamus yang baik ditandai oleh tingkat kekomplitan dan
banyaknya lema yang dibahas dalam kamus tersebut. Selain itu tentu saja
tingkat akurasi kamus dalam menjelaskan lema, dan kelengkapan atau
komprehensifnya kamus meliputi sub-lema yang digunakan di masyarakat.
Selain kamus bahasa, ada juga kamus istilah yang merupakan kamus
khusus yang lema pokoknya hanya terdiri atas sekumpulan istilah. Lema yang
disajikan didefinisikan sebagai kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau
lambang, dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,

18
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
keadaan, atau sifat yang khas dalam suatu bidang pengetahuan, ilmu, dan
teknologi atau seni. Definisi lema sebagai suatu istilah dilengkapi dengan
penjelasan teknis.
Kamus yang baik biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) lema
disusun secara alfabetis; (2) memiliki jumlah lema yang lengkap dan komplit; (3)
mudah untuk digunakan dengan ditandai secara khusus lema awal dan akhir di
setiap halaman; (4) menempatkan posisi lema dan font yang mudah digunakan;
(5) memiliki akurasi pengertian yang disajikan pada setiap lema. Contoh-contoh
judul kamus di antaranya adalah:
 Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta;
 Kamus Inggris-Indonesia karangan Jhon Echols dan Hasan Sadili;
 Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana;
 Kamus Istilah Politik karangan Tony Rachmadie dkk.

c. Atlas atau Peta


Peta merupakan jenis buku referensi yang berisi informasi atau data
tentang suatu wilayah yang dilengkapi oleh lambang-lambang lain. Peta dapat
berupa peta daerah biasa dengan batas-batas administratif kecamatan,
kota/kabupaten atau provinsi tertentu. Pada peta biasanya disajikan peta kontur
yang dilengkapi dengan informasi ketinggian lokasi dari permukaan laut.
Bentuk lain dari peta di antaranya peta bathimetri, yaitu peta yang berisi
informasi tentang kedalaman laut. Selain itu, peta dapat pula berupa tata guna
lahan, atau peta GIS (Geographical Information System), serta bentuk peta lainnya.
Dalam sebuah peta, biasanya nama kota atau lokasi merupakan lema atau
entry yang perlu mendapatkan penjelasan sebagai suatu legenda. Penyajian peta
selain dengan menggunakan skala perbandingan juga digunakan pewarnaan
dan perlambangan geometri yang sudah baku digunakan.

19
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Kumpulan dari peta yang dibukukan disebut atlas. Peta atau atlas yang
baik harus berisi kandungan atau content yang benar, lengkap, up-to-date
(terkini) dan digambarkan dengan kriteria geometri yang benar. Peta juga perlu
dilengkapi dengan simbol dan keterangannya dalam bentuk legenda.
Kriteria peta yang baik di antaranya memenuhi syarat: (1) memiliki
keakuratan dan keterkinian penempatan lema; (2) memenuhi kaidah geometri,
di antaranya skala dan posisi latitude; (3) memiliki ketepatan penggunaan
simbol-simbol yang standar; (4) mencantumkan legenda dan indeks untuk
memudahkan pencarian lema. Contoh judul-judul peta atau atlas di antaranya:
 Atlas Provinsi Jawa Barat
 Atlas Provinsi Kepulauan Riau
 Peta Samudra Indonesia

d. Jenis Referensi Khusus


Selain ketiga jenis buku referensi di atas, terdapat pula jenis referensi khusus
yang merupakan suatu ketentuan yang dibukukan dan mungkin saja dilengkapi
dengan penafsiran penulis. Penafsiran ini merupakan hasil berpikir kreatif
penulis tentang ketentuan tersebut. Jenis buku referensi ini di antaranya adalah
kitab suci dan peraturan perundang-undangan.
Kitab suci merupakan jenis buku referensi yang menjadi rujukan bagi
pemeluk agama dari kitab suci tersebut. Kitab suci berarti buku yang diyakini
suci oleh pemeluknya dan dijadikan sebagai rujukan dalam beribadah. Kitab
suci yang kita kenal, di antaranya Al Quran sebagai kitab suci bagi pemeluk
agama Islam, Injil kitab bagi pemeluk agama Kristiani, Veda kitab bagi pemeluk
agama Hindu, dan kitab Tripitaka bagi pemeluk agama Budha. Kitab suci
digunakan sebagai rujukan dalam beribadah oleh para pemeluknya. Kitab suci
dijadikan sebagai buku yang sangat berharga oleh pemeluknya sehingga mereka
menjaga dan melaksanakan isi kitab tersebut.

20
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Jenis buku referensi yang berisi materi tentang peraturan dan perundang-
undangan. Buku jenis ini biasanya merupakan penggandaan dari suatu
ketentuan atau peraturan yang berlaku. Isi buku ini biasanya menyajikan materi
ketentuan hukum dan dilengkapi dengan penjelasannya agar tidak
menimbulkan salah tafsir dari pengguna. Mungkin juga penulis menambahi
dengan berbagai hal kreatif dari ketentuan perundangan-undangan tersebut.
Jenis buku referensi yang berisi peraturan ini di antaranya, Undang-
undang Dasar 1945, Undang-undang yang mengatur suatu ketentuan dalam
bidang tertentu, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, peraturan daerah,
atau keputusan lain yang mengikat suatu komunitas masyarakat. Terdapat pula
jenis buku referensi yang dijadikan sebagai rujukan dalam mengatur hukum
kehidupan suatu bangsa, misalnya KUHP.
Selain itu, terdapat pula buku referensi yang mengatur suatu organisasi
atau lembaga berbadan hukum, baik untuk kepentingan aktivitas internal
maupun eksternal organisasi itu, misalnya ketentuan tersebut dituangkan dalam
bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau dalam bentuk
statuta.

3. Buku Panduan Pendidik


Buku panduan pendidik merupakan buku yang memuat prinsip,
prosedur, deskripsi materi pokok, atau model pembelajaran yang dapat
digunakan oleh para pendidik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi
sebagai pendidik. Dalam pengertian yang lebih luas, buku panduan pendidik
adalah buku yang materi atau isinya dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Materi atau isi buku dapat
berupa teori-teori yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum,
metode pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, penelitian

21
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
pendidikan, atau jenis lain yang terkait dengan tugas profesional pendidik
dan/atau tenaga kependidikan.
Jenis buku panduan pendidik dapat dikelompokan ke dalam bidang-
bidang pendidikan dan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh pendidik
dan/atau tenaga kependidikan. Oleh karena itu, materi atau isi buku panduan
pendidik dapat berupa:
1) Pembahasan materi yang berhubungan dengan pedoman pendidikan dan
pembelajaran, yaitu materi atau isi buku berupa panduan dalam
pengembangan kurikulum menjadi silabus, rencana proses pembelajaran,
atau manajemen pendidikan pada umumnya.
2) Pembahasan materi yang berhubungan dengan metode pembelajaran yaitu
materi atau isi yang menjabarkan model, pendekatan, metode, teknik, dan
strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman atau
panduan bagi pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3) Pembahasan materi yang berhubungan dengan penggunaan media
pembelajaran yaitu materi atau isi buku berupa proses pembuatan atau
pemanfaatan media pembelajaran yang dilengkapi model atau teknik
pembuatan dan pemanfaatan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran.
4) Pembahasan materi yang berhubungan dengan evaluasi pembelajaran yaitu
materi atau isi buku panduan menjabarkan langkah-langkah kegiatan
evaluasi pembelajaran atau evaluasi pendidikan sesuai dengan
perkembangan teori pembelajaran dan teori pendidikan terkini.
5) Pembahasan materi yang berhubungan dengan penelitian pendidikan yaitu
materi atau isi buku menjabarkan langkah-langkah penelitian, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan hasil dengan
mengemukakan model, pendekatan, metode, dan teknik penelitian yang
dapat dilaksanakan di dunia pendidikan.

22
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
a. Pendidikan & Pembelajaran
Seorang penulis buku pendidikan dan pembelajaran harus memiliki
kompetensi bidang pendidikan dan pembelajaran. Kompetensi ini dapat
diperoleh melalui kegiatan akademik maupun berdasarkan pengalaman dalam
melaksanakan pembelajaran. Konsep dasar tentang pendidikan, baik secara
makro maupun secara mikro dapat disajikan sebagai buku panduan pendidik.
Sesuai dengan jenis buku panduan, maka deskripsi teoretis yang disajikan
dalam jenis buku ini harus dilengkapi pula dengan prosedur atau langkah-
langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam melaksanakan pendidikan
dan pembelajaran berdasarkan teori pendidikan dan pembelajaran yang
disajikan.
Pada dasarnya salah satu proses pendidikan adalah belajar. Belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku, dari yang tidak tahu atau tidak bisa
menjadi tahu atau bisa. Gagne (1984) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses suatu organisma (seseorang) berubah prilakunya sebagai akibat dari
suatu pengalaman. Perubahan prilaku ini tentu saja memerlukan waktu yang
bervariasi setiap individu, sehingga proses belajar seseorang akan memerlukan
waktu berbeda dengan yang lainnya dalam suasana yang serupa. Perubahan
prilaku berbeda dengan perubahan fisik atau perubahan kematangan psikologis
yang bersifat alamiah. Dengan demikian perubahan prilaku yang terjadi karena
perubahan fisik atau perubahan kematangan bukan tergolong ke dalam belajar.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang
(pendidik) agar terjadi proses belajar dari seseorang (peserta didik).
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan seorang pendidik untuk
menyediakan suatu kondisi agar peserta didik melakukan proses belajar. Belajar
dan pembelajaran selalu dilakukan oleh peserta didik dan pendidik dalam suatu
situasi, baik formal, informal, maupun dalam situasi nonformal. Dengan
demikian proses pembelajaran merupakan suatu proses yang sengaja dilakukan

23
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
oleh seseorang agar seseorang dapat melakukan suatu proses belajar. Untuk
beroleh kejelasan lebih mendalam tentang belajar diperlukan pemahaman
tentang teori-teori belajar. Dengan memahami teori-teori belajar yang dilakukan
seseorang pendidik akan dapat melakukan proses pembelajaran berdasarkan
konsepsi tentang belajar.
Buku-buku panduan pendidik khususnya jenis pendidikan dan
pembelajaran seharusnya menyodorkan implementasi dari konsep teoretis yang
dapat diikuti secara nyata oleh para pendidik. Jika buku tentang pendidikan dan
pembelajaran tidak dilengkapi dengan model implementasi maka buku tersebut
akan menjadi buku pengayaan pengetahuan untuk pendidik. Oleh karena itu,
buku jenis pendidikan dan pembelajaran yang baik seharusnya memiliki
karakteristik: (1) materi dapat memandu pendidik dalam mempermudah proses
pembelajaran; (2) memuat bentuk-bentuk pembelajaran (model, pendekatan,
metode, teknik, dan strategi pembelajaran) yang dapat membantu pendidik
dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif; (3) memberikan pedoman
yang mengarahkan variasi dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.
Contoh-contoh judul buku pendidikan dan pembelajaran di antaranya:
 Mendidik Anak dengan Cerita ditulis oleh Abdul Aziz Abdul Majid
 Pembelajaran Cerpen melalui Dramatisasi
 Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Sains

b. Media Pembelajaran
Penulis buku panduan pendidik dengan gagasan utama yang
berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran seharusnya memahami
tentang konsep dasar belajar dan pembelajaran. Pada dasarnya belajar
merupakan proses internal dalam diri manusia, sehingga pendidik bukanlah
merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu
komponen dari sumber belajar.

24
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah merupakan proses
komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi
atau materi ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik
verbal (kata-kata & tulisan) maupun non-verbal. Proses ini dinamakan encoding,
sedangkan pemaknaan dan penafsiran atas simbol-simbol komunikasi tersebut
oleh peserta didik dinamakan decoding. Dalam melakukan penafsiran bias
berhasil atau tidak bergantung pada kemampuan memahami apa yang
didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Jika dalam pembelajaran banyak
verbalisme maka peserta didik akan semakin abstrak dalam pemahaman materi
yang diterima. Oleh karena itu, sangat diperlukan kehadiran media
pembelajaran. Dalam diagram Cone of Learning dari Edgar Dale (1981) secara
jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan dan
pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki manfaat untuk (1) memperjelas pesan agar
tidak terlalu verbalistis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan
daya indra; (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara
peserta didik dengan sumber belajar; (4) memungkinkan peserta didik untuk
belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan
kinestetiknya; dan (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama antar peserta didik.
Buku tentang media pembelajaran banyak sekali ragamnya, bergantung
pada berbagai media pembelajaran dan mata pelajaran yang diajarkan di
lembaga pendidikan. Misalnya, media kaset audio, merupakan media auditif
yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti
pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing
media ini tergolong tepat karena jika secara langsung diberikan tanpa media
sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan
sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya

25
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing,
sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula.
Buku tentang media pembelajaran yang baik memiliki karakteristik
berikut: (1) memuat tentang proses pembuatan dan/atau pemanfaatan media
pembelajaran yang benar dan sesuai dengan perkembangan teori-teori media
pembelajaran mutakhir; (2) memuat tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model atau teknik memanfaatkan media yang sesuai dengan
kondisi sekolah. Contoh-contoh topik buku jenis ini adalah:
 Penggunaan Media Audio-Visual dalam Pembelajaran Drama
 Membuat Media Pembelajaran Sederhana
 Pemanfaatan Sumber-sumber Lokal dalam Pembelajaran Sosiologi

c. Evaluasi Pembelajaran
Seorang penulis buku panduan pendidik yang akan menulis buku
evaluasi pembelajaran seharusnya memahami konsep dasar pembelajaran.
Dengan merujuk pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem
yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan (input), proses dan keluaran
atau hasil (output), maka minimal terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan
sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses, dan keluaran
atau hasil pembelajaran (Jutmini et.all., 2007: 6).
Evaluasi atas masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi
karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana
pembelajaran, karakteristik dan kesiapan pendidik, kurikulum dan materi
pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran, serta
keadaan lingkungan tempat pembelajaran berlangsung. Evaluasi terhadap
proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang
dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang

26
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar peserta didik. Evaluasi
terhadap hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan
instrumen evaluasi untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai hasil
belajar atau penguasaan kompetensi setiap peserta didik.
Terkait dengan ketiga jenis evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktik
pembelajaran secara umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan
pada evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil
belajar atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan
komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Evaluasi kedua jenis
komponen ini dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya, informasi tentang kekuatan
dan kelemahan pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam
memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik di atas, maka dalam menulis buku evaluasi
pembelajaran seharusnya terpenuhi karakteristik: (1) memuat langkah-langkah
evaluasi yang benar dan sesuai dengan perkembangan teori evaluasi; (2) berisi
model-model evaluasi yang dapat diterapkan untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran, baik terhadap masukan, proses, maupun hasil pembelajaran.
Contoh-contoh topik buku jenis ini:
 Merancang Instrumen Evaluasi Belajar
 Menerapkan Evaluasi Proses Pembelajaran
 Mengevaluasi Hasil Belajar
 Memvalidasi Evaluasi Hasil Belajar

d. Penelitian Pendidikan
Seorang penulis buku panduan pendidik, khususnya yang berhubungan
dengan penelitian pendidikan perlu memahami konsep penelitian dan konsep

27
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
pendidikan dan pembelajaran. Penelitian bagi pendidik akan sangat berguna
dalam mencari jawaban atas persoalan atau kesulitan yang dialami selama
melaksanakan pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan pendidik akan
sangat berguna bagi perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya
sebagai bentuk perbaikan yang terus-menerus. Berkaitan dengan jenis buku
panduan pendidik, maka jenis-jenis penelitian pendidikan yang sesuai sebagai
panduan bagi pendidik adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif
analistis, dan penelitian kuasi eksperimen atau eksperimen semu.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan pendidik
untuk mengintervensi dunianya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang dilakukan oleh
pendidik atau tenaga kependidikan yang ditujukan untuk meningkatkan situasi
pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya (Suwarsih Madya, 2007).
Dengan demikian penelitian tindakan kelas dilakukan pendidik dalam proses
pembelajaran yang alamiah di kelas sesuai dengan jadwal pelajaran, bersifat
situasional, kontekstual, relevan dengan fungsi pendidik. Oleh karena situasi
kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula,
maka peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika sekolah. Penelitian
tindakan kelas menggunakan peserta didik sebagai subjek penelitian dan untuk
menjaga objektivitas dapat menggunakan guru sejenis untuk berkolaborasi.
Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antar-konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian.
Hubungan antar-konsep itu ditunjukkan dalam sebuah hubungan. Setiap
konsep yang kembangkan sebagai variabel penelitian harus dapat menunjukkan
beberapa indikator empirik yang ada di lapangan (Agus Salim, 2007). Oleh
karena itu, penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat menggunakan
indikator (a) kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran di
dalam kelas (b) penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas,

28
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
dan (c) kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu
di kelas.
Penelitian lain yang berhubungan dengan tugas mengajar adalah
penelitian yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi pendidik
dan peningkatan mutu pembelajaran. Penelitian ini dapat mengkaji penggunaan
metode pembelajaran yang baru, metode penilaian atau upaya lain dalam
rangka memecahkan masalah yang dihadapi pendidik atau dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran (Sulipan, 2007). Kegiatan penelitian seperti
itu dapat disebut penelitian deskriptif analitis yang berorientasi pemecahan
masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
Penelitian sejenis yang berhubungan dengan tugas pendidik adalah
eksperimen semu (Quasy Experimental Research). Kegiatan penelitian ini
bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan, tindakan, atau treatment
pendidikan terhadap tingkah laku peserta didik atau menguji hipotesis tentang
ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain
(Supardi, 2007). Dengan demikian tujuan penelitian eksperimen semu adalah
untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu
kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan
perlakuan berbeda.
Berdasarkan karakteristik penelitian yang dapat dilakukan pendidik di
atas, maka buku panduan pendidik untuk jenis penelitian pendidikan
seharusnya memenuhi kriteria: (1) berisi panduan atau langkah-langkah dalam
melakukan penelitian tindakan, deskriptif (analiatik dan verifikatif), dan
penelitian kuasi eksperimen yang benar dan sesuai dengan perkembangan
konsep penelitian; (2) petunjuk tentang model, pendekatan, metode, teknik
penelitian yang sesuai dengan kontekstual. Contoh-contoh topik yang dapat
ditulis menjadi buku panduan penelitian pendidikan misalnya:

29
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
 Menerapkan Penelitian Tindakan Kelas
 Melaksanakan Penelitian Kuasi Eksperimen
 Merancang dan Melaksanakan Penelitian Deskriptif
 Prosedur Pelaksanaan Penelitian sambil Mengajar

C. Bentuk Buku Nonteks Pelajaran


Bentuk tulisan untuk buku nonteks pelajaran dapat berupa tulisan
orisinal, terjemahan, atau saduran. Tulisan orisinal dapat disusun atas dasar
pengalaman, penelitian, atau pengamatan tentang sesuatu hal. Untuk
melengkapi tulisan bentuk ini seorang penulis harus memiliki kompetensi dan
kemampuan diri mengolah potensi yang dimiliki atau kepemilikan berbagai
referensi yang sangat mendukung bagi kelengkapan tulisan buku nonteks
pelajaran.
Bentuk tulisan terjemahan merupakan bentuk penulisan buku yang
mengalihbahasakan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Ketentuan
tentang penerjemahan ini diatur dalam bentuk pengalihan hak cipta (copy right)
oleh penerbit. Biasanya, penerbit yang berkeinginan untuk menerjemahkan
suatu buku menyampaikan permohonan terlebih dahulu kepada penerbit asing.
Berdasarkan kesepakatan di antara keduanya maka terciptalah bentuk tulisan
buku nonteks pelajaran sebagai hasil terjemahan.
Selain bentuk tulisan terjemahan, terdapat pula bentuk buku saduran.
Bentuk ini lebih kontekstual karena beberapa hal yang diangkat dari buku
aslinya dilakukan penyesuaian dengan kondisi atau kebutuhan penerbitan buku
tersebut. Bentuk tulisan saduran ini dikembangkan berdasarkan ketentuan
penerbitan yang disepakati. Materi atau isi buku saduran mengalami
penyuntingan khusus, baik untuk mengurangi hal-hal yang kurang sesuai
dengan kondisi Indonesia maupun menambah beberapa bagian yang dianggap
sangat penting dalam melengkapi penerbitan buku tersebut.

30
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Berdasarkan penyajian suatu tulisan, penulis buku nonteks pelajaran
dapat menggunakan penyajian bentuk kisahan, bahasan, alasan, lukisan, atau
cakapan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Yus Rusyana (1984:135, 210) yang
menyatakan bahwa jika dilihat dari penyajiannya terdapat bacaan atau
karangan berjenis kisahan, lukisan, cakapan, bahasan, dan alasan. Dalam bacaan
kisahan atau sering disebut narasi terdapat rangkaian peristiwa yang
mengandung pelaku, perilaku, dan latar. Dari segi keterjadiannya dalam ruang
dan waktu, bentuk tulisan kisahan dibedakan atas yang faktual dan rekaan.
Penyajian bentuk tulisan ini bergantung pada jenis buku yang ditulis dan
tujuan penulisan buku nonteks pelajaran. Bentuk pengisahan dapat dipilih
penulis jika akan menyajikan tulisan berupa buku pengayaan kepribadian,
misalnya jika akan menulis novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, drama,
atau biografi dan autobiografi. Bentuk bahasan dapat dipilih penulis jika
bermaksud menulis buku pengayaan pengetahuan. Namun demikian, dalam
suatu buku yang ditulis tidak mungkin hanya digunakan satu bentuk tulisan
melainkan menggunakan bentuk lainnya, tetapi yang dominan digunakan
mungkin hanya salah satu bentuk tulisan.

31
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
BAB 3
BAHAN DAN MATERI

Banyak bahan yang dapat dijadikan sebagai gagasan awal untuk menulis
buku nonteks pelajaran. Bahan yang berhubungan dengan bidang keilmuan,
misalnya ilmu pertanian, kesehatan, pendidikan, hukum, sains, humaniora,
keagamaan, rekayasa, sastra, ekonomi, psikologi, seni dan budaya. Bahan yang
berhubungan dengan mata pelajaran di satuan pendidikan, misalnya agama,
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa asing, matematika, biologi, fisika,
kimia, sosiologi dan antropologi, geografi, ekonomi, sejarah, olahraga dan
kesehatan, keterampilan, dan kesenian. Bahan yang berhubungan dengan
pengembangan kompetensi peserta didik, pendidikan dan pengajaran,
implementasi teori pembelajaran dan teori belajar, proses belajar, manajemen
kelas, media pembelajaran, dan evaluasi pendidikan dan pembelajaran. Bahan-
bahan tersebut dapat digunakan sebagai gagasan awal dalam menulis buku
nonteks pelajaran.
Dalam mengangkat bahan-bahan tersebut menjadi buku nonteks
pelajaran selayaknya penulis bersungguh-sungguh berlandaskan pada konteks
ke-Indonesia-an sehingga dapat memperkokoh nasionalisme dan memperkuat
karakter bangsa Indonesia. Bahan tulisan buku nonteks pelajaran dapat dikemas
penulis dengan tetap mempertahankan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
bukan untuk melemahkan kekayaan budaya dan alam Indonesia. Kekayaan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran,
kebaikan, keindahan, keimanan dan ketaqwaan, kemuliaan dan keadilan,
kesabaran, dan keuletan merupakan bagian yang harus melandasi bahan-bahan
yang ditulis menjadi buku nonteks pelajaran.
Selain itu, bahan-bahan tulisan sebagaimana di atas selayaknya
dihubungkan dengan alam hayati, alam fisik, masyarakat, budaya, dan
32
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
kegiatan-kegiatan yang berharga dari karakter bangsa Indonesia. Kondisi alam
fisik, hayati, masyarakat, dan budaya itu selayaknya benar-benar disajikan
secara aktual dengan berlandaskan pada kebanggaan dan rasa cinta tanah air.
Kekayaan alam Indonesia itu seharusnya menjadi dasar dalam memantapkan
nasionalisme para penulis buku nonteks pelajaran, sehingga dapat memberi
warna pada tulisan yang dihasilkannya.
Konteks Indonesia selain digunakan sebagai latar dalam mengemas
bahan penulisan buku nonteks pelajaran, dapat pula bahan-bahan tersebut
diangkat menjadi sumber inspirasi. Nilai-nilai luhur yang bersifat universal,
kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai positif, potensi sumber daya Indonesia,
pemikiran positif tentang belajar, atau bahkan hal-hal yang berhubungan
dengan hakikat tujuan hidup dapat digunakan sebagai bahan tulisan buku
nonteks pelajaran. Bahan-bahan tulisan itu diharapkan dapat memerkaya,
menjadi referensi, atau dapat digunakan sebagai panduan bagi pembacanya.

A. Nilai-nilai Luhur
Bahan yang berhubungan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Penulis
menyuguhkan gagasan untuk menjunjung nilai-nilai luhur yang bersifat
universal. Bahan ini dapat dikemas menjadi buku pengayaan, baik pengayaan
pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian. Selain itu, bahan tulisan ini
dapat pula digunakan sebagai bahan buku panduan pendidik dalam
menerapkan nilai-nilai luhur kepada peserta didik.

1. Keimanan dan Kataqwaan


Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan nilai yang melekat dengan
kehidupan religious bangsa Indonesia. Pelaksanaan kedua nilai ini
merupakan implementasi dari ajaran kehidupan beragama. Orang yang

33
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
bertaqwa diyakini karena ia mengimani Maha Pencipta, sehingga ia
melaksanakan perintah dan menghindari yang dilarang oleh Maha Pemurah.
Topik tentang nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan ini sangat menarik untuk
diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran, misalnya sebagai
buku pengayaan kepribadian.

2. Kemuliaan dan Keadilan


Nilai kemuliaan merupakan nilai yang dimiliki oleh pihak yang dihormati
atau dimuliakan oleh orang lain. Biasanya nilai kemuliaan itu melekat pada
sifat, karakter, kedudukan, atau jabatan seseorang. Nilai ini cenderung
menjadi yang didambakan semua orang. Nilai kemuliaan ini dapat dijadikan
sebagai bahan tulisan buku pengayaan kepribadian atau buku panduan
pendidik.
Nilai kemuliaan cenderung dekat dengan nilai keadilan. Seseorang yang
memiliki kemuliaan akan dihormati orang dan mampu menjaga nilai-nilai
keadilan. Nilai-nilai keadilan merupakan nilai yang menjadi harapan dan
dambaan banyak orang. Nilai keadilan dilakukan oleh penguasa dan
didambakan banyak orang. Kedua nilai ini, kemuliaan dan keadilan sebagai
nilai-nilai luhur yang patut menjadi topik dalam menulis buku nonteks
pelajaran, misalnya untuk buku pengayaan pengetahuan atau kepribadian.

3. Kebenaran
Nilai-nilai kebenaran merupakan nilai hakiki yang diakui oleh semua orang,
dirindukan semua orang, namun sering dipandang sesuatu yang sulit
dilakukan oleh seseorang yang berpikiran kerdil. Kebenaran merupakan
karakter dasar manusia yang diturunkan dari contoh perilaku malaikat,
sedangkan lawannya adalah kesalahan sebagai perilaku yang diwariskan

34
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
syetan. Kebenaran selalu menjadi tumpuan manusia ketika disadari bahwa
kesalahan tidak memberikan harapan kehidupan.
Nilai-nilai kebenaran ini dapat menjadi bahan atau materi tulisan buku
nonteks pengayaan. Dalam mengangkat topik kebenaran ini dapat dilakukan
dengan menggunakan penokohan fiksional maupun tokoh-tokoh simbolis
melalui cerita binatang (fabel).

4. Kebaikan
Nilai-nilai kebaikan dapat diangkat dari karakter manusia dan dapat pula
diangkat dari warisan budaya pendahulu kita. Nilai kebaikan ini merupakan
karakter yang diharapkan dan menjadi idaman semua pihak. Perbuatan yang
baik diyakini akan beroleh balasan yang baik, demikian pula sebaliknya
perbuatan yang jelek akan beroleh imbalan setimpal dengan perbuatan itu.
Nilai kebaikan merupakan nilai yang diyakini sebagai nilai universal dari
manusia, ia dicintai, diharapkan, dan dibutuhkan setiap manusia. Nilai-nilai
ini dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku pengayaan kepribadian, baik
dalam bentuk fiksi maupun bentuk fabel.

5. Keindahan
Nilai-nilai keindahan, baik indah secara fisik maupun nonfisik sebagai
sesuatu yang dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran.
Jika segala sesuatu yang indah merupakan alternatif dalam menyelesaikan
persoalan atau permasalahan maka topik tentang keindahan seharusnya
menjadi bahan tulisan penulisan buku nonteks pelajaran. Misalnya, penulis
mengangkat topik tulisan tentang betapa sangat indah jika menyelesaikan
sebuah konflik tidak dengan kekerasan melainkan dengan berdialog atau
bersilaturahim.

35
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
6. Kesabaran
Nilai kesabaran merupakan nilai yang sangat baik. Seseorang bersabar jika
mendapat cobaan, bersabar jika dihujat orang, bersabar dalam
menyelesaikan masalah, bersabar jika mengalami kesulitan. Kesabaran ini
sebagai obat penangkal sementara jika seseorang mengalami masalah atau
cobaan agar tidak mengatasinya dengan tidak baik. Bersabar tidak berarti
diam melainkan terus berusaha tidak pantang menyerah. Nilai-nilai ini dapat
dijadikan sebagai bahan penulisan buku nonteks pelajaran, misalnya buku
pengayaan pengetahuan atau kepribadian.

7. Keuletan
Nilai keuletan merupakan sikap seseorang yang tidak pantang meyerah
dalam berusaha atau menyelesaikan persoalan. Sekalipun yang telah
diusahakan masih belum beroleh hasil yang memuaskan ia tetap melakukan
kegiatan itu, secara sungguh-sungguh baik siang maupun malam. Nilai
keuletan ini merupakan nilai yang sangat baik untuk diangkat menjadi
bahan penulisan buku nonteks pelajaran, baik dalam bentuk buku
pengayaan pengetahuan, keterampilan, atau kepribadian.

8. Kejujuran
Nilai-nilai kejujuran merupakan nilai luhur yang sering didambakan orang.
Kejujuran adalah modal bermasyarakat yang sangat bernilai harganya. Jika
seseorang terbiasa berkata jujur, maka sepanjang hidupnya tidak akan
menanggung beban yang sangat berat. Kejujuran biasanya dijadikan criteria
dalam memilih orang. Bahkan pada Negara industry yang sudah maju, nilai
kejujuran ini merupakan karakter dalam bekerja. Demikian hebatnya nilai
kejujuran sebagai nilai-nilai luhur maka nilai ini sangat tepat jika diangkat

36
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
menjadi bahan buku nonteks pelajaran, misalnya buku pengayaan
pengetahuan dan kepribadian.

B. Konteks Keindonesiaan
Banyak bahan tulisan yang berhubungan dengan konteks keindonesiaan,
baik yang berhubungan dengan kehidupan beragama, tentang alam fisik, alam
hayati, masyarakat, atau nilai-nilai budaya. Bahan yang ditulis dapat hal-hal
yang ada pada saat ini atau visi Indonesia di masa yang akan datang, baik
berdasarkan pemikiran logis maupun memprediksi perkembangan yang akan
datang berdasarkan perkembangan saat ini.

1. Kehidupan Beragama
Seorang penulis dapat menjadikan kehidupan beragama yang ada di
Indonesia menjadi bahan tulisan. Kehidupan beragama itu berhubungan dengan
agama-agama yang disyahkan oleh pemerintah. Berikut ini contoh kehidupan
beragama yang dapat digunakan sebagai bahan tulisan.

a. Tradisi Beribadah
Penulis dapat menggunakan bahan tadisi beribadah agama tertentu menjadi
sebuah tulisan yang menarik. Misalnya, bahan tulisan berupa tradisi di
daerah pesantren menjelang bulan suci Rhamadhan, atau tradisi di daerah
keraton Cirebon pada saat malam 17 Robiul Awal, atau tradisi agama Hindu
di Bali dalam acara Ngaben, serta tradisi-tradisi lainnya.
Jika penulis bermaksud hanya memberitahukan kepada pihak lain tentang
tradisi beribadah ini maka buku yang ditulisnya dapat berupa buku
pengayaan pengetahuan. Namun, jika penulis mengangkat tradisi beribadah
itu dengan tujuan pembaca dapat meningkatkan kadar pelaksanaan

37
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
beribadah ke arah yang lebih baik maka mungkin buku yang ditulis itu buku
pengayaan kepribadian.

b. Peningkatan Ketaqwaan
Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan ketaqwaan, baik
yang terhadap dirinya maupun kepada orang lain. Upaya ini dapat diangkat
berdasarkan pengalaman diri atau orang lain dalam meningkatkan
ketaqwaan atau berdasarkan pemikiran logis dikaitkan dengan ilmu ahlaq.
Peningkatan ketaqwaan merupakan salah satu contoh dari kehidupan
beragama yang menjadi karakteristik masyarakat agamis. Kehidupan
beragama ini merupakan sesuatu yang menarik untuk ditulis, baik sebagai
buku pengayaan pengetahuan tentang bagaimana seseorang meningkatkan
ketaqwaannya, maupun sebagai buku pengayaan kepribadian dan panduan
pendidik tentang upaya menciptakan kepribadian yang diharapkan atau
panduan cara meningkatkan ketaqwaan kepada peserta didik.

c. Pengalaman Beribadah
Hal lain yang dapat dijadikan sebagai bahan penulisan buku nonteks
pelajaran adalah tentang pengalaman seseorang dalam beribadah.
Pengalaman ini dapat disampaikan kepada pembaca lain sebagai buku
pengayaan pengetahuan atau kepribadian. Pengalaman beribadah
merupakan pengalaman unik dan bersifat individual karena merupakan
komunikasi antara mahluk dengan Pencipta. Kadang-kadang komunikasi
dalam pengamalan beribadah seseorang berbeda dengan yang lain sehingga
khas dan unik. Penulis dapat mengangkat topik ini sebagai upaya berbagi
pengalaman dalam beribadah, baik yang dialami penulis atau dialami pihak
lain yang digali oleh penulis.

38
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
2. Alam Fisik
Keadaan alam fisik Indonesia merupakan alam yang sangat elok. Orang
menyebutkan sebagai “zamrud katulistiwa”. Banyak kondisi alam Indonesia
yang masih orisinal belum dituangkan menjadi tulisan buku nonteks pelajaran.
Banyak keadaan alam yang sangat indah, elok, dan menawan yang dapat
diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks pelajaran. Kondisi alam fisik
Indonesia yang sangat beragam dan berharga tersebut patut dibanggakan oleh
peserta didik sebagai bentuk cinta tanah air. Peserta didik harus merasa
memiliki alam fisik Indonesia sehingga tak akan rela sejengkal pun jika jatuh
kepada penguasaan pihak asing. Rasa memiliki ini selanjutnya diharapkan
tumbuh rasa untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam fisik tersebut.

a. Tanah
Banyak hal yang dapat ditulis dari tanah air Indonesia, yang menarik, unik,
dan perlu diketahui pembaca, khususnya peserta didik Indonesia. Bahan tulisan
yang berhubungan dengan tanah ini harus diarahkan pada kebanggaan
memiliki tanah air Indonesia, mulai dari Tanah Aceh hingga Papua sebagai
suatu kesatuan Indonesia Raya.
Hal lain yang berhubungan dengan tanah, selain jenis tanah, pasir, bebatuan,
pegunungan, gunung, lembah, bukit, dan sumber alam fisik lain yang
berhubungan dengan tanah akan menjadi sesuatu hal yang memantapkan
keyakinan betapa Indonesia sebagai tanah kelahiran pembaca memiliki potensi
yang sangat beragam yang patut dibanggakan.
Indonesia memiliki kekayaan pesisir yang terpanjang di dunia maka di atas
sumber alam ini terdapat keanekaragaman sumber daya alam, seperti kekayaan
(1) sumber daya pulih (perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang); dan
(2) sumber daya tidak dapat pulih (minyak bumi, gas, mineral, bahan tambang
mas, besi, timah, dan lain-lain). Seorang penulis buku teks misalnya akan

39
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
berpemikiran bahwa sumber daya ini harus diketahui, dimanfaatkan, dan dijaga
kelestariannya.
Contoh kekayaan tanah yang khas Indonesia, misalnya di Kabupaten
Indragiri Hilir yang tanahnya didominasi oleh perkebunan seluas 7.180 hektar atau
52% dari luas kabupaten tersebut, yang lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Selain
itu, juga memiliki hutan rawa seluas 11.283 hektar. Penggunaan tanah lain adalah
semak belukar, hutan, mangrove, lahan terbuka, kebun kelapa, tegalan, sawah, dan
tambak. Contoh lain, misalnya daerah Lampung terbagi dalam 5 unit topografi

(1) daerah berbukit sampai bergunung; (2) berombak dan bergelombang; (3)
dataran alluvial; (4) daerah rawa dan pasang surut; (5) daerah river basin.
Berdasarkan kekayaan tanah ini, seorang penulis dapat memanfaatkannya
sebagai bahan tulisan buku nonteks, baik dalam bentuk pengayaan pengetahuan
maupun buku referensi (peta potensi alam suatu daerah).

b. Air
Potensi alam fisik lain yang sangat luas adalah air. Para ahli banyak
menyebutkan bahwa Negara Indonesia sepertiganya adalah air atau lautan.
Samudra Indonesia yang menyatukan pulau-pulau besar dan kecil menjadi satu
kesatuan Nusantara menjadi perekat persatuan dan kesatuan. Air menjadi
sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi,
dimafaatkan untuk penggerak turbin, dimafaatkan untuk berhubungan antar-
suku antar-pulau dan kepulauan, dibuat menjadi garam, digunakan untuk
peternakan ikan dan sejenisnya, dimanfaatkan untuk pertanian, serta manfaat-
manfaat besar lainnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai negara dengan
kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar dunia. Oleh karena
itu Indonesia memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu
karang, padang lamun (sea grass) yang luas dan beragam.

40
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Seorang penulis buku nonteks
pelajaran dapat memandang makna
air dari berbagai perspektif yang
diangkat dari kekayaan alam fisik
Indonesia. Bahkan, dapat menjadikan
bahan tulisan buku nonteks hal-hal
yang berkaitan dengan upaya menjaga
Kera aman man rove seba ai keka aan Pesisir Indonesia
kelangsungan sumber daya air yang
dapat dimafaatkan bukan saja untuk masa sekarang melainkan untuk
diwariskan kepada anak cucu.
Mungkin juga penulis buku nonteks memandang perlunya suatu uapaya
yang serius atas fenomena pembangunan yang mengarah ke indutrialisasi.
Dalam era indistrialisasi, wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama
sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis,
agroindustri, pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini
menyebabkan banyak kota yang terletak di wilayah pesisir terus dikembangkan.
Perlunya suatu pemikiran yang visioner tentang upaya melakukan
penyeimbangan antara fenomena pembangunan dengan upaya pelestarian.

c. Udara
Kekayaan Indonesia lainnya adalah udara. Dalam era kesejagatan, udara
merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dunia memiliki kepedulian terhadap udara, karena pengaruh industrialisasi
yang menghasilkan carbondioksida sehingga diperlukan ketersediaan oksigen
yang sangat banyak maka menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
penyumbangnya.
Udara juga merupakan kekayaan negara yang menjadi batas-batas suatu
negara. Dalam beberapa kejadian, Indonesia sering merasa bahwa batas-batas

41
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
kekayaan udara yang dimiliki malah dijamah oleh pihak luar. Upaya menjaga
lintas batas udara ini sangat penting sebagai suatu kesatuan kekayaan alam fisik
Indonesia yang harus dipelihara, dijaga, dan dibanggakan oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Persoalan udara yang demikian serius ini, kiranya patut ditopang oleh
berbagai pemikiran yang dapat dituangkan dalam bentuk buku nonteks.
Berbagai upaya yang perlu ditempuh untuk menjaga kemurniaan udara yang
setiap saat dihirup oleh semua mahluk hidup di dunia ini perlu dituangkan
dalam bentuk buku nonteks. Pemahaman yang sangat mendalam tentang
kesatuan kekayaan alam Indonesia yang termasuk pula kekayaan udara yang
dimiliki kiranya perlu dimantapkan dan ditumbuhkan rasa cinta rakyat
terhadap tanah airnya. Buku nonteks kiranya perlu menyajikan tentang reka
cipta bangsa Indoensia dalam menjaga, melestarikan, dan memurnikan udara,
baik sebagai sumber daya alam maupun sebagai batas-batas kewilayahan.

d. Cahaya
Kekayaan alam fisik lainnya adalah cahaya. Kekayaan ini berhubungan
dengan potensi geografis Negara Indonesia. Cahaya merupakan sumber
kehidupan bagi mahluk hidup. Sumber utama cahaya adalah matahari. Potensi
geografis Indonesia dalam mendapatkan sumber pencahayaan dari matahari
membuat negeri ini memiliki durasi perolehan cahaya separuh hari, sehingga
diperlukan penyediaan sumber caya buatan.
Pemikiran tentang pemanfaatan sumber cahaya dan berbagai upaya yang
dapat dilakukan dalam menjaga sumber alam cahaya kiranya perlu dituangkan
dalam sebuah buku nonteks. Para penulis buku nonteks dapat menjadikan
kekayaan sumber cahaya yang kurang mendapat perhatian ini menjadi sesuatu
yang mendapat perhatian. Upaya memahamkan pentingnya sumber alam ini
dapat disajikan dalam buku pengayaan pengetahuan atau keterampilan.

42
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
e. Angkasa
Potensi alam yang juga memiliki peranan sangat penting adalah angkasa.
Banyak ahli astronomi yang telah melakukan kajian berdasarkan kekayaan
angkasa raya. Memang kekayaan angkasa merupakan kekayaan semua umat
manusia, termasuk pula masyarakat Indonesia. Perhatian terhadap potensi
angkasa ini perlu ditanamkan kepada rakyat Indonesia sehingga akan lahir
pemikiran-pemikiran yang visioner tentang pemanfaatan angkasa bagi
kelangsungan hidup dan penghidupan rakyat Indonesia.
Amerika Serikat secara khusus memiliki NASA sebagai lembaga yang secara
khusus melakukan kajian dan pemanfaatan angkasa bagi masyarakatnya.
Langkah tersebut diikuti oleh China yang telah mempersiapkan kajian untuk
memanfaatkan angkasa sejak tahun 1957 sehingga pada tahun 2007 China telah
berhasil meluncurkan pesawat yang menjelajah ruang angkasa. Tampaknya
upaya yang dilakukan oleh Amerika dan China dalam memanfaatkan sumber
alam angkasa bukan tanpa pemahaman yang mendalam tentang pentingnya
sumber alam ini kepada rakyatnya. Oleh karena itu, kiranya para penulis buku
nonteks dapat menggunakan kekayaan alam angkasa ini sebagai bahan
penulisan. Selain itu, perlu kiranya dipahamkan kepada pembaca Indonesia
tentang potensi ini dan kemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat.

3. Alam Hayati
Selain alam fisik, Indonesia juga memiliki alam hayati yang sangat kaya, baik
tumbuhan maupun binatang. Kekayaan alam hayati yang beraneka ragam ini
bahkan menjadi daya tarik khusus bagi para peneliti dan penulis dari negeri
lain. Kekayaan alam hayati yang dimiliki Indonesia sangat beranekaragam dan
unik ini jika dibiarkan tanpa upaya pemahaman tentang kemanfaatannya bagi
penghidupan maka seiring dengan waktu akan semakin berkurang dan

43
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
akhirnya akan punah. Untuk itu perlu upaya yang dilakukan penulis buku
nonteks untuk menginformasikan atau melakukan pelestarian agar
keanekaragaman hayati milik Indonesia dapat dilestarikan.
Penulis buku nonteks kiranya dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati
yang dimiliki Indonesia menjadi bahan tulisan. Peserta didik harus merasa
memiliki kekayaan alam hayati Indonesia sehingga perlu menjaga dan
melestarikan. Rasa memiliki ini selanjutnya diharapkan akan tumbuh rasa
bangga untuk menjaga dan melestarikan kenekaragaman hayati tersebut. Buku
nonteks yang dapat dipilih dapat berupa pengayaan pengetahuan,
keterampilan, kepribadian, ensiklopedia, atau peta. Bahkan, jika penulis
memiliki keahlian khusus dapat menjadikannya sebagai panduan bagi pendidik.

a. Tumbuhan
Indonesia memiliki jutaan jenis tumbuhan yang khas sebagai ekosistem
suatu daerah. Jenis-jenis tumbuhan tersebut tumbuh subur di alam Indonesia
sesuai dengan karakteristik daerah, mulai dari Sabang sampai dengan Merauke.
Tumbuh-tumbuhan tersebut pada umumnya bermanfaat bagi penghidupan dan
kehidupan bangsa Indonesia. Berdasarkan sejarah, nenek moyang kita telah
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, mulai dari kebutuhan pemenuhan pangan, papan, dan sandang.
Keberagaman tumbuhan tersebut kiranya dapat menjadi bahan tulisan bagi
penulis buku nonteks. Sudut pandang yang dapat digunakan, misalnya
mengangkat hal-hal yang berhubungan dengan: (1) jenis tumbuhan khas
Indonesia atau khas suatu daerah di Indonesia; (2) fungsi tumbuhan tersebut
terhadap lingkungan dan penggunaannya bagi manusia; (3) keadaan tumbuhan
tersebut pada masa lalu dan saat ini berdasarkan jumlah varian, luas, kualitas,
atau dari perspektif lain; (4) kondisi yang mengancam pada kelangsungan
kehidupan tumbuhan tersebut; atau (5) perlunya masyarakat turut serta dalam

44
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
pengelolaan dan pemanfaatan tumbuhan yang seimbang agar terpelihara
kelestariannya.
Misalnya, penulis buku nonteks tertarik untuk mengangkat topik tentang
manfaat tumbuhan yang sangat berguna bagi masyarakat di pesisir pantai, yaitu
mangrove. Tanaman mangrove berfungsi antara lain sebagi tempat pemijahan
ikan, kepiting, dan udang. Selain itu mangrove berfungsi untuk menahan air
laut agar tidak terjadi abrasi atau pengikisan pantai, dan juga dapat mencegah
banjir. Selain itu, tumbuhan mangrove merupakan tempat berlindungnya
burung-burung dan berbagai macam binatang lainnya. Manusia juga dapat
memanfaatkan pohon mangrove sebagai bahan baku untuk industri kertas
(chip), kayu bakar, arang, cerucuk untuk fondasi rumah, atau tiang-tiang
jembatan.

b. Binatang
Seperti halnya tumbuhan, Indonesia juga memiliki kekayaan fauna
(binatang) yang sangat beranekaragam. Banyak jenis fauna yang dimiliki
Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain, bahkan banyak pula jenis fauna yang
semakin punah keberadaannya karena tergeser oleh perkembangan masyarakat
Indonesia. Kita sering menyaksikan keindahan fauna yang memiliki
karakteristik hidup di alam Indonesia, bahkan jenis binatang yang sudah sangat
langka.
Penulis buku nonteks dapat menjadikan binatang dan kehidupannya sebagai
bahan tulisan berdasarkan karakteristik suatu daerah, misalnya (1) berbagai
jenis satwa yang dapat ditemui di suatu daerah; (2) tempat hidup (habitat), dan
kebiasaan atau perilaku fauna tersebut (tempat bertelur berkembang biak,
musim kawin dan sebagainya); (3) kondisi keberadaan fauna tersebut pada masa
sekarang; (4) berbagai aktivitas manusia atau sifat alam yang dapat mengancam

45
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
kelangsungan hidup fauna tersebut; atau (5) tindakan-tindakan yang dapat
diperbuat manusia untuk menjaga keberadaan fauna tersebut.
Dengan demikian penulis buku nonteks dapat
mengangkat kehidupan suatu fauna di suatu
daerah, misalnya fauna yang hidup di habitat
pesisir, seperti: Bango Tongtong,
Elang Kepala Abu, Kowak Malam,
Burung Raja Udang, Burung Raja
Udang Biru, Penyu, Burung Rawa,
Kepiting Bakau, Monyet, Biawak, dan
lain-lain. Selain itu, satwa langka yang dapat
Raja Udang Merah & Biru
dijumpai di Pantai Lampung misalnya: tiga
jenis penyu yang telah semakin langka, yaitu Penyu Hijau (Chelonia Midas),
Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata), dan Penyu Belimbing (Dermochylis Cariacea).

4. Masyarakat
Indonesia juga memiliki potensi keragaman masyarakat yang sangat menarik
untuk dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks. Keragaman ini
berhubungan dengan banyaknya suku bangsa yang tinggal di tanah air
Indonesia. Banyak hal yang dapat diangkat menjadi bahan penulisan buku
pengayaan pengetahuan, kepribadian, atau ensiklopedia.

a. Individu Manusia
Bahan tulisan yang berhubungan dengan individu manusia Indonesia, baik
menyangkut jiwa maupun raga akan sangat menarik untuk disajikan.
Karakteristik bangsa Indonesia yang memiliki ciri religius dan berkepribadian
sebagai orang Timur sangat penting untuk disajikan dalam tulisan. Bahan
tulisan yang mengangkat cirri dan karakter manusia Indonesia diharapkan akan

46
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
menjadi gambaran bagi peserta didik untuk berperilaku sebagaimana karakter
bangsa Indonesia.
Banyak tokoh Indonesia yang berjasa bagi negeri ini atau telah berprestasi
membawa nama Indonesia dalam kancah internasional perlu disajikan dalam
buku nonteks agar peserta didik dapat meneladani perilaku dan perjuangan
tokoh-tokoh tersebut. Kebangkitan Indonesia yang sering digemborkan para
tokoh politik sebaiknya dilengkapi dengan keberadaan buku nonteks yang
dapat mengangkat peri kehidupan yang baik agar betul-betul bangsa kita segera
bangkit meniru upaya kebangkitan pada tokoh pendahulu atau tokoh-tokoh
yang telah sukses. Jenis tulisan yang dapat dipilih dapat berupa buku
pengayaan pengetahuan atau kepribadian dalam bentuk biografi atau
autobiografi.

b. Masyarakat dan Komunitas


Banyak hal yang sangat menarik untuk diangkat menjadi bahan penulisan
buku nonteks dari kondisi masyarakat Indonesia. Keberagaman suku bangsa
Indonesia mulai dari suku terbesar hingga suku terkecil memiliki keunikan dan
karakteristik yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks.
Kehidupan suatu masyarakat tertentu, mulai dari aktivitas yang berhubungan
dengan keseharian hingga aktivitas yang sakral dari suatu masyarakat dapat
diangkat menjadi bahan tulisan buku pengayaan pengetahuan, kepribadian,
atau referensi. Misalnya, kehidupan masyarakat Minang mulai dari hal yang
yang berkaitan dengan kelahiran anggota baru, adat perkawinan, hingga
pemakaman merupakan bahan tulisan buku nonteks.
Pada saat ini aktivitas manusia semakin beragam, bahkan dengan memiliki
kesadaran diri untuk bereksistensi sehingga mereka membuat komunitas
tertentu di masyarakat. Komunitas-komunitas tersebut bahkan cenderung
bersifat hegemoni dan primordial, namun dari sudut pandang studi perubahan

47
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
masyarakat hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik untuk diangkat
menjadi bahan tulisan buku nonteks.

c. Tatanan Masyarakat
Keberagaman potensi masyarakat akan melahirkan tatanan yang mengatur
kehidupannya. Semakin beragam potensi masyarakat maka semakin beragam
pula tatanannya. Tatanan ini mungkin sudah tertulis atau mungkin juga tidak
tertulis tetapi dipatuhi oleh masyarakat sebagai tatanan. Misalnya, tatanan di
suku Sunda dalam bertata krama, sopan santun, yang tercermin dalam peri
kehidupan masyarakat. Tatanan masyarakat ini dapat digunakan sebagai bahan
tulisan buku nonteks pelajaran.

d. Aturan dan Sanksi


Banyak hal yang mengatur hubungan antar-masyarakat yang hidup dalam satu
lingkup daerah, suku, atau budaya. Aturan itu dimaksudkan untuk
menyelaraskan tata kehidupan suatu masyarakat, dalam berkomunikasi dengan
anggota masyarakat lain. Biasanya, suatu aturan disertai pula dengan sanksi
yang harus diperoleh jika suatu aturan dilanggar. Hal-hal yang berhubungan
dengan aturan dan sanksi ini dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku
nonteks, jenis pengayaan pengetahuan, kepribadian, atau referensi.

e. Persatuan dan Perjuangan


Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beragam suku bangsa dan
beragam budaya yang merupakan karakteristik suatu daerah. Untuk
menyatukan keberagaman suku bangsa dan daerah itu diperlukan suatu
kekuatan yang dapat menyatukan keragaman tersebut. Banyak hal yang telah
dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Demikian pula
dengan perjuangan yang telah dilakukan oleh para pendahulu, baik yang

48
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
dilakukan oleh para pejuang di suatu daerah untuk mempertahankan daerah
dari pengaruh dan penguasaan asing, maupun upaya yang dilakukan para
tokoh suatu daerah dalam memertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam konteks otonomi daerah. Hal-hal yang berhubungan dengan
persatuan dan perjuangan tersebut dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku
nonteks.

f. Kelangsungan Hidup
Masalah yang berhubungan dengan masyarakat Indonesia khususnya
tentang kelangsungan hidup sangat beragam. Banyak hal menarik dari
kelangsungan hidup masyarakat Indonesia pada umumnya atau masyarakat
suatu daerah tertentu. Upaya yang bersifat kreatif, konstruktif, dan kemandirian
sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk memertahankan kelangsungan
hidup yang dilakukan bangsa Indonesia sangat bervariasi. Seorang nenek di
daerah Tasikmalaya, misalnya, berusaha membuat terowongan saluran air agar
lahan pesawahan miliknya dan masyarakat lain mendapatkan aliran air dari
sumber air yang potensial. Hal-hal yang berhubungan dengan semua jenis
pekerjaan dalam kaitannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup
manusia merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai
bahan tulisan buku nonteks pelajaran.

5. Budaya
Sesuai dengan keragaman suku bangsa yang dimiliki, Indonesia juga
memiliki keragaman budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan.
Keragaman itu berhubungan dengan bahasa, kesastraan, sistem pengetahuan,
keorganisasian, peralatan dan teknologi, pencaharian, dan kesenian. Kekayaan
budaya yang sangat beragam itu dapat menjadi bahan tulisan bagi penulis buku

49
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
nonteks, baik jenis pengayaan pengetahuan, keterampilan, kepribadian,
ensiklopedia, kamus, atau bahkan panduan pendidik.

a. Bahasa dan Sastra


Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi antar-anggota masyarakat dalam suku tersebut. Sampai saat ini
diketahui bahwa di Indonesia terdapat banyak sekali bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi antar-anggota masyarakat dalam lingkup daerah
tertentu. Hampir setiap suku di Indonesia memiliki bahasa daerah sebagai alat
komunikasi di antara mereka. Keragaman bahasa dan perkembangan bahasa
dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dari bahasa-bahasa
daerah sangat menarik untuk diangkat menjadi buku nonteks. Perkembangan
bahasa tersebut biasanya diiringi dengan perkembangan kesusastraan yang
berhubungan dengan bahasa daerah tertentu.
Keberagaman bahasa yang dimiliki bangsa Indonesia dapat mengangkat
perilaku budaya dan karakter pengguna bahasa bahkan pemikiran-pemikiran
imajinatif, baik berupa sastra lisan maupun yang tertulis dalam bahasa daerah.
Kekayaan bahasa dan sastra yang dimiliki para penggunanya merupakan suatu
bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber penulisan buku nonteks pelajaran.

b. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan akan berhubungan dengan perkembangan penguasaan
manusia terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju pemikiran
manusia maka semakin beragam pula sistem pengetahuan yang dimiliki.
Kemajuan sistem pengetahuan ini merupakan bahan yang sangat penting untuk
ditulis menjadi buku nonteks. Sistem pengetahuan ini berkaitan erat dengan
bidang-bidang keilmuan. Keragaman sistem pengetahuan ini merupakan bahan
tulisan yang sangat kaya untuk diangkat menjadi buku nonteks pelajaran.

50
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
c. Organisasi Sosial
Organisasi sosial berhubungan dengan perkembangan suatu masyarakat.
Kompleksitas keperluan manusia mendorong tumbuh berkembangnya
organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat. Keberadaan organisasi ini
mendorong tumbuhnya kekuatan civil society yang sekarang sedang menjadi
alternatif kepercayaan masyarakat. Keragaman organisasi sosial yang ada di
Indonesia ini dapat dijadikan sebagai bahan tulisan buku nonteks pelajaran.

d. Peralatan Hidup dan Teknologi


Peralatan yang digunakan manusia untuk menjalani hidup sejak manusia
ada hingga saat ini sudah banyak dan beragam. Peralatan itu berhubungan
dengan peri kehidupan manusia, mulai dari peralatan sederhana hingga
peralatan dengan teknologi tinggi yang dapat digunakan untuk membantu
manusia dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan kehidupan.
Hal-hal yang berhubungan dengan peralatan hidup dan teknologi ini dapat
digunakan sebagai bahan tulisan buku nonteks, baik pengayaan pengetahuan
maupun pengayaan keterampilan.

e. Pencaharian
Manusia hidup di dunia akan berhubungan dengan mata pencaharian. Jenis-
jenis pencaharian ini berhubungan dengan profesi. Misalnya, profesi petani,
peternak, pedagang, nelayan, buruh, guru, dokter, akuntan, dan sebagainya
merupakan aktivitas bangsa Indonesia yang berhubungan dengan pencaharian.
Berbagai hal yang berhubungan dengan keberagaman profesi tersebut sebagai
ciri khas bangsa Indonesia dapat diangkat menjadi bahan tulisan buku nonteks
pelajaran.

51
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
f. Kesenian
Hubungan antara manusia dengan dengan manusia lain atau lingkungan
sekitar menciptakan keberagaman dan perkembangan kesenian. Berbagai
kreativitas manusia Indonesia dalam berhubungan dengan manusia lain atau
dengan alam melahirkan keberagaman kesenian. Misalnya, di Ponorogo dikenal
dengan kesenian Reog, di Subang dikenal dengan kesenian Sisingaan, di daerah
Sunda dikenal kesenian angklung, calung, seni tari, dan sebagainya. Kreativitas
bangsa Indonesia yang menciptakan beragam kesenian tersebut dapat diangkat
menjadi bahan penulisan buku nonteks pelajaran.

6. Indonesia dalam Tatanan Budaya Bangsa-bangsa Lain


Konteks kehidupan beragama, alam fisik, alam hayati, masyarakat, atau
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia di antara bangsa-bangsa lain di dunia dapat
dijadikan sebagai bahan tulisan. Dalam konteks global hampir tidak mungkin
suatu bangsa luput dari tatanan budaya bangsa-bangsa lain, baik dalam
keterpengaruhan atau kebersinggungan antar-tatanan budaya bangsa lain.
Kebanggaan memiliki tumpah darah, bahasa, dan bangsa Indonesia merupakan
bahan yang patut digali oleh para penulis dalam mengangkat konteks Indonesia
dalam tatanan global. Kemudahan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia memungkinkan semua bangsa
saling mengetahui dan mengenal kekayaan dan kebudayaan yang dimilikinya.
Oleh karena itu, tulisan yang memantapkan tentang konteks keindonesiaan
dalam tatanan budaya bangsa-bangsa lain patut terus digali oleh para penulis
buku nonteks.
Konteks keindonesiaan dalam tatanan budaya bangsa lain perlu menjiwai
bahan tulisan buku nonteks. Bangsa Indonesia yang besar, kaya, dan
membanggakan merupakan suatu kekuatan yang tidak ternilai dalam tatanan
budaya global. Kebanggaan dan cinta tanah air Indonesia yang menjiwai

52
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
berbagai tulisan nonteks merupakan upaya mensejajarkan diri bangsa Indonesia
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bahan tulisan kiranya perlu mengangkat
sebuah kenyataan bahwa bangsa Indonesia bukan merupakan generasi penerus
dari bangsa-bangsa lain yang sudah mapan, melainkan suatu bangsa yang
memiliki karakteristik tatanan budaya timur, relegius, dan santun dalam
menyikapi suatu perkembangan dunia.

7. Prakiraan Perkembangan Keindonesiaan di Masa Depan


Perkembangan bangsa Indonesia saat ini sangat pesat. Banyak hal yang saat
ini dialami oleh bangsa Indonesia sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga
sebelumnya. Perubahan sistem politik, pemerintahan, dan kehidupan
berdemokrasi yang saat ini sedang dijalani bangsa Indonesia merupakan
sesuatu hal yang tidak diduga sebelumnya. Oleh karena itu, beberapa aktivitas
yang berlangsung merupakan suatu ikhtiar logis dari pemikiran praktisi dan
akademisi dalam menyiasati suatu permasalahan atau meminimalisasi dampak
negatif suatu kegiatan.
Banyak hal yang dapat digali oleh para penulis tentang konteks
keindonesiaan di masa depan. Bahan tulisan merupakan suatu praduga atau
prakiraan tentang sebuah kondisi Indonesia di masa depan. Tulisan dapat
berupa visi Indonesia di masa yang akan datang, baik berdasarkan pemikiran
logis maupun sebuah prediksi perkembangan Indonesia yang akan datang
berdasarkan perkembangan saat ini. Pemanfaatan teknologi yang dihubungkan
dengan kepemilikan nomor identitas diri untuk berbagai kepentingan dalam
konteks global merupakan salah satu contoh sebuah bahan tulisan prediktif
untuk buku nonteks.

53
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
C. Aktivitas Berharga
Bahan tulisan dapat diambil pula dari aktivitas manusia yang berharga.
Aktivitas ini dipandang sebagai sesuatu yang patut diketahui dan dipahami
oleh pihak lain. Dengan demikian harapan selanjutnya dari bahan tulisan
tersebut diharapkan akan lahir aktivitas mengapresiasi dan mencontoh dalam
perilaku keseharian. Bahkan, jika dipandang aktivitas berharga ini sudah mulai
jarang dilakukan, bahan tulisan mungkin dimaksudkan agar kegiatan tersebut
dapat dilestarikan.
Seorang penulis akan memiliki kepekaan inividual untuk memandang
sebuah aktivitas menjadi bahan tulisan yang sangat berharga. Bahan tulisan
tersebut seharusnya diketahui atau dipahami oleh pihak lain. Misalnya, seorang
penulis melihat aktivitas membordir yang dilakukan seseorang kemudian ia
berpandangan bahwa aktivitas tersebut sangat berharga untuk diketahui dan
dipahami oleh peserta didik di SMK atau pihak lain sehingga ia menulis buku
pengayaan keterampilan tentang membordir.

D. Mendukung Belajar
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa
“pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (Pasal 4 ayat 3).
Proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang diarahkan oleh
tenaga pendidik di sekolah terbatas oleh lingkup satuan pendidikan. Buku
nonteks pelajaran akan berperan meneruskan fungsi pendidik dalam
membudayakan dan memberdayakan peserta didik melalui bacaan yang dapat
memerkaya atau memberi tambahan informasi sehingga proses pendidikan
berlangsung sepanjang hayat. Ayat berikutnya menambah kejelasan tentang
proses pendidikan yang dilaksanakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam

54
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
proses pembelajaran. Selanjutnya, ayat 5 menyatakan bahwa pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Bertolak dari ketentuan itu, buku nonteks dapat disusun dengan
mengusung berbagai topik yang mendukung belajar bagi peserta didik.
Pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik kiranya dapat menjadi bentuk
penyajian bahan buku nonteks, sehingga konsep pendidikan sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang dapat diwujudkan. Demikian pula dengan
proses pendidikan yang menekankan pada keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreativitas harus menjadi acuan bagi para penulis buku
nonteks dalam menyajikan bahan bacaan bagi peserta didik. Keberagaman buku
nonteks yang mengusung materi menarik dengan penyajian yang berkualitas
akan mampu mengembangkan budaya membaca di kalangan peserta didik.
Oleh karena itu, buku nonteks disusun dengan maksud agar mendorong
pencapaian ketentuan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya
pasal 4 ayat 3 sampai dengan 5.
Banyak bahan menarik yang dapat diusung menjadi buku nonteks dari
aktivitas belajar dan pembelajaran. Seorang pendidik banyak memiliki
pengalaman profesional dalam berinteraksi dengan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, bahan-bahan yang berhubungan
dengan peningkatkan profesionalisme pendidik melalui berbagai kegiatan yang
dapat mengembangkan kemampuan dalam mengelola pembelajaran maupun
kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan
belajar. Bahan tersebut mungkin berupa pengalaman dalam melaksanakan
pembelajaran, misalnya kemampuan peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan (learning to know), kemampuan dalam pengembangan jati diri
(learning to be), kemampuan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to

55
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
do), dan kemampuan untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama secara
harmonis (learning to live together).
Kemampuan dalam memperoleh pengetahuan (learning to know) yang
dilakukan peserta didik berdasarkan konsep teoretis dapat dijadikan sebagai
bahan tulisan buku pengayaan pengetahuan atau mungkin pengayaan
keterampilan yang dapat menjadi acuan bagi peserta didik untuk mengikuti
pola belajar sesuai dengan prosedur belajar yang ideal. Kemampuan
pengembangan jati diri (learning to be) dapat dijadikan sebagai bahan tulisan
buku pengayaan kepribadian atau keterampilan, misalnya tentang cara
melejitkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu (learning to do) yang berkaitan dengan
perilaku seorang peserta didik yang ideal dapat dijadikan sebagai bahan tulisan
buku pengayaan pengetahuan atau keterampilan. Kemampuan untuk dapat
hidup secara harmonis (learning to live together) dapat dijadikan sebagai bahan
tulisan buku pengayaan kepribadian.

E. Hakikat Tujuan Hidup


Bahan-bahan tulisan yang berhubungan dengan hakikat hidup mungkin
menjadi sangat menarik jika dikemas oleh seorang penulis menjadi buku
nonteks. Pandangan tentang keselamatan, kemanfaatan, kenikmatan, dan
kebersamaan hidup umat manusia merupakan bahan tulisan yang berharga.
Seorang penulis dapat mengangkat tulisan dengan bahan tersebut menjadi buku
pengayaan kepribadian.
Pada dasarnya semua orang berpandangan bahwa hakikat tujuan hidup
mengarah pada hal yang positif, indah, dan baik. Pemikiran positif ini akan
mewarnai kehidupan ideal setiap orang. Oleh karena itu, hal-hal yang
berhubungan dengan keselamatan dalam hidup, kemanfaatan diri bagi pihak
yang memerlukan, kenikmatan menjalani hidup, dan bahkan tentang sangat

56
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
perlunya kebersamaan dalam hidup merupakan aspek-aspek yang sangat
menarik untuk diangkat menjadi bahan tulisan buku pengayaan pengetahuan
atau kepribadian.

F. Pihak Berkebutuhan Khusus


Manusia diciptakan Maha Pencipta sangat beragam. Di antara ciptaan itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya, sehingga seseorang yang terlahir dengan
memiliki kekurangan dalam hal tertentu akan memiliki kelebihan dalam bidang
lain. Seseorang yang memiliki kekurangan
dalam fisik akan memerlukan kebutuhan
khusus agar ia dapat menunjukkan
kelebihannya dari orang yang
mendapatkan kelengkapan fisik. Dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan pasal 4
ayat (1) diungkapkan bahwa “Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan kemajemukan bangsa”. Salah satu wujud dari ketentuan tentang
penyelenggaraan pendidikan yang tidak diskriminatif ini dapat
diimplementasikan dengan mengakomodasi bahan bacaan bagi pembaca yang
berkebutuhan khusus.
Pemenuhan bahan bacaan bagi pihak berkebutuhan khusus atau yang
memiliki kekurangan fisik itu akan dapat memfasilitasi dirinya seperti halnya
orang yang tidak memiliki kekurangan. Kesadaran akan hal ini kiranya dapat
mendorong para penulis buku nonteks pelajaran untuk memenuhi dan
menyiapkan bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

57
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
memiliki kebutuhan khusus tersebut. Misalnya, tentang batcane yang dapat
membantu orang yang memiliki kebutuhan pada alat yang dapat membantu
kekurangan dalam pelihatannya. Batcane merupakan tongkat yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk berjalan tanpa melihat. Alat ini tercipta
dengan diilhami oleh kelelawar yang dapat terbang di kegelapan. Keyakinan
ilmuwan bahwa kelelawar dengan kelengkapan dan kemampuan navigasinya
tersembunyi ilmu dan pengetahuan Allah yang dapat dipelajari manusia untuk
merancang aneka temuan teknologi dalam membantu sesama. Pemahaman
pada pihak yang memiliki kebutuhan khusus ini dapat digunakan sebagai
bahan penulisan buku nonteks.

58
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
BAB 4
MENULIS BUKU NONTEKS BERKUALITAS

Pedoman penulisan buku nonteks ini dimaksudkan sebagai rujukan bagi


seorang penulis dalam menyusun suatu buku nonteks berkualitas. Menulis
buku nonteks pelajaran berbeda dengan menulis buku pelajaran. Dalam menulis
buku teks pelajaran, penulis harus selalu memerhatikan Standar Kompetensi
sebagai rambu-rambu pengembangan. Dalam menulis buku nonteks, penulis
harus memerhatikan makna buku nonteks bagi pembacanya dan tidak harus
berhubungan secara langsung pada standar kompetensi dalam Standar Isi.
Buku pedoman ini dapat digunakan oleh para penulis buku-buku nonteks
pelajaran secara efektif jika seorang penulis mengikuti beberapa tahapan
penulisan, yaitu:
(1) menyiapkan konsep dasar tulisan;
(2) memerhatikan proses kreatif;
(3) menetapkan aspek yang akan dikembangkan; dan
(4) menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca.

A. Menyiapkan Konsep Dasar Tulisan


Sebelum menulis buku nonteks seorang penulis seharusnya menetapkan
terlebih dahulu konsep dasar tulisan yang akan dikembangkan bagi pembaca.
Konsep dasar yang disiapkan berkaitan dengan jenis tulisan yang akan disusun,
misalnya pengayaan pengetahuan, keterampilan, kepribadian, ensiklopedia,
kamus, atlas, atau panduan pendidik. Dengan menggunakan bermacam-macam
bahan tulisan sebagaimana diungkapkan pada bagian sebelumya, penulis buku
nonteks dapat menetapkan konsep dasar tulisan.

59
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Dalam menulis buku nonteks, seorang penulis lebih leluasa dalam
mengembangkan isi atau materi buku. Selain itu, penulis buku nonteks lebih
bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan.
Namun, konsep dasar penulisan yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan, baik dari konsep dasar maupun
perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar yang dimaksud harus
sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan
itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi
maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan
dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi
itu dapat dijelaskan secara ilmiah.
Seorang penulis buku nonteks seharusnya mempersiapkan konsep dasar ini
sebagai titik awal penyusunan materi nonteks. Misalnya, penulis akan menulis
buku pengayaan pengetahuan maka materi yang diperkaya itu merupakan
materi pengetahuan yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh pembelajar
dalam bidang yang dipelajari. Bidang yang dimaksud adalah materi-materi
pelajaran yang dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah, namun belum
secara utuh disajikan dalam materi pelajaran dalam buku teks. Apabila penulis
akan menulis buku panduan pendidik, maka kompetensi profesional,
pedagogik, sosial, dan kepribadian merupakan bagian yang dijadikan sebagai
konsep dasar pengembangan tulisan.

B. Memerhatikan Proses Kreatif


Kegiatan menulis merupakan salah satu bentuk kreativitas manusia. Pada
dasarnya kreativitas bersifat individual dan berhubungan dengan hasil budaya
suatu bangsa. Kreativitas berhubungan dengan berpikir dan belajar, sehingga
menulis buku nonteks sangat berkaitan dengan kemampuan penulis dalam
berpikir dan belajar untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru dan orisinal.

60
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Kreativitas bahasa menjadi potensi dasar bagi penulis dalam mengembangkan
gagasan menarik, orisinal, dan kreatif menjadi sebuah tulisan buku nonteks.
Menulis buku nonteks merupakan sebuah proses kreatif. Bahan tulisan
diperoleh dari hasil menggali, menghidupkan imajinasi, intuisi, memunculkan
potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan
kekaguman, serta dapat merangsang pikiran-pikiran yang tidak terduga. Dalam
menulis buku nonteks terbangun suatu aktivitas mental penulis mulai dari
merencanakan tulisan untuk menjadi buku nonteks, tahap pengolahan
informasi, tahap kemunculan berbagai gagasan, tahap memverifikasi berbagai
gagasan yang dihubungkan dengan realitas.
Dalam menulis buku nonteks, seorang penulis harus memerhatikan aspek
komposisi. Aspek ini berhubungan dengan dua hal, yaitu substansi tulisan dan
bentuk tulisan. Substansi tulisan merupakan materi atau isi dari buku nonteks
yang berhubungan dengan subjek tulisan dan jenis tulisan yang disusun, baik
pengayaan, referensi, atau panduan pendidik. Sementara itu, bentuk tulisan
berkaitan dengan penyajian subjek tulisan dan penggunaan bahasa dan gambar
atau ilsutrasi yang terdapat dalam buku nonteks. Penulis harus memahami
komposisi buku nonteks yang berbeda dengan komposisi buku teks pelajaran.
Pemahaman terhadap komposisi tulisan untuk buku nonteks dapat
menghasilkan tulisan yang memiliki fungsi sesuai dengan karakteristik buku
nonteks.

C. Menetapkan Aspek Pengembangan


Pengetahuan sangat luas dan beragam seiring dengan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni. Seorang penulis buku nonteks seharusnya dapat
menetapkan aspek-aspek dari domain kognitif, afektif, atau psikomotorik yang
dipandang perlu dikembangkan dalam menulis buku nonteks pelajaran.
Dalam mengembangkan aspek kognitif pembaca, seorang penulis buku
nonteks harus memahami aspek kognitif yang dikembangkan itu.
61
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Pengembangan ini memiliki nilai positif bagi perluasan kemampuan,
pengetahuan, dan pemahaman peserta didik pada satuan pendidikan tertentu.
Dalam Taxonomy Bloom (1979: 18) dinyatakan bahwa domain kognitif itu
merupakan kemampuan mengungkapkan kembali atau mengorganisasikan
pengetahuan dan mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan.
Selanjutnya, Bloom (1979: 18) membagi aspek kognitif ke dalam knowledge
(pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis
(analisis), syntesis (sintesis), evaluation (evaluasi), dan create (berkreasi).
Ketujuh klasifikasi kemampuan kognitif ini biasanya digunakan dalam
pengembangan kemampuan belajar seseorang. Aspek pengetahuan merupakan
kemampuan mengungkapkan kembali sesuatu berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh. Aspek pemahaman merupakan kemampuan membedakan sesuatu
berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu hal. Aspek penerapan merupakan
kemampuan menerapkan atau menggunakan konsep pengetahuan dalam suatu
kegiatan. Aspek analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu konsep ke
dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Aspek sintesis merupakan kemampuan
meramu atau menggabungkan rincian atau uraian. Aspek evaluasi merupakan
kemampuan menilai sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu. Aspek
kreasi merupakan kemampuan melakukan suatu kreativitas berdasarkan
sesuatu yang telah dikuasainya.
Aspek kognitif sebagaimana dinyatakan di muka itu merupakan aspek
yang masih perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan, karena
pengembangan aspek kognitif dalam buku teks pelajaran dibatasi oleh
ketentuan dan tuntutan Standard Isi. Sementara itu, aspek kognitif tersebut
masih memerlukan pengembangan dan pendalaman materi. Oleh karena itu,
sebelum menulis buku nonteks seharusnya ditetapkan terlebih dahulu aspek
kognitif yang masih perlu dikembangkan. Dari pengembangan tersebut,
pembaca akan beroleh pengetahuan yang lebih luas, lebih kaya, dan lebih

62
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
menyeluruh daripada pengembangan kognitif yang terdapat dalam buku teks
pelajaran. Apabila pengembangan kognitif tertentu, yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi
yang terdapat dalam buku pelajaran dipandang masih kurang maka buku
nonteks seharusnya melengkapi kekuranglengkapan kemampuan tersebut.
Demikian pula halnya dengan domain afektif dan psikomotorik, penulis
buku nonteks pelajaran harus merancang terlebih dahulu aspek dari domain
tersebut yang masih perlu dikembangkan, baik untuk keperluan peserta didik
maupun bagi pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.

D. Memerhatikan Kemampuan Berpikir Pembaca


Buku nonteks disusun untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran.
Buku pengayaan dan referensi dapat dimanfatkan oleh peserta didik dan
pendidik, sedangkan buku panduan pendidik dimanfaatkan oleh pendidik
dalam melaksanakan pendidikan. Namun demikian, buku nonteks dapat pula
digunakan oleh penyelenggara pendidikan atau pemangku kepentingan lain
sebagai bahan untuk menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan.
Selain itu, buku jenis ini dapat pula dimanfaatkan oleh orangtua sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan sebagai bahan membantu memberikan
penjelasan kepada anak-anaknya. Akan tetapi, penulisan buku nonteks
khususnya buku pengayaan selayaknya lebih menyesuaikan pada kemampuan
berpikir peserta didik, sedangkan buku referensi lebih bersifat umum, kecuali
jenis referensi yang memang diperuntukan bagi peserta didik. Buku panduan
pendidik sebaiknya disusun dengan memerhatikan kerangka pikir seorang
pendidik.
Kemampuan berpikir peserta didik dapat dipengaruhi oleh kompetensi
dirinya dan lingkungan tempat mereka berada. Kemampuan berpikir peserta
didik juga sangat berhubungan dengan perkembangan budaya suatu

63
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
masyarakat. Dengan demikian, seorang penulis buku nonteks seharusnya dapat
menulis materi buku nonteks yang sesuai dengan kemampuan peserta didik
pada umumnya dan perkembangan budaya Indonesia.
Dalam menyusun buku nonteks sepatutnya materi disesuaikan dengan
perkembangan kognitif pembaca. Sebelum menyusun materi yang
dikembangkan selayaknya seorang penulis memahami dan mengenal
kemampuan berpikir dan karakteristik calon pembaca, misalnya karakteristik
peserta didik atau pendidik pada tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Penulis
buku nonteks harus mengenal dunia pembacanya, mengenal lingkungannya,
serta mengenal perkembangan budaya pada saat ini. Dengan pemahaman ini
maka para penulis buku nonteks dapat menyesuaikan diri dengan calon
pembaca agar buku yang ditulis mudah dipahami.

E. Cara Menulis Buku Nonteks


Dalam menulis buku nonteks pelajaran diperlukan pemahaman tentang
ketentuan dasar dan komponen-komponen yang menjadi karakteristik sebuah
penerbitan buku nonteks pelajaran. Dengan demikian, jika seorang penulis akan
menulis buku nonteks pelajaran selain harus memahami komponen-komponen
buku sebagai kriteria buku nonteks berkualitas, juga di tahap awal harus
memahami komponen dasar buku nonteks pelajaran.

1. Memahami Komponen Dasar


Dalam menulis buku nonteks pelajaran seorang penulis harus
memerhatikan komponen dasar buku nonteks pelajaran. Komponen dasar ini
terdiri atas karakteristik buku nonteks, ketentuan dasar penerbitan, komponen
buku, aspek grafika, dan klasifikasi buku.

64
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
1) Karakteristik Buku Nonteks
Dalam mengembangkan suatu tulisan, penulis buku nonteks pelajaran
dapat menggunakan bahan-bahan tulisan yang berhubungan dengan keahlian
atau pengalamannya. Bahan-bahan itu dilatari oleh konteks Indonesia yang
disajikan secara sungguh-sungguh dan cermat. Sebelum mengembangkan bahan
tulisan itu, penulis buku nonteks harus meyakini bahwa tulisan tersebut
memenuhi kriteria sebagai buku nonteks pelajaran, yaitu:
a. Materi buku yang dikembangkan bukan merupakan acuan wajib bagi peserta
didik dalam mengikuti salah satu mata pelajaran tertentu;
b. Materi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi dalam bentuk
pertanyaan, tes, ulangan, LKS, atau bentuk lainnya;
c. Penerbitan buku tidak disajikan secara serial berdasarkan tingkat kelas;
d. Pengembangan materi tidak terkait secara langsung dengan atau sebagian
Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar dalam Standar Isi;
e. Materi buku dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang pendidikan dan
tingkat kelas;
f. Materi buku dapat diklasifikasikan ke dalam jenis pengayaan (pengetahuan,
keterampilan, atau kepribadian), atau referensi (kamus, ensiklopedia, atlas),
atau panduan pendidik

2) Ketentuan Dasar
Ketentuan dasar ini berhubungan dengan ketentuan sebuah penerbitan.
Dengan demikian, aspek ini harus mendapat perhatian semua pihak, mulai dari
pihak penulis hingga pihak penerbit. Buku nonteks yang diterbitkan harus
memenuhi ketentuan dasar, baik sebagai karya orisinal, karya jenis terjemahan,
atau karya saduran.
Pada umumnya, dalam memersiapkan suatu penerbitan buku pihak
penerbit akan selalu berhubungan dengan penulis. Penerbit akan

65
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
memerlihatkan rancangan cetak (dummy) kepada penulis dan memintanya
untuk menyunting karya yang akan dicetak, setelah naskah dari penulis terlebih
dahulu diolah oleh penyunting (editor), penata letak (layouter), dan ilustrator dari
penerbit. Penyuntingan yang dilakukan penulis meliputi pencetakan grafika,
kesesuaian ilustrasi atau gambar dengan pembahasan, serta kesesuaian lain
sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis. Demikian pula dengan penulisan
buku nonteks pelajaran, penulis seharusnya selalu berkomunikasi dengan
penerbit. Penulis harus dapat memastikan bahwa dalam rancangan cetak
(dummy) buku nonteks:
a. Menggunakan identitas penerbit (nama dan kota domisili) dengan jelas.
b. Menggunakan ISBN sebagai katalog terbitan.
c. Mencantumkan nama pengarang/penulis atau editor.
d. Mencantumkan orisinalitas atau copyright (untuk terjemahan atau saduran)
e. Memenuhi jumlah halaman cetak sekurang-kurangnya 48 halaman.
f. Memenuhi ketentuan penerbitan yang tidak melanggar hak cipta.

3) Struktur Buku
Struktur buku pada umumnya terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal,
isi, dan akhir. Bagian awal minimal terdiri atas kata pengantar atau prakata dan
daftar isi, bagian isi merupakan materi buku, dan bagian akhir minimal terdapat
bagian daftar pustaka yang dapat dilengkapi dengan indeks, glosarium, atau
lampiran. Seorang penulis buku nonteks harus memerhatikan ketiga bagian
buku ini, kecuali penulis buku fiksi atau puisi tidak menggunakan bagian akhir.
Penulis buku nonteks harus meyakini bahwa tulisannya itu memenuhi
ketentuan dasar bagian-bagian sebuah buku nonteks pelajaran, yang terdiri atas
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Kadang-kadang penulis buku
melupakan bagian awal dan akhir buku sehingga buku tersebut sering
terhambat ketika akan diterbitkan. Biasanya penerbit akan sangat teliti dalam

66
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
menerbitkan buku, sehingga jika bagian-bagian tersebut masih belum terpenuhi
kemungkinan rancangan buku nonteks itu batal diterbitkan.

4) Komponen Grafika
Komponen grafika buku nonteks pada dasarnya bukan merupakan bagian
yang harus dilakukan oleh penulis buku. Komponen ini harus diperhatikan oleh
penerbit dan penulis hanya dapat mengeceknya. Adapun komponen grafika
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Buku dijilid dengan rapi dan kuat;
b. Buku menggunakan huruf dan/atau gambar/ilustrasi yang terbaca;
c. Buku dicetak dengan jelas dan rapi;
d. Buku menggunakan kertas berkualitas dan aman.

2. Mengembangkan Komponen Utama


Dalam mengembangkan buku nonteks, penulis perlu memerhatikan
komponen utama buku nonteks berkualitas. Komponen-komponen itu
berhubungan dengan: (1) materi atau isi buku, (2) penyajian materi, dan (3)
bahasa dan/atau ilustrasi; dan (4) kegrafikaan. Penulis buku nonteks dapat
menggunakan kriteria komponen tersebut sebagai rambu-rambu saja,
sedangkan kreativitas dan inovasi pengembangan buku nonteks merupakan
karakteristik seorang penulis buku nonteks. Komponen utama ini merupakan
pemandu dalam menulis buku nonteks berkualitas.

(1) Komponen Materi


Seorang penulis buku nonteks memiliki keleluasaan dalam
mengembangkan materi. Pengembangan materi dalam menulis buku nonteks
tidak dibatasi oleh pemenuhan kompetensi dasar dan indikatornya serta
konsistensi pemenuhan struktur buku teks yang sama antar bagian, melainkan

67
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
diberi keleluasaan berdasarkan sudut pandang penulis. Namun demikian,
penulis buku nonteks harus memerhatikan tiga kriteria yang berlaku untuk
penulisan semua jenis buku nonteks.

Kriteria Umum
Dalam menulis buku nonteks, penulis perlu memerhatikan materi yang akan
dituangkan dalam buku nonteks. Materi yang dituangkan dalam buku nonteks
adalah:
a) Materi yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional;
b) Materi yang tidak bertentangan dengan ideologi dan kebijakan politik
negara;
c) Materi yang menghindari masalah SARA, Bias Jender, serta Pelanggaran
HAM.
Sebelum memulai menulis, seorang penulis buku nonteks perlu
menetapkan materi yang akan ditulisnya. Materi buku nonteks pelajaran harus
memenuhi kriteria mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian, berdasarkan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan sebelumnya,
penulis mencermati aspek-aspek tujuan pendidikan nasional yang harus
ditopang oleh buku nonteks yang ditulis. Penulis harus mencermati tujuan
pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Penulis harus yakin bahwa materi yang
akan ditulis dalam buku nonteks akan berperan sebagai pendukung buku teks
dalam mencapai tujuan pendidikan ini.
Materi buku harus sesuai dengan ideologi dan kebijakan politik negara.
Artinya, materi atau isi buku jangan bertentangan dengan Pancasila, kebijakan
politik negara, dan tidak bertendensi untuk memecah belah keutuhan Negara

68
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Materi yang disajikan dalam buku
nonteks mungkin tidak tampak kesesuaian dengan idiologi dan kebijakan
politik negara, namun pemaparan dalam buku nonteks tidak menimbulkan
persoalan-persoalan pandangan terhadap idiologi dan kebijakan negara. Penulis
buku nonteks justru harus semakin memantapkan keyakinan pembaca tentang
idiologi dan kebijakan politik negara sebagai bentuk penguatan terhadap
wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Paling tidak, penulis buku nonteks
pelajaran tidak mengusung materi yang bertentangan dengan falsafah dan
kebijakan politik Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal lain yang harus diperhatikan penulis buku nonteks dalam mengusung
materi atau isi buku adalah menghindari masalah SARA, bias jender, serta
Pelanggaran HAM. Dengan demikian, pemilihan materi atau bahasa dan
ilustrasi yang terdapat di dalam buku nonteks harus tidak menimbulkan
masalah yang berkaitan dengan suku, agama, ras, dan antargolongan. Penulis
merancang materi, bahasa, dan/atau gambar/ilustrasi dalam buku nonteks
harus tidak mengungkapkan atau menyajikan sesuatu yang membiaskan
(mendiskreditkan) jenis kelamin laki–laki atau perempuan. Selain itu, dalam
menuliskan materi, bahasa, dan/atau gambar/ilustrasi dalam buku nonteks
harus tidak mengungkapkan atau menyajikan hal–hal yang diduga akan
bertentangan atau dapat dikategorikan melanggar Hak Asasi Manusia. Kehati-
hatian seorang penulis buku nonteks sangat diperlukan dalam upaya
menghindari persoalan yang berhubungan dengan masalah SARA, biar jender,
dan Hak Asasi Manusia.

Kriteria Khusus
Dalam menulis buku nonteks pelajaran, seorang penulis harus
memerhatikan kekhususan materi pada jenis buku nonteks yang akan ditulis.
Kekhususan itu di antaranya:

69
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
(1) Materi yang ditulis sesuai dengan perkembangan ilmu yang mutakhir,
sahih, dan akurat
(2) Mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi
di Indonesia;
(3) Materi atau isi buku mengembangkan kecakapan akademik, sosial, dan
kejuruan (vokasional) untuk memecahkan masalah dan mendorong “jiwa
kewirausahaan”
(4) Materi atau isi buku harus secara maksimal membangun karakteristik
kepribadian bangsa Indonesia yang diidamkan dan kepribadian yang
mantap.

Apabila penulis akan menulis buku pengayaan pengetahuan atau


pengayaan keterampilan maka kemutakhiran mutlak diperhatikan. Materi juga
harus dapat dipercaya kebenarannya berdasarkan kebenaran keilmuan. Selain
itu, materi harus akurat berdasarkan rujukan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Artinya, materi yang ditulis harus disesuaikan dengan
perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat.
Selain itu, seorang penulis buku nonteks juga harus memerhatikan
kemutakhiran kebijakan pemerintah. Materi yang diusung dalam buku nonteks,
selain harus menyesuaikan dengan kemutakhiran berdasarkan teori keilmuan
juga harus menyesuaikan dengan kemutakhiran kebijakan pemerintah dan
perkembangan sosial yang terjadi. Perkembangan ini sering tampak sangat
cepat bergulir dan sering terlambat diikuti oleh kajian keilmuan yang
melandasinya.

Buku Pengayaan
Seorang penulis buku nonteks harus berusaha secara maksimal
menggunakan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

70
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Sumber-sumber yang dimaksud adalah kondisi fisik dan nonfisik sebagai
kekayaan alam Indonesia. Misalnya, ketika penulis mengungkapkan materi
tentang karakteristik tumbuhan, maka contoh-contoh tetumbuhan yang
digunakan harus memaksimalkan tumbuhan yang ada di Indonesia, kecuali
tidak ada. Dengan demikian, penulis harus memiliki wawasan tentang
keindonesiaan, baik tentang sumber daya alam hayati dan fisik, sumber daya
manusia, dan sumber daya budaya Indonesia. Dari ini diharapkan pada
pembaca akan tumbuh rasa memiliki sumber-sumber tersebut dan mudah
mengaitkan contoh-contoh yang tersaji dalam buku nonteks. Selain itu, penulis
dapat menggunakan sumber tentang nilai-nilai moral dan budaya bangsa
Indonesia, yang tidak bertentangan dengan ciri khas, nilai budaya, dan jati diri
bangsa Indonesia. Materi ini tidak menentang atau bertentangan dengan
perilaku, karakteristik, dan kepribadian bangsa Indonesia
Dalam menulis buku pengayaan keterampilan, seharusnya materi atau isi
buku tersebut dapat mengembangkan kecakapan akademik, sosial, dan
kejuruan (vocasional) untuk memecahkan masalah dan mendorong “jiwa
kewirausahaan. Buku pengayaan keterampilan yang ditulis harus dapat
memotivasi pembaca untuk menggali dan memanfaatkan informasi,
menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan dalam kerja ilmiah. Materi
buku pengayaan keterampilan harus dapat memotivasi pembaca untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerja sama dengan orang lain, mampu
menumbuhkan kesadaran hukum untuk pengembangan kewirausahaan
(entrepreneurship). Selain itu, materi atau isi buku harus dapat mendorong etos
kerja dan semangat produktivitas pembaca dalam memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Pembaca diarahkan untuk tidak cepat menyerah dalam
mendapatkan persoalan, melainkan harus dicari jalan keluar atas permasalahan
yang dihadapinya.

71
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Seorang penulis buku pengayaan kepribadian harus dapat mengusung
materi atau isi yang secara maksimal membangun karakteristik kepribadian
bangsa Indonesia yang diidamkan. Materi buku dapat mengangkat karakteristik
kepribadian dan budaya bangsa Indonesia yang tidak bertentangan dengan ciri
khas, nilai budaya, dan jati diri bangsa Indonesia, sehingga materi buku
pengayaan kepribadian ini dapat membangun kebribadian yang tidak
bertentangan dengan perilaku dan karakteristik bangsa Indonesia.
Dalam menyajikan buku pengayaan kepribadian, materi atau isi buku
seharusnya menyajikan sikap atau kepribadian yang meliputi sikap
keramahtamahan, konsistensi, bergairah, dapat membuka hati, dan memiliki
emosi yang stabil, yang meliputi: (a) agreeableness: ramah, dapat bekerja sama,
suka menolong, suka menjalin hubungan interpersonal, suka berkorban, peduli,
pemaaf, dan simpati; (b) conscientiousness: konsisten, teratur, dapat diandalkan,
kerja keras, dan motivasi berprestasi; (c) extraversion: pandai bergaul/
bersosialisasi, energetik, bergairah, dan antusias; (d) openness: kreatif, inovatif,
keingintahuan akan hal2 baru (curiosity), imajinatif, dan reflektif; dan (e)
emotional stability: percaya diri, tenang atau tidak temperamental.

Buku Referensi
Seorang penulis buku referensi (kamus, ensiklopedia, peta) harus
memerhatikan perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat dalam
bidang (a) kartografi; (b) perkamusan; atau (c) ensiklopedia. Penulis seharusnya
menggunakan data-data, konsep, atau teori yang mutakhir, tidak terdapat
kesalahan konsep yang fatal, akurat dalam mendeskripsikan bahasan. Selain itu,
materi atau isi buku referensi harus komplit, komprehensif, dan konsisten sesuai
dengan karakteristik bidang atau ruang lingkup buku referensi. Kekomplitan
materi meliputi masuknya pembahasan keseluruhan lema (entry) yang penting
dan relevan. Kekomprehensifan materi isi bermakna pembahasan yang

72
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
menyeluruh untuk setiap lema. Konsistensi dalam pembahasan artinya bahwa
keseluruhan pembahasan berada dalam jalur bidang ilmunya.

Buku Panduan Pendidik


Dalam menulis buku panduan pendidik, seharusnya materi buku
diarahkan pada pengembangan kompetensi (1) profesional; (2) pedagogik; (3)
sosial; dan (4) kepribadian. Materi buku panduan pendidik selain merupakan
pemandu dalam mengembangkan kompetensi profesional pendidik yang
bergiat pada jalur pendidikan formal, juga bagi pendidik pada jalur pendidikan
informal dan nonformal atau pendidikan luar sekolah. Keempat kompetensi
pendidik tersebut masih perlu ditingkatkan melalui pengembangan buku
panduan pendidik.
Penulis buku panduan pendidik dapat menyajikan materi dengan
konsep-konsep pendidikan yang benar dari bidang kajian berikut teori–teori
pendidikan dan pembelajaran; metode pembelajaran; media pembelajaran;
evaluasi pembelajaran; penelitian pembelajaran; dan jenis panduan pendidik
lain. Materi buku panduan pendidik dapat berisi teori–teori pendidikan dan
pembelajaran yang sedang berkembang dan berterima pada saat ini. Apabila
penulis akan menulis buku panduan pendidik jenis pembelajaran maka
seharusnya menyodorkan materi berisi penerapan metode pembelajaran, berisi
contoh penggunaan model, pendekatan, metode, teknik, atau strategi
pembelajaran yang sesuai dengan teori–teori pembelajaran yang mutakhir.
Selain itu, materi atau isi buku panduan pendidik dapat berupa upaya
mengembangkan profesionalisme tenaga pendidik dan/atau tenaga
kependidikan. Oleh karena itu, materi atau isi buku harus dapat memandu
dalam mempermudah proses pembelajaran, memuat bentuk pembelajaran
(model, metode, pendekatan atau teknik) yang dapat membantu pendidik untuk

73
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif, dan harus memberikan pedoman
yang mengarahkan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Apabila jenis buku panduan pendidik yang ditulis berhubungan dengan
kegiatan mengevaluasi pendidikan, maka materi atau isi buku harus dapat
memandu pembaca dalam menentukan langkah–langkah evaluasi yang benar
dan sesuai dengan perkembangan teori–teori evaluasi dan memuat model–
model evaluasi yang dapat diterapkan untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran.

(2) Komponen Penyajian


Dalam menulis buku nonteks pelajaran, penulis harus memerhatikan
aspek-aspek penyajian materi sesuai dengan jenis buku nonteks yang ditulis.
Aspek yang harus mendapat perhatian penulis dalam menulis semua jenis buku
nonteks adalah penyajian materi buku dilakukan secara runtun, bersistem,
lugas, dan mudah dipahami. Dalam menyajikan materi, penulis harus dapat
mengemas materi secara runtun dan sistematis atau berurutan. Misalnya,
keruntunan itu menggunakan urutan dari materi yang mudah dahulu,
kemudian yang sulit atau dari yang sederhana kemudian yang kompleks.
Sistematika lain dapat dilakukan dengan cara mengurutkan dari hal-hal yang
bersifat umum kemudian menyajikan hal-hal yang bersifat khusus atau
sebaliknya.
Penulis yang tertarik untuk menulis buku pengayaan pengetahuan atau
buku panduan pendidik harus memerhatikan pengembangan kecakapan
akademik, kreativitas, kemampuan berinovasi. Dalam menyajikan materi
penulis mengarahkan pada pengembangan kecakapan akademik sebagai
wawasan keilmuan bidang yang ditulis. Misalnya, dalam menyajikan materi
buku pengayaan pengetahuan atau buku pandauan pendidik, maka selayaknya
penulis mengembangkan materi tersebut lebih mendalam, menyeluruh, dan

74
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
meluas daripada materi yang diperkirakan telah dikuasai pembaca sehingga
pembaca merasakan beroleh pengembangan wawasan dan nilai tambah
pengetahuan. Demikian pula pengembangan kreativitas dan kemampuan
berinovasi harus menjadi perhatian penulis ketika menyajikan materi sehingga
kecakapan berkreasi dan berinovasi pembaca dapat terbangun dari materi buku
nonteks yang disajikan.
Selain itu, jika penulis akan menulis buku pengayaan pengetahuan dan
kepribadian atau panduan pendidik maka penyajian materi harus dapat
menumbuhkan motivasi untuk mengetahui lebih jauh. Penyajian materi harus
dapat mendorong pembaca untuk terus mencari tahu lebih mendalam dengan
mencari sumber bacaan lain, atau mempraktikan dan mencoba uraian yang
disajikan dalam buku tersebut.
Khusus untuk penulis yang tertarik untuk menulis buku pengayaan
keterampilan, selain penyajian materi dilakukan secara runtun, bersistem, lugas,
dan mudah dipahami, juga harus memerhatikan penyajian materi yang:
(a) mudah dilakukan, familiar (intim dengan pembaca), dan menyenangkan;
(b) dapat merangsang pengembangan kreativitas, aktivitas fisik/psikis, dan
merangsang pembaca untuk menenerapkan berdasarkan bahan, alat, dan
tahapan kerja.
Penyajian materi buku pengayaan keterampilan agar mudah dilakukan,
familiar, dan menyenangkan pembaca biasanya ditempuh dengan mengenalkan
manfaat yang dapat diperoleh pembaca, media yang familiar, dan untuk
mempraktikannya membuat pembaca bergembira.
Hal lain yang harus diperhatikan penulis buku pengayaan keterampilan,
penyajian materi buku harus merangsang pengembangan kreativitas, aktivitas
fisik atau psikis, dan memudahkan untuk diterapkan yang dilengkapi dengan
langkah-langkah kerja. Langkah-langkah kerja ini merupakan ciri khas buku
pengayaan keterampilan. Cara menyajikan hal ini dapat dilakukan dengan

75
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
mengurutkan langkah-langkah kerja yang dilengkapi gambar, atau dapat pula
disajikan dengan nomor tahapan kerja, seperti contoh berikut ini:
Contoh I: Penyajian Tahapan Kerja

Sumber: Muharnanto dan Aryastyani, Ria, Aneka Cetakan Lilin Hias, Puspa
Swara, Jakarta, 2001.

76
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Contoh II: Penyajian Tahapan Kerja

Sumber: Suradi, A. Prayitno, Membuat Aneka Barang Kerajinan


Cideramata, Humaniora Utama Press, Bandung, 1999

Penulis yang tertarik untuk menulis buku pengayaan kepribadian, selain


penyajian materi dilakukan secara runtun, bersistem, lugas, dan mudah
dipahami serta menumbuhkan untuk mengetahui lebih jauh, juga seharusnya
materi yang disajikan dapat mengembangkan kecakapan emosional, sosial, dan
spiritual dari pembaca. Kecakakapan emosional itu di antaranya kemampuan
dalam pengendalian diri, kedewasaan dalam bertindak, dan menghargai
keindahan. Selain itu, penyajian dapat merangsang pembaca untuk memiliki
kecakapan sosial, yang ditandai oleh sikap empati, jujur, peduli pada sesama,

77
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
dan suka menolong. Penyajian materi yang mengembangkan kecakapan
spiritual di antaranya mengembangkan keyakinan pembaca tentang keesaan
Maha Pencipta, meningkatkan keimanan, dan ketakwaan dalam menjalankan
kehidupan beragama.
Apabila penulis buku nonteks akan menulis buku referensi, maka dalam
menyajikan lema harus disertai dengan keterangan yang memadai (pengucapan,
sub-lema, referensi silang, lettering/pengaksaraan, simbol dan pewarnaan) sesuai
dengan peruntukan buku tersebut. Selain itu, dalam menyajikan materi buku
referensi penulis perlu menyajikan pembahasan setiap lema yang dilakukan
secara runut, sistematis, dan logis.

(3) Komponen Bahasa dan/atau Ilustrasi


Dalam menulis buku nonteks pelajaran seorang penulis harus
memerhatikan penggunaan bahasa dan ilustrasi (jika jenis buku menuntut
ilustrasi). Penulis buku nonteks pelajaran kiranya perlu memerhatikan
penggunaan bahasa dan/atau ilustrasi, terutama dalam hal berikut.
(a) Buku yang menuntut kehadiran ilustrasi, maka penggunaan ilustrasi
(gambar, foto, diagram, tabel, lambang, legenda) harus dilakukan sesuai
dan proporsional;
(b) Dalam menggunakan istilah atau simbol (untuk jenis buku yang
menggunakan) harus baku dan berlaku secara menyeluruh;
(c) Dalam menggunakan bahasa, yang meliputi ejaan, kata, kalimat, dan
paragraf harus tepat, lugas, dan jelas.
Seorang penulis harus dapat bekerja sama dengan layouter di penerbitan. Penulis
dapat memesan gambar yang lengkap dengan karakternya sehingga ukuran
gambar (foto atau repro–foto dan lukisan) yang digunakan proporsional jika
dibandingkan dengan ukuran aslinya sehingga dapat menimbulkan minat baca.
Dalam penggunaan warna gambar (foto atau repro–foto dan lukisan) yang

78
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
digunakan harus sesuai dengan peruntukan pesan atau materi yang
disampaikan dan ilustrasi perlu diberi keterangan secara lengkap sehingga
mempermudah pembaca untuk memahaminya. Setiap gambar, tabel, atau grafik
harus diberi judul dan dilengkapi dengan sumbernya.
Dalam menggunakan istilah atau simbol (legenda, lema, atau lettering
atau pengaksaraan dalam jenis buku referensi) harus baku. Dengan
menggunakan istilah atau simbol yang baku ini maka akan berlaku secara
menyeluruh dimaknai oleh pembaca. Penggunaan istilah atau simbol yang tidak
baku akan menimbulkan kekacauan dalam penggunaan buku referensi sehingga
dapat menyulitkan pembaca. Misalnya, dalam menulis atlas atau kamus
digunakan istilah atau simbol yang tidak baku atau tidak berlaku secara umum
maka manfaat dari buku nonteks tersebut menjadi berkurang bagi pembaca atau
peserta didik khususnya.
Bahasa buku nonteks harus tepat, lugas, dan jelas. Penulis buku nonteks
harus memerhatikan penggunaan ejaan (penulisan huruf dan tanda baca) yang
sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar yaitu Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Penulis jangan mengabaikan penggunaan kata atau
istilah (keilmuan atau asing) serta pilihan kata (diksi), karena dalam menulis
buku nonteks diperlukan penggunaan kata dan pilihan kata yang benar, baik
sebagai bentuk serapan maupun sebagai istilah keilmuan. Kalimat yang
digunakan harus efektif, lugas, tidak ambigu (tidak bermakna ganda) dan sesuai
dengan makna pesan yang ingin disampaikan. Pesan atau materi yang disajikan
harus dikemas dalam paragraf yang mencerminkan kesatuan gagasan dan
keutuhan makna sesuai dengan jenis buku nonteks yang ditulis.
Hal lain yang harus diperhatikan oleh penulis buku nonteks pelajaran
adalah keterbacaan (readability) buku tersebut. Buku nonteks pelajaran yang
memiliki keterbacaan rendah maka akan sulit dipahami pembaca dan pesan
dalam materi yang ditulis akan menjadi sia-sia dipahami peserta didik atau

79
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
pendidik. Berdasarkan hasil penelitian (Suherli, 2003; 2006) buku yang memiliki
keterbacaan tinggi bergantung pada penggunaan unsur bahasa (kata, kalimat,
paragraf, dan wacana). Penggunaan kata yang memiliki keterbacaan tinggi bagi
pembaca pemula jika menggunakan kosakata sederhana dan sesuai dengan
konteks sosial pembaca, serta harus menghindari penggunaan istilah khusus
(teknis), asing, dan bermakna konotatif (kecuali buku pengayaan kepribadian
yang disusun dalam bentuk fiksi atau jenis puisi). Sementara itu, bagi pembaca
tingkat lanjut atau mahir penggunaan kosakata yang memiliki keterbacaan
tinggi jika penggunaan kosakata tersebut mendapat dukungan aspek konteks
kalimat yang sistematis.
Penggunaan kalimat yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca
pemula adalah kalimat-kalimat yang memiliki susunan sederhana. Kehadiran
setiap unsur dalam kalimat tersebut akan semakin meningkatkan keterpahaman
kalimat tersebut dan akan memiliki keterbacaan tinggi. Kalimat yang memiliki
keterbacaan tinggi bagi pembaca lanjut atau mahir ditentukan oleh tingkat
keintiman dan susunan kalimat tersebut. Semakin tidak familiar suatu kalimat
atau susunan yang kompleks dari kalimat tersebut maka akan semakin rendah
keterbacaan buku tersebut. Oleh karena itu, penulis buku nonteks sebaiknya
menggunakan kalimat yang sesuai dengan sasaran pembaca agar buku yang
ditulis memiliki keterbacaan tinggi.
Penggunaan paragraf yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca
pemula adalah paragraf jenis deduktif (paragraf yang letak pikiran utama atau
gagasan pokoknya disajikan pada awal paragraf). Penulis dapat menggunakan
jenis paragraf induktif, jika pembaca sasarannya adalah pembaca lanjut atau
mahir. Semakin banyak jenis paragraf induktif yang digunakan penulis maka
semakin rendah keterbacaan suatu teks dalam buku tersebut. Demikian pula
sebaliknya, semakin banyak paragraf deduktif digunakan maka semakin tinggi
pula keterbacaan buku nonteks tersebut.

80
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Wacana yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula adalah
jenis narasi. Penggunaan jenis deskripsi hanya dapat digunakan untuk pembaca
lanjut atau mahir. Sementara itu, jika penulis menentapkan sasaran pembaca
adalah pembaca lanjut atau mahir, maka dapat menggunakan jenis wacana
eksposisi atau argumentasi untuk buku nonteks bidang ilmu eksakta, sedangkan
bidang sosial atau humaniora sebaiknya menggunakan jenis narasi atau
eksposisi.
Berdasarkan karakteristik keterbacaan ini, penulis buku nonteks dapat
memilih penggunaan kata, kalimat, paragraf, atau wacana sesuai dengan
pembaca sasaran. Kecermatan penulis dalam penggunaan unsur-unsur bahasa
yang disesuaikan dengan pembaca sasaran akan dapat meningkatkan tingkat
keterbacaan buku nonteks yang ditulis.

(4) Komponen Grafika


Pada umumnya penulis buku tidak terlibat secara langsung dalam
mewujudkan grafika buku. Namun, penulis dapat menyampaikan usulan
kepada penerbit tentang grafika yang diharapkan. Komponen grafika yang
dapat diusulkan penulis buku nonteks kepada penerbit terutama berkaitan
dengan desain kulit buku dan tipografi isi buku. Biasanya penerbit
menyampaikan dummy buku kepada penulis untuk dikoreksi selain aspek isi
juga meminta masukan terhadap aspek grafika. Dengan kerja sama antara
penulis dan penerbit dalam mewujudkan grafika buku diharapkan terbangun
keselarasan antara gagasan penulis dengan orientasi penerbit dalam
memasarkan buku tersebut.
Penulis dapat mengusulkan desain kulit buku yang berkenaan dengan tata
letak, tipografi, atau ilustrasi yang menarik, sederhana, dan mencerminkan isi
buku. Penulis dapat membandingkan desain kulit buku yang dirancang
penerbit dengan gagasan yang disajikan sebagai materi atau isi buku. Perlu
kiranya menjadi perhatian penulis, bahwa keperluan penerbit selain pada isi
81
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
buku, juga berkeperluan dengan desain kulit buku untuk kepentingan
pemasaran buku tersebut. Dengan demikian, penulis yang baik seharusnya
dapat membangun kebersamaan dalam menyelaraskan antara kepentingan
penyampaian isi buku dengan kepentingan pemasaran buku tersebut. Misalnya,
contoh desain kulit buku berikut:

Sumber: Nusantara, Cetak Sablon untuk


Pemula. Jakarta: Puspa Swara, 2003

Bagian yang tidak kalah penting untuk diusulkan penulis adalah desain isi
buku. Penulis dapat menyampaikan harapan agar desain isi buku memerhatikan
tata letak yang konsisten, harmonis, dan lengkap serta menggunakan tipografi
(dan ilustrasi jika jenis buku menuntut) yang sederhana, mudah dibaca dan
dipahami. Penulis dapat mengusulkan desain isi buku yang diharapkan ketika
diminta penerbit untuk menyunting dummy buku. Dalam hal ini, penulis dapat
bertindak sebagai pembaca buku, sehingga dapat memberikan apresiasi dan
masukan terhadap desain isi buku, baik dalam hal tata letak, tipografi, maupun
ilustrasi isi buku (jika jenis buku menuntut) yang telah dirancang penerbit.

82
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
BAB 5
PENUTUP

Sebagai penutup, di sini ditegaskan kembali bahwa buku nonteks


mempunyai peran penting dalam proses belajar-mengajar untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Buku nonteks meliputi buku
pengayaan, buku panduan pendidik, dan buku referensi. Buku pengayaan
terdiri atas jenis buku pengayaan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian.
Buku referensi terdiri atas jenis kamus, ensiklopedia, dan atlas. Buku panduan
pendidik sangat beragam jenisnya sesuai dengan pengembangan kompetensi
pendidik, yaitu buku panduan yang mengembangkan kompetensi akademik,
pedagogik, sosial, dan kepribadian. Supaya buku nonteks dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, buku tersebut harus memenuhi standar kualitas yang
meliputi aspek materi, penyajian, bahasa dan ilustrasi, serta grafika. Oleh karena
itu, penulis harus memerhatikan karakteristik penulisan buku nonteks
sebagaimana tertuang dalam pedoman ini.
Penulis buku nonteks sebaiknya memastikan bahwa penulis telah
memahami makna buku nonteks sebagai pendukung dan pelengkap buku teks
dalam menunjang kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Beberapa hal yang
dituangkan di dalam pedoman ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi
penulis untuk memerhatikan aspek-aspek yang dituntut untuk menghasilkan
buku nonteks berkualitas. Pedoman ini hanya merupakan rambu-rambu dasar,
sedangkan dalam penerapannya seorang penulis dapat menciptakan inovasi
dan kreativitas yang lebih baik daripada yang diungkapkan dalam pedoman ini.
Semakin kreatif dan inovatif seorang penulis dalam mengemas materi,
penyajian, atau bahasa, ilustrasi dan grafika maka diharapkan buku-buku
nonteks pelajaran yang ditulis akan semakin berkualitas sesuai dengan
fungsinya dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan

83
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
demikian, pengembangan kreativitas dan inovasi penulis dalam meningkatkan
kualitas buku nonteks sangat diperlukan. Hal itu akan bermanfaat agar buku
yang dihasilkan semakin bervariasi, berkualitas, dan bermanfaat bagi peserta
didik, pendidik, atau berbagai pihak yang berkepentingan dengan
pengembangan buku nonteks pelajaran.
Perlu kiranya menjadi perhatian bagi para penulis, bahwa menulis
merupakan proses kreatif. Menulis buku nonteks pelajaran tidak mungkin
dilakukan hanya sekali menulis dapat menghasilkan buku berkualitas,
melainkan perlu dilakukan penyuntingan dan revisi secara terus-menerus, baik
untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir
maupun mendapatkan produk buku nonteks berkualitas. Kegiatan menulis
buku merupakan kegiatan yang mulia karena dapat bertukar pikiran dengan
pembaca dan mudah-mudahan pemikiran berharga yang dimiliki penulis dapat
bermanfaat bagi pembaca. Kegiatan menulis merupakan kegiatan
berkomunikasi yang dapat melintasi batas ruang dan waktu, karena pemikiran
yang dituangkan dalam bentuk tulisan dapat dimanfaatkan pembaca bukan
hanya pada suatu tempat dan masa saat ini melainkan dapat dimanfaatkan oleh
pihak lain dan di kemudian waktu.
Sebaiknya, jangan ragu untuk berdiskusi dengan teman agar dapat
menyamakan persepsi dalam penulisan buku nonteks. Untuk itu, sebaiknya
menjadikan sesama penulis buku sebagai parner kerja, sehingga tidak
menganggap sebagai pesaing dalam penulisan buku nonteks. Demikian pula
dengan penerbit, sebaiknya penulis menjalin kemitraan yang harmonis agar
keperluan pihak penulis dan penerbit dapat terealisasikan dalam penerbitan
buku nonteks pelajaran yang berkualitas.

84
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
DAFTAR PUSTAKA

Al Hudary, M.Noeh. (1985) Penemuan Mengubah Dunia. Solo: Tiga Serangkai

Ardley, Neil. (2003). Buku Ilmu Pengetahuanku: Energi. Semarang: Penerbit


Krisna Sakti.

Byles, Monica. (2002) Percobaan dengan Tanaman. Semarang: PT Mandiri Jaya


Abadi.

Cash, Tery dan Barbara Taylor (1989) Percobaan dan Sains: Kelistrikan dan
Kemagnetan. Semarang: PT Mandiri Jaya Abadi.

Dixon-Krauss, Lisbeth (2000) A Mediation Model for Dynamic Literacy


Instruction. Tersedia: http/www.psych.hanover.edu/vygotsky/
Kraus.html. [17 Desember 2000].

Fitriani, Rahmawati (2002) Bendera: Sejarah dan Kegunaannya. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Flint, David. (2000) Panduan Geografi: Cuaca dan Iklim. Semarang: PT Mandiri
Jaya Abadi.

Gilliland, John. 1972. Readability. London: Holder and Stroughton.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 02 Tahun 2008 tentang


Buku. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Larson, Jeanette (2001) School Library Programs. Texas State Library and
Archives Commission.

Mashuri, Sofiah. (2003) 31 Cerita Bada Isya. Bandung: Remaja Rosda Karya

Nurmayanti, Dewi (et.al) 2003. Menyelami Rahasia Laut. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.

Piaget (1997) [On Line] Tersedia


http://chiron.valdosta.edu/whvitt/col/cogsy/ piagtuse.html

Pusat Perbukuan (2003) Pedoman Klasifikasi Buku Pendidikan. Jakarta; Pusat


Perbukuan Depdiknas.
85
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
Robson, Pam. (2004) Geografi yang Menyenangkan: Pegunungan dan Bumi Kita
yang Bergerak. Indonesia: PT Gading Inti Prima.

Supriadi, Dedi (2001) Anatomi Buku Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Adicita


Karya Nusa.

Tira Pustaka (1999) Aneka Wajah Bumi: Hutan. Jakarta: Tira Pustaka

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem


Pendidikan Nasional.

UNESCO (2003) School Library. [On Line]. Tersedia.


http://www.ifla.org.sg/VII s11/pubs. [10 Agustus 2003]

86
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
PEDOMAN PENULISAN
BUKU NONTEKS
(Buku Pengayaan, Referensi, dan Panduan Pendidik)

PUSAT PERBUKUAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
JL. Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusat 10002
Telp.(021)3804248 (5 saluran) Fax. (021)3806229

87
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
…………………………………………………….

DAFTAR ISI iii


……………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pengertian Buku Nonteks Pelajaran …………………………………….1
B. Kedudukan dan Fungsi Buku Nonteks Pelajaran ……………………..3
C. Tujuan dan Sasaran Pedoman Penulisan ……………………………….5

BAB 2 BUKU NONTEKS PELAJARAN


A. Ragam Buku Nonteks Pelajaran …………………………………………7
B. Jenis Buku Nonteks Pelajaran …………………………………………...7
1. Buku Pengayaan ..……………………………………………………..8
a. Buku Pengayaan Pengetahuan…………………………………...8
b. Buku Pengayaan Keterampilan …………………………………12
c. Buku Pengayaan Kepribadian …………………………………..13
2. Buku Referensi ………………………………………………………..14
a. Ensiklopedia ……………………………………………………...16
b. Kamus ……………………………………………………………..17
c. Atlas atau Peta ……………………………………………………19
d. Jenis Referensi Khusus …………………………………………..20
3. Buku Panduan Pendidik …………………………………………….21
a. Pendidikan dan Pembelajaran ………………………………….23
b. Media Pembelajaran ……………………………………………..24
c. Evaluasi Pembelajaran …………………………………………..26
d. Penelitian Pendidikan …………………………………………...27
C. Bentuk Buku Nonteks Pelajaran ………………………………………..30
iii
88
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
BAB 3 BAHAN DAN MATERI
A. Nilai-nilai Luhur …………………………………………………………33
B. Konteks Keindonesiaan …………………………………………………37
1. Kehidupan Beragama ……………………………………………….37
2. Alam Fisik ……………………………………………………………39
3. Alam Hayati ………………………………………………………….43
4. Masyarakat …………………………………………………………...46
5. Budaya ………………………………………………………………..49
6. Indonesia dalam Tatanan Budaya Bangsa-bangsa Lain …………52
7. Prakiraan Perkembangan Keindonesiaan di Masa Depan ………53
C. Aktivitas Berharga ……………………………………………………….54
D. Mendukung Belajar ……………………………………………………...54
E. Hakikat Tujuan Hidup …………………………………………………..56
F. Pihak Berkebutuhan Khusus…………………………………………….57

BAB 4 MENULIS BUKU NONTEKS BERKUALITAS


A. Menyiapkan Konsep Dasar Tulisan ……………………………………59
B. Memerhatikan Proses Kreatif …………………………………………..60
C. Menetapkan Aspek Pengembangan …………………………………...61
D. Memerhatikan Kemampuan Berpikir Pembaca ……………………...63
E. Cara Menulis Buku Nonteks …………………………………………...64
1. Memahami Komponen Dasar ..……………...……………………..64
2. Mengembangkan Komponen Utama ..………………………….....67

BAB 5 PENUTUP ……………………………………………………………… .83

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… ...85

iv
89
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran
KATA PENGANTAR

Pedoman penulisan buku nonteks pelajaran ini disusun sebagai salah satu
upaya memberikan kejelasan tentang cara menulis jenis buku tersebut. Pada bagian
awal pedoman ini disajikan pengertian, fungsi, jenis, dan bentuk buku nonteks. Pada
bagian berikutnya disajikan bahan dan materi yang dapat digunakan sebagai bahan
dalam menulis buku nonteks pelajaran. Pada bagian akhir disajikan cara menulis buku
nonteks pelajaran.
Istilah buku “nonteks” digunakan dalam pedoman ini didasarkan pada
kewenangan dalam pengendalian mutu buku yang merujuk pada klasifikasi jenis buku
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008
tentang “Buku”. Dalam peraturan ini terdapat klasifikasi jenis buku, yaitu buku teks
pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik. Buku teks
pelajaran merupakan buku acuan wajib yang digunakan dalam pembelajaran,
sedangkan buku nonteks merupakan buku pendukung atau pelengkap pembelajaran.
Pengendalian mutu buku teks pelajaran merupakan kewenangan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), sedangkan ketiga jenis buku lainnya merupakan
kewenangan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Berdasarkan
kewenangan pengendalian mutu buku tersebut maka digunakan klasifikasi buku teks
pelajaran dan buku nonteks pelajaran.
Kami menyampaikan terima kasih kepada Dr. Suherli, M.Pd. yang telah
mengembangkan pedoman penulisan ini. Demikian pula terima kasih kami sampaikan
kepada Panitia Penilai Buku Nonteks Pelajaran (PPBNP) yang telah menjadi pengarah
dalam penulisan pedoman ini. Mudah-mudahan pedoman ini dapat bermanfaat bagi
para penulis dan pemerhati mutu buku nonteks pelajaran serta pemangku kepentingan
lain.

Jakarta, Oktober 2008


Kepala Pusat Perbukuan,

Dr. Sugijanto
90
ii
Pedoman Penulisan Buku Nonteks Pelajaran

You might also like